gastritis pada lansia
TRANSCRIPT
Bab I
Pendahuluan
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) ada tiga aspek yang perlu di pertimbangkan yaitu ;aspke biologi,aspek
ekonomi,dan aspek social.Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik sehingga semakin rentannya terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kematian.hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,jaringan serta
system organ.secara ekonomi penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban daripada
sebagai sumber daya.banyak ornag beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa
tua sering kali di persepsikan secara negative sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari
aspek social,penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok social sendiri.di Negara barat
penduduk lanjut usia menmpati strata social di bawah kaum muda.hal ini dilihat dari
keterlibatan merekan terhadap sumber daya ekonomi,pengaruhterhadap pengambil keputusan
serta luasnya hubungan social yang semakin menurun.Akan tetapi di Indonesia penduduk
lanjut usia menduduki kelas social yang tinggi yang harus di hormati oleh warga kaum muda.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C.Chalhoum (1995) masa tua adalah suatu
masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.Tetapi bagi orang lain periode
ini adalah permulaan kemunduran.usia tua dipandang sebagai masa kemunduran,masa
kelemahan manusiawi dan social.Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok
lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogeny.usia tua dialami dengan cara yang
berbeda-beda.ada orang lanjut usia yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks
eksistensi manusia,yaitu sebagai masa hidup yang member mereka kesempatanpkesempatan
untuk tumbuh,berkembang serta berbakti.Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua
dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan
pemberontakan,penolokan dan keputusasaan.Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka
sendiri dengan demikian semakin cepat kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
Proses penuaan adalah sesuatu yang kompleks yang dapat dijelaskan secara
kronologis,fisiologis dan fungsional.
Usia kronologis merujuk pada jumlah tahun seseorang telah hidup..Mudah untuk
diidentifikasikan dan diukur,ini adalah metode objektif yang paling umum digunakan.Di
Amerika serikat,usia tua kadang kala di klasifikasikan dalam tiga kelompok katagoru
kronologis :
1) Tua – Awal (usia 65 sampai usia 74 tahun)
2) Tua – Pertengahan (usia 75 sampai usia 84 tahun)
3) Tua – Akhir (usia 85 tahun keatas)
Selain itu,usia kronologis menjadi criteria dalam masyarakat untuk mengatagorikan
aktivitas-aktivitas tertentu,seperti mengemudi,bekerja sebagai karyawan, dan pengumpulan
pension.dengan berlakunya Socialsecurity Act dan didrikannya medicare,usia 65 tahun
menjadi usia minimum keabsahan untuk pension.Dengan demikian usia 65 tahun adalah usia
yang diakui untuk menjadi warga negara senior di Amerika serikat.Akan tetapi,banyak orang
yang menetang ketentuan ini.
Usia Fisiologis merujuk pada penetapan usia dengan fungsi tubuh.Meskipun
perubahan terkait usia dialami setiap orang,mustahil untuk mengetahui dengan tepat saat
perubahan ini terjadi.itulah sebabnya mengapa usia fisiologis tidak digunakan dalam
menetapkan usia seseorang.
Usia Fungsional merujuk pada kemapuan seseorang berkontribusi pada masyarakat
dan bermanfaat untuk orang lain serta dirinya sendiri.Berdasarkan fakta bahwa tidak semua
individu pada usia yang berdasarkan kurun waktu memiliki fungsi pada tingkat yang
sama.banyak orang secara kurun waktu lebih tua tetapi bugar secara fisik,aktif secara mental,
dan anggota masyarakat yang produktif.ada orang yang muda secara kurun waktu,tetapi
secara fisik dan fungsional tua.
Bab II
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan dan kardiovaskuler
A.sistem pencenaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-
zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri
dari berbagai macam bau.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus –
“memakan”).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu :
1) Kardia.
2) Fundus.
3) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M
sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah
Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin
K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
7. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari
usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif
memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung
dengan caecum.
9. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
1) Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2) Pulau pankreas, menghasilkan hormon
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan
obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata
Yunani untuk hati, hepar.
12. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
B. sistem kardiovaskuler
System kardiovaskuler terdiri atas jantung,pembuluh darah dan saluran limpfe.Jantung
merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara sirkulasi keseluruh tubuh.Areteri
membawa darah dari jantung.vena membawa darah ke jantung.kapiler menggabungkan arteri
dan vena dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan.disini juga
terjadi pertkaran gas dalam cairan ekstraseluler atau interstisiil.
1. Jantung
Jantung adalah organ berupa otot,berbentuk kerucut,berongga dan dengan basisnya di
atas dan puncaknya di bawah.apex 9puncak) mering kesebelah kiri.Berat jantung kira
–kira 300gram. Jantung memiliki tiga permukaan : facies sternocostalis,
diaphragmatica, dan basis cordis. Jantung dibagi oleh septa vertikal menjadi empat
ruang: atrium dextrum, atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan ventriculus sinister.
Atrium dextrum terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong kecil, auricula. Bagian
atrium di anterior berdinding kasar atau trabekulasi oleh karena tersusun atas berkas
serabut-serabut otot, musculi pectinati, yang berjalan melalui crista terminalis ke
auricula dextra. Pada atrium dextrum bermuara vena cava superior et inferior, sinus
coronarius, dan vena cordis minimae. Ostium atrioventriculare dextrum terletak
anterior terhadap muara vena cava inferior dan dilindungi valva tricuspidalis. Pada
atrium dextrum juga terdapat septum interatriale yang memisahkan kedua atrium.
Pada septum inilah terdapat fossa ovalis yang merupakan obliterasi dari foramen
Ovale saat masih janin.(Snell,2006)
Ventriculus dexter berhubungan dengan atrium dextrum melalui ostium
atrioventriculare dextrum dan dengan truncus pulmonalis melalui ostium trunci
pulmonalis. Sewaktu mendekati trunci pulmonalis rongga berubah seperti corong
yang dinamakan infundibulum. Dinding ventrikel dexter jauh lebih tebal dibangding
atrium karena ada trabecula carnae. Trabecula ini terdiri atas tiga jenis: mm.
papillares, trabecula septomarginalis (berisi bundle hiss), dan rigi yang menonjol.
Mm. papillares dengan valva tricupidalis dihubungkan oleh tali fibrosa yang disebut
Chorda tendinea.(Snell,2006)
Atrium sinistrum memiliki dinding yang paling tipis diantara seluruh jantung. Empat
vena pulmonales, dua dari masing-masing paru bermuara pada dinding posterior dan
tidak memiliki katup. Ostium atrioventricularis sinistrum dilindungi oleh valva
mitralis. (Snell, 2006)
Ventriculus sinister berhubungan dengan atrium sinistrum melalui ostium atrio-
ventricularis yang dilindungi valva mitralis dan aorta melalui ostium aortae yang
dilindungi valva semilunaris aorta. Dindingnya paling tebal diantara seluruh jantung.
Terdapat trabecula carnae yang berkembang dengan baik, dua buah mm. papillares
yang besar, tapi tidak terdapat trabecula septomarginalis. (Snell, 2006)
2. Pembuluh Darah
Ada tiga macam pembuluh darah: arteria, vena, dan kapiler. Arteria membawa darah
dari jantung dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan tubuh melalui cabang-
cabangnya. Arteri yang kecil disebut arteriola, persatuan cabang-cabang disebut
anastomosis. Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung;
banyak diantaranya yang mempunyai katup. Vena yang terkecil disebut venula, vena
yang lebih besar atau muara-muaranya, bergabung membentuk vena yang lebih besar
lagi, yang biasanya membentuk satu hubungan dengan yang lain menjadi plexus
venosus. Vena yang keluar dari gastrointestinal tidak langsung menuju ke jantung
tetapi bersatu membentuk vena porta. Kapiler adalah pembuluh yang sangat kecil dan
menghubungkan arteriola dengan venula. (Snell, 2006)
Bab III
Perubahan fisiologis system pencernaan dan kardiovaskuler
Pada lansia
1. System pencernaan
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di sel
lainnya.Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh
Perubahan pada system pencernaan :
1) Kehilangan gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
2) Indera pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir.atropi indera
pengecap (±80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah teritama rasa
manis,asin,asam,pahit.Selain itu sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75%
sehingga mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
3) Usofagus melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasan sfringfar bagian bawah
sehingga menjadi mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan usofagus melebar
(presbyusofagus).Keadaan ini memperlambat pengosongan usofagus dan tidak jarang
berlanjut sebagai hernianhiatal.Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah
presofagus tepatnta di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi dalam system saraf
sentral atau akibat gangguan neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut
sementara lapisan otot menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan
pengosongan usofagus.
4) Lambung,rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan lambung menipis
diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang,asam lambung menurun,waktu
pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun.
5) Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi
6) Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus halus berkurang
diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas
normal,kecuali kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.
7) Liver (hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yamg
menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat kurang efisien.
2. Sistem kardiovaskuler
1) Ukuran jantung agak mengecil.
2) Kehilangan kekuatan kontraktil dan efisiensi jantung.
3) Penurunan curah jantung sekitar 30% sampai 35% pada usia 70 tahun.
4) Penebalan katup jantung,yang menyebabkan penutupan yang tidak sempurna
(murmur sistolik).
5) Peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri sekitar 20% antara usia 30 dan 80 tahun
6) Infiltrasi jaringan fibrosa pada nodus sinoatrial dan jaras atrial intermodal,yang
menyebabkan fibrilasi oleh flutter atrium.
7) Dilatasi dan peregangan vena.
8) Penurunan sebesar 35% dalam aliran darah arteri koroner antara usia 20 dan 60 tahun.
9) Peningkatan kekakuan aorta,yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik
yang tidak proporsional dengan diastolic,yang menyebabkan pelebaran tekanan nadi
10) Perubahan elektrokardiogram (EKG): peningkatan interval PR,kompleks QRS,dan
QT,penurunan amplitude komplek QRS,pergeseran aksis QRS ke kiri.
11) Frekuensi jantung membutuhkan waktu yang lebih lama agar kembali normalsetelah
berolahraga.
12) Penurunan kekuatan dan elastisitas pembuluh darah,yang berperan pada insufisiensi
arteri dan vena.
13) Penurunan kemampuan berespon terhadap stress fisik dan emosional.
Bab IV
Gangguan system pencernaan dan kardiovaskuler
A. Gangguan Sistem Pencernaan pada Lansia
1. Anemia (defisiensi zat besi)
Anemia cukup umum pada populasi lansia,yang mungkin disebabkan kondisi
predisposisi yang mendasari,seperti malnutrisi,dan infeksi kronis.Prognosis anemia
lebih baik setelah therapy penggantian zat besi.
1) Etiologi
Asupan diet zat besi yang tidak adekuat atau diet tidak seimbang yang
buruk
Malabsorpsi zat besi,seperti pada diare kronis,gastrektomi parsial atau
total,dan sindrom malabsorpsi seperti penyakit seliak
Kehilangan darah sekunder akibat perdarahan GI yang disebabkan obat
(akibat antikoagulan,aspirin,steroid) atau akibat perdarahan karena
trauma,ulkus GI,tumor ganas,dan varises.
Hemolisis intravascular yang disebabkan hemoglobulinuria atau
hemoglobulinuria nokturia paroksimal.
Trauma eritrosit mekanis yang disebabkan oleh katup jantung prostetik
atau filter vena kava.
2) Tanda dan gejala
Dapat asimtomatik selama bertahun-tahun.
Keletihan
Sakit kepala
Tidak dapat berkonsentrasi
Nafas pendek (khusus pada kerja fisik)
Penigkatan frekuensi infeksi
Pada anemia kronis, disfagia efek neuromuskuler (gangguan
vasomotorik,parestesia,dan nyeri neuralgik),glosistis (lidah
merah,bengkak,lunak,berkilat dan nyeri tekan),stomatitis serta kuku
rapuh.
Pada tahap lanjut,takhikardia (disebabkan oleh penurunan perfusi
oksigen dan peningkatan curah jantung)
3) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah dapat menunjukan hal-hal berikut :
o Kadar Hb rendah (<12gr/dl pada pria,<10gr/dl pada wanita)
o Hematokrit rendah (<47ml?dl pada pria,<42ml/dl pada wanita)
o Kadar zat besi serum rendah,
o Hitung SDM rendah
Pemeriksaan sumsum tulang menunjukan deplesi atau tidak ada
simpanan zat besi dan hyperplasia normoblastik
Pemeriksaan Gi,seperti uji feses ,barium telan dan
enema,endoskopik,dan sigmoidoskopi untuk menyingkirkan atau
memastikan apakah perdarahan disebabkan defisiensi zat besi.
4) Penanganan
Sebelum penanganan dapat dimulai,penyebab yang mendasari anemia harus
dipastikan.Selanjutnya terapi penggantian zat besi yang terdiri atas preparat
oral atau kombinasi zat besi dan asam askorbat (meningkatkan absorpsi zat
besi) dapat diberikan.
5) Diagnosa keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi zat besi dalam diet
o Intervensi
Berikan suplemen zat besi sesuai program
Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi penggantian
zat besi yang diprogramkan.
Pantau apakah pasien mengalami over dosis
penggantian zat besi.
Pantau hitung darah lengkap pasien dan zat besi serum
dengan teratur
Kaji kebiasaan diet keluarga untuk asupan zat besi
Evaluasi riwayat obat-obatan pasien.
Gangguan ferpusi jaringan berhubungan dengan penurunan Hb
o Intervensi
Berikan terapi oksigen jika perlu untuk membantu
mencegah dan mengurangi hipoksia
Berikan periode istirahat yang sering untuk mengurangi
kelemahan fisik
Sesuai program,berikan analgesic untuk mengurangi
sakit kepala dan ketidaknyamanan lain.
Pantau pasien apakah ada tanda dan gejala penururnan
perfusi ke organ-organ vital
Pantau frekuensi nadi pasien dengan sering
6) Penyluhan
Berikan penjelasan pasien tentang penyakitnya dan program
pengobatan
Anjurkan pasien untuk tidak berhenti terapi
Informasikan kepada pasien bawsa susu dan antasida mengganggu
absorpsi tetapi vitamin c dapat meningkatkan absorpsi.
Beri tahu pasien untuk melaporkan setiap efek merugikan dari terapi
zat besi seperti : mual,muntah,diare,dan konstipasi
Ajarkan pasien untuk menjadwalkan aktivitas dengan periode istirahat
yang dapat disesuaikan dengan kondisi anemianya.
Karena defisiensi zat besi dapat berulang,jelaskan kebutuhan untuk
pemeriksaan teratur dan kepatuhan terhadap terapi yang diresepkan.
2. Gastritis Kronis
Gastritis adalah suatu inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut ataupun
kronik.gastritis akut adalah penyakit lambung yang paling umum,menyebabkan
kemerahan pada mukosa,edema,hemoragi dan erosi.
Gastrits kronis biasanya terjadi pada lansia dan pasien yang mengalami anemia
pernisiosa.gastritis kronis biasanya melibatkan kondisi patologi yang mendasari
akibat dari atropi mukosa lambung.gastritis kronis kronis dapat mengalami ulkus
lambung dan karsinoma.
1) Etiologi
Diperkirakan oleh heliobacter pylori.
2) Tanda dan gejala
Tanda dan gejala seperti gastritis akut yaitu seperti :ketidaknyamanan
pada epigastrik,nyeri karena sulit mencerna makanan,anoreksia,mual
serta muntah.
Intoleransi terhadap makanan pedas dan berlemak
Nyeri epigastrik ringan yang mereda dengan makan
3) Pemeriksaan diagnostic
Endoskopi GI untuk memastikan gastritis dilakukan dalam 24 jam
perdarahan.pemeriksaan ini dikontraindikasikan setelah menelan agens
korosif.
Pemeriksaan laboratorium dapat mendeteksi perdarahan samar dalam
muntah atau feses,jika pasien mengalami perdarahan lambung
Pemeriksaan darah menunjukan bahwa kadar Hb dan Ht mengalami
penurunan apabila pasien mengalami anemia akibat perdarahan.
Pemeriksaan H pylori dan nafas berbau urea memperlihatkan adanya
antibody H pylori
4) Penanganan
Prioritas penanganan segera adalah menghilangkan penyebab gastritis.sebagai
contoh,gastritis yang disebabkan oleh bakteri diobati dengan antibiotic,ingesti
racun dinetralkan dengan antidote yang tepat.
Untuk pasien yang menderita gastritis kronis,antasida diberikan perjam,yang
dapat mengurangi frekuensi gastritis akut.Sebagaian pasien memerlukan
analgetik sampai terjadi pemulihan,kebutuhan oksigen,volume darah serta
keseimbangan cairan perlu diperhatikan.
5) Diagnose keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia
o Intevensi
Kaji intake makanan,
Timbang BB secara teratur,
Berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan klien
makan sedikit tapi sering,
Berikan makanan dalam keadaan hangat,
Auskultasi bising usus,
Kaji makanan yang disukai,
Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
muntah
o Intervensi
Kaji tanda dan gejala dehidrasi,
Observasi TTV,
Ukur intake dan out
Anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml,
Observasi kulit dan membran mukosa,
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa
lambung
o Intervensi
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri,
Observasi TTV,
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman,
Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam,
Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai
dengan indikasi untuk mengurangi nyeri
6) Penyluhan
Ajarkan pasien mengenal penyebab,pemeriksaan diagnostic serta
program pengobatan
Berikan pasien daftar makanan yang dihindari,seperti : merica,atau
makanan yang sangat berbumbu,alcohol,kafein
Jika pasien merokok anjurkan unutk berhentibantu
Ajari pasien cara mengatasi stress,seperti; meditasi,relaksasi,nafas
dalam dan imajinasi terbimbing
Ajarkan anggota keluarga tentang pentingnya mendukung pasien
ketika ia membuat perubahan diet dan gaya hidup yang diperlukan.
3. Inkontinensia fekal
Meskipun biasanya bukan merupakan tanda penyakit mayor,inkontinensia dapat
menyebabkan gangguan yang serius pada kesejahteraan fisik dan psikologis lansia.
Inkontinensia fekal dapat terjadi secara bertahap (seperti demensia) atau tiba-tiba
(seperti cedera medulla spinalis).
1) Etiologi
Inkontinensia fekal biasanya akibat dari statis fekal dan impaksi
(sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras) yang disertai
penurunan aktivitas,
Diet yang tidak tepat.
Penggunaan laksatif yang kronis
Penurunan asupan cairan
Deficit neurologis
Komplikasi pembedahan pelvis,prostat atau rektum
Obat-obatan seperi antihistamin,psikotropik dan preparat besi
2) Tanda dan gejala
Rembesan feses yang terus menerus dari rectum
Ketidakmampuan mengenali kebutuhan defekasi
Kram abdomen dan distensi
3) Pemeriksaan dianostik
Pemeriksaan rectum digital dapat menyingkirkan inpaksi fekal
Kolonoskopi mungkin diperlukan untuk mendeteksi gangguan usus
lainnya.
4) Penanganan
Pasien yang mengalami inkontinensia fekal harus dikaji penyebab
masalah yang mendasari penyakitnya dengan cermat.Pelatihan kembali
defekasi merupakan terapi pilihan bijak, misalnya adalah tonus sfingter
anal yang buruk,latihan otot-otot panggul dapat membantu
mengoreksinya.lansia dapat diajarkan untuk mengontrkasikan dan
merilekskan sfingter anal dalam program latihan yang teratur untuk
menguatkan otot-otot tersebut.
Jika inkontinensia disebabkan oleh impaksi,sumbatan harus
dihilangkan dengan enema atau secara manual.Enema atau supositoria
dapat digunakan secara berulang untuk mendapatkan evakuasi feses
yang tuntas
5) Diagnose keperawatan
Inkontinensia fekal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
o Intervensi
Berikan asupan cairan yang adekuat
Mulai aktivitas dan program olah raga
Tetapkan latihan kebiasaan,mencakup toileting yang
terjadwal seperti setelah sarapan pagi,tingkatkan
kesadaran akan refleks defekasi,
Jika terdapat kerusakan neurologis berat,induksi
konstipasi dengan antidiare dan diet berserat
rendah,selang-seling
Ansietas berhubungan dengan inkontinensia fekal
o Intervensi
Jadwalkan waktu tambahan untuk mendorong dan
member dukungan pada pasien untuk mengurangi rasa
malu
Berikan dukungan akibat kehilangan pengendalian
Berikan pujian atas keberhasialn pasien
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia
fekal
o Intervensi
Pertahankan perawatan hygiene yang efektip untuk
meningkatkan kenyamanan pasien dan mencegah
kerusakan kulit dan infeksi
Bersihkan area perianal sesering mungkin
Oleskan krim awar pelembab
Kendalikan bau yang tidak sedap
6) Penyuluhan
Ajarkan pasien untuk secara bertahap menghilangkan penggunaan
laksatif
Libatkan keluarga untuk melakukan perawatan kulit untuk mencegah
iritasi dan infeksi
4. Konstipasi
Seiring bertambahnya usia dan perubahan fisiologis yang normal,konstipasi umum
terjadi pada lansia.konstipasi diperburuk oleh nutrisi yang buruk,asupan cairan yang
rendah,dan imobilisasi.konstipasi terjadi karena penurunan peristaltic koon dan
perlambatan impuls syaraf yang merasakan kebutuhan akan defekasi.Dengan
bertambahnya usia,sfingter anal interna kehilangan tonusnya dan defekasi
tertunda.Jika tidak diobati konstipasi dapat menyebabkan impaksi fekal dan
megakolon.
1) Tanda dan gejala
Periode waktu lama antara defekasi
Keram dan kembung pada abdomen
Abdomen keras
Mengejan selama defekasi
Feces kecil dank eras
Bising usus jauh atau kurang terdengar
Nyeri punggung
Sakit kepala
2) Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan rectum digital dapat memastikan atau menyingkirkan
masalah fisiologis
3) Penanganan
Penanganan jangka pendek dapat terdiri dari laksatif yang kuat untuk
mengosongkan seluruh usus.
Pengobatan jangka panjang mencakup diet tinggi serat,asupana caiaran
yang adekuat,mengurangi penggunaan laksatif dan member waktu
yang cukup unuk mengevakuasi usus secara tuntas sesuai rutinitas
normal.
Untuk impaksi fekal pengangkatan feces manual diikuti dengan enema
yang mengguanakan retensi-minyak hangat dan enema yang
mengguanakan sabun pembersih.Setelah 3 hari pasien mendapat
pelunak feces dan stimulasi defekasi.
4) Diagnose keperawatan
Konstipasi yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
obstruksi usus, megakolon,Imobilisasi, asupan cairan dan serat yang
tidak adekuat
o Intervensi
Tanyakan pasien mengenai asupan dietnya
Dorong peningkatan asupan cairan dan diet tinggi serat
Berikan pelunak feces sesuai resep
Anjurkan pasien merespon desakan untuk defekasi
dengan segera
Anjurkan peningkatan aktivitas olahraga
5) Penyluhan
Ajarkan pasien lansia metoda untuk mengurangi konstipasi yang mencakup:
Diet tinggi serat
Peningkatan asupan cairan
Aktifitas fisik yang lebih banyak
Membuat penyesuaian dengan keterbatasan fisik yang dapat
menghambat kemampuan pergi ke kamar mandi sebelum desakan
untuk defekasi hilang.
B. Gangguan Sistem Kardiovaskuler pada Lansia
1) Hipertensi
Hipertensi di cirikan dengan peningkatan tekanan diastolic atau sistolik yang
intermiten atau menetap.pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih
tinggi pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun memastikan hipertensi.Insiden
hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
1) Etiologi hipertensi pada lansia
Akibat vasokontriksi terkait dengan penuaan yang menyebabkan
resistensi perifer.
Hipertiroidisme
Parkinsonisme.
Penyakit paget : suatu kanker kulit yang jarang terjadi, yang
menyerupai dermatitis (peradangan kulit berupa bercak kemerahan)
dan berasal dari kelenjar di dalam atau di bawah kulit).
Penyakit Paget biasanyanya berasal dari kanker pada saluran susu di
payudara, sehingga kanker ini biasanya ditemukan di sekitar puting
susu
Anemia
Factor resiko hipertensi
Diabetes Melitus
Ras (> kulit hitam)
Riwayat keluarga
Jenis kelamin
Gaya hidup : obesitas,asupan garam tinggi,asupan alcohol yang
berlebihan,penggunaan kontrasepsi oral
2) Tanda dan gejala
Kadang-kadang tanpa gejala
Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital yang berkurang
secara spontan setelah beberapa jam
Pusing
Kehilangan ingatan
Palpitasi
Keletihan impotensi
Dll
3) Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan darah
Urinalisis dapat memperlihatkan protein,sel darah merah yang
menunjukan penyakit ginjal
ECG
Sinar-x
4) Penanganan
Penatalaksanaan umum adalah penatalakasanaan tanpa obat-obatan,
yang menurut beberapa ahli sama pentingnya dengan penatalaksanaan
farmakologik, bahkan mempunyai beberapa keuntungan, terutama
pada pengobatan hipertensi ringan yaitu :
o Diet rendah garam
o Diet rendah lemak
o Berhenti merokok
o Menurunkan BB
o Olahraga teratur
o Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat
o Walaupun masih banyak diteliti konsumsi seledri, pace,
ketimun, belimbung wuluh dan bawang putih ternyata banyak
membantu dalam usaha menurunkan tekanan darah
Medikanmentosa
o Diuretic
o Obat-obatan penurun tekanan darah
5) Diagnose keperawatan
Resiko cedera berhubungan dengan komplikasi hipertensi
o Intervensi
Jika pasien dihospitalisasi cari tahu apakah ia meminum
obat antiheprtensi yang diresepkan
Berikan obat-obatan diuretic dan antihipertensi sesuai
program
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset
dan tehnik yang tepat
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas,
batasi jumlah pengunjung.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat
ditempat tidur/kursi
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung
dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan
fisik
o Intervensi
Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan
perawatan diri
Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha
yang dilakukan klien / atas keberhasilannya
6) Penyuluhan
Fokuskan penyuluhan dalam membantu lansia untuk membiasakan
hidup dengan hipertensi dan mengontrol hipertensinya
Untuk mendorong kepatuhan terhadap therapy anjurkan penetapan
rutin harian untuk minum obat
Jelaskan bahayanya bila tidak minum obat
Untuk lansia yang merokok jelaskan efek merokok dan bahayanya
merokok
2) Gagal jantung
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan
darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan
tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi
Gagal jantung pada lansia dapat dipicu oleh penyakit jantung koroner
(CAD),hipertensi,stenosis mitral,komplikasi multi system (penyakit ginjal,hati atau
penyakit paru)
Perubahan yang terkait dengan usia menyebabkan yang menyebabkan gagal jantung
antara lain penurunan elastisitas dan ukuran lumen pembuluh darah serta peningkatan
tekanan darah yang mengganggu suplay darah jantung.
1) Tanda dan gejala
a) Gagal jantung kiri
Perasaan badan lemah
Cepat lelah
Sesak nafas
Batuk
Keringat dingin.
Takhikardia
Dispnea
b) Gagal jantung kanan
Edema tumit dan tungkai bawah
Gangguan gastrointestinal (perut kembung, anoreksia dan nausea) dan
asites.
Penambahan cairan badan
Asites
Vena jugularis yang terbendung
Hepatomegali
2) Penatalaksanaan
Untuk menurunkan kerja jantung
Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
Untuk menurunkan retensi garam dan air
3) Diagnosa keperawatan
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplay dan demand oksigen
o Intervensi
Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD
sebelum dan sesudah aktifitas
Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas
Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen
Pertahankan klien tirah baring
Evaluasi tanda vital saat aktifitas
Pertahankan penambahan O2 sesuai pesanan
Selama aktifitas kaji EKG, dispnoe, sianosis, frekuensi
dan pola nafas.
Rujuk program rehabilitasi jantung
Risiko kambuh berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai
perawatan gagal jantung
o Intervensi
Diskusikan mengenai fungsi normal jantung.
Jelaskan manfaat diet rendah garam, rendah lemak dan
mempertahankan berat yang ideal.
Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai factor-
faktor yang dapat meningkatkan risiko kambuh.
Jelaskan untuk memeriksa diri bila ada tanda-tanda
kambuh.
Menyarankan kepada keluarga untuk memanfaatkan
sarana kesehatan dim masyarakat.
4) Penyluhan
Jelaskan mengenai penyakit,pengobatan dan pemeriksaan yang
diprogramkan pada pasien.
Diskusikan perlunya modifikasi diet dan gaya hidup.
Tekankan pentingnya pemeriksaan darah secara periodic untuk
memonitor kadar obat-obatan
Jika pasien meminum digoksin ajarkan pasien tanda dan gejala
toksisitas seperti anoreksia,muntah,frekuensi nadi lambat atau tidak
teratur.
Tekankan pentingnya meminum obat sesuai resep
Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang tinggi natrium
seperti ; makanan kaleng dan makanan siap saji yang dujual bebas,dan
membatasi kelebihan beban cairan.
DAFTAR ISI
1. BAB I Pendahuluan
2. BAB II Anatomi dan Fisiologi system pencernaan dan kardiovaskuler
3. BAB III Perubahan fisiologis system pencernaan dan kardiovaskuler
4. BAB IV Gangguan system pencernaan dan kardiovaskuler
KEPERAWATAN GERONTIK
PERUBAHAN SISTEM GASTRO INTESTINAL DAN
KARDIOVASKULER PADA LANSIA
DISUSUN OLEH :
JEJEN BUSTOMI
IMAM SYAFI’I
TATAT PERMANA
KRISTINA HAULAN
NUNUNG
NANANG SURYANA
PRODI D 3 KEPERAWATAN
STIKES KHARISMA KARAWANG2010
DAFTAR PUSTAKA
1. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic,Evelyn C.Pearce,cet.24,Jakarta ;GM,2002.
2. Asuhan keperawatan geriatric/editor,Jaime L.Stockslager,et al : alih bahasa,Nike
Budhi Subekti;editor edisi bahasa Indonesia Nur Meity Sulistia Ayu.ed.2.jakarta :
EGC,2007
3. Pengkajian gerontology.Annette Giesler Lueckenotte.Ed.2.Jakarta.EGC.1998.