format laporan pencil
DESCRIPTION
Format Laporan PencilTRANSCRIPT
Laporan Penelitian Kecil Proyek Anatomi dan Fisiologi Hewan 2015
PENGARUH PENDEDAHAN ASAP ROKOK SECARA PASIF TERHADAP
TIMBULNYA EMFISEMA PADA MENCIT
(Mus musculus)
I Dewa Agung Panji Giasintha Stefan Rena Nafria Nandasari Semeru Gita Lestari Rifki Nurfajri Ramadhan Safitri Rusiwardani Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB)Jalan Ganesha No. 10 Bandung 40132 Indonesiae-mail: [email protected]
Abstrak Susunlah draft publikasi anda sesuai dengan format yang sudah disediakan. Format kertas, margin, kolom, alignment, header dan footer telah ditentukan. Jenis dan ukuran font telah ditentukan: font, digunakan jenis Gulliver-Reguler. Ukuran pada judul sub-bagian (bold) adalah 10; badan abstract adalah 9; badan tulisan adalah 10; keterangan gambar dan grafik adalah 9. Berikan satu baris kosong sesudah setiap judul. Gambar atau table dapat menempati 1 atau 2 kolom. Jika menempati 2 kolom, tempatkan gambar/table di bagian atas atau bawah halaman sehingga tidak menganggu badan tulisan. Tuliskan abstrak anda dengan maksimal 200 kata. Perhatikan format daftar pustaka.
Kata kunci Tuliskan kata-kata kunci dari draft publikasi anda disini
Pendahuluan
Merokok kini sudah tidak asing lagi di
kalangan masyarakat. Bahkan saat ini
merokok di kalangan remaja seperti pada anak
sekolah telah menjadi tolak ukur dalam
pergaulan, padahal di dalam kemasan rokok
tersebut tecantum bahaya yang dikandung
oleh rokok. Rokok merupakan zat adiktif yang
berupa hasil olahan tembakau terbungkus
yang berasal dari tanaman Nicotiana rustica.
Berbagai penelitian dan kajian dilakukan
untuk menbuktikan bahaya rokok bagi
kesehatan. Pada kenyataannya, merokok
bukan hanya membahayakan perokok aktif
saja, tetapi membahayakan perokok pasif
juga. Perokok pasif merupakan istilah bagi
seseorang yang tidak merokok secara
langsung namun menghirup sisa pembakaran
atau asap rokok dari orang yang merokok
secara aktif. Bahaya bagi perokok pasif lebih
besar daripada perokok aktif karena sisa
pembakaran dari rokok tersebut bersifat
karsinogenik dan kronis dibandingkan dengan
kandungan rokok yang dihisap oleh perokok
aktif (Maes et.al, 2010).
Kandungan rokok yang dihisap oleh
perokok pasif terdiri dari amonia, butan,
karbon monoksida, kromium, sianida,
formaldehid, timbal, dan polonium. Senyawa-
senyawa tersebut bersifat racun dan dapat
bertahan di udara dalam waktu yang cukup
lama. Rokok bagi perokok pasif sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan
berbagai penyakit-penyakit kronis yang sulit
untuk disembuhkan seperti penyakit jantung,
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati :::
1
Laporan Penelitian Kecil Proyek Anatomi dan Fisiologi Hewan 2015
kanker, dan terutama penyakit pada paru-paru
seperti emfisema dan asma (Stedman, 1968).
Bahaya yang harus ditanggung perokok
pasif tiga sampai lima kali lipat dari bahaya
perokok aktif. Hal ini dikarenakan menurut
dr. Widyastuti Soerojo dari Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)
mengatakan, sebanyak 25 persen zat
berbahaya yang terkandung dalam rokok
masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75
persennya beredar di udara bebas yang
berisiko masuk ke tubuh orang di
sekelilingnya.
Hasil analisa lanjut Susenas 2001
menunjukka prevalensi perokok aktif di
Indonesia pada laki-laki umur 10 tahun ke
atas adalah 54,5%, sedangkan perokok
aktif perempuan 1,2% [10]. Sebesar 68,9%
perokok mulai merokok pada umur kurang
dari 20 tahun. Umur mulai merokok pada
usia muda (< 20 tahun) meningkat sebesar
12,5% [11] dalam kurun waktu 5 tahun.
Lebih dari separuh (52,1%) laki-laki umur
40 tahun ke atas merokok selama 30 tahun
atau lebih dan 40% dari mereka merokok
selama 21-30 tahun. Lebih dari separuh
perokok mengkonsumsi 10 batang rokok
atau lebih per hari. Umur dini nlulai
merokok yang terus meningkat, disertai
lama merokok dan dosis rokok yang cukup
tinggi pada sebagian besar perokok laki-
laki. Perokok aktif yang mengaku merokok
dalam rumah ketika bersama dengan
anggota keluarga lainnya sebesar 91,8%
[10], ha1 ini meliputi 64% rumah tangga
sampel dalam modul Susenas 2001 [12].
Dengan demikian jumlah sampel perokok
aktif yang merokok dalam rumah 71.189
penduduk dan jumlah perokok pasif
meliputi 133.694 penduduk. Sesudah
diinflat jumlah perokok aktif menjadi
55.311.513 penduduk dan jumlah perokok
pasif 97.560.002 penduduk
10. Anna M.Sirait, Julianty Pradono,
Ida L.Toruan. Perilaku Merokok. Laporan
Akhir Surkesnas Workshop on Evidence for
Decision Making. 28 Januari-28 Maret
2002. Hal. 291-340 I I.
[11]Suhardi. Perilaku Merokok di
Indonesia, Survei Kesehatan Rumah
Tangga 1995. Seri Suwei Kesehatan Rumah
Tangga No. 6. Jakarta: Litbangkes. 12.
[12] Badan Pusat Statistik. Statistik
Kesehatan 2001. Jakarta: BPS
Dengan banyaknya jumlah perokok
pasif di Indonesia, penderita penyakit pada
paru – paru pun ikut meningkat. Salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh perokok
pasif adalah Emfisema. Emfisema adalah
suatu keadaan dimana alveolus dalam paru-
paru berukuran lebih besar daripada
normalnya dan jumlah selnya berkurang.
2
Laporan Penelitian Kecil Proyek Anatomi dan Fisiologi Hewan 2015
Jaringan pada alveolus kehilangan
elastisitasnya akibat kandungan nikotin yang
terdapat pada rokok sehingga kantung udara
paru-paru tidak dapat mengembang dan
menyebabkan kadar oksigen yang ditransfer
ke dalam aliran darah berkurang. Komplikasi
emfisema lebih lanjut dapat menyebabkan
bronkitis akut dan pulmonary edema.
Penyakit tersebut menyebabkan timbulnya
cairan pada jaringan paru-paru. Cairan
tersebut disebabkan karena otot jantung tidak
dapat memompa darah kembali ke jantung
dari paru-paru sehingga tekanan pembuluh
darah pada paru-paru meningkat kemudian
plasma darahnya keluar dari jaringan menuju
ruang interstial sekitar paru-paru. Tekanan
pada pembuluh darah yang meningkat pada
paru-paru menambah kompikasi lain yaitu
timbul pembengkakan pada paru-paru akibat
aktivitas imun terhadap partikulat rokok yang
terhirup dan pembuluh darah pada paru-paru
tersebut menghitam akibat darah yang
terperangkap disana. (Hautamaki et.al.,1997).
Mengingat besarnya bahaya dan
dampak yang ditimbulkan emfisema terhadap
kesehatan tubuh manusia, maka dari itu kami
membuat penelitian tentang pengaruh
pemberian asap rokok terhadap timbulnya
penyakit emfisema dengan bahan penelitian
berupa Mus musculus jantan.
Pada mencit, penyakit pada paru-paru
yang paling mungkin disebabkan oleh asap
rokok yang didedahkan secara pasif adalah
emfisema. Kemungkinan penyakit lain
misalnya asma sangat sulit dibuktikan
keberadaanya akibat dari perbedaan mendasar
struktur dan proses perkembangan jaringan
paru-paru dan sekitarnya antara mencit dan
manusia. Paru-paru mencit berkembang
sepenuhnya pada saat masih dalam kandungan
sementara pada manusia paru-paru masih
berkembang beberapa saat dalam tahap awal
kehidupannya. Perkembangan paru-paru
manusia ini yang paling rentan terkena
anomali saluran pernapasan misalnya
timbulnya asma akibat alergi pada alergen
tertentu, karena alergi hanya akan dapat
diinisiasi jika paparan alergennya langsung
selama masa perkembangan paru-paru. Paru-
paru mencit yang berkembang sepenuhnya
dalam kandungan memiliki banyak sekali
metode perbaikan kerusakan yang
mencegahnya menjadi abnormal setelah
dilahirkan dan juga mencegahnya terpapar
alergen selama proses perkembangan [10].
Perbedaan lain juga terdapat pada fisiologi
dari saluran-saluran pada saluran pernapasan
masing-masing. Paru-paru mencit sangat
kekurangan kelenjar submukosa kecuali pada
trakea sedangkan saluran pernapasan manusia
sangat banyak memilikinya. Selanjutnya pada
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati :::
3
Laporan Penelitian Kecil Proyek Anatomi dan Fisiologi Hewan 2015
saluran udara besar pada mencit, epitel
bronchialnya tidak sepenuhnya memiliki sel
epitel pipih dan lapisan muscularis. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan perbedaan
respon yang diberikan pada stimulus yang
dihirup misalnya partikulat rokok [11]. respon
yang diberikan oleh mencit hampir semuanya
adalah respon inflamasi parenkimal dan
vaskular dibandingkan respon penyempitan
saluran pernapasan yang terjadi pada asma
manusia sehingga kemungkinan asma yang
ditimbulkan oleh pendedahan asap rokok
diperkirakan akan sangat kecil [4].10. Lilly CM, Tateno H, Oguma T, Israel E, Sonna LA. Effects of allergenchallenge on airway epithelial cell gene expression. Am J Respir CritCare Med 2005;171:579–586.11. Harris JR, Racaniello VR. Changes in rhinovirus protein 2C allow efficient
replication in mouse cells. J Virol 2003;77:4773–4780.4. Kumar RK, Foster PS. Modeling allergic asthma in mice: pitfalls and
opportunities. Am J Respir Cell Mol Biol 2002;27:267–272.
Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan pengaruh asap rokok yang
didedahkan secara pasif dapat menimbulkan
emfisema pada Mus musculus serta
menentukan kuantitas pendedahan batang
rokok terhadap emfisema yang mungkin
ditimbulkan. Adapun beberapa hipotesis yang
dapat kami sajikan adalah bahwa mencit (Mus
musculus) yang didedahkan asap rokok secara
pasif akan menderita emfisema, mencit (Mus
musculus) yang didedahkan asap rokok secara
pasif akan menderita apoksia. Apoksia adalah
komplikasi atau penyakit lanjutan dari
penyakit hipoksia, yaitu keadaan dimana
suplai atau kadar oksigen pada jaringan paru-
paru berkurang akibat hemoglobin darah
dalam jaringan tidak dapat menyerap oksigen
secara maksimal. Penyebab terjadinya apoksia
ialah kandungan karbonmonoksida yang ada
pada rokok. Jaringan alveoli menyerap
karbonmonoksida lebih banyak dibandingkan
kandungan oksigen yang seharusnya diserap
oleh Hemoglobin dalam darah. Akibatnya
seseorang mengalami sesak nafas dan nafsu
makan menjadi berkurang (Morton, 2003).
Hipotesis lainnya adalah bahwa jumlah asap
rokok yang didedahkan pada mencit
berbanding lurus dengan kemungkinan
emfisema dan atau apoksia yang diderita.
Manfaat yang diperoleh dari penelitian
ini diantaranya yaitu pertama data yang
diperoleh dapat digunakan untuk
mengampanyekan gerakan anti perokok pasif
karena berbagai penelitian membuktikan
bahwa perokok pasif mempunyai resiko yang
sama besar dengan perokok aktif untuk
terkena penyakit jantung koroner, stroke,
emfisema, kanker paru, penyakit paru kronis
yang semuanya itu merupakan sebab utama
kematian (WHO, 1997). Kedua, dapat
digunakan sebagai acuan kebijakan dalam
membatasi perkembangan perokok aktif.
Menurut Harman, moralitas dapat membuat
4
Laporan Penelitian Kecil Proyek Anatomi dan Fisiologi Hewan 2015
seseorang berubah. Maka manfaat ketiga yang
diperoleh ialah pertimbangan moral bagi
perokok pasif yang telah terpapar agar
terhindar dari paparan asap rokok selanjutnya
dan bagi perokok aktif agar tidak merugikan
orang di sekitarnya dengan tidak lagi merokok
di tempat umum.
Hautamaki, e. a. 1997. Requirement for Macrophage Elastase for Cigarette Smoke-Include Emfisema in MIce. Science(277): 2002-2004.
Harman, Gilbert. 1977. The Nature of Morality. USA : Oxford University Press. Maes, e. 2010. Mouse Models to Unravel The
Role of Inhalated Pollutants on Allergic Sensitization and Airway Inflamation. Respiratory Research, 11(7).
Morton, Patricia Gonce. 2003. Panduan Pemeriksaan Kesehatan. Edisi Kedua. Jakar-
ta : EGC. Rachmaningtyas, A. 2011. 61,4 Juta
Penduduk Indonesia Perokok Aktif. Accessed Oktober 25, 2015, from nasional.sindonews.com/read/744854/15/61-4-juta-penduduk-indonesia-perokok-aktif-1370000557
Stedman, R. L. 1968. The Chemical
Composition of Tobacco and Tobacco Smoke.
ChemRev, 2(68), 153-207.
World Health Organization. Tobacco
or health: A Global status report. Geneva:
WHO. 1997
Metodologi
Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
apakah benar mencit yang didedahkan asap
rokok secara pasif akan mengalami emfisema
dan bagaimana pengaruh jumlah batang rokok
yang didedahkan terhadap emfisema yang
mungkin ditimbulkan. Praktikan
menggunakan 9 ekor mencit jantan berusia 8-
12 minggu dengan berat rata-rata 27,43gram.
Mencit diperoleh dari laboratorium Biologi
Sekolah ilmu dan Teknologi Hayati ITB
dalam keadaan normal. Mencit dibagi ke
dalam 3 kelompok perlakuan yaitu perlakuan
normal, perlakuan dengan 2 batang rokok dan
perlakuan dengan 4 batang rokok. Seluruh
pendedahan dilakukan 1 kali sehari pada
waktu sore (16-19 WIB) setiap hari selama 10
hari.
Metode pendedahan asap rokok
dilakukan di dalam inhalator yang dibuat
mandiri oleh praktikan bardasarkan desain
inhalator dan metode pendedahan pada [X]
selama 30 menit dengan 2 sesi yang masing-
masing sesinya selama 15 menit. Awalnya
dilakukan penjenuhan asap dalam chamber
inhalator selama 5 menit baru kemudian
dimasukkan mencit ke dalamnya. Jeda
diberikan selama 3 menit tiap pergantian sesi
yang digunakan untuk memberikan
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati :::
5
Laporan Penelitian Kecil Proyek Anatomi dan Fisiologi Hewan 2015
kesempatan kepada mencit untuk menghirup
udara bebas agar tidak mati akibat apoksia
sambil asap pada chamber dijenuhkan lagi.
Pada saat akhir pendedahan tiap 2 hari sekali,
laju pernapasan mencit akan diukur
menggunakan respirometer sementara berat
badan akan diukur tiap hari. Pendedahan asap
rokok dilakukan secara pasif, maksudnya
mencit tidak aktif menghisap asap rokok
langsung dari batangnya.
Mencit dimasukkan ke dalam inhalator
bersamaan dengan dimatikannya rokok-rokok
tersebut agar konsentrasi asap yang telah
jenuh dari masing-masing perlakuan tidak
berubah. Rokok dibiarkan hidup selama 5
menit tiap awal sesi (dijenuhkan) kemudian
dimatikan apinya dengan cara menginjeksikan
air menggunakan jarum suntik lewat lubang
ventilasi inhalator langsung ke ujung batang
rokok yang menyala. Pada akhir percobaan ini
nantinya mencit akan dibedah untuk diamati
kondisi paru-parunya. Penilaian kondisi paru-
paru menggunakan sistem semi-kuantitatif
untuk mengukur tingkat adanya cairan di
jaringan sekitar paru-paru dan untuk
menentukan tingkat pembengkakan pada
paru-paru..Selama keberjalanan terjadi
kesulitan akibat salah seekor dari mencit mati
akibat apoksia pada hari kedua. Desain
penelitian kemudian dilakukan yang dari
awalnya mencit hanya dibiarkan bebas di luar
inhalator selama 1 menit menjadi 3 menit.
Kendala lainnya juga terjadi akibat perilaku
mencit yang semakin agresif sehingga
handlingnya harus sangat berhati-hati.Brito, M.V.H., Yasojima, E.Y., Silveira, E.L., Yamaki, V.N., Teixeira, R.K.C., Feijó, D.H., Gonçalves, T.B. New experimental model of exposure to environmental tobacco smoke. Acta Cirúrgica Brasileira - Vol. 28 (12) 2013 - 815Cara Kerja
Lorem ipsum dolor sit amet, ligula suspendisse nulla pretium, rhoncus tempor fermentum, enim integer ad vestibulum volutpat. Nisl rhoncus turpis est, vel elit, congue wisi enim nunc ultricies sit, magna tincidunt. Maecenas aliquam maecenas ligula nostra, accumsan taciti. Sociis mauris in integer, a dolor netus non dui aliquet, sagittis felis sodales, dolor sociis mauris, vel eu libero cras. Faucibus at. Arcu habitasse elementum est, ipsum purus pede porttitor class, ut adipiscing, aliquet sed auctor, imperdiet arcu per diam dapibus libero duis. Enim eros in vel, volutpat nec pellentesque leo, temporibus scelerisque nec.
Hasil dan Pembahasan
Lorem ipsum dolor sit amet, ligula suspendisse nulla pretium, rhoncus tempor fermentum, enim integer ad vestibulum volutpat. Nisl rhoncus turpis est, vel elit, congue wisi enim nunc ultricies sit, magna tincidunt. Maecenas aliquam maecenas ligula nostra, accumsan taciti. Sociis mauris in integer, a dolor netus non dui aliquet, sagittis felis sodales, dolor sociis mauris, vel eu libero cras. Faucibus at. Arcu habitasse elementum est, ipsum purus pede porttitor class, ut adipiscing, aliquet sed auctor, imperdiet arcu per diam dapibus libero duis. Enim eros in vel, volutpat nec pellentesque leo, temporibus scelerisque nec.
6
Laporan Penelitian Kecil Proyek Anatomi dan Fisiologi Hewan 2015
Gambar 1 Lorem ipsum dolor sit amet, ligula suspendisse nulla pretium, rhoncus tempor fermentum, enim integer ad vestibulum volutpat. Nisl rhoncus turpis est, vel elit.
Lorem ipsum dolor sit amet, ligula suspendisse nulla pretium, rhoncus tempor fermentum, enim integer ad vestibulum volutpat. Nisl rhoncus turpis est, vel elit, congue wisi enim nunc ultricies sit, magna tincidunt. Maecenas aliquam maecenas ligula nostra, accumsan taciti. Sociis mauris in integer, a dolor netus non dui aliquet, sagittis felis sodales, dolor sociis mauris, vel eu libero cras. Faucibus at. Arcu habitasse elementum est, ipsum purus pede porttitor class, ut adipiscing, aliquet sed auctor, imperdiet arcu per diam dapibus libero duis. Enim eros in vel, volutpat nec pellentesque leo, temporibus scelerisque nec.
Figure 2. Lorem ipsum dolor sit amet, ligula suspendisse nulla pretium, rhoncus tempor fermentum, enim integer ad vestibulum volutpat. Nisl rhoncus turpis est, vel elit.
Lorem ipsum dolor sit amet, ligula suspendisse nulla pretium, rhoncus tempor fermentum, enim integer ad vestibulum volutpat. Nisl rhoncus turpis est, vel elit, congue wisi enim nunc ultricies sit, magna tincidunt. Maecenas aliquam maecenas
ligula nostra, accumsan taciti. Sociis mauris in integer, a dolor netus non dui aliquet, sagittis felis sodales, dolor sociis mauris, vel eu libero cras. Faucibus at. Arcu habitasse elementum est, ipsum purus pede porttitor class, ut adipiscing, aliquet sed auctor, imperdiet arcu per diam dapibus libero duis. Enim eros in vel, volutpat nec pellentesque leo, temporibus scelerisque nec.
Tabel 1. Table heading are also printed in 8 and they are centered.
Column 1 Column 2 Column 3
Row Heading 1Row Heading 2Row Heading 3Row Heading 4
etc.
etc. etc. etc.
Ac dolor ac adipiscing amet bibendum nullam, lacus molestie ut libero nec, diam et, pharetra sodales, feugiat ullamcorper id tempor id vitae. Mauris pretium aliquet, lectus tincidunt. Porttitor mollis imperdiet libero senectus pulvinar. Etiam molestie mauris ligula laoreet, vehicula eleifend. Repellat orci erat et, sem cum, ultricies sollicitudin amet eleifend dolor nullam erat, malesuada est leo ac. Varius natoque turpis elementum est. Duis montes, tellus lobortis lacus amet arcu et. In vitae vel, wisi at, id praesent bibendum libero faucibus porta egestas, quisque praesent ipsum fermentum tempor. Curabitur auctor, erat mollis sed, turpis vivamus a dictumst congue magnis. Aliquam amet ullamcorper dignissim molestie, mollis. Tortor vitae tortor eros wisi facilisis.
Kesimpulan
Ac dolor ac adipiscing amet bibendum nullam, lacus molestie ut libero nec, diam et, pharetra sodales, feugiat ullamcorper id tempor id vitae. Mauris pretium aliquet, lectus tincidunt. Porttitor mollis imperdiet libero senectus pulvinar. Etiam molestie mauris ligula laoreet, vehicula eleifend. Repellat orci erat et, sem cum, ultricies sollicitudin amet eleifend dolor nullam erat, malesuada est leo ac. Varius natoque turpis elementum est. Duis montes, tellus lobortis
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati :::
7
Laporan Penelitian Kecil Proyek Anatomi dan Fisiologi Hewan 2015
lacus amet arcu et. In vitae vel, wisi at, id praesent bibendum libero faucibus porta egestas, quisque praesent ipsum fermentum tempor. Curabitur auctor, erat mollis sed, turpis vivamus a dictumst congue magnis. Aliquam amet ullamcorper dignissim molestie, mollis. Tortor vitae tortor eros wisi facilisis.
Ucapan Terima Kasih
Ac dolor ac adipiscing amet bibendum nullam, lacus molestie ut libero nec, diam et, pharetra sodales, feugiat ullamcorper id tempor id vitae.
Daftar Pustaka
[1] Reimann-Philipp, U. & Roger, N.B., Plant Resistance to Virus Disease Through Genetic Engineering: Can a Similar Approach Control Plant-Parasitic Nematodes? Journal of Nematology, 25(4), pp. 541-547, 1993.
[2] Gurr, S.J. & Rushton, P.J., Engineering Plants with Increased Disease Resistance:
How are We Going to Express it? TRENDS in Biotechnology, 23(6), pp. 283-290, 2005.
[3] Henrissat, B. & Bairoch, A., New Families in The Classification of Glycosyl Hydrolases Based on Amino Acid Sequence Similarities, Biochemical Journal, 293, pp. 781-788, 1993.
8