gastritis
DESCRIPTION
Case reportTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur/ : Nn. D/ Perempuan/ 16 tahun/
b. Pekerjaan/pendidikan : - / Pelajar SMK
c. Alamat : Jl. Air camar, Padang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah Anak/ Saudara : - / 2 dari 3 bersaudara
c. Status Ekonomi Keluarga: Cukup mampu, penghasilan orang tua + Rp 3.000.000 /
bulan
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, 3 kamar tidur, dan 1 kamar mandi di dalam rumah.
- Lantai rumah dari keramik, ventilasi udara dan sirkulasi cukup baik, kamar
pasien cukup lapang
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM.
- Halaman rumah tidak terlalu luas.
- Sampah di dibuang di belakang rumah sebelum diambil oleh tukang sampah
setiap 2 hari sekali.
- Rumah dihuni oleh 5 orang yang terdiri dari pasien, orang tua pasien, dan 2
orang saudara pasien.
Kesan : Hygiene dan sanitasi lingkungan baik.
1
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.
- Hubungan dengan warga di sekitar lingkungan pasien cukup baik
- Lingkungan sekitar cukup bersih.
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan anggota keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga tidak ada
- Pasien sedang menghadapi musim ujian di sekolahnya sehingga kadang
merasa stress.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Nyeri di ulu hati meningkat sejak 1 jam sebelum datang ke
Puskesmas.
Nyeri di ulu hati sejak 2 hari yang lalu dan meningkat sejak 1 jam sebelum
datang ke Puskesmas.
Nyeri terasa perih, tidak menjalar, tidak dipengaruhi aktivitas.
Nyeri dirasakan berkurang setelah makan.
Mual ada, dan muntah tidak ada
Sering sendawa-sendawa ada
Nyeri sudah berulang sejak + 1 tahun yang lalu, hilang timbul terutama saat
mengalami stress.
Pasien memiliki kebiasaan makan makanan yang pedas dan makan tidak
teratur, dan mengatakan juga sering terlambat makan.
Riwayat meminum obat-obatan tanpa resep dokter tidak ada
Riwayat meminum jamu-jamuan tidak ada.
Demam tidak ada
BAK jumlah dan warna biasa
BAB warna dan konsistensi biasa.
5. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien sudah pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya, keluhan yang
dialami hilang dengan pengobatan.
- Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan seperti ini.
2
6. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 72x/ menit
Nafas : 18x/menit
TD : 120/80 mmHg
Suhu : afebris
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit : Pucat tidak ada, sianosis tidak ada, ikterik tidak ada
THT : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Dada
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan (+) di
epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
3
Punggung : Nyeri tekan dan nyeri ketok CVA tidak ada.
Alat kelamin : Tidak diperiksa
Anggota gerak : Akral hangat, refilling kapiler baik, Rf +/+, Rp -/-
7. Laboratorium : tidak dilakukan
8. Pemeriksaan anjuran :
Pemeriksaan endoskopi
9. Diagnosis Kerja
Sindroma dispepsia
10. Diagnosis Banding :
Gastritis
Ulkus peptikum
11. Manajemen
a. Preventif :
Pola hidup dan pola makan teratur
Hindari makanan yang merangsang / mudah mengiritasi lambung seperti
makanan yang asam dan pedas.
Hindari obat-obatan penghilang nyeri dalam waktu dekat ini.
Hindari faktor pencetus, terutama stress.
Hindari makan makanan yang mengandung gas seperti kol, lobak dan
nangka
Hindari minum minuman yang mengandung gas seperti minuman soda.
Jangan membeli obat-obatan tanpa resep dokter di apotik-apotik
Jangan makan sebelum tidur, biasakan makan 3 jam sebelum tidur.
Kurangi konsumsi cappucino, teh, atau kopi.
4
b. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini akan kambuh jika pasien
stress, atau tidak patuh dengan nasehat dokter
Menjelaskan akibat membeli obat sembarangan di apotik
Makan 3-5 kali sehari dalam porsi kecil, tepat waktu.
c. Kuratif :
Antasida tab 3 x 1 tab (setelah makan)
Ranitidin 2 x 150 mg (sebelum makan)
Vitamin B complex 3x1 tab
d. Rehabilitatif :
Istirahat cukup
Konsumsi makanan dalam porsi kecil namun sering dan tidak merangsang
timbulnya nyeri.
Segera control kembali jika keluhan tidak berkurang.
5
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Seberang Padang
Dokter : Ivan Putra
Tanggal : 13 Maret 2015
R/ Antasida tab 500 mg No. XV
∫ 3 dd tab I a.c
__________________________________________£
R/ Ranitidin tab 150 mg No. X
∫ 2 dd tab I
__________________________________________£
R/ Vitamin Bcompleks No. XV
∫ 3 dd tab I
__________________________________________£
Pro : Dewi
Umur : 16 tahun
Alamat : Jl. Air camar
6
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan umur 16 tahun dengan diagnosis kerja
Sindrom dispepsia. Diagnosis kerja ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Data yang diperoleh dari anamnesa yaitu Nyeri di ulu hati sejak 2 hari yang lalu dan
meningkat sejak 1 jam sebelum datang ke Puskesmas. Nyeri terasa perih, tidak menjalar,
tidak dipengaruhi aktivitas. Nyeri dirasakan berkurang setelah makan. Disertai mual dan
perut terasa kembung. Pasien sudah merasakan keluahan seperti ini sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien memiliki kebiasaan makan makanan yang pedas dan tidak teratur.
Dispepsia dapat diakibatkan oleh gangguan organik ataupun tanpa gangguang organik
(fungsional).1 Berdasarkan kriteria diagnosa Roma III sindroma dispepsia didiagnosa dengan
satu atau lebih dari gejala nyeri panas dan pedih di ulu hati, rasa penuh pada lambung,
sendawa, disertai mual, kadang-kadang sampai muntah.2 Penyebab timbulnya dispepsia
diantaranya adalah faktor diet dan lingkungan. Peningkatan sekresi asam lambung yang
melampaui akan meniritasi mukosa lambung itu sendiri akibat efek korosif asam dan pepsin
dari asam lambung tersebut.1
Beberapa penelitian mendapatkan bahwa 85% pasien dispepsia funsional juga
mengalami gastritis dan 51% diakibatkan oleh infeksi H. pylori. Gastritis adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung sebagai mekanisme proteksi
mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat
bersifat akut, kronis, difus atau lokal.3,4
Pemeriksaan fisik pada sindrom dispepsia tidak memberikan informasi yang akurat
dalam penegakkan diagnosis. Adapun pemeriksaan bisa ditemukan adanya nyeri tekan pada
palpasi abdomen didaerah epigastrium. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi maupun histopatologi untuk memastikan apakah terdapat gangguan organik atau
hanya gangguan fungsional yang dialami oleh pasien sendiri.3
Pengobatan pada pasien sindrom dispepsia harus komprehensif. Preventif dan
promotif merupakan faktor utama dalam keberhasilan terapi. Menghindari semua faktor
risiko yang bisa memicu dan meningkatkan sekresi asam lambung serta makanan yang
iritatif terhadap mukosa. Makan secara teratur penting dalam pengobatan penyakit ini.
Sekresi asam lambung dimulai dari kita hanya memikirkan sebuah makanan. Pada keadaan
lapar, sekresi asam lambung akan meningkat sehingga akan merusak mukosa lambung
begitupun dengan faktor stress psikis. Pemakaian obat-obatan penghilang rasa nyeri NSAID
7
yang berlebihan seperti akan menghambat sekresi prostaglandin yang berfungsi sebagai
proteksi mukosa lambung dari bahan iritatif.5
Kuratif pada pasien diberikan obat antasid dan ranitidin. Antasid diberikan untuk
serangan akut, sesuai dengan mekanisme kerjanya yang membuat keadaan lambung menjadi
lebih basa. Sedangkan ranitidin untuk menurunkan produksi asam lambung dengan
mekanisme kerja memblokir efek histamin pada sel parietal sehingga tidak terdapat
rangsangan sekresi asam lambung.5
8
Daftar Pustaka
1. Djojoningrat D. Dispepsia Fungsional. Dalam Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadribata, Setiati, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. hlm. 529-33
2. Chang L. the rome criteria for the functional GI Disorder . [citied 2015 March 14]. Avaible from: http://medscape .com/viewarticle/533460
3. Fang Jing-Yuan, et al. Consensus on chronic gastritis in china (9-10 November 2012 Shanghai). American Journal of Digestive Disease: 2014;1(1):3-21
4. Hirlan. Gastritis. Dalam Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadribata, Setiati, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. hlm. 509-11
5. Tarigan P. Tukak Gaster. Dalam Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadribata, Setiati, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. hlm. 513-22
9