fkip.smr-134
TRANSCRIPT
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 1/21
Makalah Seminar Matematika
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA SEKOLAH
MENENGAH ATAS PADA MATERI PELUANG
Oleh :
DWI PUSPITA SARI
NIM. 05.07.5045.134
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2010
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 2/21
i
HALAMAN JUDUL DAN PENGESAHAN
Judul : Model Pembelajaran Problem Solving
dalam Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Sekolah
Menengah Atas pada Materi Peluang.
Diajukan pada mata kuliah : Seminar Pendidikan Matematika
Telah dikoreksi dan disetujui oleh :
Dra.Suriaty, M.Pd
NIP. 1957121.3198601.2001
Drs.Zainuddin Untu, M.Pd
NIP. 19651231.199203.1041
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 3/21
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
Makalah ini dapat disusun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pendidikan
Matematika dengan judul “Model Pembelajaran Problem Solving dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas pada Materi Peluang”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs.Zainuddin Untu, M.Pd dan Ibu Dra.Suriaty ,M.Pd selaku dosen mata kuliah Seminar
Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan penulis dalam penyusunannya. Oleh karena itu kritik sebagai
perbaikan sangat penulis harapkan.
Samarinda, Oktober 2010
Penulis
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 4/21
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Batasan Masalah....................................................................... 3
D. Tujuan ..................................................................................... 3
E. Manfaat .................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Belajar Matematika ................................................................. 5
B. Model Pembelajaran Problem solving...................................... 6
C. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving.................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 10
B. Saran........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 5/21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD)
sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan merupakan
salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa,
maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai subyek dalam
pembangunan yang baik, diperlukan modal dari hasil pendidikan itusendiri. Khusus untuk mata pelajaran matematika, selain mempunyai sifat
yang abstrak, pemahaman konsep yang baik sangatlah penting karena
untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman
konsep sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang
erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai
tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi
yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Sampai saat ini
masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di dalam
mempelajari matematika.
Materi dalam pelajaran matematika dikenal dengan hirarki yang
sangat ketat. Suatu topik akan menjadi sulit dipahami oleh siswa manakala
belum menguasai materi prasarat yang dibutuhkan. Dengan kata lain
bahwa kaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain, satu dalil
dengan dalil yang lain, satu topik dengan topik yang lain dan satu teori
dengan teori yang lain sangat erat. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa siswa harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya dalam melihat
atau mengkaji kaitan antara suatu topik dengan topik yang lain atau satu
konsep dengan konsep yang lain, yang dipelajarinya.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 6/21
2
Perhatikan contoh berikut yang mengkaji kaitan antar hirarki dan
konsep dalam pembelajaran topik fungsi linier. Pada tingkat sekolah dasar
topik ini diperkenalkan melalui lambang yang sederhana yang anak-anak
sudah kenal, yaitu misalnya = 5 + 3. Pada Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), pembelajaran topik ini, bukan lagi dengan simbol seperti
di atas, akan tetapi sudah dapat diajarkan dengan bentuk y = 5x + 3, di
mana x {…, -3, -2, -1, 0, , 2, 3, …}. Sedangkan pada tingkat Sekolah
Lanjutan Atas (SLTA), topik tersebut ditulis atau diajarkan dalam bentuk
f(x) = 5x + 3, x adalah bilangan nyata (real). Untuk mengajarkannya pada
tingkat Perguruan Tinggi (PT), tentu lebih mendalam lagi, yaitu
menggunakan istilah daerah definisi dan daerah hasil fungsi yang ditulis
dalam bentuk simbol yang lebih abstrak dan universal, yaitu f (x) = 5x + 3,
x R. adanya keterkaitan yang dikemukakan oleh Bruner erat kaitannya
dengan apa disebut mathematical connection dalam curriculum and
evaluation standard for school mathematics. Di dalam kurikulum tersebut,
ditekankan kepada siswa agar mampu mengkaji dan menerapkan kaitan
antara topik-topik matematika dan aplikasinya.
Implikasi dari pernyataan tersebut adalah agar siswa dapat:
(1) memahami representasi keekivalenan konsep yang sama,
(2) menghubungkan prosedur satu representasi ke representasi yang
ekivalen,
(3) menggunakan dan menghargai kaitan antara topik matematika, dan
(4) menggunakan dan menghargai kaitan matematika dengan disiplin
lain (NCTM, 1989).
Kaitan antara teori belajar Bruner dengan pendekatan pengajuan
masalah matematika dapat dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara
aktif untuk mengkonstruksi dan mengajukan masalah, soal, atau
pertanyaan matematika sesuai dengan situasi yang diberikan. Misalnya,
siswa menyusun dan mengaitkan ide-ide yang disediakan dengan skemata
yang dimiliki oleh siswa. Pengajuan masalah dapat dilakukan oleh siswa
baik secara individu, berpasangan atau berkelompok. Ketiga cara tersebut
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 7/21
3
dapat menjadi penghubung antara topik yang diajarkan oleh guru dengan
skemata yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, menurut Silver dan Cai
(1996) bahwa hubungan tersebut penting artinya dalam meningkatkan
kemampuan siswa mengajukan dan memecahkan masalah.
Materi peluang sering kali tidak dapat dipahami dengan baik oleh
siswa dikarenakan dianggap memusingkan dan rumit, padahal tanpa
disadari mereka sering menghadapi masalah sehari-hari yang berkaitan
dangan peluang. Karena peluang tercipta dari apa yang dilakukan oleh
masyarakat dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya sehari-hari, tetapi
ketika dihadapkan pada pembalajaran matematika materi peluang akan
mengalami kesulitan.
Model Pembelajaran Problem Solving adalah suatu model
pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan ketrampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan menarik
kesimpulan. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan
dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam
mempelajari matematika, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang
maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba
mengambil judul Model Pembelajaran Problem Solving dalam
Pembelajaran Matematika Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas pada
Materi Peluang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana penerapan materi peluang
dengan menggunakan model pembelajaran problem solving ?”.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan nantinya tidak meluas, maka penulis hanya akan
mengungkapkan tentang penerapan Model Pembelajaran Problem Solving
dalam Pembelajaran Matematika Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas
pada Materi Peluang.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 8/21
4
D. Tujuan Penulisan.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam Pembelajaran
Matematika Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas pada Materi Peluang
E. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan:
1. Bagi guru dapat menjadi bahan referensi dalam mengelola
pembelajaran matemtika dikelas.
2. Bagi siswa menambah keaktifan dan menciptakan cara belajar yang
baik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dalam belajar matematika.
3. Bagi sekolah sebagai bahan sumbangan kepada pihak sekolah dalam
rangka perbaikan proses pembelajaran matematika.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 9/21
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belajar Matematika
Belajar adalah menambah atau mengumpulkan sejumlah
pengetahuan. Peserta didik diibaratkan sebagai botol kosong yang siap
diisi hingga penuh dengan berbagai pengetahuan. Selain itu, peserta didik
diberikan bermacam-macam materi pelajaran dalam rangka memperoleh
pengetahuan baru atau menambah pengetahuan yang telah dimilikinya
(Sihotang, 1997). Pendapat yang lebih modern menganggap bahwa belajar
merupakan kegiatan mental seseorang sehingga terjadi perubahan tingkahlaku. Perubahan tersebut dapat dilihat ketika siswa memperlihatkan
tingkah laku baru, yang berbeda dari tingkah laku sebelumnya. Selain itu,
perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat ketika seseorang memberi
respons yang baru pada situasi yang baru (Gledler, 1986) Hudoyo (1998)
menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berlangsung dalam
mental seseorang, sehingga terjadi perubahan tingkah laku, di mana
perubahan tingkah laku tersebut bergantung kepada pengalaman
seseorang.
Beberapa alasan mengapa matematika perlu diajarkan disekolah.
Pertama, Matematika menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu.
Kedua, matematika menyiapkan siswa menjadi warga negara yang hemat,
cermat dan efisien, selain itu matematika membantu siswa untuk
mengembangkan karakternya.
Orientasi pengajaran matematika cenderung sangat prosedural, secara
gamblang seorang guru menyatakan bahwa selama ini mereka (para guru
matematika) mengajarkan siswa-siswa menghafalkan rumus-rumus
matematika itu sendiri. Tujuan pembelajaran matematika disekolah adalah
untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa. Selain itu, peningkatan
sikap kreativitas dan kritis juga dapat dilatih melalui pembelajaran
matematika yang sistematis dan sesuai dengan pola-pola pembelajarannya.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 10/21
6
Agar pembelajaran bermakna bagi siswa maka pembelajarannya
seyogianya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik.
Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran
matematika di sekolah, disatu sisi merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan kecerdasan peserta didik. Namun, di sisi lain terdapat pakar
yang menilai bahwa pembelajaran matematika disekolah hanyalah
merupakan kebutuhan yang bersifat pelengkap dari apa yang telah
dikembangkan oleh para ilmuan dalam matematika.
Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika
(2001:1-2) banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu
pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran
baru, memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas yang rutin
dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3M, yaitu
membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila
pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Pendidikan matematika mempunyai potensi besar untuk memainkan
peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini dapat terwujud
jika pendidikan matematika mampu melahirkan peserta didik yang cakap
dalam matermatika dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis,
bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan
perkembangan. Kualitas sumber daya manusia seperti ini menjamin
keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di
Indonesia.
Teknologi adalah kemampuan menerapkan suatu pengetahuan dan
kependaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan suatu produk, yang
berhubungan dengan seni, yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta
bersandarkan pada aplikasi dan implikasi pengetahuan itu sendiri.
Teknologi yang merupakan aplikasi kemajuan ilmu pengetahuan
yang membawa dunia pendidikan untuk menyesuaikannya. Strategi
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 11/21
7
pembelajaran harus berorientasi pada kebutuhan teknologi masa kini,
artinya setiap materi yang sudah dirancang dalam jabaran KBK dicarikan
link dengan masalah kontekstual dan teknologi, adakah kegunaan materi
yang diajarkan sekarang di masa yang akan datang.
B. Model Pembelajaran Problem Solving
Model Pembelajaran Problem Solving (pemecahan masalah) adalah
suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran pemecahan
masalah (Pepkin, 2004). Dengan menggunakan model pembelajaran ini
diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi
siswa dalam mempelajari matematika, sehingga siswa dapat memperoleh
manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya.
Pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang
didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui
penugasan atau pertanyaan matematika (Tim PPPG Matematika, 2005:93).
Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau
menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya.
Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau
oleh kemampuan siswa. Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa
dapat menurunkan motivasi mereka.
Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan menggunakan
pemecahan masalah sebagai stratetgi pembelajaran. Mengajar
memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan
suatu persoalan , sedangkan strategi pemecahan masalah adalah teknik
untuk membantu siswa memahami dan menguasai materi pembelajran
dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. ( Sanjaya, 2006).
Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah adalah bagian dari
strategi belajar mengajar inkuiri. Penyelesaian masalah menurut J. Dewey
(dalam Hudojo, 2003:163), ada enam tahap:
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 12/21
8
(1) Merumuskan masalah: mengetahui dan menemukan masalah secara
jelas.
(2) Menelaah masalah: menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.
(3) Merumuskan hipotesis: berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,
sebab akibat dan alternatif penyelesaian.
(4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis: kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data
dalam bentuk diagram, gambar.
(5) Pembuktian hipotesis: cakap menelaah dan membahas data,
menghitung dan menghubungkan, keterampilan mengambil keputusan
dan kesimpulan.
(6) Menentukan pilihan penyelesaian: kecakapan membuat alternatif
penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan
akibat yang akan terjadi pada setiap langkah.
Ada beberapa ciri strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah,
pertama siswa bekerja secara individual atau bekarja pada kelompok kecil;
kedua, pembelajaran ditekankan pada materi pembelajaran yang
mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan;ketiga, siswa
menggunakan banyak pendekatan dalam belajar; keempat, hasil dari
pemecahan masalah adalah tukar pendapat(sharing) antara semua siswa.
Model pembelajaran problem solving memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut:
1. belajar dimulai dengan suatu masalah,
2. memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan
dunia nyata siswa
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 13/21
9
3. mengorganisasikan pembelajaran diseputar masalah, bukan
diseputar disiplin ilmu,
4. menggunakan kelompok kecil
5. menuntut siswa mendemontrasikan apa yang telah mereka
pelajari kemudian membimbing mereka pada kesimpulan yang
diharapkan.
Pada dasarnya pembelajaran dengan pengajuan masalah matematika
merupakan pengembangan dari pembelajaran dengan pemecahan masalah
matematikan dan kemampuan siswa untuk memahami masalah,
merencanakan dan menjalankan strategi penyelesaian masalah. Ketiga
langkah tersebut juga merupakan langkah-langkah dalam pembelajaran
dengan pendekatan pengajuan masalah matematika (Silver et al., 1996).
Selain itu, Cars (dalam Sutawidjaja, 1998) menegaskan bahwa untuk
meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika, maka
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan jalan membiasakan
siswa mengajukan masalah, soal, atau pertanyaan matematika sesuai
dengan situasi yang diberikan oleh guru, siswa yang mempunyai
kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah matematika, besar
kemungkinan akan mampu mengajukan masalah, soal atau pertanyaan
matematika yang lebih berkualitas. Sebaliknya, bagi mereka yang
mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika yang kurang,
kemungkinannya akan lebih banyak mengajukan masalah, soal, atau
pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan atau respons mereka
hanya berupa pernyataan.
Model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan metode berpikir,
sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lain,
seperti mencari data sampai menarik kesimpulan (Syahril, 2006). Model
pembelajaran problem solving mempunyai kelebihan dan kekurangan.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 14/21
10
1. Kelebihan model pembelajaran problem solving
a. dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan di dunia nyata;
b. dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil yang merupakan kemampuan yang
sangat bermakna bagi kehidupan nyata;
c. dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh karena dalam proses belajarnya
siswa banyak melakukan mental dengan cara menyoroti
masalah dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
d. dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
2. Kekurangan dari model pembelajaran problem solving
a. menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa , tingkat sekolah dan kelasnya,
serta tingkat pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru;
b. memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa
mengambil waktu pelajaran lain;
c. mengubah kebiasaan siswa belajar denang mendengarkan dan
menerima informasi dan guru menjadi banyak berpikir
memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang
kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar
merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
Dari beberapa pendapat dapat diambil maknanya bahwa model
pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang
merangsang kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah
sehingga dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi
siswa.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 15/21
11
C. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving
Gambaran problem solving dapat diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Berikut
ini adalah langkah-langkah penerapan problem solving :
1. Guru merancang dan mengelola kegiatan belajar mengajar yang
mendorong siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, setiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang.
3. Guru memberikan suatu masalah yang berhubungan dengan
dunia nyata siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Masalah yang diberikan tidak berbeda, maksudnya masalah
tersebut diselesaikan oleh semua atau kelompok. ( dalam
pembelajaran materi peluang maka masalah yang diberikan
berkaitan dengan materi peluang ).
4. Guru mengamati, memotivasi dan memfasilitasi siswa dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan.
5. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yaitu melakukan
pengamatan pada masalah yang telah diberikan dengan kelompok
diskusinya.
6. Siswa mendemontrasikan hasil kerja yang diperolehnya dan siswa
yang lain memperhatikan dan menanggapi hasil kerja yang
didapat kemudian bertugas membandingkan dengan hasil
kerjanya.
7. Dengan tanya jawab, guru dan siswa menyimpulkan tentang
jawaban yang benar.
8. Guru mengaitkan kegiatan belajar mengajar dengan pengalaman
siswa sehari-hari,siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 16/21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berikut ini adalah langkah-langkah penerapan problem solving
a. Guru merancang dan mengelola kegiatan belajar mengajar yang
mendorong siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran
b. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil, terdiri antara 4-5 siswa.
c. Guru memberikan suatu masalah yang berhubungan dengan dunia
nyata siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Masalah yang
diberikan tidak berbeda, maksudnya masalah tersebut diselesaikan oleh
semua kelompok. ( dalam pembelajaran materi peluang maka masalah
yang diberikan berkaitan dengan materi peluang ).
d. Guru mengamati, memotivasi dan memfasilitasi siswa dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan.
e. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yaitu melakukan
pengamatan pada masalah yang telah diberikan dengan kelompok
diskusinya.
f. Siswa mendemontrasikan hasil kerja yang diperolehnya dan siswa yang
lain memperhatikan dan menanggapi hasil kerja yang didapat kemudian
bertugas membandingkan dengan hasil kerjanya.
g. Dengan tanya jawab, guru dan siswa menyimpulkan tentang jawaban
yang benar.
h. Guru mengaitkan kegiatan belajar mengajar dengan pengalaman siswa
sehari-hari,siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-
hari.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 17/21
11
11
B. Saran
Penggunaan model pembelajaran problem solving sangat baik untuk
meningkatkan kemampuan berfikir siswa tetapi model pembelajaran ini sangat
sulit untuk mengontrol kebiasaan siswa dalam belajar, oleh sebab itu
diharapkan kepada tenaga pendidik agar lebih kreatif untuk menerapkannya
agar terwujud secara optimal.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 18/21
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, 2006, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta;Kencana.
Sihotang, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta; Rineka Cipta
Sobel Max.A dan Evan M. Maletsky, 2001, Mengajar Matematika: Sebuah Buku
Sumber Alat Peraga, Aktivitas dan Strategi Diterjemahkan oleh
Suyono,Jakarta;Erlangga, hal 1-2.
Syahril, 2002, Matematika Untuk SMP Kelas VIII , Jakarta ; Erlangga.
Tim PPPG Matematika, 2005, Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta;
Rineka Cipta, hal: 93
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 19/21
Mata Pelajaran : Matematika
Satuan Pembelajaran: SMA
Kelas / Semester : XI / I
Alokasi Waktu : 3 40 menit
Pokok Bahasan : PeluangSub Pokok Bahasan : Kaidah Pencacahan
A. Standar Kompetensi
Memahami aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam
pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
Siswa menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan
masalah.
C. Indikator
Siswa dapat menentukan banyaknya susunan atau cara yang mungkin terjadi dari suatu
peristiwa dengan aturan perkalian.
D. Langkah pembelajaran
1.Kegiatan Awal
a. Guru mengkomunikasikan indikator belajar dan hasil belajar yang diharapkan
akan dicapai oleh setiap siswa.
b. Guru menginformasikan Model Pembelajaran Problem Solving pada materi yangakan diajarkan.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan 1 kelompok berisi
antara 2-3 orang.
b. Guru membagikan Lembar Kerja tentang materi peluang yang akan dipelajari
yaitu ruang sampel percobaan acak, isi dari lembar kerja tersebut adalah
beberapa kejadian yang pernah mereka hadapi dalam kegiatan mereka sehari-
hari.
c. Siswa menyelesaikan Lembar Kerja yang dibagikan guru, sedangkan guru
berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa.
d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
siswa dalam memecahkan masalah yaitu melakukan pengamatan pada lembar
kerja yang telah diberikan dengan kelompok diskusinya
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 20/21
e. Siswa mendemontrasikan hasil kerja yang diperolehnya dan siswa yang lain
memperhatikan dan menanggapi hasil kerja yang mendapat tugas dibandingkan
dengan hasil kerjanya.
f. Dengan tanya jawab, guru dan siswa menyimpulkan tentang jawaban yang
benar.
g. Guru mengaitkan kegiatan belajar mengajar dengan pengalaman siswa sehari-
hari,siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.
h. Siswa mengerjakan soal-soal.
3. Kegiatan Akhir
Guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan siswa.
E. Sumber
Siswanto. 2005. Matematika Inovatif untuk Kelas XI SMA dan MA. .Solo: Tiga
Serangkai. Halaman 84 - 89.
Sukino. 2006 . Matematika untuk SMA Kelas XI Semester 1.Jakarta: Erlangga.
Halaman 80 - 87.
F. Penilaian
Penilaian diberikan pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung yakni
dilaksanakan pada saat siswa mengerjakan LKS, presentasi dan latihan soal.
G. Soal
1. Jalan yang dapat ditempuh dari Bontang ke Samarinda sebanyak 3 jalan, sedangkan
dari Samarinda ke Balikpapan sebanyak 2 jalan. Berapa banyak jalan yang dapat
ditempuh dari Bontang ke Balikpapan?
Jawab:
Bontang
Banyaknya jalan yang dapat ditempuh dari Bontang menuju Balikpapan adalah 3 2
= 6 jalan.2. Kelas XI IPA 4 akan mengadakan pemilihan pengurus kelas yang terdiri dari ketua
dan sekretaris. Sebelumnya telah dipilih dua orang calon ketua, yaitu Andi dan Doni,
serta dua orang calon sekretaris, yaitu Ayu, Ana, dan Erni. Tentukan banyaknya
pasangan calon pengurus kelas XI IPA 4
Jawab:
Samarinda Balikpapan
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 21/21
a) Dengan diagram pohon
Dari diagram pohon, banyaknya pasangan calon pengurus kelas XI IPA 4 adalah
6 pasang calon pengurus.
b) Dengan tabel
Calon KetuaCalon Sekretaris
Ayu Ana Erni
Andi (Andi, Ayu) (Andi, Ana) (Andi, Erni)
Doni (Doni, Ayu) (Doni, Ana) (Doni, Erni)
Dari tabel, banyaknya pasangan calon pengurus kelas XI IPA 4 adalah 6 pasang
calon pengurus.
c) Dengan pasangan berurutan
Dari pasangan berurutan,
banyaknya pasangan calon
pengurus kelas XI IPA 4 adalah
6 pasang calon pengurus.
…………. Andi, A u)
Andi
Doni
Ayu
Ana
Erni
Ayu
Ana
Erni
Calon
ketua
Calon
sekretaris
Calon
pengurus
…………. Andi, Ana)
…………. Andi Erni
…………. Doni, A u)
…………. Doni, Ana)
…………. Doni Erni
Andi .
Doni .. Ayu
. Ana
.Erni
Calon Ketua Calon Sekretaris