gambaran stres dan coping pada lbu rumah tangga
TRANSCRIPT
GAMBARAN STRES DAN COPING
PADA lBU RUMAH TANGGA
YANG BELUM DIKARUNIAI ANAK
Oleh:
RAHMAWATI NlM.9919016130
FAKULTAS PSIKOLOGJ
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
1424 H / 2004 M
GAIVIBARAN STRES DAN COPING PADA IBU RUMAH TANGGA
YANG BELUM DIKARUNIAI ANAK
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk
Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Oleh RAHMAWATI
NIM.9919016130
Di bawah Bimbingan
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAI\'1 NEGERI SYARIF IDDAYATULLAH
JAKARTA 1424 H/ 2004 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang be1judul GAMBARAN STRES DAN COPING PADA IBU
RUMAH TANGGA VANG BELUM DIKARUNIAI ANAK telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
12 Febmari 2004. Skripsi ini telah dilerima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Saijana Program Strata l (S l) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 12 Februari 2004
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Dra. Netty Hal"iati, M. Si NIP. 150215938
Penguji I,
~ Drs. Abdul Mujib, M. Ag
NIP. 150283344
Anggola:
Pembimbing
Sekretaris Merangkap Anggota,
ah M. Si 73
Penguji II,
M.si
ah M. Si
!Gu, 'l(jni a{u makjn mengerti nifaimu
'l<jimu atfafali tugu /{gliitfupan(,u
'l(amu atfafali teratai /{gtfamaian sama£t
'l(amu atfafali kjtfung raR.yat jefata
'l<jimu atfafali kj6fat nurani £ttfafam l{gfa(,uan(,u
"Sajak, I6untfa"
- CJ<gntfra -
'l(µpersem6alili_sm sf{,npsi i11i
V11tuk,mama aa11 papa tercinta,
'l(pf{,a (aCm) tfan aaif&aailiJ,u tersayang
Terimali f{,asifi atas sega(a cinta t!an f{,asili sayang f{,afian untuf{,k,u
'liaaa ya11g tfapat k,u6erili.Jin untuk,mem6atas fiJ6aif{,an f{,a(ian
Jfo11ya aoa aan ucapan tcrima f{,asifi yang tak,terliingga liingga a!ijiir liayat
Semoga JI {{afi merUffai
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi B) Februari 2004
C) Rahmawati D) Gambaran Stres Dan Coping Pada !bu Rumah Tangga Yang Belum Dikaruniai
Anak E) Xiii+ 91 Halaman + iii Lampiran F) Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya anggapan dalam masyarakat bahwa
setiap wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, apabila ia mau dikatakan sebagai seorang wanita yang sempurna. Namun demikian, sekitar 10% pasangan Indonesia tidak beruntung memiliki keturunan. Keadaan tersebut diawali oleh keadaan dimana seorang wanita tidak nampu untuk menjadi hamil atau kehamilan sampai melahirkan meskipun melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa memakai alat ko11trasepsi selama setahun atau lebih. Keadaan tersebut lazimnya disebut kekurangsuburan atau infertil. Adanya kenyataan infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan perasaan akan dirinya yang berbeda dengan wanita lain. Dalam menghadapi kondisi ketidak hadiran anak bagi wanita merupakan suatu sumber stres baginya, terlebih lagi dalam proses pencarian usaha untuk mengatasi problemanya tersebut, akan semakin memicu perasaan stresnya. Ketika indiv idu mengalami stres, maka ia akan segera berusaha mengatasi stres yang dihadapinya itu. Usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi stres yang dihadapinya disebut coping.
Berdasakan alasan-alasan diatas, penulis ingin mengetahui bagaimanakah gambaran stres dan coping pada ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode wawancara sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data dan sebagai metode penunjang dilakukan observasi. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 orang ibu rumah tangga dengan usia 40 tahun dan belum dikaruniai anak selama 5 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada dasamya ibu rumah tangga yang menjadi subyek penelitian ini mengalami stres, baik itu stres yang disebabkan oleh faktor internal seperti adanya hambatan fisik, berupa adanya gangguan hormon serta virus dan harapan yang tinggi akan punya anak. Sedanp-kan faktor eksternal seperti masalah keuangan dan hambatan sosial. Dalam menilai sumber stres individu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor personal dan situasional yaitu berupa faktor optimis yang dimiliki semua subyek peneli:ian. Sedangkan dalam melakukan upaya kontrol stres untuk menghadapi masalah belum dihadirkannya anak, hampir semua subyek menunjukan adanya sikap "penerimaan" keadaan. Adapun reaksi stres yang biasa muncul pada subyek
penelitian antara lain berupa reaksi afektif seperti perasaan sedih, kecewa, gelisah, tidak percaya diri, kejenuhan dan pasrah. Sedangkan reaksi biologis adalah berupa sakit berlebihan saat menstruasi, sakit kepala dan banyak tidur. Strategi coping yang digunakan para subyek rata-rata adalah melakukan tindakan yang sifatnya langsung atau berangsur-angsur menerima dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada jika usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Pada kenyalaannya meski disadari alaupun tidak, ketiga subyek sering melakukan strategi coping yang tidak adaptif seperti menyibukkan diri dengan melakukan aktivitas lain sebagai alternalif unluk melupakan stres.
G) Dallar bacaan: 3 J (1977-2003)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, Tuhan pencipta dan
pemelihara alam, yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya pada setiap mahluk
ciptaannya. Yang dengan rahmat dan karunianya penulis diberikan berbagai
kemudahan di sela-sela kesulitan yang penulis hadapi hingga akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga scnantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW,
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, yang telah membawa cahaya terang dalam
kegelapan dunia yang penuh maksiat.
Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan begitu saja tanpa bantuan dari
berbagai pihak dalam proses penulisannya. Tiada kata lain yang dapat penulis
ucapkan, kecuali ucapan terima kasih penulis yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur dan ucapan terima kasih
saya haturkan kepada:
I. Oekan Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si. beserta seluruh
staf deka:iat dan staf tata usaha Fakultas Psikologi yang telah banyak
membantu penulis dalam proses akademik.
2. Pudek I dan sekaligus sebagai pembimbing skripsi !bu Ora. Zahrotun
Nihayah, M.Si. yang telah memberikan bimbingan, waktu, ilmu dan
wawasannya kepada penulis schingga skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.
3. Kepada Bapak Ors. Ahmad Syahid, M.Ag. selaku Pudek lII dan sekaligus
pembimbing akadcmik.
VII
4. Kepada !bu Fivi Nurwanti, S.Psi. yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas segala ilmu pengetahuan,
pengalaman dan nasehat-nasehat yang diberikan selama ini, semoga
bermanfar.t.
6. Pegawai perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan
Fakultas Psikologi UIN Jakarta, perpustakaan Islam Iman Jama, perpustakaan
Utama UI Depok, perpustakaan Fakultas Psikologi UI Depok, perpustakan
kesehatan Masyarakat UI depok, perpustakaan Soemantri Brojonegoro dan
perpustakaan Unika Atmajaya, yang telah membantu dan melayani dengan
penuh keramahan.
7. Kepada para responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
wawancara, terima kasih atas bantuan dan informasinya, semoga Allah SWT
menghendaki k<!ingman kalian.
8. Yang tercinta Mama dan Papa, yang selalu memberikan dukungan baik moril
ataupun materil, yang dengan tulus mengiringi langkah penulis deng~n do' a
dan kasih sayangnya, serta atas pengertian dan kepereayan sepanjang waktu,
semoga selalu dalam lindungan-Nya.
9. Kaka (Alm) Abdul Halim, walaupun dirimu telah tiada namun kenangan
bersamamu tetap kukenang dan takl .an terl upa.
IO. Adik-adikku tersayang, Haris dan Sa'diah yang dengan caranya masmg
masing telah membantu, mengkritik dan mendorong kakanya agar segera
menyelesaikan kuliahnya. Adik-adik kccilku, Amel dan Lia yang telah
VIII
memberikan keceriaan dan warna mdah dalam kchidupan ini dengan canda
tawa dan kenakalan kalian. Aku sayang kalian semua.
11. Teman-teman seperjuangan Psikologi '99, Omah yang selalu memberikan
Support bahwa aku bisa; Nur, Lenny terima kasih atas persahabatannya
selama ini, semoga persahabatan ini terus berlanjut; Neni, Farid, Ka' Novi dan
teman-teman lain yang tak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas
bantuan dan dukungan kalian.
12. Jamilah dan Omah yang telah membantu dan menemani penulis dalam proses
penelitian.
13. Tuti dan Mila, yang telah banyak membantu dan memberi dukungannya
kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Tetaplah bersemangat
dan berjuang untuk menja/ani tantangan hidup ini.
14. Kepada semua pihak yang telah banyak berjasa baik secara langsung ataupun
tida!; langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, Semoga Allah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kalian 3emua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempumaan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik untuk menyempumakan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bukanlah hasil karya terakhir yang dapat penulis hasilkan.
IX
Beka.si, Februari 2004 M Dzulhijjah 1424 H
Penulis
DAFTARISI
ABSTRAKSI . . . . . .. . ... . .. . ... .. . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . .. . .. . .. . ... . . . ... ... .. . .. .. .. .. . . . . .. . ... .. . .. . . . . v
KATA PENGANTAR ······················································································ VII
DAFT AR ISI . . . .. . . . . ... ... . .. . .. . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . ... ... . .. . .. ... . . . ... . . . . .. . . .. .. .. . ... . . ... . .. . . .. .. . .. x
DAFT ART ABEL . . . . .. . .. . . . . . . . ... .. . .. . .. . . .. .. . . . . .. . .. . . .. .. . . . . ... .. . .. . . . . .. ... . ...... .. .. . . .. ... .. . .. . X11
DAFT AR LAl'vlPIRAN . . . . .. . . . . .. . . . .. . . . . . .. . . . . . . . ............ ... .. . ... .. . .. . .. ... . .. . .. . .. .. . . . . . . . . . . . Xlll
BAB I
BAB ll
PENDAHUL_UAi"\l
A. La tar Belakang Masalah .......................................................... .
B. Pembalasan Dan Perurnusan Masalah . . .. ... . . . ... ... .. . .. . .. . .. . .. ... . . . .. . . . 11
C. Tujuan Penelilian dan Manfaal Penelitian .. . . . .. . ... ... .. . . . . .. . . .. .. . . . . .. . 12
D. Sislematika Penulisan . . .. . . . . . .. . . . .. . .. . . . . .. . ...... .. . .. . . . ... . .. .. . . . . .. . . . . .. . . . . . 13
KAJIAN TEORI
A. Stres ....... .
B. Coping
C. !bu Rumah Tangga .
D. Nilai A1ti Anak Bagi Orang Tua ..
E. lnferlililas
F. Slres dan Coping Pad a !bu Rumah Tangga Yang Belum Di
Karuniai Anak ....... .
x
14
25
32
35
38
45
BAB III METODOLOGI PENELJT!AN
A. Subyek Pendilia11 .
B. Teknik Pengurnpula11 Dala ..
C. l11slrurne11l Pengumpulan Dala
D. Analisa Dal a .....
E. Tahapan Pt:nelilian ...
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Subyt:k Penelilian ......................................... .
B. A.nalisis Individual Subyek ....................................................... .
C. Analisa Anlar Subyek ................................................................ .
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Diskusi ...................................................................................... .
C. Saran-saran .......... .
DAFT AR PUST AKA
LAMPIRAN-LAMPIRA:~
XI
51
52
52
53
54
56
57
72
82
86
88
DAFTAR TABEL
Tabel I. Gambaran Umum Subyek Penelitian ..................................................... 56
Tabel 2. Perasaan Yang Muncul Karena Belum Hadirnya Anak ......................... 75
Tabel 3. Nilai Anak Bagi Subyek ........................................................................ 75
Tabel 4. Penyebab Infertilitas .............................................................................. 76
Tabel 5. Gambaran Stres....................................................................................... 76
Tabel 6. Gambaran Coping................................................................................... 79
XII
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pernyataan kesediaan
2. Lembar Pedoman Wawancara
3. Lem bar Observasi
xiii
A. Latar Belakang Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga dan anak umumnya menjadi topik pembicaraan apabila dua orang
sahabat lama baru berjumpa. Jarang sekali dalam perjumpaan semacam itu antara dua
orang sahabat membicarakan soal kekayaan. Hal · tersebut menggambarkan bahwa
anak mempunyai nilai yang amat penting dalam kehidupan seseorang atau keluarga,
melebihi nilai harta kekayaan. Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari
dapat diketahui, antara lain dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orang
tua mencurahkan kasih sayang, anak merupakan sumber kebahagiaan keluarga, anak
sering dijadikan bahan pertimbangan oleh sepasang suami istri untuk membatalkan
keinginannya untuk bercerai, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan
dan harta kekayaan keluarga diwariskan dan anak juga menjadi tempat orang tua
menggantungkan berbagai harapan. 1
Kelahiran anak merupakan tujuan hidup yang paling penting demi
melestarikan kelangsungan spesies manusia. Tanpa memandang ha! itupun, kita juga
merasakan bahwa kelahiran anak dibutuhkan demi terciptanya keseimbangan dalam
berkeluarga. 2 Karena itu, rumah yang kosong dari keberadaan anak-anak akan
1 T.O.lhromi, /Junga Rampai Sosiologi Keluarga,(Jakarta: Yayasan Obor,1999), h.226
'Ali Qaimi, !Juaian !bu Diantara Surga clan Neraka, (Bogar: Pcncrbit Cahaya, 2002), cet.J:e-1, h. 12
2
menjadi hampa, mematikan jiwa, serta sepi dari canda tawa dan kegembiraan. Anak
adalah salah satu unsur kebahagiaan lahir dan bathin seria dunia dan akhirat dalam
kehidupan setiap manusia.3 Seperti firrnan Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 46 :
)I 0 J. ,,. 0 J. 0
( i \ : ~I) ... lJ::Ui ;;t,;:;.JI ~_j 0 _,.'.;JI) J WI , ,
"Harta dan a11ak-a11ak adalah perhiasan kehid11pa11 d1111ia ........... "
Pada ayat diatas, jelas Allah nyatakan dalarn satu ha! bahwa harta dan anak
adalah perhiasan l:ehidupan dunia ini. Dengan dernikian unsur yang rnenjadikan
manusia rnerasakan adanya kesenangan, kehorrnatan, dan hiburan apabila pada
dirinya terdapat harta kekayaan dan anak sekaligus. Apabila hanya harta kekayaan
saja yang dimiliki, maka rasa bangga dun hiburannya kurang. Begitupula jika dia
hanya mendapatkan anak, sedang kekayaan harta tidak ada, maka kebanggaan dan
hiburan yang diperolehnya juga hanya sebagian saja. Akan tetapi, jika dibandingkan
harta dan anak, maka anak lebih besar rnernberikan kebanggaan dan hiburan dari p~.da
hart a.
Fakta ini mernbuktikan kepada kita bahwa fitrah-suatu benih yang telah Allah
tanamkan dalam hati rnanusia sejak azali-untuk senang punya anak, rnerupakan tabiat
dasar orangtua. Karena itu, orangtua yang senang mempunyai anak adalah orangtua
yang bermental sehat dan berperasaan manusiawi.4
3 Syah Minan Zaini, Arti Anak Bagi Seorang Mus/im,(Surabaya:Al-Ikhlas), h. 103
4 M. Thalib, Memalzami 20 Sifat fltralz Manusia,(Bandung, lrsyad Baitussalam,1997), eel. ke5, h.19
3
Betapa pentingnya kedudukan seorang anak dituangkan pula dalam UUD RI
No.4 tahun 1979, yang menyatakan bahwa anak adalah potensi serta penerus cita-cita
bangsa yang dasamya telah ditetapkan oleh generasi sebelumnya. 5
Bagi sebagian besar pasangan suami istri kehadiran anak merupakan suatu ha!
yang sangat didambakan dalam perkawinan. Hal tersebut tercermin dalam hasil survei
demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994, 77,6% responden wanita
menginginkan anak dengan segera. 6 Salah satu alasan untuk mendambakan kehadiran
anak bahwa menjadi orang tua dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan persoaal.
Khususnya bagi wanita, mempunyai anak merupakan suatu cara untuk dianggap
dewasa. 7 Meskipun sebagian besar pasangan suami istri mendambakan kehadiran
anak, namun sayangnya t'dak setiap perkawinan dianugerahi keturunan. Di Indonesia
kira-kira I 0-20 % perkawinan mengalami kesulitan untuk memperoleh anak. 8 Hal
tersebut didukung oleh data SOK! tahun 1994 bahwa diperkirakan sekitar I 0% dari
jumlah pasangan usia subur merupakan pasangan infertil. 9 Keadaan tersebut diawali
oleh keadaan dimana seorang wanita tidak mampu untuk menjadi hamil atau
kehamilan sampai melahirkan meskipun melakukan hubungan seksual secara teratur
5 Sudraji Sumapraja, Beberapa !Jal Penelitian Klinik Pasangan Infer/ii, (Depok: Fakultas Kcschatan Masyarakat UI, 1980), h.2
6 Survei Demografi dan Kesehatan lndonesia,1994
7 Dyah,R.Rahmani dan Ana Nadya Abrar, lnfertilitas Dalam Perspektif.!ender, (Yogyakarta: Pusat pcnelitian UGM, 1999), h. 8
8 Sudraji Sumaprja, Beberapa Hal Pene/itian K/inik Pasangan !tifertil, op.cit, h.2
9 Survei Demografi dan Kcschatan Indonesia, 1994
4
tanpa memakai alat kontrasepsi selama setahun atau lebih. Keadaan tersebut lazimnya
disebut kekurangsuburan atau infertil. 10
Erikson dalam teorinya mengenai tahapan siklus hidup mengemukakan
bahwa tiada rasa kedamaian dan kepuasan pada orang tua manakala tidak diperoleh
keturunan, hidup tanpa keturunan adalah hidup tanpa kepastian dan tanpa tujuan.
Oleh karena itu bagi pasangan yang tidak memperoleh keturunan, faktor psiklogis
atau psikiatrik, psikoreligius menjadi penting artinya. 11 Selanjutnya Erikson
menjelaskan bahwa tahapan siklus hidup ini disebut dengan tahap generativitas
versus stagnasi, ciri tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang
dihasilkan-keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya-serta pembentuk dan
penetapan garis-garis pedoman untuk generasi-generasi mendatang. Apabila
generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur, dan
mengalami pemiskinan serta stagnasi. 12 Maka apabila orang tua tidak memperoleh
keturunan kemungkinan yang akan terjadi pada individu tersebut akan mengalami
stagnasi.
Kekurangsuburan atau infertilitas dapat dikatakan sebagai pengalaman yang
stresjul, karena pasangan suami istri mempersepsikan masalah infertilitas sebagai
'0 Barbara Eck Menning, JnjertilityA Guide Behavior and The Sick Role, (American
Sociological Review, 1977), h. l O
11 Dadang Hawari, Al-qur'an dan I/mu Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Perpustakaan Masjid lstiqlal, 1992), cet.ke-2, h. 379
12 Calvin S.Hall and Gardner Lindzcy, Teori-teori Psikodinamik {klinis), (Jakarta: Kanisius, 1993), h.153
5
ancaman terhadap kesejahteraan mereka, karena salah satu unsur keluarga sejahtera
adalah bila mana dalam keluarga itu ada ketunman (anak)u Menurut Menning,
adanya stresfit! pada infertilitas karena timbul perasaan-perasaan "kehilangan". 14
Sedangkan perasaan "kehilangan" terseb11t bisa bermacam-macam, seperti perasaan
kehilangan ha1 ga diri, self esteem, dan hubungan dengan orang lain.
Akibat dari keadaan tidak memiliki anak menimbulkan masalah pada pihak
wanita atau ibu rumah tangga terutama masalah-masalah emosional. Selain itu dalam
suatu penelitian terungkap bahwa 80% wanita infertil memperoleh komentar negatif
dari orang Jain. Sedang sebagian terberat bagi wanita yang mengalami infertilitas
ialah jika pembicaraan berkisar tentang kehidupan keluarga dan menjadi orang tua,
karena ha! itu menimbulkan perasaan bahwa ia sangat berbeda dari yang lain. 15
Adanya konflik-kontlik emosional dan penghayatan perasaan akan dirinya yang
berbeda dengan wanita yang memiliki anak akan mengurangi kegembiraan dan
kebahagiaannya. Disisi lain, kebahagiaan dan kegembiraan dalam kehidupan
seseorang merupakan salah satu indikator yang penting bagi kesehatan mental.
Sebaliknya, ketidakmampuan seseorang untuk merasakan kegembiraan dan
kebahagiaan merupakan indikator dari kurang sehatnya ia dalam menjatani
kehidupannya. 16
13 Dyah P. Rahmani dan Ana Nadya Abrar, Inferti/itas Dalam Perspektif Jender, op.ci/,.cil, h.8
1•1 Barbarn Eck Menning, Infertility A Guide Behavior And the sick ro/e,op.cil, h.130
15 Dyah, P. Rahmani dan Ana Nadya Abrar, op.cit, h.9
16Ibid
6
Dalam rr enghadapi kondisi ketidak hadiran anak bagi wanita merupakan
suatu sumber stres tersendiri baginya, terlebih lagi dalam proses pencarian usaha
untuk mengatasi problemanya tersebut, akan makin memicu perasaan stresnya.
Stres adalah tuntutan yang datang dari luar atau dari dalam yang dinilai
seseorang sebagai suatu hal yang tidak dapat diatasi sehingga membebani dirinya.
Semua stimulus baik itu berupa tuntutan lingkungan, fisik atau sosial yang dapat
menimbulkan stres disebut stresor. Stres tidak harus selalu mengakibatkan sesuatu
yang bersifat negatif (dis/res), sebaliknya stres juga dapat menghasilkan sesuatu yang
bersifat positif (eustres). Hal ini tergantung bagaimana diri individu menilai stres
tersebut.
Hasil dari penilaian diri individu terhadap stres tersebut, dapat menimbulkan
reaksi. Reaksi msing-masing orang terhadap sumber stres yang sama dapat saja
berbeda-beda, namun bila stres yang dialami kuat dan lama, maka terkadang muncul
pola reaksi yang hampir sama. Pola reaksi tersebut adalah reaksi afektif seperti
kecemasan, frustasi dan depresi. Reaksi kognitif seperti kurang bisa berkonsentrasi
dan berfikir jernih. Sedangkan reaksi biologis terhadap stres seperti sakit kepala, sakit
yang berlebihan pada saat menstruasi, banyak '.idur atau sulit tidur, dan lain-lain. Atau
bahkan menimbulkan reaksi-reaksi lain seperti cenderung menjadi tidak rasional atau
aneh.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan stres pada umumnya tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor hambatan saja. Melainkan lebih disebabkan oleh
beberapa faktor dintaranya adalah: Pertama, presure; atau tekanan yaitu adanya
7
harapan-harapan atau tuntutan untuk bertingkah laku terte'ltu. Kedua, frustation yaitu
dorongan dari lingkungan yang menghalangi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Ketiga, change; atau perubahan yaitu semua perubahan dalam kehidupan yang
disadari oleh individu membutuhkan sesuatu penyesuaian diri. Keempat, konflik yaitu
konflik antara dua kebutuhan atau tujuan dan Kelima adalah kecemasan yaitu rasa
takut yang terkadang sifatnya tidak rasional.
Melahirkan keturunan pada manusia adalah bagian dari kehendak tuhan. 7 Hal
ini dijelaskan dengan baik dalam firman Allah surat Asy-syuura ayat 49-50:
"Kep1111yaa11 Allah/ah kerajaan /angil dan bumi, IJia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia 111e111berika11 anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. "
"A tau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapayang Dia kehendaki, sesungguhnya Dia maim 111enge1ahui lagi maha kuasa. "
Al-qu'ran merujuk paling tidak kepada dua nabi yaitu Zakaria as dan Ibrahim
as, yang isterinya tidak dapat mengandung tetapi akhimya mengandung ketika
mereka telah berusia lanjut. Seperti yang tercantum dalam finnan Allah surat Al-
Imran ayat 40:
7 Abu Fad! Muhsin Ebrah, ;Jborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan, (Jakarta: Mizan, I 997), cet.l, h.89
8
, J 0
(i. :01~1) ;:.~ c: ~ " Zakaria herkata: Ya 71tha11k11, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat //m da11 isterik11p11n seorang yang mandul, be1fir111an Allah: Demikianlah, Allah her/mat apa yang dikehe11daki-Nya."
Dan firman Allah dalam surat l-luud ayat 72:
... / ... ~ i:-:?J Iii 0) ~
" /steri!~ya herkala: su11gguh 111e11ghera11ka11, apakah aku akan melahirkan pada ha/ ak11 adalah seaorang peremp11a11 tua, dan i11i suamikup1111 dalam keadaa11 ya11g sudah tua pula ? ses1111gg11h11ya i11i henar-henar suatu yang sa11gat a11eh. "
Dengan demikian, dari rujukan-rujukan mengenai ketidaksuburan dalam Al-
qur'an jelaslah bahwa ada orang-orang y~ng tidak bisa mengandung. Tetapi ha! ini
bisa berubah dengan adanya ketabahan, kesabaran serta adanya upaya-upaya untuk
lebih mendekatkan diri dengan cara berdo'a, banyak beribadah dan menyerahkan
segalanya pada yang maha kuasa dari individu tersebut. Namun itu semua juga tak
lepas dari kehendak Allah. Dan sebagai salah satu contohnya terjadi pada keluarga
pasangan bapak Amien Rais dan ibu Kusnariyati Sri Rahayu. Selama sepuluh tahun
pertama pemikahannya ia belum dikaruniai anak. Berbagai upaya pengobatan telah
dilakukan, sampai suatu saat mereka mendapat kesempatan naik haji kemakkah. Di
depan ka'bah mereka memanjatkan do'a, memohon kepada Allah agar memenuhi
keinginan mereka akan keturunan. Setelah beberapa bulan sang istri akhimya
9
dinyatakan hamil, selanjutnya setelah anak pertama lahir, setiap dua tahun sang isteri
hamil lagi.8
Pengalaman individu dalam menanggulangi masalah infertilitas merupakan
sesuatu yang unik, artinya penghayatan individu terhadap masalah akan berbeda
beda. Dengan demikian stres yang dirasakanpun bermacam-macam. Karena didorong
keinginan yang kuat untuk memperoleh ketunman maka individu yang mengalami
masalah infertilitas pada umumnya akan berupaya untuk mencari j:ilan pemecahan.
Usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi
stres yang dihadapinya ini disebut coping.
Coping merupakan segala usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi
stres atau tuntutan beban emosi yang dialaminya. Menurut Lazarus, 17 coping adalah
respon terhadap stres yang mempunyai dua fungsi, yaitu: memecahkan masalah
dengan cara merubah masalah yang dihadapinya, mempertahankan tingkah laku
ataupun merubah kondisi lingkungan, dan memecahkan masalah dengan cara
meredakan atau mengatur tekanan emosional yang ditimbulkan oleh situasi.
Ketika individu mengalami stres, maka ia akan segera berusaha mengatasi
stres yang diharlapinya itu. Jika individu merasa mengatasi stresor secara konstruktif
maka usaha yang dilakukannya cenderung kepada coping yang terpusat pada masalah
(Problem Focused Coping), yaitu tindakan yang diarahkan untuk mengontrol sumber-
8 www.m-amienrais.com/potrct/dctail asp?pid=7
17Lazarns.R.P., Pa11em of adjusmenl, (Tokyo, Kogagusha: MC.Graw Hill co,1994), h.74
10
sumber stres. Sedangkan jika individu merasa tidak yakin akan kemampuannya untuk
dapat mengatasi stresor yang dihadapi maka usahanya cenderung kepada coping yang
terpusat pada emosi (Fmmim1 Focused Coping), yaitu tindakan yang diarahkan untuk
memodifikasi fungsi emosional saat menghadapi stresor. Dan pada kenyataannya
individu biasanya menggunakan kedua jenis coping ini secara bersamaan dalam
menghadapi stres.
Coping merupakan salah satu faktor yang membuat kondisi seseorang tetap
stabil. Individu yang mampu melakukan coping yang adaptif akan mampu melakukan
penyesuaian usaha-usaha kognitif, emosi serta perilaku dengan tujuan mengurangi
atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan se1ta menegangkan diluar
batas kemampuan yang dimilikinya, serta ketegangan emosional yang disebabkan
kondisi tersebut. Seorang wanita atau ibu rumah tangga yang mengalami masalah
infertilitas dituntut untuk memiliki kemampuan ini. Tanpa coping yang efektif dan
adekuat, seorang wanita atau ibu rumah tangga tidak akan mampu menjalankan
fimgsi clan peranannya sebagai seorang istri untuk suaminya, sebagai seorang anak
untuk keluarganya atau sebagai karyawan sebuah instansi, sebagai anggota
masyarakat, sebagai warga negara, sebagai diri pribadi dan juga sebagai mahluk
tuhan.
Oleh karena itu sangatlah menarik untuk menggali berbagai penghayatan
stres dalam menghadapi masalah infertilitas serta mendapatkan informasi tentang
bermacam upaya untuk n:enanggulangi permasalahannya.
11
Berdasarkan alasan-alasan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengkaji lebih mendalam mengenai Gambaran Stres Dan Coping Pada Ibn
Rumah Tangga Yang Belum Dikaruniai Anak karena dirasa tuntutan untuk
memiliki keturunan sebagai seorang ibu rumah tangga cukup tinggi dan rentan sekali
terhadap stres. Semoga penelitian ini mendaptkan ridlo Allah yang maha kuasa dan
dapat berrranfaat, amin.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas penulis merasa perlu
untuk membatasi masalah penelitian mengenai stres dan coping pada ibu rumah
tangga yang belum dikaruniai anak, masalah penelitian ini hanya terfokus pada hal
hal sebagai berikut:
1. Stres yang dimaksud adalah tuntutan atau sumber stres yang datangnya dari
luar atau dari dalam diri individu tersebut yang dinilainya sebagai suatu ha!
yang tidak dapat diatasi lagi sehingga membebani dirinya.
2. Coping yang dimaksud adalah suatu upaya yang dilakukan individu tersebut
untuk mengurangi atau menghilangkan sumber stres tersebut apakah dengan
jenis strategi coping terpusat pada masalah atau coping terpusat pada emosi
atau bahkan menampilkan coping yang maladaptive atau individu tersebut
mengkombinasikan ketiga jenis coping tersebut secara bersamaan.
3. !bu rumah tangga yang dimaksud adalah ibu rumah tangga yang telah
menikah dengan sah dan berusia 40 tahun, dan belum dikaruniai anak lebih
12
dari lima tahun. Karena pada masa ini individu tersebut mengalami tuntutan
yang lebih besar untuk segera memiliki anak.
Adapun perumusan masalalmya adalah sebagai berikut :
I. 13agaimanakah ga111lx1ran stres pada ibu rumah tangga yang belurn dikaruniai
anak?
2. Coping yang bagairnanakah yang diterapkan oleh ibu rumah tangga yang
menghadapi sires karena belum dikaruniai anak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai stres dan coping ibu rumah tangga yang belum dikaruniai
anak bertuj uan untuk :
I. Mengetahui gambaran stres pada ibu rumah tangga yang belum
dikaruniai anak.
2. Mengetahui coping yang di gunakan untuk menghadapi stres tersebut.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Dari sisi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmiah bagi pengembangan keilmuan bidang psikologi terutama tntang
psikologi wanita atau ps.kologi keluarga. Secara praktis, diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat bagi pembacanya terutama bagi wanita yang mengalami masa!ah
infe1iilitas dan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi penelitian selanjutnya
yang tertarik untuk meneliti topik yang sama.
13
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB 11 : Kajian teori berisi tentang Stres yang mencakup definisi stres, sumber
sumber stres, faktor··faktor penilaian individu terhadap reaksi stres,
perbedaan individu terhadap reaksi stres, dampak stres. Coping mencakup
definisi Coping dan jenis-jenis strategi Coping. lbu rumah tangga. Nilai
arti anak bagi orang tua. lnfertilitas yang mencakup definisi Infertilitas,
Infertilitas sebagai sumber stres, Infertilitas sebagai sumber krisis. Dan
yang terakhir tentang dugaan Stres dan Coping pada Ibu rumah tangga
yang belum dikaruniai anak.
BAB 111: Metodologi penelitian meliputi subyek penelitian, teknik pengumpulan
data, instrumen pengumpulan data, analisa data dan tahapan penelitian.
BAB IV : Analisa data, meliputi gambaran umum subyek penelitian, analisis
individu subyek penelitian meliputi gambaran umum, gambaran stres dan
gambaran coping dan analisis antara subyek
BAB V : Penutup, meliputi kesimpulan, diskusi dan saran-saran.
BABU
KAJIAN TEORI
A. Stres
I. Pengertian Stres
Hans Selye M.D. memberikan definisi stres dalam term fisiologis sebagai
suatu kondisi yang dirnsakan oleh badan sebagai akibat dari adanya situasi yang
menekan. Situasi yang mcnckan ini bisa bcrbentuk fisik (nyata ) atau strcs yang
sifatnya non fisik atau bersifat psikososial, seperti kegagalan berturut-turut dialarni,
rasa bersalah, rasa tak aman dan kondisi-kondisi serupa. Akioat dari pada adanya
stres yang sifatnya eksternal atau internal, bahkan kedua-duanya sekaligus, rnaka
tubuh akan memobilisasikan sistem reaksi defensif yang disebut general adaption
syndrorn, yaitu suatu kejadian yang sifatnya hipotetis dalarn badan yang tirnbul
sebagai reaksi tangkisan pada saat terjadinya situasi yang rnenekan. 1
Richard S. Lazarns dan Folkman rnendefinisikan stres dalam tenn psikologi
dalarn definisinya mengatakan bahwa seseorang yang rnengalarni stres secara
psikologis ketika ia rnenilai tuntutan yang datang dari lingkungan luar atau dari dalarn
dirinya sudah rnembebani dan rnelebihi kemampuannya untuk mengatasi tuntutan
tersebut. 2
1 W.F. Maramis, Catalan I/mu Kedokteran Jiwa, (Surabaya: Airlangga University Press, 1998), Cet. ke-7, h. 85
2 Lazarus, Pallern <!fil<ijus111e111, (Tokyo: Mc.Graw-Hill Book co, 1994), h. 47
14
15
Sedangkan Sarafino, mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan yang timbul
ketika individu dan lingkungannya mendorong seseorang mempersepsikan adanya
ketidak sesuaian antara tuntutan dari situasi yang ada dengan sumber yang
dimilikinya baik .;ecara biologis, psikologis atau sistem sosial. 3
Definisi ini menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mengalami stres apabila
ia tidak lagi dapat memenuhi tuntutan dari lingkungan atau situasi yang ada dengan
apa yang ia miliki.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stres adalah
tuntutan yang datang dari luar atau dari dalam diri yang dinilai seseorang sebagai
suatu ha! yang tidak dapat lagi diatasi sehingga membebani dirinya.
2. Sumber-sumber Stres
Ada banyak keadaan yang dapat menimbulkan stres bagi manus1a, semua
stimulus baik itu berupa tuntutan lingkungan, fisik atau sosial yang dapat
menimbulkan stres disebut stresor.
Ada beberapa har° yang dapat dikatakan sebagai sumber st res, yaitu: 4
a. Presure
Presure atau tekanan disebabkan oleh adanya harapan atau tuntutan untuk
bertingkah laku tertcntu. Ada dua jenis presure atau tekanan, yaitu perform dan
conform, perform adalah keadaan dimana seseorang diharapkan untuk
3 Sarafino. flea/th Psycho/ogy:Biop.1yc/10/ogy lnteraclion, (Canada: Jhon Willey And Sons, 1994), h. 74
'Ibid h.56-60
16
rnengerjakan suatu tugas dengan cepat, efisien dan sukses. Sedangkan conform
adalah keadaan dirnana seseorang dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan
harapan orang lain.
b. fi·ustation
fl·ustation atau frustAsi adalah dorongan dari lingkungan yang
menghalangi seseorang untuk melakukan sesuatu. Hambatan yang terjadi inilah
yang menyebabkan frustasi. Frustasi tinggi dibagi menjadi 2 jenis yaitu kegagalan
(failure) dan kehilangan (losses). Kegagalan te1jadi ketika seseorang memasang
target yang terlalu tinggi kemudian gaga! melaksanakannya. Sedangkan
kehilangan terjadi ketika seseorang merasa kehilangan sesuatu atau seseorang
yang sangat berarti dalam kehidupannya.
c. Change
Semua change atau perubahan dalam kehidupan yang disadari oleh
individu membutuhkan suatu penyesuaian diri (readjusment).
d. Conflict
Cm1f!ict terjadi apabila dua atau lebih motivasi atau kecenderungan
bertingkah laku yang ada sating bertentangan dan bersaing untuk dipenuhi,
konflik terbagi menjadi tiga yaitu:
I) Approach-approach conflict
Konflik ini melibatkan dua alternatif yang sama-sama menyenangkan atau
positif Sebagai contoh kita menghadapi pilihan untuk makan atau tidur
setelah beraktivitas seharian.
17
2) Avoidani;e-avoidance cmif!ict
Bertentangan dengan Approach-approach conflict, konflik ini melibatkan dua
altematif yang sama-sama tidak menyenangkan. Contohnya adalah ketika
seseorang harus mernilih harus terus bekerja dibawah tekanan atau hidup
sebagai pengangguran.
3) Approach-avoidance conflict
Approach-avoidance conflict ini merupakan kontlik yang paling sulit untuk
diselesaikan karena mempunyai tujuan yang rnenyenangkan clan dilain pihak
tidak menyenangkan. Kontlik ini sering kali mernbuat kebin1:,>ungan bagi
mereka yang menghadapinya karena dilain pihak mereka menginginkan
tujuan yang menyenangkan yang akan dicapai, namun dilain pihak mereka
juga tidak menyukai konsekuensi yang tidak menyenangkan yav g akan
didapat.
e. Anxiety
Anxiety atau cemas terkadang dianggap memiliki arti sama dengan takut.
Ketakutan muncul apabila seseorang terancam oleh sesuatu yang spesifik clan
terlokalisir. Namun berbeda dari ketakutan, kecemasan adalah rasa takut yang
sifatnya subyektif clan umumnya terl<adang sifatnya tidak rasional. Dalam kadar
yang kecil kecemasan bisa merangsang seseorang untuk menjadi lebih peka clan
responsif terhadap berbagai situasi. Tetapi pada kadar yang lebih besar kecemasan
bisa membagi perfomance seseorang yang pada akhimya dapat menyebabkan
terjadinya stres.
18
Ketakutan dan kecemasan dapat ditimbulkan oleh ha! yang belum terjadi dan
efeknya lebih terasa. Ketakutan dapat menimbulkan sires karena individu
membayangkan bahwa sesuatu yang buruk dapat menimbulkan friJstasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaiau individu terhadap situasi
st res
Penilaian individu terhadap situasi yang dianggap stresful bergantung pada
dua faktor yaitu faktor individu dan faktor lingkungan atau situasi. 5
a. Faktor individu. Yang tercakup dalam faktor individu adalah intelektual, motivasi
dan karakteristik kepribadian. Salah satu contoh adalah yang berkaitan dengan
self esteem adalah individu yang mempunyai self esteem tinggi cenderung
berkeyakinan bahwa dirinya memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi
segala tuntutan, sehingga situasi lebih dipersepsikan sebagai tantangan dari pada
ancaman.
b. Faktor lingkungan atau situasi. Ada beberapa hal yang terkait dengan situasi yang
mernpengaruhi penilaian individu terhadap situasi stres yaitu:
I) Tuntutan yang sangat kuat, kejadian yang mencakup tuntutan yang sangat
kuat dan memiliki kecenderungan untuk terlihat sebagai sesuatu yang stresful.
2) Transisi kehidupan, kehidupan memiliki banyak kejadian besar yang
menandai dari satu kondisi atau fase kekondisi atau fase lainnya dan hal
tersebut mengakibatkan timbulnya perubahan-perubahan penting dan
5 Ibidh.77-79
19
tuntutan-tuntutan baru dalam kehidupan seseorang. Yang termasuk dalam
masa transisi antara lain saat mulai sekolah, saat masuk dalam komunitas
baru, mencapai masa pubertas, saat menikah, menjadi orang tua dan
sebagainya. Stres juga dapat muncul karena transisi kehidupan yang terjadi
tidak pada waktunya. Terkadang kejadian seperti perkawinan, mempunyai
anak, atau tidak selalu terjadi pada saat yang tepat seperti yang diharapkan
individu.
3) Kurangnya kejelasan dari situasi (Amhiquity), efek dari ketidakjelasan mt
tergantung pada tipe dari ketidakjelasan yang ada.
a) Ketidakjelasan peran (Role Amhiquily), muncul ketika informasi mengenai
tugas atau fungsi seseorang tidak jelas atau membingungkan.
Ketidakjelasan peran seringkali meningkatkan stres seseorang karena
mereka ragu-ragu atas tindakan fan keputusan mereka.
b) Ketidakjelasan bahaya (Harm Amhiquity), muncul ketika ketidakjelasan
akan kemungkinan adanya bahaya atau ada tidaknya kemampuan untuk
menghadapi tuntutan situasi, tidak jelas. Efek dari ketidakjelasan tipe ini
terhadap stres sangat tergantung pada kepribadian, kepercayaan dan
pengalaman umum dari seseorang.
c) Harapan mengenai situasi (Desirability Of The Situation). Kejadian yang
tidak diharapkan untuk terjadi umumnya lebih menimbulkan stres, namun
bukan berarti kejadian yang diharapkan tidak mungkin menimbulkan stres.
20
d) Kemampuan untuk mengontrol sumber stres adalah usaha untuk merubah
atau menghambat sumber stres. Orang cenderung menganggap bahwa
situasi yang tidak terkontrol akan lebih mudah menimbulkan stres
daripada situsi yang terkontrol. Ada dua tipe kontrol yaitu pertama,
dengan kontrol tingkah laku, individu dapat mempengaruhi akibat yang
ditimbulkan dari suatu kejadian dengan melakukan tindakan tertentu.
misalnya individu yang mengalami sakit kepala tidak akan terlalu
merasakan stres apabila ia punya kemampuan untuk melakukan sesuatu
untuk menghilangkan sakit kepala. (misalnya dengan meminum obat,
memijat kepala). Kedua, dengan melakukan kontrol kognitif, individu
dapat mempengaruhi suatu situasi dengan menggunakan strategi mental.
misalnya dengan mengalihkan perhatian dari sumber stres atau mengatur
rencana untuk mengatasi sumber stres.
4. Reaksi terhadap stres
Reaksi masing-masing orang terhadap sumber stres yang sama dapat saJa
berbeda-beda, namun bila stres yang dialami kuat dan lama, maka terkadang muncul
pola reaksi yang hampir sama. Pola reaksi tersebut adalah:6
a. Reaksi afektif
Reaksi yang pctling sering muncul karena adanya stres yang kuat dan lama
adalah kecemasan yang dapat terjadi baik selama dan sesudah periode stres.
6 Ci1nincro.ct.al..,.\Ja/adaptive behavior:An !111roduclional To Abnorn1al Phycolog,, (Sccot: Forcsmanand Company, 1990), h.130
21
Setelah mengalami kejadian stresful, individu kemudian dapat mengalami depresi
yang biasanya diikuti dengan gangguan pikiran, keluhan-keluhan, dan rasa
bersalah. Stres juga dapat membuat individ.u lebih mudah terganggu oleh stresor
minor dan mudah menjadi jengkel.
b. Reaksi kognitif
Pada saal mengalami sires yang kuat individu cenderung menjadi kurang
bisa berkonsentrasi dan berfikir jernih. Kekurang mampuan untuk berkonsentrasi
terkadang dapat menimbulkan "accident proneness" atau mudah mengalami
kecelakaan.
c. Reaksi biologis
Mengalami mig~ain (sakit kepala), disfungsi pencernaan, gangguan otot,
tidak bisa tidur, gemetar, dan sakit yang berlebihan pada saat menstruasi,
merupakan reaksi biologis yang dapat terjadi pada saat individu menghadapi stres
yang kuat. Munculnya reaksi bologis dan seberapa parah reaksi muncul,
tergantung pada individu itu sendiri dan seberapa sering serta lamanya stres
dialami.
d. Reaksi-reaksi lain
Stres yang dialami dapat juga memunculkan reaksi pada dimensi tingkah
laku yang lain. Pada kasus stres yang sangat berat, tidak jarang individu
mengalami periode dimana ia cenderung menjadi tidak rasional, aneh, bahkan
menampilkan tingkah laku seperti penderita schizophrenia.
22
5. Perbedaan individu terhadap reaksi stres
Sering kali dalam kehidupan sehari-hari ditemui orang-orang yang memiliki
reaksi yang berbeda terhadap sumber stres yang sama. Hal ini terjadi karena stres
yang dialami tidak hanya tergantung pada kondisi eksternal tetapi juga pada
karakteristik individu. 7
Perbedaan reaksi individu pada stresor yang sama menunjukan bahwa stres
lebih merupaka1, suatu kondisi yang relatif dari pada absolut. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan individu dalam bereaksi terhadap stres yang diungkapkan
oleh Lahey dan Ciminera adalah sebagai berikut: 8
a. I ntesitas dan lamanya stres berlangsung.
Secara umum, semakin kuat dan lama situasi stres, semakin serius reaksi
terhadap stres.
b. Kehadiran stres lainnya.
Setiap sumber stres diasumsikan tidak hanya menghasilkan reaksinya
sendiri pada seseorang namun juga dapat membuat seseorang rentan terhadap
stres lainnya.
c. Pengalaman terdahulu dan peringatan sebelumnya dari stres.
Reaksi stres secara umum lebih intense ketika seseorang tidak memiliki
pengalaman terdahulu mengenai kejadian stres yang serupa dan ketika seseorang
tidak rnemiliki peringatan terhadap stres.
7 Lazan1s,Pa1tern of adjusn1ent. <Jp.cit, h. 7(
' Cimincro.ct.al.. A fa/ada(ii1•e beha\'itw.(Jp.cit. h. 131-133
23
d. Karakteristik individu.
Penelitian-penelitian telah menunjukan bahwa beberapa individu bereaksi
lebih intense dibandingkan dengan individu lain terhadap stres. Namun apakah
reaksi ini berasal dari generasi atau penyebab lainnya, pada saat ini belum
diketahui. Faktor personal mencakup intelektual, motivasi dan karakteristik
kepribadian.
e. Kontrol personal.
Kontrol personal didefinisikan sehagai perasaan bahwa mereka dapat
membuat keputusan-keputusan dan bertindak afektif untuk menghasilkan sesuatu
yang diinginan dan menghindari yang tidak diinginkan.
Ada lima macam kontrol personal yaitu:9
l) Kontrol tingkah laku, kemampuan untuk bertindak konkrit untuk mengkurangi
pengaruh stresor
2) Kontrol kognitif, kemampuan untuk menggunakan proses berfikir atau strategi
untuk memodifikasi pengaruh stresor.
3) Kontrol informasi, kesempatan untuk memiliki pengetahuan tentang kejadian
penuh stres.
4) Kontrol retrosfektit: kepercayaan mengenal apa atau siapa yang menyebabkan
suafu kejadian penuh stres setelah kejadian tersebut muncul.
5) Kontrol keputusan, kesempatan untuk memilih beberapa prosedur alternatif
atau tindakan.
9 Sarafino, Health Psychology:Bio.1ychosocia /11teractio11,0p.cit, h. 108-109
24
Beberapa penelitian menemukan bahwa dengan memiliki kontrol
personal, seseorang dapat mengurangi pengaruh dari stresor pada seseorang.
f. Dukungan sosial.
Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, yang
diterima atau membantu seseorang untuk menerima dari orang lain atau
kelompok. Ada empat tipe dasar dari dukungan sosial yaitu:
I) Dukungan emosional ( empati,perhatian, kasih sayang )
2) Dukungan esteem (dukungan dan persetujuan terhadap ide dan perasaan dan
lain-lain)
3) Dukungan instrumen (bantuan langsung)
4) Dukungan informasi (memberikan saran, arahan, pendapat-pendapat dan lain-
lain).
6. Dampak Stres
Pada umumnya kita hanya mengetahui bahwa stres dapat terjadi ketika
seseorang berhadapan dengan sebuah tuntutan dari kondisi yang tidak
menyenangkan. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena banyak dari kondisi yang
menyenangkan juga dapat membuat seseorang stres. Stres tidak harus selal11
mengakibatkan sesuatu yang bersifat negatif, seb11liknya stres 3uga dapat
menghasilkan sesuatu yang bersifat positif. Bernard menjelaskan bahwa ada dua jeni:,
. d' d 10 stres, yaitu 1stres an eustres.
"'Atwater, hychology !Jf'.ldjus111e11t, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 1983), h. 49
25
•:• Distres adalah stres yang biasanya didapat dari sebuah tuntutan yang tidak
menyenangkan sehingga membawa efek atau akibat yang buruk atau negatif
•:• Eustres adalah stres yang biasanya juga disebut stres ysng baik karena dapat
membawa efek positif. Contohnya dari efek yang ditimbulkan dari jenis stres
ini adalah membuat seseorang bersem2.ngat untuk berusaha untuk memenuhi
tuntutan yang ada.
B. Coping
1. Definisi Coping
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang seringkali diharuskan untuk
menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, yang tentunya akan mendorong
seseorang untuk mencari jalan keluar atau berbuat sesuatu untuk mengkurangi atau
bahkan menghilangkan situasi yang tidak menyenangkan tersebut Usaha yang
dilakukan seseorang untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangkan yang
dialaminya tersebut biasa disebut Coping. Coping didefinisikan oleh Sarafino sebagai
suatu usaha untuk mencoba mengatur ketidaksesuaian perasaan antara tuntutan dan
aka! yang mereka nilai dalam situasi stresfulL 11
Sarafino juga menjelaskan bahwa usaha Coping yang dilakukan oleh
seseorang sangatlah beragam dan tidak selalu berhasil memecahkan masalah.
11 Saraiino, !I ea/th P.~ycho/ogy: /3iop.1ychosocial Interaction, op. cit. h. 133
26
Walaupun begitu Sarafino menjelaskan bahwa Coping dapat membantu merubah
persepsi seseorang tentang masalah yang dihadapinya. 12
Sedangkan Lazarus mendefenisikan Coping sebagai usaha yang dilakukan
seseorang untuk menanggulangi stresful atau tuntutan beban emosi. 13
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Coping
adalah segala usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi stres yang
dialaminya
2. Jenis-jenis stratcgi coping
Coping mempunyai dua fungsi utama yaitu yang mengarah pada pemecahan
masalah dan keseimbangan emosi yang menekan dan merubah hubungan yang
bermasalah antara individu dan lingkungan yang menimbulkan tekanan. Berclasarkan
fungsi ini Lazarus membagi coping menjadi dua kategori besar yaitu:1 4
a. Proh/em Focused Coping (coping terpusat masalah).
Coping terpusat masalah adal~h upaya untuk mengatasi stres langsung
pada sumber stres, baik dengan cara merubah masalah yang di hadapinya,
mempertahankan tingkah laku ataupun merubah kondisi lingkungan. Copper
membagi coping menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tingkah laku dan kognitif
Pada coping terpusat masalah bentuk tingkah lakunya berupa upaya untuk
12 Ibid. h.133
13 Lazarus, fJattern o;·_,-1djus111ent, (Jp.cit, h. 7~
1·1 Sarafino, ilea/th P.1ychology;Biop.1ychosocial lmeraction, op.cit., h. 1-10-141
27
mengkontrol situasi yang tidak menyenangkan dan memecahkan permasalahan.
Sementara bentuk ko3nitif dari jenis coping ini adalah upaya yang ditujukan
untuk mengubah cara mempersepsi dan menginterpretasi situasi, misalnya,
mengevaluasi ulang situasi atau menyusun kembali penilaian situasi. Strategi
coping terpusat masalah ini muncul apabila individu merasa bahwa sesuatu yang
konstruktif bisa dilakukan untuk mengatasi stres.
b. Emotion-Focused Coping (coping terpusat emosi)
Coping terpusat emosi adalah upaya untuk meredakan atau mengatur
tekanan emosional atau mengurangi emosi negatif yang ditimbulkan oleh situasi.
Bentuk tingkah laku dari jenis coping ini misalnya berupa upaya untuk mencari
dukungan sosial atau tambahan informasi. Sementara bentuk kognitifnya adalah
berupaya untuk mengatasi emosi yang timbul pada tingkat kognitif, seperti
melakukan represi dan denial.
Kedua jenis coping tersebut biasanya muncul dalam setiap stresor, namun
coping terpusat masalah akan mendominasi apabila individu merasa ada kesatuan
yang terdapat dilakukan. sementara coping terpusat emosi akan cenderung muncul
ketika individu sudah merasa bahwa sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan
terhadap stresor kecuali menghadapinya dengan sabar.
Berdasarkan dua kategori coping tersebut kemudian Carver dkk
mengembangkai1 strategi coping menjadi tiga belas bentuk yang lebih spesifik. Dari
ketigabelas bentuk strategi coping tersebut, lima diantaranya merupakan bentuk
problem-focused coping, lima lainnya merupakan bentuk emotion:focused coping,
28
sementara tiga bentuk terakhir merupakan jenis coping yang dianggap kurang adaptif
atau maladaptif yaitu kecenderungan coping yang kurang berguna atau kurang
efektif
Jenis strategi problem-focused coping15
a. Active Coping, merupakan proses pengambilan langkah aktif untuk m~ngatasi
stressor atau mengurangi efek buruk yang ditimbulkan oleh stresor tersebut. Yang
termasuk Active Coping adalah melakukan tindakan langsung yang sifatnya untuk
mengatasi stres atau melakukan tindakan-tindakan secara bertahap.
b. Planing, berkaita.n dengan perencanaa 1 mengenai hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres. Yang termasuk planing adalah
merancang suatu strategi untuk dilakukan, memikirkan cara tebaik untuk
memecahkan suatu masalah, atau merencanakan langkah terbaik yang akan
diambil untuk menghadapi stresor.
c. Supresion Qf Competing Activeties, adalah usaha untuk mengesampingkan hal-hal
atau kegiatan lain, mencoba menghindari gangguan dari situasi atau kejadian Jain
yang mungkin timbul, untuk dapat berkonsentrasi penuh dalam menghadapi suatu
sumber stres.
d. F!.esitrailll Coping, yaitu bentuk strategi coping berupa suatu latihan untuk
mengkontrol atau mengendalikan diri. Dalam ha! ini individu n;enunggu sampai
pada kesempatan yang tepat untuk bertindak, sehingga dapat dikatakan sebagai
15 !bi< •. h.142
29
proses yang aktif bi la individu memfokuskan pada usaha menghadapi stresor, tapi
juga dapat dikatakan sebagai strategi yang pasifkarena harus menunggu.
e. Seeking Social Support For /11strume11tal Reason, merupakan bemuk strategi
coping yang berupa untuk mendapatkan dukungan sosial dengan cara mencari
nasihat, bantuan, atau informasi dari orang lain.
Jenis strategi emotion-focused coping16
a. Seeking Social Support For /<~motional Reasons, merupakan strategi coping dalam
bentuk mencari dukungan moral, simpati, atau pengertian dari orang lain.
Kecendernngan individu untuk mencari dukungan sosial untuk mencari alasan
emosional ini dapat membuat individu yang tadinya merasa tidak aman karena
situasi yang menekan, menjadi merasa aman kembali. Disisi lain kecendenmgan
ini bisa bersifat negatif karena sumber-sumber simpati lebih banyak dipergunakan
sebagai jalan untuk menyalurkan perasaan individu.
b. Positive Relnte1petatio11 And Growth, merupakan suatu bentuk coping dengan
cara menilai kembali situasi secara lebih positif Selanjutnya penilaian ini dapat
mengarahkan individu untuk melakukan tindakan Problem-focused coping.
Namun ada juga ahli yang berpendapat bahwa jenis coping ini lebih bertujuan
untuk mengatasi emosi-emosi negatif dari stres yang dialami individu dan bukan
untuk mengatasi surnber stres.
16 Ibid. h.143
30
c. Denial, merupakan usaha untuk menolak kehadiran sumber stres atau bertindak
seolah-olah sumber stres tersebut tidak nyata. Ada tiga pendapat yang berbeda
mengenai akibat dari jenis coping ini:
I) Denial merupakan jenis coping yang berguna karena dapat mengurangi stres
yanio, sifatnya negatif
2) Denial hanya menimbulkan masalah-masalah tambahan pada indivudu selain
masalah yang ditimbulkan oleh stres yang dialaminya.
3) Pada tahap awal dari suatu transaksi yang stresful, denial bermanfaat tetapi
akhimya hanya menghambat dilakukannya coping yang adaptif.
d. Turning To Religion, yaitu kembali berpaling pada agama apabila seseorang
berada dalam keadaan stres. Perilaku coping ini cukup penting sifatnya bagi
sebagian bes.ir individu. Alasan individu beralih keagama ketika mengalami stres
adalah:
I) Agama dianggap sebagai alat yang dapat berfungsi sebagai sumber dukungan
emosional.
2) Agama dianggap sebagai alat untuk mengatasi distres emosi dengan
memandang stres yang dihadapi sebagai peristiwa yang ada hikmahnya.
e. Ac:ceptance, merupakan kebalikan dari denial, dan merupakan perilaku coping
yang penting pada situasi dimana seseorang hams menerima atau menyesuaikan
diri dengan keadaan yang dialaminya. Namun acceptance bukan merupakan
perilaku coping yang adaptif pada situasi dimana sumber stres dapat diubah
31
secara mudah karena itu kedudukan acceptance sebagai perilaku coping yang
apatif dan fungsional masih dipertanyakan.
Jenis strategi coping maladaptif17
a. /."ocusing 011 Vc:11/l/lg or 10°11/0/IO/I, yaitu merupakan kecenderungan untuk
rnemusatkan diri pada stres yang bersifat negatif, kekesalan atau perasaan
perasaan yang dialami oleh individu dan mengungkapkan kekesalan serta
perasaan-perasaan tersebut.
b. Re/wviorul D1sengageme111, merupakan bentuk strategi copmg berupa
berkurangnya usaha-usaha yang di lakukan oleh individu dalam mengatasi suatu
sumber stres, bahkan menyerah untuk berusaha mencapai tujuan yang terhambat
oleh sumber stres. Strategi coping ini terrefleksi pada fenomena helplesness, yaitu
keadaan dimana individu menyerah dan merasa tidak berdaya untuk mengatasi
masalah atau stres yang dialami. Oleh karena jenis coping ini diyakini tidak
adaptif dalam berbagai situasi. Secara teoritis, jenis coping ini mungkin terjadi
jika seseorang menduga bahwa cara-cara yang dilakukannya untuk mengatasi
stres tid.1k mernbuahkan basil yang diharapkan.
c. Mental disengangement, jenis coping ini muncul dalam berbagai bentuk aktifitas
yang pada dasamya adalah menggunakan aktifitas untuk menghilangkan masalah
yang sementara sifatnya. Misalnya dengan berkhayal, tidur atau pun menonton
televisi. Meskipun aktifitas altematif ini dapat membuat individu melupakan
17 !hid. h. 144
32
masalah yang dihadapinya untuk sementara waktu tapi jenis coping ini akan
menghambat individu untuk melakukan yang adaptif.
C. Ibu Rumah Taogga
Dalam kehidupar kaum wanita ada tiga peredaran masa yang pasti
d. h . 18 1tempu nya, yaitu:
Pertama, wanita sebagai puteri, yang dimaksud dengan kata 'puteri' itu adalah
pada waktu masih dalam keadaan anak-anak dan te'lgah menerima didikan dari ibu
bapaknya, dan masih dibawah perawatan dan pemeliharaan mereka berdua, sehingga
ia menjadi seorang remaja puteri, gadis dan pemudi.
Kedua, wanita sebagai istri, yang dimaksud dengan 'sebagai istri' adalah pada
waktu mereka telah dinikahi dengan secara sah oleh seorang lelaki atau suami. Pada
masa ini mereka dilepaskan oleh kewajiban orang tuanya, lalu mengikuti suaminya.
Dan pada masa ini pula mereka mau tidak mau harus menjabat kepala pengurus
rumah tangga.
Ketiga, wanita sebagai ibu, pada masa ini wanita apabila ia telah menikah
dengan perkawinan yang sah pada umumnya selalu mempunyai keturunan,
melahirkan anak dan anak yang dilahirkan daripadanya itu akan memanggil
kepadanya 'ibu'. !bu si anak, ibu yang selalu menyusui dan memelihara dirinya
sehingga anak itu dewasa dan sampai menjadi orang.
18 Khalil Moenawar, Nilai Wanita, (Jakarta: Ramadhani, 1987), cet.ke-8, h. 123-125
33
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata ibu didefinisikan sebagai sebutan
untuk orang perempuan yang telah melahirkan, wanita yang telah bersuami,
panggilan ta'zim kepada wanita. 19
Ki Hajar Dewantoro dalam bukunya soal wanita mengatakan bahwa fungsi
wanita yang terpenting dalam keluarga adalah sebagai ibu. Wanita sebagai pernangku
keturunan pada pertama kalinya berkewajiban menunaikan tugasnya yang paling
mulia. Demikian mulianya kedudukan dan tugas seorang ibu, Ki Hajar Dewantoro
memberikan nama seorang ibu adalah sebagai "Ratu Keluarga". 20
Menurut Conny Semiawan, et.al. wanita sebagai ibu mempunyai tugas-tugas
b . b .k 'I se aga1 en uc
I. Merawat janin dalarn kandungan
2. Melahirkan anak
3. Menyusui anak
4. Memperhatikan anak
5. Mengelolah dan mengurus anak
Namun tidak semua wanita sebagai ibu rumah tangga rnenjalankan fungsinya
sebagai ibu yang merniliki anak (keturunan). Adapula sebagian dari mereka yang
19 Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), eel. ke-2, h. 318
20 Notopuro, Hardjo, Peramm Wanita Dalam Masa Pembangunan Dilnd01wsia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1997), cet.ke- l, h. 43
21 Conny Semiawan, Ki11rah ~Vanita /slain J)ak1111 Keluarga,Karier, Dan Ma: .. yarakat, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet.ke-2, h. 80
34
tidak dikaruniai anak. Akan tetapi walaupun ada sebagian wanita yang tidak
dikaruniai anak, namun p«da dasarnya wanita memiliki naluri keibuan (Maternitas).
Keibuan (Maternitas) merupakan satu titik atau pusat dari seluruh kehidupan
perempuan mulai dari masa bayi sampai tua. la adalah insting alamiah dan fase
terbaik dimana perempuan menyandarkan seluruh kekuatan motivasi dan kemampuan
inovasinya. Keibuan, bu1<:anlah sekadar kehamilan bagi perempuan, akan tetapi
merupakan implemen untuk mencapai kesempumaan psikologis dan keseimbangan
perasaan yang merupakan suatu keharusan untuk meraih kebahagiaan.22
Helen Ducth berpendapat bahwa sesungguhnya "kasih sayang ibu" bukanlah
suatu insting, akan tetapi ia merupakan perasaan atau kondisi psikologis. Maka,
"kasih sayang ibu" tidaklah berkaitan secara esensial dengan kehamilan, karena
terkadang seorang perempuan mampu memberikan "perasaan keibuan" kepada anak
angkatnya, atau seperti anak-anak suami yang dihasilkan dari perpaduan istri
pertamanya. 23
Maka tidaklah asing jika ditemukan diantara perempuan yang cenderung
bersifat keibuan seperti pada anak-anak yang bukan anak kandungnya. Kita bisa
melihat dia menaruh perasaan terhadap anak orang lain, atau muncul kerinduan
seorang ibu terhadap anak-anak yang telah mencapai usia akil baligh.24
22 Muhan11nad Usonan 1\I 1-lusyt, J)erbe,/aa11 f.aki-Jaki clan J>eren1111u111 (Jakarta: Penerbit Cendekia, 2003), cet.ke-1 h.91
23 Ibid h.92
"!hidh.93
35
Perenpuan-perempuan seperti itu kadang-kadang melakukan suatu pekerjaan
diluar kebiasaan yang bisa membuatnya mencapai kepuasan terhadap perasaan-
perasaan yang berkaitan dengan keibuan. Ketika menikah dan keinginan melahirkan
keturunan akan pudar, sehingga dia berharap bisa mengasuh dan membantu anak-
anak orang lain dengan mengorbankan semua kemaslahatan dan perasaan egoisnya.25
D. Nilai Arti Anak Bagi Orang Tua
Dalam d1sertasi Sudraji Sumapraja, nilai anak bagi orang tua dapat dibagi
menjadi delapan kategori :26
I. Status kedewasaan dan identitas sosial
Status kedewasaan didalam masyarakat lebih dari menamatkan sekolah,
pekerjaan clan perkawinan serta mempunyai anak. Hal ini sangat terasa pacla
wanita. Panggilan "ibu" serasa ditujukan kepacla wanita yang terhormat clan
berwibawa: lain hal clengan "nyonya" atau "nona". Seorang pejabat wanita, atau
istri seorang pejabat terasa lebih tepat dipanggil "ibu" dari pada "nyonya".
2. Pengembangan diri
Manusia mengidam-idamkan kesinambungan hiclupnya sesudah mati
maka mempunyai anak merupakan manifestasi dari pengembangan diri dari orang
25 Ibid h.94
26Sudraji Sumapraja, lJeberapa Hal }Jenelitian Klinik Pasangan lnfertil, (Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI, I 980), h. 6-9
36
tua yang berarti bahwa dengan mempunyai anak seolah-olah bahwa kehidupan
orang tua akan dilanjutkan oleh anaknya.
Anak merupal an tumpuan harapan orang tua serta anak akan membuat
orang tua merasa diperlukan dan disalurkan untuk memberi. Anak darat
digunakan untuk pengembangan diri orang tua yang artinya bahwa orang tua akan
mengajarkan pengalamannya semasa kecil kepada anaknya dan orang tua akan
puas jika anaknya akan lebih baik.
3. Moralitas
Secara moral bahwa mempunyai anak sermg dianggap sebagai sikap
bermoral, mematuhi aJaran beragama, berbuat kebajikan, bekerja keras untuk
orang lain. Disamping itu bahwa mempunyai anak seolah-olah dipercaya tuhan
karena mempunyai anak adalah karunia tuhan.
4. Ikatan kelompok.
Dalam keluarga, ikatan anak terhadap orang tua akan lebih besar
dibandingkan ikatan orang tua sendiri sehingga anak dianggap sebagai pemersatu
orang tua. Dengan demikian, mempunyai anak seolah-olah mempunyai ikatan
kelompok yang sangat kuat.
5. Perangsang, sesuatu yang baru, kesenangan
Mempunyai anak membuat suasana hangat, tidak terdugaa-duga dan
menggairahkan didalam kehidupan sehingga dapat mengurangi kebosanan atau
kerutinan kehidupan orang tua. Misalnya bercanda dengan anak, seolah
37
mengenang orang tua akan kehidupan masa mudanya sehingga orang tua lupa
akan kesusahan yang artinya orang tua akan menemukan keseimbangan hidupnya.
6. Kreativitas, keberhasilan dan kemampuan
Pada masyarakat yang maju atau masyarakat yanmg telah berkecukupan
kebutuhan primernya (sandang, pangan, papan), orang akan menuntut kreativitas,
keberhasilan dan ken- ampuan untuk memuaskan hidupnya. Salah satu cara untuk
pemenuhan kebutuhan adalah dengan cara menikmati kemajuan perkembangan
atau pendidikan anaknya. Jadi kepuasan orang tua bukan hanya keberhasilan
orang tua melahirkan anaknya saja melainkan hasil yang dicapai anak, atas jerih
payah orang tua.
7. Kekuasan dan pengaruh
Pada beberapa masyarakat tertentu anak mendatangkan kekuasaan,
terutama dirasakan oleh menantu wanita terhadap mertuanya, apalagi kalau
anaknya berjenis kelamin laki-laki. Kekuasaan itu dapat diungkapkan dalam
bentuk yang lain. sepe11i kekuasan menentukan nasib anaknya, anak dapat
memberikan perasaan unggul atau bangga pada orngtuanya, suami yang kurang
mendapat kekuasan dalam pekerjaannya cenderung mencari kekuasaan yang
dapat diperoleh dari beranak banyak.
8. Kegunaan ekonomi
Dinegara-negara yang sedang berkembang, yang lebih mengutamakan
tradisional, anak mempunyai kegunaan ekonomi yang sangat besar. Anak
dianggap sebagai sumber tenaga dan jaminan bagi orang tua di hari tuanya.
38
Kadang-kadang anak JUga penting sebagai sumber penghasilan dari
perkawinannya.
Dinegara-negara yang sedang berkembang, khususnya yang mulai
memasuki industrialisasi, dimana hanya ayah yang bekerja mencari natkah,
bantuan anak ini tidak lagi diperlukan. lndustrialisasi dan urbaniasi telah
menurunkan nilai anak untuk kegunaan ekonomi. Nilai anak hanya akan menonjol
kalau belum ada lembaga pemerintah ataupun swasta yang dapat menjamin orang
tua di hari tua.
E. Infertilitas
I. Definisi infertilitas
Infertilitas atau kekurangsuburan pada dasarnya merupakan suatu gangguan
atau kelainan dalam fungsi alat reproduksi. Sementara itu reproduksi adalah fungsi
yang dianggap dasariah, dan bahkan sakral dalam kehidupan manusia. Realitas
infertilitas yang dialami inclividu tersebut seakan-akan menjadi semacam gugatan
terhadap pembelanjutan siklus kehidupan, kapasitas seksual individu, clan tuntutan
normatif perkawinan. Sil'lasi tersebut akan menghadapkan pasangan infertil pada
persoalan-persoalan yang menyangkut identitas moral clan berimplikasi adanya
tekanan sosio psikologis. 27
27 Dyah R.P dan Ana N.A., !nferlililas dalam Perspektif Jender, (Yogyakarta: Pusat Pcnelitian Kcpendudukan, UGM, 1999), cct. kc!, h. 58
39
Dalam disertasi Sudraji Sumapraja infertilitas ada dua kategori yaitu:28
a. lnfertilitas primer
Disebut infertilitas pnmer kalau istri belum pemah hamil walaupun
bersenggama dan dihadapkan kehamilan selama duabela5 bulan.
b. Infertilitas sekunder
Disebut infertilitas sekunder kalau istri pemah hamil, tetapi kemudian
tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama duabelas bulan.
2. Infertilitas sebagai sumber stres
Pada saat pasangan suami istri menyadari bahwa kehamilan tidak kunjung
datang sesuai rencana yang telah dibuat, maka masalah-masalah psikologis mulai
muncul. Menurut Menning, adanya s/resful pada infertilitas karena timbul perasaan
"kehilangan". Adapun perasaan "kehilangan' ters1~but dibagi kedalam delapan bagian,
- '9 yaitu:-
a. "Kehilangan" hubungan dengan seseorang yang penting.
Menurut Menning, seorang infertil dalam tahap tertentu merasa perlu
membatasi diri dengan melakukan dengan "isolasi" terhadap pasangan maupun
teman dan keluarga terdekat, yaitu dengan menyimpan masalah infertilitas pada
28 Sudraji Sumapraja, Bebera/)(1 /-/al fleue/itian Klinik J>asangan !11/ertil, (Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI, 1980), h. 5
29 Barbara Eck Menning, fl!fertilityA gide beha\•ioral and the sick role, (Atnerican Sociological Review, 1977), h. 130
40
diri sendiri. Hal ini te1jadi karena mereka menghindar untuk dijadikan objek rasa
kasihan maupun menerima perlakuan basa-basi clari orang lain.
Seclangkan pasangannya cliharapkan clapat memberikan clukungan maupun
pengertian clan simpati. Namun hal itu terjacli karena masing-masing clalam
keadaan terluka, letih clan tertekan. Mereka saling merasa tersingung clan menjadi
depresi bukan hanya kegagalan untuk memperoleh anak namun juga karena
hilangnya rasa kedekatan dan kemampuan untuk saling mengerti.
b. Kehilangan kesehatan, fungsi tubuh yang penting atau claya tarik fisik.
Diagnosis maupun prosedur baik secara fisik maupun secara seksual.
Mereka percaya bahwa terclapat kerusakan didalam tubuhnya sehingga tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Aspek lain dari rasa kehilangan adalah hilangnya hubungan seksual secara
spontan karena harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan dokter. Pada
akhirnya akibat-akibat yang menumpuk dari serangkaian pemeriksaan dan
pengobatan infertilitas dapat menyebabkan penyakit-penyakit fisik, antara lain
sakit kepala yang diakibatkan karena stres selama pemeriksaan dan beberapa
obat-obatan dapat menyebabkan kekejangan dan mual.
c. Kehilangan status dan martabat dalam pandangan orang lain.
Pasangan suami istri mempunyai perasaan bahwa dengan tidak hadirnya
anak akan mengancam identitas seksnal mereka. Bagi pria yang tidak mampu
menjadi seorang ayah maka kejantanannya dipertanyakan, sedang bagi sebagian
41
besar wanita, berpendapat bahwa memiliki anak merupakan pusat dari identitas
diri mereka. Hal tersebut berkaitan dengan adanya norma dalam masyarakat
bahwa wanita yang sempurna adalah wanita yang mampu melahirkan anak.
d. Kehilangan St'lf-esteem (penghargaan terhadap diri sendiri)
Bagi sebagian pasangan suami istri menganggap bahwa kegagalan
menjadi orang tua berarti merupakan kegagalan dalam melaksanakan salah salah
satu tugas pribadinya, yang akan mengurangi kebanggaan pada diri sendiri.
e. Kehilangan rasa percaya diri atau timbulnya perasaan tidak adekuat.
Pasangan suami istri yang tidak mampu mempunyai anak berada dalam
keadaan tidak berdaya karena tugas untuk menjadi orang tua diluar jangkauannya.
Kegagalannya tersebut akan mempengaruhi terhadap seluruh aspek
kehidupannya.
f Kehilangan rasa aman (pekerjaan, keuangan dan sosial).
Program pengobatan tertentu menuntut penyesuaian dalam segala bidang
kehidupan, mungkin ia perlu menata kembali waktunya bahkan berhenti bekerja,
sehingga menghambat karirnya. Pengeluaran biaya yang tinggi untuk pengobatan
juga dapat menimbulkan rasa tidak aman.
g. Kehilangan suatu fm1tasi atau hilangnya harapan untuk mengisi suatu fantasi yang
penting.
Setelah bertahun-tahun mencoba berbagai usaha untuk memperoleh anak
tanpa membawa haeil, banyak pasangan suami istri infertil. Mengalami
42
keputusasaan yang besar. Mereka mengalami frustasi karena tidak dapat
rnemperoleh anak sehingga fantasi-fantasi seputar anak tidak terpenuhi.
h. Kt:hilangan st:suatu alau seseurang yang memiliki nilai simbolis yang besar.
Perasaan tersebut muncul jika melihat seorang anak kecil yang lucu
karena mengingaikan mereka akan ketidakmampuannya untuk memiliki anak
sendiri. Demikian juga dengan melihat seseorang hamil mengingatkan mereka
teniang Kehamilan yang kemungkinan tidak akan pemah mereka alami.
3. Infertilitas sebagai suatu krisis
Menning berpendapat bahwa infertilitas merupakan suatu krisis dalam
kehidupan seseorang, dan sebagai krisis akan sclalu ada sepanjang kehidupan mereka,
antara lain karena terhambatnya motivasi untuk menjadi orang tua, terhambatnya
motivasi untuk menjadi hamil serta besarnya nilai anak bagi kehidupan rumah
tangga.30
a. Motivasi uniuk menjadi orang tua.
Menning menyebutkan enam alasan terjadinya krisis karena terhambatnya
motivasi untuk menjadi orang tua.
1) Bahwa menjadi orang lua adalah sesuai dengan tuntutan lingkungan. Nonna
dalam masyarakai, di mana kt:! uarga dengan anak masih mendapatkan tern pat
yang penting bila dibandingkan dengan keluarga tanpa anak dengan sengaja.
30 Ibid. h. 132
43
Keluarga yang demikian dianggap sebagai materialistis, mementingkan diri
sendiri dan kurang bertanggung jawab.
2) Bahwa menjadi orang tua adalah sebagai suatu cara untuk dianggap dewasa
dan merupakan identitas. Bagi wanita yang meskipun telah memiliki karir dan
pendidikan yang memuaskan, namun akan tetap merasa belum lengkap bila
belum menjadi orang tua bagi anak-anaknya.
3) Menjadi orang tua dapat mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa kanak-kanak, karena kemungkinan kebutuhan-kebutuhan
yang tidak terpenuhi pada masa kanak-kanak dapat diberikan melalui anak
anaknya.
4) Dengan menjadi orang tua berarti dapat bersaing dengan orang tuanya sendiri.
Teori psikoanalis mengatakan bahwa keinginan melahirkan anak adal<.h untuk
bersaing dengan orang tua, karena bagi seorang wanita yang mampu
melahirkan anak berarti ta mampu membuktikan kepada ibunya bahwa ia
merupakan wanita yang sempurna.
5) Menjadi orang tua merupakan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan peran
yang disandangnya. Dalam masyarakat masih berlaku bahwa wanita dianggap
memiliki peran yang lengkap bila i1 menikah, hamil dan melahirkan anak.
6) Menjadi orang tua atas kemauannya sendiri. Sebagian besar orang tua
menginginkan untuk melahirkan dan merawat anak karena memang mereka
menyenangi anak-anak.
44
b. Krisis yang terjadi akibat terhambatnya motivasi untuk menjadi hamii antara lain
disebabkan oleh :
I) Keinginan untuk mengalami perubahan-perubahan yang terjdi pada tubuhnya
selama ia hamil. Pada wanita terdapat keingintahuan yang besar bagaimana
merasakan adanya bayi dalam kandungannya, perasaan yang muncul jika ada
tendangan-tendangan didalam perutnya, pertumbuhan bayi tersebut dan pada
akhir proses melahirkan.
2) Keinginn hamil untuk meneruskan keturunan.
3) Kehamilan sebagai bukti kejantanan. Pada beberapa kebudayaan, terdapat
tradisi bahwa harus terus menerus hamil sebagai bukti kejantan pria.
4) Keinginan hamil sebagai suatu keadaan "narsistik". Kecintaan seorang wanita
kepada dirinya sendiri diwujudkan didalam janin yang ada di rahimnya.
Sehingga dalam kasus-kasus "neurotic narcism" keinginan wanita tidak
kepada anak melainkan lebih kepada kenikmatan dalam hamil tersebut.
5) Keinginan hamil sebagai rekapitulasi d?.ri kehamilan sebelumnya. Bagi wanita
yang telah mengalami kehamilan sebelumnya namun keguguran, kemampuan
untuk hamil dan melahirkan lagi menjadi sangat penting.
6) Keinginan hamil karena ingin menyusui sebagai layaknya wanita dewasa, ia
akan merasa menjadi wanita sempurna dengan adanya kesempatan baginya
untuk menyusui darah dagingnya.
45
F. Stres dan Coping Ibu Rumah Tangga yang Belum Dikaruniai Anak
Di dalam proses reproduksi, wanita secara kodrati berfungsi sebagai
pemangku keturunan atau sebagai penerus generasi. Data penelitian membuktikan,31
bahwa kebanyakan wanita ingin kawin karena didasari cinta dan banyak yang
didorong oleh keinginan memperoleh keturunan dari orang yang dicintainya dan
mencintainya. Ternyata "alasan kawin karena dorongan keibuan" (ingin menjadi ibu)
itu lebih besar dari pada alasan keinginan menjadi istri seseorang. Jadi naluri azali,
yang sangat pada wanita adalah mendapatkan keturunan, meski hal ini ditempuhnya
melalui banyak pengorbanan lahir dan bathin. Tampaknya, keinginan untuk nenjadi
ibu lebih dol)1inan dari pada keinginan menjadi istri. Studi mengenai ibu-ibu rumah
tangga di Amerika Serikat menunjukan,32 bahwajumlah paling besar dari ibu tersebut
menyatakan bahwa fungsi keibuan merupakan sumber kepuasan dan kebahagiaan
dalam hidup mereka. Hanya sedikit dari ib.J-ibu tadi yani; menyatakan bahwa fungsi
istri yang menjadi sumber kepuasan bagi hidupnya.
Sebelum menjadi seorang ibu, pada :lasarnya seorang perempuan belum
mampu memahami, menafsirkan dan mengungkapkan rahasia-rahasia kehidupan. Ia
juga belum memiliki pandangan yang sebenarnya tentang hakikat kesulitan dan
kebahagiaan hidup. Tanpa anak, seorang ibu tak akan pernah menyadari
kese!T'purnaan dirinya dan tak akan merasakan keindahan hidupn
31 Abdul Qadir Djaelani.Ke/uarga Sakiuah,(Surabaya: PT. Bina llmu, 1995), h. 51
32 lbidh.52
33 Ali Qaimi,B11aia11 /b11 Amara Surga da11 Neraka, (Begor: Cahaya Bogur, 2002), cet. ke-1, h. 22
46
Hal inilah yang membuat seorang ibu rumah tangga yang belum dikaruniai
anak dihadapi oleh situasi-situasi yang stresful,34 Infertilitas dapat dikatakan sebagai
pengalaman stresful, karena pasangan suami istri mempersepsikan masalah tersebut
sebagai ancaman terhadap kesejahteraan mereka. Bagi pasangan infertil,
kekurangsuburan itu sendiri dapat merupakan stres bagi mereka, yang pada gilirannya
menimbulkan gangguan emosional, misalnya: rasa bersalah, harga diri, merasa tak
berguna, kecemasan dan depresi. Bila keinginan untuk memperoleh anak itu kuat
maka "ketergantungan" pada dokter menjadi problem tersendiri. Problem infortilitas
menjadi lebih kompleks bila diberikan terapi hormonal, karena terapi hormonal pada
beberapa pasien dapat menyebabkan depresi. Dampak psikologis Iainnya bagi
pasangan infertil, adalah kemungkinan terjadi perceraian, atau bila ternyata yang
kurangsubur itu istri, maka ada alasan suami untuk kawin lagi. Komplikasi kejiwaan
sering mewarnai k~hidupan orang yang mandul; kekurangan (defect) pada dirinya
karena tidak mampu memberikan keturunan, menyebabkan rasa rendah diri, malu
dalam pergaulan sosialnya.35 Untuk mengatasi hal tersebut individu akan melakukan
upaya-upaya untuk menghadapi stres tersebut. Hal-ha! yang mungkin dapat dilakukan
oleh ibu rumah tangga adalah seperti yang dianjurkan dalam Islam yaitu berdo'a
untuk mendapatkan anak (Surat Maryam, ayat:5-6) dan berusaha untuk mendapatkan
anak dengan mengadakan hubungan badan (Surat Al-Baqarah., ayat: 187). Bagi
pasangan yang infertil yang telah berbagai upaya tetap tidak memperoleh keturunr.n,
salah satu jalan keluarnya adalah mengadopsi anak. Adopsi anak adalah guna
34 Dyah, P. Rahmani dan Ana Nadya Abrar, Op.cit, h. 8
35 Dadang Hawari, Al-Quran Dan llmu Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Perpustakaan Masjid lstiqlal, 1992), h. 381
47
memenuhi naluri kebapakan dan keibuan pada setiap diri individu tersebut. Maka
tindakan yang muncul akan adaptif atau tidak yang akan dilakukan ibu rumah tangga
tersebut, tergantung dari bagaimana individu menilai situasi yang stresful tersebut dan
kemampuan tiap individu yang akan turut membantu dalam menanggulangi situasi
yang stresjid tersebut. Mungkin saja individu tersebut akan menampilkan coping
terpusat masalah secara aktif ataupun terpusat pada emosi bahkan menampilkan
coping yang tidak adaptif Dan bisa saja, mengkombinasikan ketiga jenis coping
tersebut bersamaan. Adanya faktor ekstemal berupa dukungan sosial akan turut pula
membantu individu dalam menangani sumbcr stres tersebut.
Peran sebagai wanita dewasa yang telah
menikah
Harapan untuk mempunya1 keturunan
Problem Focused Coping
- Active coping - Planning - Supression of
competing activities - Resitraint coping - Seeking social support
for intrumental reasons
Stresor - Rasa bersalah - 1-larga diri - Tidak berguna - Takut ditinggal kawin
suam1 - Takut diceraikan suami - Adanya tuntutan
lingkungan Tidak memiliki Jamman di hari tua
48
Coping Ancaman Tantangan
Emotion Focused Coping
Seeking social support for emotional reasons
- Positif reinterpretation and growth
- Denial - Acceptance - Turning to religion
Maladaptive Coping
- Focusing And Venting Of Emotion Behavioral disengagement
- Mental Disengagement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini m·~nggunakan pendekat.m kualitatif dengan metode analitik
deskriptif. karena di dalam penelitian ini hasil dan pengolahan data sifatnya
deskriptif. Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya
deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman
video dan lain sebagainya. 1
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang - orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini
diarahkan pada latar belakang individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam ha!
ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.2
Penelitian ini berupa penelitian kualitatif yang sifatnya deskriptif yang
bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan/suatu fenomena tertentu berdasarkan
data yang peneliti peroleh. Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situsi atau kejadian-kejadian tertentu
1 E.Kristi Poerwandari, Pendekalan Kualilalif Dalam Penelilian Psikologi, (Jakarta: LPSP3 UI, 1998), Cet. Ke-I, h. 22
2 Lexy J. Moleong, Da/am Melodo/ogi Penelitian Kualitat(f, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. ke-4, h. 3
49
50
sehingga diperoleh deskripsi yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat populasi/atau daerah tertentu. 3
Untuk lebih spesifik lagi, pendekatan kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini mengambil bentuk studi kasus. Dalam bentuk studi kasus menurut Yin,
peneliti tidak memiliki kontrol atas kejadian-kejadian yang (telah berlangsung), studi
kasus juga dapat memberi nilai tambah pada pengetahuan kita secara unik tentang
fenomena individual, dan dapat digeneralisasibn keproporsi tcorotis. Sccara umum,
studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan suatu penclitian
berkenaan dengan "How" atau"Why", bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang
untuk mengkontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan fokus penelitiannya
terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) didalam konteks kehidupan nyata.4
Yin menyatakan, dalam studi kasus terdapat dua pola, yaitu single case design
dan multiple case design. Dalam single case design digunakan pada pengalaman
tunggal, mewakili sebuah kasus yang unik/ekstrim, dan menganalisa fenomena yang
tidak dapat dianalisa secara penelitian ilmiah. Sedangkan pada multiple case design
menggunakan responden lebih dari satu orang. Dalam ha! ini peneliti harus hati-hati
dalam menyertakan subyek, karena setiap kasus harus memilki replikasi pada masing
masing kasus. Setiap kasus harus dipandang secara menyeluruh dan terfokus.
3 Sumadi Suryabrata, Metodologi Pe11elitia11, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h. 18
'Robert K.Yin, Studi Ka.l'lls, (Jakarta: Raja Grafindo, 2000), h.4-15
51
Pola yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple case design karena
menggunakan lebih dari satu kasus, dengan pola ini diharapkan dapat diperoleh
gambaran secara menyeluruh tentang penghayatan responden terhadap keadaan yang
dialaminya. Oler karena itu maka diperlukan data yang bersifat khusus dan individu
untuk mendapatkan hasil yang cukup mendalam.
A. Subyek Penelitian
I. Karakteristik sampel
Sesuai permasalahan dan tujuan dari penelitian ini maka subyek yng menjadi
sampel ditentukan berdasarkan krakteristik sebagai berikut:
a. Subyek penelitian adalah ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak.
b. Lama ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak adalah Iebih dari Iima tahun.
c. Usia ibu rumah tangga adalah 40 tahun ke atas.
2. Jumlah sampel
Menurut Straus, tidak ada ketentuaan baku mengenai jumlah subyek dalam
penelitian kualitatif 5 Meski demikian, harus ada jumlah subyek yang signifikan agar
hasil penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu dalam penelitian
ini, penulis menetapkan jumlah subyek adalah 3 orang.
' R. Rosenthal and Rosnow, !Osse11tia/ qr Beha.'Jior Research:Methods And Analysis, (New York: Mc. Graw Hill, 1984). h. 82
52
3. Teknik pengambilan sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan karakteristik yang sudah
ditentukan.
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara dan observasi. Wawancara digunakan sebagai metode utama dalam
penelitian ini, sedangkan observasi digunakan untuk melengkapi data yang terkumpul
melalui wawancara tersebut.
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan observasi adalah merupakan kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.
C. Instrument Pengump~ laan Data
lnstrumen pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah pedoman wawancara, lembar observasi, catatan wawancara, tape
recorder dan buku catatan. Pedoman wawancara digunakan agar lebih fokus mengali
yang menjadi obyek penelitian, sedangkan lembar observasi sebagai pedoman untuk
melakukan observasi terhadap penampilan, sikap dan perilaku subyek, keadaan
tern pat, serta catatan khusus selama wawan ~ara berlangsung.
53
Ca1atan wawancara berisi identitas pribadi subyek serta ringk.asan wawancara
sedangkan tape recorder digunakan untuk merekam. perkataan subyek, dan buku
catatan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam/terlewati/yang tidak jelas.
D. Analisa Data
Analisa kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun dalam
teks yang diperluas. Menurut Matthew B. milles dan A. Michael Huberman,6 ada tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dan telah terjalin sebelum, 'selama, dan
sesudah pengumpulan data dalam analisa data, yaitu: reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi.
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajam, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi. Penyajian data sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Proses penarikan kesimpulan/verifikasi dapat dilakukan tergantung pada besamya
data kumpulan-kumpulan catatan dilapangan, pengkodean, penyimpanan, kecakapan
peneliti, namun sering kali kesimpulan tersebut telah dirumuskan oleh peneliti sejak
awal.
6 Milles, Mathew B. and Hubennan, A.Michael, "Analisis Data Kua/ilatif, Buku S11111her Te11ta11g Metode-metode Baru. (Jakarta: UIP, 1992), h. I 6-20.
54
Data-data yang telah terkumpul melalui wawancara kemudian dipindahkan
kedalam transkrip verbatim. Penulisan transkrip ini didasarkan pada kerangka teori
dan pedoman wawancara, dari transkrip lalu dibuat ringkasan dari setiap kasus dan
dikumpulkan aspek-aspek penting yang relevan dengan penelitian untuk dianalisa.
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokan dan diberi kode
(reduksi data) serta penjelasan diangkat untuk mempermudah proses interpretasi
sesuai dengan out line analisa data (penyajian data) kemudian dilakukan analisa
terhadap masing-masing kasus, hasil analisa tersebut lalu dirangkum dan disimpulkan
hal-hal yang umum dari seluruh data dan dicatat hal-hal yang khusus (penarikan
kesimpulan/verifikasi). Ini semua dilakukan mengacu pada kerangka teori dan
permasalahan penelitian.
E. Tahapan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian ini dimulai dengan membuat pedoman wawancara
berdasarkan teori-teori yang relevan dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing,
mencari subyek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian dengan mencari
infotmasi dan menghubungi beberapa teman untuk meminta bantuannya, menyiapkan
perlengkapan penelitian seperti tape record~r, pedoman wawancara dan perlengkapan
lain yang dibutuhkan serta mempersiapkan diri sepenuhnya untuk melakukan
penelitian.
55
2. Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan perkenalan terlebih dahulu
dengan masing-m ising subyek sebelum wawancara, dengan maksud untuk membina
hubungan yang baik dengan subyek. Wawancara ini dilakukan dengan perjanjian,
dimana subyek diharuskan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan sejujurnya
sedangkan peneliti bertanggung jawab untuk merahasiakan identitas subyek. Semua
wawancara dilakukan dcngan alat bantu tape recorder dengan persetujuan subyek,
yang kemudian dipindahkan dalam bentuk tulisan secara verbatim. Penelitian ini
dilaksanakan seluruhnya pada bulan desember 2003.
BABlV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan berisi gambaran mengenai karakreristik subyek yang
terlibat didalam penelitian. Akan diuraikan pula hasil penelitian yang diperoleh
melalui wawancara dan observasi beserta analisa hasil wawancara tersebut.
A. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang.
Gambaran lengkap mengenai karateristik subyek penelitian disajikan dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 1
Gambaran Umum Subyek Penelitian -
Subyek 1 Subyek2 Subyek3 (RS) (R) (GN)
I. Usia saat ini (dalam tahun) 42 tahun 42 tahun 45 tahun
2. Usia pemikahan (dalam tahun) 16 tahun 13 tahun 10 tahun
" Pekerjaan Guru Wiraswasta !bu rumah
.) . tangga
4. Tingkat pendidikan Sarj2 na muda D3 -5. Anak ke 5 dari 7 I dari3 5 dari 5
6. Usia suami (dalam tahun) 45 tahun 44 tahun 70 tahun
7. Tingkat pendidikan SLTA SJ SD
8. Pernikahan ke (subyek) I l l
9. Pernikahan ke (pasangan) 1 I 5
10. Agama ;---
Islam Islam Islam
1 I. Suku Betawi Jawa Betawi
12. Riwayat keguguran - - ---
~Penghasilan dalam keluarga _L ± 2 juta ± 5 juta ± 1.5 juta
56
57
B. Analisis Individual Subyek
I. Subyek I (RS)
a. Gambaran umum
Rs ( 42 tahun) adalah sosok wanita yang sopan dan keibuan. RS adalah
seorang sarjana muda bidang keguruan, ia mengajar sebagai guru sekolah dasar ± 15
tahun, sebelum menikah ia juga pemah mengajar sebagai guru Stanawiyah sambil
kuliah. Pada saat wawancara dirumahnya RS mengenakan blus merah dan celana
panjang hitam serta mengenakan jilbab berwarna kream. Penulis mengenal RS atas
petunj uk salah seorang teman. Karenanya pada saat melakukan wawancara, penulis
dan RS baru pertama kali saling bertemu. Untuk itu, sebelum melakukan wawancara,
penulis menyempatkan diri berbincang-bincang sejenak dengan RS. Hal ini penulis
lakukan dengan maksud agar terbina good raport, sehingga memudahkan proses
wawancara. Pada awal wawancara, RS bertanya kepada penulis apakah penulis
keberatan jika ia didampingi suaminya, ~etelah penulis tidak keberatan RS pun
didampingi suaminya dan wawancarapun dilanjutkan.
Bagi RS anak merupakan sebagai pengikat tali perkawinan, teman dalam
rumah tangga dan harapan masa depan. Dalam kehidupanya sehari-hari RS tidak
lepas dengan dunia anak, hal ini dikarenakan aktivitasnya sehari-hari, yang mengajar
anak-anak sekolah dasar dan juga mengajar mengaji anak-anak dirumahnya setiap
malam. RS ketika belum menikah sudah pemah merasakan bagaimana mengasuh dan
merawat anak. RS merawat dan mengasuh anak kakaknya, hal ini dikarenakan kaka
RS memiliki banyak anak. Kakak RS mempunyai kebiasaan untuk memisahkan sa!ah
58
satu anaknya. Tetapi karena kedekatan yang erat antara RS dan anak tersebut hingga
sekarang anak tersebut masih diasuh dan dirawatnya.
"pernab .... pada waktu kaka masib nyampur di rumab orang tua .••• dirumab banyak keponakan"
merawat keponakan dari kecil dari sebelum menikah •.•. kaka kan di rumab orang tua, karena kaka anaknya banyak ada 13 sekarang, kaka saya setiap melabirkan anak sapiannya dipisabin dan yang ini keterusan dipisabin, akhirnya dirawat •••• saat saya masib kuliab suka dianterin kesaya kesana (tempat kost) akhirnya karena kelengkatannya itu dia terns ikut sampai saya nikab •.•• Sampai sekarang •••. sekarang sudab kuliab ••.. udab semester 3."
Menurut RS, setiap wanita meinginkan keturunan untuk menjadi seorang ibu,
la juga merasakan hal itu. Baginya dengan adanya keturunan, seorang ibu mempunyai
tcman bcrcanda dan tcmpat hiburan. Dalam hal untuk mempunyai anak tidak ada
pihak lain yang menuntut RS, namun RS merasa bahwa orang tuany1 pasti
mempunyai harapan agar RS segera mempunyai anak sebelum akhir hayatnya.
"tidak tub •... orang tua sudab punya anak cucu banyak. Tapi setiap orang tua pasti meinginkan kapan ya .... anaknya punya anak. Pinginnya sih sebelun1 diakhir hayatnya. tapi ya .... Allah juga yang menentukan segala-galanya."
Walaupun sampai saat ini RS belum mempunyai anak, RS masih memiliki
rasa optimis yang besar, karena ia percaya dengan kekuasaan Allah bahwa segala
sesuatunya dapat saja terjadi.
"saya ma ... tetap 011timis, kalau Allah berikan ya kita rawat kalau Allah engga ini ya udah kita ikhlas saja .... usaha tetap jalan dengan do'adengan berobat .... sampai sekarang juga tetap masih."
" .... walaupun usia ini kan .... tapi kalau n1enurut istilah Allah sama manusia kan beda .... menurut n1anusia kan ... ntenurut kedokteran usia 35 tahun udah engga ada kcturunan tapi kalau kita ngeliat dari inik~HI kckuasaan Allah .... sedangkan siti khadijah aja usia 40 tahun kawin sama nabi punya anak sampai 6 orang kemudian nabi ibrahim juga usianya sudah lanjut tapi Allah tetap memberi keturunan walaupun hanya satu. ya .... kita jug:a mungkin tetap bcrdo'a."
Menurut dokter, penyebab kebelum hadiran anak yang dialami RS tidak ada.
RS dan suami sudah bersama-sama melakukan pengobatan kedokter dan dinyatakan
tidak ada kelainan apa-apa.
59
"tidak ada masalah .... tidak ada kelainan apa-apa •.•. kita udah sama-sama diperiksa dcngan dokter dengan bidan dcngan pcngobatan tradisiooal engga ada apa-apa."
Walaupun dinyatakan tidak ada masalah apa-apa dengan RS dan suami, tetapi
perasaan sedih turut menghinggapi dirinya namun ha! itu segera ia pasrahkan kepada
yang kuasa mungkin seperti inilah kehidupan yang hams RS dan suami jalani.
b. Gambaran Stres
Menurut RS, pada awalnya dalam menghadapi masalah ini, RS pernah
memiliki perasaan gelisah karena kekhawatirannya tidak akan dikaruniai anak.
Hpasti ada .... ya tentukan nanti di usia tua .... namanya kitakan rasanya tidak ada ten1ankan,tapi ya kalau e1nang dikasih ya kita rawatkalau engga ya kita rawat masingmasing punya amal sendiri-sendiri sih."
Terkadang RS juga suka membayangkan dirinya telah mempunyai anak, tapi
kemudian ia lebih melihat pada kenyataan yang ada dan pada apa yang ada
didepannya yaitu seorang anak yang telah ia anggap seperti anaknya sendiri.
"ya .. pemah tapi sih s&ya liat apa yang ada aja .... saya kan ada yang dirawat di rumah, ya biar Cuma keponakan kita udah anggap scperti anak scndiri."
RS juga terkadang pernah merasakan kesedihan ketika melihat anak-anak
orang lain sudah besar dan juga ketika orang; lain menanyakan petihal anak kepada RS.
~'ada perasaan sedih juga sih .... ngeliat anak-anak teman udah pada gede-gede banget." Hsetiap orang pasti bcrtanya anaknya niana .... Paling saya kctawa dengan senyum
aja .... habis bilang apa kitakan udab usaba •.• "
RS juga pernah menerima komentar yang kurang menyenangkan dari orang
lain terutama dari orang awam yang belum mengerti pada apa yang dihadapi RS saat
m1.
" .... ya paling orang awam ... katanya ... bikin anak aja nggak bisa, .... itukan kekuasaan Allah kita kcmbali kembalikan kcpada yang mcmbcrikan."
60
"paling saya ketawa aja .... udah urusan masing-masing seharusnya bersyukurlah kalian sudah dikasih .•.. itukan tanggung jawab, anak itukan amanat kalau sudah diberikan tuhan ya harus dijaga. Saya sebagai oang yang belum diberilmn ya kita bcrusaha dan berdo'a aja."
Dengan adanya masalah belum dihadirkannya anak, dampak kesehatan yang
sering dialami oleh subyek herupa sakit kepala sebelah (migrain).
Dalam hal keinginan untuk mempunyai anak, menurut RS dari pihak kcluarga
dan teman, tidak terlalu menuntut agar RS segera mempunyai anak karena mereka
sudah mempunyai kehidupan masing-masing dan disibukkan dengan urusan masing-
masing.
c. Gambaran Coping
Dengan belum dikaruniai anak sampai saat ini, RS dan suami telah banyak
melakukan upaya-upaya baik secara medis mat!pun nonmedis. Secara medis RS dan
suami telah melakukan upaya-upaya pengobatan baik kedokter ataupun kebidan,
secara nonmedis RS dan suami telah melakukan upaya-upaya pengobatan tradisional
seperti melakukan pijat urut (Active Coping).
" .... berobat kedokter, tradisional" " .... mcnurut tukang urut bagus ini. ... kita juga suka piodah-pindah tukang urut,tul<ang
pijat tapi kalau dokter sekarang saya pakai yang di rumah sakit pasar Reho."
Untuk tercapainya keinginan RS dan suami untuk mempunyai anak, RS dan
suam1 telah banyak melakukan upaya-upaya pengobatan namun dari upaya-upaya
pengobatan yang telah dilakukan tersebut sampai saat ini belum memperoleh hasil
yang memuaskan. RS dan suami menyikapinya dengan tetap bersabar dan lebih
banyak mendekatkan diri kepada yang kuasa seperti shalat, dzikir, banyak berdo'a
61
dan membaca Al-quran (Turning to Religion). Selain itu RS berusaha untuk pasrah
dan menerima kenyataan yang dialaminya (Acceptance). Ia yakin bahwa segala
sesuatunya pasti ada hikmahnya (Turning To Religion) ..
"belum ada .... makanya kit a kembalikan kepada yang kuasa aja"
Dalam melakukan upaya-upaya pencarian pengobatan RS dan suam1
mendapatkan informasi mengenai tempat-tempat pengobatan dari kerabat atau rekan-
rekannya selain itu ada j uga yang memberikan berupa nasehat a tau saran untuk
mengadopsi anak, namun RS dan suami be•fikir bahwa ha] itu akan membingungkan
mereka terutama dalam hukum syariat lslam
"udah aja .... adopsi anak .... Kita kan berfildr pada hukum takutnya nanti ketika kita nggak tahu ini anak siapa sudah dewasa bi•a membatalkan wudhu misalnya kita ambil anak perempuan dengan bapak oanti wudhunya batal, kalau saya ambil aoak laki juga batal sama saya .... ya udah .... Jalan satu-satunya kita terima apa adanya .... banyak yaug anjurin bayi tabunglah apalah."
Walaupun belum memperoleh hasil dari upaya-upaya yang telah dilakukan,
RS dan Suami tetap menjalani hidup ini dengan baik. RS dan suami tetap saling
mendukung dan terbuka dalam menghadapi masalah ini (Seeking Social Support For
Emo/ ional Reasons). Dan mereka j uga merasa memiliki tanggung jawab untuk tetap
terns menjaga, merawat dan mendidik keponakan yang sudah dianggap seperti anak
sendiri dengan sebaik-baiknya (Planning).
"baikwbaik saja ngga ada 1nasalah ... " "ya yang ada aja sekarang dididik .... ya itulrnn sudah kita anggap anak sendiri ....
Segala sesuutunya ya kebutuhan din kita yang penubi .•• ya sekolah .•• ya lain-lain."
Terkadang perasa'l kesepiaanpun dirasakan oleh diri subyek, untuk mengatasi
perasaan k~sepiannya itu R biasanya melakukan aktivitas-aktivitas yang lain seperti
membaca, nonton televisi, memasak dan mengurus rumah tangga. Kebiasaan-
62
kebiasaan melakukan aktivitas-aktivitas yang sering dilakukannya tersebut termasuk
kedalam coping maladaptif yaitu Mental /Jisengagement. Selain itu RS menyibukkan
diri dengan berkarier yaitu menjadi salah seorang guru sekolah dasar da:1 juga
mengajar mengaji setiap malam dirumahnya (Active Coping).
2. Subyck 2 (R)
a. Gambaran umum
R ( 42tahun) adalah seorang wanita yang bertubuh agak gemuk dengan tinggi
badan sekitar 160 cm. Pada saat diwawancarai dirumahnya R mcngenakan T-Shirt
pendek dan celana hitam panjang. Penulis mengenali R atas petunjuk seorang teman.
Karenanya pada saat melakukan wawancara, penulis dan R barn pertama kali saling
bertemu. Untuk itu, sebelum melakukan wawancara, penulis menyempatkan diri
berbincang-bincang sejenak dengan R. ha! ini penulis lakukan dengan maksud agar
terbina good raport, sehingga memudahkan proses wawancara.
R adalah sosok wanita yang terkesan tidak aktif untuk memulai pembicaraan.
lapun terkesan sebagai orang yang kurang spontan dalam memulai pembicaraan.
meskipun demikian, ia cukup ramah dan kooperatif selama wav1ancara berlangsung.
Sebelum menikah sampai dengan dua tahun pernikahan, ia bekerja sebagai
karyawati perusahaan swasta. Karena keinginn subyek dan suami, R berhenti bekerja
untuk istirahat dari aktivitas yang melelahkannya dengan harapan dapat dikaruniai
anak. Tetapi harapan yang ditunggu oleh R belum juga terwujud sehingga membuat R
merasa jenuh dan bosan, kemudian R mengisi waktu luangnya dengan membuka
63
usaha ditempat tinggalnya. Aktivitasnya semenjak JO tahun yang lalu dapat dikatakan
sukses dari tahun ketahun.
Menurut R, anak adalah suatu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada
seorang ibu. Anak dapat menjadi penghibur rasa sepi, sebagai pelengkap kehidupan
rumah tangga. Selain itu anak merupakan bukti kesempumaan sebuah perkawinan.
Dalam berir.teraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, R kurang dekat
dengan anak-anak disekitamya ha! ini c.ikarenakan kesibukannya yang ia hadapi
setiap hari. Walupun demikian R sangat menyukai anak, apabila ada waktu luang R
terkadang menyempatkan diri untuk pergi ketempat hiburan anak-anak atau paling
tidak pergi ketaman yang ada dikompleksnya.
" .... sebenarnya saya senang sama anak-anak .... memang silt saya jarang main dengan anak-anak .... habis bagailnana ya saya banyak kerjaan dirumah, tapi suka sih kadangkadang main ketaman terus bercanda-candaan •.•• saya juga kadaog kalau ada rezeki ada waktu saya ngajak anak sini jalan-jalan ketempat hiburan kaya ketaman mini •.. "
Dalam ha! untuk mempunyai anak keinginan terbesar adalah dari diri R
sendiri, karena R ingin sekali merasakan bagaimana seorang wanita mengandung dan
juga melahirkan dan yang terpenting adalah membahagiaka!l suaminya. R juga
mengakui bahwa suaminya pun meinginkan anak dan dari pihak orang tua R juga
mengharapkan supaya R segera mempunyai anak, karena orang tua R sangat ingin
punya cucu.
"ya tentunya dari diri saya sendiri, saya kepingin sekali punya anak .•.. pingin rasain bagaimana silt kalau mengandung, melahirkan .•.. ya kaya ibu-ibu yang lainlah saya kepingin bahagiain suami, suami saya juga kepingin punya anak apalagi oraqg tua saya, beliaukau belum punya cucu jadi ya sangal berharap"
64
Namun walaupun R belum dikaruniai anak sampai saat ini, R tetap yakin dan
optimis dengan kebesaran Tuhan bahwa segala sesuatu yang tidak mungkin bisa saja
menjadi mungkin dan te~jadi.
Menurut hasil diagnosa dokter, penyebab kebelum hadiran anak yang dialami
R adalah masalah kualitas sperma yang belum kurang memuaskan dan adanya
beberapa virus di masa lampau pada dirinya. Setelah mengetahui ha! itu R dan suami
merasa sedih dan kecewa kenapa hal ini bisa terjadi pada diri mereka. Namun R dan
suami sadar bahwa masalah yang ia hadapi adalah cobaan yang hams ia hadapi
dengan sabar, ia yakin bahwa tuhan memang belum waktunya memberi keturunan.
b. Gambaran Stres
R, mulai merasakan perasaan gelisah dalam menunggu kehadiran anak adalah
pada tahun kedua perkawinan, karena usianya saat menikah adalah 32 tahun yang
menurutnya sudah terbilang tua untuk menikah.
"kira-kira setelah 2 tahun menikah •••• saya mulai merasakao eemas •••• kapao ya •••• saya bisa hamil, apalagi usi saya sudah semakin tua •.•. saya takut kalau saya udah engga bisa hamil .... "
R sangat mendambakan untuk bisa hamil dan punya anak, terkadang R
membayangkan seperti apa wajahnya. Keadaannya yang belum punya anak,
tampaknya membuat R merasa agak kikuk berada dalam situasi yang membicarakan
tentang anak. Hal tersebut muncul karena ia merasa memiliki perasaa 'berbeda"
dengan wanita lain, yaitu ketidakmampuannya untuk hamil. Perasaan sedih juga
terkadang menghinggapi diri R ketika ada orang-orang yang menanyakan tentang
anak. Hal ini sering terjadi ketika R bertemu dengan orang yang barn dikenalnya. Dan
65
ha! yang lebih membuat R sedih dan juga kecewa adalah ketika ada orang yang
bergunjing tentang clirinya yang belurn punya anak.
"pernah .... kadangkan ada aja orang yang usil sama rumah tangga orang."
" •... makanya .... badan jangan digendutin aja jadi engga bisa deb punya anak."
"ya saya sih diamin aja diakan belum tahu sebenarnya masalah apa yang kita hadapi, nan ti kalau kita 1narahkan jadi ru\vct rnasalahnya nanti."
Keadaan diri R yang belum punya anak tersebut tidak mempengaruhi
hubun;san antara R dengan keluarga dan teman-teman. Menurut R, mereka !ah yang
selalu memberi nasehat dan dukungannya untuk selalu tetap tabah dan sabar.
Adapun gejala-gejala yang sering dirasakan oleh subyek ketika menghadapi
masalah-masalah yang dialaminya tersebut adalah adanya perasaan gelisah, tidak
percaya diri, tidak bisa tidur, dan sakit yang berlebihan ketika mengalami menstruasi.
c. Gambaran Coping
Strai.egi coping yang dilakukan R dalam menghadapi masalah infertilitas lebih
cenderung kepada coping terpusat masalah (Problem Focused Coping) yaitu berusaha
untuk melakukan pencarian pengobatan-pengobatan baik secara medis atau
nonmedis. secara medis R dan suami telah melakukan upaya-upaya pengobatan
kedokter, secara non medis R dan suami telah melakukan upaya-upaya pengobatan
tradisional seperti berobat kepada "orang pintar" (Active Coping). Upaya pencarian
pengobatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan suaminya saat usia perkawinan
menginjak tahun kedua.
66
Pada awalnya R dan suami sanga• bersemangat dalam melakukan upaya
pencarian pcngobatan. Namun makin lama, R terutama suami menjadi agak segan
dan malas untuk melakukanya karena hasil yang diharapkan, yaitu kehamilan tidak
kunjung datang. Hal ini dikarenakan karena R dan suami dalam berkonsultasi
keseorang dokter kadang tidak intensif, artinya saat konsultasi kebeberapa dokter, R
dan suami hanya datang satu kali. Dan dari beberapa dokter yang didatangi, ia
mendapat pengobatan dan terapi yang bermacam-macam, sehingga R dan suami tidak
mendapatkan keakuratan dan kelengkapan infonnasi. Selain itu R dan suami juga
pemah konsultasi kepada "orang pintar" yang bisa membantu menselesaikan masalah
mereka. Dari beberapa orang pintar yang mereka kunjungi, pengobatan yang mereka
terima pun bermacam-macam, seperti ramuan-ramuan, obat-obatan, air putih yang
dido' ain, dan pantangan-pantangan makan.
Dalam menghadapi masalah tersebut, R dan suami berusaha meminta bantuan
kepada kerabat atau teman-temannya untuk mendapatkan pemecahan masalah yang
sedang ia hadapi tersebut (Seeking Social Support For Instrumental Reasons).
Berdasarkan nasehat dan saran dari kerabat dan teman-temannya, R seharusnya hanya
melakukan pengobatan pada satu dokter ahli saja, karena tujuan yang hendak R dan
suami inginkan adalah keakuratan dan kelengkapan infonnasi yang mereka dapatkan
dan satu ha! yang sangat penting adalah masalah kemanjuran pengobatannya.
"saya clan suami sudah berobat kesana kesini tapi ya begitu hasilnya kurang mcmuaskan terus lagi diagnosanya ada yang lain~Iain. Terus saya dikasih saran sama orang tua , teman juga supaya saya periksa pada satu dokter yang ahli biar hasiloya akurat dan obatnya n1anjur."
67
Pada saat ini, R sedang memulai pengobatan secara intensif kepada satu
dokter ahli. Menurutnya barn pertama kali ini, R dan suami merasa teratur dan
konsisten berobat kesatu dokter. Dengan pengobatan yang ia lakukan sekarang, R dan
suami merasa puas dan berharap banyak. Dengan berobat pada satu dokter ahli, R dan
suami tahu masalah yang ia hadapi yaitu masalah kualitas sperma yang kw-ang
memuaskan dan adanya infeksi beberapa virus dimasa lampau pada dirinya. Oleh
karena itu R dan suami harus minum obat-obatan tertentu.
U ntuk mengatasi kegel isahannya dan rasa kesepiannya dalam menunggu
kehadiran anak, R biasanya menyibukkan diri dengan melakukan aktivitas lain seperti
nonton televisi, membaca, bahkan R suka meluangkan waktu untuk pergi ketaman
dan bermain-main dengan anak-anak dan jika ada kesempatan juga rezeki R suka
mengajak anak-anak tetangganya ketempat-tempat hiburan. Kebiasaan R melakukan
aktivitas lain tersebut termasuk kedalam strategi coping maladaptif yaitu Mental
Disengagement dimana aktvitas-aktivitas tersebut dijadikan alternatif untuk
melupakan stresor. Selain itu untuk mengatasi kejenuhnnya dirumah, R membuka
peluang usaha dengan berwiraswasta laundry (active Coping) dan hasilnya usaha
tersebut memperoleh kemajuan.
R menyadari bahwa masalah yang la hadapi adalah cobaan yang harus 1a
hadapi dengan sabar, ia yakin bahwa Tuhan memang belum waktunya memberikan
keturunan kepada R (Positive Reinterpretation). Karena itulah R berusaha
menyesuaikan diri dengan menyerahkan segalanya kepada Tuhan (Turning Religion),
berusaha menerima kenyataan yang ada dan berusaha menyesuaikan dengan
68
kenyataan tersebut (Acceptance). Pada usia perkawinan menginjak tahun kedua, R
berhenti berkerja sebagai karyawati disebuah perusahaan swasta hal ini dilakukan
dengan maksud agar dapat beristirahat dari aktivitas yang melelahkan kondisi
fisiknya dan berkonsentrasi untuk mempunyai keturunan (Suppression Of Competing
Activities).
3. Subyek 3 (GN)
a. Gambaran umum
GN ( 45 tahun) adalah seorang wanita yang bertubuh agak kurus dengan tinggi
badan 150 cm. Pada saat diwawancarai dirumahnya, GN mengenakan kemeja pendek
bercorak dan celana pendek. Penulis mengenal GN atas petunjuk salah seorang
teman. Karenanya pada saat melakukan wawancara, penulis dan GN baru pertama
kali sling bertemu. Untuk itu, sebelum melakukan wawancra, penulis menyempatkan
diri berbincang-bincang sejenak dengan GN hal ini penulis lakukan dengan maksud
agar terbina good raport, sehingga memudahkan proses wawancara.
GN adalah sosok wanita yang terkesan aktif untuk memulai pembicaraan,
selama wawancara berlangsung GN pun terkesan sebagai orang yang spontan dalam
memulai pembicaraan. GN adalah wanita yang belum pemah duduk dibangku
sekolah, sehingga dalan proses wawancara berlangsung penulis menggunakan
bahasa-bahasa yang dapat dengan mudah dimengerti oleh GN. Sebelum sampai
dengan setelah menikah GN suka sekali melakukan aktivitas menganam tikar yang
terbuat dari daun pandan berduri. Tetapi akhir-akh;r ini GN tidak dapat melakukan
69
hal tersebut karena GN sudah kesulitan u 1tuk mendapatkan daun pandan berduri
tersebut.
Dalam kehidupan GN keberadaan anak tidaklah terla!u penting. Walaupun
demikian GN senang dengan anak-anak. Halaman rumah GN sering kali dijadikan
tempat bem1ain anak-anak.
"ya .... buat encang sih ada anak, engga ada anak juga engga apa-apa. ya •.•. engga terlalu dipikirin dah begitu."
"seneng .... seneng encang sama anak-anak. Apalagi disioi sering anak-anak pada main, resep encang ngcliatnya."
Pada awal pernikahan GN pernah mengasuh keponakan-keponakannya,
karena tempat tinggal GN dan saudaranya saling berdekatan. Denglln adanya
pengalaman seperti itu terkadang pernah terpikir untuk mempuuyai anak dan menjadi
seorang ibu. Namun GN menyadari akan keadaannya. Dalam ha! untuk mempunyai
anak GN merasa tidak ada yang menuntutnya karena semua memahami dengan
masalah yang dihadapi GN. Dan dari pihak suami sudah mempunyai anak dari
istrinya yang lain.
Menurut GN, ia tidak pemah melakukan pencarian pengobatan baik secara
medis ataupun non medis. GN hanya beranggapan bahwa penyebab dari kebelum
hadiran anak adalah faktor keturunan. GN mengambil kesimpulan tersebut karena
saudara-saudara GN ada yang mengalami masalah yang sama seperti yang dialami
oleh GN.
"Periksa .... ya biayanya kaga ada ...• ya dibiarin aja" ""Pasrah aj t, habis emng udah keturunan sih, kapan encang K, encang M ... nggak
punya anakjadi ya apa adanya aja"
70
GN mengakui sebenarnya dirinya tidak 11kan mempunyai anak lagi, tetapi GN
tetap mempunyai harapan walaupun tipis untuk dapat mempunyai anak.
b. Gambaran Stres
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, GN mengakui bahwa dirinya
tidak memiliki kekhawatiran tidak akan dikaruniai anak. Tetapi walaupun demikian
naluri keibuannya sebagai seorang wanita yang telah menikah tidak dapat dibohongi
bahwa sebenarnya GN mendambakan figur seorang anak dalam kehidupannya. Hal
ini dapat dilihat ketika GN berada dalam situasi dimana orang lain sedang
membicarakan soal anak-anak mereka, dan juga ketika GN dalam situasi dimana ada
orang lain yang menanyakan perihal anak kepadanya. Ia mengakui bahwa dalam
situasi terse1:mt terkadang GN merasakan kesedihan dan bertanya-tanya mengapa ia
tidak dapat mempunyai anak dan menjadi seorang ibu seperti ibu-ibu yang lainnya.
"ngga ...• encang ya encang si apa adanya aja ••.. dikasih anak ya alhamdulillah ngga dikasib ya engga kenapa-kenapa"
"yasedih encang gitu .... apalagi kalau kita jalan kemana gitu ama orang yang baru kita ken al trus ngobrol kita di tan ya an a kn ya berapa ... ya mau dijawab apalagi bilang aja ogga ada gitu"
"ya •.•. pernah sih ... encang sempat mikir gitu kok encang engga bisa punya anak kaya orang-orang gitu"
Dalam kehidupan bermasyarakat dapat dikatakan bahwa GN tidak terlalu
banyak bergaul. Dalam kesehariaannya, GN lebih banyak menghabiskan waktunya
dirumah. Mnurut GN, ia pernah mendapatkan komentar yng kurang mcnyenangkan
dari orang lain mengeni masalah yang ia alami. Tetapi GN hanya diam dan
menganggapnya sebagai candaan. Namun GN akui ha! itu menyinggung perasaannya.
'"ada .... pernah dtilu encang dion1ongin begitu" Hya encang sih diani aja paling cuma bercanda" ••ya ... kesinggung juga sih ... ya habis 1nau diapain lagi" "'clibiarin aja .... "
71
Gejala yang dirasakan GN dengan tidak adanya anak dalam kehidupannya,
GN m~rasa kesepian dan ha! itu sering membuatnya banyak tidur karena tidak adanya
aktivitas-aktivitas lain yang dapat ia lakukan seperti merawat anak.
c. Gambaran Coping
Dalam menghadapi masalah kebelum hadiran anak, GN mengkui tidak
banyak melakukan upaya-upaya pengobatan baik secara medis ataupun nonmedis.
Hal ini dikarenakan ketidakmampuannya dalam faktor keuangan untuk melakukan
upaya-upaya pengobatan tersebut. Tidak adanya kemampuan untuk melakukan
upaya-upaya pengobatan, cenderung membuat GN menjadi pasrah dan tidak berusaha
untuk merubah kenyataan menjadi lebih baik (Behavioral Disengagement).
Hengga encang belum pernah periksa kemana~mana apalagi kedokter" ~•ya engga ada biaynnya ... ya dibi:irin aja"
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa GN sering
kali melakukan penolakan (Denial) terhadap masalah-masalah yang ia hadapi, ia
beranggapan bahwa dirinya tidak akan dikaruniai anak dan sudah menjadi faktor
keturunan bagi dirinya. Penolakan ini ia lakukan dengan sikap tidak peduli, tidak
memikirkan masalah yang ada dan beranggapan bahwa ha! tersebut bukan masalah
baginya, seperti tersirat dari kata-kata yang diucapkannya ketika diwawancarai.
"encang maa engga bakalan punya anak kali orang udah tua begini ... trus kapan encang ma emang ada keturunan engga punya anak"
72
Namun walaupun GN sering melakukn penolakan akan tidak dikaruniai anak
kepad~. dirinya, tapi GN percaya dengan kebesaran Tuhan, bahwa segala sesuatunya
pasti dapat terjadi kalau Tuhan menghendakinya (Turning to Religion). Karena itulah
GN memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Dalam menjalani kehidupan ini GN
menerima dan pasrah dengan kenyataan yang ada pada dirinya (Acceptance).
C. Analisa Antar Subyek
Pada umumnya para subyek mengatakan bahwa nilai anak bagi mereka adalah
sebagai pengikat tali perkawinan, pelengkap dalam rumah tangga, kesempumaan
perkawinan, penerus keturunan, penghibur rasa sepi dan sebagai teman untuk
bercanda. Walaupun mereka tidak memiliki anak tetapi mereka senang dengan anak
anak. Hal ini dibuktikan oleh salah satu subyek yaitu R suka meluangkan waktunya
untuk mengajak anak-anak tetangga untuk jalan-jalan ketempat hiburan. Dalam ha!
untuk mempunyai anak keinginan terbesar yang menuntut para subyek adalah dari
dirinya sendiri karena mereka ingin merasakan bagaimana menjadi seorang ibu yang
sesungguhnya dengan merasakan kehamilan, melahirkan, merawat dan mendidik
anak seperti ibu-ibu yang lain.
Dari wawancara yang telah dilakukan, hanya RS dan R yang telah melakukan
pemerikasaan kedokter sehingga dapat diketahui hasil diagnosa yang pasti dan akurat,
kecuali GN. GN belum pernah melakukan pengobatan kedokter, ia hanya
beranggapan bahwa dirinya belum dikaruniai anak karena faktor keturunan hal ini ia
73
lihat dari beberapa saudaranya yang memang belum mempunyai anak sampai saat ini.
Hal ini juga dikarenakan adanya ketidakmampuannya dalam faktor keuangan untuk
melakukan upaya-upaya pencarian pengobatan.
Perasaan mendambakan anak yang dirasakan para subyek terkadang
dilakukan dengan cara berkhayal bahwa dirinya mengalami kehamilan dan
melahirkan, serta membayangkan seperti apa wajah anaknya tersebut. Dalam hal
interaksi dengan lingkungan, ada salah satu subyek yang mengalami perasaan agak
kikuk apabila dalam situasi membicarakan perihal anak. Hal ini muncul karena ia
memiliki perasaan berbeda dengan orang lain yaitu ketidakmampuan untuk hamil.
Perasaan sedih dan kecewapun terkadang sering menghinggapi para subyek, ha! ini
terjadi ketika ada orang ) ang baru dikenal menanyakan perihal anak kepada mereka
dan yang paling utama adalah ketika ada orang yang memberikan komentar negatif
atau kurang menyenangkan yang dapat menyinggung perasaan mereka.
Dengan keadaan belum dihadirkannya anak para subyek mengakui bahwa ha!
tersebut tidak mempengaruhi hubungan mereka dengan suami, kecuali GN. Dengan
keadaan ini terkadang GN memiliki perasaan iri dengan istri-istri suaminya yang Iain
yang telah mempunyai anak. Adapun hubungannya dengan kerabat dan temannya,
para subyek beranggapan bahwa mereka telah sama-sama mempunyai keluarga dan
. . . mempunyat urusan masmg-masmg.
Reaksi yang banyak muncul pada subyek adalah adanya perubahan emosional
menjadi gelisah, kecewa, sedih, frustasi, pasrah,. mengalami sakit kepala, sakit yang
berlebihan saat menstruasi, banyak tidur, dan lain-lain. Strategi Coping yang
74
dilakukan para subyek rata-rata adalah dengan melakukan tindakan yang sifatnya
Iangsung atau berangsur-angsur menerima dan menyesuaikan diri dengan kondisi
yang ada jika usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Pada kenyataannya
meski disadari ataupun tidak, ketiga subyek sering melakukan Strategi Coping yang
tidak adaptif seperti menyibukkan diri dengan melakukan aktivitas Iain sebagai
alternatif untuk dapat melupakan Sires.
75
Gambaran Hasil Analisa Antar Subyek
Tabel 2.
Perasaan yang muncul karena bclum hadirnya anak
Alasan RS R GN ~-
• Perasaan kesepian ../ ../ ../
• Kekhawatiran tidak memiliki anak ../ ../ -
• Perasaan tidak nyaman karena ../ ../ ../
komentar-komentar dari lingkungan ~-- ------- " .. ______
-· -- ------- - ----·-·----- ·------~-----------··-·· - -----·-·- --------
Tabel 3
Nilai anak bagi subyek
Alasan I RS R GN "------·
• Penerus keturunan ../
• Pelengkap kehidupan rumah tangga ../
• Penghibur rasa sepi ../
• Ingin tahu seperti apa wajahnya ../
• Kesempurnaan sebuah perkawinan ../
• Pengikat tali perkawinan ../
• 1-larapan masa depan ../
• Teman dalam rumah tangga ../
---·-- ---·------ - --·---~--
76
Tabel 4
Penyebab infertilitas
~·
Penyebab lnfertilitas RS R GN
• Hasil diagnosa dokter
L Ada gangguan virus dan hormon ,/
2. Tidak <.da gangguan ,/
• Faktor keturunan ,/
Tabel 5
Gambaran stres
~
Variabel Keterangan RS R GN
Sumber-sumber
stres
• Frustasi karena 1 ) Hambatan fisik. ,/
tujuan - Gangguan virus
mempunyai - Gangguan hormon
anak tidak 2) Hambatan sosial.
tercapai - Tidak leluasa menampilkan diri ,/
dalam keluarga I - Tidak leluasa menampilkan diri ,/ ,/ ,/
dalam masyarakat
I -~ '-----"~--- -
77
• Konflik 1) Keinginan istri untuk membahagiakan ./ ./ ./
suami><ketidakmampuan untuk
mempersembahkan anak
2) Keinginan suam1 untuk pun ya anak ./ ./
><ketidak bcrdayaan diri untuk
memberikan keturunan sampai saat ini
3) Hara pan orang tua untuk pun ya ./ ./
cucu><ketidak pastian untuk
memberikan cucu sampai saat ini
• Tekanan 1) Faktor internal
- Nilai anak tinggi ./ ./ ./
- Harapan yang tinggi akan punya anak ./ ./
2) Faktor eksternal
- Dikejar usia ./ ./ ./
Harapan dari orang tua untuk segera ./ ./ -
punya anak
• Kecemas I) I< esepian dihari tua ./ ./ ./ an I
2) Sikap orang tua/mertua ./ ./
3) Diremehkan orang lain ./ ./ ./
78
Faktor-faktor yang mempengaruhi individu terhadap situasi stres.
• Faktor personal 1 ) Optimisme akan punya anak ,/ ,/ ,/
2) Termotivasi untuk melakukan pencarian ,/ ,/
pengobatan
3) Bel um waktunya punya anak ,/
4) Belum dipercaya tuhan ,/ ,/
5) Suami dan istri kurang subur ,/
6) Faktor keturunan ,/
• Faktor situasi l) Harapan orang tua ,/ ,/
2) Harapan suami ,/ ,/
Reaksi terhadap stres
• Reaksi afektif 1 ) Perasaan sedih ,/ ,/ ,/
2) Kecewa ,/ ,/ ,/
3) Gelisah ,/ ,/
4) Jenuh ,/ ,/ ,/ I
5) Tidak percaya diri ,/ ,/ ,/
• Reaksi kognitif
• Reaksi biologis l) Sak it kepala ,/
2) Sakit berlebihan saat menstruasi ,/
3) Banyak tidur ,/
- -~------- ---
79
Tabel 6
Gambaran coping
--
Varibel Keterangan RS R GN
Problem focused coping
• Active coping 1) Melakukan pengobatan dengan cara ,/ ,/
kedokteran dan kebidanan
2) Aktif menjalankan usaha bisnis ,/
3) Aktif berkarier ,/
4) Aktif mengerjakan pekerjaan rum ah ,/ ,/ ,/
tangga
5) Aktifmerawat keponakan ,/
• Planning 1 ) Berusaha membahagiakan suam1 ,/ -/ ,/
dengan menjadi istri yang baik
2) Rencana-rencana pencanan ,/ ,/
pengobatan
3) Berusaha menjadi orang tua yang baik
• Suppression of (merawat dan mendidik keponakan) ,/
competing 1) Berkonsentrasi untuk melakukan
activities pengobatan pada satu dokter ahli ,/ ./
• Restraint 2) Berhenti berkarier ./
Lcopm-~ ----- - - ---- -·-···-·-~-~---·---- --- ----------
80
• Seeking social ./ ./
support for Mencari informasi ten tang pencanan
instrumental pengobatan dari orang tua, mertua,
reasons kerabat dan teman.
---Emotion focused coping • Denial I ) Ka get ketika mengetahui hasil ./ ./
diagnosa dokter
2) Tidak akan punya anak karena faktor ./
keturunan
• Positive I ) Adanya pemahaman bahwa belum ./ ./
reinterpretation waktunya punya anak
and growth 2) Adanya pemahaman bahwa belum ./
dipercaya tuhan I
3) Adanya pemikiran bahwa dirinya ./
pun ya tanggung jawab untuk
mendidik keponakannya
• Seeking social Mencurahkan perasaannya kepada suami, ./ ./ ./
support of orangtua, mcrlua, kerabat dan tcman-
emotional temannya
reasons
81
• Turning to Lebih mendekatkan diri kepada tuhan
religion dengan cara:
I) Sha lat ,( ,( ,(
2) Berdo'a ,( '/ ,(
3) Dzikir ,(
4) Membaca al-qur'an ,( ,(
5) Adanya pemahaman bahwa mendapat ,(
hikmah dari masalah yang
dihadapinya
• Acceptance Menerima dan pasrah dengan kenyataan ,( ,( ,(
yang ~da I
~
Coping yang maladaptif
I • Focusing-venting
'
of emotion I
• Behavioral Pas rah dan tidak ada upaya untuk ,(
disengagement melakukan pencarian pengobatan
• Mental l) Menonton telcvisi ,( ,( ,(
disengagement 2) Memasak ,( ,( ,(
3) Membaca ,( ,(
4) Jalan-jalan ,(
5) Berkhayal ,( ,(
~ ~-
BABV
PENUTUP
Dalam bab v ini akan disajikan kesimpulan secara umum dari hasil penelitian
yang telah dilakukan, diskusi yang merupakan perbandingan antara teori yang ada
dengan hasil penelitian yang dipcroleh dilapangan dan saran-saran.
A. Kesimpulan
I. Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh
ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak yang menjadi responden
mengalami Stres, baik itu Stres yang disebabkan oleh faktor internal seperti
adanya hambatan fisik, berupa adanya gangguan hormon serta virus dan
hara pan yang ti nggi akan pun ya anak. Sedangkan faktor eksternal seperti
masalah keuangan, hambatan sosial dalam menampilkan diri dilingkungan
sosial dan tuntutan dari lingkungan ut1tuk memiliki keturunan selaku perannya
sebagai wanita dewasa yang telah menikah.
Dalam menilai sumber Stres individu dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
faktor personal dan situasional. Faktor personal dan situasional yang berperan
adalah faktor optimis yang dimiliki semua subyek penelitian. Optimis
menumbuhkan semacam kekuatan pada diri subyek sehingga mampu menilai
kondisi belum dihadirkannya anak sebagai suatu tantangan.
82
83
Sedangkan dalam melakukan upaya kontrol Stres untuk menghadapi
masalah belum dihadirkannya anak hampir semua subyek penelitian
menunjukan sikap adanya "penerimaan" keadaan. Dengan adanya sikap
menerima mendorong subyek untuk berfikir lebih realistis. Paling tidak
dengan cara mem~nfaatkan kognitifnya untuk berfikir tentang rencana
rencana yang akan dilakukan serta mengalihkan kegalauan pikiran kehal-hal
yang lebih realistis.
Adapun reaksi Stres yang biasa muncul pada subyek penelitian antara
lain berupa reaksi afektif seperti perasaan sedih, kecewa, gelisah, tidak
percaya diri, kejenuhan, pasrah karena tidak mempunyai anak atau keturunan.
Sedangkan reaksi biologis adalah berupa rasa sakit berlebihan saat menstruasi,
sakit kepala dan banyak tidur.
2. Strategi Coping yang digunakan oleh para responden dalam menghadapi
rnasalah belum dihadirkan anak adalah dengan menggunakan ketiga 3ems
Coping, yaitu :
a. Coping yang terpusat pada rnasalah (Problem focused Coping) yang
meliputi:
• Tindakan langsung (Active Coping) yaitu berupaya melakukan
pengobatan-pengobatan dan melakukan aktivitas sebagai pengisi
waktu luang seperti brkarir dan mengadopsi anak (mengasuh
keponakan ).
84
• Merencanakan cara terbaik untuk memecahkan masalah (Planning)
yaitu sebatas pada perencanaan untuk adopsi, rencana untuk pencarian
pengobatan.
• Berkonsentrasi pada masalah dan mengesampingkan yang lain
(Suppression (}/' competing Activities) yaitu berusaha untuk
mengesampingkan kegiatan yang dianggap berpengaruh terhadap
kebugaran fisik dan psikis.
• Mencari dukungan atau bantuan dari orang lain (Seeking Social
Support For Jnstrwnenta/) yaitu usaha untuk mencari dukungan sosial,
baik berupa nasehat atau informasi yang akurat untuk mengatasi
masalah belum dihadirkannya a11ak.
b. Coping yang terpusat pada emosi (Emotion Focused Coping ) yang
meliputi :
• Mencari simpati dan dukungan moral dari orang lain (Seeking Social
Support For Emotional Reasons) yaitu para subyek penelitian
melakukan upaya dengan mencurahkan isi hatinya kepada suam1,
keluarga, kerabat dan teman.
• Menilai kembali stresor secara lebih positif (Positive Reinlerpetation
And Growth) yaitu adanya pemahaman dari diri para snbyek penelitian
bahwa dirinya belum waktunya untuk mempunyai anak serta adanya
pemikiran pula bahwa dirinya mempunyai tanggung jawab atas
keponakan yang dirawat dan diasuhnya tersebut.
85
• Menerima dan menyesuaikan diri (Acceptance) yaitu tercermin dengan
sikap "menerima" keadaan yang ditunjukan oleh para subyek
penelitian.
• Mendekatkan diri kepada Tuhan (Turning To Religion) yaitu upaya
yang dilakukan para subyek penelitian dalam mengatasi masalahnya
dengan cara benyak berdo'a dan beribadah.
c. Coping mafadaptifyang meliputi :
• Menyerah untuk berusaha mengatasi Stres (Behavioral
Dis.wmgagement) Yaitu ditunjukkan pada salah satu subyek penelitian
karena menurutnya penyebab dari belum dihadirkannya anak adalah
faktor keturunan dan karena tidak adanya biaya untuk melakukan
pengobatan.
• Menyibukan diri dengan aktivitas altematif untuk menghilangkan rasa
tidak nyaman (Menial Dissangagement) yaitu para subyek penelitian
melakukan upaya-upaya seperti membaca, menonton televisi,
memasak, dan lain-lain.
Adapun Strategi Coping yang banyak ditampilkan oleh setiap subyek
penelitian adalah melakukan tindakan aktif yang langsung sifatnya untuk mengatasi
Stres (Problem Focused Coping), mencari simpati dan dukungan moral dari orang
lain (Seeking Social For Emotional Reasons) serta menerima apabila usaha yang
dilakukan tidak berhasil (Emotion Focused Coping), serta menyibukkan diri dengan
aktivitas alternatif untuk menghilangkan rasa tidak nyaman (Coping Maladapt if).
86
B. Diskusi
Sebagai pasangan suami istri kehadiran anak merupakan suatu ha! yang sangat
didambakan dalam perkawinan. Meskipun sebagai pasangan suam1 istri
mendambakan kehadiran anak, namun sayangnya tidak setiap perkawinan
dianugerahi keturunan. Dalam menghadapi kondisi infertilitas, bagi wanita
merupakan sumber Stres tersendiri baginya, terlebih lagi dalam proses peuearian
usaha untuk mengatasi problemanya tersebut, maka akan semakin memicu Stresnya.
Jika kita perhatikan Stresor yang dihadapi oleh para subyek dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa Stresor ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak adalah
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal sepcrti adanya hambatan fisik,
berupa adanya gangguan hormon serta gangguan virus dan harapan yang tinggi akan
punya keturunan sedangkan faktor eksternal seperti adanya masalah keuangan untuk
melakukan pengobatan, hambatan sosial dalam menampilkan diri dilingkungan sosial
serta tuntutan dari lingkungan untuk memiliki keturunan selaku perannya sebagai
wanita dewasa yang telah menikah.
Adanya konflik-konflik emosional dan penghayatan akan dirinya yang
berbeda dengan wanita yang memiliki anak akan mengurangi kegembiraan dan
kebahagiaan. Seperti dikatakan oleh Menning bahwa adanya Stresful pada infertilitas
karena timbulnya perasaan "kehilangan" seperti kehilangan harga diri, self esteem
dan hubungan dengan orang lain. 1 Dan keadaan belum dihadirkannya anak pada usia
1 Barbara Eck Mennin-i, 111.ferlility A Guide Behavior And Sick Role,(American Sociological Review, 1997),h. I 0
87
40 tahun, juga dapat menyebabkan adanya perasaan hopeless. Hal ini dikarenakan
faktor usia yang lebih dari :,o tahun. Menurut Sudraji sumapraja, pada usia lebih dari
30 tahun tingkat kesulitan untuk hamil lebih besar dibanding wanita pada usia
dibawah 30 tahun. 2 Hal ini sesuai dengan pemyataan Erikson dalam trnrinya
mengenai tahapan siklus hidup bahwa apabila generativitas lemah atau tidak
diungkapkan maka akan mengalami pemiskinan atau stagnasi. 3
Dalam keadaan demikian wanita infertil dituntut untuk menanggulangi
perasaan tersebut yang disebut Coping. Usaha penanggulangan terhadap Stres yang
disebut coping perlu dilakukan agar Stres tidak berkelanjutan dan mempengaruhi
keseimbangan fisiologis dan psikologis. Perilaku Coping yang adaptif dan dilakukan
secara konstruktif dapat mencegah individu dari Stres yang berkepanjangan.
Meskipun pada kenyataannya sering kali individu melakukan tindakan-tindakan yang
tidak adaptif dalam menghadapi Stres untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman.
Strategi Coping yang dominan muncul pada para subyek penelitian ini adalah
Active Coping (Problem Focused Coping), Seeking Social For Reasons dan
Acceptance (Emotion Focused Coping). Strategi Active Coping dilakukan mungkin
karena didorong keinginan yang kuat untuk memperoleh keturunan maka individu
yang mengalami infertil pada umumnya akan berupaya untuk mencari jalan
pemecahan. Dalam proses pencarian usaha untuk mengatasi problemanya tersebut,
2 Sudraji Sumapraja, Jiau/a Keha111i/a11?, (Jntisari: Kesehatan Suami Istri), h.28
3 Calvin S Hall and Gardner Lindzey, Teori-teori Psilwdinamik (Kli11is), Kanisius, 1993 .h.153
88
para subyek membutuhkan bantuan dari luar diri individu yaitu yang diperolehnya
dengan earn membagi perasaannya kepada suami, oranb>tua atau mertua, kerabat dan
teman-temannya (Seeking Social For Emotional Reasons). Dan ketika usaha yang
dilakukan untuk mengatasi masalah tidak membuahkan hasil maka yang dilakukan
adalah menerima dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada (Acceptance).
C. Saran-saran
Penulis menyadari penelitian ini mas1h banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian memungkinkan
terjadinya bias dalam pengumpulan data sehingga data yang diperoleh menjadi terlalu
kompleks atau tidak mengena dengan tujuan penelitian.
Untuk itu penulis mengajukan saran bagi penelitian selanjutnya yang mungkin
tertarik untuk meneliti fenomena kehidupan ibu rumah tangga yang belurn dikaruniai
anak.
I. Dapat mengkaji lebihjauh topik bahasan penelitian serta lebih memperhatikan
poin-poin dalam pedoman wawancara sehingga wawancara be;nar-benar dapat
menggali data yang diharapkan secara mendalam.
2. Hendaknya obsc 'Vasi dilakukan tidak hanya pada saat wawancara
berlangsung.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan titik tolak bagi
penelitian selanjutnya untuk mendapatkan data yang lebih kaya.
Penulis juga mengajukan saran-saran :
89
1. Wanita yang mengalami infertilitas : Adanya kesiapan mental untuk
mengahadapi kondisi belum dihadirkannya anak. Adanya penghayatan bahwa
dukungan suami sangat berperan dalam menghadapi infertilitas maka dengan
demikian pihak istri diharapkan terbuka dalam mengkomunikasikan perasaan,
kebutuhan dan harapan-harapan kepada suami. Dengan begitu, suami menjadi
paham akan kecemasan dan ketakutan-ketakutan pasangan. Untuk memenuhi
generativitas bukan hanya kepada anak kandung tetapi dapat dilakukan
dengan adopsi.
2. Peran suami : Titik berat dari penghayatan wanita terhadap infertilitas adalah
ada bentuk dukungan suami sebagai pendamping hidup. Dengan adanya fakta
tersebut, diharapkan para suami tergugah untuk mulai berempati terhadap
istrinya, secara bersama-sama menghadapi permasalahan infertilitas.
DAFT AR PUST AKA
Atwater, Eastwood, l'.1yc/10/ogy Ol Adjus,nenl: Personal Growth in a Changing World, New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1983,Second Edition.
Calvin S. Hall and Gardner Lindzey, Teori-leori Psikodinamik (Klinis). Kanisi us, 1993 ,cet. ke-71
Ebrah,Abu Fad] Muhsin, Aborsi, Kon/rasepsi dan Mengatasi Kemandulan, Jakarta: Mizan 1997,Cet.ke-1
I-lawari, Dadang, Al-(}uran dan I/mu Kesehatan Jiwa, Jakarta: Perpustakaan Masjid Istiqlal, 1992 ,cet.ke-2
lhromi.T.O., Bunga Rampcii Sosio/ogi Ke/uarga, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999
Lahey, Benyamin. B, and Ciminera, Anthony. R., Maladaptive Behavior: An lntroduclion To Abnorrma! 1'1>yc/10/ogy; Scot, Foresman And Company, 1980.
Lazarus, R.P, Pal/em q/ Adjusmenl, Tokyo, Kogakusha: Mc.Graw Hill Book Co, 1994, 3 rd edition
Mahalli, A. Mudjab, !vfenikah!ah, Engkau !vfenjadi Kaya, Yogyakarta: Mitra Pustaka,2001, Cet. Ke- I.
Maramis, W.F., Catalan I/mu Kedokleran Jiwa, Surabaya: Airlangga University Press, 1998, cet. ke-7
Menning, Barbara Eck, lnjertilily a Guide Behavior And 17ze Sick Role, American Sociological Review, 1977.
Milles, Mathew. B. And Huberman, A.Michael, Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber Tenlang Me lode-me/ode Baru, Jakarta: UIP, 1092.
Moelong. J.M. Lexy, !vfetodologi Penelitian Kualitalif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1993, Cet. ke-4.
Moenawar, Khalil, Nilai Wanita, Jakarta: Ramadhani, 1987, cet. ke-1.
Notopuro, Hardjo, Peranan Wanita Dalam Masa Pembangunan Dilndonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1997, Cet. ke-1.
90
91
P.Rahmani, Dyah dan Abrar, Ana Nadya, 111/ertilitas Dalam Per1>pektil .lender, Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan, UGM, 1999, Cet. ke-1.
Penyusun Kamus Pusat Dan Pengembangtm Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989 , Cet. ke-2.
Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan kualitat!l dalam Penelitian Psikolog1, Jakarta: LPSP3 Ul, 1998, Cet. ke-1.
Qadir Djaelani, Abdul, Keluarga Sakinah, Surabaya:PT Bina llmu, 1995
Qaimi, Ali, Buaian !bu Diantara Surga dan Neraka, Bogor: Penerbit Cahaya, 2002, cet. ke-1.
R.Rosenthal And E. Rosnow, Essential OfBehavor Research; Metlwdv And Analysis, New York: Mc. Graw Hill, 1984.
Sarafino.E.P.,Health Psychology: Biop.1yhosocial Interaction,Canada:John Willey And Sons, 1990
Semiawan,Conny,et.al., Kiprah Wanita Islam Dalam Keluarga,Karier dan Masyarakat,Jakarta:l'ustaka Anlara, 1996.
Sumapraja, Sudraji, Beberapa Hal Penelitian K/inik Pasangan !njertil, Depok: Fakultas Kesehatan \1asyarakat UI,1980.
___ , /'unda Kehamilan, Mempersulit Kehamilan?, lntisari: Kesehatan Suami lstri. · ~
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 1994.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Pene/itian, Jakarta: Rajawali Press,PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
Thalib, M., Memahami 20 Sifat Fitrah Orangtua, Bandung: Irsyad Baitussalam, 1997, cet. ke-1
Utsman Al Husyt, Muhammad, Perbedaan Laki-laki dan Perempuan (Tinjauan Psikologis, Fisiologi, sosiologi dan Islam), Jakarta: Penerbit Cendikia, 2003 Cet. ke-1
www. M-amienrais.com/potret/detail asp?pid=7
Yin, Robert.K., S1ud1 Kasus, Jakarta: Raja Grafindo, 2000.
Zaini, Syah Minan, Arti Anak Bagi Seorang Muslim, Surbaya: AI-Ikhlas.
LAMPIRANI
Subyek
Wawancara ke
Tempat
Tanggal
Jam
Catalan lapangan
LEM BAR OBSERVASI
1121314/5
1/2/3
I. Kea<laan lempal wawan<:ara, cuaca, keha<liran pihak lain <lisekilar lempal
wawancara.
2. Garnbaran Fisik <lan penampilan subyek.
3. Riugkasan aw<tl <lan akhir wawaucara, apa saja yang <lilakukan oleh
inle1 viewer <lan subyek (yang tidak lerrekam).
4. Ringkasan sikap subyek selama jalaunya wawancara : ( suara, inlonasi, sikap
lubuh, anlusiasme, sikap kepada inleviewer , <lll ).
5. Gangguan <lan hambalan selama wawancara.
6. Catalan khusus selama wawancara.
LAMPIRAN II PEDOMAN WAWANCARA
Pert1111yaan-perh1nyaa11 yang bcrkaitan dengan data identitas
I. Nama
2. Usia
3. Peke1jaan
4. Riwayal peke1jaan sebelumnya
5. Kegialan <liwaktu luang
6. Hobby (sejak kapan <lilakukan? Dan apakah pasangan masih melakukanllya)
7. U sia suami
8. Peke1jaan suami
9. Tanggal/Bulan/Tahun pemikahan
IO. Pernikahan ke ...... (subyek)
I I. Pernikahan ke ...... (pasangan)
12. Apakah makna pernikahan bagi an<la? Makna pernikahan bagi pasangan an<la
Pertanyaan-pertiu1yaan yang berkaitan dengau data keluarga
J. Berapa jumlah sau<lara kan<lung <lalam keluarga an<la
2. Jelaskan secara rinci jumlah anak masing-masing
Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitau dengan nilai anak
I. Apakah pen<l 1pat anda tenlang anak secara umum
2. Apa arti/nilai anak bagi an<la
3. Apakah anda menyenangi anak-anak?
4. Apakah rumah anda sering dikunjungi anak-anak
5. Apakah anda sering berkunjung ketempat dimana banyr.k anak-anak
6. Apakah anda memiliki pengalaman dalam merawat atau mengasuh anak/bayi
7. Apakah anda berkeingir.an untuk menjildi seorang ibu, alasannya
8. Apakah sudah ada pembicaraan dengan suami tentang rencana mempunyai anak,
Uumlah anak, cara mendidik, waktu yang ditetapkan)
9. Sejauh mana rasa optimisme yang anda miliki untuk mempunyai anak, alasannya?
I 0. Selain keinginan mempunyai anak sendiri, apakah ada pihak lain yang menurut
anda untuk mempunyai anak.dapatkah anda jelaskan?
Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan infertilitas
I. Apakah penyebab dari kebelum hadiran anak yang anda alami menurut dokter
2. Bagaimana perasaan anda setelah mengetahui penyebab dari kebelum hadiran
anak yang anda alami
3. Apa yang anda lakukan untuk menanggulangi perasaan tersebut
4. Bagaimana sikap pasangan and a setelah mengetahui hal tersebut
5. Bagai mana riwayat kesuburan keluarga anda (kalau ada) penyebabnya apa
Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gambaran stres
1. Apakah anda memiliki kekhawatiran tidak akan dikaruniai anak
2. Apakah anda pernah merasakan kegelisahan dalam menunggu kehadiran anak,
kapan mulai muncul kegelisahan tersebut
3. Apakah anda merasa terlekan dengan kondisi lersebut
4. Apa yang anda rasakan dengan komlisi kebelum hadiran anak
5. Sejauh rnana <larnpaknya terha<lap kesehatan anda
6. Sejauh apa <lampaknya lerha<lap kehi<lu1 ·an anda sdiari-hari
7. Bagai mana ko11disi perkawina11 an<la sehubu11ga11 <lengan bdurn ha<lirnya anak
(hubungan sex terganggu, sikap alau p-orasaan lerhadap suarni, kornunikasi
de11gan suarni)
8. Bagaima11a reaksi atau perasaan an<la bila orang lain rnenanyaka11 perihal a11ak
kepada an<la
9. 8-1gaima11a reaksi clan perasaan an<la bila berada <lalam situasi <limana orang lain
membicarakan tentang anak mereka
10. Apakah anda pernah merwnrna komentar-komentar negatif atau kurang
menyenangkan <lari orang lain, bagaimana reaksi dan perasaan anda
11. Apa yang an<la lakukan untuk menanggapiuya
12. Bagaimana sikap orang tua, mertua, teman-teman terhadap permasalahan yang
an<la alarni
13. Bagairnana sikap atau perasaan anda terha<lap sikap mereka
Pertanyaan-pertanyaan yang bedi.ailan dengan gambaran coping
1. Upaya-upaya apa yang telah anda lakukan dalarn menghadapi masalah kebelum
hadiran anak (medis/r,onrne<lis)
2. Bagai mana perasaan anda dan pasan_san selama proses melakukan upaya-upaya
tersebut
3. Bagai mana sikap pasangan anda terhadap upaya-upaya yang anda lakukan (orang
tua, keluarga pasangan, kerabat, tcman)
4. Seberapa jauh keberhasilan upaya tersebut
5. Apa dampak keberhasilan tersebut bagi diri anda dan pasangan
6. Kalau gaga! dalam upaya yang dilakukan, mengapa
7. Menurut anda faktor-foktor apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan
8. Menurut anda kendala apa yang anda hadapi materi/non materi.
9. Apa dampak kegagalan dari upya yang anda lakukan bagi diri anda dan pasangan
10. Rencana apa yang akan dilakukan bila mengalami kegagalan (~iapa yang
membuat rencana tersebut) bagai mana sikap pasangan terha·:lap rencana tersebut
11. Apakah anda sudah mempunyai antisipasi masalah-masalah apa yang akan
muncul dikemudian hari sehubungan dengan belum lahimya anak-anak
12. Harapa1-harapan apt yang anda miliki sehubungan dengan masalah yang anda
alami
LAMPIRAN Ill PERNYATAAN KESEDIAAN
D"ngan ini saya 1m:11yatakan baliwa saya .
Nama
AJamal
No. Telepon
Bersedia unluk diwawancarai dan memberikan kelerangan sebenar-benarnya
untuk keperluan pembualan skripsi dengan judul Gambaran Stres dan Coping Pada
lbu Rumah Tangga Yang Belum Dikaruniai Anak yang disusun oleh Rahmawali
(Mahasiswi Fakullas Psikulugi UlN SyarifHidayalullah Jakarta).
Adapun data pribadi saya dan basil wawancara dan semata-mata unluk
keperluan skripsi. Apabila ditemukan data yang masih kurang lengkap, saya bersedia
unluk di l'.awancarai kembali.
Interviewee
(N ama I engkap)
Wassalam
Bekasi ...... Desember 2003
Interviewer
(Rahmawati)