fixxx laporan tutorial ske-b blok 25

51
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 25 Disusun Oleh: KELOMPOK 2 1. Mutia Arnisa Putri 04121401004 2. Fadillah Amrina 04121401005 3. KMS. M. Temidtya Kurnia R 04121401017 4. Evita Yolanda 04121401021 5. Muhammad Rahmat Budiman 04121401022 6. Siti Rahma Anissya Kinanti 04121401031 7. Fachra Afifah Aliati 04121401041 8. Novalia Arisandy 04121410142 9. E. Jethro Solaiman 04121401087 10. Ima Desliana 04121401091 11. Rina Novitriani 04121401092 12. Ratri Shintya Dewi 04121401095 13. M. Shulakshana Manikam 04121401095 Tutor: dr. Ardehlia 1

Upload: novalia-arisandy

Post on 18-Dec-2015

302 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIALSKENARIO B BLOK 25

Disusun Oleh: KELOMPOK 21. Mutia Arnisa Putri 041214010042. Fadillah Amrina041214010053. KMS. M. Temidtya Kurnia R041214010174. Evita Yolanda 041214010215. Muhammad Rahmat Budiman041214010226. Siti Rahma Anissya Kinanti 041214010317. Fachra Afifah Aliati 041214010418. Novalia Arisandy 041214101429. E. Jethro Solaiman 0412140108710. Ima Desliana 0412140109111. Rina Novitriani 0412140109212. Ratri Shintya Dewi 0412140109513. M. Shulakshana Manikam 04121401095

Tutor: dr. Ardehlia

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYATAHUN 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....3KEGIATAN TUTORIAL ......4SKENARIO.....5KLARIFIKASI ISTILAH........5IDENTIFIKASI MASALAH..........6ANALISIS MASALAH......6RESTRUKTURISASI / KERANGKA KONSEP.............22SINTESIS..23KESIMPULAN........................................................................................................32DAFTAR PUSTAKA.....33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario B Blok 25 sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,2. dr. Ardehlia. selaku tutor kelompok 2,3. teman-teman sejawat FK Unsri,4. semua pihak yang telah membantu kami.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 5 Mei 2015

Kelompok 2

KEGIATAN TUTORIAL

Tutor: dr. ArdehliaModerator: Evita YolandaSekretaris Meja 1: Novalia ArisandySekretaris Meja 2: Mutia Arnisa Putri

Pelaksanaan: 04 Mei 2015 dan 06 Mei 201510.00-12.00 WIB

Peraturan selama tutorial:1. Sebelum menyampaikan pendapat harus mengacungkan tangan2. Alat komunikasi dan gadgethanya boleh digunakan untuk keperluan diskusi, namun dalam mode silent dan tidak mengganggu berlangsungnya diskusi3. Minum diperbolehkan, namun tidak untuk makan4. Bila ingin izin keluar, diharapkan melalui moderator

1. SKENARIOWilayah kerja Puskesmas Petanang, dengan jumlah penduduk 43.730 jiwa yang terdiri dari 6 (enam) desa, terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 orang dan tidak ada yang meninggal).Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 54%. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.Dokter Mori selaku pimpinan Puskesmas merencanakan mengadakan Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini, dengan tujuan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.

2. KLARIFIKASI ISTILAHNo.IstilahKlarifikasi

1.DBDPenyakit virus di daerah tropis yang menular eruptif dan menyebabkan demam ditularkan oleh nyamuk Aedes dan bisa terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi

2.Lokakarya MiniUpaya untuk menggalang kerja sama tim untuk pergerakan dan pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dari tiap-tiap upaya kesehatan pokok puskesmas sehingga dapat menghindari terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan

3.Administrasi KesehatanAdministrasi yang diterapkan untuk mencapai tujuan terwujudnya keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial.

4.Petugas surveilensPetugas yang melakukan upaya rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat.

5.Angka BebasJentik ( ABJ )Presentasi rumah atau tempat kumuh yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik, biasanya survey ini dilakukan oleh pemerintah melalui Depkes pada suatu wilayah atau daerah

3. IDENTIFIKASI MASALAHa. Wilayah kerja Puskesmas Petanang, dengan jumlah penduduk 43.730 jiwa yang terdiri dari 6 (enam) desa, terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 orang dan tidak ada yang meninggal).b. Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 54%. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.c. Dokter Mori selaku pimpinan Puskesmas merencanakan mengadakan Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini, dengan tujuan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.

4. ANALISIS MASALAHa. Wilayah kerja Puskesmas Petanang, dengan jumlah penduduk 43.730 jiwa yang terdiri dari 6 (enam) desa, terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 orang dan tidak ada yang meninggal).1. Apa yang dimaksud dengan Kejadian Luar Biasa DBD dan apa hubungannya dengan jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Petanang dengan angka kejadian DBD?Jawab :KLB adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian atau kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Termasuk kejadian kesakitan/kematian yang disebabkan oleh penyakit menular maupun yang tidak menular dan kejadian bencana alam yang disertai wabah penyakit.Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan sebagai berikut : Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun penyakit non infeksi. Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya. Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu propinsi dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.Kriteria Kerja Kejadian Luar Biasa (KLB) Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya. Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan dengan periode sebelumnya Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan >2 kali bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan > 2 kali dibandingkan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya. CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikkan 50 % atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya. Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikkan > 2 kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.Kriteria Penetapan KLB Demam Berdarah Dengue : Timbulnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah Tingkat II. Adanya peningkatan kejadian kesakitan DBD dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dirumuskan indikator KLB Demam Berdarah Dengue yaitu: Aneka kesakitan (morbiditas) DBD adalah jumlah kasus DBD di suatu wilayah tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk di wilayah dan kurun waktu yang sama, dikalikan 100.000. (Depkes 2003)Angka morbiditas kasus : (38+2+12)/43.730 x 100.000 = 118 orang/100.000 penduduk.Jadi, pada kasus ini, kalau menurut Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB bisa dikatakan sebagai KLB dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010, belum bisa ditentukan secara pasti apakah ini KLB atau bukan. Untuk menentukan apakah ini termasuk KLB atau tidak maka kita memerlukan data periode sebelumnya atau satu tahun sebelumnya, untuk melihat apakah penyakit ini mengalami peningkatan atau tidak dibandingkan sebelumnya, apakah penyakit ini pernah ada atau tidak..Walaupun memang penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia menurut Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit potensial wabah salah satunya adalah DBD.

2. Apa makna jumlah kasus DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 orang dan tidak ada yang meninggal)? (definisi insiden,prevalensi)Jawab : Insiden : jumlah kasus penyakit dimulai, atau kematian terjadi, selama suatu periode tertentu pada populasi tertentu. Prevalensi : jumlah total kasus penyakit tertentu yang terjadi pada waktu tertentu di wilayah tertentu. Epidemiologi:Ilmu yang mempelajari distribusi yang bersifat dinamis dan determinan dari masalah kesehatan dan penyakit-penyakit dalam populasi manusia.Pada kasus ini disebut insiden. Jumlah kasus DBD : 38 Orang dan 2 orang meninggal menunjukkan sudah terjadinya Kejadian luar biasa DBD.

3. Apa yang dimaksud dengan wilayah kerja puskesmas?Jawab :Satu kecamatan,tetapi apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

4. Apa resiko di wilayah kerja Puskesmas Petanang?Jawab : ABJ rendah Banyak tempat penampungan air terbuka Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.

5. Bagaimana cara penularan DBD?Jawab :Terdapat tiga faktor penularan infeksi virus dengue, manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya . Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari Period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

6. Mengapa terjadi peningkatan kasus DBD di periode yang sama?Jawab :Terjadinya peningkatan kasus DBD disebabkan karena wilayah tersebut diperkirakan sedang mengalami musim pancaroba pada saat dilakukan pendataan. Risiko DBD akan meningkat di musim pancaroba karena penyakit ini disebarkan oleh nyamuk yang berkembang biak di air bersih tergenang dalam beberapa waktu. Berbeda dengan saat musim hujan, meski ada genangan air, namun relatif lebih mudah terganti dengan air hujan yang baru, sehingga air lebih mengalir. Sedangkan pada musim pancaroba, setelah hujan maka aka nada genangan air, kemudian panas lagi. Dan di genangan air itulah nyamuk berkembang biak.Ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk yang masih banyak menggunakan bak penampungan terbuka. Penampungan air bisa menjadi media nyamuk untuk berkembang biak sehingga penyakit bisa menyebar lebih luas.Faktor Lingkungan yang berpengaruh terhadap angka kejadian DBD yaitu :a. Kualitas pemukiman, jarak antara rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan akan mempengaruhi penularan.b. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk dan virus DBD. c. Curah d. Iklim dan temperature. Kepadatan nyamuk

b. Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 54%. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.1. Siapa petugas surveilens dan apa tugasnya?Jawab :Petugas seyogyanya disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas.Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman adanya KLB, di setiap unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC) KLB. Tim ini bertanggung jawab merespon secara cepat dan tepat terhadap adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.Masyarakat juga dapat diikutsertakan dalam membentu pengawasan, misalnya anak-anak yang diajak ikut serta mengawasi jentik sambil bermain menggunakan senter.Pelaksanaan surveilens meliputi:a. Perencanaan surveilans : Perencanaan kegiatan surveilans dimulai dengan penetapan tujuan surveilans, dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme penyebarluasan informasi.b. Pengumpulan Data : Pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang-orang yang dianggap menderita suatu penyakit ataupopulation at riskmelalui kunjungan rumah/survey (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan puskesmas desa dan puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain (pasive surveillance). c. Pengolahan dan penyajian data: Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). d. Analisis data : Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan dan mencari hubungan penyebab suatu penyakit dengan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian campak (Arias, 2010).e. Penyebarluasan informasi : Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans epidemiologi penyakit disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi agar diketahui terjadinya peningkatan atau penurunan kasus penyakit.f. Umpanbalik : Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.g. Investigasi penyakit berpotensi KLB : Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi suatu penyakit. Dengan investigator membawa checklist/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi KLB yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya.h. Tindakan penanggulangan : Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka segera dilakukan tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu: (1) Pengobatan segera pada penderita yang sakit, (2) Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, (3) Melakukan penyuluhan mengenai penyakit kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, (4) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan.i. Evaluasi Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus. Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemik kejadian kasus di wilayah tersebut. Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah tersebut. Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kasus atau penyakit. Apakah program surveilans tersebut dapat menilai efek tindakan pengendalian.

2. Bagaimana cara menghitung ABJ dan interpretasi ABJ pada kasus?Jawab :Angka Bebas Jentik (ABJ) digunakan sebagai indikator potensi terjangkitnya demam berdarah disuatu wilayah. Perhitungan ABJ dilakukan oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dengan cara membagi jumlah rumah yang bebas jentik dengan total rumah yang diperiksa.ABJ = Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik nyamuk/jumlah rumah atau bangunan yang diperiksa x 100%.Semakin tinggi ABJ, semakin kecil kemungkinan diwilayah tersebut terjangkit kasus DBD. Semakin tinggi ABJ, berarti sedikit jumlah jentik yang diketemukan. Adapun angka bebas jentik yang harus dicapai adalah minimal 80% sedangkan pada kasus hanya mencapai 54%, sehingga dikategorikan masih rendah.ABJ sebesar 54% yang berarti rumah yang bebas Jentik pada 6 (enam) desa di puskesma petanang adalah sebesar 54% atau terdapat 54 rumah bebas jentik dari 100 rumah.

3. Apa resiko yang ditimbulkan dari bak penampungan air terbuka?Jawab :Nyamuk aedes aegypti yang aktif pada siang hari biasanya meletakkan telur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga, kaleng, atau kantung plastik bekas,dll. Jentik nyamuk dapat berenang bebas naik turun ditempat penampungan air tersebut. Pada TPA yang selalu tertutup rapat peluang nyamuk untuk hinggap dan bertelur sangat kecil. Bak penampungan air umumnya terbuat dari semen/ tong plastik besar yang merupakan tempat yang cocok untuk perkembang biakan nyamuk apabila tidak ditutup dan dikuras.

4. Kapan dilakukan ABJ?Jawab :Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dilakukan tiap 3 bulan sekali tiap desa/kelurahan endemis pada 100 rumah/bangunan dipilih secara acak (random sampling) yang merupakan evaluasi hasil kegiatan PSN DBD yang telah dilakukan masyarakat.

c. Dokter Mori selaku pimpinan Puskesmas merencanakan mengadakan Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini, dengan tujuan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.1. Siapa yang terlibat dalam melakukan program Lokakarya Mini?Jawab :Lokakarya mini dilakukan dengan kerjasama antar petugas intern puskesmas, termasuk puskesmas pembantu dan bidan di desa.Lokakarya mini bulanan puskesmas: Seluruh petugas kesehatan, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.Lokakarya mini tribulanan lintas sektor:Lokarya Mini tribulanan Lintas sektor dipimpin oleh camat, adapun pesera Lokarya Mini Tribulanan adalah sebagai berikut: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tim Penggerak PKK Kecamatan Pukesmas di wilayah Kecamatan Staf Kecamatan, antara lain: Sekcam, Unit lain yang terkait. Lintas sektor di Kecamatan, antara lain: Pertanian, Agama, Pendidikan, BKKBN, Sosial. Lembaga /organisasi kemasyarakatan, antara lain: TP PKK Kecamatan, BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan ( apabila sudah terbentuk)

2. Kapan dilakukan Lokakarya Mini?Lokakarya mini lintas program atau lokakrya puskesmas dilakukan sebulan sekali sedangkan lokakarya lintas sektor dilakukan dalam rangka meningkatkan peran serta mesyarakat dan dukungan sektor-sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Lokakarya mini lintas sektor dilakukan 3 bulan sekali.

3. Bagaimana inventarisasi Peraturan Pemerintah tentang Lokakarya Mini?Jawab : Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas.Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

4. Apa faktor yang membantu dan menghambat penanggulangan DBD?Jawab :Penanggulangan KLB meliputi :a. Penyelidikan epidemiologis.b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina.c. Pencegahan dan pengendalian.d. Pemusnahan penyebab penyakit.e. Penanganan jenazah akibat wabah.f. Penyuluhan kepada masyarakat.Faktor yang membantu di antaranya:Usaha bersama masyarakat dan tokoh masyarakatFaktor yang menghambat di antaranya:a. Masih banyak masyarakat yang menggunakan bak penampungan air terbukab. Musimc. Letak geografisd. Sosial budayae. Ekonomi (dana)f. Partisipasi masyarkat rendahg. Sumber daya : Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya manusia. h. Ilmu pengetahuan dan teknologi : Kondisi di lapangan seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.i. Kebijakan : Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam pelaksanaan surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB. Birokrasi pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans.j. Jarak dan Transportasi : Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan surveilans terhambat.

5. Bagaimana penggerakan pelaksanaan program penanggulangan DBD? Jawab :a. Pemberantasan Sarang Nyamuk DBDPemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah memberantas nyamuk dengan memberantas jentik - jentiknya di sarang tempat berkembang biak yaitu tempat penampungan air dan barang - barang yang memungkinkan air tergenang di rumah dan tempat umum sekurang - kurangnya seminggu sekali. Kegiatan ini lebih lanjut berkembang dengan metode menutup, menguras dan mengubur (3M) untuk memotong daur hidup nyamuk dengan menghilangkan telur dan jentik nyamuk sebelum siap beregenerasi (telur nyamuk siap menetas dalam waktu 1 minggu).Sasaran PSN adalah di daerah dengan potensi penularan tinggi (endemis, sporadis dan daerah dengan angka bebas jentik < 95.PSN dengan menguras dilakukan 1 minggu sekali dilakukan di daerah yang cukup air bersih sehingga memungkinkan untuk dikuras terutama pada saat musim penularan DBD yaitu pada awal sampai dengan menjelang akhir musim penghujan. Menutup tempat penampungan air, dan menimbun barang bekas yang dapat menampung air, dan intensif saat penularan, pemeriksaan jentik berkala adalah 3 bulan sekali.PSN dilakukan oleh semua pihak di masyarakat. PSN 3M ini akan efektif bila dilakukan secara serempak, rutin dan berkesinambungan dengan melihat potensi yang ada di masyarakat.b. Abatisasi selektifAbatisasi adalah penaburan bubuk insektisida pembasmi jentik berupa bahan kimia larvasida / temephos sebagai salah satu satu cara untuk menghentikan daur perkembangbiakan nyamuk dalam penampungan air.Abatisasi dimaksudkan untuk memutus daur hidup nyamuk / membunuh jentik nyamuk dengan memanfaatkan efek residu pada larvasida.Abatisasi dilakukan di daerah rawan I dan II khususnya diberikan di wilayah yang sulit air bersih dan tidak memungkinkan untuk dikuras secara berkala

c. Fogging / PengasapanFogging adalah penyemprotan menggunakan insektisida yang dilakukan di sebagian atau seluruh wilayah desa rawan I untuk membunuh nyamuk dewasa. dilaksanakan dalam mendukung penanggulangan penyakit DBD dengan memutus rantai penularan secara cepat pada daerah - daerah yang terjangkit penyakit DBD.Dimaksudkan untuk mencegah penularan lebih lanjut dengan membunuh nyamuk dewasa pembawa virus dengue atau populasi nyamuk penular ditekan serendah - rendahnya.Fogging dilakukan di desa rawan I, dengan sasaran di rumah penderita dan sekitarnya dalam radius 200 meter. 2 siklus dengan interval kira - kira 1 minggu.d. Fogging swadayaDaerah - daerah yang telah memenuhi syarat untuk dilakukan fogging tetapi tidak terjangkau oleh pelaksanaan fogging karena keterbatasan pemerintah, pilihan swadaya masyarakat bisa dilakukan. Prosedur teknis, alat dan bahan untuk fogging swadaya sama dengan pedoman fogging secara umum.e. Pelaksanaan fogging oleh swastaDalam rangka meningkatkan keterlibatan peran swasta dalam menangulangi penyakit DBD.

6. Bagaimana monitoring dan evaluasi program penanggulangan DBD?Jawab :Kriteria evaluasia. ValiditasValiditas adalah kemampuan untuk memberikan indikasi individu yang sakit benar-benar sakit dan yang sehat benar-benar sehat. Komponen validitas adalah : Sensitivitas, kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil tes positif ,dan benar sakit. Spesifisitas, kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil negatif, dan benar tidak sakit.Idealnya, hasil tes screening harus 100% sensitif dan 100% spesifik, tapi dalam praktik hal ini ada dan biasanya sensitivitas berbanding terbalik dengan spesifisitasb. ReliablitasReliabilitas adalah kemampuan suatu tes menunjukkan hasil yang konsisten walaupun dilakukan secara berulang. Reliabilitas dipengaruuhi oleh : Variabilitas alat yang dapat dtimbulkan oleh stabilitas reagen dan sstabilitas alat ukur yang digunakan. Variabilitas orang yang diperiksa Variabilitas pemeriksa, dapat berupa variasi internal, yaitu variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulangoleh orang yang sama, dan variasi eksternal, yaitu variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan pemeriksaan oleh beberapa orang.Upaya untuk mengurangi berbagai variasi : Standarisasi reagen dan alat ukur Latihan intensif pemeriksa Penentuan kriteria yang jelas Penerangan kepada orang yang diperiksa Pemeriksaan dilakukan dengan cepatc. Yield (hasil)Merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari screening. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh: Sensitivitas alat screening, bila alat yang digunakan memiliki sensitivitas yang rendah akan dihasilkan banyak negatif semu, yang berarti banyak penderita yang tidak terdiagnosis sehingga yield yang diperoleh rendah. Begitu pula sebaliknya. Prevalensi penyakit yang tidak tampak, makin tinggi prevalensi penyakit tanpa gejala di masyarakat akan meningkatkan yield,terutama penyakit kronik. Screening yang dilakukan sebelumnya, maka yield akan rendah karena banyak yang telah terdiagnosis sebelumnya. Kesadaran masyarakat

7. Bagaimana Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)?a. Analisa Situasi :Data umum : wilayah kerja puskesmas petanang dengan jumlah penduduk 43. 730 jiwa yang terdiri dari 6 desa.Data khusus : Pada bulan april 2015 ditemukan angka bebas jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 54 %.Pada Desa Petanang terjadi KLB DBD dengan jumlah kasus DBD 38 orang dan 2 orang meninggal ( pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 orang dan tidak ada yang meninggal.

b. Merumuskan tujuan dan target yang akan dicapai.Rencana Usulan Kegiatan ( RUK ) a. Pemantauan jentik berkala ( Pencegahan penyakit menular )Target: 80 % Tercapai: 54 % Hasil: Terdapat kesenjangan 26%

c. Prioritas Masalah : Angka bebas jentik ( Pencegahan penyakit menular)

d. Merumuskan masalah : Wilayah kerja puskesmas Petanang yang terdiri dari 6 desa dan jumlah penduduk 43. 730 jiwa terjadi kasus KLB DBD dengan kesenjangan Angka bebas jentik 26 % dari target pada bulan April 2015

e. Penyebab Masalah

f. Cara Pemecahan masalah NOPRIORITAS MASALAHPENYEBABALTERNATIFPEMECAHAN MASALAH TERPILIH

1Angka bebas jentikPenampungan air terbuka1. PSN secara lintas sektoral mengikut sertakan peran aktif masyarakat secara rutin dan berkesinambungan2. Fogging massal3. Fogging Focus4. Abatisasi selektif 5. Pemberantasan terpadu6. Promosi KesehatanPemberantasan sarang nyamuk dengan menutup penampuangan air bersih dan memberantas jentik jentik nyamuk dilanjutkan dengan mengubur, menutup, dan menguras (3m)

17

g. Rancangan Usulan Kegiatan (RUK)No.Upaya kesehatanKegiatanTujuanSasaranTargetDanaAlatTenagaIndikator keberhasilanSumber pembiayaan

1. Promosi kesehatan : Penyuluhan Penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatanMeningkatkan pengetahuan masyarakatMasyarakat di wilayah kerjaMasyarakat memahami pentingnya menjaga kesehatanRp 10.000,-/orang-gedung- sound system- brosur - proyektorMasyarakat dan panitia/petugasMeningkatkan kunjungan pemeriksaan ke puskesmasPemerintah, swasta, masyarakat, swadaya

2. Kesling : Penyuluhan

Penyuluhan mengenai PJB, penyuluhan mengenai air bersihMeningkatkan pengetahuan masyarakat tentang PJB dan SABMasyarakat di wilayah kerjaMeningkatnya pemahaman maasyarakat dan berkurangnya angka kejadian penyakitRp 10.000,-/orang- gedung- sound system- brosur - proyektorNarasumber dan panitiaMeningkatnya kesehatan masyarakat (masyarakat bisa menikmati air bersih dan bebas DBD)Pemerintah, swasta, masyarakat, swadaya

h. Rancangan Pelaksanaan Kegiatan

NoUpaya Kesehatan GenerikKegiatanSasaranTargetVolume KegiatanRincian PelaksanaanLokasiJadwalTenagaBiaya

5. KERANGKA KONSEP

6. SINTESISA. DEMAM BERDARAH DENGUE1. PENGERTIANDengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).2. KARAKTERISTIK PENYAKITBerikut ini beberapa ciri dari penyakit demam berdarah yang dapat dicek di lingkungan sekitar kita, yaitu:a. Demam tinggi terus menerus selama 2 7 hari dengan suhi di atas 38 derajat Celsius. Demam seperti ini umumnya tidak bias diturunkan dengan obat penurun panas atau dikompres. Oleh karena itu, jangan menganggap remeh cirri pertama ini. Silakan segera mengkonsultasikan dengan dokter jika dibutuhkan segerab. Seluruh persendian tubuh terasa sakit, nyeri, pegal, dan linu. Jika anak anak yang mengalami, biasanya mereka hanya tampak semakin rewel dengan tangisannya karena belum dapat menyampaikan dengan pasti apa yang mereka rasakan di tubuhnyac. Perut terasa nyeri dan mual. Cirri inipun sama dengan sebelumnya jika terjadi pada anak anak. Karena itu, para orang tua hendaknya mewaspadai sejak dinid. Kepala terasa sangat pusing. Jangan sembarangan memilih serta meminum obat pusing jika cirri ini anda alami selain cirri lainnya. Segera periksakan ke dokter agar tidak terjadi hal di luar dugaane. Wajah akan memerah karena demam, dan mata terasa panas. Hal ini dapat diamati secara langsung oleh orang di sekitar anda juga. Hendaknya cirri ini menjadikan anda tidak mudah menggunakan obat luar untuk mengobatinyaf. Sulit BAB atau malah diareg. Muncul bintik-bintik merah dipermukaan kulit. Salah satu siri bintiknya adalah tidak akan hilang walaupun ditekan oleh jarih. Mimisan, perdarahan seperti ini sebenarnya adalah tanda-tanda penyakit DBD yang sudah cukup terlambat untuk ditanganiCiri cirri atau karakteristk demam berdarah menurut medisa. Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3(normal : 150 450/mm3)b. Adanya pembesaran organ hati dan limfac. Terjadinya pengentalan darah, nilai hematokrit atau Hct meningkat 20 %

3. ETIOLOGIa. Virus dengue : Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.b. Vektor : Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.c. Host : Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

4. PATOGENESISVirus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan.Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/ the sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G antidengue.Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen antibody (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.

5. MANIFESTASI KLINISGambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara 13 15 hari, tetapi rata-rata 5 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.Ruam berikutnya mulai antara hari 3 6, mula mula berbentuk makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS), (Soegijanto, 2000).Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat, yaitu: Derajat I:Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif. Derajat II :Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat. Derajat III:Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah. Derajat IV :Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

6. KOMPLIKASI DAN CACATKebanyakan orang yang menderita DBD pulih dalam waktu dua minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut untuk selama beberapa minggu hinga berbulan-bulan. Gejala klinis yang semakin berat pada penderita DBD dan dengue shock syndromes dapat berkembang menjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan hati. Hal ini tentu dapat mengancam jiwa.a. Sindrom Syok Dengue (SSD)Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi: Nadi yang cepat dan lemah Tekanan darah turun ( 20 mmHg) Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur) Kulit dingin dan lembab GelisahSindrom syok dengue, menurut sumber lain3: pada penderita DBD yang disertai syok, setelah demam berlangsung selama beberapa hari, keadaan umum penderita tiba-tiba memburuk. Pada sebagian besar penderita ditemukan tanda kegagalan peredaran darah yaitu kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lemah, kecil sampai tidak dapat diraba. Tekanan darah menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, dan tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau lebih rendah. Penderita kelihatan lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam fase kritis syok. Penderita seringkali mengeluh nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok timbul. Nyeri perut hebat seringkali mendahului perdarahan gastrointestinal, dan nyeri di daerah retrosternal tanpa sebab yang dapat dibuktikan memberikan petunjuk terjadinya perdarahan gastrointestinal yang hebat. Syok yang terjadi selama periode demam biasanya mempunyai prognosis buruk.Tatalaksana sindrom syok dengue sama dengan terapi DBD, yaitu pemberian cairan ganti secara adekuat. Pada sebagian besar penderita, penggantian dini plasma secara efektif dengan memberikan cairan yang mengandung elektrolit, ekspander plasma, atau plasma, memberikan hasil yang baik. Nilai hematokrit dan trombosit harus diperiksa setiap hari mulai hari ke-3 sakit sampai 1-2 hari setelah demam menjadi normal. Pemeriksaan inilah yang menentukan perlu tidaknya penderita dirawat dan atau mendapatkan pemberian cairan intravena.b. Ensefalopati DenguePada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- danjumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai pendek.c. Kelainan ginjalGagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.d. Edema paruUdem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut: Dehidrasi Pendarahan Jumlah platelet yang rendah Hipotensi Bradikardi Kerusakan hatiPembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan, derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Untuk menemukan pembesaran hati ,harus dilakukan perabaan setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati sering kali ditemukan dan pada sebagian kecil kasus dapat disertai ikterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak jelas pada anak besar dan ini berhubungan dengan adanya perdarahan.e. Gangguan neurogik (kejang, ensephalopati)7. PROGNASISPrognosis DBD berdasarkan kesuksesan dalam tetapi dan penetalaksanaan yang dilakukan. Terapi yang tepat dan cepat akan memberikan hasil yang optimal. Penatalaksanaan yang terlambat akan menyebabkan komplikasi dan penatalaksanaan yang tidak tapat dan adekuat akan memperburuk keadaan.Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/SSD mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak.DBD Derajat I dan II akan memberikan prognosis yang baik, penatalaksanaan yang cepat, tepat akan menentukan prognosis. Umumnya DBD Derajat I dan II tidak menyebabkan komplikasi sehingga dapat sembuh sempurna.DBD derajat III dan IV merupakan derajat sindrom syok dengue dimana pasien jatuh kedalam keadaan syok dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Prognosis sesuai penetalaksanaan yang diberikan Dubia at bonam.

8. EPIDEMIOLOGIDemam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970. Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh Dati I di Indonesia.Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi (2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali (3) Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan (4) Peningkatan sarana transportasi.Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April Mei setiap tahun.

B. ADMINISTRASI KESEHATAN1. Definisi Kesehatan MasyarakatSudah banyak ahli kesehatan membuat batasan kesehatanmasayarakat. Secara kronologis batasan-batasan kesehahtan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwakesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatanmasyarakt. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.

2. Ruang Lingkup Kesehatan MasyarakatSeperti disebutkan diatasbahwakesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasri ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya.Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain: Epidemiologi Biostatistik/statistik kesehatan Kesehatan lingkungan Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku Administrasi kesehatan masyarakat Gizi masyarakat Kesehatan kerja.Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai bentanngan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembebrsihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehahtan masyarakat antara lain:a) Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.b) Perbaikan sanitasi lingkungan.c) Perbaikan lingkungan pemukiman.d) Pemberantasan vektor.e) Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.f) Pelayanan kesehatan ibu dan anak.g) Pembinaan gizi masyarakat.h) Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.i) Pengawasan obat dan minuman.j) Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.Fungsi administrasi kesehatan menurut George R.Terry: 1. Planning (perencanaan), merupakan kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari beberapa kemungkinan yang tersedia dan dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan.2. Organizing (pengorganisasian), mengatur sejumlah personil dan kegiatan untuk melaksanakan suatu tujuan dengan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawabnya.3. Actuating (penggerakan), melaksanakan rencana dan bentuk organisasi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan tujuan.4. Controlling (pengawasan), mengoreksi atau mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

7. KESIMPULANWilayah kerja Puskesmas Petanang dengan kasus KLB DBD dan kesenjangan ABJ 26% dari target pada bulan April 2015 akan dilakukan kegiatan penanggulangan KLB dengan Pemantauan Jentik Berkala (PJB), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), promosi kesehatan, pertolongan dan pelaporan penderita DBD.

8. DAFTAR PUSTAKA

1. Achmadi,U.F., 2001. Perubahan Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI.2. Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular. Jakarta: Elex Media Komputindo.3. Chahaya, I. 2003. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia, Digitized by USU Gigital Library. Medan4. Dorland, W. A. Newman.. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC.5. Departemen Kesehatan RI. 2006.Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas.Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta6. Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas.Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta7. Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 128/Menkes/SK/II/2004.8. Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Jakarta, Indonesia9. Kemenkes RI .2013. Buku Saku : Pengendalian Demam Berdarah Dengue Untuk Pengelola Program DBD Puskesmas. Kementerian Kesehatan RI;Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan : Jakarta10. Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika