gagal induksi.doc
DESCRIPTION
gagal induksiTRANSCRIPT
Ujian Kasus Gagal Induksi
STATUS PASIEN
No. register : 20-94-51
Masuk RS : Senin, 6 Februari 2006
Jam Pemeriksaan : 11.00 WIB
I. IDENTITAS
ISTRI SUAMI
Nama : Ny. Parida Juliana S. Nama : Tn. Walmuhroji
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : TNI-AL
Alamat : Perumahan Graha Prima R-17
No. 3 A, Cileungsi
II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Pasien G2 P1 A0 hamil 40 minggu datang kiriman dari poli untuk rencana
induksi.
Keluhan tambahan
Pasien merasakan sakit pada pinggang bagian belakang, terus-menerus sejak satu
hari sebelum masuk rumah sakit disertai rasa kencang pada perut bagian bawah
dan mengeluh sering BAK.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien G2 P1 A0, hamil 40 minggu datang kiriman dari poli untuk rencana
induksi. Pasien mengeluhkan sakit pada pinggang bagian belakang, terus-menerus
sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit disertai rasa kencang pada perut bagian
bawah dan sering BAK. Pasien diberikan surat pengantar dari bidan karena sudah
melewati taksiran tanggal kelahiran dan belum ada tanda-tanda dimulainya
persalinan. Pasien tidak merasakan mules, dan tidak ada cairan yang keluar pada
1
Ujian Kasus Gagal Induksi
jalan lahir. Selama kehamilannya, pasien mengaku rajin memeriksakan
kandungannya ke bidan dan tidak memiliki keluhan apa-apa.
Riwayat haid
Menarche : umur ± 15 tahun
Siklus haid : tidak teratur
Lama : 6-7 hari
Panjang siklus : 28 hari
Banyak : 1-2 pembalut/hari
Nyeri haid : (-)
HPHT : 23 April 2005
Usia Gestasi : 40 minggu
TP : 30 Januari 2006
Riwayat Kehamilan
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang kedua, G2 P1 A0 H1. Selama
kehamilan pasien tidak pernah mengalami gangguan.
Riwayat perkawinan
Pasien menikah pertama kalinya dengan suami pertama pada tahun 2002
Riwayat Obstetri Terdahulu
Hamil anak pertama tahun 2003, aterm, perempuan, 3750 gram ditolong
bidan, persalinan normal dengan induksi.
Hamil anak kedua tahun 2005, ini.
Riwayat Perawatan Antenatal
Pasien secara rutin melakukan ANC di bidan.
Riwayat Keluarga Berencana
Pasien mengaku pernah memakai KB suntik selama beberapa bulan sebelum
kehamilan kedua ini.
Riwayat penyakit terdahulu
2
Ujian Kasus Gagal Induksi
Penyakit darah tinggi, kencing manis, asma disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien menderita hipertensi. Ayah pasien tidak menderita penyakit kencing
manis, hipertensi dan penyakit jantung.
Riwayat operasi
Pasien mengaku tidak pernah dioperasi sebelumnya.
Riwayat pribadi dan sosial ekonomi
Riwayat merokok, minum alkohol obat-obatan dan jamu disangkal oleh pasien.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Keadaan sosial ekonomi sedang.
III.PEMERIKSAAN FISIK (6 Februari 2006 pukul 11.00 WIB)
Status Generalisata
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : CM
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 104 x/ menit
- Pernapasan : 24 x/ menit
- Suhu : 36,10 C
- Berat Badan : 62 kg
Kulit :
- Warna : kuning coklat
- Turgor : baik
Kelenjar Getah Bening:
- KGB leher : tidak membesar
- KGB aksila : tidak membesar
- KGB inguinal : tidak membesar
Kepala:
- Mata : Konjungtiva tidak pucat
3
Ujian Kasus Gagal Induksi
Sklera tidak ikterik
- Telinga : Tidak ada kelainan
- Hidung : Tidak ada kelainan
- Tenggorok : Tidak ada kelainan
Leher:
- Tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan dan simetris
- Trakea : Terletak di tengah
Thoraks:
- Paru-paru:
Inspeksi : Bentuk dada antero-posterior : lateral = 2 : 1
Tidak terdapat pektus ekskavatus
Nafas abdominotorakal
Tidak ada bagian yang tertinggal saat bernafas
Palpasi : Fremitus paru simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi nafas pokok vesikuler
Bunyi nafas tambahan (wheezing, rhonki) tidak ada
- Jantung:
Inspeksi : Iktus cordis terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : SI, SII, Murmur (-), Gallop (-)
Mamae:
- Simetris, tidak ada benjolan
- Areola mammae hiperpigmentasi
- Puting susu menonjol, ASI (+)
Abdomen:
- BU (+) normal
4
Ujian Kasus Gagal Induksi
- Nyeri tekan (-)
- Hati dan limpa tidak teraba
- Lihat status obstetrikus
Punggung:
- Nyeri ketok costovertebral tidak ada
- Tidak ada skoliosis, hiperlordosis, hiperkifosis
Ekstremitas:
- Akral hangat, pulsasi kuat dan teratur
- Varises (-), Sianosis (-), edema (-)
Status obstetrikus
- Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Abdomen : Membuncit sesuai usia kehamilan
Striae gravidarum (-), Linea Nigra (+)
Gerakan janin : (+)
Palpasi :
Leopold I : Tinggi fundus uteri 35 cm, teraba bagian lunak janin
Leopold II : Punggung janin terletak di kiri
Leopold III : Presentasi janin letak kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin yang masuk pintu atas panggul
4/5
Taksiran Berat Janin : (35 cm-13) x 155 gram = 3410 gram
Auskultasi :
Denyut jantung janin 156 kali/ menit, teratur
- Pemeriksaan Dalam
Inspeksi : Vulva dan uretra tidak ada kelainan
Vaginal Toucher : Pembukaan 1 cm, porsio kaku, tebal, ketuban (+),
kepala Hodge I, UUK belum jelas
- Kesan
5
Ujian Kasus Gagal Induksi
Hamil 40 minggu berdasarkan taksiran HPHT, belum ada tanda-tanda
inpartu sehingga direncanakan untuk induksi
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG tanggal 4 Februari 2006:
- Janin tunggal, hidup, lengkap
- Presentasi kepala
- BPD 94-95 cm
- Plasenta letak normal
- Ketuban mulai berkurang, kelamin laki-laki
V. DIAGNOSIS
Ibu : G2 P1 A0 hamil 40 minggu pro induksi
Janin : Janin tunggal hidup, intrauterine, puki, presentasi kepala.
VI. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Rencana Diagnostik
- CTG
- Observasi DJJ tiap jam
- Observasi His (+)/(-) tiap jam
- Observasi tanda-tanda vital tiap jam
- Observasi tanda-tanda inpartu
2. Rencana Terapi
Induksi : Syntocinon 5 IU dalam Dextrose 5 % 500 cc (8 tetes/ menit), 24 jam.
Observasi tanda-tanda inpartu, persalinan dengan partus biasa.
Bila gagal induksi, dilakukan sectio sesarea.
3. Rencana pendidikan
- Memberitahukan kepada pasien dan keluarganya tentang keadaan pasien dan
rencana pemeriksaan dan penatalaksanaan selanjutnya
- Memberitahu kepada pasien dan keluarga rencana pentalaksanaan dan resiko
yang mungkin akan dihadapi.
VII. CATATAN KEMAJUAN PERSALINAN
Tanggal 6 Februari 2006, Pukul 11.00 WIB
6
Ujian Kasus Gagal Induksi
S : Pasien masuk dengan G2 P1 A0, hamil 40 minggu, dikirim dari
Poliklinik pro induksi. Sakit pada pinggang bagian belakang sejak 1
hari sebelum masuk, dan perut bagian bawah terasa kencang
O : KU baik, kesadaran komposmentis
TD 120/ 80 mmHg Nadi 104 kali/ menit Suhu 36,10 C
Nafas 24 kali/ menit DJJ 156 kali/ menit, teratur
VT pembukaan 1 cm, portio tebal, kaku, ketuban (+), kepala hodge I
A : Ibu G2 P1 A0, inpartu kala 1 fase laten. Janin tunggal, hidup,
presentasi kepala
P : - Induksi dengan syntocinon 5 IU + D5 % 500 cc (8 tetes/ menit
selama 24 jam) untuk pematangan
- Observasi tanda-tanda inpartu
- Observasi tanda-tanda vital tiap jam
- Diet nasi biasa 1700 kalori
Tanggal 7 Februari 2006, pukul 09.00 WIB
S : Sakit pinggang (+), mules (-), keluar cairan dari jalan lahir (-)
O : KU baik, komposmentis
TD 110/ 70 mmHg Nadi 100 kali/ menit
Suhu 360 C Nafas 20 kali/ menit
DJJ 150 kali/ menit, teratur ASI (+)
VT pembukaan 1 cm, portio tebal, kaku, ketuban (+), kepala hodge I
A : Ibu G2 P1 A0, inpartu kala 1 fase laten
P : - Induksi dengan syntocinon 5 IU + D5 % 500 cc (8 tetes/ menit
selama 24 jam)
- Observasi tanda-tanda inpartu
- Observasi tanda-tanda vital tiap jam
- Diet nasi biasa 1700 kalori
Tanggal 7 Februari 2006, pukul 11.30 WIB
S : perut terasa kencang
O : KU baik, komposmentis
TD 130/80 mmHg Nadi 80 kali/ menit
Suhu 36,50 C Nafas 24 kali/ menit
7
Ujian Kasus Gagal Induksi
VT pembukaan 1 cm, portio tebal, kaku, ketuban (+), kepala hodge I
A : Ibu G2 P1 A0, inpartu kala 1 fase laten, gagal induksi
P : - Motivasi pasien dan keluarga untuk dilakukan seksio sesarea
- Menjelaskan penatalaksanaan berikutnya dan kemungkinan
resiko yang dihadapi (Inform Consent)
- Operasi Seksio Sesarea
VIII. LAPORAN OPERASI
D/ pre-op : G2 P1 A0, 40 minggu, intrauterine, janin tunggal hidup.
D/ post-op : Janin tunggal, hidup, letak kepala, oligohidramnion
1. Pasien terlentang di meja operasi dengan spinal anestesi.
2. Dilakukan pemasangan DC.
3. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada lapangan operasi.
4. Insisi Pfannensteil ± 12 cm, dibuka lapis demi lapis sampai peritoneum
terbuka.
5. Terlihat uterus gravida aterm dengan cairan intra peritoneum, cairan di
suction.
6. Dibuat irisan semilunar pada plika vesika uterina, kemudian vesika
disisihkan ke bawah
7. Segmen bawah uterus disayat semilunar, dilebarkan ke samping secara
tumpul
8. Selaput ketuban dipecahkan, keluar cairan ketuban yang jernih
9. Kepala bayi diluksir dengan bantuan vakum, dapat dilahirkan bayi ♂,
presentasi puncak kepala, AS 9/9. Pukul 11.47 WIB dengan BB 3300
gram, Panjang Badan 48 cm
10. Plasenta dilahirkan secara manual, cavum uteri dibersihkan.
11. Segmen bawah uterus dijahit dua lapis. Dilakukan reperitoniasi kedua tuba
dan ovarium (terlihat normal).
12. Rongga abdomen dibersihkan. Diperiksa sekali lagi untuk meyakinkan
tidak ada perdarahan.
13. Luka perut ditutup kembali lapis demi lapis. Luka operasi ditutup, operasi
selesai.
8
Ujian Kasus Gagal Induksi
IX. PROGNOSIS
Ibu : dubia ad bonam
Anak : dubia ad bonam
X. PERAWATAN POST OPERASI
Instruksi pasca bedah
- Gentamycin 80 mg 2 x 1 gr IV
Instruksi khusus
- Amoxylin 3 x 500 mg
- Diet bubur saring 1500 kalori
8 Februari 2006, pukul 07.30 WIB
S : flatus (-), keluhan lain tidak ada
O : KU baik, kesadaran CM, urine pekat.
Konjungtiva anemis (-), TD 100/ 80 mmHg, nadi 80x/menit, napas 20
x/menit, S 36,2º C.
Abdomen supel, BU (+), Jahitan kering
`Status obstetrikus: Fundus uteri teraba 1 jb pusat, kontraksi baik, ASI (+)
A : post SC hari I
P : - terapi diganti oral vitaneuron 2 x 1 tab, Amoxycylin 3 x 500 mg, Asam
Mefenamat 3 x 500 mg
- bubur saring diganti bubur biasa
- mobilisasi bertahap
XI. RESUME
Pasien berusia 28 tahun G2 P1 A0 hamil 40 minggu berdasarkan HPHT 23 April
2005 dikirim dari poliklinik dengan rencana untuk induksi. Pasien membawa surat
rujukan dari bidan. Pasien juga mengeluhkan rasa sakit pada pinggang yang terus-
menerus sejak satu hari sebelum dirawat. Pada pemeriksaan fisik ditemukan status
generalis dalam batas normal, status obstetrikus, Tinggi fundus uteri 35 cm, teraba
bagian lunak pada fundus, punggung janin di kiri, presentasi kepala, kepala berada
di Hodge 1, dan DJJ 156 kali/ menit. Pada pemeriksaan dalam didapatkan
pembukaan serviks 1 cm, portio tebal dan kaku, ketuban (+), serta kepala berada
di Hodge I. Hasil USG tanggal 4 Februari 2006; Janin tunggal, hidup, lengkap
9
Ujian Kasus Gagal Induksi
dengan presentasi kepala, BPD 94-95 cm dan plasenta letak normal, ketuban
mulai berkurang, dan kelamin laki-laki. Pasien diinduksi tanggal 6 Februari 2006
pukul 13.45 WIB dengan syntocinon 5 IU dalam D5 % 500 cc 8 tetes/ menit
selama 24 jam. Setelah diobservasi selama 21 jam tetapi tidak ada perkembangan,
dilakukan seksio sesarea. Bayi dilahirkan pada pukul 11.47 WIB dengan jenis
kelamin laki-laki, BB 3300 gram, PB 48 cm, Apgar score 9/9. Dilakukan
pemantauan masa nifas dan hasilnya baik. Tinggi fundus uteri 1 jari bawah pusat,
kontraksi uterus baik, ASI (+). Selama perawatan tidak ada komplikasi, pasien
mendapat terapi gentamycin 80 gram 2 x 1 IV dan amoxylin 3 x 1 gram IV.
Riwayat haid
Menarche umur 15 tahun, siklus tidak teratur 28 hari, lama 6-7 hari, banyak 1-2
pembalut/hari, nyeri haid (-), HPHT 23 April 2005, TP 30 Januari 2006.
Riwayat obstetrik
Anak pertama lahir dengan persalinan normal, BB 3,750 kg usia 3 tahun.
Kehamilan ini adalah kehamilan yang ke-2.
Status generalis
KU baik, kesadaran komposmentis. Tekanan darah 120/ 80 mmHg, nadi 104 x/
menit, pernafasan 24 x/ menit, suhu 36.10 C.
Status obstetrikus
Inspeksi : perut membuncit sesuai usia kehamilan, linea nigra
(+).
Palpasi
Leopold I: TFU 35 cm, teraba bagian lunak,
bulat dan besar menyerupai bokong.
Leopold II: teraba bagian keras memanjang seperti papan pada sisi
kiri ibu.
Leopold III: bagian terbawah teraba bagian keras bulat seperti kepala.
Leopold IV: bagian terendah janin sudah masuk PAP 4/ 5
Auskultasi : DJJ 156x/menit, teratur
Pemeriksaan dalam
10
Ujian Kasus Gagal Induksi
Inspeksi : u/v tenang
Pembukaan 1 cm, porsio tebal kaku, ketuban (+), kepala di hodge I
Diagnosis
Ibu : G2 P1 A0 hamil 40 minggu pro induksi
Janin : janin tunggal hidup, intrauterine posisi kepala.
XII. KESIMPULAN DAN SARAN
Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri dan pemeriksaan
penunjang sangat berperan dalam menentukan diagnosis sehingga perlu
dilakukan dengan lebih teliti.
Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap pasien sehingga indikasi suatu
tindakan dapat diperjelas.
Monitoring post operasi diperketat.
11
Ujian Kasus Gagal Induksi
TINJAUAN PUSTAKA
KEHAMILAN POST TERM
Definisi
Kehamilan post term atau disebut juga kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang
berlangsung lebih dari 294 hari atau 42 minggu lengkap sejak hari pertama haid
terakhir ibu, dihitung berdasarkan rumus naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
Pada pasien ini, usia kehamilan 40 minggu tetapi dianggap post term karena
didapatkan dari pemeriksaan USG cairan ketuban yang sudah mulai berkurang.
Frekuensi
Dengan batas waktu 42 minggu, frekuensinya 10,4-12 %
Dengan batas waktu 43 minggu, frekuensinya 3,4-4 %
Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui. Dari hasil penelitian Nwosu dan kawan-kawan, faktor
yang diduga berperan adalah rendahnya kadar kortisol pada darah janin, kurangnya air
ketuban dan insufisiensi plasenta.
Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan akan mulai
menurun setelah 42 minggu terlihat dari rendahnya kadar estrogen dan laktogen
plasenta. Akibat dari proses penuaan plasenta maka pemasukan makanan dan oksigen
akan menurun disamping adanya spasme arteri spiralis. Janin mengalami hambatan
pertumbuhan. Sirkulasi uteroplasentar akan berkurang 50 % menjadi hanya 250 ml/
menit. Jumlah air ketuban yang berkurang mengakibatkan perubahan abnormal
jantung janin.
Diagnosis
1. Perhitungan usia kehamilan berdasarkan pemeriksaan antenatal
2. Pemeriksaan serial tinggi fundus uteri menunjukkan penurunan, karena janin
tidak tumbuh lagi dan air ketuban berkurang
12
Ujian Kasus Gagal Induksi
3. Gerakan janin mulai terasa berkurang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan roentgenologik menunjukkan pusat-pusat penulangan pada bagian
distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter biparietal 9,8 cm
atau lebih
USG : ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban
Pemeriksaan sitologik air ketuban : diambil dengan amniosentesis baik
transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban dipulas dengan sulfat biru nil,
terlihat sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga.
Bila melebihi 10 % kehamilan di atas 36 minggu
Bila melebihi 50 % kehamilan di atas 39 minggu
Amnioskopi: melihat derajat kekeruhan air ketuban
Kardiotokografi: mengawasi dan membaca denyut jantung janin
Uji oksitosin : dengan infus oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi
uterus
Pemeriksaan rasio Lesitin dan sfingomielin
Pemeriksaan “non stres test”, bila hasilnya non reaktif dilanjutkan tes tekanan
oksitosin. Sedangkan bila reaktif dilanjutkan dengan seksio sesarea.
Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
Pemeriksaan pH darah kepala janin
Pemeriksaan sitologi vagina
Tanda-tanda Bayi Postmatur
Biasanya lebih berat dari bayi matur
Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
Verniks kaseosa di badan kurang
Kuku-kuku panjang
Rambut kepala agak tebal
Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
Komplikasi
13
Ujian Kasus Gagal Induksi
Terhadap ibu
Dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar,
dan moulding kepala kurang. Sehingga sering ditemukan partus lama, kesalahan
letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
Terhadap Janin
Resiko bahaya janin meningkat 3 kali dari kehamilan 40 minggu. Berat badan
mengalami peningkatan, tetap atau menurun. Dapat juga terjadi hipovolemia,
hipoksia, asidosis, sindrom gawat nafas, hipoglikemia dan hipofungsi adrenal yang
menyebabkan kematian bayi dalam kandungan.
Penatalaksanaan
Kehamilan lewat waktu
Non Stres Test
Non Reaktif
Reaktif
O. C. T
( - ) ( + )
Nilai Pelvik
SC
< 4 > 4
Induksi kateter His tidak Induksi oksitosin Foley 24 jam adekuat Amniotomi Ф 4 cm
Gawat janin His adekuat Kemajuan persalinan dlm 12 jamTdk memuaskan atau gawat janin
SC SC
Partus Pervaginam
1. Setelah usia kehamilan 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik-baiknya.
14
Ujian Kasus Gagal Induksi
2. Bila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan dapat ditunda 1
minggu dengan menilai gerakan janin
3. Pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
4. Tindakan seksio boleh dipertimbangkan bila ditemukan:
- Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum lengkap
- Pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terdapat tanda gawat janin
- Primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, preeklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin
- Bayi besar (>4000 gram), kelainan posisi
Pada pasien ini setelah gagal induksi selama 21 jam, akhirnya dilakukan seksio
sesarea.
15
Ujian Kasus Gagal Induksi
INDUKSI PERSALINAN
Definisi
Induksi persalinan adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang
belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal untuk merangsang timbulnya
kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.
Metode Induksi Persalinan
1. Medisinal;
- Infus oksitosin
- Prostaglandin
- Cairan hipertonik intrauterin
Yang banyak digunakan saat ini adalah pemberian infus oksitosin.
2. Manipulatif/ operatif;
- Amniotomi
- Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim
- Pemakaian rangsangan listrik
- Rangsangan pada puting susu
Indikasi
Indikasi Janin : - Kehamilan lewat waktu
- Ketuban Pecah Dini
- Janin mati
Indikasi Ibu : - Kehamilan dengan hipertensi
- Kehamilan 37 minggu dengan Diabetes Melitus
- Penyakit ginjal berat
- Hidramnion yang besar
- Primigravida tua
Kontra Indikasi
1. Malposisi dan malpresentasi janin
2. Insufisiensi plasenta
3. Disproporsi sefalopelvik
16
Ujian Kasus Gagal Induksi
4. Cacat rahim
5. Grande multipara
6. Gemelli
7. Distensi rahim yang berlebihan
8. Plasenta previa
Syarat-syarat pemberian infus oksitosin
1. Kehamilan aterm
2. Ukuran panggul normal
3. Tidak ada CPD
4. Janin dalam presentasi kepala
5. Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar dan sudah
mulai membuka
6. Bishop score > 8 (kemungkinan besar induksi berhasil)
Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks (cm) 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran serviks 0-30 % 40-50 % 60-70 % 80 %
Penurunan kepala diukur
dari bidang Hodge III
-3 -2 -1 +1 +2
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Ke
belakang
Searah sumbu
jalan lahir
Ke arah
depan
Komplikasi Infus Oksitosin
- Tetania uteri, ruptur uteri
- Gawat janin
Cara pemberian oksitosin drip:
- Kandung kemih dikosongkan
- Oksitosin 5 IU dimasukkan ke dalam dextrose 5 % 500 cc dimulai dengan 8
tetes per menit
17
Ujian Kasus Gagal Induksi
- Kecepatan dapat dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai tetes maksimal 60 tetes/
menit
- Pasien harus diobservasi ketat
- Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar tetesan
dipertahankan sampai persalinan selesai. Bila kontraksi rahim sangat kuat,
jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
- Bila dalam pemberian oksitosin ditemukan penyulit pada ibu atau janin, infus
oksitosin harus dihentikan dan kehamilan diselesaikan dengan seksio sesarea.
18
Ujian Kasus Gagal Induksi
SEKSIO SESAREA
(Operasi Kaisar, Sectio Caesarea)
Definisi
Adalah suatu cara melahirkan janin dengan membut sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau suatu histerotomia intuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
Istilah
Istilah section caesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya memotong.
Seksio sesarea primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio
sesarea.
Seksio sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan atau
partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
Indikasi
Indikasi ibu
1. Panggul sempit
2. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks/vagina
4. Plasenta previa
5. Disproporsi sefalo-pelvik
6. Ruptur uteri mengancam
7. Partus lama (prolonged labor) atau partus tak maju (obstructed labor)
8. Pre-eklamsia dan hipertensi
19
Ujian Kasus Gagal Induksi
Indikasi janin
Malpresentasi janin misalnya letak lintang, presentasi dahi dan muka,
presentasi rangkap dan gemelli.
Jenis-jenis operasi
1. Seksio sesarea klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri.
Kelebihan
- mengeluarkan janin lebih cepat
- tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
- sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
- infeksi mudah menyebar secara intra abdominal
- persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
2. Seksio sesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah
uterus.
Kelebihan
- penjahitan luka lebih mudah
- penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
- perdarahan kurang
- kemungkinan rupture uteri spontan lebih kecil
Kekurangan
- dapat terjadi perdarahan yang banyak
- keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi
20
Ujian Kasus Gagal Induksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar. Sinopsis Obstetri, Obsteri Fisologi dan Patologi, jilid 1&2. Jakarta :
EGC, 1998.
2. Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan edisi ke3. Jakarta : FKUI, 2003
3. Wiknjosastro. Ilmu Bedah Kebidanan edisi ke3. Jakarta : FKUI, 2003
4. Pernoll, Martin L. Late Pregnancy Complications. Dalam Current Obstetric &
Gynecologic Diagnosis & Treatment. Edition 8. International Edition. United
States of America : Appleton and Lange, 1994
21