frambusia

Upload: kavi1985

Post on 11-Jul-2015

309 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

FRAMBUSIA. Sinonim. Patek, puru, boba. Penyebab. Frambusia disebabkan treponema pertenue, yg panjangnya sekitar 20u dg 8-20 lekukan spiral, ditemukan Castellani th 1905. Secara morfologik dan serologik tdk dapat dibedakan dengan treponema pallidum, penyebab sifilis dan treponema caroteum penyebab pinta. Frambusia bukan merupakan penyakit kelamin dan tidak mengenai sistim kardiovaskuler dan syaraf pusat. Insiden. Lebih sering dijumpai pada anak2 terutama pada penduduk negara beriklim panas dg keadaan sosial-ekonomi rendah. Sekarang insiden penyakit ini sudah jauh menurun. Masih ditemukan di beberapa negara seperti Karibia, Amerika Selatan, Pasifik Selatan dan banyak daerah di dusun Afrika. Di Indonesia didapatkan dibeberapa daerah tertentu seperti Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Papua. Cara penularan. Frambusia mudah menular secara kontak langsung. Perjalanan penyakit dan gejala klinis. Masa inkubasi beberapa minggu. Perjalanan penyakit dibagi atas frambusia dini yg meliputi std I dan II yang bersifat menular.

Kemudian frambusia lanjut yg meliputi stad III yg tidak menular tetapi bersifat destruktif. Perjalanan penyakitnya dapat diselingi masa kambuh kembali [relaps]. Frambusia dini. Stadium I. Kelainan kulit merupakan papel terutama didaerah yg terpapar misalnya tungkai. Papel bertambah besar menyerupai papiloma dg permukaan tidak rata [berbutir], tertutup krusta tebal kekuningan disebut induk patek. Ada kalanya terdapat gejala prodormal. Setelah beberapa bulan induk patek ini dapat sembuh spontan meninggalkan jaringan parut [sikatriks]. Stadium II. Timbul beberapa minggu setelah stad I. Kelainan kulit pada stadium ini dapat bervariasi, tetapi yg menonjol adalah kelainan bentuk papel seperti induk patek tetapi lebih kecil, banyak dan tersebar terutama di muka, ekstremitas dan daerah anogenital. Ada yg tertutup krusta kekuningan. Kelainan ini membasah dan banyak mengandung treponema. Setelah beberapa minggu kelainan ini akan menyembuh meninggalkan bercak2 putih, tetapi kmd dapat kambuh lagi. Pada stadium ini dapat timbul kelainan pada tulang berupa osteoperiostitis yg ditandai dengan pembengkakan dan perasaan nyeri disertai penebalan telapak tangan dan telapak kaki [hyperkeratosis palmaris et plantaris]. Jalannya seperti kepiting karena nyeri. Tulang yg sering terkena adalah tulang panjang ekstremitas

Frambusia lanjut. Menyerang kulit, tulang, dan persendian, sifatnya destruktif. Lesi terdiri atas nodus, guma, keratoderma pada telapak kaki dan tangan, ganggosa dan gondou. Nodus, dapat melunak, pecah menjadi ulkus dapat sembuh di tengah dan meluas ke perifer. Guma, umumnya terdapat pada tungkai. Mulai dengan nodus yg tidak nyeri, keras, dapat digerakkan dari dasarnya, kemdian melunak memecah dan meninggalkan ulkus yg curam [punched out], dapat mendalam sampai ke tulang atau sendi mengakibatkan ankilosis dan deformitas. Tulang, berupa periostitis dan osteitis pd tibia, ulna, metatarsal dan metakarpal. Tibia berbentuk seperti pedang. Fraktur spontan dapat terjadi bila terbentuk kista di tulang. Gangosa, mutilasi pd fosa nasalis, palatum mole hingga membentuk sebuah lobang, suara khas menjadi sengau. Goundou, eksositosis tulang hidung dan sekitarnya pd sebelah kanan-kiri batang hidung yg membesar. Histopatologi. Pada frambusia dini didapatkan akantosis dan papilomatosis. Epidermis menunjukkan edema dan migrasi sel netrofil yg membentuk mikroabses. Pd dermis ditemukan sel radang yg terutama terdiri dari sel plasma. Kuman penyebab ditemukan diantara sel epidermis. Disini tdk dijumpai kelainan pemb darah seperti pd sifilis. Gambaran histopatologi frambusia lanjut menyerupai sifilis tetapi tanpa adanya kelainan pd pembuluh darah.

Diagnosis dan diagnosa banding. Gambaran klinisnya khas. Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinis frambusia yg khas terutama pd std dini. Pemeriksaan pembantu diagnosa adalah sediaan langsung dg mikroskop lapangan gelap atau dg tinta cina [sediaan Burri] dan pemeriksaan serologis [STS] yg positif. Pada stadium lanjut gambaran klinis frambusia sukar dibedakan dari sifilis. Pengobatan. Obat pilihan adalah penisilin aluminium monostearat [PAM] dengan dosis 1,2 juta unit utk dewasa, untuk anak dibawah 15 tahun 0,6 juta unit, dan setengah dosis ini utk kasus laten dan orang2 kontak. Untuk penderita alergi penisilin dapat diberi tetrasiklin atau eritromisin dg dosis sama seperti untuk sifilis. Untuk frambusia lanjut diberikan PAM 0,6 juta U 2 kali seminggu sebanyak 15-20 dosis. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat dan memerlukan pengobatan masal yg dilanjutkan dg survei ulang pd waktu2 tertentu. Prognosa. Baik, walaupun reaksi serologi masih positif lama sesudah sembuh.