fungsi oreng dalam bahasa lamaholot di imulolong …

14
133 Fungsi Oreng dalam Bahasa Lamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur PENDAHULUAN Oreng adalah nyanyian rakyat etnik Lamaholot. Oreng berbentuk folklore yang terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG KABUPATEN LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Alexander Bala Gawen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Flores Pos-el: [email protected] Abstrak Masalah penelitian ini adalah menemukan dan mendeskripsikan fungsi oreng dalam bahasa Lamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Inti penelitiannya yaitu pada aspek untuk apa bertutur atau untuk apa berbahasa. Dengan demikian, teori yang digunakan adalah teori pragmatik. Berdasarkan teori pragmatik sejumlah data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan mempertimbangkan konteks terjadinya tuturan tersebut. Untuk mendapatkan data tentang fungsi oreng, peneliti menggunakan metode naturalistik di mana sampelnya dipilih secara purposif. Penelitian naturalistik menekankan pada kealamiahan sumber data dengan mengandalkan seluruh gejala sosial kemasyarakatan sebagai sumber penghimpunan data, sehingga membutuhkan pengamatan berperan serta (participant observation). Selain itu, peneliti menggunakan teknik rekam dan melakukan penyimakan berpartisipasi melalui metode simak libat cakap. Pengumpulan data juga dengan menyandingkan pendekatan emik dan etik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi oreng berkenaan dengan empat fungsi pragmatik, yakni (1) fungsi direktif, (2) fungsi ekspresif, (3) fungsi estetik, dan (4) fungsi komunikatif. Fungsi direktif meliputi fungsi memerintah, melarang, permintaan, menasihati, dan presilaan. Fungsi ekspresif meliputi fungsi harapan, kesetiaan atau loyalitas. Fungsi estetik meliputi fungsi simile, repetisi, sinekdoki, dan personifikasi. Fungsi komunikatif meliputi fungsi informatif. Kata kunci: bahasa daerah, fungsi bahasa, oreng; Abstract The aim of the research is to find and describe the function of oreng in Lamaholot language in Lembata Regency, East Nusa Tenggara. The research focused on what aspectsor for what the language was uttered. Thereby, the theory used was pragmatic theory that a number of collected data were analyzed by considering the context of having utterances. To obtain the data referring to the function of oreg, the researcher employed naturalistic method that the sampels were taken purposively. Naturalistic research emphasizes on the originality of data sources by setting out all social phenomena as sources of collecting data and requiring participant observation. In addition, the researcher used recording technique and conducte participation through involved conversation observation method. Emic and ethical approaches were administered to collect the data. The results show that orenghas four pragmatic functions, such as (1) directive, (2) expressive, (3) aesthetic, and (4) communicative functions. Directive function is to instruct, prohibit, request, advise, and permit. Expressive function deals with hope and loyalty. Aesthetic function belongs to smile, repetition, synecdoche, and personification. Communicative function is to give information. Keywords: locality language, linguistic function, oreng; lisan. Kata-kata dan lagu tersebut merupakan dwitunggal yang tak terpisahkan, demikian menurut pakar folklore , Danandjaja (2002). Dalam tradisi etnik Lamaholot, oreng dapat

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

133Fungsi Oreng dalam Bahasa Lamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur

PENDAHULUANOreng adalah nyanyian rakyat etnik

Lamaholot. Oreng berbentuk folklore yang terdiridari kata-kata dan lagu yang beredar secara

FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOTDI IMULOLONG KABUPATEN LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

Alexander Bala GawenProgram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas FloresPos-el: [email protected]

AbstrakMasalah penelitian ini adalah menemukan dan mendeskripsikan fungsi oreng dalam bahasaLamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Inti penelitiannya yaitu padaaspek untuk apa bertutur atau untuk apa berbahasa. Dengan demikian, teori yang digunakanadalah teori pragmatik. Berdasarkan teori pragmatik sejumlah data yang dikumpulkan akandianalisis dengan mempertimbangkan konteks terjadinya tuturan tersebut. Untuk mendapatkandata tentang fungsi oreng, peneliti menggunakan metode naturalistik di mana sampelnya dipilihsecara purposif. Penelitian naturalistik menekankan pada kealamiahan sumber data denganmengandalkan seluruh gejala sosial kemasyarakatan sebagai sumber penghimpunan data, sehinggamembutuhkan pengamatan berperan serta (participant observation). Selain itu, peneliti menggunakanteknik rekam dan melakukan penyimakan berpartisipasi melalui metode simak libat cakap.Pengumpulan data juga dengan menyandingkan pendekatan emik dan etik. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa fungsi oreng berkenaan dengan empat fungsi pragmatik, yakni (1) fungsidirektif, (2) fungsi ekspresif, (3) fungsi estetik, dan (4) fungsi komunikatif. Fungsi direktif meliputifungsi memerintah, melarang, permintaan, menasihati, dan presilaan. Fungsi ekspresif meliputifungsi harapan, kesetiaan atau loyalitas. Fungsi estetik meliputi fungsi simile, repetisi, sinekdoki,dan personifikasi. Fungsi komunikatif meliputi fungsi informatif.

Kata kunci: bahasa daerah, fungsi bahasa, oreng;

AbstractThe aim of the research is to find and describe the function of oreng in Lamaholot language in LembataRegency, East Nusa Tenggara. The research focused on what aspectsor for what the language was uttered.Thereby, the theory used was pragmatic theory that a number of collected data were analyzed by consideringthe context of having utterances. To obtain the data referring to the function of oreg, the researcher employednaturalistic method that the sampels were taken purposively. Naturalistic research emphasizes on the originalityof data sources by setting out all social phenomena as sources of collecting data and requiring participantobservation. In addition, the researcher used recording technique and conducte participation through involvedconversation observation method. Emic and ethical approaches were administered to collect the data. Theresults show that orenghas four pragmatic functions, such as (1) directive, (2) expressive, (3) aesthetic, and (4)communicative functions. Directive function is to instruct, prohibit, request, advise, and permit. Expressivefunction deals with hope and loyalty. Aesthetic function belongs to smile, repetition, synecdoche, andpersonification. Communicative function is to give information.

Keywords: locality language, linguistic function, oreng;

lisan. Kata-kata dan lagu tersebut merupakandwitunggal yang tak terpisahkan, demikianmenurut pakar folklore, Danandjaja (2002).Dalam tradisi etnik Lamaholot, oreng dapat

Page 2: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

134 , Volume 3, Nomor 2, Desember 20177

dinyanyikan pada berbagai peristiwa: ritualkelahiran anak, pesta perkawinan adat, ritual-ritual keagamaan, bahkan pada peristiwa ke-matian sekalipun. Dalam peristiwa kematian,oreng menjadi ratapan ekspresi dan ungkapanpamit kepada yang meninggal. Dengan begitu,oreng mengejahwantah menjadi getaran sukmasebagai tanda cinta akan hidup yang dikenangbersama, sambil berucap “selamat jalan”kepada dia yang hendak melewati jalan baruberjumpah dengan Wujud Tertinggi, TuhanPencipta Langit dan Bumi (Lera Wulan TanaEkan). Sebuah perjumpaan yang baru denganDia, Pencipta sumber segala berkat, kerahiman,dan kemurahan.

Oreng sebagai khazanah tutur etnikLamaholot, menjadi bagian kemajemukanbangsa, mencerminkan integralisme yang diikatoleh rasa “ada bersama” dalam satu-kesatuanintegral sebagai perwujudan rasa kebangsaanberbangsa dan bernegara. Inilah buah warisanhistorisitas keyakinan leluhur Lamaholot yanglestari sekaligus mengimplementasikan ke-yakinan tradisional akan langit tempat me-nyembah dan bumi tempat berpijak dalamsemangat keagamaan di atas rahim yang sama,yakni lewotanah (kampung halaman).

Sebagai sebuah bangsa kita telah menjejakjalan hidup panjang dengan bersandar padanilai-nilai kearifan yang telah tertanam dalambangunan karakter para leluhur. Dipicu ke-majuan global, kearifan lokal (local wisdom)pada kelompok masyarakat komunal digaung-kan kembali ketika silang-sengkurat persoalandi negeri ini tidak menemukan titik temu. Adabanyak ungkapan dan perilaku yang bermuat-an nilai luhur, penuh kearifan pada komunitaslokal, dapat menjadi ikhtiar menyikapi per-soalan-persoalan yang muncul. Upaya inilahmenjadi bagian dari apropriasi manusiasekarang untuk mengawetkan dan menye-lamatkan warisan kultural masa lampau darisebuah alienasi distansiasi dan ketercerabutanbudaya.

Kearifan lokal yang tersebar dan dimilikioleh hampir setiap etnis tampak secara nyatadalam bahasa-bahasa daerah yang digunakanmasing-masing etnis. Kearifan lokal inilah men-jadi cultural maxims (Kadarisman, 2009:28),berupa nilai budaya yang dihargai oleh masya-rakat. Ia meresap dan berakar di dalam bahasadan menjadi sebuah praksis sosial, tumbuh danmengakar di dalam kelompok-kelompok sosial,bahkan melembaga dalam sistem sosial ke-masyarakatan. Bahasa menjadi media untukmengemas pengetahuan yang tertangkapmanah (mind) dalam menghimpun, menyebar-kan, dan mewariskan pengetahuan. Bahasajuga menjadi wadah penyimpan informasi, danberkembang secara simbiosis dengan budayadan keberlangsungan kehidupan manusia.Oleh karena itu, Piaget mengemukakan bahwafungsi utama bahasa manusia bukanlah untukkomunikasi saja, melainkan untuk simbolisasi.Simbol adalah representasi kulltural dan eko-logis dari realitas, jadi selalu sesuai dengan kon-teks orang, waktu, dan tempat, dalam hu-bungannya dengan manah (mind), pikiran,cara berpikir dan bertindak (Geertz, 1992:9).

Pada cara pandang yang lain, Parsons,mengajukan empat sistem yang membingkaikehidupan masyarakat, yaitu sistem organis,psikologis, sistem sosial, dan sistem budaya (viaUjan, 2009:xxi). Dari empat sistem di atas,sistem budayalah yang menjadi akar atau lan-dasan membangun kehidupan bermasyarakat.Oleh karenanya, ada empat simbolisasi yangmendasari sistem budaya tersebut, yaitu: (1)simbolisasi kognitif (ilmu pengetahuan); (2)simbolisasi ekspresif (bahasa-seni); (3) simboli-sasi evaluatif (norma-norma); dan (4) simboli-sasi pendasaran makna (agama dan ideologi).Sistem dan simbolisasi kehidupan masyarakatsebagai ciri khas dan identitas multikularismeyang mewarnai kehidupan berbangsa seakantampak tak bernyawa lagi, ketika identitasdimaksud telah tergerus oleh peran negara yangmemberlakukan persamaan, lalu mengabaikanruang perbedaan yang sesungguhnya.

Page 3: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

135Fungsi Oreng dalam Bahasa Lamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur

Sistem simbol mengkristal dalam masya-rakat melalui berbagai kearifan lokal yang di-maknai sebagai sikap, pandangan, dan ke-mampuan suatu komunitas di dalam menge-lola lingkungan rohani dan jasmaninya, yangmampu memberikan komunitas tersebut dayatahan, daya tumbuh, dan daya hidup di dalamwilayah komunitas berada. Kearifan lokal di-pandang sebagai jawaban kreatif terhadapsituasi geografis-geopolitis, historis, dansituasional yang sedang terjadi di Nusantaraini.

Perubahan nilai menyebabkan juga bahwanilai-nilai yang dianut oleh suatu generasibelum pasti diterima begitu saja oleh generasilainnya. Dalam kaitannya dengan manusiasebagai penerus budaya, Ignas Kleden dalamSeminar Nasional di Universitas Flores, 28Oktober 2011, mengemukakan bahwa ada duaproses yang berlangsung dalam hubunganantara nilai-nilai budaya. Proses pertamadinamakan apropriasi. Proses ini terjadi denganbaik apabila seperangkat nilai budaya diper-lakukan dan dihayati oleh seorang individusebagai nilainya sendiri tentunya berjalandalam daur kontinuitas yang produktif dantanpa henti.

Proses kedua yaitu ekspropriasi yaitu kalauseorang individu dengan sengaja menjauhkandiri dari sebuah nilai dan kebudayaannya yangtidak sesuai dengan pandangannya. Baikapropriasi maupun ekspropriasi berlangsungmelalui proses belajar dalam kebudayaan(Kleden, 2011:1). Jika masyarakat budayamengapropriasi dan mengekspropriasi nilai-nilai budaya dengan baik, maka budaya kitaakan tetap lestari dan berkembang ke arahpositif. Pelestarian menjadi harapan kita ber-sama, karena dari cara hidup kita, orang me-ngenal siapa kita dan bagaimana budaya kita.

Dalam kondisi yang demikian, masing-masing komunitas perlu bangkit untuk mem-bangun kembali identitas keberbedaan itu se-bagai tonggak memperkaya dan mewarnaikehidupan yang multikultural ini, termasuk di

dalamnya adalah merekonstruksi budaya,terutama bahasa sebagai khazanah yang kayafungsi dan makna dengan aneka nilai-nilaikehidupan yang bermakna pula.

Secara teoretis penelitian ini memberikanwacana tentang fungsi bahasa etnis besertasejumlah nilai di dalamnya. Kajian ini mencobamengeksplanasi eksistensi bahasa sebagaisebuah sistem internal kepada sebuah eksistensiyang lebih luas, yakni sebagai sebuah medanlapang eksternal. Bahasa telah menyimpanberbagai daya, energia, kekuatan dalam eska-lasi kehidupan yang lebih luas.

Secara praktis, kajian ini sangat bergunabagi para pengembang ilmu, terutama parapeneliti yang selalu merasa tergelitik untukmengkaji relasi bahasa dengan masyarakatyang senantiasa mencoba membangun hipo-tesis-hipotesis baru dalam upaya memperkayajagat makna keilmuan kebahasaan. Tentunyahasil kajian ini menjadi semacam titik tolokmengeksplanasi pandangan komunitas komu-nal dan nilai-nilai kemasyarakatan bahasadengan menjadikan aspek-aspek budaya lisandan piranti-piranti sosial kemasyarakatan ba-hasa sebagai landas kaji.

TEORI DAN METODETeori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori pragmatik. Cumings, (2007:2)mengajukan definisi pragmatik yang sangatlengkap, yakni “Pragmatik dapat dianggap ber-urusan dengan aspek-aspek informasi (dalampengertian yang paling luas) yang disampaikanmelalui bahasa yang (a) tidak dikodekan olehkonvensi yang diterima secara umum dalambentuk-bentuk linguistik yang digunakan,namun yang (b) juga muncul secara alamiahdari dan tergantung pada makna-makna yangdikodekan secara konvensional dengan kontekstempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut.”

Pengertian di atas mendasarkan pemaham-annya pada empat kata kunci (yang tercetakmiring), yakni informasi, dikodekan, konvensi,

Page 4: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

136 , Volume 3, Nomor 2, Desember 20177

dan konteks. Masing-masing dijelaskan berikutini.

Informasi merupakan pemrosesan informasiadalah bagian dari proses psikologi kognitif danintelegensi manusia yang diwujudkan dalammodularitas pikiran itu sendiri. Dengan demi-kian, informasi yang diberikan hendaknya me-miliki relevansi komunikasi dan relevansi kog-nitif. Dikodekan merupakan aktivitas psiko-linguistik yang melibatkan sejumlah prosesyang saling berhubungan.

Proses encoding (pengiriman pesan) sebuahpesan hanya dapat dipahami dengan baik, jikaada konteks yang lebih luas yang memungkin-kan mitra tutur dapat mendekodekan (mengem-balikan) bentuk-bentuk linguistik yang di-komunikasikan. Untuk itu, diperlukan prosesinferensial agar memperoleh makna yang di-maksudkan oleh pengirim pesan atau penutur.

Konvensi merupakan proses memahamibentuk makna tuturan secara bersama-sama.Namun, perlu diingat bahwa makna dalamperspektif semantik berbeda dengan maknadalam perspektif pragmatik, yang lebih melihatujaran pada akhirnya melahirkan implikaturpercakapan dalam suatu konteks tertentu,sehingga bukan merupakan bagian dari kon-vensi bahasa. Sebab tuturan-tuturan pragmatiklebih bersifat multidisipliner.

Konteks merupakan suatu situasi primeruntuk memahami sebuah tuturan secara baik,lengkap, dan utuh. Tanpa konteks, maka tu-turan tersebut tidak memiliki makna. Olehkarena itu, konteks memainkan peran yangvital untuk proses rekonstruksi argumen secaravalid. Dengan kata lain, konteks memasukkansemua situasi dan hal yang berada di luar teksdan mempengaruhi pemakaian bahasa, sepertipartisipan dalam bahasa, situasi di mana tekstersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan,dan sebagainya.

Leech (1993) memandang pragmatik se-bagai studi kebahasaan yang terkait dengankonteks. Pragmatik sebagai ilmu bahasa mem-pelajari kondisi penggunaan bahasa yang

digunakan manusia yang ditentukan olehkonteks yang mewadahi dan melatarbelakangibahasa itu.Konteks selalu berada bersamasituasi di sini, sekarang ini. Konteks dapat be-rupa konteks yang bersifat sosial dan konteksyang bersifat sosietal.Konteks sosial merupakankonteks yang timbul sebagai akibat dari mun-culnya interaksi antaranggota masyarakatdalam suatu masyarakat tutur dan budaya ter-tentu. Sementara itu, konteks sosietal dibangunoleh kedudukan anggota masyarakat dalamsituasi-situasi sosial yang ada di dalam masya-rakat tutur dan budaya tertentu.

Dalam teorinya tentang fungsi bahasa,Jakobson (via Ola, 2006:65) menekankanpemikiran tradisional Buhler tentang tiga fungsibahasa, yakni fungsi emotif, fungsi konatif, danfungsi referensial. Buhler menyebut bahwasebuah tindak tutur harus memiliki tiga sudutpandang: (1) sudut pandang penutur, tindaktutur adalah suatu gejala (symptom), (2) sudutpandang pendengar, tindak tutur adalah suatusinyal (signal), dan (3) sudut pandang komuni-kasi, tindak tutur adalah suatu lambang(symbol). Menurutnya, fungsi dasar bahasainilah yang menjadi dasar pemakaian bahasadalam komunikasi yang mencakup pengirim(orang I), penerima (orang II), dan sesuatu(materi) yang dibicarakan oleh pengirim danpenerima.

Penjelasan ringkas di atas mengungkapsesuatu yang lain bahwa pragmatik juga me-ngemban fungsi sosial kemasyarakatan. Mey(1993) menyebutnya sebagai pragmatik ke-masyarakatan. Pragmatik kemasyarakatanberkaitan erat dengan hubungan antaralinguistik sebagai ilmu murni dan praktiklinguistik sebagaimana diterapkan pada untukapa orang-orang menggunakan bahasa, sertaapa yang mereka lakukan.

Metode pengumpulan data untuk pene-litian ini adalah metode naturalistik di manasampelnya dipilih secara purposif ataupurposeful (Alwasilah, 2002:72) atau sampelbertujuan (Moleong, 2009:224). Sampel jenis ini

Page 5: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

137Fungsi Oreng dalam Bahasa Lamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur

sangat memungkinkan peneliti untuk terus-menerus melakukan interpretasi dan interaksidengan data atau informan. Penelitian na-turalistik menekankan pada kealamiahan sum-ber data dengan mengandalkan seluruh gejalasosial kemasyarakatan sebagai sumber peng-himpunan data, sehingga membutuhkan peng-amatan berperan serta (participant observation).Selain itu, peneliti menggunakan teknik rekamdan melakukan penyimakan berpartisipasimelalui metode simak libat cakap.

Pengumpulan data juga menyandingkanpendekatan emik dan etik. Digunakannyapendekatan emik karena peneliti berusahamenggali makna sedalam-dalamnya denganmengacu kepada pandangan warga masya-rakat sebagai pemilik budaya lokal, sebagaifenomena dan tonggak budaya dalam masya-rakat komunal. Pendekatan emik yang ber-sumber dari masyarakat komunal tersebutakan dibandingkan pula dengan pendekatanetik, tidak untuk menyesuaikan dan memodi-fikasi, melainkan menemukan data dan faktasecara objektif dan intensif berdasarkan sudutpandang peneliti tentang fenomena yangsedang diamati (Mbete, 2006:30). Ini berartipemahaman yang diperoleh peneliti dalamstudi ini tidak datang dengan sendirinyaataupun dinyatakan langsung oleh realitasbudayanya, tetapi direfleksikan, ditafsirkan,atau diinterpretasikan dan direkonstruksi olehpeneliti (Maryaeni, 2005:24) secara terus-menerus, baik dengan data maupun denganinforman. Analisis data dilakukan secaradeskriptif atau analisis verbal terhadap hasilpengamatan dan wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASANSetelah dilakukan analisis, ditemukan

empat fungsi oreng, yakni (1) fungsi direktif,(2) fungsi ekspresif, (3) fungsi estetik, dan (4)fungsi komunikatif. Masing-masing fungsioreng tersebut diuraikan berikut ini.

Fungsi DirektifBach dan Harnish (via Jumadi, 2005:85),

membagi fungsi direktif menjadi lima kelom-pok, yakni kelompok (a) permintaan, yang men-cakup meminta, memohon, mengajak, men-dorong, mengundang, dan menekan; (b) per-tanyaan, yang mencakup bertanya, berinkuiri,dan menginterogasi; (c) persyaratan, mencakupmensyaratkan, memerintah, mengomando, me-nuntut, mendikte, mengarahkan, menginstruk-sikan, dan mengatur; (d) larangan, mencakupmelarang dan membatasi; (e) persilaan, men-cakup memberi izin, membolehkan, mengabul-kan, melepaskan, memperkenankan, memberiwewenang, dan menganugerahi; dan (f) nasihat,mencakup menasihati, memperingatkan,mengusulkan, menyarankan, dan mendorong.

Struktur bentuk direktif biasanya ditandaioleh penanda-penanda formal tertentu.Direktif dalam kelompok permintaan biasanyadiwujudkan dalam struktur (a) tuturan yangterdiri atas predikat verba dasar atau adjektiva,atau pun frasa proposisional yang sifatnya taktransitif; dan (b) tuturan dimarkahi oleh ber-bagai kata tugas modalitas, misalnya mohon,tolong, harap. Direktif kelompok pertanyaan di-wujudkan dalam struktur (a) tuturan yangmenghendaki jawaban ya atau tidak, (b) tutur-an menghendaki satu informasi, (c) tuturanyang menghendaki jawaban berupa perbuat-an, (d) tuturan dimarkahi dengan kata-katatanya, misalnya apa, siapa, berapa, kapan, danbagaimana dengan partikel kan atau tidak.Modalitas yang sering melekat pada kelompokdirektif ini misalnya ayo, coba, dan hendaklah.

Direktif kelompok larangan juga diwujud-kan seperti kelompok permintaan dan perintah.Yang membedakan adalah modalitas yangdigunakan. Misalnya, jangan yang diikuti atautidak oleh partikel –lah. Jenis direktif persilaanatau pengizinan juga sejenis dengan direktifmelarang. Hanya saja, modalitas yang biasanyamelekat adalah silakan, biarlah, diperkenankan,dan diizinkan. Direktif kelompok nasihat di-wujudkan sama dengan direktif kelompok

Page 6: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

138 , Volume 3, Nomor 2, Desember 20177

pengizinan, dengan menggunakan modalitasmari, harap yang kadang-kadang ayo, coba,hendaknya, dan hendaklah (Rahardi, 2000).

Dari paparan di atas, ditemukan sejumlahfungsi direktif dalam oreng. Fungsi-fungsi direk-tif dimaksud terdiri atas fungsi memerintah,fungsi melarang, fungsi permintaan, fungsimenasihati, dan fungsi persilaan.

Fungsi MemerintahKutipan [1] di bawah ini berfungsi me-

merintah. Perintah dari seorang ibu kepadaanaknya untuk cepat (segera) pulang ke kam-pung. Pulang ke tanah kelahiran yang dalambahasa Lamaholot disebut Lewotanah.

[1] Inaga uda na pradok e pana tueg lewotanarae mai‘Mama suruh cepat jalan pulang kampungSegera pulang kampung

Kalimat bermodus perintah (imperatif) diatas ditemukan pada”pulang”(pradok). Memangagak memaksa untuk cepat pulang dengankehadiran kata perintah lainnya, suruh (uda)sebelum kata pulang (pradok). Fungsi ini men-jelaskan sekaligus merepresentasikan kuasaseorang ibu kepada anaknya bahwa setelahmendengar perintah ini anak harus segerapulang ke kampung, entah dalam keadaanapapun. Dalam kehidupan nyata, pulang kam-pung terjadi pada saat merayakan perayaankeagamaan, peristiwa kematian, atau peristiwa-peristiwa penting lainnya di dalam suku (klan).

Fungsi MelarangFungsi melarang berisi perintah, tetapi

perintah yang negatif, yakni anak tidak bolehberlaku sombong setelah menjadi”orang”.Dalam kata lain, telah menjadi orang yangberhasil dalam pekerjaan.

[2] Ake ara o tite dikabelek‘Jangan tapi kita besar’Jangan berbesar hati

Tite dipa ara ata dikabelek‘Kita tidak orang besar lebih’Kita tidak begitu

Larangan di atas tampak pada penggunaankata jangan (ake), yang merepresentasikankuasa seorang ibu kepada anaknya. Jangan ber-laku atau jangan menjadi seperti itu kalausudah menjadi “orang besar”(dikabelek) .Larangan tersebut muncul dari sebuah penga-laman historis,”kita tidak”(tite dipa), maupunfakta-fakta kekinian tentang bagaimana men-jadi orang besar itu. Dalam konteks yang ber-beda, fungsi melarang juga terjadi pada sikappantang terhadap milik orang lain, sepertikutipan di bawah ini.

[3] Gana piranga wata kuma duli‘Makan pantang jagung kuning’Pantang makan

Menu padanga wai lama suba‘Minum pantang air Lamasuba’Pantang minum

Eka lera nabo dae‘Jangan matahari hampir dekat’Kita hampir tiba

Kutipan [3] bernada melarang untuk ”pan-tang”(piranga) dengan menampilkan modalitas“jangan”(ake). Fungsi ini menyaran pada ‘hakmilik’ atau kepemilikan, sekaligus memberikanpenegasan tentang usaha dalam mendapatkansesuatu. Kepemilikan sesuatu yang direpresen-tasikan melalui ”makan”(gana) dan ”minum”(menu) harus betul-betul merupakan usaha dankarya sendiri tanpa memperolehnya secarainstant atau tiba-tiba. Bahkan, jika kekayaandiperoleh dengan cara-cara yang tidak terpujidan melanggar norma sosial kemasyarakatan.

Fungsi PermintaanWalaupun sama-sama termasuk fungsi

direktif, namun fungsi permintaan cenderunglebih rendah daripada perintah.

Page 7: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

139Fungsi Oreng dalam Bahasa Lamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur

[4] Miak take ka hode sole‘Tidak malu pergi ambil dolo’Mari menari dolo

Sebuah ajakan kebersamaan. Dalam peri-laku bertutur, berucap, dan berbahasa manu-sia sering tidak sadar berlaku salah. Dalamkultur etnik Lamaholot, menari dolo dapatmenjadi medium maaf. Dolo adalah sebuahjenis tarian massal dalam etnik Lamaholot yangdilaksanakan dengan membentuk lingkaran,pesertanya adalah laki-laki dan perempuan,orangtua dan remaja. Para anggota tarian ber-jalan berputar membentuk lingkaran tersebutsambil bernyanyi dan berbalas pantun. Didalam dolo, orang saling menyapa tentang asal-usul dan bisa menyampaikan permohonanmaaf kepada orang lain melalui syair-syairyang dilagukan. Dengan demikian, imbauandan harapan untuk memberikan dan mene-rimakan maaf antarsesama menjadi sesuatuyang serius. Kutipan [4] mengimplikasikankewaspadaan dan kehati-hatian dalam mem-bangun komunikasi dan interaksi dengan se-sama. Dalam ranah lain, fungsi permintaandalam oreng tampil seperti di bawah ini.

[5] Ara peten noo inam sudi no mo amam‘Tolong ingat dengan mama harap denganbapak’Tolong ingat mama bapak

Naro tera tua ba lodo lere‘Hampir tua turun rendah’Hampir tua

Permintaan pada kutipan [5] cenderunglebih rendah, tampak pada modalitas”tolongingat”(arapeten) dan”kiranya”(sudi). Dua kataini menjelaskan fungi kuasa permintaan tetapitidak langsung. Penggunaan kata tolong tidakdianggap bahwa kedudukan mama dan bapaklebih rendah, melainkan bermaksud untukmembangun kesetaraan relasi dalam keluargaantara bapak, mama, dan anak-anak. Kutipan

[4] dan [5] berbeda dengan kutipan [6] dibawah ini.

[6] Sare serut ta’a sare-sare‘Baik sampai dengan baik-baik’Berbaiklah

Kutipan [6] mengusung tema ”maaf”(sare).Maaf keluar dari sebuah “kebeningan nurani”dan “kelimpahan hati” yang menjulur lurus-lurus bagai “ketela pohon menjalar”. Disertaiperangkat artefak, kunyit (kumas), kemiri(mirek), disyaratkan dalam ritual ambil kemiri(emu kumas mire) yang ditandakan pada dahisetiap orang (kaka faji) menjadi bukti kuatsemangat dan tali persaudaraan. Maaf (sare)yang diidamkan tidak “sekedar” mengucapkanmaaf, melainkan melalui sebuah proses “sadar”dari relung hati yang terdalam sehingga men-capai sel-sel hati yang paling dalam (sare serut).Dengan demikian, peristiwa memberikan danmenerimakan maaf juga mendapat ijin dariTuhan Pencipta langit dan bumi dan direstuioleh leluhur (ina ama koda kewokot).

Konsep kedua adalah minyak (séla). Minyakdalam konteks ini menjadi simbol dan lambangkeluhuran, kethulusan, kebeningan, keluncur-an pengungkapan dari hati untuk menjalankanmaaf (sare). Minyak bukanlah “minyak” yangsecara umum digunakan, melainkan minyakyang menjadi sangat istimewa untuk kesem-patan khusus, yakni berupa air dan kemiri. Airmenyimbolkan kebeningan, kekosongan dankehampaan hati, dan kemiri melambangkan“penyucian” juga pemuliaan hati. Pemuliaandan pengantikan (arkaisme) (Latif & Ibrahim,1996:147), menjadi jalan menuju kedalamanspiritual yang esoteris. Bahwa beban pikirantelah dikosongkan untuk melangkah dan me-mulai sesuatu yang baru. Disinilah tradisi adatdipersepsikan sebagai pendalaman komunalmasyarakat untuk menguak sentuhan identitasyang lebih berakar, menyentuh, dan bermar-tabat, sebagai ekspresi populasi masyarakatpemakainya. Dengan demikian, tradisi inimerupakan koherensi spiritual dalam usaha

Page 8: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

140 , Volume 3, Nomor 2, Desember 20177

(enterprise) pemulihan relasi antara Tuhan,sesama, dan alam.

Fungsi MenasihatiFungsi menasihati bertujuan untuk

memberikan nasihat atau saran kepada oranglain. Nasihat atau saran, terlihat pada kutipan[7] di bawah ini.

[7] Ara da dore ku dai nua nulu‘Mereka ikut kata sifat’Ikuti kata dan perilaku

Weli ara ake o susa nulan di daro‘Ke sana jangan susa sengsara jadi mereka’Supaya tidak sengsara

Sebagai salah satu bentuk direktif, fungsimenasihati cenderung merepresentasikankuasa yang humanis. Fungsi menasihati tam-pak pada”ikuti kata dan perilaku”(dore ku dainua nulu), dan”jangan”(ake). Fungsi menasihatitidak menjelaskan kuasa memaksa seorangmama dan bapak kepada anaknya, tapi mem-berikan motivasi untuk mengikuti atau men-contohi perilaku humanis para orang tua.

Kutipan [7] menampilkan kuasa dan ke-kuatan sebuah cerita terletak pada kemampuan-nya untuk menyampaikan nilai-nilai kepadapara pendengarnya tidak dengan indoktrinasi.Pendengar cerita memiliki kebebasan untukmengambil maknanya yang terdapat di dalam-nya. Karena itulah ketika seseorang menemu-kan kecocokan sifat pada tokoh yang diidola-kan dalam cerita dapat mempengaruhi hidup-nya. Cerita memang menarikkarena itu banyakorang ketika ingin menyampaikan pesan iamenggunakan cerita. Kekuatan cerita terletakpada kemampuannya membawa orang merasadilibatkan, tidak merasa digurui, dan tidak me-rasa diindoktrinasi. Maka, ketika cerita menjadimilik pendengarnya memungkinkan terjadinyatransformasi cara pandang, sikap, dan tindak-an hidup. Hal inilah yang patut diperhatikandalam proses pembelajaran.

Kutipan [7] juga menyiratkan kuasa dalamruang publik (Wareing, 1999). Esensi kutipan[7] tentang bagaimana pentingnya berceritakepada anak. Dikaitkan dengan metode pem-belajaran di sekolah, pembelajaran denganpendekatan cerita bukan hal baru. Jauh se-belum orang mengenal bahasa tulis, cerita telahdigunakan dalam proses pembelajaran. Datamengenai hal ini paling tidak dapat kita temu-kan dalam pengajaran yang dilakukan nenekmoyang kita.Seluruh karya dan perjalanannyadilakukan dengan bercerita. Cerita digemariorang tidak mengenal batas usia.

Sebagai misal, infortainment yang disiarkandi media televisi digemari para pemirsa se-hingga hampir setiap stasiun televisi denganjudul yang berbeda menayangkan berita-beritakehidupan para aktor atau aktris. Pada dekade1980-an banyak orang dari anak-anak hinggadewasa terbius cerita radio yang berjudul SaurSepuh. Orang tua sangat jengkel ketika anak-nya diminta untuk belajar tetapi selalu mem-beri alasan film yang ditonton seperti Doraemon,Shinchan, Naruto, Satria Baja Hitam, belumselesai diputar. Cerita dapat menyihir sebagianorang sehingga sering orang mengidentifikasi-kan dirinya sebagai tokoh cerita tersebut. Ketikaseorang anak sangat menggemari cerita me-ngenai Satria Baja Hitam, maka ia dapat meng-identifikasikan dirinya sebagai satria baja hitam.Tidak hanya sampai di situ, baju, kaos, danasesoris mainannya pun harus berlambangkanSatria Baja Hitam.

Fungsi PersilaanFungsi persilaan (permisives), pada oreng

cenderung tampil untuk memberi izin danpetunjuk untuk melakukan perkenalan denganorang lain.

[8] Diposer aem wara lewo tukan rae mai‘Balik muka lewat tengah kampung kesana’Ke kampung

Page 9: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

141Fungsi Oreng dalam Bahasa Lamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur

Lage rae mai gejek mai jae‘Langkah di sana dan naik sampe di sana’Ke sana

Jae ora-ora lango ara naran‘Di sana atas rumah nama’Ke rumah

Kutipan [8] bernada imperatif persilaankarena berisikan petunjuk atau tahapan dalammelaksanakan sesuatu. Petunjuk pada kutipan[8] hadir pada kata”balik muka”(diposer aem),“langkah ke sana”(lage rae), dan”di sana”(jae).Secara lahiriah, kutipan ini menyiratkan perin-tah dari orang yang lebih tua kepada orangyang lebih muda untuk menjalankan sesuatu,tapi masih berada pada batas-batas kesantun-an.

Fungsi persilaan yang lain, dipahami se-bagai tahapan perkenalan atau memperkenal-kan diri dan asal-usul kepada orang lain sepertikutipan [9] di bawah ini.

[9] Inam jae ara mio re ara Ola go Genolang‘Mama di sana atas kamu Ola saya Genolang’Mama anak Genolang

Kutipan [9] merupakan sebuah tindakanperkenalan dan informasi informal sebagaiprasyarat ketika hendak berkenalan denganorang lain.”Saya Genolang”(go Genolang)dan”kamu Ola”(Ola), sangat jelas menunjuk-kan bahwa Genolang adalah komunikator danOla adalah komunikan. Kehadiran kata ”mama”(inam) diungkapkan oleh Genolang sebagaikomunikan bahwa “mama”(inam) dari Olaberasal dari keturunan Genolang.

Kutipan di atas membenarkan pendapatUllmann (2009, 105–106), bahwa nama sangaterat dengan semantik. Pertama, terdapathubungan intrinsik antara nama denganmakna. Kedua, adanya kesamaan atau kese-larasan (harmoni) antara nama dan makna,karena bunyi-bunyi tampil secara ekspresif danjika kebetulan pas ia akan sangat berpotensiekspresif. Ketiga, antara nama dan makna

tergantung konteks, yakni konteks verbal dankonteks situasi.

Nama menjadi penting dalam kehidupanbermasyarakat. Dalam pemberian namamasyarakat etnik Lamaholot, selalu ditempel-kan nama suku (klan) pada bagian belakangnyauntuk mengetahui secara pasti asal-usal ataumuasal orang itu. Tak pelak lagi, semua namawarga etnik Lamaholot pasti memiliki namasuku atau klan. Selain itu, setiap nama, baik laki-laki atau perempuan, disertai dengan namakampung (nama nenek atau kakek) untukmempermudah orang lain mengetahui ataumenebak asal wilayah dan turunan orang ter-sebut. Jadi, nama mempunyai andil yangcukup besar dalam menemukan “kejujuranfantastis”, dan “keterbukaan sejati” (Ullman,2009:109) bagi seseorang dalam membangunkarier dan kehidupannya. Nama adalah bagiandari konsep yang menunjukkan kesadaran se-seorang, sehingga nama dapat menimbulkankesan positif bagi pendengar atau pembaca,nama-nama yang lazim memberi kesan baikdan positif daripada nama-nama yang tidaklazim. Itulah kenapa banyak seniman atau artismenggunakan nama-nama lain setelah merekaberkiprah dalam profesi mereka (Djojosuroto,2007:384–385).

Berdasarkan pola penamaan di atas, secaralinguistik terdapat sebuah pola penghayatantradisional secara universal, termasuk masya-rakat etnik Lamaholot, yakni (1) nama me-nunjukkan perilaku atau tingkah laku sese-orang; (2) nama menunjukkan identitas sese-orang; dan (3) nama menunjukkan eksistensikemampuan atau potensi seseorang. Pertama,nama menunjukkan perilaku atau tingkah lakuseseorang. Kategori ini mencerminkan perilakudan tingkah laku seseorang. Ketika seseorangsedang berbicara atau berkomunikasi denganorang lain, lawan atau mitra tuturnya dapatmenilai perilaku orang itu. Dari tuturan, misal-nya pilihan kata, intonasi, kita dapat mengukurkesopansantunan yang ada pada seseorangpembicara.

Page 10: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

142 , Volume 3, Nomor 2, Desember 20177

Kedua, nama menunjukkan identitas se-seorang. Kategori ini dapat terlihat pada namayang digunakan. Nama juga membuat masing-masing kita menjadi berbeda antara individuyang satu dengan individu yang lain. Namadianggap menjadi ciri khas atau identitas yangmelekat imanen dan menggambarkan pribadidan karakter orang. Bahasa yang dikeluarkandari mulut dan mewujud melalui bunyi-bunyibahasa dalam bentuk fonem-fonem tidak se-kadar sebagai peristiwa alamiah spontanitas,melainkan dapat menunjukkan identitaslinguistik seseorang. Identitas linguistik tidakditafsirkan sebagai identitas individu saja, me-lainkan menyangkut identitas sosial dan iden-titas institusional. Melalui bahasa orang dapatmenebak dari mana asal seseorang yang se-dang berbicara. Ketiga, nama menunjukkaneksistensi kemampuan atau potensi seseorang.Kategori ini mensyaratkan bahwa lewat ber-bahasa kita dapat mengetahui kemampuanatau potensi seseorang. Kita bisa menelisiknyadari aksen atau tekanan-tekanan kebahasaanyang digunakan. Aksen atau tekanan-tekananberbahasa kita dapat menafsir kelas sosial ataujenis pendidikan yang pernah dan mungkinsedang dia peroleh (Jones, 1999:196–204).

Fungsi EkspresifFungsi ekspresif berfungsi untuk meng-

ekspresikan perasaan dan sikap seseorangterhadap keadaan atau sesuatu. Oleh karenaitu, fokusnya adalah untuk mengungkapkankeadaan psikologis seseorang yang ditetapkanoleh kondisi kejujuran tentang keadaan se-bagaimana yang ditetapkan dalam isi proposisi.Fungsi ekspresif misalnya digunakan untukmengungkapkan rasa terima kasih, mengucap-kan selamat, mengucapkan belasungkawa,menyesalkan, permintaan maaf, dan menge-cam. Fungsi ekspresif menyesali, misalnyaditandai oleh penggunaan modalitas sayang,sayang sekali. Fungsi ekspresif mengecam,ditandai oleh penggunaan modalitas tertentu,misalnya kecewa, dan sedih.

Dari paparan di atas, ditemukan sejumlahfungsi ekspresi dalam nyanyian oreng. Fungsi-fungsi ekspresif dimaksud terdiri atas fungsiharapan, dan fungsi kesetiaan atau loyalitas.

Fungsi HarapanHidup yang sedang dijalani ini juga mem-

butuhkan optimisme dan dibangun denganberbagai harapan tentang masa depan. Harap-an sekecil apapun, termasuk sekadar untuksaling bertemu kembali antarsesama masya-rakat, terungkap seperti dalam kutipan dibawah ini.

[10] Ke tuun tue wulan balik pia tode mua mu‘Jadi tahun pulang bulan kembaliTahun dan bulan baru lanjut lagi’depan bertemu lagi

Mereka berharap dalam kata ”jadi” (ke)bahwa pada suatu saat, entah ”tahun pulang”(tuun tue) dan ”bulan kembali” (wulan balik),mereka dapat bertemu kembali. Fungsi harap-an merepresentasikan kebersamaan yangegaliter, yang satu setara dan sama di antarayang lain. Fungsi harapan juga menjelaskanharapan akan keberadaan orang yang kecilatau lebih rendah. Dalam konteks ini, dapatditafsirkan sebagai doa, berupa perintah Tuhankepada umat-Nya, sekaligus merupakan per-mohonan kepada Tuhan untuk memberikanwaktu yang cukup kepada manusia untukhidup.

Fungsi Kesetiaan atau LoyalitasFungsi kesetiaan mencerminkan ikatan

batin atau psikologis antara anggota masya-rakat etnik Lamaholot. Kesetiaan atau loyalitasdemikian terlihat pada kutipan di bawah ini.

[11] E taro peten tueg lewotana jae te‘Letakkan ingat pulang kampung di sana’Ingat kampung Sudi balik aka to sukusaekan jae tai‘Harap kembali ke suku bumi ke sana’Kembali ke suku

Page 11: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

143Fungsi Oreng dalam Bahasa Lamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur

Fungsi kesetiaan mengeksplisitkan ke-sepakatan konvensional untuk selalu loyalpada kampung (lewotana), dan suku. Fungsiekspresif dari orang tua kepada anak jugamemberikan sebuah harapan tentang masadepan. Konsepsi ini juga menyiratkan kesetiaanatau loyalitas seorang anak kepada orang tua,kakak-adik, suku, dan sesama yang lain.

Fungsi EstetikDari paparan di atas, ditemukan sejumlah

fungsi estetik dalam nyanyian oreng. Fungsi-fungsi estetik dimaksud terdiri atas simile,personifikasi, dan sinekdoki.

SimileGaya simile dalam nyanyian oreng terdapat

dalam kutipan di bawah ini.

[12] Wato bisak kana papa rua sesama‘Batu pecah jadi dua bagian’Batu pecah menjadi dua bagian

Simile dalam kutipan [12] tampak padakata ”batu”(wato). Bukan kebetulan kata”batu”(wato) dihadirkan, tapi ini merupakansebuah gaya pengandaian untuk menjelaskandua kelompok yang bertikai dalam sejarah.Pengalaman ini mengajarkan generasi untukmenjalin kembali persahabatan sebagai ke-luarga besar etnik Lamaholot. Menjaga kese-imbangan relasi antara manusia dengan Tuhan,antara sesama, dan dengan alam semesta.

Kutipan di atas menyiratkan kuasa me-nyatakan kesabaran di tengah tantangan.Ketika berada di tengah alam tropis yang keringmasyarakat dan segenap penghuninya ditun-tut memiliki kesabaran dan giat mengolah danmengelola alam yang menantang. Alamdengan intensitas curah hujan antara 3–4 bulandalam setahun sangat mempengaruhi kelang-sungan pola tanam dan pola tumbuh tanamanpertanian, baik tanaman umur pendek, mau-pun tanaman umur panjang.

PersonifikasiKeeratan relasi manusia etnik Lamaholot

dengan kosmos menghasilkan ketergantunganyang kuat terhadap alam dan isinya. Berikutcontoh kutipannya.

[13] Besi teti kiwan tuka‘Ketela atas gunung perut’Ketela tanam di gunung

Mete tipe lita doro‘Bawa petik sulur menjalar’Menjalar sampai ke bawah

Relasi yang erat dan mengalir antaraciptaan Tuhan di alam raya dipersonifikasiseperti ”ketela”(besi). Ini untuk menggambar-kan sikap dan perilaku hidup masyarakatnyasebagai ”menjalar”(doro). Kutipan ini mengan-dung fungsi keikhlasan dan kerendahan hatidalam hidup, terutama dalam menjaga relasibaik dengan Tuhan, alam, dan sesama.

Fenomena alamiah tersebut, ”ketela”(besi)dan ”menjalar”(doro) mewakili dunia empirisakan kenyataan yang sungguh-sungguh ada.Siklus kehidupan manusia Lamaholot diImulolong perlu diupayakan untuk mendekatiproses peniruan atau mimetik, peneladananatau pembayangan ke kenyataan. Oleh karenaitu, proses mimetik haruslah dijalani secaratruthful, benar dan bersifat modest, rendah hati.

Kutipan [13] menegaskan kembali ling-kungan alam yang subur. Besi teti kiwan tuka,mete tipe lita doro (ketela di gunung, menjalarsampai ke bawah).”Menjalar ke bawah”(litadoro) adalah penunjuk kesuburan. Ada tang-gung jawab memelihara lingkungan alam.Kutipan ini menampilkan sisi lain yang disebutkeprihatinan tentang kerusakan alam dan kitasebagai pelakunya. Keprihatinan yang takpernah selesai menyaksikan, bahkan membacatanda-tanda alam yang kian parah dan men-cemaskan. Kita bisa begitu gampang menyaksi-kan polusi dan sampah berserakan di mana-mana. Aktivitas pertambangan, penebanganliar, adalah contoh nyata betapa kita mulai

Page 12: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

144 , Volume 3, Nomor 2, Desember 20177

resah dengan perubahan pola perilaku dangaya hidup modern. Resah tentang kondisialam dan kehidupan generasi masa depan.Alam dan isinya, jika tidak dirawat secara baikhari ini, maka akan mendatangkan bencanamasa depan. Bencana itu terjadi pada anakcucu kita yang adalah generasi masa depanbangsa ini. Untuk itulah, menjaga, dan me-rawat alam dan isinya secara baik dengan polamenanam dan membuat alam tetap hijau me-rupakan upaya untuk menjaga dan merawatgenerasi masa depan secara baik.

Ada pergeseran juga perubahan pola peri-laku, pikiran, dan sikap kita terhadap alam.Mungkinkah masih tumbuh sikap dan perilakuuntuk memelihara alam yang indah, agar tetapawet dan lestari?Alam yang menjadi tempatpijak dan wadah penafkahan kita justru diabai-kan, ditinggalkan, dan dibiarkan lewat jamah-an-jamahan tangan nakal kita yang tidak ber-tanggungjawab. Inilah bentuk keserakahanmanusia terhadap alam. Oleh sebab itu, kitamenanamkan sikap menjaga dan melestarikanhutan. Merawat bumi agar tetap hijau untukmemberikan kesuburan berlimpah.

SinekdokiGaya sinekdoki dalam oreng mereferensi

pada kumpulan orang atau manusia sebagai-mana terdapat pada kutipan-kutipan di bawahini.

Pars Pro TotoKutipan [14] di bawah ini menggambarkan

penyebutan sebagian untuk keseluruhan.Sebagian yang dimaksud adalah”kamu dua”(mio ruam) dan keseluruhan yang dimaksudadalah”kami sembilan orang”(kame ata sifa).

[14] Mio ruam budim tuga sare orem tuga dike‘Kamu dua budi baik sekali hati baik juga’Budi dan hatimu berdua baik

Pars pro toto pada kutipan [14] menjelaskankebesaran hati seorang bapak dan mamadalam melahirkan, mengasuh, dan membina

anak-anaknya. Sebagian,”kamu dua”(mio ruam),merepresentasikan peran dan tanggung jawabseorang bapak dan mama secara universal.

Totem Pro ParteKutipan [15] di bawah ini menggambarkan

penyebutan keseluruhan untuk sebagian.Keseluruhan yang dimaksud adalah”sembilanorang”(ata sifa), dan sebagian yang dimaksudadalah”dua orang”(ata rua).

[15] Mio ruam jadi kame ata sifa‘Kamu dua lahir kami orang sembilan’Melahirkan kami sembilan orang

Ata rua mataj rai turu tana‘Orang dua mati pergi tidur tana’Dua meninggal

Ata rua lolak rai loni ekan‘Orang dua putus pergi bantal kebun’Pergi mendahuluimu

Totem pro parte pada kutipan [15] menjelas-kan perasaan kehilangan ”dua orang”(ata rua)dari ”sembilan orang”(ata sifa). Perasaan ke-hilangan anggota keluarga yang dilukiskanpada kutipan di atas, merepresentasikan pe-rasaan manusia sejagat, ketika mengalamikehilangan (baca: kematian) anggota keluargadan bencana kemanusiaan lainnya. Lebih da-lam, totem pro parte menggambarkan keper-cayaan manusia universal bahwa hidup me-rupakan persinggahan sementara pada tapakperjalanan yang maha luas, sehingga harusdiisi dengan perbuatan-perbuatan karitatifkemanusiaan dengan sesama.

Fungsi KomunikatifFungsi komunikatif dalam oreng bertujuan

untuk membangun interaksi dan relasi ke-sesamaan sebagaimana pada kutipan-kutipandi bawah ini.

Fungsi InformatifFungsi komunikatif-informatif memastikan

pemeliharaan sosial dalam membangun

Page 13: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

145Fungsi Oreng dalam Bahasa Lamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur

komunikasi antara manusia dengan lingkung-an yang lebih luas.

[16] Pana pai mio pua-pua‘Jalan datang kamu semua-semua’Kita semua

Ina ama kaka noo ari‘Mama laki-laki kakak dengan adik’Perempuan laki-laki, kakak dan adik

Lingkungan yang komunikatif mencermin-kan keakraban dalam hidup bermasyarakat. Inisemua adalah bagian dari peradaban budayayang terus-menerus dijaga, dan dirawat secaraakrab. Budaya sopan santun, menghargaiorang lain, toleransi, menghormati, cintasesama, tolong-menolong, kerja sama, dan relaberkorban adalah serpihan-serpihan sikap dankebaikan dalam pergaulan sosial. Informasipada kutipan [16] menggambarkan “persatu-an” yang dibangun dari dalam keluarga kecil(bapak, mama, dan anak), karena dengandemikian, rasa persatuan tersebut akan dibawadalam pergaulan yang lebih luas dalam masya-rakat sosial.

PENUTUP

SimpulanBahasa daerah menyimpan sejumlah

modal fungsional sosial kultural bagi parapenuturnya. Dalam konteks ini, bahasa daerahLamaholot yang digunakan oleh etnisLamaholot di Imulolong Kabupaten Lembata,Nusa Tenggara Timur, juga memiliki modalfungsional sosial kultural dimaksud. Haldemikian tersirat dalam oreng yang menjadiobyek penelitian ini. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa oreng mengandung empat fungsipragmatik, yakni (1) fungsi direktif, (2) fungsiekspresif, (3) fungsi estetik, dan (4) fungsikomunikatif. Fungsi direktif meliputi fungsimemerintah, melarang, permintaan, me-nasihati, dan persilaan. Fungsi ekspresif me-liputi fungsi harapan, kesetiaan atau loyalitas.

Fungsi estetik meliputi fungsi simile, sinekdoki,dan personifikasi. Fungsi komunikatif meliputifungsi informatif.

SaranBerkenaan dengan temuan di atas, maka

ada beberapa saran yang akan dikemukakandalam artikel ini.a. Bagi masyarakat etnis Lamaholot agar

tetap melestarikan penggunaan bahasadaerah dalam kehidupan sehari-hari,terutama dalam ritual-ritual adat maupunritual-ritual lain yang media komunikasi-nya mengharuskan penggunaan bahasadaerah.

b. Bagi para guru di sekolah untuk meman-faatkan hasil penelitian ini dalam pembe-lajaran di kelas sebagai upaya melestari-kan bahasa daerah.

c. Bagi pemangku kepentingan politik lokaluntuk merumuskan regulasi kebahasaansebagai upaya menjamin kelangsunganbahasa daerah di tengah kepunganbahasa-bahasa asing dan modernisasibahasa Indonesia sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKACummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah

Perspektif Multidisipliner. Abdul SyukurIbrahim. (Eds). Yogyakarta: PustakaPelajar.

Alwasilah, Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif:Dasar-dasar Merancang dan MelakukanPenelitian Kualitatif. Bandung: PustakaJaya.

Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia: IlmuGosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:Grafiti.

Geertz,Cliford.1992. TafsirKebudayaan.Yogyakarta: Kanisius.

Jones, Jason. 1999.”Bahasa, Masyarakat danKekuasaan”. Dalam Linda Thomas &Shan Wareing (Eds.), Bahasa dan KelasSosial.Terjemahan oleh Sunoto,Cs. 2007.

Page 14: FUNGSI ORENG DALAM BAHASA LAMAHOLOT DI IMULOLONG …

146 , Volume 3, Nomor 2, Desember 20177

(hlm. 195–222). Yogyakarta: PustakaPelajar.

Kadarisman, Efendi. 2009. Mengurai BahasaMenyibak Budaya. Malang: PenerbitUniversitas Negeri Malang.

Jumadi.2005. Representasi Kekuasaan dalamWacana Kelas. Malang: ProgramPascasarjana Universitas Negeri Malang.Disertasi tidak diterbitkan.

Latif, Yudi dan Ibrahim, Subandy Idi. 1996.”Bahasa dan Kekuasaan. Politik Wacanadi Panggung Orde Baru”. Dalam Latif danIbrahim (Eds), Bahasa dan Kekuasaan: PolitikWacana di Panggung Orde Baru. Bandung:Mizan.

Maryaeni. 2008. Metode Penelitian Kebudayaan.Jakarta: Bumi Aksara.

Mbete, Meko Aron. 2004. “Linguistik Kebu-dayaan: Rintisan Konsep dan BeberapaAspek Kajiannya”. Dalam Bawa dan Cika(Eds), Bahasa dalam Perspektif Kebudayaan.Denpasar: Universitas Udayana.

Mey, L. Jacob. 1993. Pragmatics: AnIntroductions. Blackwell: Oxford UK &Cambridge USA.

Moleong, Lexy. 2009. Metode PenelitianKualitatif . Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Ola, Simon Sabon. 2006. “Perubahan BahasaLamaholot Dialek Nusa Tadon dalamRanah Adat dan Perubahan NilaiBudaya.”Linguistika. Vol.13, No. 24Maret2006.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik KesantunanImperatif Bahasa Indonesia . Jakarta:Erlangga.

Ujan, Andre Ata. 2009. “Multikularisme:Belajar Hidup Bersama dalamPerbedaan”. Dalam Andre Ata Ujan(Eds.), Keunikan Budaya dan IdentitasKomunitas (hlm. ix–xv). Jakarta: PTINDEKS.

Ullmann, Stephen. 2009. Pengantar Semantik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wareing, Shan &Thomas, Linda. 2007. Bahasa,Masyarakat dan Kekuasaan. Abdul SyukurIbrahim (Eds.). Yogyakarta: PustakaPelajar.