gambaran faktor-fakto r yang mempengaruhi pemberian asi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312381-s...
TRANSCRIPT
-
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN
KUNCIRAN INDAH TANGERANG
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
PUTRI PERTIWI 0806457224
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA REGULER
DEPOK JULI 2012
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
ii
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
iii
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT
karena atas izin-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini
dilakukan untuk memenuhi tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu
Keperawatan. Saya bersyukur dapat menjalani proses penyusunan skripsi ini dan
mendapatkan banyak pengalaman baru. Saya menyadari bahwa tanpa dukungan
dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya megucapkan rasa terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu Dr. Yati Afiyanti, S.Kp., MN selaku dosen pembimbing saya yang
telah memberikan masukan yang berharga, menyediakan waktu, tenaga,
pikiran, dan kesabaran untuk membimbing saya dalam menyelesaikan
skripsi ini;
2. Staff pengajar FIK UI yang telah memberikan dukungan, informasi, dan materi selama perkuliahan, sehingga membantu saya dalam penyusunan
skripsi ini; 3. Kepala Kelurahan, seluruh Ketua RW, dan kader di Kelurahan Kunciran
Indah Tangerang yang telah memberi ijin kepada saya dan membantu
dalam penelitian di Kelurahan Kunciran Indah; 4. Mama (Sukaenah) dan Bapak (Kodim Sutardi) yang tidak pernah putus
memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini untuk Mama dan Bapak;
5. Kakak-kakak tercinta Aarie, Aabi, Mba Rina, dan Mba Trisna. Terima
kasih atas semangat, doa, dan segala hal positif yang telah diberikan;
6. Sahabat terbaik saya Winda Andriana dan Masbud (Windy, Dini,
Rosma, Bayu, dan Dedi) atas doa dan keceriaan yang diberikan selama ini;
7. Teman satu kamar saya, Rina Siti, teman-teman di rumah Ranger
(Nindy, Merlin, Darti, dan Resti), teman-teman Huru-Hara (Komang,
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
v
Mila, Fika, dan Rijun), dan teman-teman satu bimbingan (Ika, Nike, dan
Risa) atas semua doa, semangat, dan keceriaannya.
8. Teman-teman seperjuangan FIK UI reguler angkatan 2008 yang selalu
memberi semangat satu sama lain. Semoga kita dimudahkan dalam
mencapai cita-cita yang kita inginkan. Aamiin.
9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Saya menyadari bahwa
skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dari segi isi dan penulisan. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kemajuan kesehatan di
Indonesia.
Depok, Juni 2012
Penulis
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
vi
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Putri Pertiwi
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang
WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, namun
cakupan pemberian ASI eksklusif di beberapa daerah di Indonesia masih di bawah
target Departemen Kesehatan sebesar 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana
pada 106 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan. Hasil penelitian mendapatkan,
sebesar 91,5% responden memberikan ASI, namun hanya 31,1% yang
memberikannya secara eksklusif. Hasil faktor internal, sebanyak 87,7% responden
berpengetahuan baik, 57,7% berpersepsi negatif, dan kondisi kesehatan menghambat
pemberian ASI sebesar 50,9%. Hasil faktor eksternal, 50,9% petugas kesehatan
kurang mendukung, 50,9% terpajan promosi susu formula, 99% orang terdekat
mendukung, 71,7% memberikan ASI sesuai tradisi, dan 38,7% memberikan
makanan/minuman karena tradisi. Penelitian ini merekomendasikan agar petugas
kesehatan dapat meningkatkan dukungan melalui edukasi agar dapat meningkatkan
cakupan ASI eksklusif.
Kata Kunci: ASI eksklusif, faktor ekskternal, faktor internal, Kelurahan Kunciran
Indah
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
viii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Putri Pertiwi
Study Program : Science Nursing
Title : Factors that Influence Exclusive Breastfeeding at Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang
WHO recommended exclusive breastfeeding for six months, but the number of
exclusive breastfeeding still below the Health Department target as big as 80%. The
objective of this research is to determine factors that influence exclusive
breastfeeding at Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. This research used a simple
descriptive design to 106 mothers at Kunciran Indah who has 6-24 moths old baby.
The result was 91,5% mothers gave breast milk, but only 31,1% who gave it
exclusively. Result of internal factors were 87,7% respondent has a good knowledge,
55,7% has a negative perception, and health condition inhibit the breastfeed were
50,9%. Result of external factors were 50,9% health care professional has less
support, 50,9% saw the formula milk promotion, 99% relatives support,71,7% gave
breast milk as a tradition, and 38,7% gave additional food/drink because of tradition.
This research recommend healthcare professional to increase support through
education so that number of exclusive breastfeeding would be increased.
Key word: exclusive breastfeeding, extending breastfeed, extending breastfeeding
factor, Kelurahan Kunciran Indah
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR SKEMA xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
1. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 5 1.3 Tujuan Penelitian 6
1.3.1 Tujuan Umum 6 1.3.2 Tujuan Khusus 6
1.4 Manfaat Penelitian 6 1.4.1 Manfaat aplikatif 6 1.4.2 Manfaat teoritis 7 1.4.3 Manfaat Metodologi 7
2. TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Air Susu Ibu 8
2.1.1 Kandungan ASI 9 2.1.2 Manfaat Menyusui 12
2.2 Faktor Internal 13 a. Usia 13 b. Kondisi Kesehatan 14 c. Pengetahuan 16 d. Persepsi 16
2.3 Faktor Eksternal 17 a. Pendidikan 17 b. Dukungan Petugas Kesehatan 17 c. Dukungan Orang Terdekat 18 d. Promosi Susu Formula 18 e. Budaya 19 f. Status Pekerjaan 21 g. Tempat Bersalin 21
2.4 Kerangka Teori 22
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
x Universitas Indonesia
3. KERANGKA KERJA PENELITIAN 23 3.1 Kerangka Konsep 23 3.2 Definisi Operasional 24
4. METODOLOGI PENELITIAN 28 4.1 Desain Penelitian 28 4.2 Populasi dan Sampel 28 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 29 4.4 Etika Penelitian 29 4.5 Alat Pengumpulan Data 29 4.6 Proses Pengumpulan Data 32 4.7 Pengolahan Data 32 4.8 Analisis Data 35 4.9 Sarana Penelitian 36
5. HASIL PENELITIAN 37 5.1 Pelaksanaan Penelitian 37
5.2 Penyajian Hasil Penelitian 37
5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang 37
5.2.2 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang 39
5.2.3 Gambaran Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang 40
5.2.4 Gambaran Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang 41
6. PEMBAHASAN 43 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil 43
6.1.1 Pemberian ASI Eksklusif 43
6.1.2 Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif 44
6.1.3 Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif 46
6.2 Keterbatasan Penelitian 50
6.3 Implikasi Keperawatan 51
7. PENUTUP 52 7.1 Kesimpulan 52 7.2 Saran 53
7.2.1 Pelayanan Kesehatan 53 7.2.2 Penelitian Keperawatan 53 7.2.3 Pendidikan Keperawatan 54
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
xi Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan susu formula 10
Tabel 3.1 Definisi Operasional 24
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106) 39
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang,
April-Mei 2012 (n=106) 41
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang,
April-Mei 2012 (n=106) 42
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori 22
Gambar 3.2 Kerangka Konsep 23
Gambar 5.1 Distribusi Proporsi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Kunciran Indah, Tangerang (n=106) 39
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed consent
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Jadwal Kegiatan
Lampiran 5 Biodata
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebanyak 193.000 anak Indonesia kehilangan kesempatan hidup sebelum
berusi 5 tahun (UNICEF, 2011). Meskipun angka kematian bayi di dunia
turun dalam sepuluh tahun terkahir, UNICEF menyatakan angka kematian
bayi di Indonesia masih tinggi. Jika dibandingkan negara-negara di ASEAN,
angka kematian bayi di Indonesia 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia dan 1,3
kali lebih tinggi dari Filipina.
Bayi memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit karena daya tahan tubuh
yang belum sempurna. Infeksi saluran pernapasan akut merupakan
penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita di Indonesia (Naim,
2001). Naim dalam penelitiannya menemukan bayi yang tidak diberi ASI
secara eksklusif memiliki risiko mengidap pneumonia lebih besar 4,89 kali
daripada bayi yang diberi ASI.
ASI yang memiliki berbagai manfaat yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi juga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit akut
dan kronik. McNiel, Labbok, & Abrahams (2010) mengemukakan bayi
yang diberikan ASI memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit
otitis media, asma, diabetes tipe 1 dan 2, dermatitis atopik, dan infeksi
saluran napas bagian bawah. Penelitian yang dipublikasikan oleh Off Our
Backs, Inc (2011) menunjukkan ASI juga dapat melindungi bayi dari
penyakit yang biasa diderita bayi seperti campak dan influenza.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan alami untuk bayi yang
berasal dari ibu. ASI memiliki kemungkinan risiko alergi yang sangat kecil
jika dibandingkan dengan nutrisi lainnya. Oleh sebab itu, ASI dapat
dikatakan sebagai makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
2
Universitas Indonesia
mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi (Siregar, 2004).
Kebaikan ASI tersebut mendorong WHO merekomendasikan pemberian
ASI selama enam bulan secara eksklusif. Pemberian ASI eksklusif yang
dimaksud adalah memberi ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan
padat lainnya kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau
sirup. Selanjutnya, UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan
beberapa negara lain menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif
selama enam bulan (Amiruddin, 2006).
Jangka waktu yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif, yaitu enam
bulan, ternyata belum sepenuhnya diterapkan di sebagian besar daerah di
Indonesia. Penelitian oleh Nutrition & Health Surveillance System Indonesia
bersama Helen Keller International (2002) mendapatkan hasil hanya 27-
42% bayi di bawah dua bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Laporan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2007)
menunjukkan rata-rata balita disusui selama 16.5 bulan. Hal ini mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 16.9
bulan (Pee, et al., 2002).
Rendahnya angka balita yang disusui dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, yaitu yang berasal
dari ibu, diantaranya, tingkat pengetahuan, kondisi kesehatan, dan persepsi
ibu. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa dukungan orang terdekat,
petugas kesehatan, promosi susu formula, dan budaya di lingkungan tempat
tinggal ibu.
Faktor internal yang pertama, yaitu tingkat pengetahuan ibu, memiliki andil
dalam pemberian ASI eksklusif. Novita (2008) menemukan tingkat
pengetahuan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan berbanding
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
3
Universitas Indonesia
terbalik dengan pemberian ASI pada bayi. Semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada
bayinya.
Faktor selanjutnya yaitu persepsi. Hal yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif pada faktor ini yaitu munculnya persepsi ibu tentang kurangnya
produksi ASI yaitu sindroma ASI kurang. Hal ini dapat menghambat
pemberian ASI eksklusif karena persepsi tersebut memicu terjadinya
peralihan dari ASI menuju susu formula (Siregar, 2004; Off Our Backs, Inc,
2011).
Kondisi kesehatan ibu turut mendukung pemberian ASI eksklusif. Ibu yang
menderita suatu penyakit tertentu yang disebabkan oleh virus, seperti TB
dan HIV, cenderung memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena
khawatir menularkan penyakit yang ia derita kepada bayinya. Studi yang
dilakukan Swarts et al (2010) di KwaZulu-Natal menunjukkan 48,6% ibu
yang terinfeksi HIV memilih untuk menggunakan susu formula sebagai
pengganti ASI karena dinilai dapat menginfeksi bayinya (Coad & Dunstall,
2005; McNiel, Labbok, & Abrahams, 2010).
Selain pengaruh dari faktor internal, faktor eksternal juga berperan penting
dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor yang pertama adalah dukungan
orang terdekat seperti suami, ibu, dan saudara perempuan. Studi pada tahun
2010 menunjukkan 13% ibu memutuskan untuk memberikan ASI atau susu
formula karena pengaruh dari ibu dan saudara perempuannya (Swarts,
Kruger, & Dolman, 2010).
Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap pengaruh petugas kesehatan
terhadap pemberian makan yang dilakukan ibu menunjukkan hasil yang
signifikan. Sebanyak 90% responden yang menerima konseling dari petugas
kesehatan tentang metode pemberian makan pada bayi, baik ASI maupun
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
4
Universitas Indonesia
susu formula, menunjukkan adanya pengaruh petugas kesehatan dalam
pengambilan keputusan pemberian makan. Wanita yang memperoleh
informasi mengenai ASI eksklusif dari petugas kesehatan memiliki
kecenderungan untuk menyusui secara eksklusif dalam waktu yang lama
(Chezem, Friensen, & Clark, 2001; Minnie & Greeff, 2006; Piwoz,
Humprey, Iliff, et all, 2007; Piwoz, Ferguson, Bentley, et all, 2006; Swarts,
Kruger, & Dolman, 2010; Doherty, Chopra, Nkonki, et all, 2006;).
Penelitian yang dilakukan Swarts, Kruger, dan Dolman (2010)
menunjukkan susu formula menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif. Promosi susu formula menyebabkan ibu memiliki
alasan untuk tidak memberikan atau mengombinasikan pemberian ASI.
Responden yang diwawancara saat penelitian dilakukan menyatakan salah
satu alasan ia menggunakan susu formula karena pemerintah
memberikannya secara cuma-cuma (Swarts, Kruger, dan Dolman, 2010).
Faktor eksternal yang terakhir adalah budaya. Budaya memiliki peran yang
sangat besar dalam pemberian ASI eksklusif. Budaya yang dianut seseorang
secara turun temurun cenderung sulit untuk diperbaiki. Banyak kebudayaan
di Indonesia yang menghambat pemberian ASI eksklusif karena beberapa
persepsi budaya. Sebagai contoh, pada masyarakat Lombok memiliki
persepsi bayi yang tidak diberi nasi pada usia dini tidak tumbuh menjadi
besar dan kuat seperti yang diharapkan (Pratiwi, 1998). Persepsi budaya
seperti ini dapat membuat pencapaian pemberian ASI eksklusif menurun.
Data statistik penelitian dan pengembangan Kota Tangerang 2010
menunjukkan seluruh kelurahan di Kota Tangerang memiliki cakupan ASI
di bawah target Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%, salah satunya
adalah Kelurahan Kunciran Indah. Kelurahan Kunciran Indah memiliki
jumlah bayi terbanyak keenam dari 25 Kelurahan di Kota Tangerang,
namun memiliki cakupan ASI eksklusif ketiga terendah yaitu sebesar
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
5
Universitas Indonesia
24,87%. Proporsi ini masih jauh dari target departemen kesehatan.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis ingin mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran
Indah, Tangerang.
1.2 Rumusan Masalah
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, meskipun angka kematian
bayi di dunia turun dalam sepuluh tahun terakhir (UNICEF, 2011).
Kematian bayi disebabkan oleh infeksi penyakit. Infeksi saluran pernapasan
merupakan penyebab utama kematian bayi di Indonesia. Pencegahan
penyakit dilakukan salah satunya dengan memberikan ASI.
ASI dinilai sebagai nutrisi terbaik untuk bayi. Oleh sebab itu, WHO
merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif tanpa tambahan cairan
lain maupun makanan. Vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau
sirup merupakan pengecualian. UNICEF bersama WHA juga menetapkan
jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, namun
rekomendasi tersebut belum sepenuhnya terlaksana di Indonesia.
Data statistik penelitian dan pengembangan Kota Tangerang 2010
menunjukkan seluruh kelurahan di Kota Tangerang memiliki cakupan ASI
di bawah target Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%, salah satunya
adalah Kelurahan Kunciran Indah. Kelurahan Kunciran Indah memiliki
jumlah bayi terbanyak keenam dari 25 Kelurahan di Kota Tangerang,
namun memiliki cakupan ASI eksklusif ketiga terendah yaitu sebesar
24,87%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik internal ibu
maupun eksternal ibu. Penelitian ini merumuskan masalah penelitian yaitu
belum diketahuinya gambaran faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah,
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
6
Universitas Indonesia
Tangerang. Adapun pertanyaan penelitian dari masalah ini sebagai berikut.
a. Bagaimana persentase pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran
Indah?
b. Apa saja faktor-faktor internal yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah?
c. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI di
Kelurahan Kunciran Indah?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui:
a. Persentase pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah
b. Gambaran faktor internal yang mempengaruhi pemberian pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah
c. Gambaran faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengetahui seberapa
besar faktor internal dan eksternal mempengaruhi pemberian ASI.
Selanjutnya baik petugas kesehatan maupun pemerintah dapat menentukan
strategi yang tepat dalam peningkatan angka pemberian ASI eksklusif
berdasarkan faktor-faktor yang diteliti.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
7
Universitas Indonesia
1.4.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan keperawatan
maternitas tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini
memberikan informasi tentang tentang faktor internal dan eksternal apa saja
yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
1.4.3 Manfaat Metodologi
Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan faktor pemberian ASI untuk melihat kembali masing-masing faktor
secara mendalam. Penelitian ini juga berguna sebagai bahan referensi atau
data bagi penelitian selanjutnya terkait pemberian ASI eksklusif.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
8 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan
dalam membuat instrumen penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pemaparan
teori tentang ASI eksklusif akan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan
memaparkan mengenai teori yang berkaitan dengan ASI dan ASI eksklusif.
Selanjutnya secara berurutan, teori bagian kedua dan ketiga akan membahas tentang
faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
2.1 Air Susu Ibu (ASI)
ASI memiliki nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Hal ini membuat beberapa organisasi seperti WHO,
UNICEF, dan WHA merekomendasikan pemberian ASI saja selama enam
bulan (Amiruddin, 2006). Departemen kesehatan juga menargetkan cakupan
pemberian ASI eksklusif sebesar 80%.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mamari
manusia. Sebagai satu-satunya makanan alami yang berasal dari ibu, ASI
menjadi makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena mengandung zat gizi
sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Siregar, 2004).
ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan sampai
dengan bayi berumur enam bulan. Makanan tambahan yang dimaksud yaitu
susu formula, air matang, jus buah, air gula, dan madu. Vitamin, mineral,
maupun obat dalam bentuk tetes atau sirup tidak termasuk dalam makanan
tambahan (Pearl et all, 2004; Dee, 2007).
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
9
Universitas Indonesia
2.1.1 Kandungan ASI
ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi enam bulan karena kandungan
gizinya yang sesuai. Kapasitas lambung bayi baru lahir hanya dapat
menampung cairan sebanyak 10-20 ml (2-4 sendok teh). ASI memiliki
kandungan gizi yang sesuai serta volume yang tepat sesuai dengan kapasitas
lambung bayi yang masih terbatas (Depkes, 2009).
ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi yang
terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi ASI
berbeda-beda sesuai dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa
gestasi janin saat lahir (Olds et all, 2000). Berdasarkan faktor yang telah
disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi
(transitional milk), dan ASI matang (mature milk).
Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuning-
kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein,
vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI
matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi akan
Iminoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bagi bayi, kolostrum juga
berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru
lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai beberapa hari
setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI
transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Olds et all, 2000;
Roesli, 2003; Brown, 2004).
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai
kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI
transisi semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air,
dan semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
10
Universitas Indonesia
dengan lama menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Olds et all,
2000; Roesli, 2003).
ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian
yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal
bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down.
Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk
mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Olds et
all, 2000; Roesli, 2003). Kandungan ASI secara rinci, serta perbandingannya
dengan kolostrum dan susu formula dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan susu formula
Kandunga
n
Kolostru
m
ASI
(100 ml)
Susu Sapi
(100 ml)
Keterangan
Energi
Air
70 (kkal) 66 (kkal) Kolostrum diproduksi
dalam jumlah kecil, namun
lebih mudah dicerna.
Protein immunogl
obulin
untuk
meningkat
kan
kandungan
protein
1.3 g
(sebagian
besar air
dadih);
lactalbumin;
immunoglob
ulin;
laktoferin;
lisozim;
enzim;
hormon.
3.5 g
(banyak
mengandu
ng kasein)
Kolostrum mengandung
banyak imun pasif sebagai
proteksi pertama bagi
bayi; susu sapi lebih sulit
dicerna karena
mengandung kasein, juga
mengandung laktoglobulin
yang tidak ditemukan pada
ASI (diduga sebagai
penyebab alergi pada susu
sapi); perbedaan rasio
protein menyebabkan anak
sapi lebih cepat tumbuh
daripada bayi manusia.
Laktosa Sedikit
laktosa
7.0 g
menyediakan
37% dari
kebutuhan
energi
4.9 g Rasa ASI lebih manis dari
susu sapi
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
11
Universitas Indonesia
Kandungan Kolostru
m
ASI (100
ml)
Susu Sapi
(100 ml)
Keterangan
Lemak Sedikit
lemak
4.2 g (98%
trigliserida
)
menyediak
an kurang
lebih 50%
dari
kebutuhan
energi
3.7 g Semua susu mamalia kaya akan
lemak berkaitan dengan tingginya
energi yang dihasilkan dari
metabolisme lemak
Sodium 15 mg 22 mg Konsentrasi ion lebih tinggi pada
susu sapi; ginjal neonatus
mungkin tidak dapat mengatur
konsentrasi ion yang lebih tinggi
berkaitan dengan ketidakmaturan
Potasium 60 mg 35 mg
Klorida 43 mg 29 mg
Kalsium 35 mg 117 mg
Posfor 15 mg 92 mg
Magnesium 2.8 g
Vit. A Level
meningkat
60 m Lebih
sedikit
Vit. D 0.01 m
Vit. E Level
meningkat
0.35 m
Vit. K Level
meningkat
0.21 m 6 m
Tiamin 16 m 44
Riboflavin 30 m 175 m
Nicotinic
acid
230 m
B12 0.01 m 0.4 m
B6 6 m
Folat 5.2 m 5.5 m
Pentotenic
acid
260 m
Biotin 3.8 m
Vit. C 3.8 mg 1.1 mg
Besi 76 m 5 mg ASI memiliki tingkat besi yang
rendah, namun besi dapat diserap
kurang lebih 20 kali lebih efisien
daripada besi tambahan
Tembaga 76 m
Zinc 295 m
Iodin 7 m Sumber: Coad,J., & Dunstall, M. (2005). Anatomy and physiology for midwives. 2
nd edition. London:
Elsevier Mosby. p. 421-422.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
12
Universitas Indonesia
2.1.2 Manfaat Menyusui
Proses menyusui berarti memberikan susu pada bayi (KBBI, 2003). Susu yang
dimaksud dalam pengertian ini adalah ASI. Pemberian ASI memiliki manfaat
karena ASI mengandung nutrisi optimal untuk bayi yang memberikan berbagai
kebaikan. Manfaat menyusui tidak hanya dirasakan oleh bayi, tetapai juga oleh
ibu. Manfaat tersebut diantaranya manfaat imunologis, nutrisi, dan psikologis.
Manfaat imunologis yang diberikan ASI mencangkup perlindungan dari infeksi
respirasi dan gastrointestinal, otitis media, meningitis, sepsis, dan alergi.
Perlindungan ini didapat bayi mulai dari periode neonatal sampai
immunoglobulin pada bayi aktif pada usia 18 bulan. Immunoglobulin seperti
secretory IgA mengandung antivirus dan antibakteri. Secretory IgA berperan
dalam mengurangi permiabilitas usus halus terhadap makromolekul antigenik.
Kandungan lain dalam kolostrum seperti Lactobacillus bifidus, lisosim,
laktoperoksidase, laktoferin, transferin, dan berbagai immunoglobulin dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan virus (Olds et all, 2000).
Manfaat nutrisi ASI salah satunya diperoleh dari kolesterol dan mineral. Kadar
kolesterol yang tinggi dan asam amino yang seimbang dalam ASI sangat baik
untuk pembentukan myelin dan perkembangan saraf bayi. Tingginya kadar
kolesterol pada ASI dapat merangsang produksi enzim yang membuat
metabolisme kolesterol menjadi efisien dengan cara menurunkan efek jangka
panjang yang buruk pada sistem kardiovaskuler (Lawrence (1994) dalam Olds
et all, 2000)).
ASI mengandung mineral dengan jumlah yang lebih sesuai dibandingkan
dengan susu formula. Meskipun jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI
lebih rendah dari susu formula, zat besi dalam ASI lebih mudah diserap dan
cukup untuk memenuhi kebutukan zat besi bayi pada usia empat sampai enam
bulan (Olds et all, 2000).
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
13
Universitas Indonesia
Keuntungan lain dari menyusui yaitu semua komponen dalam ASI diberikan
pada bayi dalam bentuk yang tidak berubah. Vitamin yang terdapat pada ASI
tidak hilang jika dipanaskan. Jika ibu mengonsumsi multivitamin, bayi hanya
membutuhkan vitamin D dan fluoride sampai bayi berusia lebih dari enam
bulan (Olds et all, 2000).
Manfaat psikologis yang diperoleh dari menyusui yaitu menyusui dapat
meningkatkan rasa kasih sayang antara ibu dan bayi karena selama proses
menyusui terjadi kontak secara langsung antara keduanya. Kemampuan bayi
dalam merasakan sentuhan berkembang pesat setelah bayi lahir dan menjadi
bentuk utama dalam berkomunikasi. Hal ini dapat memberikan kehangatan,
kedekatan, dan kenyamanan, juda meningkatnya kedekatan antara ibu dan bayi
(Olds et all, 2000).
2.2 Faktor Internal
Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi beberapa dimensi seperti
biologis, kognitif, dan afektif (William et al, 2011). Ketiga dimensi dalam
faktor internal ini berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Bagian dari
dimensi biologis yang akan dibahas mencangkup usia dan kondisi kesehatan,
kognitif mencangkup pengetahuan, dan afektif yang mencangkup persepsi yang
berkaitan dengan ASI Eksklusif.
a. Usia
Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu yang berusia 19-23
tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih cukup dibanding ibu yang
berusia lebih tua. Hal ini teradi karena adanya pembesaran payudara setiap
siklus ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun, namun
terjadi degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara
keseluruhan setelah usia 30 tahun (Suraatmadja, 1997: Novita, 2008).
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
14
Universitas Indonesia
Penelitian yang dilakukan Asmijati (2001) menemukan proporsi pemberian ASI
eksklusif pada ibu berusia sampai dengan 30 tahun lebih banyak dari ibu yang
berusia lebih dari 30 tahun.
b. Kondisi Kesehatan
Model kontinum sehat-sakit Neuman (1990) dalam Potter & Perry (2005)
mendefinisikan sehat sebagai sebuah keadaan dinamis yang berubah secara
terus menerus sesuai dengan adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan
yang ada di lingkungan internal dan eksternalnya. Adaptasi penting dilakukan
untuk menghindari terjadinya perubahan dan penurunan dibanding kondisi
sebelumnya. Adaptasi terjadi untuk mempertahankan kondisi fisik, emosional,
intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat (Potter & Perry,
2005).
Dua kondisi yang penting dipertahankan karena berpengaruh terhadap
pemberian ASI yaitu kondisi fisik dan emosional. Kondisi fisik perlu
dipertahankan agar seseorang tidak mengalami masalah kesehatan, tidak
terkecuali pada ibu menyusui. Hasil penelitian MacLaen (1998) yang dibahas
dalam William (2011) menunjukkan masalah kesehatan dalam memberikan
ASI merupakan faktor utama ibu berhenti atau tidak memberikan ASI pada bayi
berusia tiga sampai empat bulan. Masalah kesehatan atau penyakit yang diderita
ibu dapat menyebabkan pemberian ASI menjadi kontraindikasi bagi ibu.
Olds, dkk (2000) menyebutkan ibu yang menderita kanker payudara sebaiknya
tidak menyusui bayinya agar ibu dapat menjalankan pengobatan sesegera
mungkin. Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang
menderita galaktosemia, yaitu keadaan kongenital dimana hati tidak dapat
merubah galaktosa menjadi glukosa dan akan berpengaruh pada perkembangan
bayi (Adams, dkk, 2007). Penyakit lain yang dinilai menjadi kontraindikasi
pemberian ASI yaitu HIV/AIDS (Olds, dkk, 2002).
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
15
Universitas Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) di KwaZulu
Natal menunjukkan 48,6% ibu yang terinfeksi HIV memilih susu formula
sebagai asupan nutrisi utama untuk bayinya. Menurut responden, masyarakat
menganggap seseorang yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan menyusui
karena dapat menginfeksi bayinya. Namun, hal ini sangat bertolak belakang
dengan rekomendasi dari WHO tentang penggantian ASI.
WHO menetapkan pengganti ASI, dalam hal ini susu formula,
direkomendasikan untuk ibu dengan HIV hanya jika cocok (acceptable), mudah
dikerjakan (feasible), mampu (affordable), digunakan terus menerus
(sustainable), dan aman (safe). Tingginya presentasi ibu yang memilih susu
formula di KwaZulu Natal menjadi fokus perhatian karena lingkungan yang
tidak aman dan tidak mendukung pemberian susu formula. Bayi yang diberikan
susu formula memiliki risiko meninggal tiga kali lebih besar pada umur dua
bulan, empat kali lebih besar pada umur dua sampai tiga bulan, dan dua-
setengah kali lebih besar dari bayi yang diberikan ASI pada umur yang sama.
Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar ibu tidak mengalami
perubahan perilaku dalam memberikan ASI eksklusif. Salah satu masalah
emosi yang paling umum dialami yaitu stress. Wagner (2012) menyatakan
stress dapat terjadi pada ibu menyusui akibat bayi cepat marah dan sering
mencari susu ibu. Beliau juga mengatakan stres memiliki pengaruh terhadap
produksi ASI.
Siregar (2004) menyatakan bahwa ibu yang berada dalam keadaan tertekan
secara emosional, memiliki kemungkinan untuk mengalami kegagalan dalam
menyusui bayinya, karena keadaan emosi dapat mempengaruhi let-down reflex
saat menyusui. Let-down reflex mudah sekali terganggu saat ibu mengalami
goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
16
Universitas Indonesia
down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi yang tidak cukup mendapat
ASI akan menangis dan tangisan tersebut membuat ibu lebih gelisah dan
semakin mengganggu let down reflex.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan perilaku
kognitif. Seseorang dapat mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi
baru dan dapat diingat kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari
pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam
mempelajari informasi yang penting (DeLaune & Ladner, 2002); Potter &
Perry, 2005).
Informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang terkait pemberian ASI
eksklusif dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam memberikan ASI
eksklusif hal ini telah dibuktikan oleh Yuliandarin (2009) dalam penelitiannya,
yaitu ibu yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 5,47 kali lebih
besar untuk menyusui secara eksklusif. Asmijati (2001) juga mendapatkan hasil
serupa pada penelitiannya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki
kemungkinan 6,7941 kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dari ibu
yang memiliki pengetahuan rendah.
d. Persepsi
Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut Siregar (2004), yaitu
sindroma ASI kurang. Pada kasus sindroma ASI kurang ibu merasa ASI yang ia
produksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu sering merasa
payudara sudah tidak memproduksi ASI karena ketegangannya berkurang. Hal
ini telah dibuktikan dalam penelitian William et al (2011) yang menyebutkan
ibu yang memiliki bayi berusia tiga sampai enam bulan berhenti menyusui
bayinya karena khawatir dengan persediaan ASI yang ia miliki.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
17
Universitas Indonesia
Salah satu penyebab munculnya persepsi negatif ini karena bayi sering
menangis saat minta disusui (Siregar, 2004). Hal tersebut terjadi karena
semakin bertambahnya usia bayi, kebutuhan cairan bayi meningkat, sehingga
bayi lebih sering minta disusui. Selain itu, ASI cepat dicerna sehingga perut
bayi cepat menjadi kosong. Hal tersebut membuat ibu beranggapan bayi perlu
diberikan minuman tambahan bahkan dikenalkan dengan makanan padat
(Siregar, 2004; William, dkk, 2011).
2.3 Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibagi menjadi
beberapa dimensi yaitu institusi, sosial, dan sosial demografi (William et al,
2011). Dimensi institusi yaitu fasilitas kesehatan; sosial yaitu dukungan petugas
kesehatan, dukungan orang terdeka dan promosi susu formula; dan sosial
demografi seperti pendidikan, pekerjaan, dan suku/budaya.
a. Pendidikan
Novita (2008) dalam penelitiannya menyebutkan semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada
bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
kesibukan di luar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan
ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga
memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyusui bayinya. Hal ini didukung
oleh penelitian Nurjanah (2007) yang menemukan proporsi pemberian ASI
pada ibu yang berpendidikan rendah lebih besar dari ibu yang berpendidikan
tinggi.
b. Dukungan Petugas Kesehatan
Penelitian di Afrika Selatan juga menunjukkan edukasi mengenai pemberian
makan yang dilakukan di klinik berperan penting dalam pemilihan menyusui
secara dini. Edukasi mengenai pemberian ASI sangat penting dilakukan
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
18
Universitas Indonesia
sebelum atau selama kehamilan dan dilanjutkan setelah melahirkan. Persepsi
dari tenaga kesehatan sangat penting karena mereka persepsi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan yang dibuat ibu (Chezem, Friensen, & Clark, 2001;
Doherty, Chopra, Nkonki, et al, 2006; Minnie & Greeff, 2006; Piwoz,
Ferguson, Bentley, et all, 2006; Piwoz, Humprey, Iliff, et al, 2007; Swarts,
Kruger, & Dolman, 2010;).
Sebesar 90% responden menerima konseling dari petugas kesehatan tentang
metode pemberian makanan pada bayi dan hal tersebut mempengaruhi
keputusan responden. Hal tersebut telah dibuktikan di penelitian lain yang
dilakukan Chezem (2001), Doherty (2006) dan Piwoz (2006). Wanita yang
memperoleh informasi tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan memiliki
kecenderungan untuk menyusui secara eksklusif untuk jangka waktu yang
lama.
c. Dukungan Orang Terdekat
Olds, London, dan Ladewig (2000) menyatakan keputusan untuk memberikan
ASI sering dipengaruhi oleh keluarga terutama suami dan orangtua, teman, dan
lingkungan sosial ibu daripada pengetahuan ibu. Dukungan keduanya telah
terbukti berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Suatu penelitian
menunjukkan, dalam memutuskan pemberian ASI atau susu formula, 13%
responden dipengaruhi oleh ibunya atau saudara perempuannya (Swarts,
Kruger, & Dolman, 2010).
d. Promosi Susu Formula
Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat berdirinya usaha pemerahan
susu. Susu sapi dimodifikasi dan diproses menjadi susu formula yang menjadi
asupan untuk bayi. Secara kuantitas, susu hewan mungkin bernilai sama dengan
susu manusia, namun secara kualitas keduanya berbeda. Perbedaan antara
kuantitas dan kualitas antara ASI dan susu sapi sebelumnya telah ditampilkan
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
19
Universitas Indonesia
dalam tabel 2.1. Berdasarkan perbedaan komposisi tersebut, bayi yang
mengonsumsi ASI dinilai memiliki komposisi tubuh yang berbeda dengan bayi
yang mengonsumsi susu formula (Coad & Dunstall, 2005).
Widodo (2007) dalam tesisnya menyatakan pergeseran perilaku pemberian ASI
ke susu formula terjadi karena susu formula dianggap lebih bergengsi. Beliau
mengemukakan hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh media yang didominasi
oleh televisi. Banyaknya iklan susu formula di televisi yang bersaing dalam
memberikan nutrisi unggulan untuk bayi, memberikan dampak negatif bagi
pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian Mardaya (2002)
yang menemukan akses informasi memiliki dampak negatif yang dapat
menurunkan pemberian ASI eksklusif.
Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) mengemukakan beberapa alasan ibu dalam
memilih susu formula. Alasan yang pertama kali ditemui adalah ibu memilih
susu formula agar dapat meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat
mengurus bayinya. Alasan lain berhubungan dengan penyakit yang diderita
ibu, yaitu ibu tidak ingin menularkan penyakit yang diderita melalui ASI.
Alasan terkahir ibu berpendapat ia memilih susu formula yaitu pemerintah
memberikannya secara cuma-cuma.
e. Budaya
Budaya sebagai hal yang dianut secara turun-temurun dalam suatu masyarakat
memiliki pengaruh pada perilaku menyusui secara eksklusif. Sebagian besar
hasil studi yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan
praktik pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jarang dilakukan karena
pengaruh budaya yang dianut. Biasanya hal yang menghambat keberhasilan
ASI eksklusif adalah praktik pemberian makan yang seharusnya belum
dilakukan pada bayi di bawah enam bulan. Swasono (1998) dalam bukunya
membahas pengaruh budaya terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
20
Universitas Indonesia
di beberapa wilayah di Indonesia seperti pada masyarakat Bandainera, To
Bunggu, Lombok, dan Betawi.
Swasono & Soelisa dalam bukunya menyebutkan masyarakat Bandainera,
Maluku Tengah menganggap ASI sebagai makanan utama bagi bayi.
Pemberian kolostrum pada bayi dilakukan setelah ibu mendapat penyuluhan
dari puskesmas setempat. Penyapihan dapat terjadi lebih cepat jika ibu berada
dalam keadaan tidak sehat. Sebagai pengganti ASI dapat diberikan teh manis
serta makanan tambahan. Selain ASI, masyarakat Bandainera juga
menggunakan susu kaleng sebagai makanan tambahan bayi maupun sebagai
pengganti ASI dalam keadaan terpaksa. Selain ASI makanan tambahan yang
banyak tersedia di lingkungan setempat adalah pisang dan bubur nasi. Tim
sayuran juga diberikan setelah bayi berusia lebih dari tiga bulan (Swasono &
Soselisa, 1998).
Mustamin (1998) dalam bukunya membahas pengaruh budaya terhadap
pemberian ASI pada masyarakat To Bunggu. ASI keluar beberapa jam setelah
kelahiran pada masyarakat dan kolostrum yang keluar yang keluar harus
dibuang karena masyarakat menganggap kolostrum dapat membuat bayi sakit
perut. Masyarakat beranggapan bayi harus mulai diberi makanan tambahan saat
bayi sudah sering menangis ketika diberi ASI. Keadaan tersebut umumnya
ditunjukkan bayi saat berusia dua minggu hingga dua bulan (Mustamin, 1998).
Hal ini menunjukkan budaya memberikan pengaruh yang besar terhadap
pemberian ASI eksklusif karena masyarakat lebih percaya pada pengetahuan
budaya yang mereka peroleh dari generasi sebelummnya.
Bayi di daerah Lombok diberi makanan pertama berupa ASI (Pratiwi, 1998).
Kolostrum yang disebut susu kuning diberikan pada bayi jika bayi
menginginkannya. Jika bayi belum mau menyusu, ibu mengoleskan madu pada
puting susu dengan tujuan untuk menghilangkan rasa amis pada kolostrum.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
21
Universitas Indonesia
Namun pada kasus tertentu ketika air susu belum keluar, bayi harus diberi
makanan berupa nasi yang terlebih dahulu dikunyah oleh ibunya. Pemberian
makanan tambahan dilakukan karena penduduk setempat beranggapan bahwa
ASI saja tidak cukup untuk membuat bayi cepat besar dan kuat (Pratiwi, 1998).
Pada umumnya masyarakat di Desa Ragunan sudah memperkenalkan nasi
kepada bayinya dalam umur satu hari. Selama menunggu keluarnya ASI, bayi
akan diberi nasi uleg yang terdiri dari nasi dan pisang siam kukus yang
dilumatkan menjadi satu. Sebelum itu, bayi juga diberi makan kelapa muda
yang masih berbentuk lendir. Masyarakat di Desa Ragunan juga memberi
makanan tambahan berupa pisang ambon, nasi uleg, bubur saring, nasi tim,
bubur dari tepung beras dengan gula kelapa, biskuit, susu kaleng, atau nasi
biasa. Umumnya makanan tambahan ini diberikan pada bayi berusia enam
bulan (Gularso, 1998).
f. Status Pekerjaan
Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh laki-laki
tetapi juga perempuan, tidak terkeculi ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu
menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui
(Siregar, 2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Subrata (2004)
menunjukkan kelompok ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk
tidak menyusui bayi secara eksklusif.
g. Tempat bersalin
Tempat bersalin memiliki peranan dalam pencapaian pemberian ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan Kusnadi (2007) dalam Lestari (2009) menunjukkan
proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melakukan persalinan
menggunakan fasilitas kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang
tidak menggunakan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh, ibu yang
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
22
Universitas Indonesia
melakukan persalinan di fasilitas kesehatan mendapatkan info lebih baik
tentang ASI eksklusif daripada yang bersalin di fasilitas non kesehatan.
2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori tentang pemberian ASI yang telah dibahas
sebelumnya, peneliti merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini.
Sumber: Pearl et al (2004); Dee (2007); (William, 2011)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Faktor Internal
-Usia
-Pengetahuan
-Persepsi
-Kondisi kesehatan
Faktor Eksternal
-Pendidikan
-Pekerjaan
-Tempat bersalin
-Dukungan petugas
kesehatan
-Dukungan orang
terdekat
-Promosi susuformula
-Budaya
Pemberian ASI
Eksklusif : Memberikan ASI
selama enam bulan tanpa
makanan/minuman tambahan
Tidak eksklusif: tidak
memberikan ASI selama enam
bulan tanpa makanan/minuman
tambahan
ASI
Kandungan ASI Manfaat ASI Faktor-faktor
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
23 Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Bab ini berisi uraian kerangka konsep dan definisi operasional yang memberi
batasan dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian.
Kerangka konsep mengacu pada tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran
faktor internal dan eksternal pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran
Indah. Definisi operasional berisi pengertian batasan karakteristik hal yang akan
diteliti dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian faktor-
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
3.1 Kerangka Konsep
Faktor internal meliputi usia pengetahuan, kondisi kesehatan, persepsi, dan
faktor emosional. Selanjutnya faktor eksternal yang diteliti meliputi
pendidikan, dukungan petugas kesehatan, dukungan orang terdekat, dan
budaya.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Faktor Internal
Usia Pengetahuan Kondisi kesehatan Persepsi
Faktor Eksternal
Pendidikan Pekerjaan Tempat bersalin Dukungan petugas kesehatan Promosi susu formula Budaya Dukungan orang terdekat (sumber
dukungan, bentuk dukungan, dan lama
pemberian dukungan)
Pemberian ASI
eksklusif
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
24
Universitas Indonesia
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Internal
Usia Usia dihitung dari tanggal
lahir sampai tanggal saat
dilakukan penelitian
Pernyataan dalam kuesioner
A
Kuesioner
A no 1
1. 30 tahun 2. >30 tahun
Ordinal
Pengetahuan Hal yang diketahui
responden tentang
pemberian ASI eksklusif
yaitu waktu, pemberian
colostrum, pengertian ASI
eksklusif, manfaat ASI, dan
pemberian makanan
tambahan
Kuesioner berupa pilihan
ganda dengan 1 jawaban
benar dengan nilai 1 untuk
jawaban benar dan 0 untuk
jawaban salah.
Kuesioner
B no 1-5
1. Kurang, jika responden menjawab benar
-
25
Universitas Indonesia
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Eksternal
Pendidikan Jenjang pendidikan tertinggi
yang pernah dicapai ibu
dalam pendidikan formal
Pernyataan
dalam
kuesioner A
Kuesioner A
no 2
1. Buta huruf-SD rendah 2. SMP-SMA menengah 3. Akademi tinggi/PT
Ordinal
Pekerjaan
saat
menyusui
Jenis pekerjaan yang
dilakukan ibu di dalam dan
luar rumah untuk membantu
penghasilan keluarga saat
menyusui
Pernyataan
dalam
kuesioner A
Kuesioner A
no 3
1. Bekerja di luar rumah 2. Bekerja di dalam rumah 3. Tidak bekerja
Nominal
Tempat
besalin
Sarana yang digunakan saat
melakukan persalinan
Pertanyaan
dalam
kuesioner A
Kuesioner A
no 5
1. Bukan fasilitas kesehatan
2. Fasilitas kesehatan
Nominal
Suku Sesuatu yang berhubungan
dengan budaya atau ras
khusus sekelompok orang
Pernyataan
dalam
kuesioner A
Kuesioner A
no 4
1. Jawa 2. Sunda 3. Betawi 4. Batak 5. Minang 6. Palembang 7. Lain-lain
Nominal
Dukungan
petugas
kesehatan
Dorongan yang didapat ibu
dari dari petugas kesehatan
untuk memberikan ASI
eksklusif
Pertanyaan
dalam
kuesioner C
Kuesioner C
no 1 dan 2
1. Kurang mendukung, jika nilai
-
26
Universitas Indonesia
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Eksternal (lanjutan)
Dukungan
orang
terdekat
Sumber dorongan
yang didapat ibu
mengenai pemberian
ASI eksklusif
Meminta responden menjawab
pertanyaan dalam kuesioner C
Kuesioner
C no 9
1. Kurang mendukung
2. Mendukung
Nominal
Bentuk dorongan yang
didapat ibu mengenai
pemberian ASI
eksklusif
Meminta responden menjawab
pertanyaan dalam kuesioner C
Kuesioner
C no 10
1. Informasi Motivasi
Nominal
Bentuk dorongan yang
didapat ibu mengenai
pemberian ASI
eksklusif
Meminta responden menjawab
pertanyaan dalam kuesioner C
Kuesioner
C no 11
1. Sampai 2 bulan
2. Sampai 4 bulan
3. Sampai 6 bulan atau
lebih
Nominal
Promosi
susu
formula
Informasi mengenai
susu formula yang
didapat ibu sebelum,
selama, dan setelah
memberikan ASI
Kuesioner menggunakan skala Likert.
Sangat setuju (SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS).
Kuesioner
C no 3-6
1. Tidak terpajan, jika
nilai 10
(median)
2. Terpajan, jika nilai>10
Ordinal
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
27
Universitas Indonesia
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Eksternal (lanjutan)
Pengaruh
budaya
Pengaruh
tradisi/kebiasaan ibu
dalam memberikan
ASI dan
makanan/minuman
tambahan
Kuesioner menggunakan skala Likert.
Sangat setuju (SS)= 1, setuju (S)=2,
tidak setuju (TS)=3, dan sangat tidak
setuju (STS)=4. Kemudian
dikelompokkan menjadi 2, setuju jika
nilainya 2 dan tidak setuju 3 pada
masing-masing pertanyaan
Kuesioner
C no 7-8
1. Setuju 2. Tidak setuju
Nominal
Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian
ASI
eksklusif
Pemberian ASI saja
selama enam bulan
tanpa
makanan/minuman
tambahan
Meminta responden menjawab
pertanayaan dalam kuesioner D no 1.
Jika jawaban yang dicentang hanya
ASI, maka ya; jika ada jawaban selain
ASI, maka tidak diberikan ASI
eksklusif
Kuesioner
D no 1
1. Tidak 2. Ya
Nominal
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
28 Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Pokok bahasan yang akan disajikan mencangkup desain penelitian, populasi dan
sampel, tempat dan waktu penelitian, etika, alat pengumpulan data, metode
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta jadwal kegiatan.
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu metode penelitian yang
bertujuan membuat gambaran suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo,
2010). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh
informasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu di Kelurahan Kunciran Indah yang
memiliki bayi berusia 6-24 bulan. Kriteria inklusi sampel adalah ibu yang
memiliki anak terakhir berusia 6-24 bulan yang bersedia menjadi responden.
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian deskriptif berikut ini
(Dahlan, 2010).
n
Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan sampel penelitian sebanyak 96
responden. Untuk mengantisipasi data yang kurang lengkap atau responden
drop out, besar sampel penelitian ditambah 10% sehingga menjadi 106
responden.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
29
Universitas Indonesia
Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
cluster. Teknik cluster sampling merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengambil gugusan atau kelompok sebagai sampel yang dalam penelitian ini
berupa wilayah RW yang berjumlah 15 RW. Teknik ini sesuai dengan
penelitian karena peneliti tidak mendaftar semua anggota yang ada dalam
populasi tersebut (Notoatmodjo, 2011).
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Kelurahan
Kunciran Indah yang terdiri dari 15 RW. Peneliti memilih Kelurahan Kunciran
Indah sebagai tempat penelitian karena wilayah ini memiliki jumlah bayi
terbanyak keenam dari 25 kelurahan di Kota Tangerang, namun memiliki
cakupan ASI eksklusif kedua terendah dibandingkan daerah lainnya di Kota
Tangerang. Pengumpulan data dilakukan pada 31 April-28 Mei 2012.
4.4 Etika Penelitian
Responden yang terlibat dalam penelitian, terlebih dahulu diminta kesediaannya
secara sukarela, bebas dari tekanan dan paksaan. Setiap responden diberi
lembar informasi (informed consent) untuk memberikan penjelasan tentang
tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti menjamin
kerahasiaan identitas responden (anonimity) dengan tidak memberikan nama
dan hanya meniliskan kode pada lembar kuesioner dan hasil penelitian yang
disajikan. Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan (confidentiality) semua
informasi yang telah dikumpulkan dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
4.5 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.
Proses penyusunan kuesioner mengacu pada penelitian-penelitaian yang telah
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
30
Universitas Indonesia
dilakukan sebelumnya dan disesuaikan dan dikembangkan oleh peneliti dengan
melihat kerangka konsep dan tinjauan teori yang telah dibuat.
Pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi empat bagian dengan total pertanyaan
sebanyak 32 butir, yaiu: (a) Bagian pertama merupakan karakteristik responden
meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan saat menyusui, suku, dan tempat
bersalin (b) Bagian kedua merupakan variabel yang termasuk dalam faktor
internal meliputi tingkat pengetahuan, persepsi, dan kondisi kesehatan (c)
Bagian ketiga merupakan variabel yang termasuk dalam faktor eksternal
mencangkup fasilitas kesehatan, dukungan petugas kesehatan, dukungan orang
terdekat, promosi susu formula, dan budaya, dan (d) Bagian keempat
merupakan variabel pemberian ASI eksklusif.
Kuesioner B no 1-5 yang mengukur tingkat pengetahuan tentang pemberianASI
eksklusif dimodifikasi dari kuesioner penelitian Asmijati (2001). Bagian ini
terdiri dari pertanyaan berupa pilihan ganda. Pada setiap pertanyaan hanya
terdapat satu jawaban yang benar yang bernilai satu dan jawaban salah bernlai
nol. Kuesioner bagian kedua dan ketiga yaitu pertanyaan B6 sampai B15 dan
C1 sampai C8 menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Soal dalam skala Likert terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Variabel
kondisi kesehatan terdiri dari kuesioner B no 9, 10, 13, 14, dan 15 yang
merupakan pernyataan negatif. Variabel persepsi diukur melalui kuesioner B no
11 dan 12 untuk pernyataan positif dan 6, 7, dan 8 untuk pernyataan negatif.
Variabel susu formula diukur melaui kuesioner C no 3, 4, 5, dan 6 yang
merupakan pernyataan negatif. Variabel budaya diukur melalui kuesioner C no
7 untuk pernyataan positif dan 8 untuk pernyataan negatif.
Penilaian masing-masing pilihan jawaban dilakukan secara berbeda untuk
pertanyaan positif dan negatif. Sangat setuju=4, setuju=3, tidak setuju=2, dan
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
31
Universitas Indonesia
sangat tidak setuju=1 merupakan penilaian untuk pernyataan positif, sedangkan
untuk pernyataan negatif diberi nilai sangat setuju=1, setuju=2, tidak setuju=3,
dan sangat tidak setuju=4.
Uji coba kuesioner dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi syarat validitas
dan realibilitas instrumen yang digunakan. Validitas kuesioner dapat diketahui
dengan melihat korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor
totalnya. Variabel dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel
(Hastono, 2007). Pelaksanaan uji coba instrumen telah dilakukan sebanyak dua
kali pada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden
yang akan diuji.
Pertama dilakukan uji keterbacaan kepada 9 responden pada tanggal 28, 29, dan
30 April 2012. Pertanyaan yang memiliki perubahan atau penambahan kata
sebanyak 5 pertanyaan yaitu B5, C7, C8, C11, dan D1. Setelah kuesioner
diperbaiki, peneliti melakukan uji validitas kepada 22 responden sehingga
diperoleh df=20. Pada taraf signifikansi 5% dan df(20) diperoleh r tabel 0,423.
Semua pertanyaan dari variabel kondisi kesehatan , persepsi valid, dan susu
formula valid, namun pertanyaan dari budaya tidak valid. Untuk pertanyaan
yang tidak valid dilakukan modifikasi dengan kata-kata lain dengan inti
pertanyaan yang sama.
Semua pertanyaan yang valid kemudian dilakukan uji reliabilitas. Pertanyaan
dinyatakan reliabel jika nilai crombach alpha>r tabel yaitu 0,423 (Hastono
2007). Crombach alpha masing-masing variabel yaitu kondisi kesehatan yaitu
0,765; persepsi yaitu 0,791; dan susu formula yaitu 0,838. Ketiga nilai
crombach alpha pada variabel tersebut berada diatas r tabel, sehingga
dinyatakan reliabel.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
32
Universitas Indonesia
4.6 Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner dan
wawancara. Pengumpulan data kuesioner dan wawancara dilakukan oleh
peneliti pada satu waktu. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
tahapan berikut.
1. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan
penelitian di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang.
2. Peneliti menyerahkan surat permohonan kepada Kepala Kelurahan Kunciran
Indah Tangerang.
3. Peneliti menyerahkan surat ke ketua Rukun Warga (RW) yang akan menjadi
lokasi penelitian yaitu setiap RW di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang.
4. Peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak untuk menolak mengisi
kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan.
5. Jika responden menyetujui permohonan pengisian kuesioner, selanjutnya
responden diberikan informed consent untuk ditandatangani.
6. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner.
7. Peneliti memberikan waktu dan mendampingi responden dalam mengisi
kuesioner.
8. Peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan kuesioner.
4.7 Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian karena
data yang diperoleh langsung dari penelitian belum memberikan informasi apa-
apa. Pengolahan data yang dilakukan membuat data mentah berubah menjadi
informasi dan simpulan dari hasil penelitian. Agar penelitian menghasilkan
informasi yang benar, ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus
dilakukan (Hastono, 2007; Notoatmodjo, 2010).
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
33
Universitas Indonesia
4.7.1 Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi kuesioner
yang diberikan pada responden. Peneliti memeriksa kelengkapan isi pertanyaan,
kejelasan tulisan, relevansi jawaban dengan pertanyaan, dan konsistensi
jawaban dengan jawaban lainnya. Dari 119 kuesioner yang disebar, terkumpul
sebanyak 112 kuesioner, namun kuesioner yang lolos tahap editing sebanyak
106 kuesioner.
4.7.2 Coding
Hasil editing yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding.
Coding yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan (Hastono, 2007). Pertama, peneliti membuat kode pada
kuesioner sebagai pengganti identitas responden. Selanjutnya peneliti
memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner sebagai
berikut.
1. Usia: 30 tahun diberi kode 1 dan >30 tahun diberi kode 2.
2. Pendidikan: tidak sekolah-SD diberi kode 1 dan diberi label rendah,
SMP-SMA diberi kode 2 dan diberi label menengah, dan akademi/PT
diberi kode 3 dan diberi label tinggi.
3. Pekerjaan: bekerja di luar rumahdiberi kode 1, bekerja di dalam rumah
diberi kode 2, dan tidak bekerja diberi kode 3.
4. Suku: Jawa diberi kode 1, Sunda diberi kode 2, Betawi diberi kode 3,
Batak diberi kode 4, Minang diberi kode 5, Palembang diberi kode 6,
dan lain-lain diberi kode 7.
5. Tempat bersalin: RS umum/swasta, puskesmas, rumah bersalin, praktik
bidan diberi kode 1 dan diberi label fasilitas kesehatan; paraji dan lain-
lain diberi kode 2 dan diberi label bukan fasilitas kesehatan.
6. Variabel tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dikur menggunakan
kuesioner B no 1-5. Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah
diberi nilai 0. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi baik dan
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
34
Universitas Indonesia
kurang merujuk pada total skorx76% (Arikunto, 2006). Pengetahuan tinggi
diberi kode 1 dan pengetahuan rendah diberi kode 2.
7. Variabel kondisi kesehatan diukur melalui kuesioner B yang terdiri dari 5
pernyataan. Pada pernyataan 9, 10, 13, 14, dan 15 diberi kode 1 jika
sangat setuju, 2 jika setuju, 3 jika tidak setuju, dan 4 jika sangat tidak
setuju. Kondisi kesehatan dikategorikan menjadi baik dan kurang
berdasarkan pada nilai mean yaitu 13,09 karena data terdistribusi normal
(Hastono, 2007). Kondisi kesehatan kurang jika nilai
-
35
Universitas Indonesia
promosi susu formula jika nilai 10 diberi kode 1 dan terpajan promosi
susu formula jika nilai >10 diberi kode 2.
12. Variabel budaya terdiri dari 2 pertanyaan. Peryataan 9 diberi kode 1 jika
sangat tidak setuju, 2 jika tidak setuju, 3 jika setuju, 4 jika sangat
setuju.
4.7.3 Processing
Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh responden ke
paket komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden
yang berbentuk kode (angka atau huruf) di masukkan ke dalam program atau
perangkat lunak komputer. Peneliti memasukkan kode data dari 106 kuesioner
yang telah lolos tahap editing dan telah dilakukan coding.
4.7.4 Cleaning
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan ke paket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan hal lainnya. Dari data yang
3telah dimasukkan sebelumnya tidak ada data missing.
4.8 Analisis Data
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
komputer berbasis statistik. Pengolahan tersebut menggunakan analisis
univariat untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti. Hasilnya akan menggambarkan frekuensi dan persentase dari seluruh
variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden, pemberian ASI eksklusif
variabel yang termasuk faktor internal, dan eksternal pemberian ASI eksklusif.
Karaktersistik responden yang terdapat dalam kuesioner A, faktor internal dan
eksternal yang menggunakan skala Likert, pemberian ASI eksklusif, dukungan
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
36
Universitas Indonesia
petugas kesehatan, dan dukungan orang terdekat ibu diolah dengan
menggunakan uji proporsi berikut ini.
Persentasi = F x 100%
N
Keterangan: F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
Variabel pengetahuan pada kuesioner B diukur bukan dengan menggunakan
mean atau median karena distribusi data sangat tidak normal. Variabel
pengetahuan memiliki total skor lima. Penilaian pengetahuan baik dan kurang
dilakukan dengan menentukan nilai batas pengetahuan tinggi yaitu 76% dari
total skor, sehingga 76%x5 adalah 3,8 (Arikunto, 2010). Jika nilai < 3,8 maka
tergolong pengetahuan kurang dan nilai 3,8 dikategorikan sebagai
pengetahuan baik.
Hasil perhitungan seluruh variabel kemudian diinterpretasikan dengan kriteria
tidak seorangpun responden jika persentase sebesar 0%; 1-19%
diinterpretasikan sebagai sangat sedikit responden; 20-39% untuk sebagian
kecil responden; 40-59% untuk sebagian responden; 60-79% untuk sebagian
besar responden; 80-99% untuk hampir seluruh responden; dan 100% untuk
seluruh responden (Arikunto, 2002).
4.9 Sarana Penelitian
Sarana yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya alat tulis, komputer
jinjing, kuesioner, motor untuk memudahkan ke tempat penelitian, dan surat
ijin penelitian.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
37 Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Pelaksanaan Penelitian
Bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal
31 April-28 Mei 2012. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengisian
kuesioner oleh responden yang masuk dalam kriteria inklusi, yaitu ibu yang
memiliki bayi berusia 6-24 bulan. Kuesioner yang disebar sebanyak 119,
namun yang dapat digunakan untuk mengolah data hanya 106 buah.
5.2 Penyajian Hasil Penelitian
Hasil penelitian berupa distribusi responden berdasarkan variabel yang
diteliti yang akan dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berisi data
karakteristik responden. Bagian kedua menampilkan proporsi ibu dalam
memberikan ASI dan minuman/makanan tambahan. Bagian ketiga dan
kempat secarabertutur-turut menampilkan faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi pemberian ASI.
5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan Kunciran Indah
Tangerang
Responden penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan.
Responden yang masuk dalam kriteria inklusi dan mengisi kuesioner dengan
lengkap berjumlah 106 responden. Karakteristik responden yang diteliti
terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan saat menyusui, suku, dan
tempat bersalin.
Usia responden dikelompokkan menjadi dua berdasarkan usia produksi ASI
yaitu 30 tahun dan kelompok usia >30 tahun. Distribusi responden
berdasarkan usia didominasi oleh usia 30 tahun, yaitu sebanyak 65 orang
(61,3%).
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
38
Universitas Indonesia
Pendidikan terakhir responden dikelompokkan menjadi tiga yaitu
pendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Responden tergolong pendidikan
rendah bila pendidikan terakhir tidak sekolah sampai SD, menengah untuk
SMP dan SMA, dan tinggi untuk Akademi dan PT. Sebagian besar
responden yaitu 72 orang (67,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah
dan hanya 11,3% (12 orang) yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan saat menyusui dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu bekerja di luar rumah (PNS, guru, karyawan swasta),
bekerja di dalam rumah (konveksi, warung, dan catering), dan tidak bekerja
(ibu rumah tangga). Sebagian besar responden yaitu 71 orang (67%) tidak
bekerja. Hanya 8 orang (7,5%) yang memiliki pekerjaan di dalam rumah.
Karakteristik suku responden bervariasi seperti Jawa, Sunda, Betawi, Batak,
Minang, dan Palembang. Beberapa suku seperti Melayu, buton, Madura,
Lampung, dan India termasuk dalam kategori lain-lain karena memiliki
jumlah yang sedikit. Paling banyak responden, yaitu 48 orang (45,3%)
berasal dari suku Jawa. Proporsi suku paling kecil yaitu suku Buton,
Lampung, dan India dengan jumlah responden masing-masing satu orang.
Tempat bersalin responden dikelompokkan menjadi fasilitas kesehatan dan
bukan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang digunakan responden
seperti RS umum/swasta, puskesmas, rumah bersalin, dan praktik bidan.
Bukan fasilitas kesehatan seperti rumah paraji dan rumah sendiri. Paling
banyak responden, 35 orang (33%), memilih RS umum/swasta sebagai
tempat bersalin. Sebesar 96,2% responden (102 orang) memlih fasilitas
kesehatan sebagai sarana melahirkan. Hanya 3,8% responden (4 orang) yang
tidak menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana persalinan. Secara
rinci, distribusi karakteristik responden ditampilkan dalam tabel 5.1.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
39
Universitas Indonesia
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106)
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Usia responden
30 tahun 65 61,3
>30 tahun 41 38,7
Tingkat pendidikan
Rendah 12 11,3
Menengah 72 67,9
Tinggi 22 20,8
Pekerjaan saat menyusui
Bekerja di luar rumah 27 25,5
Bekerja di dalam rumah 8 7,5
Tidak bekerja 71 67
Suku
Jawa 48 45,3
Sunda 7 6,6
Betawi 34 32,1
Batak 4 3,8
Minang 4 3,8
Palembang 3 2,8
Lain-lain 6 5,7
Tempat bersalin
Fasilitas kesehatan 102 96,2
Bukan fasilitas kesehatan 4 3,8
5.2.2 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah
Tangerang
Sebanyak 91,5% responden (97 orang) memberikan ASI pada bayinya,
namun tidak seluruhnya memberikan ASI secara eksklusif. Hanya sebesar
31,3% responden (33 orang) yang memberikan ASI eksklusif, sisanya
sebesar 68,9% responden (73 orang) tidak memberikan ASI secara
eksklusif. Secara rinci, distribusi responden tersaji dalam diagram berikut.
Gambar 5.1 Distribusi Proporsi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Kunciran Indah, Tangerang (n=106)
31,3%
68,9% Ya
Tidak
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
40
Universitas Indonesia
5.2.3 Gambaran Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang
Faktor internal yang pertama, yaitu pengetahuan, diukur melalui pertanyaan
tentang waktu pemberian ASI pertama kali, pemberian kolostrum,
pengertian ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI eksklusif, dan waktu
pemberian makanan/minuman tambahan. Hampir semua responden (96,2%)
menjawab benar pada pertanyaan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif.
Hasilnya, sebesar 87,7% responden (93 orang) memiliki pengetahuan baik
dan 12,3% responden (13 orang) memiliki pengetahuan kurang tentang ASI
eksklusif. Secara rinci, distribusi responden menurut tingkat pengetahuan
tersaji dalam tabel 5.1.
Kondisi kesehatan diukur dengan melihat pengaruh kondisi fisik dan
emosional dalam pemberian ASI. Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk
melihat hambatan yang ibu rasakan dalam memberikan ASI saat kondisi
fisik dan emosi ibu tidak baik. Hasil dikategorikan menjadi kondisi
kesehatan menghambat pemberian ASI dan tidak menghambat pemberian
ASI. Proporsi responden terdistribusi secara merata yaitu 50,9% (54 orang)
untuk kaegori menghambat dan 49,1% (52 orang) untuk kategori tidak
menghambat.
Gambaran persepsi responden diukur dengan mengajukan pertanyaan terkait
hal-hal yang responden rasakan dalam memberikan ASI. Gambaran variabel
ini kemudian dikategorikan menjadi persepsi positif dan negatif. Hasil
menunjukkan responden terdistribusi hampir merata. Sebanyak 55,7%
responden (59 orang) tergolong dalam persepsi negatif dan 44,3%
responden (47 orang) tergolong dalam persepsi positif. Secara rinci,
distribusi frekuensi responden dapat dilihat dalam tabel 5.2.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
41
Universitas Indonesia
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal
di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang, April-Mei 2012 (n=106)
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Pengetahuan
Kurang 13 12,3
Baik 93 87,7
Kondisi kesehatan
Menghambat 54 50,9
Tidak menghambat 52 49,1
Persepsi
Negatif 59 55,7
Positif 47 44,3
5.2.4 Gambaran Faktor-faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang
Dukungan petugas kesehatan diukur dengan ada tidaknya dukungan dan
informasi dari petugas kesehatan. Hasil terdistribusi secara merata antara
kurang mendukung dan mendukung. Sebesar 50,9% responden (54)
tergolong dalam kategori kurang mendukung dan 49,1% responden (52
orang) tergolong dalam kategori mendukung.
Promosi susu formula diukur untuk melihat pandangan dan perilaku
responden terhadap promosi susu formula. Salah satu pertanyaan yang
diajukan yang memiliki persentase yang tinggi yaitu 62,3% (66 orang)
setuju bahwa iklan susu formula membantu dalam memilih nutrisi
tambahan. Hasil pengkategorian menunjukkan 50,9% responden terpajan
promosi susu formula dan 49,1% tidak terpajan promosi susu formula.
Variabel budaya diukur untuk mengetahui adanya pengaruh budaya
terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan. Hasil menunjukkan
sebagian besar responden (71,7%) memberikan ASI sesuai dengan tradisi
dalam keluarga. Sebanyak 41 responden (38,3%) memberikan
makanan/minuman pada bayi kurang dari enam bulan karena tradisi dalam
keluarga. Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
42
Universitas Indonesia
Hampir seluruh responden (100 orang) didukung oleh suami dalam
memberikan ASI eksklusif. Bentuk dukungan yang diberikan paling banyak
(82 orang) berupa motivasi. Paling banyak responden (82 orang) didukung
selama 6 bulan atau lebih.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor
Eksternal Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah
Tangerang, April-Mei 2012 (n=106)
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Dukungan petugas kesehatan
Kurang mendukung 54 50,9
Mendukung 52 49,1
Promosi susu formula
Terpajan 54 50,9
Tidak terpajan 52 49,1
Pengaruh budaya
Memberikan ASI sesuai tradisi 76 71,7
Memberikan minuman/makanan karena tradisi 41 38,7
Dukungan orang terdekat
Suami
Ya 100 94,3
Tidak 6 5,7
Orangtua
Ya 83 78,3
Tidak 23 21,7
Mertua
Ya 59 55,7
Tidak 47 44,3
Saudara kandung
Ya 41 38,7
Tidak 65 61,3
Teman
Ya 26 24,5
Tidak 80 75,5
Tetangga
Ya 20 18,9
Tidak 86 81,1
dr. Anak
Ya 1 1
Tidak 105 99
Bentuk dukungan orang terdekat
Dukungan informasi 52 43
Dukungan motivasi 68 57
Lama pemberian dukungan
2 bulan 16 15,1
4 bulan 8 7,5
6 bulan atau lebih 82 77,4
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
43 Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah. Pembahasan penelitian akan
dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan menginterpretasikan
hasil penelitian dengan melihat keterkaitan dan kesenjangan dengan teori yang ada.
Bagian kedua yaitu keterbatasan penelitian, peneliti akan memaparkan hal-hal apa
saja yang menjadi hambatan selama dilakukannya penelitian. Bagian ketiga yaitu
implikasi penelitian untuk pelayanan, pendidikan, dan penelitian.
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil
Bagian ini berisi diskusi hasil penelitian yang telah dilakukan. Sesuai dengan
tujuan penelitian, bagian ini akan menginterpretasi dan mendiskusikan
pemberian ASI eksklusif, faktor internal, serta eksternal yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah.
6.1.1 Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang menunjukkan
sebanyak 91,5% ibu (97 orang) memberikan ASI pada bayinya, namun hanya
sebesar 31,3% ibu (33 orang) yang memberikan ASI eksklusif. Persentase ini
lebih besar dari penelitian yang dilakukan oleh Marzuki (2007) di propinsi
Banten yaitu sebesar 27% dan penelitian Kusnadi (2007) di Kabupaten
Tangerang yang hanya sebesar 18,5%. Meskipun lebih besar dari dua penelitian
sebelumnya, hasil ini masih jauh dari target Departemen Kesehatan yaitu
sebesar 80%. Rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal
ibu.
Gambaran faktor..., Putri Pertiwi, FIK UI, 2012.
-
44
Universitas Indonesia
6.1.2 Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Variabel yang akan dibahas dalam faktor internal meliputi usia, pengetahuan,
kondisi kesehatan, dan persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.
a. Usia
Usia ibu dikelompokkan menjadi 30 tahun dan >30 tahun berdasarkan usia
efektif dalam memproduksi ASI (Suraatmadja, 1997). Hasil penelitian ini
menunjukkan sebagian besar ibu (61,3%) berusia kurang dari 30 tahun. Hasil
tersebut didukung dengan data kependudukan kota Tangerang di Kecamatan
Pinang yaitu jumlah wanita usia 20 sampai 29 tahun lebih banyak dari wanita
yang berusia 35 sampai 49 tahun (BPS Kota Tangerang, 2010).
Ibu yang berusia dibawah 30 tahun lebih banyak yang memberikan ASI secara
eksklusif daripada ibu yang berusia diatas 30 tahun. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Novita (2008) bahwa terjadi pembesaran payudara setiap siklus
ovulasi dari awal terjadi menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi
degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI secara keseluruhan setelah usia
30 tahun..
b. Pengetahuan
Hasil penelitian ini menunjukkan, hampir seluruh ibu (87,7%) memiliki
pengetahuan yan