formulasi kebijakan pengembangan objek ...digilib.unila.ac.id/54563/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
FORMULASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA AIR
TERJUN LEMBAH PELANGI PEKON SUKA MAJU
KECAMATAN ULU BELU KABUPATEN TANGGAMUS
Skripsi
Oleh
TIYAS APRIZA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
FORMULASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA AIR
TERJUN LEMBAH PELANGI PEKON SUKA MAJU KECAMATAN ULU
BELU KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
TIYAS APRIZA
Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus memiliki objek
wisata Air Terjun Lembah Pelang. Namun lokasi tersebut berada di kawasan
Hutan Kawasan Marga (HKM) dan melalui lahan milik warga. Pemerintah Pekon
telah membuat formulasi kebijakan untuk pengembangan objek wisata di
Kabupaten Tanggamus. Pemerintah Pekon Suka Maju memiliki beberapa langkah
strategis demi memaksimalkan potensi pekon yang dimiliki oleh Pekon Suka
Maju di tuangkan ke dalam Rencana Pekon Jangka Menengah Desa (RPJMDes).
Penelitian ini bertujuan mengetahui Formulasi Kebijakan pengembangan Objek
Wisata Air Terjun Lembah Pelangi di Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu
Kabupaten Tanggamus. Dengan menggunakan teori tahapan perumusan kebijakan
Tjokroamidjojo dalam Islamy (2000:24) yaitu (1) tahap perumusan masalah, (2)
tahap agenda kebijakan, (3) tahap pemilihan alternatif kebijakan untuk
memecahkan masalah, (4) tahap penetapan kebijakan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Formulasi Kebijakan pengembangan
objek wisata Air Terjun Lembah Pelangi menetapkan dua jalur masuk menuju
objek wisata yaitu jalur utama dan alternatif, menyewakan perkebunan milik
masyarakat dengan luas 30 m2
untuk lahan parkir dan sarana penunjang lainnya,
dan seluruh pemasukan pengunjung Objek Wisata dikelola langsung Pokdarwis
40% untuk kas dan 60 % untuk gaji pengelola.
Kata Kunci: Formulasi Kebijakan, Objek Wisata, Air Terjun Lembah Pelangi
ABSTRACT
FORMULATION TO DEVELOPMENT OBJECT TOURISM
WATERFALL LEMBAH PELANGI IN SUKA MAJU VILLAGE ULU
BELU DISTRICT OF TANGGAMUS REGENCY
By
TIYAS APRIZA
Suka Maju Village Ulu Belu Subdistrict Tanggamus District has a tourism object
of Lembah Pelangi Waterfall. However, the location is in the area of the Clan
Area Forest (HKM) and through residents' land. The Government village has
formulated policies for the development of tourism objects in Tanggamus
Regency. The Government of Suka Maju village has a number of strategic steps to
maximize the potential of the Suka Maju village club to be included in the Village
Medium-Term Village Plan (RPJMDes).
This study aims to determine the formulation of development policy for the
tourism object of Lembah Pelangi Waterfall in Suka Maju Village, Ulu Belu
Subdistrict, Tanggamus District. By using the theory of the stages of
Tjokroamidjojo's policy formulation in Islamy (2000: 24), namely (1) the stage of
problem formulation, (2) the stage of the policy agenda, (3) the stage of selecting
alternative policies to solve problems, (4) the stage of policy determination. This
type of research is descriptive research with a qualitative approach.
The results of this study indicate that the Formulation of the development policy
of the tourism object of Lembah Pelangi Waterfall establishes two entry points to
the tourist attraction, namely the main and alternative routes, renting out
community-owned plantations with an area of 30 m2 for parking lots and other
supporting facilities, and all visitor revenues of tourist objects managed
Pokdarwis directly 40% for cash and 60% for manager's salary.
Keywords : Policy Formulation, Object Tourism, Waterfall Lembah Pelangi.
FORMULASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA AIR
TERJUN LEMBAH PELANGI PEKON SUKA MAJU
KECAMATAN ULU BELU KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
TIYAS APRIZA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Tiyas Apriza,
Tempat Tanggal Lahir Tanggamus pada 27 April
1995. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara, dari pasangan Ayahanda Sungkono dan
ibunda Muhaiyaroh, S.Pd. memiliki seorang kakak
laki-laki bernama Hadi Prianto, Amd dan kakak
perempuan bernama Dwi Pratiwi, S.Pd.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Tahun 2001-2007 di Sekolah Dasar (SD)
Negeri 3 Tekad. Setelah lulus SD penulis menempuh pendidikan Madrasyah
Tsanawiyah (MTs) Negeri Model Talang Padang Tahun 2007-2010. Melanjutkan
ke jenjang Madrasyah Aliyah (MA) Negeri di Pringsewu tahun 2010-2013. Pada
tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Lampung. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun 2013.
Sebagai bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi penulis mengabdi
kepada masyarakat sekaligus sebagai kewajiban studi, pada bulan Juli tahun 2016
Penulis juga telah menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Penantian
Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus selama 40 hari.
MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.”
(Q.S AL Mujadalah: 11)
“Berjuanglah untuk apa yang kita yakini, tanpa berusaha
membuktikan apa pun kepada siapa pun; tetaplah tenang
dan tidak banyak cakap, sebagaimana orang yang telah
memiliki keberanian untuk menentukan takdirnya sendiri.”
(Paulo Coelho)
“Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda
tanya tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar.
Terimalah dan hadapilah”.
(Soe Hok Gie)
“Yakinkan dengan Iman Usahakan dengan Ilmu Sampaikan
dengan Amal”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamiin telah Engkau Ridhoi Ya Allah langkah hambaMu,
Sehingga Skripsi ini pada akhirnya dapat terselesaikan pada waktunya.
Teriring Shalawat Serta Salam Kepada Nabi Muhammad SAW
Semoga Kelak Skripsi ini dapat Memberikan Ilmu yang Bermanfaat
dan
Ku Persembahkan Karya Sederhana Ini Kepada:
“Kedua Orang tuaku Tercinta”
“Ayahanda Ku Sungkono dan Ibunda Ku Muhaiyaroh, S.Pd.” Terima Kasih Doa
dan Cinta Kasih yang tiada habisnya serta setiap perjuangan yang tertelah kalian
curahkan untuk seluruh anak-anakmu.
“Kakak kandungku Tersayang”
Hadi Prianto, A.Md , Dwi Pratiwi, S.Pd. Terima Kasih Atas Segala Doa, Kasih
Sayang, Canda Tawa dan Semangat yang Telah Kalian Berikan.
“Seseorang yang selalu ku sebut dalam doa selalu menemani hari-hariku”
Terimakasih untuk saudara-saudara seperjuangan di Jurusan Ilmu Pemerintahan,
semoga amal kebaikan yang telah dilakukan mendapat balasan dari Allah SWT
Almamater Tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas keridhoan Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
tidak lupa penulis sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri
tauladan yang baik dan pemimpin bagi umatnya.
Skripsi yang berjudul “Formulasi Kebijakan Pengembangan Objek Wisata Air
Terjun Lembah Pelangi Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu Kabupaten
Tanggamus” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini antara lain, yaitu:
1. Kedua orang tua, Ayahanda dan Ibunda tercinta, Sungkono dan Muhaiyaroh,
S.Pd. Terima Kasih atas segala doa, cinta dan kasih sayang, dukungan dan
semangat serta perhatian yang terus mengalir dan tidak mampu penulis balas
segala jasa dan kebaikannya, Semoga Allah SWT selalu memberikan
perlindungan, kesehatan, kasih sayang, dan surga-Nya sebagai balasan atas
segala jasa dan kebaikan Ayahanda dan Ibunda tercinta.
2. Bapak Budi Harjo, M.IP dan Bapak Andri Marta, M.IP. selaku pembimbing
Terima kasih atas waktu, ilmu, saran, semangat dan motivasi dari awal
penulis menyusun skripsi hingga penulis menyelesaikan skripsi ini, terima
kasih juga atas kebaikan dan rasa pengertian yang tinggi terhadap penulis
yang bapak berikan. Semoga segala kebaikan dari Allah SWT selalu tercurah
untuk bapak baik di dunia ataupun di akhirat kelak.
3. Bapak Drs Aman Toto Dwijono, M.H. selaku dosen pembahas. Terima kasih
atas segala kritik dan saran yang membangun demi terciptanya progres yang
signifikan terhadap skripsi penulis hingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih atas segala ilmu yang sangat bermanfaat bagi
penulis. Semoga segala kebaikan dari Allah SWT selalu tercurah untuk bapak
baik di dunia ataupun di akhirat kelak.
4. Bapak M. Syihabudin, S.IP. selaku dosen Pembimbing Akademik Penulis.
Terima kasih atas segala kritik dan saran untuk penulis selama menjadi
mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang disiplin dan bertanggungjawab
dalam memanajemen waktu.
5. Ketua Jurusan Ilmu Pmerintahan Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP. dan
Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Bapak Darmawan Purba, M.IP. Serta
Seluruh dosen, Staf dan Karyawan Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unila,
terima kasih atas ilmu dan Pengetahuan yang diberikan sehingga mampu
menjadi jendela wawasan bagi peneliti di masa kini dan di masa yang akan
datang. Semoga segala kebaikan dari Allah SWT selalu tercurah untuk bapak
dan ibu baik di dunia ataupun di akhirat kelak.
6. Saudara Kandungku Hadi Prianto, A.Md dan Dwi Pratiwi, S.Pd. Terimakasih
kalian telah menjadi Kakak-Kakak yang baik serta senantiasa menjaga
keluarga dengan utuh dan selalu hadir menjadi semangat dan motivasi
disetiap waktu ku.
7. Kakak Iparku Mbak Yanti dan Mas Rochman dan keponakan ku Al Gibran
Nauval Azzamy dan Addara Fredella Rochman. Terimakasih telah hadir
menjadi bagian terpenting dalam hidupku semoga dengan apa yang kalian
berikan selama ini menjadi suatu keberkahan dalam setiap langkah ku.
8. Sahabat seperjuanganku di Ilmu Pemerintahan 2013, Qibil, Rangga, Rahma
Adi Putra, Irwansyah, Abdi, Tanti, Ekasyari, Akew, Tia, Danang, Yogi N,
Kalim, Iqbal, Yones, Irfan, Dani P, Restu, Ijal, Evan, Alex, Rika, Rian,
Manda, Nadia, Agnes, Kiki, Ipnika, Syva, Agung, Aldo KM, Aldo Izaputra,
Ardi, Ridwan, Alam, Bimo, Dani S, Tri Arista, Fahmi, Hesty, Indra, Nedro,
Novriko, Rendy, Putri, Vina, Toto, Vivi, Rossa, Rendra, Idil, Sandya, Eka P,
Cici, Defa. Dan kawan-kawan angkatan 2013 lainnya, maaf tidak bisa
menyebutkan satu persatu. Semoga kita tidak melupakan satu sama lain
setelah tamat kuliah. Terimakasih atas semua canda tawa, suka, duka yang
menyelimuti persahabatan kita.
9. Saudara Seperjuangan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Tondano 35.
Anam Alamsyah, S.IP, Taufiq Suni Pratama, S.IP, Andi Sanjaya S.IP
(Kakek), Agus Burman S.IP (Abay), M. Ridho Islami S.IP (Basir), Abdi
Kalam, S.I.kom, Tessa Paramita, S.Sos, Cyntia Chandra Jaya, S.sos,
Zaimasuri S.I.kom (Adis), Aulia Rahma Nurintan T, S.Sos Terimakasih Telah
menjadi warna tersendiri kalian selalu support dan mendukung sampai akhir
skripsi ini.
10. Kanda Yunda dan Adinda di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat
Sosial Politik UNILA Kanda Angga, Kanda Kholis, Kanda Iin, Kanda Okta,
Kanda Robby, Kanda Putra, Kanda Radit, Yunda Etta, Yunda Yoan, Kanda
Adrian, Kanda Santori, Kanda Dam, Kanda Gusti, Kanda Irfan, Kanda Darji,
Kanda vico, Kanda Juanda, Kanda Nico, Kanda Rosyim, Kanda Ucan, Kanda
Nick, Kanda Fatih, Yunda Purnama. Adinda Adit, Sinta, Kumara, Alvi, Panji,
Jodi, Robi, Yulizar, Refki, Yoga, Fadel, Riyo, Hendra, Ade, Geo, Hengki,
Rizal, Wisnu, Reyhan, Riski Salendra, Rere, Ulfa, Realita, Ana, Yuli, Alif,
Det, Sofyan, Wando, Pedom, Abong, Babe, Melda, Sahroni, Teguh, Bari,
Azs, Azis. yang menjadi keluarga selama didalam Organisasi ku semoga kita
tetap menjadi Pejuang 5 Kualitas Insan Cita. Terima kasih atas semua
pengalaman yang kalian berikan didalam himpunan ini.
11. Abang-abangku Bang Habrianda Bukit, Bang Habriandi Bukit, Bang Ichsan
Nuryanda (Kirun ok), Bang Okta Subekti Widi dan Adinda Sudarma
Ramadon. Terimakasih atas Waktu, canda tawa dan bimbingan berupa
gagasan maupun saran untuk meningkatkan kualitas skripsi Peneliti. Tetap
menjadi abang yang rendah hati untuk adik-adiknya.
12. Untuk Organisasiku di HMJ Ilmu Pemerintahan, LSSP Cendekia dan
Himpunan Mahasiswa Islam. Terimakasih telah memberikan banyak
pengetahuan dan pengalaman dalam berorganisasi. Tetap menjadi wadah
dalam Meningkatkan Kualitas diri dengan Kajian Keilmuwan terdepan di
Universitas Lampung.
13. Keluarga selama KKN di Pekon Penantian Kecamatan Ulu Belu Kabupaten
Tanggamus Moh. Aditya Rizki Saputra, SE, Fany Ramadhani, S.I.Kom,
Aditya Dwi Putri, S.IP, Synta Devinda, SE. Terima kasih atas pengalaman
dan persaudaraan yang begitu hangat.
14. Terimakasih untuk Dhea Vita Lestari seseorang yang hadir dalam hidupku
telah menemaniku, mengingatkanku, dan menjaga semangatku dalam setiap
proses penyusunan. Semoga menjadi bagian yang indah dalam perjalanan
hidupku.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini mampu menyumbangkan
pemikiran dan bermanfaat secara luas kedepannya. Aamiin
Bandar Lampung, 19 Oktober 2018
Tiyas Apriza
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................... i
DAFTAR TABEL................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. v
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 8
D. Kegunaan Penelitian....................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Kebijakan Publik................................................. 10
B. Tinjauan tentang Formulasi Kebijakan........................................... 13
1. Tahap Tahap dalam Formulasi Kebijakan.................................. 14
C. Tinjauan tentang Kepariwisataan.................................................... 16
1. Pariwisata.................................................................................... 16
2. Objek Wisata............................................................................... 18
D. Tinjauan tentang Pengembanagan Objek Wisata........................... 19
E. Tinjauan Tentang Pemerintah Desa................................................ 22
F. Kerangka Pikir…............................................................................. 25
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian................................................................................ 29
B. Lokasi Penelitian............................................................................. 31
C. Fokus Penelitian.............................................................................. 31
D. Jenis Data….................................................................................... 32
E. Informan.......................................................................................... 34
F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 37
ii
G. Teknik Keabsahan Data.................................................................. 43
H. Teknik Pengolahan Data................................................................. 41
I. Teknik Analisis Data...................................................................... 42
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus...................................... 49
B. Gambaran Umum Pekon Suka Maju.............................................. 50
1. Visi dan Misi Pekon Suka Maju................................................. 50
2. Sejarah Pekon Suka Maju........................................................... 51
3. Kondisi Geografis....................................................................... 51
4. Struktur Perangkat Pekon Suka Maju......................................... 52
5. Sarana dan Prasarana Pekon Suka Maju..................................... 53
6. Penduduk.................................................................................... 54
C. Gambaran Umum Objek Wisata Air Terjun Lembah Pelangi........ 57
1. Sejarah Air Terjun Lembah Pelangi........................................... 57
2. Lokasi Objek Wisata Air Terjun Lembah Pelangi..................... 58
3. Kondisi Objek Wisata Air Terjun Lembah Pelangi................... 59
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................... 61
1. Deskripsi Potensi Objek Wisata Air Terjun Lembah Pelnagi
................................................................................................... 61
1.1 Daya Tarik (Attraction)...................................................... 61
1.1.1 Daya Tarik Alam...................................................... 62
1.1.2 Daya Tarik Kegiatan Wisata.................................... 64
1.2 Kemudahan Mencapai Objek Wisata (Accesable.............. 65
1.3 Ketersediaan Fasilitas (Amenities)..................................... 69
1.4 Adanya Lembaga Pengelola (Ancillary)............................ 71
1.4.1 Pemerintah Pekon Suka Maju.................................. 71
1.4.2 Pokdarwis................................................................. 73
2. Deskripsi Tahapan Perumusan Kebijakan dalam pengelolaan
Objek Wisata Air Terjun Lembah Pelangi .............................. 75
2.1 Tahapan Perumusan Maasalah.......................................... 75
2.2 Agenda Kebijakan…......................................................... 76
2.3 Pemilihan Alternatif Kebijakan......................................... 77
2.4 Tahap Penepatan Kebijakan.............................................. 78
B. Pembahasan................................................................................... 80
1. Analisis Potensi Objek Wisata Air Terjun Lembah
Pelangi...................................................................................... 81
iii
2. Analisis Tahapan Perumusan Kebijakan.................................. 86
3. Formulasi Kebijakan Pemerintah Pekon Suka Maju................ 89
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan................................................................................ 90
B. Saran....................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kerangka Pengambilan Data Primer................................................. 35
2. Informan Penelitian............................................................................ 38
3. Struktur Perangkat Pekon Suka Maju................................................ 52
4. Data Sarana Prasaran Pekon Suka Maju............................................ 53
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin................................... 54
6. Matrik Pembahasan............................................................................ 88
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pemahaman Dasar Proses Kebijakan.......................................................... 11
2. Kerangka Pikir............................................................................................ 28
3. Peta Pekon Suka Maju................................................................................ 51
4. Grafik Jenjang Pendidikan Pegawai........................................................... 53
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian..................................... 54
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata seringkali dipandang sebagai sektor yang sangat terkemuka
dalam ekonomi dunia, sektor tersebut mampu berkembang dan mendorong
ekonomi negara bertumbuh pesat. Kegiatan pariwisata hakikatnya
merupakan kegiatan yang sifatnya sementara, dilakukan secara suka rela
dan tanpa paksaan untuk menikmat objek dan atraksi wisata. Dalam
perkembangannya industri pariwisata ini mampu berperan sebagai sumber
pendapatan negara.
Indonesia memiliki potensi pariwisatanya yang beraneka macam. Mulai
dari pantainya yang indah, pegunungan yang hijau, dan peninggalan-
peninggalan bersejarah seperti candi juga banyak ditemukan di Indonesia.
Kebijakan pembangunan kepariwisataan yang dijalankan pemerintah
diarahkan pada pengembangan pariwisata sebagai sektor andalan dan
unggulan dalam arti luas untuk mampu menjadi salah satu devisa,
mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah,
memberdayakan perekonomian rakyat, memperluas lapangan kerja dan
kesempatan berusaha serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2
Pengembangan kepariwisataan ditujukan untuk mengembangkan dan
mendayagunakan berbagai potensi kepariwisataan nasional, memberikan
nilai tambah ekonomi atas potensi alam Indonesia secara adil,
memperkaya kebudayaan nasional, memupuk rasa cinta tanah air dan
mempererat persahabatan antar bangsa melalui pembangunan sarana dan
prasarana kepariwisataan, pengembangan obyek dan daya tarik wisata.
Peningkatkan kegiatan pariwisata di Indonesia, menurut Spilanne (1994)
pada dasarnya ada beberapa faktor, yaitu:
1. Makin berkurangnya peranan minyak sebagai penghasil devisa
2. Merosotnya nilai ekspor pada sektor non migas.
3. Prospek pariwisata yang memperlihatkan kecenderungan meningkat.
Sektor pariwisata sebagai salah satu sektor strategis pembangunan dalam
10 tahun terakhir ini telah mampu menunjukkan kinerjanya sebagai sektor
yang makin prospektif dan handal dalam menopang pembangunan
perekonomian nasional. Pertumbuhan yang sangat pesat dan didukung
oleh ketersediaan sumber daya yang besar, sektor pariwisata mampu
menempati posisi sebagai penyumbang devisa terbesar ketiga setelah
migas. Pemerintah menetapkan pariwisata sebagai sektor andalan yang
diharapkan mampu menyumbang devisa terbesar menggantikan sektor
migas akhir tahun 2017.
Tekad tersebut realistis dan tidak berlebihan, melihat perkembangan
industri pariwisata dalam konteks global yang ada, kemajuan pesat dan
3
prospek yang sangat menjanjikan. Berbagai analisis menyebutkan
pariwisata akan menjadi industri terbesar dengan pertumbuhan paling
pesat dalam perekonomian jasa, dan akan menjadi penggerak utama
perekonomian dunia abad 21 bersama-sama dengan indsutri
telekomunikasi dan teknologi informasi. World Tourism Organization
(2010 dalam kompas juni 2011) juga memperkirakan bahwa mobilitas
wisatawan dunia akan mencapai angka 900 juta wisatawan pada tahun
2014, dan kawasan Asia Pasifik ( termasuk Indonesia) akan menjadi
kawasan tujuan wisata utama yang mengalami pertumbuhan paling tinggi
di antara kawasan lain di dunia. Semakin mamperkuat analisis bahwa
pariwisata akan terus berkembang di seluruh dunia sejalan dengan
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di berbagai wilayah
dunia.
Perkembangan sektor pariwisata akan memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap perubahan pola sosial ekonomi. Sebagai contoh perubahan
menuju ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan akan menyebabkan
tumbuhnya usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan
pendapatan daerah, termasuk di dalamnya upaya menciptakan lapangan
kerja.
Jadi peranan pariwisata dalam pembangunan pada garis besarnya
mencakup tiga segi komponen; segi ekonomi, segi sosial (penciptaan
lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan
Indonesia).
4
Ketiganya berlaku bagi wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Sektor
pariwisata merupakan alternatif pemasukan bagi pendapatan daerah
maupun bagi devisa negara, bahkan bagi negara negara maju sekalipun
pariwisata serius untuk dikembangkan. Terkait dengan hal itu, dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No 9 Tahun 1990 Tentang
Kepariwisataan menyatakan bahwa kepariwisataan mempunyai peranan
penting untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan
lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar
pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya
kebudayaan nasional dan memantapkan pembinaannya dalam rangka
mempererat persahabatan antar bangsa.
Kabupaten Tanggamus memiliki objek wisata alam yang berpotensi untuk
dikembangkan, lokasi – lokasi wisata di Kabupaten Tanggamus ini sudah
terkenal baik di level nasional. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Tanggamus tiap
tahunnya. Tugas pokok dan fungsi Dinas Pariwisata Kabupaten
Tanggamus yaitu perumusan kebijakan teknis dibidang kebudayaan
pariwisata, penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum
dibidang kebudayaan pariwisata, pembinaan tugas dibidang kebudayaan
pariwisata, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati dibidang
kebudayaan pariwisata. (Sumber:Kupastuntas.co, Tanggamus).
5
Di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus banyak lokasi untuk di
jadikan destinasi wisata, salah satunya adalah Air Terjun Lembah Pelangi.
Lokasi wisata tersebut merupakan objek wisata yang banyak dikunjungi
wisatawan lokal karena memiliki destinasi wisata dan menjadi objek
wisata yang menampilkan keindahan alamnya dengan ketinggian 30 meter
dan memiliki 2 tempat yaitu air terjun lembah pelangi dan air terjun
kembar dengan lokasi yang berdekatan, jarak tempuh menuju lokasi air
terjun ini adalah 130 meter dari tempat kendaraan. Air Terjun Lembah
Pelangi menjadi referensi masyarakat lokal maupun luar untuk
mengunjungi wisata yang ada di Pekon Suka Maju.
Proses peningkatan sarana dan prasarana serta infrastruktur masyarakat
ikut berperperan dalam pengelolaan objek wisata, namun di sisi lain
pemerintah khsusunya Dinas Pariwisata Kabupaten Tanggamus kurang
respon dan tanggap dalam pengembangan fasilitas maupun sarana dan
prasarana yang ada di objek wisata yang ada di Kecamatan Ulu Belu.
Objek wisata ini dikelola dan di awasi oleh Pemerintah Pekon Suka Maju
dan Dinas Pariwisata Kabupaten Tanggamus. Objek wisata ini berada di
lokasi hutan register, dan akses masuk ke objek wisata dengan melintasi
tanah milik Perkebunan warga sehingga ada persoalan dalam pembagian
pendapatan tiket. Masyarakat menuntut adanya perubahan signifikan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pekon maupun Pemerintah Daerah. Keadaan
inilah yang menjadi langkah alternatif Pemerintah Pekon Suka Maju untuk
membuat regulasi yang tepat menata, membangun sarana dan untuk
mendapatkan pelayanan yang maksimal bagi wisatawan.
6
Seharusnya objek wisata lokal mampu menawarkan keindahan alam dan
meningkatkan daya tarik bagi wisatawan. Tindakan dan upaya dari
pemerintah setempat belum terlihat dalam mengembangkan sarana
prasarana atau fasilitas objek wisata yang ada di Kecamatan Ulu Belu.
Mengenai hal ini pemerintah pekon telah merencanakan bahwa objek
wisata yang ada di Kecamatan Ulu Belu segera dilakukan tahapan-tahapan
pembangunan demi peningkatan objek wisata.
Pengelolaan air terjun lembah pelangi oleh pemerintahan desa sudah di
buatkan aturan atau regulasi dalam pengelolaanya, namun seiring
berjalannya waktu aturan tersebut tidak berjalan secara maksimal
dikarenakan pemerintah desa kurang tanggap dan respon terhadap
permasalahan yang sering terjadi seperti aturan tentang bagi hasil
pendapatan dari tiket masuk ke Air Terjun Lembah Pelangi.
Pembuatan jalan akses menuju lokasi wisata Air Terjun Lembah Pelangi
yaitu melalui jalan atas yang dibuat awal oleh pemerintah Pekon menuju
objek wisata dengan menggunakan lahan perkebunan milik warga Pekon
dengan menyewa. Sedangkan jalan bawah yaitu akses yang lebih dekat
menuju objek wisata Air Terjun Lembah Pelangi namun akses lebih sulit
karena ruas jalan lebih sempit. Permasalahan yang terjadi di akses jalan
atas adalah pendapatan tiket dari objek wisata tidak sebanding dengan
biaya sewa yang harus di keluarkan sehingga dengan keterbatasan
pendapatan mempersulit upaya pengembangan wisata Air Terjun Lembah
Pelangi.
7
Pada penelitian sebelumnya yang menyoroti tentang Implementasi
kebijakan pengembangan objek wisata Pantai Tanjung Setia Kecamatan
Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat ( Lusita Angelina, skripsi 2017)
dijadikan referensi peneliti dalam melakukan penelitan karena terdapat
beberapa indikator yang memiliki kesamaan. Sedangkan penelitian ini
lebih menfokuskan pada Formulasi kebijakan yang dibuat oleh
pemerintahan desa sesuai dengan tahapan perencanaan.
Penelitian ini berfokus pada formulasi kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintahan desa dalam pengembangan objek wisata di desa, karena
untuk saat ini desa merupakan wilayah otonomi sendiri yang diharapkan
dapat mengelola wilayah ataupun sektor-sektor yang berpotensi dari
wilayah desa tersebut secara mandiri dan dapat mensejahterakan
masyarakat desa tersebut.
Menurut peneliti hal ini sangat penting karena sektor wisata dapat
menjadikan desa tersebut menjadi desa yang maju dan mandiri, serta dapat
meningkatkan pendapatan warga desa tersebut sehingga perekonomian di
desa tersebut menjadi meningkat. Kabupaten Tanggamus merupakan
kabupaten yang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar sehingga
pemerintah harus melakukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan
pengembangan pariwisata. Permasalahan-permasalahan yang ada seperti
akses jalan atau infrastruktur menuju objek wisata serta kelengkapan
fasilitas objek wisata juga harus di perhatikan dan di perbaiki oleh
pemerintah.
8
Permasalahan yang sudah di jelaskan di atas, merupakan permasalahan
yang juga dalam formulasi yang di bentuk atau di lakukan oleh pemerintah
desa belum di lakukan secara maksimal, sehingga tidak dapat menganalisis
masalah yang akan terjadi di kemudian hari. Upaya meningkatkan Objek
Wisata yang ada di Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu Kabupaten
Tanggamus, maka dipandang perlu adanya langkah atau formulasi
kebijakan dalam rangka mencapai pengembangan objek wisata, sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul “(Formulasi
Kebijakan Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Lembah Pelangi
di Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah Formulasi Kebijakan Pengembangan Objek Wisata Air
Terjun Lembah Pelangi di Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu
Kabupaten Tanggamus?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui Formulasi Kebijakan Pengembangan Objek Wisata Air
Terjun Lembah Pelangi di Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu
Kabupaten Tanggamus.
9
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan melalui penelitian ini adalah :
1. Secara akademis penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi perkembangan ilmu pemerintahan, khususnya terkait
dengan formulasi kebijakan pengembangan objek wisata.
2. Secara praktis penelitian ini mampu memberikan masukan yang
bermanfaat bagi Pemerintah Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu
Kabupaten Tanggamus sebagai penyelenggara pemerintah di Pekon
dalam membuat kebijakan sesuai dengan kondisi dan keadaan di
pekon.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik
Dye dalam Nugroho (2014:519) mengatakan bahwa kebijakan pubik
sebagai segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka
melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil
berbeda merupakan pemahaman yang paling banyak dikembangkan. Dye
mengemukakan:
“Public policy is whatever government choose to do or not to do.
Government do many things. Note that we are focusing not only on
government action but also on government in action, that is, what
government choose not to do. We contend that government in
action can have just a great an impact on society as government
action. Public policy is what government do, what they do it, and
and what difference it makes.”
Definisi di atas dapat diartikan kebijakan publik adalah apa saja yang
pemerintah memilih untuk melakukan atau tidak melakukan. Pemerintah
melakukan banyak hal. Fokus tidak hanya pada tindakan pemerintah tetapi
juga dalam pemerintah dalam tindakan yaitu apa yang pemerintah memilih
untuk tidak melakukannya. Kebijakan public adalah apa yang pemerintah,
apa yang mereka lakukan itu dan apa bedanya. Pendapat ini belum cukup
memberikan batasan-batasan yang jelas dan tidak cukup memberi
pembedaan yang jelas antara apa yang diputuskan oleh pemerintah dan apa
yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah.
11
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang memiliki arah tindakan
dan tujuan serta cara-cara yang ditetapkan oleh sejumlah aktor yang
diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam mengatasi suatu
masalah atau suatu persoalan.
Nugroho (2014:199) mengemukakan dasar proses kebijakan sebagai
berikut
Gambar 1. Pemahaman Dasar Proses Kebijakan
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan sekuensi sebagai berikut :
1. Isu kebijakan. disebut isu apabila bersifat, yakni bersifat mendasar,
yang menyangkut banyak orang atau keselamatan bersama, (biasanya)
berjangka panjang, tidak dapat diselesaikan oleh orang-seorang, dan
memang harus diselesaikan. Isu ini diangkat sebagai agenda politik
untuk diselesaikan. Isu kebijakan dapat berorientasi pada
permasalahan yang muncul pada kehidupan politik untuk disilesaikan.
Isu kebijakan terdiri atas dua jenis, yaitu problem dan goal. Artinya,
Perumusan
Kebijakan
Isu Kebijakan
Implementasi
Kebijakan
Pengendalian
Kebijakan
12
kebijakan publik dapat berorientasi pada permasalahan yang muncul
pada kehidupan publik, dan dapat pula berorientasi pada goal atau
tujuan yang hendak dicapai pada kehidupan publik. Pada saat itu,
sebagian besar kebijakan publik mengacu pada permasalahan dari
pada antisipasi ke depan, dalam bentuk goal oriented policy , sehingga
dalam melihat kebijakan publik yang berjalan tertatih-tatih di
belakang masalah public yang terus bermunculan dan akhirnya
semakin tak tertangani.
2. Isu kebijakan ini kemudian menggerakkan pemerintah untuk
merumuskan kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan masalah
tersebut. Rumusan kebijakan ini akan menjadi hukum bagi seluruh
negara dan warganya termasuk pimpinan negara.
3. Setelah dirumuskan, kebijakan pubik ini kemudian dilaksanakan baik
oleh pemerintah atau masyarakat maupun pemerintah bersama-sama
dengan masyarakat.
4. Namun, dalam proses perumusan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan
diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru untuk dinilai
apakah kabijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar
dan diimplementasikan dengan baik dan benar pula.
5. Formulasi kebijakan bermuara pada output yang dapat berupa
kebijakan itu sendiri ataupun manfaat langsung yang dapat dirasakan
oleh pemanfaat.
13
6. Dalam jangka panjang, kebijakan terseebut menghasilkan outcome
dalam bentuk impak kebijakan yang diharapkan semakin
meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.
B. Tinjauan Tentang Formulasi Kebijakan
Perumusan kebijakan merupakan salah satu tahap yang penting dalam
pembentukan kebijakan publik. Dalam memahami proses kebijakan perlu
memahami aktor-aktor yang terlibat atau pemeran serta dalam proses
pembentukan kebijakan tersebut, baik aktor-aktor yang resmi maupun
yang tidak resmi. Seperti yang diungkapkan oleh Charles Lindblom
(1984), bahwa untuk memahami siapa sebenarnya yang merumuskan
kebijakan lebih dahulu harus dipahami sifat-sifat semua pemeran serta
(partisipasi), bagian atau peran apa yang mereka lakukan, wewenang atau
bentuk kekuasaan yang mereka miliki, dan bagaimana mereka saling
berhubungan serta saling mengawasi.
Berdasarkan berbagai jenis stake holder, masing-masing stake holder ini
menurut Lindblom mempunyai peran secara khusus yang meliputi:
warganegara biasa, pemimpin organisasi, anggota DPR, pemimpin
lembaga legislative, aktivis partai, pemimpin partai, hakim, pegawai sipil,
ahli teknik, dan manajer dunia usaha. Tjokroamidjojo dalam Islamy
(2000:24) menyebutkan Perumusan (Formulasi) Kebijakan sebagai
alternatif yang terus menerus dilakukan dan tidak pernah selesai, dalam
memahami proses perumusan kebijakan. Suatu metode yang popular
membagi perumusan kebijakan kedalam tahap-tahap dan kemudian
14
menganalisis masing-masing tahap tersebut. Pertama-tama bagaimana
mempelajari masalah-masalah timbul dan masuk kedalam agenda
pemerintah, kemudian siapa dan bagaimana merumuskan masalah-masalah
tersebut untuk mengambil tindakan, kemudian sikap apa yang diambil oleh
lembaga legislatif atau lembaga lainnya, kemudian bagaimana para
pemimpin menerapkan kebijakan itu, dan akhirnya, bagaimana kebijakan
tersebut di evaluasi.
Sementara itu, pembahasan menyangkut aktor-aktor yang terlibat dalam
perumusan kebijakan perlu dilakukan karena seperti diungkapkan oleh
Rushefky, mengetahui siapa yang mendefinisikan masalah dan bagaimana
mereka mendefinisikan masalah merupakan hal yang penting. Hal ini juga
menyangkut impilikasi dari pendefinisian masalah tersebut. Definisi
masalah yang berbeda akan mempunyai implikasi yang berbeda terhadap
kebijakan.
1. Tahap- tahap Dalam Perumusan Kebijakan
Tahap keputusan kebijakan bukan merupakan pemilihan dari berbagai
alternatif kebijakan, melainkan tindakan tentang apa yang boleh dipilih.
Pilihan- pilihan ini srng disebut sebagai alternative kebijakan yang
dipilih, yang menurut para pendukung tindakan tersebut dapat disetuju.
Pada saat proses kebijakan bergerak kearah proses pembuatan
keputusan, maka beberapa usul akan diterima sedangkan ususl-usul
yang lain lagi mungkin akan dipersempit.
15
Tahap ini perbedaan pendapat akan dipersempit dan tawar-menawar
akan terjadi hingga akhirnya dalam beberapa hal, keputusan kebijakan
hanya akan merubah formalitas. Demikian juga beberapa keputusan
yang dapat di buat oleh parlemen dianggap sah, adapun beberapa
tahapan dalam perumusan kebijakan yaitu:
1. Tahap perumusan masalah
Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang
paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat
merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah publik
harus dikenali dan didefinisikan dengan baik. Kebijakan publik pada
dasarnya dibuat untuk memecahkan masalah yang ada dalam
masyarakat. Oleh karena itu, seberapa besar kontribusi yang
diberikan oleh kebijakan publik dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam masyarakat menjadi pertanyaan yang menarik dalam
evaluasi kebijakan publik.
2. Tahap Agenda Kebijakan
Tidak semua masalah publik akan masuk ke dalam agenda
kebijakan. Masalah- masalah tersebut saling berkompetisi antara satu
dengan yang lain. Hanya masalah-masalah tertentu yang pada
akhirnya akan masuk kedalam agenda kebijakan. Suatu masalah
untuk masuk kedalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-
syarat tertentun seperti masalah tersebut mempunyai dampak besar
16
bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera
dilakukan.
3. Tahap pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masal
setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para
perumus kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah tersebut ke
dalam agenda kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat
pemecahan masalah. Disini para perumus kebijakan akan
berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan kebijakan yang akan
diambil untuk memecahkan masalah tersebut.
4. Tahap penetapan kebijakan
Dalam tahap ini pembentukan kebijakan adalah menetapkan
kebijakan yang dipilih tersebut sehingga mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat. Alternatif kebijakan yang diambil pada
dasarnya merupakan kompromi dan berbagai kelompok kepentingan
yang terlibat dalam pembentukan kebijkan tersebut.
C. Tinjauan Tentang Kepariwisataan
1. Pariwisata
Kata pariwisata berasal dari definisi salah satunya Purwanto dan Hilmi
dalam bukunya Pengantar Pariwisata (1994:9) mengungkapkan bahwa:
‟secara etimologis, istilah pariwisata berasal dari bahasa
sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan
wisata. Pari berarti banyak berkali-kali atau lengkap.
Sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Kata
tersebut mempunyai persamaan kata dalam bahasa inggris
Tourism dan dalam bahasa belanda tourisme. Maka
17
pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang
dilakukan berkali-kali atau berputar dari suatu tempat ke
tempat lain‟
Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul “an introduction on
Tourisme Theory’’ mengemukakan bahwa:
‟Batasan pariwisata hendaknya memperhatikan anatomi
dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: manusia
(man), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata;
ruang (space), yaitu daerah atau lingkup tempat melakukan
perjalanan, dan waktu (Time), yakni waktu yang digunakan
selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan
wisata” (Yoeti, 1996:116).
Berdasarkan pada ketiga unsur tersebut, yaitu (man, Space, Time)
Salah Wahab merumuskan pengertian Pariwisata sebagai berikut:
‟Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang
mendapatkan pelayanan secara bergantian diantara orang-
orang dalam suatu Negara itu sendiri (di luar negeri),
meliputipendiaman orang-orang daerah lain (daerah tertentu
dalam suatu Negara atau suatu benua) untuk sementara
waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan
berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia
memperoleh pekerjaan tetap.” (Yoeti,1996:116).
Suatu hal yang sangat menonjol dari beberapa pemaparan definisi
tentang pariwisata tersebut adalah bahwa pada intinya, ciri-ciri dari
perjalanan pariwisata terdapat faktor penting yang mau tidak mau
harus ada di dalam batasan suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor
yang dimaksud adalah antara lain:
1. Perjalanan itu dilakukan sementara waktu;
2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain;
18
3. Perjalanan itu, walaupun apa bentuknya, harus selalu dikaitkan
dengan pertamasyaan atau rekreasi;
5. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di
tempat yang dikunjunginya dan semata- mata sebagai konsumen di
tempat tersebut.
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa pariwisata ialah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud
untuk mencari hiburan atau menghabiskan waktu luang serta mencari
kepuasan tersendiri.
2. Objek Wisata
Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting
dalam dunia kepariwisataan. Objek dan daya tarik wisata dapat
menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan
budaya bangsa sebagai aset yang dapat dijual kepada wisatawan.
Obyek dan daya tarik wisata menurut Undang-Undang No 10 Tentang
Kepariwisataan yaitu Daya Tarik Wisata (DTW) adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Menurut SK
Menparpostel No. KM 98 PW. 102 MPPT – 87 objek wisata adalah
suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya alam
19
yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik
yang diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan”.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
objek wisata merupakan segala sesuatu yang dapat bernilai untuk
dikunjungi, serta mempunyai daya tarik tertentu, baik dilihat dari segi
keunikan dan nilai yang tinggi yang menjadi tujuan wisata untuk
mengunjungi daerah tersebut.
D. Tinjauan Tentang Pengembangan Objek Wisata
Dalam penelitian ini, pengembangan diartikan sebagai proses atau
perbuatan pengembangan dari suatu hal yang sebelumnya belum ada, dari
yang sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah baik menjadi lebih
baik, demikia dalam konteks objek yang sedang diteliti, yaitu kawasan
wisata Ulu Belu. Menurut Inskeep dalam M. Liga Suryadana (2015:33),
ada beberapa komponen dasar pariwisata yang harus diperhatikan dalam
pengembangan pariwisata. Komponen tersebut antara lain:
1. Attraction (Daya Tarik).
Daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen
pariwisata karena dapat memunculkan motivasi bagi wisatawan dan
menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. M. Liga
Suryadana (2015:54) dikatakan bahwa suatu daerah dikatakan
memiliki daya tarik wisata apabila memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Keunikan;
20
b. Keaslian, alam atau adat yang melekat pada kehidupan masyarakat
sehari-hari;
c. Kelangkaan, sulit ditemui di daerah atau negara lain;
d. Menumbuhkan semangat dan memberi nilai wisatawan.
2. Accessable (Mudah Dicapai)
Bertujuan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan
mudah mencapai tempat wisata tersebut. Hal ini juga dinyatakan oleh
Boesch (1964:234) dalam buku yang berjudul A Geography Of World
Economy bahwa Ketersediaan transportasi merupakan sesuatu yang
sangat dalam dunia perdagangan.
3. Amenities (Fasilitas)
Fasilitas yang tersedia di daerah objek wisata seperti akomodasi dan
restoran. Fasilitas menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan Wisata
(DTW) melihat adanya fasilitas, maka wisatawan dapat tinggal lebih
lama di daerah tersebut.
4. Ancillary (Adanya Lembaga Pariwisata)
Aspek berikut ini mengacu kepada adanya lembaga atau organisasi
yang mengolah objek wisata tersebut. Wisatawan akan semakin sering
mengunjungi dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila di
daerah tersebut wisatawan dapat merasakan kenyamanan (Protection of
Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu
kritik dan saran mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung atau
orang yang bepergian.
21
Kusudianto Hadinoto dalam bukunya Perencanaan Pengembangan
Destinasi Pariwisata (1996:23–24) mengemukakan bahwa pengembanga
pariwisata selain mencapai tujuan internasional juga mencapai tujuan
nasional yang meliputi:
a. Persatuan dan kesatuan identitas nasional Indonesia.
b. Pengertian umum kelembagaan nasional dan dari kewajiban penduduk.
c. Kesehatan dan kesejahteraan umum.
d. Pertumbuhan ekonomi dan redistribusi pendapatan nasional yang
seimbang.
e. Perhatian umum terhadap lingkungan.
f. Preservasi tradisi daerah serta minoritas.
g. Perlindungan dari hak perseorangan untuk berlibur.
Diterangkan pula oleh A. Hari Karyono dalam bukunya Perencanaan
Pengembangan Destinasi Kepariwisataan (1997:92) bahwa tujuan
pengembangan destinasi wisata di dunia internasional adalah sebagai
berikut:
a. Memperlancar penerimaan devisa.
b. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha.
c. Membuka lapangan pekerjaan baru terutama bagi masyarakat setempat.
d. Mendorong pembangunan daerah
e. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa dan memperkokoh persatuan
dan kesatuan nasional
f. Meningkatkan kegiatan ekonomi
g. Memperkenalkan kekayaan alam dan budaya bangsa.
22
E. Tinjauan Tentang Pemerintah Desa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah Mengklasifikasikan urusan pemerintahan terdiri
dari 3 urusan yakni Urusan Pemerintah Absolut yaitu urusan pemerintah
yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. Urusan
Pemerintahan Konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Urusan
Pemerintahan Umum. Untuk Urusan Konkuren atau urusan pemerintahan
dibagi menjadi dua urusan yaitu wajib dan urusan pilihan.
Penjelasan pembagian urusan pemerintahan yang bersifat pilihan, yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyrakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan antara lain pertambangaan, perikanan, perkebunan,
kehutanan, serta pariwisata. sehingga pembangunan daerah dapat
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah.
Sesuai dengan Undang Undang No. 6 Tahun 2014 Desa dapat
menjalankan urusan konkuren yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan peraturan peraturan gubernur jika yang memberikant tugas
adalah pemerintah provinsi dan peraturan bupati jika yang memberikan
tugas adalah Pemerintah Kabupaten. Pasal 18 kewenangan desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan
23
masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat
istiadat desa.
Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan
tugas lain dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah
kabupaten. Pasal 20 Undang Undang Desa menyebutkan pelaksanaan
kewenangan lokal berskala desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
huruf a dan huruf b di atur dan di urus oleh Desa. Berkaitan dengan
kewenangan ini, Bhenyamin Hoessein (disertasi 1993), menjelaskan
bahwa pengaturan dapat diartikan sebagai kewenangan untuk
menciptakan norma hukum tertulis yang berlaku umum dan mengenai hal
yang abstrak, sementara pengurusan sebagai kewenangan untuk
melaksanakan dan menerapkan norma hukum umum dan abstrak kepada
situasi konkrit.
Kewenangan desa dalam subyek pembangunan berdasrkan pandangan
teoritis tentang pemerintah ( Barton 2000 ), kewenangan normatif, tujuan
dan cara mencapai tujuan yang diatur dalam Undang Undang Desa
diturunkan dalam enam peran atau fungsi derivatif pemerintah desa, yaitu:
1. Mengelola pelayanan dasar. Dimensi ini mengukur kemampuan
Pemerintah Desa untuk mengelola pelayanan dasar yang berada di
dalam lingkup kewenangannya, seperti ketersediaan layanan
pendidikan anak usia dini dan system desa siaga.
2. Mengelola pelayanan administrasi. Dimensi ini mengukur
kemampuan pemerintahan desa dalam mengelola pelayanan
24
administrasi, baik administrasi kependudukan maupun beberapa
administrasi perizinan yang berada dalam kewenangannya.
3. Menyediakan infrastruktur dasar. Dimensi ini mengukur kemampuan
pemerintahan desa dalam mengelola penyediaan infrastruktur dasar
desa, seperti air bersih, irigasi tersier, jalan desa, listrik desa,
polindes, kantor desa dan sarana olah raga.
4. Memperkuat kelembagaan ekonomi. Dimensi ini mengukur
kemampuan pemerintah desa dalam memperkuat keberadaan
lembaga sosial ekonomi sebagai upaya memperkuat solidaritas
sosial, seperti mendorong keberadaan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDesa)
5. Memperkuat kelembagaan sosial. Dimensi ini mengukur
kemampuan pemerintahan desa dalam memperkuat keberadaan
lembaga sosial ekonomi sebagai upaya memperkuat organisasi sosial
seperti posyandu, lembaga amil zakat, penangan bencana dan
resolusi konflik.
6. Membuat regulasi. Dimensi ini mengukur kemampuan pemerintah
desa dalam mengelola proses pembuatan regulasi sebagai salah satu
bentuk kebijakan publik, termasuk di dalamnya merevitalisasikan
aturan-aturan yang bersumber dari adat istiadat
25
F. Kerangka Pikir
Untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian mengenai
formulasi pengembangan objek wisata Air Terjun Lembah Pelangi
Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus, maka peneliti membuat
kerangka pikir sebagai panduan sehingga tujuan penelitian ini dapat
tercapai dengan baik. Pariwisata merupakan salah satu sektor
pembangunan yang terus berkembang menjadi salah satu perekonomian
yang penting bagi negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Kegiatan ini mendorong pemerintah daerah dan pelaku usaha tertarik
untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sektor prioritas,
terutama pada wilayah-wilayah yang memiliki potensi pariwisata.
Pada era otonomi ini diharapkan pembangunan pariwisata dapat
mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara untuk membangun
masyarakat adil dan makmur, terutama bagi masyarakat di wilayah
pengembangan pariwisata seperti yang dilakukan Kabupaten Tanggamus.
Air Terjun Lembah Pelangi merupakan kawasan wisata yang cukup
populer di Provinsi Lampung yang terkenal sampai ke mancanegara
terutama pesona alamnya yang sangat diminati para pengunjung. Sangat
disayangkan bahwa objek wisata ini belum dikembangkan secara optimal,
selain itu permasalahan lain yang timbul adalah rendahnya kualitas SDM
lokal, infrastruktur yang buruk dan kerjasama antar stakeholder maupun
SKPD.
26
Formulasi kebijakan ini diukur melalui empat tahapan dalam perumusan
kebijakan variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik yakni:
1. Tahapan Perumusan kebijakan
Perumusan masalah (defining problem) yaitu mengenali dan
merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental
dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan
dengan baik, maka masalah-masalah publik harus dikenali dan di
definisikan secara baik pula. Kebijakan publik pada dasarnya di buat
untuk memecahkan masalah yang ada di dakam masyarakat. Seberapa
besar kontribusi yang di berikan pada kebijakan publik untuk
memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat menjadi pertanyaan
yang menarik dalam evaluasi kebijakan public. Pemecahan masalah
tersebut memuaskan atau tidak tergantung pada ketepatan masalah-
masalah publik tersebut dirumuskan.
2. Agenda Kebijakan
Agenda Kebijakan yaitu suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda
kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti misalnya
apakah masalah tersebut memiliki dampak yang besar bagi
masyarakat dan membutuhkan penanganan kebijakan yang hatus
segera dilakukan? Masalah publik yang telah masuk ke dalam tahap
agenda kebijakan akan di bahas oleh perumus kebijakan dan dibahas
berdasarkan tingkat urgensinya untuk segera diselesaikan.
27
3. Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk Memecahkan Masalah
Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk Memecahkan Masalah, yaitu
para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif-alternatif
pilihan kebijakan yang dapat diambil memecahkan masalah tersebut.
Pada tahap ini para perumus kebijakan akan dihadapkan pertarungan
antar berbagai aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan.
Melihat kondisi seperti ini, maka pilihan-pilihan akan didasar kan
pada kompromi dan negosiasi yang terjadi antar aktor yang
berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.
4. Tahap Penetapan Kebijakan
Tahap Penetapan Kebijakan, yaitu setelah salah satu alternatif
kebijakan diputuskan diambil sebagai cara untuk memecahkan masalah
kebijakan yang dipilih tersebut sehingga memiliki kekuatan hukum
yang mengikat. Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya
merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang
terlibat dalam pembentukan kebijakan tersebut ( Winarno, 2012 : 122-
126 ).
28
Melalui pemaparan tersebut dan untuk memudahkan dalam mengetahui
kerangka pikir pada penelitian ini, maka kerangka pemikiran dapat
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Pikir
Pengembangan Objek Wisata
Air Terjun Lembah Pelangi
Pemerintah Desa
Perumusan Kebijakan
Perumusan
Masalah
Agenda Kebijakan Pemilihan
Alternatif
Kebijakan untuk
Memecahkan
Masalah
Tahap Penetapan
Kebijakan
Mengetahui Formulasi Kebijakan
Pemerintah Pekon Suka Maju Kecamatan
Ulu Belu Kabupaten Tanggamus
29
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk memperoleh deskripsi
mengenai bagaimana formulasi kebijakan Pemerintah Pekon Suka Maju
dalam meningkatkan objek wisata Air Terjun Lembah Pelangi. Penelitian
deskriptif merupakan suatu tipe penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan keadaan atau fenomena tertentu (Arikunto, 1992:207).
Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990:29) penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat
sifat-sifat tertentu suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu,
atau untuk menentukan adanya frekuensi atau penyebaran suatu gejala
dengan gejala lain dalam masyarakat.
Ada beberapa alasan penggunaan metode penelitian deskriptif. Pertama
adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi
lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode lain. Kemudian
metode ini banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan
melalui pemberian informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu
dalam mengidentifikasi factor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan
percobaan. Selanjutnya metode ini dapat digunakan dalam
30
menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi
tertentu (Sevilla, 1993:72-73).
Alasan kedua yaitu pada penelitian formulasi kebijakan Pemerintah Pekon
Suka Maju dalam meningkatkan objek wisata. fakta, hambatan, kendala
serta hasil penelitian ini nantinya akan lebih mudah di analisis dengan
melakukan penggambaran secara mendalam untuk kemudian didapatkan
kesimpulan yang menjawab persoalan tentang Formulasi Kebijakan
Pengembangan objek wisata di desa.
Nawawi (2001: 63), mendefinisikan penelitian deskriptif adalah sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisa
hanya pada sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan
fakta secara sistematis, sehingga dapat dipahami dan disimpulkan.
Tujuan penelitian deskriptif menurut Nazir (2003: 54), adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki. Disamping itu penelitian ini juga menggunakan teori-teori,
data-data, dan konsep-konsep sebagai kerangka acuan untuk menjelaskan
hasil penelitian, menganalisis dan sekaligus menjawab persoalan yang
diteliti.
31
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu
Kabupaten Tanggamus. Menyoroti potensi objek wisata sebagian besar
masil alami serta mampu dikembangkan menjadi objek wisata yang
populer sehingga memiliki nilai lebih sebagai sumber pendapatan, melihat
Forrmulasi Kebijakan pemerintah pekon dalam meningkatkan eksistensi
pekon yang baru mengalami pemekaran dan khususnya dalam bidang
wisata dan menjadikan pekon yang mandiri dan berdaya saing. Selain itu,
untuk melengkapi informasi penelitian, Peneliti berkoordinasi dengan
masyarakat, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan Pemerintah Pekon
Suka Maju.
C. Fokus Penelitian
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung fasilitas
yang disediakan oleh pihak pengelola, baik itu oleh pemerintah,
pengusaha, atau masyarakat yang akan mempengaruhi berkembang atau
tidaknya sebuah kawasan wisata. Pemerintah Pekon Suka Maju memiliki
kebijakan pengembangan kawasan wisata yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).
Substansi RPJMDes Pekon Suka Maju mencakup tinjauan terhadap
kebijakan pengembangan pariwisata yang telah ditetapkan dalam Pola
Dasar dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. Penelitian ini
memfokuskan pada kajian bagaimana formulasi kebijakan pengembangan
32
objek wisata Air Terjun Lembah Pelangi di Pekon Suka Maju. Melalui
pembangunan infrastuktur jalan dan sarana objek wisata yang merupakan
fokus dari arahan pengembangan produk wisata (fisik). Peneliti akan
melihat bagaimana formulasi kebijakan tersebut apakah berjalan atau
terhambat. Asumsi peneliti memfokuskan pada kedua permasalahan ini
adalah infrastruktur jalan dan tersedianya sarana objek wisata merupakan
kebutuhan utama bagi para wisatawan dan faktor penting penunjang
berkembangnya sebuah kawasan wisata.
Peneliti akan mendeskripsikan bagaimana formulasi kebijakan
pengembangan objek wisata Air Terjun Lembah Pelangi di Pekon Suka
Maju dengan melihat keadaan yang terjadi di lapangan dengan
memberikan penilaian antara lain:
1. Terlaksana, bila telah dilaksanakan dengan baik oleh Pemerintah Pekon.
2. Belum terlaksana dengan baik, bila telah ada beberapa upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah Pekon, namun belum maksimal.
3. Tidak terlaksana, bila point tersebut sama sekali belum dilakukan oleh
Pemerintah Pekon.
D. Jenis Data
Jenis data yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
33
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2012:137) data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data Primer, yaitu
berupa kata-kata dan tindakan yang bersumber dari informan serta
peristiwa-peristiwa tertentu yang berkaitan dengan fokus penelitian dan
merupakan hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada di lokasi
penelitian.
Pengambilan data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui
wawancara langsung dengan para informan, yaitu dengan masyarakat
Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu, pengunjung objek wisata,
kelompok sadar wisata, serta Pemerintah Pekon Suka Maju yang
memiliki legitimasi sebagai pembuat regulasi kebijakan. Keterangan
pengambilan data primer, peneliti sajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 1 . Keterangan Pengambilan Data Primer
No Kelompok
Informan
Nama Instrumen Waktu
Pengambilan
Data primer
1.
Pemerintah
Pekon
1. Suprayetno Wawancara 13 Agustus 2018
Pukul 09:10 Wib
2. Sahran Efendi Wawancara 13 Agustus 2018
Pukul 10:00 Wib
2.
POKDARWIS
1. Adi Sulaiman Wawancara 13 Agustus 2018
Pukul 11:15 Wib
2. Samsul Hidayat Wawancara 13 Agustus 2018
Pukul 13:20 Wib
3.
Pengunjung
1. Ari Arief Wawancara 13 Agustus 2018
Pukul 13:50 Wib
2. Ariansyah Wawancara 13 Agustus 2018
Pukul 14:05 Wib
34
4.
.
Masyarakat
Pekon suka
Maju
1. Basuki
Wawancara 13 Agustus 2018
Pukul 11:25 Wib
2. Budi Utomo Wawancara 14 Agustus 2018
Pukul 11:10 Wib
Sumber. Data Hasil Penelitian 2018
2. Data Sekunder
Sugiyono (2012:137) mengatakan bahwa data sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau melalui dokumen. Data Sekunder, yaitu
data-data tertulis yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam
analisis data primer. Data ini pada umumnya berupa dokumen-dokumen
tertulis yang terkait dengan Formulasi kebijakan pengembangan Objek
Wisata Air Terjun Lembah Pelangi di Kecamatan Ulu Belu. Sumber
data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumen dokumen
yang berkaitan dengan penelitian, yaitu gambaran umum mengenai
objek wisata Ulu Belu, RKPD dan Rencana Strategis pengembangan
pariwisata Tanggamus, foto-foto dokumentasi, dan data-data terkait
informasi Ulu Belu dan buku dan peraturan terkait kepariwisataan.
E. Informan
Informan adalah orang-orang atau pihak yang terkait dan dinilai memiliki
informasi tentang pelaksanaan pengembangan pariwisata di Kecamatan
Ulubelu Kabupaten Tanggamus. Dalam menentukan Informan sebagai
sumber data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive
sampling. Penentuan teknik ini didapati informasi dengan tingkat validitas
dan reabilitas yang tinggi. Tentang teknik purposive sampling, Usman dan
35
Akbar (2009:45) menjelaskan pemilihan sampel purposive (bertujuan) atau
yang lazim disebut judgement sampling merupakan pemilihan siapa subjek
yang ada di dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan. Oleh karena itu, menentukan subjek atau orang-orang terpilih
harus sesuai dengan ciri-ciri dan kriteria khusus yang dimiliki sampel
tersebut atas pemahaman yang kuat terhadap objek yang akan diteliti.
Menurut Faisal (1990:67) agar dapat memperoleh informasi lebih terbukti,
terdapat beberapa kriteria yang dapat dipertimbangkan antara lain:
a. Subjek yang lama dengan suatu kegiatan atau aktivitas yang menjadi
sasaran atau perhatian
b. Subjek yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau
kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian
c. Subjek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan
kesempatan untuk dimintai keterangan.
d. Subjek yang berada atau tinggal pada sasaran yang mendapat perlakuan
yang mengetahui kejadian tersebut.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti menetapkan beberapa
kelompok informan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Pemerintah Pekon Suka Maju
Perangkat Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu merupakan
pemerintahan yang memiliki wewenang secara dalam pengelolaan
objek wisata Ulu Belu.
36
b. Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
Desa Ulu Belu POKDARWIS merupakan LSM yang berfungsi sebagai
sarana penyaluran aspirasi pengembangan pariwisata Ulu Belu.
c. Masyarakat Desa ( Pekon Suka Maju)
Masyarakat yang diprioritaskan adalah pedagang atau pengunjung di
objek wisata di kecamatan Ulu Belu karena masyarakat sekitar
merupakan lingkungan yang secara langsung mendapatkan dampak dari
pengembangan pariwisata Ulu Belu.
d. Pengunjung/wisatawan objek wisata Air Terjun Lembah Pelangi
Pengunjung objek wisata Ulu Belu merupakan mereka yang menjadi
tujuan dari pengembangan pariwisata. pengunjung akan melihat
bagaimana keberhasilan pengembangan pariwisata, hal ini juga dapat
menjadi tolak ukur penilaian keberhasilan pengembangan pariwisata di
Ulu Belu. Dalam hal ini pengunjung terdiri dari wisatawan Lokal
Daerah mapun luar Daerah. Untuk memperjelas informan dalam
peneliti, maka data informan peneliti sajikan dalam bentuk tabel dan
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2 . Informan Penelitian
No Kelompok
Informan
Nama Jenis
Kelamin
Jabatan/Pekerjaan
1.
Pemerintah
Pekon
1. Suprayetno Pria Kepala Pekon
2. Sahran Efendi Pria Kasi Kesejahteraan
2.
POKDARWIS
1. Adi Sulaiman Pria Ketua
2. Samsul Hidayat Pria Sekretaris
3.
Pengunjung
1. Ari Arief Pria Wiraswasta
2. Ariansyah Pria Petani
37
4.
.
Masyarakat
Pekon suka
Maju
1. Basuki Pria Petani
2. Budi Utomo Pria Wiraswasta
Sumber. Data Hasil Penelitian 2018
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui wawancarara, observasi langsung, dan studi dokumentasi, secara
singkat dijelaskan bahwa tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Interview (wawancara)
Wawancara dilakukan sebagai tekhnik pengumpulan data utama,
tekhnik yang dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
narasumber atau informan. Dalam Penelitian ini, peneliti mendatangi
langsung informan untuk mendapatkan informasi terkait fokus
penelitian.
Wawancara dilakukan secara mendalam guna mendapatkan informasi
terkait pengembangan kawasaan objek wisata Ulu Belu. Peneliti
mendatangi langsung informan untuk melakukan wawancara secara
langsung kepada stakeholder terkait.
Wawancara tersebut dilakukan dengan cara bertemu secara langsung ke
Pemerintahan Pekon Suka Maju kepala Pekon Suprayetno didampingi
Kasi Kesejahteraan Sahran Efendi yang memiliki kewenangan dalam
formulasi kebijakan, selain itu peneliti mewawancarai Adi Sulaiman
38
Ketua Pokdarwis didampingi Sekretaris Syamsul Hidayat sebagai
penanggung jawab pengelolaan objek wisata, kemudian pengunjung
objek wisata serta masyarakat Pekon Suka Maju terutama masyarakat
yang berperan aktif dalam pengembangan dan selaku pihak yang
langsung ikut merasakan kondisi yang terjadi di dalam objek wisata
kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus.
2. Observasi
Selain melakukan wawancara secara langsung kepada informan yang
dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan, untuk
memperoleh data tambahan serta mencocokkan data yang ada, maka
peneliti melakukan observasi. Observasi atau pengamatan langsung
terhadap objek wisata ini dapat digunakan karena objek wisata yang
diteliti merupakan program yang sedang berjalan, maka peneliti dapat
memperoleh informasi tambahan dengan melihat atau merasakan
langsung pelaksanaannya.
Observasi atau pengamatan langsung dilakukan dengan cara, peneliti
secara langsung berkunjung dan beraktivitas di Air Terjun Lembah
Pelangi pekon Suka Maju kecamatan Ulu Belu yang terletak di
Kabupaten Tanggamus. Observasi sudah mulai dilakukan sejak tanggal
13 Agustus sampai dengan 14 Agustus 2018.
Ketika melakukan observasi peneliti juga mencocokkan informasi yang
telah didapat dengan informan setelah dilakukan wawancara. Observasi
dilakukan dengan cara berkeliling, mengamati dan mendokumentasikan
39
area Ulu Belu sehingga peneliti dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai kondisi objek yang sedang diteliti.
3. Studi Dokumentasi
Dalam penelitian ini, dokumen yang disajikan berupa informasi terkait
yang dibutuhkan dan digunakan pada hasil dan pembahasan nantinya,
untuk memperkuat, mendasari sebuah pemikiran, atau membuktikan
deskripsi yang penulis sampaikan. Dokumen diperoleh dari Pemerintah
Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus, serta
dokumen lainnya berupa lampiran skripsi, melalui peraturan dan
kebijakan atau peraturan terkait, transkip wawancara, dan foto-foto
dokumentasi terkait objek yang diteliti.
G. Teknik Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2014:267) Validitas merupakan derajat ketepatan antar
data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan
oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak
berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi :
Temuan atau data dalam penelitian kualitatif, dikatakan valid atau sah
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Untuk menetapkan
keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Uji keabsahan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan triangulasi data. Triangulasi
40
data dilakukan untuk menguji kebenaran dan keabsahan data. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber yang dilakukan
dengan cara mencocokkan data yang didapat melalui teknik wawancara,
observasi dan studi dokumentasi.
Data yang didapat dari hasil wawancara dengan pihak Pemerintah Pekon
kemudian dianalisis dan dicocokkan dengan data-data yang didapat
melalui studi dokumentasi. Langkah berikutnya adalah peneliti
mengkonfirmasi kebenaran data dengan cara melakukan observasi di
lapangan guna memperoleh kecocokan dengan data lain. Data lain yang
dimaksud adalah keterangan dari informan penelitian di lapangan yang
meliputi keterangan dari Aparat Pekon Ulu Belu, keterangan pengunjung
serta keterangan dari masyarakat, kelompok sadar wisata dan pemerhati
wisata.
Melalui Triangulasi data, maka diperoleh informasi yang valid dan jelas
mengenai formulasi kebijakan pengembangan objek Wisata Air Terjun
Lembah Pelangi di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus. Melalui
hasil triangulasi, dapat terlihat apakah rumusan masalah penelitian sudah
terjawab, dan tujuan penelitian sudah tercapai.
41
H. Teknik Pengolahan Data
Melalui data yang diperoleh dari lapangan, selanjutnya peneliti melakukan
pengolahan data. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecahkan
dalam kelompok-kelompok, diadakan kategirisasi, dilakukan manipulasi,
sert diperas sedemikian rupa, sehingga data tersebut mempunyai makna
untuk menjawab masalah (Nazir, 2011:346). Teknik dalam pengolahan
data tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya;
1. Editing
Teknik editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyalin
ulang hasil wawancara dengan informan yang merupakan data mentah
berupa catatan peneliti yang berkaitan dengan bagaimana manajemen
pengembangan objek wisata Ulu Belu dalam bentuk tulisan atau catatan
lengkap, serta memilah data atau informasi. Tidak semua kutipan hasil
wawancara, dan data yang diperoleh dari dokumen yang didapatkan
peneliti peneliti cantumkan, namun hanya informasi yang diperlukan
saja yang ditampilkan, sementara keterangan lengkapnya disajikan
sebagai transkip wawancara atau lampiran.
2. Interpretasi
adalah penjelasan yang terperinci tentang arti yang sebenarnya dari
materi yang dipaparkan (Nazir, 2011:374). Adapun proses interpretasi
atas hasil penelitian ini yaitu peneliti mencoba mengartikan, mencari
inti pokok, atau maksud dari informasi yang ada baik dari hasil
wawancara maupun dokumen yang diperoleh.
42
Dalam penelitian ini, kutipan wawancara yang ditampilkan merupakan
penyederhanaan atau penafsiran terhadap maksud dan arti dari
informasi yang disampaikan. Interpretasi dilakukan dengan cara
menghubungkan hasil wawancara dengan informan dengan teori-teori
pada tinjauan pustaka dan dokumen lainnya, sehingga diperolehlah
analisis yang tepat.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian Kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu (Sugiyono, 2014:246). Selanjutnya dalam
menganalisis data yang didapat di lapangan, peneliti menggunakan model
Miles dan Huberman yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/ verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Menurut Sugiyono (2014:247) Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, dan mefokuskan pada hal-hal penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data terkait hal-hal penting dan pokok,
selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti pada temuan di lapangan
untuk melihat manajemen melalui pihak-pihak terkait yang dianggap
43
dapat memberikan informasi untuk mencapai tujuan yang peneliti
inginkan.
Tahap mereduksi data merupakan proses berfikir yang sensitif serta
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman seorang peneliti.
Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan tahap reduksi data ini
dilakukan dengan mendiskusikannya dengan teman atau orang yang
dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga hasil data yang dihasilkan merupakan temuan
dan pengembangan teori yang signifikan. Tahap ini dilakukan peneliti
pada saat proses bimbingan skripsi terhadap dosen pembimbing peneliti
maupun kepada dosen pembahas.
2. Data Dislplay (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
Penyajian data dilakukan berdasarkan data telah terkumpul dari semua
informan. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya kemudian
peneliti menganalisis untuk selanjutnya dikategorikan mana yang
diperlukan dan dan tidak diperlukan.
Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif dan tabel yang
disajikan dengan sistematis untuk memberikan gambaran secara jelas
kepada pembaca. Setelah data diperoleh maka data tersebut disajikan
dalam bentuk informasi yang kemudian dikaitkan dengan dokumen
yang ada ataupun kerangka pemikiran yang menjadi panduan serta teori
44
yang digunakan. Sehingga semua informasi yang ditampilkan
mempunyai makna dan arti.
3. Conclusion Drawing/ Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penarikan
kesimpulan dapat diambil setelah melakukan analisis mendalam pada
hasil penelitian. dilakukan verifikasi, dapat terlihat apakah rumusan
masalah penelitian sudah terjawab, dan tujuan penelitian sudah
tercapai.Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk menguji
kebenaran serta mencocokkan informasi yang ada untuk kemudian
diperoleh data yang valid dan jelas. Selain itu, penarikan kesimpulan
dilakukan untuk memberi deskripsi singkat dari banyaknya informasi
yang diperoleh serta mendapatkan informasi akhir.
49
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus
Kabupaten Tanggamus adalah salah satu kabupaten yang berada di
Provinsi Lampung. Kabupaten Tanggamus secara geografis berada pada
posisi 1040 18’- 105
0 12
’ Bujur Timur dan antara 5
0 05
’-5
0 56
’ Lintang
Selatan. Kabupaten Tanggamus terdiri dari 20 kecamatan, diantaranya
Wonosobo, Semaka, Bandar Negeri Semuong, Kota Agung Pusat,
Pematang Sawa, Kota Agung Barat, Kota Agung Timur, Gisting, Gunung
Alip, Sumberjo, Talang Padang, Pulau Panggung, Air Naningan, Ulu Belu,
Pugung, Bulok, Limau, Kelumbayan, Kelumbayan Barat, Cukuh Balak.
Ibukota Kabupaten Tanggamus yaitu Kota Agung.
Posisi Kabupaten Tanggamus dengan ini berada pada selatan Provinsi
Lampung bersebelahan langsung dengan Bukit Barisan Selatan. Batas-
batas administratif Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat dan
Lampung Tengah.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lanpung Barat.
4. Seebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Pringsewu.
50
Luas daratan Kabupaten Tanggamus adalah 2.855,46 Km2 dan luas
wilayah laut Kabupaten Tanggamus adalah 1.799,5 Km2 disekitaran induk
teluk Semaka dengan panjang Pesisir 210 Km. Topografi daratan
Kabupaten Tanggamus beragam terdiri dari daratan tinggi dan rendah,
dengan komposisi 40% berbukit dan bergunung dengan ketinggian antara
0 hingga 2115 meter. Potensi daerah di Kabupaten Tanggamus sebagian
digunakan untuk pertanian. (Tanggamus dalam angka 2014).
B. Gambaran Umum Pekon Suka Maju
1. Visi dan Misi Pekon Suka Maju
Pemerintah Pekon Sukamaju dalam mengakomodasi dinamika dan
aspirasi yang berkembang telah menetapkan Visi Pekon Suka Maju 6
tahun kedepan adalah “ Sukamaju Sejahtera Mandiri Selaras Alam “
Perumusan visi dilakukan oleh masyarakat dan BHP (Badan Hippun
Pekon) dan Kepala Pekon.
Untuk mewujudkan visi langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan sumber
daya alam dan kehidupan sosial yang agamis.
2. Membangun kemandirian dan kesejahteraan keluarga
3. Melibatkan mitra desa dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
51
2. Sejarah Pekon Suka Maju
Pekon Sukamaju merupakan salah satu Pekon di kecamatan Ulubelu,
awal mula terbentuknya pekon dari pemekaran wilayah Pekon Muara
Dua dan Pekon Gunung Tiga. Pencestus nama pekon Sukamaju adalah
Bapak Musirman Melalui Musyawarah panitia pemekaran adapun
kepala pekon yang menjabat
Pjs Bpk Mirsun S.pd
Bpk Musirman
PLH. Adi Sulaiman
Pjs Bihukman Hadi S.pd
Bpk Suprayetno sampai sekarang.
3. Kondisi Geografis
Peta Pekon Suka Maju
Sumber. Data Hasil Penelitian 2018
Gambar 3. Peta Pekon Suka Maju
52
Pekon Sukamaju memiliki luas wilayah 1.930 ha
Batas Wilayah Sukamaju adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Pekon Ngarip
Sebelah Timur : Pekon Ngarip dan Pekon Muara Dua
Sebelah Selatan : Pekon Pagar Alam
Sebelah Barat : Hutan Lindung
4. Struktur Perangkat Pekon Suka Maju
Dalam Pelaksanaan tanggung jawab kegiatan sehari-hari, aparat
pekon dibagi dalam beberapa bagian tugas untuk mempermudah
pelaksanaan tugas fungsional dibafi kedalam beberapa kelompok
sesuai dengan keahlian dan keterampilan. Adapun susunan struktur
perangkat pekon Suka Maju terdiri dari:
Tabel 1. Struktur Perangkat Pekon Suka Maju
NO NAMA JABATAN
1 SUPRAYETNO Kepala Pekon
2 ADI SULAIMAN Juru Tulis
3 SAHRAN EFENDI Kasi Kesejahteraan
4 HARDIANSA Kasi Pemerintahan
5 JOHANES Kasi Pelayanan
6 BUDI UTOMO Kaur TU Umum
7 YUNANTO Kaur Keuangan
8 SAPTONO Kaur Perencanaan
9 SYAMSUL HIDAYAT Kepala Suku Ds. Suka Damai
10 DANANG PRIYANTO Kepala Suku Ds. Tegal Rejo
11 BASUKI Kepala Suku Ds. Labu Kombong
12 FATUROHMAN Kepala Suku Ds. Sumber Rohmat
Sumber: Data Pekon Suka Maju tahun 2018
53
Adapun jenjang pendidikan Perangkat Pekon Suka Maju dapat
dideskripsikan melalui grafik sebagai berikut:
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
Gambar 3. Grafik Jenjang Pendidikan Pegawai
5. Sarana dan Prasarana Pekon Suka Maju
Sarana dan Prasarana merupakan penunjang dalam kelancaran
tugas dan fungsinya sebagai perangkat pekon, adapun barang dan
fasilitas sebagai berikut:
Tabel 2. Data Sarana Prasarana Pekon Suka Maju
NO Sarana dan
Prasarana
Tahun
Pengadaan
Jumlah/Satuan
1 Printer 2017 2 unit
2 Laptop 2017 2 unit
3 Kamera 2018 1 unit
4 Almari Arsip 2017 4 unit
5 Kipas Angin 2017 3 unit
6 Kursi Plastik 2016 50 unit
7 Meja 2016 18 unit
8 Jenset 2017 1 unit
9 Kompor Gas 2016 1 unit
10 Tabung Gas 2016 1 unit
11 Kursi Sofa 2017 1 set
Sumber: Data Sekunder Penelitian 2018
50% 4%
8%
18%
Data Perangkat Pekon Suka Maju
Berdasarkan Pendidikan
SMA
S1
D3
SD,SMP
54
6. Penduduk
Penduduk pekon Suka Maju terdiri dari 420 kepala keluarga, dengan
perincian jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sebagaimana
yang peneliti sajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data Pekon Suka Maju tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Penduduk Pekon
Sukamaju berjumlah 1.183 orang yang terdiri dari Laki-laki sebanyak
540 orang dan Peremepuan sebanyak 643 orang. Adapun mata
pencaharian masyarakat Pekon Suka Maju adalah sebagai berikut:
Sumber: Data Primer (diolah) 2018
Gambar 4. Jumlah Penduduk Pekon Suka Maju Berdasarkan
Mata Pencaharian
80%
8%
6% 6%
Penduduk Pekon Suka Maju berdasarkan Mata
Pencaharian
tani dan nelayan
wiraswasta dan dagang
PNS, TNI, POLRI DanPensiunan
dll
NO JENIS KELAMIN JUMLAH
1 Laki-laki 540 Orang
2 Perempuan 643 Orang
Jumlah Penduduk 1.183 Orang
55
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa, RPJM
Desa rencana kegiatan meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
1. Penyelenggara Pemerintahan Desa
Penghasilan tetap & tunjangan Kepala desa dan perangkat
Desa dalam RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa
Tunjangan BHP dalam RPJM Desa, RKP Desa dan APB
Desa
Operasional Perkantoran dalam RPJM Desa, RKP Desa
dan APB Desa
Operasional BHP dalam RPJM Desa, RKP Desa dan APB
Desa
Operasional RT/RW dalam RPJM Desa, RKP Desa dan
APB Desa
2. Pelaksanaan Pembangunan Desa
Pembangunan dan Rehabilitasi bangunan fisik, sekolah :
a. SD
b. TK
c. PAUD
Pengadaan mesin pengolahan kopi.
Pengadaan secretariat web desa dan fasilitas Web desa
Mengikuti pekan informasi desa
Pembangunan dan Rehabilitasi jalan :
a. Jalan utama/jalan pekon
b. Jalan dusun antar pemukiman
c. Gang
56
Pembangunan jembatan
Pengerasan jalan jalan pekon
Pengaspalan jalan jalan pekon
Talud dan drainase di 4 dusun
Pembuatan gorong gorong
Pembangunan lapangan saranah olah raga
Pembangunan poskesdes
Pembangunan lapangan sarana olahraga
Pembangunan pondok pesanten
Pembanguna homestay untuk wisata
Pembangunan balai pekon
Pengadaan intalasi air bersih
Pengadaan sarana peternakan untuk kelompok ternak
Membuat tempat usaha bumdes (BUM Pekon)
Pengadaan tenda
3. Pembinaan Kemasyarakatan
Pembinaan budaya lokal (silat, kuda kepang)
Pembinaan keagamaan (pengajian, berjanji, mawalan)
Sosialisasi pentingnya pendidikan minimal 12 tahun
Mengajak masyarakat bergotong royong
Mengajak masyarakat berswadaya melalui sosialisasi
aparat pekon; (tokoh masyarakat, agama, tokoh pemuda)
Kursus bahasa asing dan komputer
Pembinaan LPM
4. Pemberdayaan Masyarakat
Pelatihan budidaya tanaman tahunan untuk kelompok tani
Pelatihan budidaya pertanian organik semusim untuk
kelompok tani
Pelatihan budidaya ternak kambing
57
Pelatihan pemandu wisata
Pelatihan home industri dan pengembangan ekonomi
kreatif
Pelatihan pembuatan kopi bubuk dan pemasaran
Study banding home industry
Study banding pengelolaan pariwisata
Pelatihan pemanfaatan gas bumi untuk pengelolaan kopi
Peningkatan kapasitas pengelola penginapan
pelatihan peningkatan kapasitas aparatur desa
pelatihan peningkatan kapasitas BHP
pelatihan peningkatan kapasitas kadus dan rt
C. Gambaran Umum Objek Wisata Air Terjun Lembah Pelangi
1. Sejarah Air Terjun Lembah Pelangi
Sejak Tahun 1970, Air Terjun Pondok Rejo atau yang sekarang dikenal
Air Terjun Lembah Pelangi mulai di jamah oleh masyarakat Pekon
Suka Maju, secara resmi di namai Air Terjun Lembah Pelangi pada
tahun 2015 oleh pemerintah Pekon Suka Maju. Masyarakat setempat
bersama aparat pekon berharap air terjun lembah pelangi ini akan
dikelola oleh kelompok sadar wisata (POKDARWIS) pekon Suka
Maju sehingga nanpu menjadi salah satu objek wisata anadalan di
Kabupaten Tanggamus maupun Provinsi Lampung.
Air Terjun Lembah Pelangi ini, mendapat dukungan penuh oleh
masyrakat pekon Suka Maju untuk di kembangkan dan di jadikan
destinasi wisata unggulan, melalui kegiatan gotong-royong di sekitaran
Air Terjun Lembah Pelangi menjadikan akses menuju lokasi wisata
58
lebih mudah di jangkau mulai dari jalan pekon ke kawasan lembah dan
kebun kopi maupun areal lindung sekitar 700-1000-an meter ke
kawasan lembah sampai air terjun ini. Kegiatan lainnya sebagian
masyarakat memanfaatkan peluang dengan menyediakan jasa
membawa barang untuk meningkatkan perekonomian.
Ketinggian Air Terjun lembah Pelangi mencapai 40 meter dengan 2
tingkatan dan 2 cabang dengan percikan air ke lingkungan sekitarnya
sehingga seringkali muncul garis pelangi di sekitaran air terjun yang
berbukit batu serta dilingkupi pepohonan serta suasana yang asri.
Melihat besarnya potensi yang ada, maka pemerintah Daerah beserta
Pemerintah Pekon Suka Maju Kecamatan Ulu Belu Kabupaten
Tanggamus objek wisata ini mulai mendapat perhatian khusus.
(Sumber: Data Primer, Diolah) 2018)
2. Lokasi Objek Wisata Air Terjun Lembah Pelangi
Lokasi Kawasan Wisata Air Terjun Lembah Pelangi berada di pekon
Suka Maju Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus. Berada di
dataran tinggi sekitaran gunung Tanggamus, maka objek wisata ini
banyak di kunjungi orang, baik untuk berwisata maupun sekedar
melepas lelah dengan menikmati kesejukan pegunungan. Lokasi yang
berada diantara hutan kawan dan hutan marga ini mempunyai nilai.
Keadaan wilayah sekitaran Air Terjun Lembah Pelangi umumnya
pegunungan serta beberapa perbukitan disekitarannya. Adapun batas
wilayahnya sebagai berikut:
59
a. Batas Utara : Hutan Marga Pekon Suka Maju
b. Batas Selatan : Hutan Lindung
c. Batas Barat : Hutan lindung
d. Batas timur : Hutan Marga Pekon Muara Dua
Lokasi Air Terjun Lembah Pelangi hanya dapat ditempuh melalui
jalur darat, wisatawan yang ingin menuju lokasi hanya dapat
menggunakan kendaran pribadi sepeda motor maupun mobil dengan
melewati jalanan perbukitan yang cukup curam serta jalan menikung
dengan jarak tempuh dari kota Bandar lampung sekitar 3 jam.
3. Kondisi Objek Wisata Air Terjun Lembah Pelangi
Air Terjun Lembah Pelangi merupakan objek wisata yang di kelilingi
tumbuhan vegetasi diantaranya tanaman pohon kopi, pisang, mahoni,
sengon, durian dan jenis flora lainnya. Air Terjun Lembah Pelangi
memiliki keindahan alamnya berupa air terjun yang cukup tinggi,
kesejukan alamnya dan kejernihan airnya. Objek wisata ini digemari
wisatawan lokal karena memiliki keunikan sinar pelangi yang
membentang si sekitar percikan air yang turun.
Wisatawan lokal yang datang ke Air Terjun Lembah Pelangi berasal
dari kabupaten pringsewu, pesawaran, metro, lampung tengah,
lampung selatan dan Bandar lampung. Air terjun memiliki kejernihan
airnya baik digunakan untuk mandi ataupun sekedar berenang, air ini
keluar dari mata air pegunungan di sekitaran gunung tanggamus serta
60
bebatuan yang cukup banyak dan besar banyak di gunakan untuk
berfoto dan tempat untuk beristirahat para wisatawan.
Pada dasarnya lingkungan alam di sekeliling Air Terjun Lembah
Pelangi hanya merupakan salah satu bagian dari daya tarik pada objek
wisata ini
90
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Sesuai dengan tahapan dalam perumusan kebijakan yang dilakukan
Pemerintah Pekon Suka Maju dapat diketahui melalui tahapan perumusan
masalah pemerintah pekon telah memanfaatkan potensi wisata dengan
objektif yaitu dengan cara pengoptimalan infrastruktur jalan cara
perbaikan secara menyeluruh agar akses lebih mudah. Pemerintah Pekon
menyediakan fasilitas pendukung bagi pengunjung seperti tempat ibadah
toilet Gajebo dan fasilitas pendukung lainnya. dalam hal peningkatan
pengelolaan Air Terjun Lembah Pelangi Pokdarwis harus mampu
menciptakan pengembangan kreatifitas yang baik untuk menjadi objek
wisata unggulan di Kabupaten Tanggamus.
Dapat diketahui Formulasi Kebijakan yang dihasilkan Pemerintah Pekon
yaitu
1. menetapkan kawasan objek wisata Air Terjun Lembah Pelangi sebagai
potensi wisata pekon dan dikelola langsung oleh Pemerintah Pekon.
Dalam pengembangan pemerintah pekon memiliki wewenang dalam
regulasi kebijakan seperti fungsi regulasi sedangkan pokdarwis
sebagai pelaksana kebijakan yang dihasilkan Pemerintah pekon Suka
Maju.
91
2. Seluruh hasil pemasukan pengunjung objek wisata dikelola langsung
oleh Pokdarwis. Dengan rincian 40% hasil dimasukkan ke KAS
Pokdarwis, 60% untuk gaji pengelola yaitu anggota Pokdarwis.
3. Menetapkan dua jalur masuk menuju objek wisata yaitu jalur utama
dan jalur alternatif.
4. Menyewakan perkebunan milik masyarakat Pekon Suka Maju dengan
luas 30 m2 untuk lahan parkir dan sarana prasarana.
B. Saran
Melalui pemaparan tersebut untuk meningkatkan pengembangan objek
wisata maka saran peneliti sebagai berikut:
1. Tahapan dalam perumusan kebijakan hendaknya dijadikan pedoman
dasar dalam menetapkan masalah dalam kebijakan dilakukan karena hal
ini merupakan bagian yang paling penting dalam pelaksanaannya.
2. Setiap kegiatan perencanaan terutama terkait pengembangan objek
wisata Air Terjun Lembah Pelangi harus melibatkan masyarakat.
Keikut sertaan ini dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan manfaat
dari kegiatan pariwisata sehingga kesadaran dan kepedulian akan
pentingnya dalam kegiatan pariwisata.
3. Pelatihan terkait kepariwisataan harus dilakukan untuk meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi panitia pengelola dalam
mengelola Air Terjun Lembah Pelangi.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus hendaknya segera
mengupayakan perizinan secara legal kepada Kementrian Kehutanan
92
dalam penggunaan lahan yang termasuk dalam Hutan Kawasan Marga
(HKM) agar dalam pembangunan disekitar tanah hutan tidak terjadi
pelanggaran dalam penggunaan lahan.
5. Pemerintah Pekon Suka Maju segera mungkin melakukan hubungan
kerja sama dengan pihak-pihak swasta seperti PT. Nestle dan Arqua
(Air Mineral) untuk meningkatkan pengambangan objek wisata.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ansori, Yusak. 2010. Tourism Board: Strategi Promosi Pariwisat
Daerah. Surabaya: Putera Media Nusantara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Basrowi dan Suandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi
Pariwisata. Jakarta: Universitas Indonesia.
Labolo, Muhadam. 2011. Kepemimpinan Bahari: Sebuah Alternatif
Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Newman, Diann R. Dan Hodgetts, Richard M. 1998. Human Resource
Management. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.
Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Nuryanti, Wiendu. 1999. Heritage, Tourism and Local Comunities
Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Pitana, I Gde dan Diarta, I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu
Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata.
Yogyakarta: ANDI.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2014. Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Sugiarto, Eko. 2013. Master EYD. Yogyakarta: Suaka Media.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi
Pariwisata: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta:
Gava Media.
Suryadana, M. Liga dan Octavia, Vanny. 2015. Pemasaran Pariwisata.
Bandung:Alfabeta.
Wardianta. 2010. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Winarno, Budi. 2016. Kebijakan Publik Era Globalisasi: Teori, Proses,
dan Studi Kasus Komparatif. Jakarta: CAPS.
Yoeti, Oka A. 1996. Anatomi Pariwisata. Bandung: Angkasa.
___________. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Skripsi :
Asriandi, Ian. 2016. Strategi Pengembanagan Objek Wisata Air Terjun
Bissapu di Kabupaten Bintaeng. Skripsi.
Nizatama, Anisa Fadia. 2015. Sinergitas Pembangynan Pariwisata
(Studi Kasus Teluk Kiluan Tahun 2014). Skripsi
Ristiana, Fitri. 2016. Implementasi Pengembangan Pariwisata di
Kabupaten Tanggamus (Studi Tentang Pengelolaan Teluk Kiluan
di Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus). Skripsi.
Setiana, Nevia. 2016. Kesiapan Objek Wisata Pantai Labuhan Jukung
Untuk Menjadi Daerah Tujuan Wisata Nasional (Studi: Pantai
Labuhan Jukung Kec. Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat
Skripsi.
Sholeha, Nurul. 2016. Analisis Kebijakan Pembangunan Pariwisata di
Kabupaten Selayar. Skripsi.
Yasmine, Amalia. 2015. Strategi Pengembangan Pariwisata. Skripsi.
Jurnal :
Ernawati, Ni Made. 2010. “Tingkat Kesiapan Desa Tihingan-
Klungkung, Bali sebagai Tempat Wisata Berbasis Masyarakat”.
Dalam Jurnal AnalisisPariwisata. Vol. 1. No. 1. Hlm.1.
Karsudi dkk. 2010. “Strategi Pengembangan Ekoswisata di Kabupaten
Kepulauan Yapen Provinsi Papua” Dalam JMHT Vol.XVI,(3).
Hlm.148-154.
Parikesit, Danang dan Trisnadi, Wiwied. 1997. “Kebijakan
Kepariwisataan Indonesia Dalam Pembangunan Jangka Panjang”.
Dalam Kelola No.16/VI/.
Saria, Dias. 2009. “Stategi Pengembanagan Ekowisata Berbasis
EkonomivLokal dalam Rangka Program Pengentasan Kemiskinan
di Wilayah Kabupaten Malang”. Dalam Journal Indonesian
Applied Economics. Vol.3. No.1. Hlm. 37-47.
Soebagyo. 2012. “Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia”.
Dalam Jurnal Liquidity Vol. 1. No. 2. Hlm. 153-158.
Widiyanto, Dodi dkk. 2008. “Pengembangan Pariwisata Perdesaa
(Suatu Usulan Stategi Bagi Desa Wisata Ketingan)”. Dalam Jurnal
Bumi Lestari. Vol.8.No.2. Hlm.205-210.