gastritis dan gastroeteritis (amee)

30
HASIL LAPORAN SEVEN JUMP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS DAN GASTROENTERITIS DISUSUN OLEH: SITI AMINAH HIDAYAT (130012074) SEMESTER 3 KELAS B PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2013

Upload: amee-hidayat

Post on 06-Jul-2015

7.933 views

Category:

Health & Medicine


7 download

DESCRIPTION

My Dercription about Gasthritis and GE

TRANSCRIPT

Page 1: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

HASIL LAPORAN SEVEN JUMP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS DAN

GASTROENTERITIS

DISUSUN OLEH:

SITI AMINAH HIDAYAT (130012074)

SEMESTER 3 KELAS B

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2013

Page 2: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

2

BAB I

KONSEP DASAR GASTRITIS

1.1 Definisi Gastritis

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet

yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung

mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner and Suddarth, 2001).

Sedangkan menurut Mansjoer tahun 200, gastritis akut adalah lesi mukosa

akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat

gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.

Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, disimpulkan

menyimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa

lambung ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan

karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

(seperti makanan yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan

merokok dan minum alkohol.

Jenis-jenis gastritis:

1. Gastritis akut adalah inflamasi akut pada lambung dan biasanya terbatas

hanya pada mukosa. Peradangan mungkin disertai perdarahan ke dalam

mukosa dan pada kasus yang lebih parah, terlepasnya epitel mukosa

superfisial (erosi).

2. Gastritis kronis adalah peradangan mukosa kronis yang akhirnya

menyebabkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Penyakit ini memiliki

subkelompok kausal yang tersendiri dan pola kelainan histologik yang

berbeda-beda di berbagai tempat di dunia.

1.2 Etiologi Gastritis

Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah:

1. Gastritis Akut

a. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi

nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa

lambug.

b. Alkohol

Page 3: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding

lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam

lambung walaupun pada kondisi normal.

c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar

d. Stress

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau

infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada

lambung.

2. Gastritis Kronis

Pada gastritis kronis penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan

Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan

penunjang.

1.3 Patofisiologi Gastritis

Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu awalanya karena

obat-obatan, alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak

mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung

dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan

lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap

kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa,

karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan

sendirinya.

Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat

terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat

korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung

(gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung

dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.

1. Gastritis Akut

Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa

lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.

Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di

lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan

Page 4: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

4

HCI dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan

asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan

meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi

cairan & elektrolit.

b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika

mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari

kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan

terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa

lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini

terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi

perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.

2. Gastritis Kronis

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang

sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi

penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar

epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.

Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL.

Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung

juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga

bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser

1.4 Manifestasi Klinis Gastritis

Gejala umum gastritis yaitu :

1) Sakit saat buang air besar

2) Mual dan muntah

3) Sering merasa lapar

4) Perut kembung

5) Nyeri yang terasa perih pada perut dan dada

6) Sering bersendawa

Berdasarkan jenis gastritis :

a. Gastritis akut

1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada

mukosa lambung.

Page 5: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering

muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung

sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan

mual hingga muntah.

3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan

malena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca

perdarahan.

b. Gastritis kronis

Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya

sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada

pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

1.5 Woc/Pathway Gastritis

Page 6: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

6

1.6 Pemeriksaan Penunjang Gastritis

1. Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam

darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak

dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak

menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga

dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan

lambung karena gastritis.

2. Uji napas urea

Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh

ureaseH. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida

(CO2). CO2 cepat diabsorpsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi

dalam udara ekspirasi.

3. Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau

tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.

Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini

menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna

bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan

dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop)

melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas

usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum

endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani

tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,

dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut.

Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes

ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya

tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu

sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.

Page 7: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi

adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

5. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan

lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu

sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan

terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

6. Analisis Lambung

Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting

untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik

dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa

untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa

perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom

Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam

jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

7. Analisis stimulasi

Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,

maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi

asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui

teradinya aklorhidria atau tidak.

1.7 Penatalaksanaan Gastritis

1.7.1 Penatalaksanaan Farmakologi

Obat-obatan yang biasanya digunakan:

1. Antasida (Menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa

nyeri)

2. Pompa Proton pencegah pertumbuhan bakteri(Menghentikan

produksi asam lambung dan menghambat infeksi bakteri

helicobacter pylori)

3. Agen Cytoprotektif (Melindungi jaringan mukosa lambung dan

usus halus)

4. Obat anti sekretorik (Mampu menekan sekresi asam)

Page 8: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

8

5. Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan

mengatasi gangguan sakit pencernaan seperti perut kembung, mual,

dan sering mengeluarkan gas)

6. Ranitidin (Mengobati tukak lambung)

7. Simetidin (Mengobati dispepsia)

1.7.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi

1. Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien,

meningkatkan istirahat.

2. Menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan yang dilakukan pertama

kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu

dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut,

kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika

endoskopi dapat dilakukan berikan terapi eradikasi.

Page 9: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTRITIS

2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awala dari proses keperawatan yang meliputi

aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari

pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.

Data tersebut berasal dari pasien (data primer) dari keluarga (data sekunder)

dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan

pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung,

dan melihat catatan medis, adapun data yang diperlukan pada klien Gastritis

adalah sebagai berikut :

1. Anamnesa meliputi :

a. Identitas Pasien

Perawat mengisi identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin,

jenis pekerjaan, alamat, suku atau bangsa, agama, dan tingkat

pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim

mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap

remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit

perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan

serta memperparah penyakit ini.

b. Riwayat kesehatan saat ini

Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang di rasakan

klien, keluhan timbul secara mendadak atau bertahap, factor

pencetus, upaya yang di lakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

c. Keluhan utama biasanya pada pasien gastritis yaitu mual, muntah,

anoreksia (yang di tandai dengan BB turun), sendawa, malaise,

hematemesis.

d. Riwayat kesehatan masa lalu

Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang,

riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di rumah sakit dan riwayat

pemakaian obat.

Page 10: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

10

e. Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi adalah keluarga yang mempunyai penyakit keturunan

seperti hipertensi, jantung, DM, dan lain-lain.

f. Riwayat psikososial

Meliputi mekanisme koping yang di gunakan klien untuk mengatasi

masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien

menerima keadaannya.

g. Pola kebiasaan sehari-hari

Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygine, istirahat tidur,

aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.

2. Pemeriksaan Fisik (Review of System)

1. B1 (breath)

Ditemukan takhipnea pada pasien

2. B2 (blood)

Ditemukan takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,

pengisian perifer lambat dan warna kulit pucat.

3. B3 (brain)

Ditemukan sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat

terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.

4. B4 (bladder)

Ditemukan oliguri, gangguan keseimbangan cairan.

5. B5 (bowel)

Ditemukan anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak

toleran terhadap makanan pedas.

6. B6 (bone)

Ditemukan kelelahan, kelemahan

Pemeriksaan yang di lakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki

dengan menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi, dan

perkusi.

1. Aktivitas atau istirahat

Gejala : lemah, lemas, gangguan pola tidur dan istirahat, kram

abdomen, nyeri ulu hati.

Page 11: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

Tanda : nyeri ulu hati saat istirahat

2. Sirkulasi

Gejala : keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut,

respon psikologis)

3. Eliminasi

Gejala : bising usus hiperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba

keras.

Distensi peubahan pola BAB

Tanda : feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk,

konstipasi.

4. Integritas ego

Gejala : stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak

berdaya.

Tanda : ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian

menyempit, gemetar.

5. Makanan dan cairan

Gejala : anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada

abdomen, sendawa bau busa, penurunan berat badan.

Tanda : membrane mukosa kering, muntah berupa cairan yang

berwarna kekuning-kuningan, distensi abdomen, kram pada

abdomen.

6. Neurosensori

Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada

otot

Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk)

7. Nyeri atau kenyamanan

Gejala : nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri

yang digambarkan sampai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.

Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang

8. Pernafasan

Gejala : sedikit sesak

Page 12: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

12

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi asam lambung

bikarbonat yang naik turun.

2. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan

muntah)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya intake makanan

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya

informasi.

2.3 Perencanaan

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteri

Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri

berhubungan

dengan iritasi

mukosa lambung

sekresi asam

lambung

bikarbonat yang

naik turun

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

diharapkan nyeri dapat

berkurang. Dengan

Kriteria Hasil:

a. Klien

mengungkapakan

nyeri yang dirasakan

berkurang atau

hilang

b. Klien tidak

menyeringai

kesakitan

c. TTV dalam batasan

normal

d. Intensitas nyeri

Pantau keluhan nyeri,

perhatikan lokasi,

intensitas nyeri, dan

skala nyeri serta

Anjurkan pasien untuk

melaporkan nyeri

segera saat mulai.

Untuk mengetahui letak

nyeri dan memudahkan

intervensi yang akan

dilakukan. Intervensi dini

pada kontrol nyeri

memudahkan pemulihan

otot dengan menurunkan

tegangan otot.

Pantau tanda-tanda vital Respon autonomik

meliputi, perubahan pada

TD, nadi, RR, yang

berhubungan dengan

penghilangan nyeri.

Anjurkan istirahat

selama fase akut

Mengurangi nyeri yang

diperberat oleh gerakan.

. Anjurkan teknik

distraksi dan relaksasi

Menurunkan tegangan

otot, meningkatkan

Page 13: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

berkurang (skala

nyeri berkurang 1-

10)

e. Menunjukkan rileks,

istirahat tidur,

peningkatan

aktivitas dengan

cepat

relaksasi, dan

meningkatkan rasa

kontrol dan kemampuan

koping

Kolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian

tindakan.

Menghilangkan atau

mengurangi keluhan

nyeri klien

Berikan Obat sesuai

indikasi mis: antasida.

Dan

Menurunkan keasaman

gaster dengan absorpsi

atau dengan menetralisir

kimia

Obat antikolinergik

(Belladonna, atropine)

Diberikan pada waktu

tidur untuk menurunkan

mortilitas gaster,

menekan produksi asam,

memperlambat

pengosongan gaster dan

menghilangkan nyeri

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteri

Hasil Intervensi Rasional

2. Kekurangan

volume cairan

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan intake

yang tidak

adekuat dan

output cair yang

berlebih (mual

dan muntah)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

diharapkan intake

cairan klien adekuat.

Dengan kriteria hasil:

1. Mukosa bibir

lembab

2. Turgor kulit baik

3. Pengisian kapiler

baik

Penuhi kebutuhan

individual. Anjurkan

klien untuk minum

(dewasa:40-60

cc/kg/jam).

Intake cairan yang

adekuat akan

mengurangi resiko

dehidrasi pasien.

Kaji Turgor Kulit Indicator dehidasi atau

hipovolemia,

keadekuatan

penggantian cairan

Awasi tanda-tanda

vital, pengisian kapiler

Menunjukkan status

dehidrasi atau

Page 14: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

14

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteri

Hasil Intervensi Rasional

3. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan kurangnya

intake makanan

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam

kebutuhan nutrisi

pasien terpenuhi.

dengan

Kriteria hasil:

a. Keadaan umum

cukup

b. Turgor kulit baik

c. BB meningkat

Anjurkan pasien

untuk makan dengan

porsi yang sedikit

tapi sering.

Menjaga nutrisi pasien

tetap stabil dan

mencegah rasa mual

muntah.

Berikan makanan

yang lunak

Untuk mempermudah

pasien menelan

Lakukan oral hygiene

Kebersihan mulut dapat

merangsang nafsu

makan pasien

Timbang BB dengan

teratur

Mengetahui

perkembangan status

4. Input dan output

seimbang

dan membran mukosa.

kemungkinan

kebutuhan untuk

peningkatan

penggantian cairan

Cata intake dan output

cairan

Mengganti cairan untuk

masukan kalori yang

berdampak pada

keseimbangan elektrolit

Berikan cairan

tambahan IV sesuai

indikasi.

Mengganti kehilangan

cairan dan

memperbaiki

keseimbangan cairan

dalam fase segera.

Kolaborasi pemberian

cimetidine dan

ranitidine

Cimetidine dan

ranitidine berfungsi

untuk menghambat

sekresi asam lambung

Page 15: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

d. Klien tidak mual

dan muntah

nutrisi pasien

Auskultasi bising usus Membantu dalam

menetukan respon untuk

makan atau

berkembangnya

komplikasi

Tentukan makanan

yang tidak membentuk

gas

Dapat mempengaruhui

nafsu makan/pencernaan

dan membatasi masukan

nutrisi

Page 16: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

16

BAB III

KONSEP DASAR GASTROENTERITIS (DIARE)

3.1 DEFINISI GASTROENTERITIS (DIARE)

Gastroenteritis atau diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan

dan keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal

adalah sekitar 1 – 3 kali dan banyaknya 200 – 250 gr sehari. Beberapa

penderita mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar

walaupun jumlahnya < 250 gr dalam kurun waktu sehari. (Soeparman

Sarwono Waspadji,1990).

Diare atau penyakit (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa

Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow trough), merupakan keadaan

abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya

perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus terutama

pada keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorpsi dan

sekresi.

3.2 ETIOLOGI GASTROENTERITIS (DIARE)

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu:

1. Faktor infeksi

1.1 Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak:

a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella, Shigella,

Yersina.

b. Infeksi Virus : Enterovirus.

c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongiloides)

d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia,

Thricomonas hominis

e. Infeksi jamur : Candida albicans.

1.2 Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat

pencernaan seperti tonsilofaringitis.

2. Faktor Malabsorpsi

Faktor malabsorpsi ini meliputi:

Page 17: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

a. Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intolerans laktosa, maltosa,

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi laktosa.

b. Malabsorpsi lemak.

c. Malabsorpsi protein

3. Factor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Factor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi

menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

5. Faktor resiko:

a. Usia

Episode diare terjadi 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi

pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan

pendamping. Terdapat beberapa perbedaan pada saluran pencernaan

bayi dan dewasa. Sistem saluran pencernaan bayi masih belum

matang.

b. Status Gizi

Diare anak dengan malnutrisi cenderung labih berat, lebih lama dan

angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan gizi

baik.

c. ASI

Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi

terutama daire. Hal ini dikarenakan adanya faktor peningkatan

pertumbuhan sel usus sehingga vilus dinding usus cepat mengalami

penyembuhan setelah rusak karena diare.

d. Faktor sosial, ekonomi, budaya, dan kebersihan lingkungan serta diri

sendiri.

Kebersihan yang buruk dapat berakibat masuknya bakteri secara

berlebihan ke dalam usus, sehingga dapat mengalahkan pertahanan

tubuh normal dan akan mengakibatkan tumbuh bakteri. Adanya

keterbatasan dalam sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap

kepadatan lingkungan tempat tinggal, penyediaan air bersih,

khususnya pada negara berkembang.

Page 18: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

18

3.3 Patofisiologi Gastroenteritis (Diare)

Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan

serta elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan

mengabsorpsi Na+, Cl

-, HCO3

-. Timbulnya penurunan dalam absorpsi dan

peningkatan sekresi mengakibatkan cairan berlebihan melebihi kapasitas

kolon dalam mengabsorpsi. Mekanisme ini sangat dipengaruhioleh faktor

mukosa maupun faktor intra luminal saluran cerna. Faktor mukosa dapat

berupa perubahan dinamik mukosa yaitu adanya peningkatan cell turnover

dan fungsi usus yang belum matang dapat menimbulkan gangguan absorpsi-

sekresi dalam saluran cerna. Penurunan area permukaan mukosa karena atrofi

vilus, jajas pada brush border serta pemotongan usus dapat menurunkan

absorpsi. Selain itu, gangguan pada sistem pencernaan (enzim spesifik) atau

tranport berupa defisiensi enzim disakaridase dan enterokinase serta

kerusakan pada ion transport (Na+/H

+, Cl

-/HCO3

-) juga menimbulkan

gangguan absorpsi.

Faktor-faktor dalam intraluminal sendiri juga ikut berpengaruh, seperti

peningkatan osmolaritas akibat malabsorpsi (defisiensi disakaridase) dan

bacterial overgrowth. Insufisiensi pankreatik eksokrin, defisiensi garam

empedu dan parasit adalah faktor intarluminal lain penyebab penurunan

absorpsi. Sedangkan peningkatan sekresi disebakan oleh toksin bakteri (toxin

cholera, E. Coli), mediator nflamasi (eicosanoids. Produk sel mast lain), asam

empedu dihodroksi, asam lemak hidroksi dan obat-obatan.

Perjalanan penyakit Gastroenteritis menurut Ngastiyah adalah

masuknya mikroorganisme (bakteri, jamur, ataupun virus) ke dalam usus

halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikrooganisme

tersebut akan berkembang biak didalam usus halus dan kemudian akan

mengeluarkan toksin. Toksin tersebut kemudian mengakibatkan terjadinya:

a. Gangguan Osmotik

Tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat disebabkan karena

konsumsi makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh

sehingga terjadilah pergeseran air dan elektrolit ke dalam ronggga usus.

Page 19: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

Dimana isi rongga usus yang berlebihan ini kemudian akan merangsang

usus untuk segera mengeluarkannya sehingga timbullah diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu misalnya karena adanya toksin pada dinding

usus akan mengakibatkan seksresi air dan elektrolit meningkat ke dalam

rongga usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

c. Gangguan mobilitas

Adanya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus dalam melakukan penyerapan makanan, sehingga timbullah diare.

Sebaliknya bila peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri

didalam usus berkembang biak lebih banyak pada akhirnya

menimbulkan diare juga.

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis adalah akan terjadi

kehilangan air atau elektrolit, gangguan kesimbangan asam basa, gangguan

gizi akibat masukan makanan yang kurang, pengeluaran berlebih serta

gangguan pada sirkulasi darah.

3.4 Manifestasi Klinis Gastroenteritis (Diare)

a. Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan

berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang

disertai wial dan wiata.

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi

lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan

disertai penurunan berat badan.

f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,

denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,

samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

Page 20: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

20

g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan

cepat dan dalam. (Kusmaul).

3.5 Woc/Pathway Gastroenteritis (Diare)

3.6 Pemeriksaan Penunjang Gastroenteritis (Diare)

1. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat

ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit dari

sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar

2. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor

dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

Page 21: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

4. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau

parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan pada

penderita diare kronik.

5. Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis

adanya inflamasi mukosa atau keganasan.

6. Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya 72

jam) diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak.

7. Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang

ditemukan pada sindrom usus iritabel.

3.7 Penatalaksanaan Gastroenteritis (Diare)

3.7.1 Pengobatan

Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya.

1. Tanpa Dehidrasi, dengan Terapi A

Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3 – 4 kali sehari atau

disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih

lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan

dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya

dengan memberikan makanan dan minuman yang ada dirumah

seperti air kelapa, Larutan Gula Garam (LGG), air tajin, air teh,

maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan

terapi A.

Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah :

a. Memberikan anak lebih banyak cairan.

b. Memberikan makanan terus menerus.

c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3

hari.

2. Dehidrasi Ringan atau Sedang, dengan Terapi B.

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan

sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi

kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati

penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan

terapi B, yaitu sebagai berikut:

Page 22: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

22

Usia < 1 tahun 1 – 4 tahun > 5 tahun

Jumlah oralit 300 mL 600 mL 1200 mL

Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret :

Usia < 1 tahun 1 – 4 tahun > 5 tahun

Jumlah oralit 100 mL 200 mL 400 mL

3. Dehidrasi Berat, dengan Terapi G

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus,

biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih

dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi G, yaitu

perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk di infus RL (Ringer

Laktat).

4. Teruskan Pemberian Makan

Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan

disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada

masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila

sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak

mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu

formula.

5. Antibiotik Bila Perlu

Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang tidak

memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena

tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.

Page 23: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS

(DIARE)

4.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama

kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6 – 11 bulan.

Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini

membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang

lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.

Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric

menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi

juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya

2. Keadaan umum pasien

Pada pasien GE yang belum mengalami dehidrasi biasanya keadaan

umumnya baik, begitupun dehidrasi sedang yang keadaan umumnya

cukup, tetapi untuk klien GE dengan dehidrasi berat keadaan klien

umumnya buruk.

3. Kesadaran:

Umumnya untuk tingkat kesadaran pada klien GE, dibagi menjadi 3

kriteria, yaitu:

a. Belum ada dehidrasi

Umumnya klien masih sadar atau terjaga, sadar pada diri maupun

lingkungannya. Saat diajak bicara dengan suara yang normal, klien

akan melihat pada yang berbicara dan merespons semua sesuai dengan

rangsangan yang diterimanya. Jadi, pada Klien dengan dehidrasi

ringannya secara umum kesadarannya masih penuh.

b. Dehidrasi sedang

Tingkat kesadaran klien untuk klien dehidrasi sedang baik tetapi

menuntut kemungkinan pasien dengan dehidrasi sedang ini dapat

mengalami letargi dimana ketika diajak berbicara dengan suara keras,

Page 24: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

24

pasien terlihat mengantuk tetapi membuka matanya, dan melihat pada

kita serta menberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan.

c. Dehidrasi berat

Tingkat kesadaran klien obtudansi yaitu suatu keadaan ketika klien

diguncangkan dengan perlahan pasien membuka matanya dan terlihat

pada kita akan tetapi dalam memberikan respons klien dengan

dehidrasi berat sangatlah lambat dan agak sedikit kebingungan. Dapat

juga masuk pada tingkat keadaan stupor (keasadaran pada diri dan

lingkungan minimal) dan koma sekalipun mendapat rangsangan yang

menyakitkan secara berulang.

4. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah: mengalami penurunan yang dibawah normal yaitu

<120/80 mmHg

b. Suhu: mengalami peningkatan biasanya lebih besar dari 37,5oc

c. Nadi: denyut nadi mengalami penurunan <100x/menit

5. Pernapasan

Pada pernapasan klien GE dengan belum adanya dehidrasi masih dalam

batas normal yaitu 24x/mnt namun pada klien GE dengan dehidrasi sedang

bahkan berat, pernapasannya mengalami penurunan.

6. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1. klien pernah mengalami BAB lebeh dari 4x /hari atau lebih dengan

frekuensi encer dapat disertai muntah

2. keadaan umum klien sangat lemah

3. kadang –kadang disertai dengan demam

4. terlihat adanya tanda-tanda dehidrasi: mata cekung, ubun-ubun

cekung, turgor kulit jelek

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

kemungkinan klien pernah mengalami penyakit saluran

pencernaan yang bersifat akut/kronis, adanya riwayat penderita

gastro enteritis, diare.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Page 25: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

Perawat perlu mengetahui adanya anggota keluarga yang

menderita diare dan adanya angggota keluarga yang menderita

penyakit infeksi saluran pernapasan seperti OMA

7. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Pemeriksaan rambut temasuk kuantitas, serta tekstur rambut. Kulit

kepala termasuk warna (pucat), tekstur serta adanya lesi di kepala.

b. Mata

pada mata umumnya yang diamati adalah sclera dan konjungtiva.

Biasanya terjadi anemis

c. Daun telinga, lubang hidung dan gendang telinga

Biasanya ditemukan kemungkinan penurunan ketajaman telinga.

d. Mulut

Mukosa dan lidah kering terdapat tanda-tanda sianosis

e. Hidung

Tidak ditemukan adanya keluhan pada hidung

f. Leher

Palpasi pada kelenjar limfe dan kelenjar tiroid. Umumnya tidak

ditemukan pembesaran tiroid.

g. Toraks dan paru-paru

Inspeksi: terjadi penurunan frekuensi nadi <20x/mnt, iramanya lemah.

h. Jantung

Biasanya tidak ditemukan adanya keluhan pada jantung.

i. Abdomen:

Inspeksi : Secara berurutan perhatikan adanya lesi, jaringan

parut, kemerahan. Simetris kiri dan kanan

Perkusi : Timpani diatas lambung, ditemukan pekaka pada

hati.

Palpasi : Adanya nyeri tekan, masa dan organ pada

abdomen

Auskultasi : Bising usus meningkat

j. Genitalia

Page 26: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

26

Biasanya terlihat kotor dan agak kemerahan

k. Anus

Biasanya daerah disekitar anus kemerahan

l. Ekstremitas: Biasanya terjadi kelemahan otot ekstremitas

4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik dan iritasi pada mukosa usus

2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

banyak cairan melalui rute normal (muntah,diare) dan kurangnya asupan

cairan

3. Gangguan pola eliminasi: BAB berhubungan dengan inflamasi, iritasi

serta adanya toksin atau malabsorpsi

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan absopsi nutrient, asupan makanan yang tidak adekuat

5. Ansietas berhubungan eliminasi yang sering tidak terkontrol

4.3 Perencanaan

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri b/d

hiperperistaltik dan

iritasi pada mukosa

usus

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

maka diharapkan

Gangguan rasa nyeri

berkurang dengan

kriteria hasil:

1. Klien tampak

rileks

2. Klien secara

subektif

menyatakan

bahwa nyerinya

telah berkurang

Catat lokasi, intensitas

nyeri serta

karakteristik nyeri

Mencegah terjadinya

komplikasi dan masalah

serius

Beri posisi nyaman Mengurangi rasa nyeri

Kompres daerah nyeri

dengan air hangat

pada daerah

epigastrum.

Mengurangi rasa nyeri

Monitor tanda-tanda

vital

Tanda-tanda

vitalmerupakan acuan

untuk mepengaruhi

keadaan umum klien

Ajarkan teknik Rileks dapat membantu

Page 27: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

3. Skala nyeri klien

menurun (0-4)

relaksasi kepada klien menurunkan rasa takut

dan ansietas

Anjurkan klien untuk

melaporkan nyerinya

Dapat mengetahui

adanya komplikasi

Beri terapi analgetik

pada klien sesuai

dengan program-

program dokter serta

kolaborasi dengan tim

dokter untuk

pemberian terapi

laiinya sesuai indikasi

Mempercepat

kesembuhan klien

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan & Kriteria

Hasil

Intervensi

Keperawatan Rasional

2 Defisit volume

cairan dan elektrolit

b/d kehilangan

banyak cairan

melalui rute normal

(muntah,diare) dan

kurangnya asupan

cairan

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan kebutuhan

cairan terpenuhi.

Dengan kriteria hasil:

1. Mempertahankan

volume cairan yang

adekuat, dibuktikan

oleh:

a. mukosa lembab

b. turgor kulit baik

dan pengisian

kapiler baik

c. Tanda vital stabil

d. Keseimbangan

Kaji tanda vital

(tekanan darah, nadi

dan suhu)

Hipotensi (termasuk

postural), takikardi,

demam dapat

menunjukkan respon

terhadap dan atau efek

kehilangan cairan

monitor intake dan out

put

dengan mengontrol

intake out put

Akan dapat mengetahui

pemasukan dan

Pengeluran

Berikan cairan sering

dan jumlah kecil

untuk mendorong

urinasi terjadi tiap dua

jam (minuman

Minuman berkarbonat

menggantikan natrium

dan kalium yang hilang

pada diare dan muntah

Page 28: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

28

masukan dan

haluan dengan

urine normal.

suplemen elektrolit,

jus apel, minuman

berkarbonat)

Awasi hasil

Laboratorium

Menentukan keefektifan

terapi

Kolaborasi:

Berikan obat sesuai

indikasi: antidiare.

Antipieretik misalnya

asetaminofen

Menurunkan kehilangan

cairan

Mengontrol demam,

menurunkan kehilangan

cairan yang tak terlihat

Antimietik mis:

trimetobenzamida

(Tigan), Hidroksin

(vistarin)

Untuk mengontrol mual

dan muntah

Pemberian Elektrolit

mis: tambahan kalium

Karena diare banyak

elektrolit yang ikut

terbuang juga seperti

HCO3 yang dapat

menimbulkan asidosis

metabolic

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

Keperawatan Rasional

3.

Gangguan pola

eliminasi: BAB

berhubungan dengan

inflamasi, iritasi

serta adanya toksin

atau malabsorpsi

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

maka diharapkan pola

eliminasi kembali

normal. Dengan

kriteria hasil:

1. Frekuensi defekasi

menurun

Mandiri

Observasi dan catat

frekuensi defekasi,

karakteristik dan

faktor pencetus

Membantu membedakan

penyakit individu

Tingkatkan tirah

baring, berikan alat-

alat disamping tempat

tidur

Menurunkan laju

metabolism. Bila terlalu

jauh resiko jatuh

Page 29: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

2. Konsistensi

kembali normal

Kaji makanan dan

cairan yang

mencetuskan diare

Menghindarkan iritan

dan meningkatkan

istrahat usus maupun

kolon

Observasi demam,

takikardi, letargi,

leukositosis,

penurunan protein,

serum, ansietas dan

kelesuan

Tanda bahwa toksik

megakolon atau perforasi

akan terjadi memerlukan

intervensi medik segera

Kolaborasi

Berikan obat-obatan

sesuai indikasi:

defenoksilat (lomotil)

Menurunkan peristaltik

GE dan menurunkan

sekresi digestif untuk

menghilangkan kram dan

diare

Antasida Menurunkan iritasi

gastre, mencegah

inflamasi dan

menurunkan resiko

infeksi

Antibiotic Mengobati infeksi

supuratif local

Page 30: Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)

30

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. 2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta : EGC

Priyanto, Agus & Lestari, Sri. 2009. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba

Medika

Sukarmin. 2012. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatn Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan

Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika

Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Kapital Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : CV.

Sagung Seto

Wilkinton, Judith M & Nancy, R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosa

Keperawatan : Diagnosis Nanda, Intervensi, Kriteria Hasil NOC Edisi 9.

Jakarta : EGC