fungsi sistem pengendalian internal piutang terhadap cash flow perusahaan manufaktur pada cv. exel...
TRANSCRIPT
i
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG
TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN MANUFAKTUR PADA
CV. EXEL MANDIRI MALANG, JAWA TIMUR
TAHUN 2012 SAMPAI DENGAN TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan Melengkapi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi
Oleh
Nurkania Priyatna
2011420906
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
ii
iii
iv
v
FUNGSI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PIUTANG TERHADAP
CASH FLOW PERUSAHAAN MANUFAKTUR CV. EXEL MANDIRI –
MALANG, JAWA TIMUR TAHUN 2012 SAMPAI DENGAN TAHUN 2015
Nama : Nurkania Priyatna
NIM : 2011420906
ABSTRAK
Piutang Usaha adalah urat nadi bagi sebuah perusahaan dalam pembiayaan,
oleh karena itu pengendalian intern terhadap piutang usaha merupaka suatu hal
yang mutlak dilakukan. Pengendalian intern bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi suatu perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah sistem pengendalian intern piutang sudah efektif dan sesuai
dengan prinsip-prinsip pengendalian intern piutang usaha, pengendalian intern
perusahaan berpengaruh penting terhadap pengelolaan arus kas perusahaan.
Kata kunci : pengendalian intern, piutang usaha dan arus kas
ABSTRACK
Account Receivable is the life blood for finance company, therefore the internal control of accounts receivable is an absolute thing to do. Internal control aimed at improving the effectiveness, and efficiency of a company. This study aims to determine whether the internal control system of trade receivable is effective and in accondance with principles of internal control to correct accounts. Internal control of accounts receivable to effection in cash flow company. Keywords : Internal control, accounts receivable, cash flow
vi
KATA PENGANTAR
Bismil-laahir-rahmanir-raahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat, berkat dan kasih-Nya, karena
atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada Jakarta. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat-Nya.
Tujuan penulis menyusun proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui
serapa besar pengaruh sistem pengendalian intern pada piutang terhadap cash flow
perusahaan. Penulis menyadari bahwa proposal penulisan ini tidak luput dari
berbagai macam kekurangan dan masih jauh dari sempurna, namun tidak akan
selesai tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung baik moril maupun materil selama penulis
menyelesaikan proses penulisan proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih yang
tulus ini penulis sampaikan kepada:
vii
1. Kepada Ibu yang sangat penulis sayangi dan banggakan, serta Alm. Bapak
penulis yang menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini,
juga kakak dan adikku. Terimakasih atas semangat, doa, serta dukungan
moril dan materil yang tak henti – hentinya, selama penulis menuntut ilmu
serta pengorbanan dan selalu bersabar untuk mengingatkan agar
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik. Semoga Allah SWT
selalu melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada keluargaku
tercinta.
2. Dekan Fakultas Ekonomi Bapak Sukardi HS,SE,MM
3. Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si
4. Pembimbing Materi dan teknis Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si.,
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dorongan dan pikirannya
untuk memberi bimbingan, pengarahan serta nasehat yang berguna kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi yang telah membimbing dan
mengajar saying dengan penuh kesabaran dan kasih saying, memberikan
saya ilmu yang sangat bermanfaat.
6. Segenap staf dan karyawan serta direktur CV. Exel Mandiri Malang –
Jawa Timur, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan riset dan mengumpulkan data yang dibutuhkan penulis.
7. Sahabat- sahabat terbaikku dari SMP (Irma Dwi, Melya Oky, Nur
Wulandani, Raisha, Wendy Edwina) yang selalu memberikan semangat
dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
viii
8. Teman – teman angkatan 2010 dan 2011 terutama Mitri, Tutik, Vera dan
Nindy, yang selalu berikan semangat untuk menyelesaikan skripsi, dan
yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis.
Akhir kata, semoga amal baik dan pengorbanan yang telah diberikan,
mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Serta penulis berharap semoga
proposal penelitian ini dapat berguna dalam kehidupan penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya dimasa depan.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.
Jakarta, September 2015
Penulis
Nurkania Priyatna
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… iii
ABSTRAK…………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………….... v
DAFTAR ISI …………………………………………………………… viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………………… 4
1.3.1 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 4
1.3.2 Kegunaan Penelitian …………………………………………. 5
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Piutang Usaha ….…………………………………………………… 6
2.1.1 Pengertian Piutang Usaha ……………………………………. 6
2.1.2 Pengendalian Intern ………..…….……….………………….. 19
2.1.3 Pengendalian Intern Piutang …………………………………. 27
x
2.1.4 Arus Kas atau Cash Flow ...…………………………………… 28
2.2 Kerangka Pikir Penelitian ………………………….………………... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………….…….. 33
3.2 Jenis Data yang Digunakan………………………………………….. 33
3.3 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………….. 34
3.4 Metode Analisis Data ……………………………………………….. 35
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat CV.Exel Mandiri ………………………………….. 37
4.2 Struktur Organisasi………………………………………………….. 39
4.3 Job Description …………………………………………………..…. 40
4.4 Pengendalian Intern Piutang Dagang ………………………………. 40
4.4.1 Proses Penjualan ……………………………………………… 41
4.4.2 Proses Penagihan Piutang…………………………………….. 43
4.4.3 Proses Pembayaran…………………………………………… 43
4.5 Aging Schedule …………………………………………………….. 45
4.6 Kelemahan dan Keunggulan ……………………………………….. 46
4.7 Hasil penelitian data ………………………………………………. 48
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 50
5.2 Saran ……………………………………………………………….. 51
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia, perusahaan harus
mampu bertahan dengan segala kemungkinan ancaman yang dapat terjadi baik
ancaman dari dalam maupun ancaman dari luar perusahaan. Hal tersebut juga
sangat penting dalam rangka mencapai sasaran, yaitu mendapatkan laba yang
maksimal sesuai dengan yang telah ditetapkan. Selain itu, perusahaan juga harus
mampu mengelola aktivitas perusahaannya secara profesional.
Suatu perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka sangatlah
diperlukan suatu sistem pengelolaan manajemen yang lebih baik. Termasuk dalam
mengelola penjualan kredit. Pada umumnya pelanggan kini lebih cenderung
memilih untuk membeli barang secara kredit, hal ini dinilai lebih menguntungkan
dan menghemat pengeluaran biaya dari pembelian barang tersebut. Selain itu,
penjualan kredit juga dapat meningkatkan jumlah permintaan terhadap barang /
jasa yang diproduksi dan dapat meningkatkan daya saing.
Setiap manajemen memiliki strategi untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dan berusaha untuk memenuhi keinginan pimpinan maupun pemegang saham.
Manajemen keuangan contohnya dalam pengelolaan perlu direncanakan dan
dianalisa secara efektif dan efisien. Mengenai piutang dagang, pihak manajemen
2
keuangan perlu menganalisis masalah-masalah piutang seperti prosedur piutang,
penagihan piutang, penjualan kredit dan masalah piutang lainnya.
Secara umum piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau
jasa secara kredit. Penjualan kredit dimaksudkan agar pihak pembeli dapat
menerima barang yang diinginkan tanpa perlu mengeluarkan kas/tunai.
Perusahaan perlu melakukan strategi penjualan kredit untuk meraih posisi pasar
yang mulai muncul persaingan bisnis yang ketat di dunia. Namun jika penjualan
kredit tidak dikontrol maka akan menimbulkan peningkatan jumlah piutang,
piutang tak tertagih dan biaya-biaya lainnya yang muncul seiring dengan
peningkatan jumlah piutang. Diharapkan dengan pengelolaan piutang yang baik,
penjualan kredit yang dilaksanakan dapat meningkatkan laba perusahaan. Piutang
pada perusahaan terkadang bermasalah dalam hal penagihannya sehingga sangat
diperlukan prosedur dan pengawasan yang tepat untung mengindari terjadinya
kesalahan dalam pencatatan dan penyimpangan dalam pelaporanya serta untuk
menangani dan mengawasi piutang tak tertagih.
Salah satu cara yang digunakan perusahaan dalam meningkatkan laba dengan
meningkatkan penjualan. Terdapat dua metode dalam penjualan, yaitu penjualan
tunai dan penjualan kredit. Dalam penjualan tunai perusahaan akan mendapatkan
kas langsung (kas bertambah) sedangkan dalam penjualan kredit akan
ditambahkan ke dalam piutang (piutang bertambah). Piutang usaha sebuah
perusahaan merupakan pembiayaan terbesar dari aktiva lancar serta menjadi salah
3
satu bagian yang cukup besar dari total aktiva perusahaan. Menurut Iwan
Setiawan (2010:199) Piutang usaha merupakan salah satu unsur terpenting dalam
aktiva lancar karena biasanya hanya membutuhkan satu tahapan lagi untuk
dikonversi menjadi kas. Oleh karena itu, pengendalian intern suatu piutang ini
sangat penting diterapkan.
Pengendalian intern merupakan alat bantu manajemen dalam melaksanakan
fungsi pengendalian, baik langsung maupun yang tidak langsung. Pengendalian
diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengetahui apakah kegiatan telah berjalan
sesuai dengan rencana dan kemudian hasil dari pengawasan tersebut dapat
digunakan sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan. Selain
diperlukannya pengendalian intern piutang dalam pemberian piutang terhadap
customer perusahaan, diperlukan pula standar operasional prosedur dalam
pemberian piutang. Standar operasional prosedur piutang bertujuan agar bagian
piutang dapat secara sistimatis melakukan proses penagihan invoice ke semua
pelanggan, sehingga setiap hari pihak manajemen perusahaan dapat mengetahui
dengan pasti berapa total piutang yang masih harus diterima dari semua
pelanggan.
Standar operasional prosedur adalah aturan yang diterapkan oleh perusahaan
dalam menangani berbagai kegiatan yang terjadi di perusahaan. Sehingga setiap
kegiatan perusahaan akan mempunyai standar prosedur operasional untuk
menjamin kegiatan ditangani dengan sebaik-baiknya. Standar operasional
prosedur atas piutang sebuah perusahaan dapat mengatur dan mengontrol proses
pemberian piutang hingga penagihan kepada pelanggan agar tidak terjadinya
4
kerugian material dan sulit bayar dari pihak pelanggan. Pengendalian intern
piutang dan Standar operational prosedur piutang mempengaruhi cash flow
perusahaan, karena jika pegendalian intern piutang dan standar operasional
prosedur diterapkan sesuai dengan prosedur maka piutang dapat tertagih dengan
tepat dan kas perusahaan akan meningkat.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti data
piutang melalui pengendalian intern piutang dan prosedur pengendalian piutang
“Fungsi Sistem Pengendalian Intern Piutang terhadap Cash Flow
Perusahaan Manufaktur CV. Exel Mandiri – Malang, Jawa Timur Tahun
2012 sampai dengan 2015.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perlu ditentukan
beberapa perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain:
a. Apakah fungsi pengendalian intern piutang mempengaruhi cash flow
perusahaan manufaktur CV. Exel Mandiri?
b. Apakah standar operasional prosedur piutang mempengaruhi cash flow
perusahaan manufaktur CV. Exel Mandiri?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penilitian
1. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
5
berikut:
a. Untuk mengetahui fungsi pengendalian intern piutang
mempengaruhi cash flow perusahaan?
b. Untuk mengetahui standar operasional prosedur piutang
mempengaruhi cash flow perusahaan?
2. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk.
Adapun kegunaan dari penelitian ini untuk akademik keilmuan
ekonomi khususnya akuntansi dan bermanfaat antara lain:
a. Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dari
hasil penelitian.
b. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat membantu pemeriksaan
keuangan perusahaan tersebut.
c. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat menambah
literatur dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai
penjualan kredit, piutang dagang dan laba perusahaan.
d. Bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan masukan dan dapat
dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang
sejenis.
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
1.4 Piutang Usaha
2.1.1 Pengertian Piutang Usaha
Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan
yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau pemberian kredit
terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari
(tiga puluh hari) sampai dengan 90 hari (sembilan puluh hari). Dalam arti luas,
piutang merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang-barang
atau jasa-jasa yang dijual secara kredit.
Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa
perusahaan, dimana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan
dilakukan setelah tanggal transaksi jual beli. Mengingat piutang merupakan harta
perusahaan yang sangat likuid maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan
cara-cara yang memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu
prosedur yang baik demi kemajuan perusahaan.
Pengertian Piutang menurut Soemarso S R adalah:
“Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain
dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam
7
bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia
berpiutang”.
Sedangkan menurut Rudianto piutang adalah: “Klaim perusahaan atas uang,
barang atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi dimasa lalu.”1
Piutang bagi kegunaan akuntansi lebih sempit pengertiannya yaitu untuk
menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar perusahaan yang diharapkan akan
diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai.
Dari beberapa pengertian piutang diatas, dapat disimpulkan bahwa piutang
adalah tagihan kepada pihak lain dengan jangka waktu yang telah ditentukan
sebagai akibat adanya penjualan kredit usaha. Piutang juga merupakan klaim
dalam bentuk uang terhadap perusahaan atau perseroan atau klaim terhadap pihak
lain, agar pihak tersebut membayar sejumlah uang atau jasa dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.
Penerapan sistem penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan
merupakan salah satu usaha perusahaan dalam rangka meningkatkan volume
penjualan. Penjualan secara kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas,
tetapi menimbulkan apa yang disebut dengan piutang, sehingga dengan kata lain
piutang timbul karena perusahaan menerapkan sistem penjualan secara kredit.
Manajemen memiliki tanggung jawab atas perencanaan, pembangunan,
8
pelaksanaan dan pengawasan aktivitas serta proses yang digunakan oleh
organisasi untuk mengejar tujuan atau tujuan yang diterapkan loeh dewan direksi.
Piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan secara
kredit agar dapat lebih banyak menjual produk barang dan jasa. Istilah piutang
meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk
individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Dalam kegiatan perusahaan yang
normal, biasanya piutang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun sehingga digolongkan dalam aktiva lancar.
Pengelolaan piutang bertujuan untuk melakukan penagihan, menyelesaikan
piutang-piutang yang mengalami keterlambatan pembayaran, dan memutuskan
untuk memberikan atau tidak penjualan barang atau jasa secara kredit kepada para
pelanggan.
Menurut Pulungan. dkk (2012:145) Piutang usaha merupakan piutang yang
berasal dari penjualan secara kredit. Jatuh tempo piutang usaha biasanya berkisar
30 sampai 60 hari. Piutang usaha atau disebut juga piutang dagang adalah bagian
dari aset keuangan (biasanya kategori “pinjaman yang diberikan dan piutang” atau
“loan and receivable”) yang diatur dalam tiga PSAK sekaligus yakni:
1. PSAK 50 (revisi 2010) Intrumen Keuangan: Penyajian yang merupakan
konvergensi dari IAS 32 Financial: Presentation (revised 2009)
2. PSAK 55 (revisi 2011) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran yang merupakan konvergensi dari IAS 39 Financial
Istruments: Recognition and Measurement (revised 2009)
9
3. PSAK 60 Instrumen Keuangan: pengungkapan yang merupakan
konvergensi IFRS 7 Financial Instrument: Disclosures
Piutang usaha menurut Iwan Setiawan (2010:199) adalah “segala bentuk
tagihan atau klaim perusahaan kepada pihak lain yang pelunasannya dapat
dilakukan dalam bentuk uang, barang, maupun jasa”. Menurut IFRS
(International Financial Reporting Standart) IAS 1 (Revised 2009).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan
piutang yang berasal dari penjualan kredit dari suatu klaim atas uang, barang atau
jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Piutang usaha pada umumnya
adalah kategori yang paling signifikan dari piutang dan merupakan hasil dari
aktifitas normal perusahaan atau entitas, yaitu penjualan barang atau jasa secara
kredit kepada pelanggan. Piutang usaha dapat diperkuat dengan janji pembayaran
tertulis secara formal dan diklasifikasikan sebagai wesel tagih (notes receivable).
Menurut Hery (2013:181) menjelaskan piutang adalah sejumlah tagihan yang
akan diterima oleh perusahaan umumnya dalam bentuk kas dari pihak lain.
Piutang juga diklasifikasikan menjadi:
1. Piutang Usaha ( Accounts Receivable)
Yaitu jumlah yang akan ditagihdari pelanggan sebagai akibat dari penjualan
barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal
disebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aktiva.
2. Piutang Wesel (Notes Receivable)
10
Yaitu tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel disini
adalah pihak yang telah berutang kepada perusahaan baik melalui pembelian
barang atau jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang.
3. Piutang lain-lain (Other Receivable)
Yaitu piutang diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dalam neraca.
Contohnya adalah piutang bunga, piutang deviden (tagihan kepada investor
sebagai hasil dari invertasi), piutang pajak (tagihan perusahaan kepada
pemerintah berupa retitusi atau pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak), dan tagihan kepada karyawan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan
sejumlah tagihan yang diterima oleh perusahaan dalam bentuk kas dari pihak lain,
piutang terdiri dari piutang usaha yang timbul dari penjualan barang atau jasa
secara kredit, piutang wesel dan piutang lain-lain.
Penggolongan piutang berdasarkan umur piutang dapat digolongkan ke dalam
4 jenis, yaitu:
1. Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam
waktu satu tahun atau siklus usaha normal.
2. Piutang tidak lancar adalah tagihan / piutang yang tidak dapat ditagih
dalam jangka waktu satu tahun.
3. Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat
ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian / bangkrut
(tidak tertagih).
4. Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya
11
untuk menghindari piutang tidak tertagih.
Sejauh mana efektivitas dalam pengelolaan piutang akan berpengaruh
terhadap kinerja atau hasil yang dicapai dalam pengumpulan piutang. Dengan
demikian untuk dapat menilai apakah pengelolaan terhadap piutang tersebut sudah
berjalan efektif terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.
1. Kebijakan Kredit
Pada umumnya bank atau perusahaan dalam mengadakan pengelolaan kredit
adalah dengan memperhatikan lima “C” adalah Character, Capacity, Capital,
Collateral, dan Condition.
a. Character, menunjukkan kemungkinan dari langganan untuk secara jujur
dan sanggup berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.
b. Capacity, pendapat mengenai kemampuan pelanggan yang diukur melalui
record di waktu lalu.
c. Capital, pengukuran dengan melihat analisa rasio finansial perusahaan
khususnya ditekankan pada jumlah modal yang dimiliki perusahaan.
d. Collateral, diukur dari aktiva langganan yang diikatkan atau dijadikan
jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada langganan tersebut.
e. Condition, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada
umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan yang mempunyai
pengaruh terhadap kemampuan langganan untuk memenuhi kewajiban.
2. Kebijakan pengumpulan piutang
12
Kebijakan pengumpulan piutang merupakan prosedur yang harus diikuti
dalam mengumpulkan piutang-piutang bilamana sudah jatuh tempo, dan
keefektifan kebijaksanaan tersebut tergantung kepada jumlah piutang tak tertagih
yang ada. Semakin kecil jumlah piutang tak tertagih, maka kebijakan
pengumpulan piutang semakin efektif dan sebaliknya. Nama kerugian piutang
tersebut tidak semata-mata hanya tergantung oleh kebijaksanaan pengumpulan
piutang saja, namun juga kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan penjualan kredit
yang diterapkan.
Dalam pengumpulan piutang memungkinkan bertambahnya pengeluaran-
pengeluaran untuk mengumpulkan piutang dan diharapkan dapat menurunkan
kerugian piutang dan lama rata-rata pengumpulan piutang. Kelemahan dalam
strategi ini disamping memerlukan biaya pengumpulan piutang yang besar, tetapi
juga dapat mengakibatkan turunnya volume penjualan.
Berikut beberapa teknik pengumpulan berdasarkan atas kebijaksanaan
pengumpulan piutang pada setiap perusahaan, yaitu :
1. Melalui Surat
Bilamana waktu pembayaran utang dari langganan sudah lewat beberapa
hari, tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan akan
mengirim surat dengan nada mengingatkan. Apabila utang tersebut belum
juga dibayar maka akan mengirimkan surat kedua yang nadanya lebih
keras.
13
2. Melalui Telepon
Apabila setelah dikirim surat teguran ternyata utang belum juga dibayar,
maka bagian penagihan akan menelepon ke pelanggan. Apabila pelanggan
dapat memberikan alasan yang dapat diterima maka perusahaan akan
memberikan perpanjangan waktu.
3. Kunjungan Personal
Dengan cara melakukan kunjungan langsung kepada pelanggan yang
bersangkutan dan biasanya teknik ini sangat efektif dalam pengumpulan
piutang.
4. Tindakan Yuridis
Bila ternyata pelanggan tetap tidak mau membayar utang, maka
perusahaan akan melakukan tindakan hukum dengan mengajukan gugatan
perdata melalui pengadilan.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki kegiatan usaha
atau bisnis mulai dari kegiatan produksi operasi hingga kegiatan penjualan produk
yang dihasilkan. Perusahaan manufaktur yang melakukan kegiatan penjualan
secara kredit, akan memperoleh penambahan pada aktiva lancar yakni ditandai
oleh timbulnya piutang. Kemudian piutang yang telah sampai pada waktu jatuh
tempo, barulah terjadi aliran kas atau cash flow. Pentingnya pengelolaan piutang
yang baik memberikan dampak pada pelaporan keuangan perusahaan dan dapat
menunjukan pada kinerja perusahaan.
14
Piutang sangat berkaitan erat dengan penjualan kredit. Perusahaan yang
melakukan penjualan, memberikan barang atau jasa tersebut dengan kredit akan
menimbulkan piutang dalam laporan keuangan. Penjualan kredit adalah penjualan
dimana barang dagang atau jasa diserahkan lebih dahulu oleh penjual kepada
pembeli atau pembayaran dilakukan saat jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak.
Aktivitas penjualan kredit apabila order yang diterima konsumen telah
dipenuhi dengan diterimanya pengiriman barang dari perusahaan kepada
konsumen, maka dalam jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai piutang
terhadap pembeli tersebut. Piutang inilah yang diharapkan dapat dicairkan tepat
pada waktunya sehingga dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk
menunjang kegiatan operasional perusahaan.
Dalam memberikan penjualan kredit perlunya memenuhi beberapa prosedur
dalam penjualan kredit yaitu sebagai berikut:
1. Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini dapat dilihat tahapan tahapan yang menentukan apakah
pengajuan kredit dari konsumen disetujui atau tidak, dan sini dibutuhkan
ketelitian dari perusahaan dalam menganalisa calon konsumen.
2. Prosedur persetujuan kredit
Dalam prosedur ini fungsi penjualan meminta persetujuan kepada fungsi
penjualan kredit berdasarkan data-data yang telah diterima dari fungsi
penjualan untuk dasar pemberian kredit.
3. Prosedur pengiriman barang
15
Dalam prosedur ini fungsi pengiriman mengirim barang kepada pembeli
sesuai dengan informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman
yang diterima dari fungsi penjualan kredit.
4. Prosedur penagihan
Dalam prosedur ini fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan
mengirimkan kepada konsumen, faktur penjualan dibuat oleh fungsi
penjualan sebagai tembusan pada waktu membuat surat order pengiriman.
5. Prosedur pencatatan piutang
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan
kedalam kartu piutang atau kedalam metode pencatatan tertentu,
pengarsipan dokumen tembusan menurut abjad yang berfungsi sebagai
catatan piutang.
Tujuan penjualan kredit yaitu:
1. Menaikkan volume penjualan dalam suatu periode tertentu
2. Strategi persaingan yang dapat memperbesar market share.
Terdapat pula penjualan kredit yaiu:
1. Tidak terbayarnya piutang
Menyediakan cadangan dana (Bad debt / piutang ragu-ragu)
Pada saat volume penjualan kredit mengalami kenaikan, maka
dana yang diinvestasikan juga akan naik hal ini akan
mengakibatkan semakin besarnya risiko tidak terbayarnya
piutang.
16
2. Keterlambatan waktu pembayaran piutang
Biaya pengumpulan piutang (cash discount)
Kebijakan Kredit: Tujuan mendapatkan laba yang optimal dengan
risiko minimal.
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang:
a. Volume penjualan kredit
Apabila proporsi penjualan kredit naik maka dana yang diinvestasikan
ke dalam piutang juga akan mengalami peningkatan. Begitu pula
dengan risiko penjualan kredit yang juga akan meningkat. Namun, hal
ini akan mengakibatkan profit menjadi naik.
b. Syarat pembayaran penjualan kredit, Ada 2 Alternatif:
1) Syarat pemberian ketat akan mengakibatkan sedikitnya piutang
usaha. Hal ini disebabkan karena perusahaan sangat selektif
dalam pemberian piutang. Dan lebih mengutamakan
keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas.
Syarat kredit ketat misalnya, dalam batas waktu pembayarannya
yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran
piutang yang terlambat.
2) Syarat pemberian lunak akan mengakibatkan banyaknya piutang
usaha. Hal ini disebabkan karena perusahaan kurang selektif
dalam pemberian piutang.
c. Ketentuan tentang pembatasan kredit
17
Jika perusahaan memiliki dana plafon kredit yang tinggi, maka dana
yang diinvestasikan ke dalam piutang juga tinggi. Namun, jika
perusahaan semakin selektif maka dana yang diinvestasikan rendah.
d. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
Pengumpulan Piutang secara Aktif: biaya pengumpulan piutangnya
besar (dengan syarat biaya tambahan tidak melampaui besarnya
tambahan revenue).
Pengumpulan Piutang Pasif: biaya pengumpulan piutangnya lebih
sedikit namun risiko tidak tertagihnya piutang cukup besar.
Hal-hal yang terkait dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kredit
adalah:
1) Standar Kredit adalah kualitas minimum penilaian kredit dari
permintaan kredit yang dapat diterima oleh perusahaan.
Variabel yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit:
a) kualitas piutang yang dapat diterima
b) Jangka waktu periode kredit
c) Potongan tunai untuk pembayaran lebih awal
d) Program pengumpulan piutang
2) Termin Kredit adalah Jangka waktu periode kredit dan potongan
tunai yang diberikan jika dilakukan pembayaran lebih awal.
18
3) Potongan Tunai adalah Persentase pengurangan pembayaran
dari jumlah bruto penjualan, karena pembayaran dilakukan
dalam periode potongan tunai.
4) Default Risk adalah kerugian dari piutang tidak tertagih yang
mungkin terjadi, karena pelonggaran standar kredit dan
pelambatan waktu pengumpulan piutang.
e. Kebiasaan membayar dari langganan
Ada dua kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan
kesempatan mendapatkan cash discount atau tidak menggunakan
kesempatan tersebut. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung
kepada cara penilaian mereka terhadap mana yang lebih
menguntungkan.
Untuk menyeleksi para langganan yang akan diberi kredit dan berapa
jumlah yang harus diberikan. Hal ini berhubungan pula dengan :
1) Kebiasaan langganan dalam membayar kembali.
2) Kemungkinan langganan tidak membayar dan rata-rata
jangka waktu pembayaran.
Beban operasi yang timbul karena tidak tertagihnya piutang disebut beban
atau kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih (uncollectible accounts), atau
piutang ragu-ragu (doubtful accounts).
Tidak ada ketentuan umum satupun yang merupakan pedoman menentukan
kapan suatu piutang tak dapat ditagih. Kenyataan bahwa seorang pelanggan gagal
19
membayar kewajibanya sesuai kontrak yang ditetapkan ataupun terpaksa menolak
weselnya pada tanggal jatuh tempo belum lah berarti bahwa hutang-hutang
tersebut tidak akan dapat ditagih. Apabila pelanggan tersebut bangkrut barulah
ada petunjuk pasti bahwa sebagian atau seluruh piutang terhadap pelanggan
tersebut tidak dapat ditagih. Petunjuk lainnya adalah perusahaan pelanggan itu
ditutup, si pelanggan kabur, dan penagihan berkali-kali yang terus saja gagal.
“Penyisihan piutang tak tertagih (allowance for doubtfull account) adalah suatu
cara dimana pencatatan kerugian yang timbul dari tidak tertagihnya piutang
dilakukan pada saat piutang yang bersangkutan diputuskan untuk dihapuskan.”2
Pada dasarnya terdapat dua cara untuk menaksir jumlah penyisihan untuk
piutang tak tertagih yaitu :
1. Penyisihan atas dasar saldo piutang
Penyisihan piutang tak tertagih yang didasarkan atas saldo piutang
dapat diilakukan dengan jalan menetapkan suatu persentase terhadap saldo
piutang. Biasanya saldo yang dipakai adalah rata-rata antara saldo piutang
pada awal dan akhir periode.
Disamping berdasarkan rata-rata saldo piutang pada awal dan akhir priode.
Penyisihan piutang tak tertagih juga dapat dihitung atas dasar persentase tertentu,
terhadap golongan umur piutang pada akhir priode. Dalam keadaan demikian,
pada akhir priode perlu dibuat daftar umur piutang (agend receivables). Setelah
Saldo piutang dikelompokan menurut umurnya, maka terhadap kelompok-
20
kelompok umur diterapkan suatu persentase tertentu yang dianggap sebagai
piutang tak tertagih. Persentase yang diterapkan untuk tiap-tiap kelompok umur
tidak perlu harus sama. Jumlah piutang tak tertagih yang dihitung berdasarkan
persentase terhadap saldo tiap-tiap kelompok umur merupakan penyisihan piutang
tak tertagih berdasarkan analisis umur piutang.
2. Penyisihan atas dasar saldo penjualan
Perhitungan penyisihan piutang tak tertagih dengan cara ini dilakukan dengan
menetapkan suatu persentase tertentu terhadap penjualan. Sedapat mungkin angka
penjualan yang dipakai adalah penjualan kredit. Akan tetapi, apabila untuk
memperoleh angka tersebut diperlukan terlalu banyak waktu dan biaya maka
persentase dapat juga didasarkan atas total penjualan. Kalau perbandingan antara
penjualan tunai dan penjualan kredit tidak banyak mengalami perubahan, hasil
yang diperoleh cukup memuaskan.
2.1.2 Pengendalian Intern
Menurut Mcleod and George (2012:279) Pengendalian (control) adalah
mekanisme yang diterapkan baik utnuk melindungi perusahaan dari risiko atau
untuk meminimalkan dapak resiko tersebut pada perusahaan jika risiko tersebut
terjadi. Pengendalian dibagi tiga kategori yaitu pengendalian teknis, pengendalian
formal dan pendalian informal :
1. Pengendalian teknis (technical control) adalah pengendalian yang
menjadi satu di dalam sistem dan dibuat oleh para penyusun sistem
21
selama masa siklus penyusunan sistem
2. Pengendalian formal mencakup penentuan cara berperilaku,
dokumentasi prosedur dan pratik yang diharapkan, dan pengawasan
serta pencegahan perilaku yang berbeda dari panduan yang berlaku.
Pengendalian ini bersifat formal karena manajemen menghabiskan
banyak waktu untuk menyusunnya, mendokumentasikannya dalam
bentuk tulisan dan diharapkan untuk berlaku dalam jangka panjang.
3. Pengendalian informal mencangkup program-program pelatihan dan
edukasi serta program pembangunan manajemen. Pengendalian ini
ditujukan untuk menjaga agar para karyawan perusahaan memahami
serta mendukung program keamanan tersebut.
Dalam mencapai keberhasilan pengendalian manajemen, perusahaan harus
mengelola pengendalian manajemen dengan baik. Pengendalian yang baik berarti
bahwa manajemen merasa cukup yakin bahwa tidak akan terjadi kejutan yang
tidak menyenangkan. Label pengendalian digunakan untuk menggambarkan
situasi dimana adanya probabilitas terjadinya kinerja yang buruk, apakah itu
kinerja pada seluruh bagian atau kinerja pada bagian khusus, meski telah memiliki
strategi pada masing masing bagian.
Pengendalian manajemen difokuskan pada eksekusi, dengan tujuan harus
menyelesaikan urusan terkait dengan masalah pengendalian manajemen dasar
tersebut. Tiga masalah dalam pengendalian manajemen adalah kurangnya
pengarahan, masalah motivasi dan keterbatasan individu – dapat dengan jelas
terjadi secara simultan dalam berbagai kombinasi.
22
Menurut Sukrisno Agoes (2013:99), Pengendalian Internal merupakan suatu
proses yang dijalankan oleh Dewan Komisaris, Manajemen dan personal lain yang
dirancang untuk memberikan keyakinan yang dapat dipercaya mengenai
pencapaian yang bertujuan untuk melihat kebenaran laporan keuangan, efektifitas
dan efisiensi operasi dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Sukrisno Agoes (2013:100), Pengendalian Internal terdiri dari lima
komponen yang saling berkaitan, yaitu :
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Suatu keadaan organisasi yang dapat mempengaruhi kesadaran akan suatu
pengendalian dari sikap masing-masing orang. Lingkungan pengendalian
merupakan suatu bentuk dari semua komponen pengendalian internal lainnya
yang bersifat disiplin dan berstruktur.
b. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Suatu kebijakan atau prosedur yang dapat membantu suatu perusahaan dalam
menilai bahwa tugas atau perintah yang diberikan oleh manajemen telah
dijalankan dengan baik atau tidak.
c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Suatu kebijakan atau prosedur yang dapat membantu suatu perusahaan dalam
meyakinkan bahwa tugas atau perintah yang diberikan oleh manajemen telah
dijalankan.
23
d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Pengidentifikasian atau penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu
bentuk dan kerangka waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung
jawabnya.
e. Pemantauan (Monitoring)
Suatu proses yang menilai kualitas kerja pengendalian internal pada suatu waktu.
Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian
dengan dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
Pengendalian intern merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
pencapaian tujuan perusahaan. Demikian pula dunia usaha mempunyai perhatian
yang makin meningkat terhadap pengendalian intern. Sawyers (2005:58)
mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh
aktivitas dewan komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang didesain untuk
memberikan keyakinan yang wajar tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut ini :
a. Kehandalan pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Menurut Hery (2013:159) pengendalian intern adalah seperangkat dan
prosedur untuk melindungi aset dan kekayaan dari segala bentuk tindakan
penyalahgunaan menjamin terjadinya informasi akuntansi perusahaan yang
akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum atau undang-
24
undang serta kebijakan mamajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagimana
mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.
Sistem menurut Mulyadi (2013: 2) merupakan sekelompok unsure yang erat
berhubungan satu dengan yang lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode
dan ukuran-ukuran yang dikordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan kehandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Sistem pengendalian intern pada hakikatnya adalah suatu mekanisme yang
didesain untuk menjaga (preventif), mendeteksi (detektif), dan memberikan
mekanisme pembetulan (korektif) terhadap potensi terjadinya kesalahan
(kekeliruan, kelalaian, error) maupun penyalahgunaan (kecurangan, fraud).
Adapun tujuan pengedalian intern menurut Mulyadi (2013:163) yaitu:
a. Menjaga kekayaan dan catatan
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
c. Mendorong efisiensi
d. Mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen
Pengendalian intern menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization)
(Moeller 2015 : 230) pada tahun 1992, COSO menerbitkan Pengendalian Internal
(Internal Control) – Kerangka Terintegrasi (intergrated Framework) – IC Sebuah
kerangka COSO yang menjelaskan pengendalian internal dan memberikan
panduan untuk mengevaluasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal
control. Pengendalian yang diterima secara luas sebagai otoritas untuk
25
pengendalian internal yang digabungkan ke dalam kebijakan, peraturan dan
regulasi yang digunakan untuk mengendalikan aktivitas bisnis. Pada tahun 2013,
Kerangka IC diperbarui untuk kesepakatan yang lebih baik lagi dengan proses
bisnis dan penguasaan teknologi terkini.
Dalam memperbaiki proses manajemen resiko dalam perusahaan, COSO
mengembangkan kerangka pengendalian kedua yang disebut Manajemen Risiko
Perusahaan (Integrated Risk Manajement) – Kerangka Integritas (Integrated
Framework) – ERM. Kerangka ERM adalah proses yang digunakan dewan
direksi dan manajemen untuk mengatur strategi, mengidentifikasi kejadian yang
mungkin mempengaruhi entitas, menilai dan mengelola resiko serta menyediakan
jaminan memadai bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya.
Tujuan pertama dirancangnya pengendalian intern dari segi pandang
manajemen ialah untuk dapat diperolehnya data yang dapat dipercaya, yaitu data
yang lengkap, akurat, unik, reasonable, dan kesalahan-kesalahan data dideteksi.
Tujuan berikutnya adalah dipatuhinya kebijakan akuntansi, yang akan dicapai jika
data diolah tepat waktu, penilaian, klasifikasi dan pisah batas waktu transaksi
akuntansi tepat. Tujuan selanjutnya ialah pengamanan asset, yaitu dengan adanya
otorisasi, distribusi output, data valid dan diolah serta disimpan secara aman.
Tujuan dirancangnya sistem pengendalian intern dari cara pandang terkini dan
yang sudah mencakup lingkup yang lebih luas pada hakekatnya adalah untuk
melindungi harta milik perusahaan, mendorong kecermatan dan kehandalan data
dan pelaporan akuntansi, meningkatkan efektifitas dan efisiensi usaha, serta
26
mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan dan aturan-
aturan yang ada.
Tujuan pengendalian intern harus dilihat hubungannya dengan orang/individu
yang menjalankan sistem pengendalian tersebut. Sistem harus dirancang
sedemikian rupa sehingga para pegawai dapat merasakannya sendiri dan yakin
bahwa pengendalian intern bertujuan mengurangi kesulitan-kesulitan dalam
operasi organisasi, melindungi organisasi, merupakan persyaratan dalam upaya
tercapainya tujuan, dan dengan demikian mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen yang telah digariskan.
Suatu pengendalian intern yang baik dalam perusahaan akan memberikan
keuntungan yang sangat berarti bagi perusahaan itu sendiri, karena :
a. Dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data akuntansi,
sehingga akan menghasilkan laporan yang benar.
b. Melindungi atau membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan
penggelapan-penggelapan
c. Kegiatan organisasi akan dapat dilaksanakan dengan efisien.
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan.
e. Tidak memerlukan detail audit dalam bentuk pengujian subtantif atas bahan
bukti/data perusahaan yang cukup besar oleh akuntan publik.
Menurut Mc Leod dan George (2012:67) yang diterjemahkan oleh Ali Akbar
dan Afia Fitriani, pengendalian intern dapat dibedakan dalam berbagai sudut
pandang, yaitu :
a. Preventif controls, yaitu pengendalian intern yang dirancang dengan
27
maksud untuk mengurangi kemungkinan terjadi kesalahan dan
penyalahgunaan. Contoh jenis pengendalian ini ialah desain formulir yang
baik, itemnya lengkap, mudah diisi, serta user training atau pelatihan
kepada orang-orang yang berkaitan dengan input sistem, sehingga mereka
tidak melakukan kesalahan.
b. Detection control, adalah pengendalian yang didesain dengan tujuan agar
apabila data direkam/dikonversi dari media sumber untuk ditransfer ke
sistem computer dideteksi bila terjadi kesalahan (maksudnya tidak sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan). Contoh jenis pengendalian ini adalah
misalnya jika seseorang mengambil uang di atm, maka seharusnya
program computer mendeteksi jika dana tidak cukup, atau saldo minimum
tidak mencukupi, atau melebihi jumlah maksimal yang diijinkan untuk
pengambilan tiap harinya.
c. Corrective control, ialah pengendalian yang sifatnya jika terdapat data
yang sebenarnya error tetapi tidak terdeteksi oleh detection control , atau
data yang error yang terdeteksi oleh program validasi, harus ada prosedur
yang jelas tentang bagaimana melakukan pembetulan terhadap data yang
salah dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan kerugian kalau
kesalahan/penyalahgunaan tersebut sudah benar-benar terjadi.
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran
yang diorganisasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian
dan kehandalan data akuntansi yang mendorong efisiensi untuk dipatuhinya
28
kebijakan manajemen. Sistem pengendalian intern merupakan kebijakan, praktik
dan prosedur yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan utama.
2.1.3 Pengendalian Intern Piutang
Unsur-unsur pengendalian dalam siklus pembelian dirancang untuk mencapai
tujuan pokok pengendalian akuntansi yaitu menjaga kekayaan (persediaan) dan
kewajiban perusahaan menjamin ketelitian data akuntansi. Pemberian piutang
dimaksudkan untuk meningkatkan volume penjualan bagi sebuah perusahaan.
Diharapkan dengan meningkatkan volume penjualan, maka sebuah perusahaan
dapat memperoleh keuntungan.
Untung mengendalikan piutang, sebuah perusahaan perlu menetapkan
kebijakan kreditnya, kebijakan ini kemudian berfungsi sebagai standar. Apabila
kemudian dalam pelaksanaan penjualan kredit dan pengumpulan piutang tidak
dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka perusahaan perlu
melakukan perbaikan.
Tujuan pengendalian intern piutang adalah untuk meyakini kebenaran jumlah
piutang yang ada yang benar-benar menjadi hak milik perusahaan dan menyakini
bahwa piutang benar-benar ada dan dapat ditagih. Pada prinsipnya sistem
pengendalian harus meminimalkan dan mendeteksi serta memperbaiki kesalahan
ketika terjadi. Pelaksaan sistem pengendalian intern untuk piutang harus
menghasilkan suatu kepastian bahwa semua transaksi piutang telah dibukukan dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Adapun sistem pengendalian internal atas piutang secara keseluruhan antara
lain:
29
a. Memisahkan fungsi pegawai atau bagian yang menangani transaksi
penjualan (operasi) dari “fungsi akuntansi untuk piutang”
b. Pegawai yang menangani akuntansi piutang, harus dipisahkan dari fungsi
penerimaan hasil tagihan piutang
c. Semua transaksi pembelian kredit, pemberian potongan dan penghapusan
piutang, harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang
d. Piutang harus dicatat dalam buku-buku tambahan piutang (Account
Receivable Subsidiary Ledger)
e. Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umurnya ( Aging
Schedule)
2.1.4 Arus Kas / Cash Flow
Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, manajemen harus memahami suatu
aktivitas arus kas dalam mejalankan dan mengatur keuangan perusahaan. Arus
Kas atau Cash Flow dikelola oleh manajemen keuangan dan dilaporkan tiap
tahunnya kepada direksi. Arus kas berguan bagi para pengguna laporan keuangan
sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas atau
setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut.
Cash Flow atau arus kas adalah sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk
sebagai dari aktivitas perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2015:1.21) merupakan informasi arus
kas menyediakan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas
30
dalam menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2: Laporan arus kas mengatur
persyaratan penyajian dan pengungkapan informasi arus kas.
Laporan arus kas memiliki dua aliran yaitu:
1. Cash in flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas) yang terdiri dari hasil
penjualan produk atau jasa, penagihan piutang dari penjualan kredit,
penjualan aktiva tetap yang ada, penerimaan investasi dari pemilik atau
saham, pinjaman atau hutang dari pihak lain serta pemerimaan sewa dan
pendapatan lainnya.
2. Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
mengakibatkan beban pengeluaran kas, yang terdiri dari pengeluaran biaya
bahan baku, pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi
penjualan, pembelian aktiva tetap, pembayaran hutang serta pembayaran
sewa, pajak, deviden bunga dan pengeluaran lain-lain.
Laporan arus kas disusun untuk menjelaskan jumlah penerimaan (Receipts)
dan pengeluaran (disbursements/payments) kas selama satu periode pelaporan,
sumber penerimaan dan sumber pengeluaran tersebut serta bertambah atau
berkurangnya saldo akhir kas dibandingkan saldo awal periode usaha.
Laporan arus kas kadang-kadang disebut sebagai “Laporan Dari Mana Ke
mana” (Where Got Where Gone Statements) ini disusun untuk menjawab
beberapa pertanyaan yang sangat relevan bagi para pemangku kepentingan
(stakeholders) seperti:
31
a. Dari mana sumber penerimaan kas?
b. Untuk apa pembayaran kas dilakukan?
c. Berapa jumlah perubahan saldo kas?
Menurut Hans dan Rosita (2012:208) laporan arus kas disusun berdasarkan data
sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan perbandingan antara awal dan akhir periode
2. Laporan laba rugi
3. Data dan informasi akuntansi dan keuangan lainnya.
Arus kas dari aktifitas operasi dapat disusun berdasarkan:
a. Metode Langsung: metode ini menyajikan dan mengungkapkan
kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto
yang berasal dari aktivitas operasi.
b. Metode Tidak Langsung: Metode ini menyajikan arus kas aktivitas
operasi dengan berpangkal tolah dari laba atau rugi bersih, kemudian
disesuaikan dengan transaksi bukan kas, penghasilan diterima di muka
atau belun diterima, beban dibayar dimuka atau masih berutang, dan
memisahkan unsure penghasilan atau beban berkaitan dengan arus kas
investasi adan pendanaan.
Sebuah perusahaan mengelola piutangnya tergantung pada apa yang dijual
perusahaan secara kredit. Semakin banyak yang dijual secara kredit semakin
tinggi proporsi aktiva yang terkait dengan piutang. Akibatnya, ketika sedang
membahas pengelolaan piutang maka sebenarnya juga sedang membahas
bagaimana pengelolaan piutang. Jika perusahaan memberikan banyak piutang
32
kepada konsumen tanpa memberikan batasan atau prosedur pembayaran piutang,
maka para konsumen akan membayar piutang dengan terlambat tanpa memikirkan
nasib kas perusahaan yang mungkin saja kekurangan modal.
Sebagai manajemen perusahaan, diharuskan mengontrol arus kas dengan
baik. Tidak terjadinya perbedaan yang terlampau jauh dari penerimaan arus kan
maupun pengeluaran arus kas. Jika pengeluaran arus kas lebih besar maka
perusahaan akan berdampak kekuranganya kas atau dana perusahaan.
Keputusan merupakan suatu tindakan yang dipilih dari berbagai alternatif
untuk melakukan suatu hal yang diharapkan mampu memberikan keadaan terbaik.
Bagi suatu perusahaan, keputusan adalah suatu yang sangat lazim dilakukan,
karena dalam menjalankan segala aktivitas bisnis pasti akan menghadapi berbagai
permasalah dan mendesak untuk memilih satu pilihan tepat dari berbagai
alternative yang ada.
Beberapa hal yang berkaitan erat dengan keputusan tentang pemberian
piutang dagang adalah kebijakan kredit yang meliputi ketentuan penjualan, tipe
pelanggan dan usaha penagihan. Menurut keown (2010) ketentuan penjualan
menentukan lamanya periode dimana pelanggan harus melunasi serta
ketentuannya, tipe pelanggan mempengaruhi tingkat piutang dagang dan
kebijakan penagihan mempengaruhi perubahan dalam tingkat penjualan serta
rasio antara penjualan kredit dan total kas yang dimiliki.
1.5 Kerangka Pikir Penelitian
33
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang tealh diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan berhubungan secara
teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan variabel
terikat.
Suatu pengelolaan piutang berpengaruh atas cah flow perusahaan. Jika
pengelolaan piutang dikelola dengan baik maka cash flow perusahaan akan
mengalami stabilitas yang baik. Dari judul “Fungsi Sistem Pengendalian Intern
Piutang terhadap Cash Flow Perusahaan Manufaktur CV. Exel Mandiri –
Malang, Jawa Timur Tahun 2012 sampai dengan 2015,” terbentuknya
kerangka berfikir dengan variabel sebagai berikut:
Dalam diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa pengelolaan piutang
merupakan faktor yang sangat penting dalam menilai dan menentukan kinerja
keuangan perusahaan. Pengelolaan piutang ini dilakukan untuk melaksanakan
Sistem Pengendalian
Intern Piutang
Cash Flow Perusahaan
34
penagihan, menyelesaikan piutang-piutang yang mengalami keterlambatan
pelunasan atau pembayaran dan memutuskan untuk memberi atau tidak
memberikan kredit kepada pembeli atau pelanggan tertentu. Sejauh mana
efektivitas pelaksanaan pengelolaan piutang akan sangat berpengaruh terhadap
kinerja keuangan atau hasil-hasil yang akan dicapai dalam pengumpulan piutang.
Pengelolaan piutang juga menjadi penentu keberhasilan sebuah perusahaan
dalam melindungi asset perusahaan dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak
diharapkan antara lain risiko kredit macet ataupun adanya piutang tak tertagih.
Perlunya pengendalian intern dalam piutang dapat mengontrol pembayaran
piutang yang dapat mempengaruhi arus kas perusahaan.
35
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan pada CV. Exel Mandiri Kantor Pusat, Malang – Jawa
Timur. CV. Exel Mandiri beralamatkan Jalan Tawang Argo No.9 Kec. Lawang,
Kab. Malang Jawa Timur. Penelitian dimulai dari bulan Maret – Agustus 2015.
3.2 Jenis Data yang Digunakan
Penelitian ini mengumpulkan data dari perusahaan secara langsung baik data
primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
seperti melalui interview atau wawancara. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari wawancara pada pihak perusahaan khususnya manajer keuangan
CV Exel Mandiri mengenai sistem pengendalian piutang, proses pengambilan
keputusan terkait dengan kebijakan piutang, prosedur penagihan piutang dan
proses penjualan, proses penagihan piutang dan proses pembayaran. Data
sekunder adalah data yang diperoleh pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh
peneliti dari subjek penelitiannya ataupun data yang diperoleh melalui data yang
telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
perusahaan berupa data rincian piutang periode 2012 – 2015 perusahaan CV. Exel
Mandiri Kantor Pusat malang – Jawa Timur.
36
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan ini diperlukan satu teknik penulisan agar data yang
diperoleh bersifat objektif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini
adalah sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan, penyimpanan dan pengambilan data
dengan mengadakn pencatatan dokumen tertentu yang dianggap
berhubungan dengan penulisan laporan. Dalam hal ini, penulis mengambil
dokumen berupa data rincian piutang perusahaan CV. Exel Mandiri
periode 2012 -2015.
2. Interview atau Wawancara
Interview yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan wawancara langsung terhadap sumber yang dapat
memberikan informasi tentang apa yang dibutuhkan penulis. Informasi
yang ditanyakan berkaitan dengan prosedur pemberian piutang,
pengelolaan piutang dan pengelolaan cash flow CV. Exel Mandiri.
3. Studi pustaka
Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data yang diambil penulis
memalui internet dan buku-buku referensi yang berhubungan dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Buku referensi yang digunakan
berhubungan dengan piutang usaha, pengendalian internal dan cash flow
perusahaan.
37
3.4 Metode Analisa Data
Berdasarkan masalah dan teknik pengumpulan data penulis menggunakan
teknik analisis kualitatif yaitu penulis melakukan pengumpulan data-data,
mengolah data, menganalisis data, kemudian menyimpulkan fakta yang
didapatkan dari analisis tersebut, menganalisis data yang sudah didapatkan
kemudian mengambil kesimpulan dan saran dari analisis tersebut.
Dari judul penelitian“ Fungsi Sistem Pengendalian Intern Piutang terhadap
Cash Flow Perusahaan Manufaktur CV. Exel Mandiri – Malang, Jawa Timur
Tahun 2011 sampai dengan 2014,” penulis tertarik dengan bagaimana pihak
manajemen mengambil keputusan dalam pemberian piutang, bagaimana proses
penagihan piutang dan bagaimana pengaruh piutang tersebut terhadap cash flow
perusahaan.
Prosedur dalam penagihan piutang akan berpengaruh dengan cash flow
perusahaan. Jika sudah ditentukan tanggal penagihan piutang, pihak konsumen
diwajibkan segera membayar hutang mereka. Namun jika pihak manajemen tidak
melakukan prosedur pengelolaan dan penagihan piutang secara baik, maka akan
terjadinya keterlambatan pembayaran piutang tersebut maka dari itu berakibat
tidak adanya pemasukan kas yang sebelumnya sudah diperkirakan pihak
manajemen. Akibatnya akan terjadi kekurangan dana atau terganggunya cash flow
perusahaan.
Dari data CV. Exel Mandiri, Malang – Jawa Timur, masih adanya perusahaan
yang menunda pembayaran atau sulitnya dari pihak manajemen untuk
38
menagihkan piutang tersebut. Walaupun sudah diberikan ketentuan jatuh tempo 2
bulan setelah proses pengerjaan selesai, namun masih banyak pihak konsumen
menunggak pembayaran mereka. Hal tersebut dapat mempengaruhi cash flow
perusahaaan Cv. Exel Mandiri. Peranan bagian piutang dagang sangat penting
untuk melakukan penagihan. Informasi piutang yang jatuh tempo dengan
ketepatan pembayaran oleh pihak pembeli akan menjadi kunci utama untuk
meningkatkan penerimaan perusahaan. Tagihan piutang yang tepat serta follow up
setiap saat dapat mengurangi beban supaya tidak terjadi piutang yang tidak
tertagih.
39
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
CV. Exel Mandiri didirikan pada tanggal 2 Desember 2009,meskipun
lembaga ini terhitung baru lahir namun Exel Mandiri mampu berkompetensi dan
bersaing dengan perusahaan sejenis yang sudah lahir terlebih dahulu. CV. Exel
Mandir memiliki kantor pusat yang beralamatkan di Jalan Tawang Argo No.9
Kec. Lawang Kab. Malang – Jawa Timur. Cv. Exel Mandiri juga memiliki 2
kantor cabang yaitu di bekasi Branch Office Bekasi dan Workshop Karawang.
CV. Exel Mandiri didirikan dan pimpin langsung oleh Bapak Daya Sundara,
sebelum mendirikan CV. Exel Mandiri beliau pernah bekerja selama 20 tahun di
PT. Indo Laval Jalan Raya Pulogebang Km. 3 Jakarta,13950, jabatan terakhiur
beliau sebagai Supervisor Engineering. Dengan jam kerja yang sudah
berpengalam dan banyak dipercaya oleh customernya, pada tahun 2007 beliau
diberikan bantuan oleh rekan kerja untuk mendirikan perusahaan engineering.
Sebelum mendirikan CV. Exel Mandiri, beliau sempat memiliki perusahaan
engineering yang bekerja sama denga 3 rekan kerjanya. Beliau mendirikan PT.
Exelindo Stainless Steel Jalan Raya penggilingan Cakung - Jakarta Timur. Namun
karena kurang komunikasi antar pejabat dan banyaknya kesalahpahaman dalam
menjaloankan perusahaan tersebut, bapak Daya Sundara memutuskan untuk
keluar dan mulai membuka perusahaan CV. Exel Mandiri dengan kepemimpinan
sendiri pada tahun 2009.
40
Pada akhir tahun 2009 CV. Exel mandarin sudah dipercaya oleh
perusahaan-perusahaan besar, seperti PT. Nestle Indonesia utnuk menangani
pabrikasi pipa di Nestle Kejayan – Pasuruan.
Sampai saat ini, Exel Mandiri semakin dikenal oleh pabrik terkemuka sebagai
maintenance project dan execusi project diantaranya:
1. PT. Nestle Karawang Indonesia
2. PT. Nestle Kejayan
3. PT. Tetra Pak Indonesia
4. PT. Nutricia (Danone Grup)
5. PT. Sugizindo (Danone grup)
6. PT. Indolakto Purwosari
7. PT. Indolakto Sukabumi
8. PT. Greenfield Gunung Kawi
9. PT. Garuda Food – Sidoarjo
10. PT. OTSUKA – Lawang
11. Dan perusahaan lainnya.
4.2 Struktur Organisasi
Direktur
Daya Sundara
Komisaris Audit Internal
41
4.3 Job Description
CV. Exel Mandiri merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang
pembuatan dan perawatan pipa dipabrik-pabrik. CV. Exel Mandiri didirikan oleh
team profesional praktisi yang selama hidupnya berkutat dengan bidang kontruksi
dengan bidang pembuatan kontruksi dan jasa perawatan paralatan (mesin)
Manajer
Akuntansi & Keuangan
Administrasi
Akuntansi
42
pembuatan makanan dan minuman diberbagai bidang perusahaan manufaktur
yang memproduksi makanan dan minuman.
Hal yang ditunjukan dengan visi CV. Exel mandiri yang selalu melayani
dengan pelayanan yang sempurna ( Serve with Excellent Service) para perusahaan
dalam membantu menyelesaikan permasalahan, khususnya terkait dengan
pembuatan dan perawatan peralatan proses makanan dan minuman.
4.4 Pengendalian Internal Piutang Dagang
Dalam pengumpulan data ini saya melakukan teknik interview atau
wawancara. Dari hasil interview atau wawancara by Phone dengan Ibu
Suci Minarni selaku Sales Marketing CV. Exel Mandiri pada hari Jumat,
21 Agustus 2015 pukul 1 siang, beliau menjelaskan proses penjualan
dagang, proses penagihan piutang dan proses pembayaran dalam CV.
Exel Mandiri sebagai berikut:
4.4.1 Proses Penjualan
Penjualan adalah proses dimana sang penjual memuaskan segala
kebutuhan dan keinginan pembeli agar dicapai manfaat bagi sang penjual
maupun sang pembeli yang berkelanjutan dan yang menguntungkan
kedua belah pihak.
Dalam pernjualan perlu adanya komunikasi dan kesepakatan antara
penjual dan pembeli.
43
1. Pihak customer menghubungi langsung Direktur CV. Exel Mandiri,
Bapak Daya Sundara untuk diadakannya meeting terkait project
yang ditawarkan.
2. Jika pihak customer sudah memiliki gambar project maka pihak
PPIC mengecek gambar project tersebut untuk dibuatkan
penawaran. Mengecek harga material, consumable dan labor
supply yang dibutuhkan.
3. Namun jika pihak customer belum memiliki gambar project, pihak
CV. Exel Mandiri memerintahkan supervisor dan drafter untung
mengukur dan mendesign gambar project, setelah itu hasil gambar
project diberikan kepada PPIC untuk memberikan harga material,
comsumable dan labor supply yang dibutuhkan.
4. Setelah penawaran telah disiapkan, direktur akan mengecek
penawaran tersebut disahkan dan diberikan kembali kepada PPIC
setelah itu penawaran diberikan kepada customer beserta no. seri.
Yang mengetahui penawaran tersebut Direktur, PPIC dan
Supervisor yang telah diarsipkan.
5. Jika penawaran tersebut dikonfirmasi setuju atau deal, pihak Sales
Marketing meminta segera diturunkannya PO (Purchasing Order),
setelah PO keluar, Sales Marketing mengeluarkan ID. Project atau
perintah kerja diberikan kepada supervisor. Karena sudah terbitnya
Drawing, penawaran, PO dan ID. Project maka project tersebut
harus segera dieksekusi atau dikerjakan.
44
6. Sebelum project dikerjakan, perlu adanya pembelian barang dari
bagian purchasing dengan mengeluarkan purchasing order kepada
supplier. Staff purchasing akan mengontrol dan menentukan
barang yang akan dibeli dengan kualitas terbaik tetapi memiliki
harga yang cukup terjangkau. Setelah purchasing order
dikeluarkan, staff purchasing akan meminta approve dari direktur
dan segera mengirimkan PO kepada supplier.
7. Selama masa pengerjaan projek supervisor diwajibkan melaporkan
pekerjaan dilapangan kepada PPIC dalam sebuah laporan Daily
Report. Berapa lama project itu selesai, jiak projek selesai Sales
Marketing akan mengeluarkan TOC ( Time Over Certificate).
4.4.2 Proses Penagihan Piutang
1. Setelah pengerjaan projek selesai supervisor wajib melaporkan
pekerjaan tersebut kepada pihak PPIC dengan memberikan daily
report, setelah daily report tersebut dicek oleh PPIC, PPIC
memerintahkan Sales Marketing untuk dibuatkan TOC atau
garansi kerja berisikan kegiatan dan tanggal dimulainya
pekerjaaan dan selesainya pekerjaan tersebut. Sesuai no.PO,
tanggal PO dan tanda tangan direktur.
45
2. Sales Marketing contact pihak Accounting Exel untuk diproses
dengan dibuatkan Dokumen Transmittal berisi Invoice, Faktur
Pajak, Purchasing Order dari customer dan kwitansi.
3. Setelah Dokumen Transmital disiapkan, dokumen tersebut
diserahkan dan di appove oleh direktur.
4. Dalam pemberian jatuh tempo pembayaran telah disepakati
sebelumnya antara customer dan direktur dalam melakukan
meeting, rata-rata pembayaran jatuh tempo 60 hari setelah invoice
dikirimkan.
5. Dokumen transmittal yang asli diberikan kepada customer
sedangakan bagian accounting menyimpan dokumen yang di
copy.
4.4.3 Proses pembayaran
1. Dalam proses pembayaran Pihak CV. Exel Mandiri hanya
menunggu pembayaran dari pihak customer, biasanya pihak
customer melakukan transfer langsung ke rekening BCA atas
nama CV. Exel Mandiri.
2. Biasanya pihak customer akan mengkonfirmasikan pembayaran
melalui email minimal 1 minggu sebelum jatuh tempo.
3. Namun jika sampai tanggal jatuh tempo atau setelah jatuh tempo
belum dibayarkan pihak sales marketing akan menanyakan
tanggal berapa dibayarkan serta mem follow up dokumen
transmittal kembali.
46
4. Jika dalam project besar, diberlakukannya 4 tahapan invoice
yaitu:
a. DP (Down Payment)
2 minggu pengerjaan atau 20% pengerjaan projek
b. Progress
50% pengerjaan projek
c. After Installs
80% pengerjaan projek
d. Pretension
100% pengerjaan atau pengerjaan selesai.
5. Perusahaan CV. Exel Mandiri masih dalam tahap pengembangan,
dalam manajemen staff setiap staff masih mengerjakan beberapa
project.
4.5 Aging Schedule
30 < 30 30 – 60 61-90 90-120
PT. Nestle Karawang PT. Nutricia PT. TPI
PT. Ultra Jaya PT. Sugizindo PT. Inhil Sarimas Kelapa
PT. Green Field
PT.TPSE
Dari data sekunder yang saya terima, berupa data rincian piutang CV. Exel
Mandiri dari tahun 2012 sampai dengan Maret 2015. Setelah peneliti melakukan
47
penelitian dalam data rincian piutang tersebut. Terdapat keterlambatan atau
kelalaian dalam pembayarn piutang dari pihak customer. Yaitu sebagai berikut:
1. Pada Tanggal 31 Januari terdapat akun debet untuk invoice nomor 1203-
1401014 untuk DP 30 % sebesar Rp. 25.562.790 pembayar piutang
tersebut dibayarkan pada tanggal 2 April 2014, berdasarkan data aging
schedule sistem pembayaran seharusnya 30 hari setelah pengerjaan namun
pihak customer yaitu PT. Nestle Indonesia membayarkannya pada tanggal
2 April 2014. Hal itu berarti PT. Nestle Indonesia melakukan
keterlambatan dalam hal pembayaran yang tidak sesuai dengan tanggal
jatuh tempo yang telah ditetapkan.
2. Pada tanggal 22 Agustus 2014 PT. Nutricia memiliki account piutang
dengan nomor invoice 1203-1408264 sebesar Rp. 12.654.400. Namun PT.
Nutricia hanya membayar PPN pada tanggal 9 Maret 2015 sebesar Rp.
1.150.400. seharusnya dari data aging schedule PT. Nutricia telah
melunasi piutang.
Dari hasil penelitian diatas, disimpulkan bahwa pembayaran piutang yang
dibayarkan pihak customer secara tepat waktu, akan memberikan pendapatan atau
penambahan dana pada CV. Exel Mandiri. Namun jika masih banyaknya
keterlambatan pembayaran piutang, pihak CV. Exel Mandiri akan berkurangnya
pemasukan kas dan lebih besar pengeluaran kas yang terjadi pada perusahaan.
Dari data piutang yang telah diteliti, banyak terjadi keterlambatan
pembayaran piutang yang mengakibatkan pemasukan cash flow yang kurang dan
48
akan terjadinya ketidakseimbangan cash flow. Dari data piutang, tiap tahunnya
piutang perusahaan selalu bertambah secara siknifikan, itu dapat berakibat
terjadinya cash flow perusahaan yang kurang pemasukan
4.6 Kelemahan dan Keunggulan
1. Kekurangan atau Kelemahan
1.1 Dalam hal manajemen staff perusahaan memiliki kekurangan,
seperti proses penagihan piutang yang seharusnya dilakukan
oleh bagian penagihan namun dalam hal ini masih dilakukan
oleh sales marketing yang bertugas menjalankan sistem
penjualan barang dan jasa, sehingga menyebabkan pekerjaan
ganda dan tidak focus
1.2 Selain itu proses penerimaan order project oleh customer masih
dilakukan oleh direktur yang dalam hal ini seharusnya dapat
dikelola oleh bagian sales marketing dan seharusnya direktur
hanya melakukan controlling dan pengesahan project.
1.3 Dalam mengatur sistem perpajakan, perusahaan ini tidak
memiliki bagian atau departemen khusus untuk mengelola dan
menghitung pajak perusahaan. Namun hal ini dilakukan oleh
manager keuangan.
1.4 Dalam hal pembayaran piutang, ada beberapa customer yang
tidak disiplin dan tepat waktu membayar piutang atau saat jatuh
tempo kepada CV. Exel Mandiri hal ini bisa menyebabkan
49
perputaran cash flow perusahaan menjadi buruk. Akan
mengalami kekurangan pendanaan pada perusahaan.
2. Kekuatan atau keunggulan
2.1 Kekuatan yang dimiliki CV. Exel Mandiri yaitu perusahaan
memiliki jaringan yang kuat dalam menjangkau customer di
tingkat yang bonafit seperti PT. Nestle Indonesia, PT Ultra Jaya,
PT Nutricia dan lain-lain.
2.2 Pengalaman kerja dan kinerja seorang pemimpin yang baik
membuat perusahaan ini semakin berkembang dengan cepat dan
pemimpin terjun langsung dalam mengontrol manpower
terkadang membantu dalam pengerjaan projek
2.3 Pengerjaan project yang tepat waktu dan hasil yang baik,
menjadikan CV. Exel Mandiri unggul dalam kualitas dan
memberikan kepercayaan kepada customer.
4.7 Hasil Penelitian Data
Dalam penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa sistem pengendalian intern
piutang berpengaruh terhadap cash flow perusahaan. Jika sistem pengendalian
intern piutang dapat dilakukan dengan tepat maka cash flow perusahaan dapat
dikelola dengan baik. Namun jika sistem pengendalian intern piutang tidak
dilakukan dengan tepat, maka hal tersebut akan terjadi kekurangan dana atau
terganggunya cash flow perusahaan.
50
Pada penelitian ini, penulis telah meneliti bagaimana sistem dan prosedur
dalam pengendalian intern piutang pada CV. Exel Mandiri. Dalam proses
penjualan kredit, perusahaan masih belum melaksanakan proses penjualan yang
benar, peran seorang direktur masih sangat dibutuhkan dalam hal penawaran
project. Hal tersebut seharusnya sudah ditangani oleh sales marketing.
Dalam proses penagihan piutang, CV. Exel Mandiri, perlunya peran aktif
pihak accounting dalam menagih piutang yang telah ditetapkan jatuh temponya.
Seperti meminta bukti pembayaran piutang kepada pihak managemen, meminta
tanggal kepastian kapan pihak customer membayar piutang yang telah jatoh
tempo.
Dalam proses pembayaran piutang, CV. Exel Mandiri seharusnya meminta
konfirmasi kepada customer terkait pembayaran. Jika hanya menunggu adanya
pemasukan di rekening perusahaan, pihak accounting sulit memastikan siapa yang
membayar piutang tersebut. Dan mengharuskan pengecekan PO jika adanya kas
bank masuk pada hari itu.
Pembayaran piutang yang dibayarkan pihak customer secara tepat waktu,
akan memberikan pendapatan atau penambahan dana pada CV. Exel Mandiri.
Namun jika masih banyaknya keterlambatan pembayaran piutang, pihak CV. Exel
Mandiri akan berkurangnya pemasukan kas dan lebih besar pengeluaran kas yang
terjadi pada perusahaan.
Dari data piutang yang telah diteliti, banyak terjadi keterlambatan pembayaran
piutang yang mengakibatkan pemasukan cash flow yang kurang dan akan
51
terjadinya ketidakseimbangan cash flow. Dari data piutang, tiap tahunnya piutang
perusahaan selalu bertambah secara siknifikan, itu dapat berakibat terjadinya cash
flow perusahaan yang kurang pemasukan
52
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Piutang timbul karena adanya penjualan kredit barang dan jasa,
efektifitas dalam pengelolaan piutang dapat mempengaruhi hasil yang
dicapai dari pengumpulan piutang. Pemberian piutang yang tepat
sesuai dengan prosedur piutang, dapat menghasilkan pembayaran
piutang yang tepat waktu.
2. Pengendalian intern dapat memberikan keuntungan dalam perusahaan.
Jika perusahaan memiliki pengendalian intern yang tepat. Contohnya
dalam pengendalian intern piutang, piutang perusahaan dapat
terkendali dengan baik, melalui proses pemberian piutang hingga
pembayaran piutang secara efektif.
3. CV. Exel Mandiri dalam proses penjualan pihak customer
menghubungi langsung direktur untuk melakukan penawaran harga.
Seharusnya dalam proses penawaran harga project pihak customer
dapat menghubungi pihak sales marketing.
4. CV. Exel Mandiri dalam proses penagihan piutang, perlunya prosedur
ataupun perjanjian yang ketat dengan customer. Agar pihak customer
tidak melakukan keterlambatan dalam pembayaran piutang.
5. Dari data piutang yang telah diteliti, banyak terjadi keterlambatan
pembayaran piutang yang mengakibatkan pemasukan cash flow yang
kurang dan akan terjadinya ketidakseimbangan cash flow.
53
6. Dari data piutang, tiap tahunnya piutang perusahaan selalu bertambah
secara siknifikan, itu dapat berakibat terjadinya cash flow perusahaan
yang kurang pemasukan
5.2 SARAN
Dalam mengatur manajemen perusahaaan perlu pembagian tugas yang jelas
agar dalam pengerjaan pekerjaannya dapat dikerjakan dengan maksimal.
Karyawan mengerjakan tugas sesuai dengan job deskripsi masing-masing.
Perusahaan harus memperketat peraturan yang terkait dengan piutang.
Memberikan sanksi untuk customer yang melakukan keterlambatan dalam
pembayaran piutang.
Perusahaan seharusnya sudah membuat prosedur-prosedur dalam pemberian
piutang. Membuat struktur proses penjualan, proses penagihan piutang dan proses
pembayaran secara tulisan. Agar dalam menjalankan tugas dan project para
pekerja atau manpower sudah melakukan pekerjaan sesuai prosedur yang berlaku.
Perlunya penambahan karyawan dalam managemen staff, karena saat ini
banyaknya pekerjaan dalam managemen staff yang tidak sesuai dengan job
deskripsinya. Banyaknya pekerjaan juga membuat staff tidak fokus dan
mengambil waktu lembur atau over time yang berlebihan. Hal tersebut membuat
managemen perusahaaan tidak berjalan efektif.
54
Setelah selesainya penelitian yang saya lakukan terhadap perusahaan, saya
harap perusahaan lebih berkembang, managemen yang teratur serta pembayaran
piutang yang maksimal dari customer.
55
DAFTAR PUSTAKA
Agoes,Sukrismo. 2013. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh KAP) Edisi 1, Jakarta
Hadi, Hans Kartika . 2012. Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Salemba Empat, Jakarta
Merchant dan Stede. 2012. Sistem Pengendalian Intern Manajemen edisi 3. Salemba Empat. Jakarta
McLeod dan George. 2012. Management Information Systems. Salemba Empat. Jakarta
Pengantar Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. 2015. Jakarta
Pulungan, dkk. 2012. Akuntansi keuangan dasar berbasis psak per juni 2012 Buku 1. Mitra Wacana Media. Jakarta
Rommey dan Sttenbart. 2014. Pengantar Informasi Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta
Rudianto, 2009. Pengantar Akuntansi, Jakarta: Erlangga. Jakarta
Soemarso S. R, 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi keempat, Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta
56