formulasi sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun …

80
FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill) SEBAGAI ANTIBAKTERI Streptococcus mutans SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S 1) pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Oleh : NENI ERMAWATI D1A151169 UNIVERSITAS AL-GHIFARI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FARMASI BANDUNG 2019

Upload: others

Post on 13-Nov-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI

EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill)

SEBAGAI ANTIBAKTERI Streptococcus mutans

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S 1)

pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Oleh :

NENI ERMAWATI

D1A151169

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

BANDUNG

2019

Page 2: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

i

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI

EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana

Mill) SEBAGAI ANTIBAKTERI Streptococcus mutans

PENYUSUN : NENI ERMAWATI

NIM : D1A151169

Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami telah memenuhi

persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi

Bandung, September 2019

Pembimbing I

( Kusdi Hartono, S.Si., M.Mkes )

Pembimbing II

( Meiry Akmara Dhina, M.Pd )

Page 3: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

ii

ABSTRAK

Salah satu upaya meningkatkan dan menjaga kesehatan gigi dapat ditempuh

dengan penggunaan bahan tradisional berupa tanaman bermanfaat untuk

mengatasi masalah gigi yang sifatnya spesifik. Salah satu tanaman bermanfaat

adalah alpukat (Persea americana Mill) yang memiliki kandungan senyawa aktif

alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang bekerja sebagai antibakteri

Streptococcus mutans penyebab caries gigi. Untuk mengurangi jumlah bakteri ini,

diformulasikan sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat yaitu formula 1

(F1), formula 2 (F2), formula 3 (F3), dan formula 4 (F4) dengan konsentrasi

ekstrak berturut-turut sebanyak 5%, 15%, 25%, dan 35%. Uji evaluasi fisik

dilakukan pada sediaan pasta gigi untuk mendapatkan sediaan yang paling stabil.

Hasil evaluasi fisik menunjukkan sediaan pasta gigi yang paling stabil adalah F3.

Pada uji organoleptik didapatkan bentuk sediaan berupa pasta, warna sediaan

coklat, dan aroma sediaan khas daun alpukat dan menthol, pada uji pH didapatkan

rentang pH 7,4-8,2 dan pada uji viskositas selama 21 hari didapatkan pasta yang

konsisten sebesar 7750 cPas. Pada uji homogenitas didapatkan sediaan pasta

homogen dan pada uji daya sebar didapatkan rentang sebesar 3,1 cm – 4,7 cm.

Hasil uji kesukaan pada 20 responden berupa penilaian terhadap rasa, warna,

aroma, dan tekstur pasta gigi menunjukkan formula yang paling disukai adalah F1

dan F3. Pasta gigi F3 dan F4 memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus

mutans dengan pengujian menggunakan metode sumuran pada media MHA

menghasilkan zona hambat rata-rata sebesar 6,22 mm dan 6,97 mm yang

termasuk ke dalam kriteria sedang.

Kata kunci : ekstrak etanol, formulasi pasta, pasta gigi, Persea americana Mill,

Streptococcus mutans

Page 4: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

iii

ABSTRACT

One effort to improve and maintain dental health can be achieved by the use of

traditional materials in the form of beneficial plants to overcome specific dental

problems. One of the beneficial plants is avocado (Persea americana Mill) which

contains active compounds of alkaloids, flavonoids, saponins, and tannins that

work as antibacterial Streptococcus mutans that cause dental caries. To reduce

the amount of these bacteria, formulated of avocado leaf ethanol extract

toothpaste is formula 1 (F1), formula 2 (F2), formula 3 (F3), and formula 4 (F4)

with each extract concentrations is 5%, 15%, 25% and 35%. A physical

evaluation test is performed on a toothpaste preparation to get the most stable

preparation. Physical evaluation results showed that the most stable toothpaste

preparation is F3. In the organoleptic test the dosage form have the shape of

paste, brown color, and the typical aroma of avocado and menthol leaves were

obtained, in the pH test, the pH range was 7,4 - 8,2 and in the 21 day viscosity test

a consistent paste was 7750 cPas. In the homogeneity test, homogeneous paste

preparations were obtained and in the scatter power test a range of 3.1 cm - 4.7

cm was obtained. Preferred test results for 20 respondents in the form of an

assessment of the taste, color, aroma, and texture of toothpaste showed the most

preferred formulas were F1 and F3. F3 and F4 toothpastes have antibacterial

activity against Streptococcus mutans by testing using the wells method on MHA

media resulting in an average inhibition zone of 6.22 mm and 6.97 mm which fall

under the medium criteria.

Keywords : ethanol extract, avocado leaves, paste formulation, Persea americana

Mill, Streptococcus mutans

Page 5: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

iv

KATA PENGANTAR

Bismillah Alhamdulillah segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan

kehadirat Rabb semesta alam Allah SWT yang telah memberikan limpahan

nikmat dan karunia-Nya serta memberikan kekuatan dan kemudahan dalam

melakukan segala amanah dan aktivitas. Penulis juga limpahkan Shalawat serta

Salam semoga selalu tercurah kepada junjungan dan Qudwah kita Nabi

Muhammad SAW, kepada para sahabat, keluarga sampai kepada umatnya.

Penulis bersyukur dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Formulasi

Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill)

Sebagai Antibakteri Streptococcus mutans”.

Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan

rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang

diiringi kepada :

1. Bapak H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si selaku Rektor Universitas Al-Ghifari.

2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas

Al-Ghifari.

3. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi

Fakultas MIPA Universitas Al-Ghifari.

4. Ibu Dytha Andri Deswati, M.Si., Apt selaku Dosen Wali Mahasiswa Kelas

A11B Non Regular.

Page 6: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

v

5. Bapak Kusdi Hartono, S.Si., M.Mkes selaku Pembimbing 1 dan Ibu Meiry

Akmara Dhina, M.Pd selaku Pembimbing 2 yang telah membimbing dan

memberikan pengarahan pada penelitian dan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen, Laboran, dan Staf Universitas Al-Ghifari.

7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2015.

8. Keluarga besar Kelas A11B Non Regular.

9. Rekan satu tim penelitian formulasi.

10. Sahabat-sahabat saya, akhwat fillah, yaitu Ami Aida, Hidayah Ina, Iis

Mulyani, dan Rifati Hanifah.

11. Terkhusus kepada kedua orang tua dan saudara yang saya cintai, atas

perhatian, kesabaran, dan do’anya.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna

dan masih banyak kekurangan. Akhir kata penulis panjatkan do’a kepada Allah

SWT, semoga membalas serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

Bandung, September 2019

Neni Ermawati

Page 7: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSTRACT ............................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

2.1 Tumbuhan Daun Alpukat ......................................................................... 6

2.1.1 Klasifikasi Daun Alpukat .................................................................. 7

2.1.2 Bagian-Bagian Tanaman Alpukat ..................................................... 8

2.1.3 Jenis Alpukat ..................................................................................... 9

2.1.4 Kandungan Daun Alpukat ............................................................... 11

2.1.5 Manfaat Daun Alpukat .................................................................... 11

2.2 Senyawa Metabolit Sekunder Daun Alpukat ......................................... 11

2.3 Caries Gigi ............................................................................................. 13

2.3.1 Streptococcus mutans ...................................................................... 13

2.3.2 Substrat (Karbohidrat) ..................................................................... 15

2.3.3 Waktu Pembentukan Caries ............................................................ 16

2.3.4 Struktur Gigi Penyebab Caries ....................................................... 16

2.4 Dasar Teori Pasta .................................................................................... 17

2.4.1 Pengertian Sediaan Pasta dalam Farmasi ......................................... 17

2.4.2 Karakteristik Sediaan Pasta ............................................................. 18

Page 8: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

vii

2.4.3 Macam-Macam Sediaan Pasta ......................................................... 19

2.4.4 Formulasi Sediaan Pasta .................................................................. 20

2.4.5 Keuntungan dan Kerugian dari Sediaan Pasta ................................. 22

2.5 Pasta Gigi ............................................................................................... 23

2.6 Ekstraksi ................................................................................................. 29

2.7 Ekstrak .................................................................................................... 31

2.8 Metode Uji Antibakteri .......................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 35

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 35

3.1.1 Alat Penelitian ................................................................................. 35

3.1.2 Bahan Penelitian.............................................................................. 35

3.1.3 Bakteri Uji ....................................................................................... 35

3.2 Prosedur Penelitian ................................................................................. 36

3.2.1 Pengumpulan Tanaman ................................................................... 36

3.2.2 Determinasi Tanaman ..................................................................... 36

3.2.3 Pembuatan Simplisia Daun Alpukat ............................................... 36

3.2.4 Penentuan Kadar Air ....................................................................... 36

3.2.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Alpukat ....................................... 37

3.2.6 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Alpukat .......................... 37

3.2.7 Formula Pasta Gigi .......................................................................... 39

3.2.8 Pembuatan Pasta Gigi ..................................................................... 40

3.2.9 Evaluasi Persyaratan Fisik .............................................................. 41

3.2.10 Uji Kesukaan ................................................................................... 43

3.2.11 Uji Daya Hambat terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus

mutans ............................................................................................. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 46

4.1 Determinasi Tanaman ............................................................................. 46

4.2 Simplisia Daun Alpukat ......................................................................... 46

4.3 Penentuan Kadar Air .............................................................................. 46

4.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Alpukat .............................................. 47

4.5 Perhitungan Rendemen ........................................................................... 47

Page 9: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

viii

4.6 Skrining Fitokimia .................................................................................. 48

4.7 Uji Organoleptik ..................................................................................... 48

4.8 Uji Homogenitas ..................................................................................... 50

4.9 Uji pH ..................................................................................................... 51

4.10 Uji Daya Sebar ....................................................................................... 52

4.11 Uji Viskositas ......................................................................................... 53

4.12 Uji Kesukaan .......................................................................................... 54

4.13 Uji Daya Hambat terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans ..

................................................................................................................ 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 59

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 59

5.2 Saran ....................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

LAMPIRAN .......................................................................................................... 64

Page 10: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Daun Alpukat ...................................................................... 7

Gambar 2.2 Struktur kimia kalsium karbonat ....................................................... 25

Gambar 2.3 Struktur kimia propilenglikol ............................................................ 25

Gambar 2.4 Struktur kimia Na-CMC .................................................................... 26

Gambar 2.5 Struktur kimia Saccharin sodium ...................................................... 26

Gambar 2.6 Struktur kimia metil paraben ............................................................. 27

Gambar 2.7 Struktur kimia Na-Lauril sulfat ......................................................... 27

Gambar 2.8 Struktur kimia Menthol ..................................................................... 28

Gambar 2.9 Struktur kimia Aquadest.................................................................... 28

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara viskositas dan lama penyimpanan terhadap

pasta gigi .......................................................................................... 54

Gambar 4.2 Grafik hasil uji kesukaan terhadap rasa sediaan pasta gigi ............... 55

Gambar 4.3 Grafik hasil uji kesukaan terhadap warna sediaan pasta gigi ............ 55

Gambar 4.4 Grafik hasil uji kesukaan terhadap aroma sediaan pasta gigi............ 56

Gambar 4.5 Grafik hasil uji kesukaan terhadap tekstur sediaan pasta gigi ........... 56

Page 11: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konstituen fitokimia daun, buah dan biji Persea americana (mg/100g)

(Arukwe, 2012) ..................................................................................... 11

Tabel 4.1 Hasil Skrining Fitokimia ....................................................................... 48

Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptik .......................................................................... 49

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas .......................................................................... 51

Tabel 4.4 Hasil Uji pH .......................................................................................... 51

Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Sebar ............................................................................ 52

Tabel 4.6 Hasil Uji Viskositas .............................................................................. 53

Tabel 4.7 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Streptococcus mutans ......... 57

Page 12: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Caries gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada jaringan

keras gigi yang ditandai oleh rusaknya email dan dentin (Ramayanti, 2013).

Terdapat 4 faktor yang terlibat dalam proses terjadinya caries gigi, yaitu

mikroorganisme, gigi (host), makanan, dan waktu (Brown, 2008).

Mikroorganisme yang berperan adalah bakteri asidogenik yang dapat

ditemukan pada proses caries gigi. Bakteri asidogenik akan menghasilkan

asam sehingga dapat menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin

(Cheng, 2012).

Setiap mL air ludah dijumpai 10-20 juta bakteri. Jumlah maksimum

bakteri-bakteri ini dijumpai pada pagi hari atau setelah makan. Salah satu

mikroorganisme penting yang dijumpai dalam mulut adalah Streptococcus

mutans (Tarigan, 2013). Salah satu pendekatan untuk mengurangi insidensi

caries adalah menggunakan agen terapeutik berupa bahan anti mikroba dan/

atau anti adherensi (Nostro, 2004). Caries gigi dapat diatasi dengan

tindakan preventif secara mekanis dengan menyikat gigi menggunakan

pasta gigi. Pasta gigi berfungsi sebagai media bagi zat aktif penghilang

bakteri dan plak (antiplak) untuk dapat diaplikasikan pada permukaan gigi

(Perry, 2007).

Page 13: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

2

Kegiatan penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut dapat

ditempuh dengan beragam cara yang salah satunya adalah secara tradisional.

Pengobatan tradisional memiliki keterkaitan yang erat dengan obat

tradisional (Prasko, 2015). Obat tradisional dalam Permenkes RI Nomor 3

Tahun 2010 adalah bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,

bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut,

secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat

diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat.

Penelitian tentang obat tradisional mulai dilakukan dan menemukan

berbagai macam tanaman yang bermanfaat untuk mengatasi penyakit yang

sifatnya spesifik. Salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat adalah

alpukat (Persea americana Mill). Daun alpukat memiliki kandungan

senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin (Sangi, 2008).

Senyawa-senyawa ini bekerja sebagai senyawa aktif antibakteri.

Senyawa flavonoid mampu merusak sel bakteri dengan cara

membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut

sehingga senyawa intraseluler akan keluar menuju ekstraseluler (Nuria,

2009). Saponin menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menurunkan

tegangan permukaan dinding sel bakteri dan merusak permeabilitas

membran karena sifatnya seperti sabun (Zahro, 2013). Alkaloid akan

berikatan dengan DNA sel sehingga menimbulkan perubahan keseimbangan

genetik pada rantai DNA (Rinawati, 2011). Kandungan tanin yang banyak

terdapat pada daun alpukat memiiki daya anti adhesi yang berfungsi untuk

Page 14: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

3

menghambat adhesin bakteri atau perlekatan bakteri pada sel penjamu dan

membuat enzim-enzim esensial beserta transport protein pada membran sel

bakteri menjadi tidak aktif (Novalina, 2013).

Bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans merupakan

golongan bakteri yang sama dengan Enterococcus faecalis yaitu bakteri

gram positif anaerob fakultatif. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Prasko (2015), menunjukkan bahwa ekstrak daun alpukat dengan

konsentrasi 60% dan 80% memiliki pengaruh dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Sreptococcus mutans dengan rata-rata daya hambat

sebesar 25,03 mm dan 31,7 mm. Sesuai klasifikasi daya hambat menurut

Lade (2006) yang mengklasifikasikan zona hambat bakteri menjadi 3

kriteria yaitu sedang (6 mm - 9 mm), kuat (10 mm - 14 mm) dan sangat kuat

(15 mm - 18 mm).

Berdasarkan penelitian tersebut, ekstrak daun alpukat dapat dijadikan

sebagai suatu alternatif bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai

sediaan antibakteri. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini

dilakukan untuk memformulasikan sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun

alpukat (Persea americana Mill) menjadi suatu alternatif bahan alami

sebagai sediaan antibakteri terhadap Streptococcus mutans penyebab caries

gigi. Variasi konsentrasi ekstrak yang lebih kecil dalam sediaan pasta gigi

diharapkan memiliki daya antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus

mutans.

Page 15: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

4

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana formulasi sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat

yang paling stabil berdasarkan evaluasi persyaratan fisik sediaan?

2. Bagaimana formulasi sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat

yang sangat disukai responden ?

3. Bagaimana efektifitas pasta gigi dengan variasi konsentrasi ekstrak

etanol daun alpukat terhadap daya hambat pertumbuhan Streptococcus

mutans?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan formulasi sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun

alpukat yang paling stabil berdasarkan evaluasi persyaratan fisik

sediaan.

2. Untuk mendapatkan formulasi sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun

alpukat yang sangat disukai responden.

3. Untuk mengetahui efektifitas pasta gigi dengan variasi konsentrasi

ekstrak etanol daun alpukat terhadap daya hambat pertumbuhan

Streptococcus mutans.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui formulasi sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat

yang paling stabil berdasarkan evaluasi persyaratan fisik sediaan.

Page 16: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

5

2. Mengetahui formulasi sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat

yang sangat disukai responden.

3. Mengetahui potensi ekstrak etanol daun alpukat untuk dikembangkan

sebagai bahan herbal terkait kemampuannya menghambat pertumbuhan

Streptococcus mutans sebagai inisiator penyebab caries gigi.

4. Sebagai referensi informasi untuk melakukan penelitian serta eksplorasi

lebih terhadap pemanfaatan kandungan daun alpukat sebagai obat

berbahan alami.

5. Sebagai referensi bahan herbal alternatif untuk pencegahan penyakit

gigi yang sediaannya dapat secara mudah diproduksi sehingga lebih

aplikatif.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2019 di

Laboratorium Teknologi Farmasi dan Laboratorium Bahan Alam, Jurusan

Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al-

Ghifari, Bandung.

Page 17: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Daun Alpukat

Alpukat secara umum terbagi tiga tipe: tipe West Indian, tipe

Guatemalan, dan tipe Mexican. Daging buah berwana hijau di bagian bawah

kulit dan menguning kearah biji. Warna kulit buah bervariasi, warna hijau

karena kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosianin (Lopez,

2002). Menurut Sunarjo (1998), alpukat termasuk tanaman hutan yang

tingginya mencapai 20 meter. Bantuk pohonnya seperti kubah sehingga dari

jauh tampak menarik. Daunnya panjang (lonjong) dan tersusun seperti pilin.

Bunga alpukat keluar pada ujung cabang atau ranting dalam tangkai panjang.

Warna bunga putih dan setiap bunga akan mekar sebanyak dua kali.

Alpukat atau avokad dikenal dengan berbagai nama lokal antara lain

alpuket (Jawa Barat); alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah); boah pokat,

jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat

(Lampung). Tanaman avokad berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika

Tengan dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18.

Pohon avokad mempunyai tinggi yang bervariasi sesuai dengan varietas,

mulai dari 3 m - 10 m. Ciri botani tanaman avokad antara lain berakar

tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat, dan bercabang banyak.

Daunnya termasuk daun tunggal yang letaknya berdesakan di ujung ranting,

bentuknya memanjang, ujug dan pangkal runcing. Tepi daun kadang-kadang

Page 18: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

7

agak menggulung ke atas. Bunga majemuk, buahnya buah buni yang

berbentuk bola atau bulat telur, daging buah sudah masak lunak, berwarna

hijau kekuningan (Paramawati, 2016).

2.1.1 Klasifikasi Daun Alpukat

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tunbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Persea

Spesies : Persea americana Mill.

Gambar 2.1 Tanaman Daun Alpukat

Page 19: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

8

2.1.2 Bagian-Bagian Tanaman Alpukat

Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang

dan memiliki akar ambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya

sedikit sehingga pemupukan harus dilakukan dengan cara yang benar.

Pupuk harus diletakkan sedekat mungkin dengan akar sehingga pupuk

ditanam dengan kedalaman 30 cm - 40 cm di sekitar tanaman (Andi,

2013).

Tinggi tanaman alpukat dapat mencapai 20 m, terdiri dari batang

berwarna coklat, banyak cabang dan ranting yang berambut halus.

Batang tanaman alpukat biasanya digunakan sebagai pengembangan

bibit, penyambungan dan okulasi (Prihatman, 2000).

Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5 cm - 5 cm,

letaknya berdesakkan di ujung ranting, bentuknya lonjong sampai

bulat telur memanjang tebal seperti kulit, ujung dan pangkal daun

runcing, tepi rata kadang-kadang agak menggulung ke atas, bertulang

menyirip, panjang 10 cm - 20 cm, lebar 3 cm - 10 cm, daun muda

warna kemerahan dan berambut rapat, daun tua dan gundul

(Prihatman, 2000).

Bunga alpukat bersifat sempurna (hemaprodit), tetapi sifat

pembungaannya dichogamy, artinya tiap bunga mekar 2 kali

berselang, menutup antara 2 mekar dalam waktu berbeda. Pada hari

mekar pertama, bunga betina yang berfungsi sedangkan pada hari

mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi (Ahsari, 2004).

Page 20: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

9

Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur

dan bulat tidak simetris, panjang 9 cm - 11,5 cm, memiliki massa 0,25

kg - 0,38 kg, berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbintik - bintik

ungu, buahnya memiliki kulit yang lembut dan memiliki warna yang

berbeda-beda. Biasanya warna buah alpukat bervariasi dari warna

hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat berbiji satu dengan

bentuk seperti bola berdiameter 6,5 cm - 7,5 cm, keping biji berwarna

putih kemerahan. Buah alpukat memiliki biji yang besar berukuran 5,5

cm x 4 cm (Andi, 2013).

2.1.3 Jenis Alpukat

Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe

keturunan/ras, yaitu (Andi, 2013) :

1. Ras Meksiko

Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi

tropis dengan ketinggian antara 2.400 mdpl - 2.800 mdpl. Ras ini

mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga

sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil

dengan berat 100 gram - 225 gram, bentuk jorong (oval),

bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi

rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak

yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.

Page 21: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

10

2. Ras Guatemala

Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis

dengan ketinggian sekitar 800 mdpl - 2.400 mdpl. Ras ini kurang

tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 oC). Daunnya

tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar,

berat berkisar antara 200 gram - 2.300 gram, kulit buah tebal,

keras, mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah

antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran

kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang

melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang

sedang.

3. Ras Hindia Barat

Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika

Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800

mdpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan

toleransi sampai -2 oC. Daunnya tidak berbau, warna daunnya

lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya

berukuran besar dengan berat antara 400 gram - 2.300 gram,

tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak

6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam

rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging

buahnya paling rendah.

Page 22: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

11

2.1.4 Kandungan Daun Alpukat

Alpukat merupakan buah yang sangat bergizi, mengandung 3% -

30% minyak dengan komposisi yang sama dengan minyak zaitun dan

banyak mengandung vitamin B. Daging buah alpukat terkandung

protein, mineral Ca, Fe, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C (Andi,

2013).

2.1.5 Manfaat Daun Alpukat

Efek farmakologis daun alpukat adalah peluruh kencing (diuretik)

dan astringen. Selain itu, daun dan kulit ranting memiliki efek

farmakologis, seperti peluruh kentut (karminativ), penyembuh batuk,

pelancar menstruasi, emollient dan antibakteri. (Hariana, 2004).

2.2 Senyawa Metabolit Sekunder Daun Alpukat

Tabel 2.1 Konstituen fitokimia daun, buah dan biji Persea americana

(mg/100g) (Arukwe, 2012)

Komposisi Daun Buah Biji

Saponin 1.29±0.08 0.14±0.01 19.21±2.81

Tannin 0.68±0.06 0.12±0.03 0.24±0.12

Flavonoid 8.11±0.14 4.25±0.16 1.90±0.07

Sianogenik

glikosida ND ND 0.06±0.02

Alkaloid 0.51± 0.21 0.14±0.00 0.72±0.12

Fenol 3.41± 0.64 2.94±0.13 6.14±1.28

Steroids 1.21±0.14 1.88±0.19 0.09±0.00

Keterangan :

ND : Not Detected (tidak terdeteksi/tidak ada)

Page 23: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

12

Kandungan utama daun alpukat meliputi flavanoid, alkaloid, saponin,

tanin, poliferol, quersetin (Lukas, 2008). Komponen senyawa metabolit

sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri adalah :

1. Flavonoid

Flavanoid adalah senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk

mengikat protein bakteri. (Tersiono, 2008).

2. Alkaloid

Alkaloid melakukan penghambatan dengan cara mengganggu komponen

penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel

tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel bakteri

(Juliantina, 2008).

3. Saponin

Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas

membran sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi

dengan sel bakteri atau sel jamur, maka bakteri tersebut akan rusak atau

lisis (Utami, 2013).

4. Tanin

Tanin mempunyai aktivitas mikroba terhadap bakteri Esherichia coli,

Steptococcus faecalis dan Staphylococcus aureus. Tanin dalam

konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan

pada konsentrasi tinggi mampu bertindak sebagai antibakteri dengan cara

mengkoagulasi atau mengumpulkan protoplasma bakteri sehingga

terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri. Selain itu, pada

Page 24: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

13

saluran pencernaan tanin mampu mengeliminasi toksin (Poeloengan,

2010).

2.3 Caries Gigi

Caries gigi atau karies dapat didefinisikan sebagai hasil dari interaksi

bakteri yang terdapat di permukaan gigi, plak atau biofilm dan dari diet

(khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri

menjadi asam terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi proses

demineralisasi jaringan keras gigi dan proses ini memerlukan waktu agar

dapat terjadi. Terakumulasinya plak pada permukaan gigi akan menyebabkan

makin banyak bakteri penyebab karies pada rongga mulut yang

memanfaatkan substat yang berasal dari plak dalam proses metabolisme yang

menghasilkan asam sehingga menyebabkan terjadinya fluktuasi pH rongga

mulut. (Putri, 2008).

Karies hanya dapat terjadi jika adanya interaksi faktor-faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya karies, yaitu bakteri plak, karbohidrat, waktu, dan

struktur gigi (Putri, 2008).

2.3.1 Streptococcus mutans

Salah satu penyebab terjadinya karies adalah bakteri. Bakteri akan

menguraikan substrat karbohidrat yang melekat di rongga mulut dan

membentuk plak. Aktivitas bakteri ini akan makin berlanjut seiring

makin asamnya pH rongga mulut. Kondisi ini lama kelamaan akan

Page 25: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

14

menyebabkan dekalsifikasi email, dan membentuk lesi white spot

yang menandakan dimulainya proses karies. Proses terjadinya karies

melibatkan bakteri rongga mulut antara lain bakteri Actinomyces,

lactobacilli, dan berbagai jenis bakteri Streptococcus (Streptococcus

oralis, Streptococcus mitis, Streptococcus anginosus). Namun jenis

bakteri yang paling dominan berperan dalam terjadinya karies adalah

Streptococcus mutans (Limeback, 2012).

S.mutans dikemukakan pertama kali oleh JK Clark pada tahun

1924 setelah ia mengisolaisnya dari suatu lesi karies (Nugraha, 2008).

S.mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak

bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus yang

sendirian berbentuk bulat atau oval dan tersusun dalam rantai. Bakteri

ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18 oC – 40

oC. S.mutans

paling sering ditemukan pada rongga mulut manusia dan memiliki

sifat kariogenik yang tinggi (Zhu, 2006).

S.mutans sebagai salah satu bakteri penyebab karies memiliki

sifat asidogenik yaitu menghasilkan asam, asidodurik yaitu mampu

tinggal pada lingkungan asam. Faktor virulensi dari S.mutans adalah

pembentukan lapisan biofilm, yang terlibat pada perlekatan awal

bakteri yang dipengaruhi dari substrat sukrosa. Pada saat ada sukrosa,

S.mutans memproduksi polisakarida ekstraseluler bernama glukan

melalui aktivitas enzim dari 3 glukotransferase. Pembentukan glukan

membuat S.mutans dapat melekat ke permukaan gigi. S.mutans juga

Page 26: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

15

mempengaruhi karies dari sifat asidogeniknya memungkinkan terjadi

demineralisasi email (Zhu, 2006).

2.3.2 Substrat (Karbohidrat)

Substrat (karbohidrat) juga memiliki peran penting dalam proses

terjadinya karies, karena merupakan sumber energi bagi bakteri dan

berperan dalam pembentukan plak. Tidak semua jenis karbohidrat

berperan dalam pembentukan karies, sukrosa, disakarida dan glukosa

monosakarida merupakan dua jenis substrat yang sangat kariogenik,

sedangkan disakarida jenis lainnya tidak memiliki sifat kariogenik

yang kuat, namun ada karbohidrat yang bersifat anti karies yaitu

xylitol. Sukrosa berperan dalam pembentukan matrik ekstraseluler

pada pembentukan plak. Sukrosa akan disintesa oleh enzim yang

dihasilkan bakteri (dekransukrase dan levansukrosa) menjadi dekstran

dan levan. Dekstran merupakan polimer glukosa yang bersifat tidak

larut dalam air, sangat adhesif, dan resisten terhadap hidrolisis bakteri,

dan merupakan senyawa yang stabil. Levan lebih mudah larut dalam

air dan dapat dihidrolisis oleh lebih banyak bakteri. Kedua senyawa

ini berperan sebagai perantara kolonisasi bakteri dan perlekatan

bakteri pada permukaan gigi. Dekstran berperan pada perlekatan plak

pada permukaan licin gigi seperti pada bakteri S.mutans, sedang levan

berperan pada perlekatan plak pada permukaan akar seperti pada

bakteri Odontomyces viscosus (Limeback, 2012).

Page 27: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

16

2.3.3 Waktu Pembentukan Caries

Karies bukanlah penyakit yang spontan terjadi, tetapi penyakit

yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu. Butuh waktu yang

cukup lama agar dapat terjadi kolonisasi bakteri dan pembentukan

plak pada permukaan gigi. Selain itu juga perlu waktu bagi bakteri

plak agar dapat melakukan metabolisme asam yang menyebabkan

demineralisasi email (Putri, 2008).

2.3.4 Struktur Gigi Penyebab Caries

Kondisi alami rongga mulut juga menjadi salah satu risiko

terjadinya karies. Anatomi dan posisi gigi di dalam mulut, anatomi

jaringan sekitar, dan permukaan email yang cacat dapat menyebabkan

mudahnya terjadi akumulasi plak pada daerah rawan tersebut. Air

ludah juga berperan dalam terjadinya karies. Saliva memiliki fungsi

perlindungan dalam hal aksi pembersihan bakteri, menetralkan pH,

aktivitas antimikroba, dan remineralisasi. Aktivitas pembersihan

bakteri terjadi karena air ludah memiliki molekul glikoprotein yang

menyebabkan bakteri menjadi aglutinasi dan ditelan. Air ludah juga

memiliki urea dan komponen lain yang membantu melarutkan asam

dalam plak. Kemampuan antibakteri air ludah berasal dari lisosim,

laktoferin, laktoperoksidase, dan IgA sekretori. Selain itu saliva juga

memiliki ion kalsium, fosfat, kalium yang berperan dalam

remineralisasi. Jika terjadi penurunan saliva maka akan meningkatkan

Page 28: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

17

laju pertumbuhan bakteri karies. Berkurangnya aliran saliva akan

menyebabkan fungsi penetralan pH terganggu sehingga pH sulit

menjadi normal kembali akibatnya memudahkan terjadinya

penghasilan asam oleh bakteri (Putri, 2008).

2.4 Dasar Teori Pasta

2.4.1 Pengertian Sediaan Pasta dalam Farmasi

Sediaan pasta berdasarkan beberapa pengertian yaitu :

1. Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV : Pasta merupakan sediaan semi

padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan

untuk pemakaian topikal.

2. Pharmaceutical Practice : Pasta merupakan ointment yang

mengandung sekitar 50% serbuk yang terdispersi dalam basis

berlemak, namus pasta kurang berlemak dibandingkan ointment

karena serbuk akan mengabsorpsi sebagian hidrokarbon air.

3. Formularium Nasional : Pasta adalah sediaan berupa massa lembek

yang dimaksudkan untuk pemakaian luar, digunakan sebagai

antiseptikum atau pelindung kulit.

4. Menurut DOM : Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang

menunjukkan aliran dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta

memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk mengalir meningkat

dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya

disiapkan dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut

Page 29: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

18

yang signifikan (biasanya 20% atau lebih) pada basis salep

konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari salep

menjadi aliran dilatan.

5. Formulasi Indonesia (FI) Edisi III : Pasta adalah sediaan berupa

masa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya

dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk

dalam jumlah besar dengan vaselin dan parafin cair atau dengan

bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago

atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung.

2.4.2 Karakteristik Sediaan Pasta

Karakteristik dari sediaan pasta adalah (Elmitra, 2017) :

- Daya absorbsi pasta lebih besar

- Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada

tempat pemakaian

- Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu

- Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk

pemakaian luar/topikal

- Konsistensi lebih kenyal dari unguentum

- Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum

- Memiliki persentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu

mengandung bahan serbuk (padat) antara 40% - 50%

Page 30: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

19

2.4.3 Macam-Macam Sediaan Pasta

Beberapa macam sediaan pasta yaitu (Elmitra, 2017) :

1. Pasta Berlemak

Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50%

zat padat (serbuk). Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan

lebih menyerap dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar

obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung

untuk menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya

penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep.

2. Pasta Kering

Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat

padat (serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam

resep tertulis ichthanolum atau Tumenol Ammonim, zat ini akan

menjadikan pasta menjadi encer.

3. Pasta Pendingin

Pasta pendingin adalah campuran serbuk minyak lemak dan cairan

berair, dikenal dengan Salep Tiga Dara.

4. Pasta Dentifriciae (Pasta Gigi)

Pasta Dentifriciae (pasta gigi) adalah suatu campuran kental terdiri

dari serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi.

Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk

memperoleh efek lokal.

Page 31: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

20

2.4.4 Formulasi Sediaan Pasta

Pasta biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang

berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair

atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol,

musilago, atau sabun (Elmitra, 2017).

Beberapa basis pasta diantaranya yaitu :

1. Vaselinum Album

Vaselin terdiri dari vaselin putih dan kuning. Vaselin putih adalah

bentuk yang telah dimurnikan warnanya, karena pemucatan

menggunakan asam sulfat anhydrous tidak larut dalam air, tidak

tercucikan dengan air. Kerugiannya adalah berlemak dan tidak dapat

dikombinasikan dengan cairan yang mengandung air, hanya dapat

menyerap air 5%, jarang dipengaruhi oleh udara. Vaselin digunakan

pula sebagai pelumas, pelindung, penutup kulit, karena merupakan

film penutup pada kulit yang mencegah penguapan.

2. Gliserol

Gliserol dipakai sebagai zat tambahan, antimikroba dan kelembapan.

Pada dasarnya basis formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda

dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep.

3. Basis Hidrokarbon

Basis hidrokarbon memiliki karakteristik tidak diabsorbsi oleh kulit,

inert, tidak bercampur dengan air, daya adsorbsi air rendah,

menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan

Page 32: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

21

tahan air dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit. Basis ini

dibagi menjadi 5 macam, yaitu soft paraffin, hard paraffin, liquid

paraffin, paraffin substitute, paraffin ointment.

4. Basis Absorbsi

Basis absorbsi memiliki karakteristik bersifat hidrofil dan dapat

menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair. Basis absorbsi

terbagi menjadi 2, yaitu :

- Non emulsi co. Basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi

air dan minyak, terdiri atas Wool Fat, Wool Alcohols, Beeswax,

dan Cholesterol

- Emulsi A/M co, terdiri atas Hydrous Wool Fat (Lanolin), Oily

Cream

5. Larut Air

Misalnya PEG (Polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat

aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat.

Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat pigmen dan

higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan

kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.

6. Air Misibel

Air misibel misalnya salep beremulsi

Page 33: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

22

2.4.5 Keuntungan dan Kerugian dari Sediaan Pasta

Suatu sediaan farmasi berupa pasta memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan dengan sediaan farmasi bentuk lainnya, keuntungan

sediaan pasta antara lain (Elmitra, 2017) :

- Pasta dapat mengikat cairan lebih baik dari pada unguentum (salep).

- Pasta lebih melekat pada kulit. Pasta memiliki sifat melindungi,

membentuk lapisan yang dapat menyerap dan menetralkan bahan

kimia tertentu yang berbahaya sebelum mencapai permukaan kulit.

Sifat ini karena adanya bahan tak terlarut pada formulasi pasta.

- Pasta dapat membentuk lapisan pelindung untuk menutupi luka pada

kulit, serta mencegah luka yang lebih parah dari kulit yang tergores.

- Pasta memiliki kemampuan menyerap eksudat oleh sifat alami

serbuk atau komponen penyerap lain ketika dioleskan.

- Pasta dapat membentuk lapisan kedap air yang buram sehingga dapat

digunakan sebagai sunblock.

- Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.

- Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum (salep).

Kelebihan pasta dibanding sediaan topikal yang lain yaitu pasta

mengikat cairan sekret sehingga untuk luka akut lebih baik

dibandingkan unguentum, bahan obat dalam sediaan pasta lebih

melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal, konsentrasi

pasta lebih kental dari salep, dan daya absorpsi pasta lebih besar dan

Page 34: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

23

kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep (Lieberman,

1994).

Sedangkan kerugian sediaan pasta adalah :

- Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada

umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang

berbulu

- Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis

- Dapat menyebabkan iritasi kulit

2.5 Pasta Gigi

Pasta gigi didefinisikan sebagai bahan semi-aqueous yang digunakan

bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh

permukaan gigi. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi

untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies,

membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau

mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memlihara

kesehatan gingiva (Wolff, 2009).

Komponen pasta gigi diantaranya yaitu :

1. Komponen abrasif berguna untuk membersihkan gigi dari plak dan stain.

Contoh komponen abrasif pada pasta gigi adalah silika dioxida, hidrat

silika dioxida, kalsium karbonat, sodium bikarbonat, dan kalsium fosfat

dihidrat.

Page 35: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

24

2. Komponen fluor yang berfungsi dalam proses remineralisasi gigi,

memberi ketahanan pada gigi terhadap demineralisasi oleh asam, dan

juga bersifat antibakteri. Komponen fluor dalam pasta gigi dapat berupa

stannus fluoride, sodium monofluorofosfat, dan sodium fluoride.

3. Komponen antiplak berfungsi mengurangi pertumbuhan plak. Hal ini

dapat berefek terhadap berkurangnya karies dan gingivitis. Beberapa

komponen antiplak pada pasta gigi adalah triklosan, papain dan ekstrak

sanguinaria.

4. Komponen remineralisasi. Komponen terdiri dari kalsium dan fosfat.

Kalsium dan fosfat yang dapat larut ini dapat meningkatkan

remineralisasi, mencegah karies, mengurangi erosi email dan mengurangi

hipersensitivitas dentin.

5. Komponen deterjen berfungsi dalam pembentukan busa pada penyikatan

gigi. Deterjen yang paling umum digunakan dalam pasta gigi adalah

Sodium Lauryl Sulfat (SLS).

6. Komponen pelembab memberikan tekstur dan menjaga agar pasta gigi

tetap lembab. Komponen pelembab dalam pasta gigi adalah gliserin,

sorbitol, air dan xylitol.

7. Komponen pengental yang berfungsi memberikan bentuk ke pasta gigi.

Contoh pengental adalah carrageenan dan xanthan gum.

8. Bahan pengawet diberikan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada

pasta gigi, seperti metil paraben dan sodium benzoat.

Page 36: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

25

9. Perasa diberikan untuk memberi rasa pada pasta gigi. Rasa pasta gigi

sangat beragam mulai dari rasa mint dan rasa buah.

Komponen pasta gigi dalam penelitian ini adalah :

1. Kalsium Karbonat

Gambar 2.2 Struktur kimia kalsium karbonat

Pemerian kalsium karbonat atau CaCO3 yaitu serbuk hablur mikro, putih,

stabil di udara, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Kelarutan kalsium

karbonat yaitu tidak larut dalam air dan etanol, tetapi larut dalam asam

asetat, asam klorida, dan asam nitrat (Depkes RI, 1995). Kalsium

karbonat dengan struktur kimia pada gambar 2. memiliki peran sebagai

agen abrasif yang membantu membersihkan kotoran pada gigi (Strassler,

2013).

2. Propilenglikol

Gambar 2.3 Struktur kimia propilenglikol

Propilen glikol berfungsi sebagai pengawet antibakeri, disinfektan,

humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer untuk vitamin dan water-

Page 37: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

26

miscible cosolvent (Rowe, 2005). Propilen glikol dapat menahan lembab,

memungkinkan kelembutan dan daya sebar yang tinggi dari sediaan, dan

melindungi gel dari kemungkinan pengeringan (Voigt, 1984).

3. Na-CMC

Gambar 2.4 Struktur kimia Na-CMC

Natrium karboksi metil selulosa atau Na-CMC merupakan garam natrium

dari polikarboksi metil eter selulosa. Senyawa ini memiliki pH antara

6,5-8,5. Pemerian Na-CMC yaitu serbuk atau granul, putih sampai krem,

dan higroskopis. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air dan tidak

larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain. Na-CMC akan

membentuk koloidal apabila dilarutkan dengan air (Depkes RI, 1995).

4. Saccharin sodium

Gambar 2.5 Struktur kimia Saccharin sodium

Sodium sakarin adalah garam natrium dari 1,2 benzisotiazolin-3-on 1,1-

dioksida yang memiliki sinonim garam sodium, crystallose, sodium o-

benzosulfimida, solubel glusida, dan solubel sakarin. Pemerian senyawa

yaitu berupa serbuk atau serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau.

Page 38: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

27

Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air dan sukar larut dalam etanol

(95%) P. Sodium sakarin berfungsi sebagai pemanis dalam suatu sediaan

(Price, 2003). Rumus kimia C7H5NO3S dengan struktur kimia seperti

pada Gambar 2.5.

5. Metil paraben

Gambar 2.6 Struktur kimia metil paraben

Metil paraben digunakan secara luas sebagai bahan pengawet

antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi.

Golongan paraben efektif pada rentang pH yang luas dan mempunyai

aktivitas antimikroba pada spektrum yang luas, meskipun paraben paling

efektif melawan kapang dan jamur. Pada sediaan topikal umumnya metil

paraben digunakan dengan konsentrasi antara 0,02-0,3% (Rowe, 2005).

6. Na-Lauril sulfat

Gambar 2.7 Struktur kimia Na-Lauril sulfat

Natrium lauril sulfat memiliki sinonim sodium dodecil sulfat, sodium

monododecil sulfat, dan sodium monolauril sulfat berfungsi untuk

menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga dapat melarutkan

Page 39: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

28

minyak dan membentuk mikro emulsi. Pemerian Sodium lauril sulfat

yaitu berupa serbuk putih atau kuning kristal, tidak berbau, dan rasanya

getir (Price, 2003).

7. Menthol

Gambar 2.8 Struktur kimia Menthol

Menthol memiliki sinonim 1-Mentol; 3-Menthanol; Menthan-3-ol;

Pepermint camphor, Hexahydrothymol. Menthol merupakan senyawa

organik yang disintesis dari peppermint atau minyak mint yang lain,

memiliki kemampuan untuk memacu kerja saraf pendeteksi rasa dingin

yaitu reseptor TRPM8 yang bertanggung jawab dalam mendeteksi

rangasang dingin ketika bernafas, menelan, atau saat diadministrasikan di

kulit (Kar, 2007). Menthol adalah senyawa yang termasuk dalam

kelompok terpenoid yaitu golongan turunan dari monoterpena siklik,

golongan ini memiliki ciri yaitu mengandung dua ikatan rangkap dan

satu lingkaran. Pemerian senyawa ini seperti lilin, kristalin, bewarna

putih jernih yang berbentuk padat pada temepratur kamar (Rowe, 2009).

8. Aquadest

Gambar 2.9 Struktur kimia Aquadest

Page 40: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

29

Aquadest merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tida berbau, tidak

mempunyai rasa, titik didih pada 100 oC dan titik beku pada 10

oC, biasa

digunakan sebagai pelarut (Rowe, 2009).

2.6 Ekstraksi

Metode pembuatan ekstrak (ekstraksi) dibagi menjadi dua yaitu metode

ekstraksi dengan pelarut dingin dan ekstraksi dengan pelarut panas.

a. Cara Dingin

1. Maserasi adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang sesuai

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar

(Depkes RI, 2000). Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling

sederhana. Bahan simplisia yang digunakan dihaluskan dan disatukan

dengan bahan pengekstraksi. Pada metode maserasi bahan berupa

serbuk simplisia yang halus, yang direndam dalam pelarut sampai

meresap dan melunakan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah

larut agar segera larut. Waktu lamanya maserasi berbeda-beda antara

4-10 hari. Rendaman harus dikocok berulang-ulang karna dalam

keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan

bahan aktif pada simplisia. Keuntungan cara penyairan dengan

maserasiadalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan

sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugiannya adalah

pengerjaannya lama dan penyairannya kurang sempurna (Siswono,

2008).

Page 41: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

30

2. Perkolasi Perkolasi adalah suatu proses ekstraksi menggunakan

pelarut yang sesuai yang dilakukan dengan cara dilewatkan perlahan

lahan pada suatu kolom (Ansel, 1989).

b. Cara Panas

1. Refluks adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang sesuai pada

temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

yang digunakan terbatas dan relatif konstan dengan adanya pendingin

balik (Depkes RI, 2000)

2. Soxhlet adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru

yang pada umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi kontinue dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

3. Digesti adalah maserasi kinetik yang dilakukan dengan pengadukan

terus-menerus pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan yang pada umumnya dilakukan pada temperatur 40-50°C

(Depkes RI, 2000).

4. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia

nabati dengan menggunakan pelarut air pada suhu 90°C selama waktu

15 menit (Depkes RI, 2000).

5. Dekokta adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut ait pada

temperatur penangas air 50 °C selama waktu kurang lebih 30 menit

(Depkes RI, 2000).

Page 42: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

31

2.7 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang didapatkan dengan cara mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia hewani ataupun dari simplisia nabati dengan

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian seluruh atau hampir seluruh

pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian

hingga memenuhi bau yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).

Menurut sifatnya ekstrak dibagi menjadi empat yaitu :

1. Ekstrak cair (Extractum fluidum) adalah sediaan cair yang diperoleh dari

simplisia nabati yang mengandung etanol berfungsi sebagai pelarut atau

sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet (Depkes RI, 1995).

2. Ekstrak kental (Extractum spissum) adalah sediaan yang dapat dilihat

dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang dan memiliki kandungan

airnya berjumlah sampai 30% (Voigt, 1984).

3. Ekstrak kering (Extractum siccum) adalah sediaan yang memiliki

konistensi kering dan mudah digunakan. Melalui penguapan cairan

pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan terbentuk suatu produk yang

sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5% (Voigt, 1984).

2.8 Metode Uji Antibakteri

Pada metode difusi agar digunakan media agar padat yang dapat berupa

kertas cakram, silinder atau cekungan yang dibuat pada media padat. Larutan

uji akan berdifusi dari pencadang ke permukaan media agar padat yang telah

Page 43: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

32

diinokulasi bakteri. Bakteri akan terhambat pertumbuhannya dengan

pengamatan berupa lingkaran atau zona disekeliling pencadang (Jiang, 2011).

Macam-macam metode difusi, diantaranya yaitu :

1. Metode Lubang/ Sumuran/ Silinder (Perforasi)

Dalam metode silinder, baja atau porselen silinder stainless dari ukuran

seragam (biasanya 8mm × 6mm × 10mm) ditempatkan pada permukaan

agar-agar diinokulasi cawan petri, dan diisi dengan sampel dan standar.

Pada uji silinder, beberapa lubang berdiameter milimeter pada

permukaan agar-agar diinokulasi dan diisi dengan sampel. larutan

senyawa yang diuji berdifusi ke media agar menyebabkan penghambatan

pertumbuhan mikroorganisme. Kemudian, zona hambatan diukur,

konsentrasi hambat minimum (MIC) ditentukan secara visual. (Choma,

2010).

Bakteri uji yang umurnya 18-24 jam disuspensikan ke dalam media agar

pada suhu sekitar 45 oC. Suspensi bakteri dituangkan ke dalam cawan

petri steril. Setelah agar memadat, dibuat lubang-lubang dengan diameter

6-8 mm. Kedalam lubang tersebut dimasukkan larutan zat yang akan

diuji aktivitasnya kemudian diinkubasikan pada suhu 37 oC selama 18-24

jam.Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah bening yang

mengelilingi lubang perforasi (Choma, 2010).

2. Metode Cakram Kertas

Zat yang akan diuji diserapkan ke dalam cakram kertas dengan cara

meneteskan larutan antibakteri pada cakram kertas kosong (mencelupkan

Page 44: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

33

kertas saring ke dalam larutan senyawa) dalam jumlah tertentu dengan

kadar tertentu. Kertas cakram diletakkan diatas permukaan agar padat

yang telah diolesi bakteri, diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC.

Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah hambat di sekeliling

cakram kertas (Choma, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi metode difusi agar (Rostinawati,

2009) yaitu :

1. Pradifusi, perbedaan waktu pradifusi mempengaruhi jarak difusi dari zat

uji yaitu difusi antar pencadang.

2. Ketebalan medium agar adalah penting untuk memperoleh sensitivitas

yang optimal. Perbedaan ketebalan media agar mempengaruhi difusi dari

zat uji ke dalam agar, sehingga akan mempengaruhi diameter hambat.

Makin tebal media yang digunakan akan makin kecil diameter hambat

yang terjadi.

3. Kerapatan inokulum, ukuran inokulum merupakan faktor terpenting yang

mempengaruhi lebar daerah hambat, jumlah inokulum yang lebih sedikit

menyebabkan obat dapat berdifusi lebih jauh, sehingga daerah yang

dihasilkan lebih besar, sedangkan jika jumlah inokulum lebih besar maka

akan dihasilkan daerah hambat yang kecil.

4. Komposisi media agar, perubahan komposisi media dapat merubah sifat

media sehingga jarak difusi berubah. Media agar berpengaruh terhadap

ukuran daerah hambat dalam hal mempengaruhi aktivitas beberapa

Page 45: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

34

bakteri, mempengaruhi kecepatan difusi antibakteri dan mempengaruhi

kecepatan pertumbuhan antibakteri.

5. Suhu inkubasi, kebanyakan bakteri tumbuh baik pada suhu 37 oC.

6. Waktu inkubasi disesuaikan dengan pertumbuhan bakteri, karena luas

daerah hambat ditentukan beberapa jam pertama, setelah diinokulasikan

pada media agar, maka daerah hambat dapat diamati segera setelah

adanya pertumbuhan bakteri.

7. Pengaruh pH, adanya perbedaan pH media yang digunakan dapat

menyebabkan perbedaan jumlah zat uji yang berdifusi, pH juga

menentukan jumlah molekul zat uji yang mengion. Selain itu pH

berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri.

Page 46: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan adalah blender, moisture balance,

timbangan digital, ayakan mesh 40, rotary evaporator, termometer,

alat-alat gelas, cawan penguap, mortir dan stamper, pH meter,

viskometer Brookfield, cawan petri, ose, batang pengaduk, mikropipet,

perforator, autoklaf, inkubator.

3.1.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan adalah simplisia daun alpukat,

etanol 70%, aquadest, pereaksi mayer, pereaksi dragendrof, pereaksi

bouchardat, serbuk Mg, amil alkohol, HCl 2N, pereaksi FeCl3,

kalsium karbonat, propilenglikol, Na-CMC, saccharin sodium,

nipagin, Na-lauril sulfat, menthol kristal, media agar MH, NaCl

fisiologis, pasta gigi merk pasaran.

3.1.3 Bakteri Uji

Bakteri yang digunakan adalah bakteri yang sudah diuji

penegasan, bakteri Streptococcus mutans dengan No. Atcc 35668.

Page 47: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

36

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pengumpulan Tanaman

Daun alpukat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

alpukat (Persea americana Mill) yang didapat dari Kebun Percobaan

Manoko, Lembang, Jawa Barat.

3.2.2 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Jatinangor,

Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran

(UNPAD).

3.2.3 Pembuatan Simplisia Daun Alpukat

Daun alpukat yang telah dikumpulkan kemudian dicuci, disortasi

basah dan ditimbang. Daun alpukat dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan sampai kering dan terlindung dari sinar matahari langsung.

Simplisia yang telah kering ditimbang dan diblender sampai halus,

lalu diayak dengan ayakan mesh 40.

3.2.4 Penentuan Kadar Air

Kadar air ditentukan dengan menggunakan alat Moisture balance

dengan memanaskan serbuk simplisia pada suhu 105 oC selama 15

menit. Sebanyak 2 gram sampel diletakkan pada piring timbangan

Page 48: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

37

sebelah kanan dan timbangan 2 gram diletakkan pada piring sebelah

kiri, posisi skala adalah nol dan lampu dihidupkan. Bila serbuk

simplisia mulai mengering maka skala kesetimbangan mulai berubah.

Bila indikator kesetimbangan telah berhenti maka serbuk simplisia

telah kering.

3.2.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Alpukat

Ekstraksi simplisia daun alpukat dilakukan dengan metode

maserasi dengan cara menimbang simplisia kering daun alpukat

sebanyak 400 gram yang dimasukkan ke dalam toples kaca kemudian

ditambahkan pelarut etanol 70% sebanyak 4 L. Simplisia direndam

selama 3 hari dan dilakukan pengadukan sesering mungkin. Hasil

ekstrak cair yang disaring menggunakan kain flanel ditampung dalam

sebuah wadah kaca. Kemudian sisa ampasnya dilakukan remaserasi

sebanyak dua kali. Setelah semua ekstrak cair didapat kemudian

diuapkan di penangas air dan diperoleh ekstrak kental. Kemudian

dihitung rendemen yang diperoleh dari ekstrak etanol daun alpukat.

Rendemen =

x 100 %

3.2.6 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Alpukat

Skrining fitokimia bertujuan menentukan golongan kandungan

kimia metabolit sekunder dalam ekstrak etanol daun alpukat.

Page 49: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

38

Identifikasi golongan senyawa kimia dilakukan menurut J.B.

Harborne :

1. Uji Alkaloid

Uji Alkaloid dilakukan dengan cara 10 tetes ekstrak daun alpukat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 2 tetes pereaksi

Mayer dan terbentuk endapan putih/kuning. 10 tetes ekstrak daun

alpukat dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 2 tetes

pereaksi Bouchardat sehingga terbentuk endapan coklat sampai

hitam. 10 tetes ekstrak daun alpukat dimasukkan ke dalam tabung

reaksi ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendrof dan terbentuk

endapan jingga sampai merah coklat. Bila sedikitnya 2 dari 3

pereaksi menghasilkan endapan yang sama maka positif

mengandung alkaloid.

2. Uji Flavonoid

Uji Flavonoid dilakukan dengan cara 10 tetes ekstrak daun

alpukat dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 2 tetes

HCl pekat, serbuk Mg, dan 2 tetes amil alkohol. Bila terbentuk

warna kuning, jingga, atau merah pada lapisan amil alkohol

memberikan indikasi adanya flavonoid.

Page 50: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

39

3. Uji Saponin

Uji Saponin dilakukan dengan cara 10 tetes ekstrak daun alpukat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan air panas

secukupnya, dikocok selama 15 menit dan 2 tetes HCl 2 N bila

terbentuk buih permanen selama kurang lebih 10 menit maka

memberikan indikasi adanya saponin.

4. Uji Tanin

Uji Tanin dilakukan dengan cara 10 tetes ekstrak daun alpukat

ditambah dengan 10 mL air suling, disaring. Filtrat diencerkan

dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 mL filtrat

lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi FeCl3. Bila terbentuk

warna biru tua atau hijau kehitaman, memberikan indikasi adanya

tanin.

3.2.7 Formula Pasta Gigi

Sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana

Mill) dibuat 4 formula, masing-masing sediaan sebanyak 100 gram,

dengan variasi konsentrasi yang terdapat pada tabel 3.1.

Page 51: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

40

Tabel 3.1 Formula sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat

(Persea americana Mill)

Bahan Konsentrasi (%)

F1 F2 F3 F4 Kontrol (-) Kontrol (+)

Ekstrak etanol daun

alpukat 5 15 25 35 0

Pasta gigi

merk pasaran

yang

mengandung

fluoride

Propilenglikol 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Na-CMC 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5

Saccharin sodium 1 1 1 1 1

Kalsium karbonat 40 40 40 40 40

Nipagin 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Na. Lauril Sulfat 1 1 1 1 1

Menthol kristal 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Aquadest add

100

add

100

add

100

add

100 add 100

Formula 1 mengandung bahan aktif ekstrak etanol daun alpukat

dengan konsentrasi 5 %, Formula 2 yaitu 15%, Formula 3 yaitu 25%,

dan Formula 4 yaitu 35%. Kontrol negatif berupa sediaan pasta gigi

tanpa kandungan ekstrak etanol daun alpukat dan kontrol positif

berupa sediaan pasta gigi merk pasaran yang mengandung fluoride.

3.2.8 Pembuatan Pasta Gigi

1. Na-CMC ditabur di atas air panas, didiamkan selama 15 menit

agar terbentuk adonan yang homogen (massa 1)

2. Saccharin sodium dilarutkan dengan sebagian aquadest ditambah

nipagin, diaduk hingga homogen (massa 2)

Page 52: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

41

3. Menthol kristal dimasukkan ke dalam 2,5 ml propilenglikol

kemudian ditambah sedikit demi sedikit kalsium karbonat, diaduk

dengan kecepatan konstan sampai homogen (massa 3)

4. Massa 1 ditambahkan ke dalam massa 2, ditambahkan massa 3,

diaduk hingga homogen.

5. Ekstrak etanol daun alpukat ditambahkan sesuai dengan

perlakuan dan diaduk sampai homogen.

6. Na-Lauril sulfat kemudian ditambahkan, diaduk dengan

kecepatan rendah untuk menghindari terjadinya busa, diaduk

hingga homogen sampai terbentuk massa pasta.

7. Sediaan pasta gigi yang telah jadi dimasukkan ke dalam wadah.

3.2.9 Evaluasi Persyaratan Fisik

1. Uji Organoleptik

Pengamatan organoleptik pasta gigi meliputi bentuk, warna, dan

aroma yang diamati secara obyektif. Pengamatan ini bertujuan

untuk melihat terjadinya perubahan secara signifikan pada

sediaan yang telah dibuat. Pengujian dilakukan setiap minggu

selama 3 minggu penyimpanan (Afni, 2015).

Page 53: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

42

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan cara pasta gigi yang akan diuji

dioleskan pada gelas obyek untuk diamati homogenitasnya.

Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar di atas gelas obyek

tersebut, maka pasta gigi yang diuji dinyatakan homogen,

sedangkan adanya butiran-butiran kasar menunjukkan bahwa

pasta gigi tidak homogen. Pengujian dilakukan setiap minggu

selama 3 minggu penyimpanan (Afni, 2015).

3. Uji pH

Uji pH dilakukan dengan melarutkan sediaan pasta (1 gram)

dengan aquades 10 ml. (Hidayati, 2013). Pengukuran pH

dimaksudkan untuk memberikan rasa nyaman dan agar tidak

mengiritasi mukosa mulut sesuai persyaratan SNI (12-3524-1995)

pH pasta gigi antara 4,5 – 10,5 (Afni, 2015). Na-CMC diketahui

berada dalam keadaan baik pada pH 7-9 (Rowe, 2009).

4. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram sediaan

ditengah-tengah lapisan kaca. Lapisan kaca lainnya ditimbang

kemudian diletakkan di atas sediaan selama 1 menit, sediaan yang

menyebar dihitung diameternya. Beban 50, 100, 150, 200, 250,

300, dan 400 gram diletakkan di atas kaca secara bergantian,

Page 54: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

43

didiamkan selama 1 menit dan diukur diameter sediaan yang

menyebar. Penambahan beban dihentikan ketika sediaan tidak

menyebar lagi (Pratiwi, 2016).

5. Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan menggunakan viskometer Brookfield

dengan cara sediaan uji dimasukkan ke dalam wadah berbentuk

tabung lalu dipasang spindel 64. Spindel harus terendam dalam

sediaan uji. Viskometer dinyalakan dan dipastikan rotor dapat

berputar pada kecepatan 60 rpm. Diamati jarum petunjuk dari

viskometer yang mengarah ke angka pada skala viskositas lalu

dicatat dan dikalikan faktor 1000 (Zuklamanin, 2013).

3.2.10 Uji Kesukaan

Uji hedonik atau penilaian kesukaan bertujuan untuk mengetahui

penerimaan responden terhadap produk yang dihasilkan. Pengujian

kesukaan dilakukan pada 20 responden. Setiap responden

mengungkapkan tanggapan pribadi tentang kesukaan atau

ketidaksukaan terhadap produk yang dihasilkan. Uji kesukaan

terhadap produk merupakan penilaian yang digunakan dalam stabilitas

suatu sediaan. Pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental

sampling. Teknik ini memiliki keuntungan yaitu lebih praktis dan

cepat dalam memperoleh data (Daud, 2016).

Page 55: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

44

3.2.11 Uji Daya Hambat terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus

mutans

1. Pembuatan Media MHA

MHA ditimbang sebanyak 19 gram ditambahkan aquadest

sebanyak 500 mL, disterilkan dengan menggunakan autoklaf

selama 15 menit pada suhu 121 oC.

2. Pembuatan Suspensi Bakteri

5 mL NaCl fisiologis dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

diambil 1 ose biakan bakteri, dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

dihomogenkan serta disetarakan dengan tingkat kekeruhan 0,5

MC Farland.

3. Pembuatan Larutan Uji

10 gram sediaan pasta gigi masing-masing perlakuan dilarutkan

dalam 100 mL aquadest steril.

4. Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri pasta gigi ekstrak etanol daun

alpukat terhadap Streptococcus mutans dilakukan dengan metode

difusi sumuran sebagai berikut :

20 mL MHA dituangkan ke cawan petri steril, Streptococcus

mutans sebanyak 20 μL diinokulasi pada media, kemudian media

dibuat sumuran dengan ukuran 6 mm. Sediaan pasta gigi ekstrak

etanol daun alpukat berbagai konsentrasi, basis sediaan pasta gigi

dan kontrol positif masing-masing sebanyak 50 μL dimasukkan

Page 56: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

45

pada sumuran yang telah dibuat, kemudian diinkubasi pada suhu

37 oC selama 24 jam. Zona bening yang menunjukkan daerah

hambat di sekitar sumur diukur mulai dari tepi sumur

menggunakan alat ukur jangka sorong (Oswari, 2000).

Page 57: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman

Identifikasi bertujuan untuk memastikan kebenaran dan kejelasan

tanaman dalam pembuatan simplisia untuk digunakan selama penelitian

berlangsung. Hasil identifikasi yang dilakukan di Herbarium Jatinangor,

Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika

Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran (UNPAD)

menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah benar Persea

americana Mill.

4.2 Simplisia Daun Alpukat

Simplisia daun alpukat yang diperoleh sebanyak 400 gram dengan

karakteristik warna hijau kecoklatan dan aroma khas daun alpukat.

4.3 Penentuan Kadar Air

Penentuan kadar air dilakukan untuk memasikan bahwa simplisia telah

memiliki kadar air yang cukup rendah sehingga tidak dapat ditumbuhi

mikroorganisme dan memperpanjang waktu penggunaan simplisia. Kadar

air yang tinggi akan menghambat pelarut untuk menembus dinding sel

sehingga penyarian senyawa fitokimia akan sulit untuk dilakukan.

Page 58: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

47

Batas kadar air yang ditetapkan untuk simplisa adalah < 10 %

(Sembiring, 2006). Hasil pengujian kadar air simplisia daun alpukat adalah

sebesar 2,1%, hal ini menunjukkan bahwa simplisia daun alpukat memiliki

kadar air yang cukup rendah untuk digunakan dalam pembuatan sediaan

pasta gigi.

4.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Alpukat

Ekstraksi simplisia daun alpukat dilakukan dengan metode maserasi

menggunakan etanol 70% selama 24 jam dan remaserasi sebanyak dua kali.

Metode maserasi dipilih karena merupakan metode penyarian yang

sederhana dan tidak menggunakan panas sehingga menghindari rusaknya

senyawa fitokimia yang bersifat termolabil. Pemilihan pelarut etanol 70%

didasarkan pada sifatnya yang universal dengan kemampuannya menarik

senyawa organik yang bersifat polar dari daun alpukat seperti alkaloid,

flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat bekerja sebagai antibakteri.

4.5 Perhitungan Rendemen

Hasil ekstraksi 400 gram simplisia kering setelah dilakukan penguapan

melalui pemanasan diperoleh ekstrak etanol daun alpukat sebanyak 83,529

gram dengan nilai rendemen 20,882%.

Page 59: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

48

4.6 Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak etanol daun alpukat

mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin, dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Skrining Fitokimia

Pengujian Hasil

Uji Alkaloid

- Pereaksi Mayer Tidak terbentuk endapan putih/ kuning (-)

- Pereaksi

Bouchardat Terbentuk endapan coklat-hitam (+)

- Pereaksi

Dragendrof Terbentuk endapan jingga-merah coklat (+)

Uji Flavonoid Terbentuk warna jingga pada lapisan amil

alkohol (+)

Uji Saponin Terbentuk buih permanen selama 10 menit (+)

Uji Tanin Terbentuk warna biru tua/kehitaman (+)

Keterangan :

(-) tidak mengandung senyawa aktif

(+) mengandung senyawa aktif

4.7 Uji Organoleptik

Hasil pengamatan organoleptik terhadap bentuk, warna, dan aroma pada

sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat dapat dilihat pada tabel 4.2

Page 60: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

49

Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptik

Hari Formula Bentuk Warna Aroma

1

F1 Pasta,

sedikit cair Krem

Khas daun alpukat,

menthol

F2 Pasta,

sedikit cair Krem-kecoklatan

Khas daun alpukat,

menthol

F3 Pasta Coklat Khas daun alpukat,

menthol

F4 Pasta Coklat pekat Khas daun alpukat,

menthol

7

F1 Pasta,

sedikit cair

Krem,

lapisan coklat

di permukaan

Khas daun alpukat,

menthol

F2 Pasta,

sedikit cair Krem-kecoklatan

Khas daun alpukat,

menthol

F3 Pasta Coklat Khas daun alpukat,

menthol

F4 Pasta Coklat pekat Khas daun alpukat,

menthol

14

F1 Pasta

Krem,

lapisan coklat

di permukaan

Khas daun alpukat,

menthol

F2 Pasta

Krem-kecoklatan,

lapisan coklat

di permukaan

Khas daun alpukat,

menthol

F3 Pasta Coklat Khas daun alpukat,

menthol

F4 Pasta Coklat pekat Khas daun alpukat,

menthol

21

F1 Pasta

Krem,

lapisan coklat

di permukaan

Khas menthol, sedikit

aroma daun alpukat

F2 Pasta

Krem-kecoklatan,

lapisan coklat

di permukaan

Khas menthol, sedikit

aroma daun alpukat

F3 Pasta Coklat Khas daun alpukat,

menthol

F4 Pasta Coklat pekat Khas daun alpukat,

menthol

Page 61: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

50

Hasil evaluasi pengamatan organoleptik terhadap bentuk sediaan,

mengalami perubahan pada hari penyimpanan ke-21 pada Formula 1 dan 2,

sedangkan tidak mengalami perubahan pada Formula 3 dan 4.

Pada pengamatan organoleptik terhadap warna, terjadi pemisahan

cairan sediaan pada Formula 1 yang ditunjukkan dengan terbentuknya

lapisan coklat di permukaan sediaan pada hari ke-7 dan pada Formula 2

pada hari ke-14, sedangkan pada Formula 1 danm4 tidak mengalami

perubahan.

Pengamatan organoleptik terhadap aroma sediaan, terjadi perubahan

pada hari ke-21 yaitu bau khas menthol lebih dominan dibandingkan dengan

bau khas daun alpukat pada Formula 1 dan 2, sedangkan pada Formula 3

dan 4 bau khas daun alpukat tetap lebih dominan dibandingkan dengan bau

menthol.

Perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya faktor-faktor luar

yang mengganggu kualitas sediaan, seperti cahaya, kelembaban, dan suhu.

4.8 Uji Homogenitas

Homogenitas pasta gigi dimaksudkan agar bahan aktif dalam pasta gigi

terdistribusi merata dan agar tidak mengiritasi ketika diaplikasikan pada

area mulut. Hasil pengujian homogenitas pada sediaan pasta gigi ekstrak

etanol daun alpukat dapat dilihat pada tabel 4.3.

Page 62: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

51

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas

Homogenitas Lama Penyimpanan (Hari)

1 7 14 21

F1 Tidak

Homogen

Tidak

Homogen

Tidak

Homogen

Tidak

Homogen

F2 Homogen Homogen Tidak

Homogen

Tidak

Homogen

F3 Homogen Homogen Homogen Homogen

F4 Homogen Homogen Homogen Homogen

Hasil pengamatan homogenitas didapatkan adanya butiran-butiran kasar

di atas permukaan objek pada Formula 1 yang menujukkan sediaan tidak

homogen. Sedangkan pada Formula 2, 3, dan 4 tidak terdapat adanya

butiran-butiran kasar di atas permukaan kaca objek dan pemisahan antar

kandungan pasta gigi itu sendiri tidak terlihat yang menunjukkan sediaan

homogen. Namun semakin lama penyimpanan maka nilai kehomogenitasan

pasta gigi semakin berkurang, terlihat pada Formula 2 pada hari ke-14.

4.9 Uji pH

Hasil uji pH dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji pH

pH Lama Penyimpanan (Hari)

1 7 14 21

F1 8,2 8,0 7,9 7,7

F2 7,9 7,7 7,6 7,5

F3 7,8 7,7 7,6 7,5

F4 7,7 7,6 7,5 7,4

Page 63: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

52

Hasil penelitian menunjukkan nilai pH pasta gigi ekstrak daun alpukat

yang tertinggi yaitu pada Formula 1, sedangkan nilai pH yang paling rendah

yaitu pada Formula 4. Nilai pH pasta gigi ekstrak daun alpukat masuk dalam

rentang pH yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia yaitu berkisar

antara 7,4 – 8,2.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun alpukat maka semakin rendah

pH pasta gigi tersebut. Hal ini disebabkan karena ekstrak daun alpukat

bersifat asam. Nilai pH berkaitan dengan efektivitas dan stabilitas, serta

kenyamanan sediaan sewaktu diaplikasikan pada area mulut. Nilai pH yang

terlalu asam maupun basa dapat menyebabkan iritasi.

4.10 Uji Daya Sebar

Hasil uji daya sebar pasta gigi dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Sebar

Formula Daya Sebar (cm)

F1 3,8 – 4,7

F2 3,6 – 4,5

F3 3,4 – 4,4

F4 3,1 – 4,2

Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan menyebar pasta

gigi karena mempengaruhi transfer bahan aktif pada daerah target dalam

dosis yang tepat. Semakin besar nilai diameter kemampuan menyebar maka

semakin besar luas permukaan yang dapat dijangkau oleh sediaan pasta gigi.

Daya sebar pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat yaitu pada rentang 3,1 –

Page 64: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

53

4,7 cm. Daya sebar sediaan akan semakin tinggi jika sediaan memiliki

viskositas yang semakin rendah, sehingga profil daya sebar sediaan

berbanding terbalik dengan profil viskositas sediaan.

4.11 Uji Viskositas

Hasil pengujian viskositas pada sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun

alpukat dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Viskositas

Viskositas

(cPas)

Lama Penyimpanan (Hari)

1 7 14 21

F1 5050 5300 5650 5700

F2 5900 6400 6700 6850

F3 7750 7900 8050 8200

F4 8000 8200 8350 8450

Sediaan pasta gigi F3 mudah dikeluarkan dari tube dan membentuk

pasta yang konsisten karena semakin tinggi nilai viskositas sediaan maka

terlihat kokoh ketika sudah menempel di atas sikat gigi. Sebaliknya semakin

rendah nilai viskositas maka pasta gigi segera melebur ke bawah permukaan

sikat gigi, yaitu pada sediaan F1 dan F2 yang memiliki viskositas lebih

rendah. Sedangkan sediaan pasta gigi F4 memiliki konsistensi yang keras

saat dikeluarkan dari tube dan tidak menyebar sempurna di atas sikat gigi

karena viskositasnya yang sangat tinggi dibandingkan formula lainnya.

Hubungan antara viskositas dan lama penyimpanan terhadap pasta gigi

dapat dilihat pada gambar 4.1

Page 65: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

54

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara viskositas dan lama penyimpanan

terhadap pasta gigi

Selama waktu penyimpanan 21 hari terjadi peningkatan nilai viskositas

yang dipengaruhi oleh Na-CMC terhadap berkurangnya kadar air dalam

sediaan karena memiliki sifat dapat menyerap 50% air yang ada dalam

sediaan (Rowe, 2009). Semakin lama waktu penyimpanan, kecenderungan

kadar air dalam sediaan semakin rendah. Selain itu, adanya kontak antara

udara dan sediaan selama proses evaluasi mutu dengan sering terbukanya

tutup wadah menyebabkan kadar air dalam sediaan menjadi berkurang.

4.12 Uji Kesukaan

Hasil pengujian kesukaan atau hedonik pada sediaan pasta gigi ekstrak

etanol daun alpukat terhadap rasa, warna, aroma, dan tekstur dapat dilihat

pada gambar 4.2, 4.3, 4.4, dan 4.5 (n = 20).

0

2000

4000

6000

8000

10000

Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21

Vis

kosi

tas

(cP

as)

F 1 F 2 F 3 F 4

Page 66: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

55

Gambar 4.2 Grafik hasil uji kesukaan terhadap rasa sediaan pasta gigi

Persentase tertinggi kesukaan responden terhadap rasa sediaan pasta

gigi ekstrak etanol daun alpukat adalah sangat tidak disukai pada F4, tidak

disukai pada F3, biasa pada F3 dan F4, disukai pada F2, dan sangat disukai

pada F1.

Gambar 4.3 Grafik hasil uji kesukaan terhadap warna sediaan pasta gigi

Persentase tertinggi kesukaan responden terhadap warna sediaan pasta

gigi ekstrak etanol daun alpukat adalah sangat tidak disukai pada F4, tidak

disukai pada F3, biasa pada F2 dan F3, disukai pada F1, dan sangat disukai

pada F1, F2 dan F3.

0 10 20 30 40 50

Sangat tidak

disukai

Tidak disukai

Biasa Disukai Sangat disukai

Pe

rse

nta

se k

esu

kaan

(%

)

Rasa

F 1 F 2 F 3 F 4

0 10 20 30 40 50

Sangat tidak

disukai

Tidak disukai

Biasa Disukai Sangat disukai

Pe

rse

nta

se k

esu

kaan

(%

)

Warna

F 1 F 2 F 3 F 4

Page 67: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

56

Gambar 4.4 Grafik hasil uji kesukaan terhadap aroma sediaan pasta gigi.

Persentase tertinggi kesukaan responden terhadap aroma sediaan pasta

gigi ekstrak etanol daun alpukat adalah tidak terdapat formula yang sangat

tidak disukai, tidak disukai pada F4, biasa pada F4, disukai pada F1, dan

sangat disukai pada F3.

Gambar 4.5 Grafik hasil uji kesukaan terhadap tekstur sediaan pasta gigi

Persentase tertinggi kesukaan responden terhadap tekstur sediaan pasta

gigi ekstrak etanol daun alpukat adalah tidak terdapat formula yang sangat

0 10 20 30 40 50 60

Sangat tidak

disukai

Tidak disukai

Biasa Disukai Sangat disukai

Pe

rse

nta

se k

esu

kaan

(%

)

Aroma

F 1 F 2 F 3 F 4

0 10 20 30 40 50 60 70

Sangat tidak

disukai

Tidak disukai

Biasa Disukai Sangat disukai P

ers

en

tase

ke

suka

an (

%)

Tekstur

F 1 F 2 F 3 F 4

Page 68: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

57

tidak disukai, tidak disukai pada F4, biasa pada F3, disukai pada F2, dan

sangat disukai pada F3.

4.13 Uji Daya Hambat terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans

Hasil pengujian mikrobiologi daya hambat sediaan pasta gigi ekstrak

etanol daun alpukat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dapat

dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Streptococcus mutans

Formula Pasta

Gigi

Diameter Zona Hambat

(Triplo)

(mm)

Rata-rata Diameter

Zona Hambat

(mm)

F1 - - - -

F2 - - - -

F3 5,90 6,32 6,45 6,22

F4 6,56 6,80 7,55 6,07

Kontrol (-) - - - -

Kontrol (+) 10,31 11,05 11,18 10,84

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada sediaan pasta gigi

ekstrak etanol daun alpukat menunjukkan adanya aktivitas antibakteri

terhadap Streptococcus mutans dengan diameter zona hambat rata-rata

Formula 3 dan 4 secara berturut-turut adalah 6,22 mm dan 6,97 mm.

Sedangkan pada Formula 1 dan 2 tidak terbentuk zona bening di sekitar

sumur yang menunjukkan tidak adanya aktivitas antibakteri. Pasta gigi

pasaran yang mengandung fluoride sebagai kontrol positif mempunyai

diameter zona hambat rata-rata 10,84 mm. Sesuai klasifikasi daya hambat

Page 69: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

58

menurut Lade (2006) yang mengklasifikasikan zona hambat bakteri menjadi

3 kriteria yaitu sedang (6 mm - 9 mm), kuat (10 mm - 14 mm) dan sangat

kuat (15 mm - 18 mm), diameter zona hambat rata-rata yang diperoleh

termasuk ke dalam kriteria sedang. Sediaan pasta gigi Formula 3 dan 4

mampu menghambat bakteri Streptococcus mutans yang merupakan bakteri

penyebab caries gigi.

Page 70: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil evaluasi persyaratan fisik pada keempat formula pasta

gigi ekstrak etanol daun alpukat, sediaan yang paling stabil adalah

sediaan pasta gigi Formula 3 dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 25%

sehingga paling efektif digunakan.

2. Berdasarkan hasil uji kesukaan pada 20 responden terhadap warna, rasa,

aroma, dan tekstur sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat,

formula yang sangat disukai responden adalah sediaan pasta gigi Formula

1 dan 3.

3. Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri yang dilakukan pada

keempat formula sediaan pasta gigi ekstrak etanol daun alpukat

menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan

Streptococcus mutans dengan diameter zona hambat rata-rata yang

diperoleh Formula 3 sebesar 6,22 mm dan Formula 4 sebesar 6,97 mm.

5.2 Saran

1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji daya

hambat dari konsentrasi minimum ekstrak etanol daun alpukat terhadap

pertumbuhan bakteri lain penyebab masalah gigi.

Page 71: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

60

2. Diharapkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekstrak

etanol daun alpukat untuk mengetahui kadar senyawa antibakteri

alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.

Page 72: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

61

DAFTAR PUSTAKA

Afni, Nur., Said, Nasrah., Yuliet. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Pasta Gigi

Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L) Terhadap Streptococcus mutans

Dan Staphylococcus aureus. GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 1 (1) :

48-58

Brown, J.P dan M.W.J Dodds. 2008. Dental Caries and Associated Risk Factors.

Edisi Prevention in Clinical Oral Health Care., Philadelphia.

Daud, Nur Sa’adah., Desi, Sulasni Atma., Ifaya, Mus. 2016. Formulasi Pasta

Gigi Infusa Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn) Dengan Variasi

Konsentrasi Na-CMC Sebagai Bahan Pengikat. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina

(JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 1, No.1. Akademi Farmasi ISFI

Banjarmasin.

Elmitra. 2017. Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. Hal. 199,

201, 202, 213, 215. Deepublish Publisher. Yogyakarta.

Cheng, L., Weir, M.D., Zhang, K., Wu, E.J., Xu, S.M., Zhou, X. 2012. Dental

Plaque Microcosm Biofilm Behavior on Calcium Phosphate

Nanocomposite with Quaternary Ammonium. Dent. Mater., 28: 853-862.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung:

Penerbit ITB.

Hidayati, NW. 2013. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Stevia sebagai

Pemanis Alami terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Uji Hedonik Sediaan

Pasta Gigi. Universitas Negeri Sebelas Maret.

Lade, H.S., M.P. Chitanand, G. Gyananath, T.A. Kadam. 2006. Studies on Some

Properties of Bacterocins Produced by Lactobacillus Species Isolated

from Agro-Based Waste. The Internet Journal of Microbilogy.

Lopez,VMG. 2002. Fruit Characterization of High Oil Contect Avocado

Varietes. Scientia Agricol.

Page 73: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

62

Nostro, A., Cannatelli, M.A., Crisafi, A.D., Musolino, A.D., Procopio, F., and

Alonzo, V. 2004. Modifications of hydrophobicity, in vitro adherence and

cellular aggregation of Streptococcus mutans by Helichrysum italicum

extract. Lett Appl Microbiol 38, 423+427.

Novalina, D., & Susilowati, A. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun

Carica Pubescens Dari Dataran Tinggi Dieng terhadap Bakteri

Penyebab Penyakit Diare. Surakarta: Universitas 11 Maret.

Nuria, M.C., Faizatun. A., dan Sumantri. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Etanol

Daun Jarak Pagar (Jatropha cuircas L) Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan

Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 5 : 26-27.

Paramawati R. Hildegardis Dyna R. D. 2016. Khasiat Ajaib Daun Avokad.

Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Perry, D.A and P.L Beemsterboer. 2007. Periodontology For The Dental

Hygienist. St.Lovis: Satunders Elsevier., 241-242, 249-250.

Prasko, Bambang Sutomo, Suwarsono, Iman Supardan. 2015. Daya Hambat

Daun Alpukat Muda Terhadap Bakteri Mulut (Streptococcus mutans).,

Jurnal Kesehatan Gigi. Vol. 02., No. 2. Semarang.

Ramayanti, Sri dan Idral Purnakarya. 2013. Peran Makanan terhadap Kejadian

Karies Gigi., Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas (Andalas Journal

of Public Health). Vol. 7. No. 2., Hal 89-93. Padang.

Rinawati. 2011. Daya Antibakteri Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)

terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus. Universitas Institut Teknologi

Sepuluh Nopember. h.8-7.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipient, 6th Ed. The Pharmaceutical Press. London, 86, 87, 110-120.

Sangi, dkk. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten

Minahasa Utara. Chem. Prog,1(1):53-47.

Sembiring, B. Br., Ma’mun dan Ginting, E. I. 2006. Pengaruh Kehalusan Bahan

dan Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma

xanthorriza Roxb). Buletin Littro. 17 : 53-58.

Page 74: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

63

Sunarjono, H. 1998. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.

Jakarta

Tarigan, S. 2013. Karies Gigi. Penerbit Buku Kedokteran: EGC., pp: 17-24.

Jakarta.

Zahro, Latifatuz. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Saponin

Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Terhadap Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli. UNESA Journal of Chemistry. Vol 2. No. 3.

h. 120-129.

Page 75: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

64

LAMPIRAN

Lampiran 1 :

Skema Prosedur Penelitian

Page 76: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

65

Lampiran 2 :

Determinasi Tanaman Alpukat

Page 77: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

66

Lampiran 3 :

Uji Penegasan Streptococcus mutans

Page 78: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

67

Lampiran 4 :

Lembar Kuesioner

Page 79: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …

68

Lampiran 5 :

Simplisia Daun Alpukat

(Persea americana Mill)

Ekstrak Kental Daun Alpukat

(Persea americana Mill)

Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill)

Zona hambat pasta gigi F3 dan F4 terhadap Streptococcus mutans

Page 80: FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI EKSTRAK ETANOL DAUN …