fungsi kognitif skizofrenia
DESCRIPTION
hasil translate sebuah jurnal...TRANSCRIPT
JOURNAL READING COGNITIVE FUNCTIONING IN SCHIZOPHRENIA, SCHIZOAFFECTIVE DISORDER AND AFFECTIVE PSYCHOSES: META-ANALYTIC STUDY
Oleh :Nama NIM : Honesti Trijuniarni : H1A 007 022
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB 2013
1
A. Identitas Jurnal a) Nama Penulis: Emre Bora, Murat Yucel dan Christos Pantelis b) Judul Tulisan: Cognitive functioning in schizophrenia, schizoaffective disorder and
affective psychoses: meta-analtytic studyc) Jurnal Asal: The British Journal of Psychiatry 2009 (Vol. 195, Pg 475-482) B. Latar belakang
Penemuan terbaru dari penelitian genetik telah menghidupkan kembali perdebatan mengenai validitas klasifikasi psikosis mayor menurut Kraepelin. Meskipun gagasan Kraepelin dapat memperkirakan gen berbeda yang rentan untuk terjadinya gangguan bipolar dan skizofrenia, namun terdapat peningkatan bukti adanya faktor genetik umum yang rentan untuk terjadinya kedua penyakit tersebut. Yang menarik perhatian, faktor genetik yang diperkirakan rentan seperti neuregulin atau DISC1 nampaknya lebih berhubungan dengan kesatuan klinis yang berada pada posisi intermediat antara skizofrenia dan kelainan bipolar (seperti gangguan bipolar dengan gejala psikotik dan gangguan skizoafektif). Individu dengan manifestasi klinis campuran antara psikosis dan afektif akan selalu menyebabkan timbulnya diskusi mengenai klasifikasi psikosis mayor. Fokus pada kesatuan intermediat yang kini telah diistilahkan sebagai gangguan psikotik campuran atau spektrum skizoafektif, dapat membantu kita untuk melukiskan batasan dengan psikosis mayor serta meningkatkan sistem klasifikasi kita. Penelitian neuropsikologis telah memberikan bukti adanya hendaya kognitif pada domain yang serupa antara skizofrenia dan gangguan bipolar. Sejumlah penelitian meta-analisis menyokong adanya hendaya kognitif pada individu dengan kelainan bipolar eutimia, gangguan tersebut terutama pada fungsi eksekutif, memori verbal dan atensi. Penelitian meta-analisa yang membandingkan profil kognitif pada individu dengan skizofrenia dan gangguan bipolar, memberikan bukti terjadinya gangguan yang lebih berat pada skizofrenia. Didapatkan Effect-size level sedang pada domain kognitif seperti fungsi ekskutif, memori dan kecepatan mental yang mana menjadi pembeda antara gangguan bipolar dan skizofrenia. Meneliti fungsi kognitif pada psikosis campuran dapat membantu kita untuk menjabarkan konflik tersebut. Lebih lanjut, perbedaan gejala antara kelainan ini dapat saja relevan, misalnya gejala negatif terutama berhubungan dengan defisit fungsi eksekutif. Sejauh ini, relatif hanya sedikit penelitian yang2
meneliti fungsi kognitif pada gangguan skizoafektif dan afektif psikosis. Sepengetahuan peneliti, penelitian ini merupakan review kuantitatif pertama yang membandingkan fungsi neuropsikologis pada psikosis campuran dan skizofrenia.
C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:1) Mereview penelitian yang membandingkan fungsi kognitif pada pasien dengan
skizofrenia, gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan gejala psikosis2) Menilai pengaruh variabel klinis dan demografi.
D. Metodologi a) Sumber data
Penelitian ini bersumber dari sejumlah artikel penelitian yang dicari di PubMed, Scopus, PsychINFO, EMBASE dan Medline untuk artikel periode Januari 1975-Desember 2007. Pencarian dengan menggunakan keyword schizophrenia, bipolar disorder, manicdepress*, mania, depress*, schizoaff*, affective psychosis, cognit*, neuropsycholog *. Dua istilah terakhir juga digantikan dengan keyword yang menggambarkan domain kognitif yaitu attention, executive, memory. Selain itu juga dilakukan penelurusan pada daftar referensi pada artikel tersebut. .b) Kriteria inklusi 1) Penelitian menilai kemampuan kognitif yang menggunakan metode neuropsikologis
yang reliabel dan dipublikasikan dalam bahasa inggris.2) Penelitian membandingkan pasien dewasa dengan skizofrenia dan individu dengan
gangguan skizoafektif dan/atau afektif psikosis (gangguan depresi dengan gejala psikotik, gangguan bipolar dengan gejala psikotik/mania) (menurut kriteria diagnostik ICD-9, ICD-10, DSM-III, DSM-III-R, DSM-V)3
3) Penelitian melaporkan skor tes (mean dan standar deviasi) pada kedua kelompok
atau effect size pada kelompok pembanding4) Penelitian melibatkan tes kognitif yang telah dilaporkan pada minimal 3 penelitian
lain.5) Hasilnya dilaporkan terpisah untuk masing-masing tes (tidak sebagai skor
gabungan).6) Hasil dilaporkan sebagai data independen. Jika terdapat beberapa artikel yang
relevan berdasarkan sampel tunggal maka yang dipilih adalan penelitian dengan sampel besar.
c)
Variabel penelitian yang dicatat1) Nama peneliti pertama dan tahun publikasi 2) Diagnosis 3) Karakteristik sampel (jumlah partisipan, persentase laki-laki pada setiap grup) dan
status individu (opname atau rawat jalan)4) Mean dan standar deviasi untuk variabel demografi (usia, durasi pendidikan) dan
klinis (usia saat onset awal penyakit, durasi sakit, gejala positif dan gejala negatif), dan dosis antipsikotik (equivalen terhadap klorpromazin).5) Hasil tes kognitif yang digunakan.
.d) Skema penelitian
Pada tahap pertama, dilakukan review abstrak dan judul artikel untuk mengidentifikasi penelitian yang relevan sehingga didapatkan 163 artikel yang sesuai. 106 penelitian membandingkan profil kognitif antara individu skizofrenia dengan kelainan skizoafektif, gangguan bipolar atau depresi. Selanjutnya, gangguan bipolar atau depresi dengan gejala4
psikotik diperiksa untuk mencari adanya gejala psikotik. Beberapa penelitian yang membandingkan individu dengan skizofrenia dan gangguan skizoafektif/afektif psikosis dieksklusi karena terdapatnya diagnosis lain seperti gangguan delusi. Hanya 51 penelitian yang membandingkan skizofrenia dengan individu yang mengalami gangguan skizoafektif atau afektif psikosis. 40 artikel lainnya tidak memberikan data yang cukup untuk mengkalkukasi effect size (atau melaporkan skor dari kombinasi tes individual atau deretan seperti Luria-Nebraska) dan melaporkan tes yang digunakan dalam setidaknya 4 penelitian. Sisa 37 penelitian dicek akan kemungkinan overlap sampel. 6 penelitian dieksklusi karena menggunakan sampel yang sama. Seleksi akhir didapatkan 31 penelitian melibatkan 1979 pasien skizofrenia dan 1314 pasien gangguan skizoafektif atau afektif psikosis.e) Variabel neuropsikologis
Penelitian ini menggunakan sejumlah variabel neuropsikologis. Berdasarkan seluruh skoring yang digunakan, peneliti mengelompokkannya menjadi tiga yaitu:1) Skor memori: memori verbal, memori visual 2) Skor eksekutif: WCST (Wisconsin Card Sorting Test), TMT-B (Trail Making Test
Part B).3) Skor kecepatan psikomotor: mental speed task.
f)
Analisis data Untuk setiap tes kognitif dilakukan perhitungan effect size (Cohens d) dan standar error.
Jika pada suatu domain kognitif dilakukan tes multipel maka akan dihitung effect size kombinasi untuk tes tersebut. Homogenisitas dari hasil effect size rata di tes menggunakan tes-Q. Nilai tau kuadrat (2) juga digunakan untuk mengukur homogenisitas. Signifikansi perbedaan perbandingan antara skizofrenia/gangguan skizoafektif dan skizofrenia/afektif psikosis dihitung dengan statistik Qbet. Bias publikasi dinilai dengan tes Egger. Meta analisis dilakukan dengan software versi 1.7. Analisis meta-regresi digunakan untuk memperkirakan
5
dampak demografi (usia, jenis kelamin) dan klinis (onset usia, durasi sakit, gejala positif dan gejala negatif), level antipsikotik (ekuivalen CPZ).
E. Hasil
Pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak dilakukan matching yang baik terhadap variabel jenis kelamin pada grup skizofrenia dan gangguan skizoafektif/ afektif psikosis. Terdapat ratio laki-laki dengan skizofrenia yang jauh lebih tinggi (skizofrenia 71,9%, gangguan skizoafektif/ afektif psikosis 52,1%, odds ratio (OR) = 2,14, 95% CI= 1,65-2,77, z=5,75, P gangguan skizoafektif/ afektif psikosis) dan hendaya memori yang lebih berat (B=0,23, s.e.=10, z=2,27, P=0,02, k=5), kecepatan psikomotor (B=0,39, s.e.=0,09, z=4,49, P=