gastroesophageal reflux disease (gerd)

26

Click here to load reader

Upload: raisa-ariestha

Post on 26-Sep-2015

64 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

TRANSCRIPT

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Raisa Janet AriesthaNIM I 111 09 041Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

AnatomiHansen, J., Koeppen, B. 2010. Netters Atlas Of Human Physiology.

Anatomi

HistologiHansen, J., Koeppen, B. 2010. Netters Atlas Of Human Physiology.

FisiologiHansen, J., Koeppen, B. 2010. Netters Atlas Of Human Physiology. Penyakit refluks gastroesofageal (gastro-esophageal reflux disease/GERD) adalah kondisi patologis dimana sejumlah isi lambung berbalik (refluks) ke esofagus melebihi jumlah normal, dan menimbulkan berbagai keluhan.Refluks ini menimbulkan symptoms esofageal, ekstraesofageal, penyulit intraesofageal seperti striktur, Barrett's esophagus atau bahkan adenokarsinoma esophagus.DefinisiNdraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)GERD : Gastroesofageal Reflux DiseasePrevalensi GERD di Asia relatif rendah dibanding negara maju.Di Amerika, hampir 7% populasi mempunyai keluhan heartburn, dan 20%-40% diantaranya diperkirakan menderita GERD.Prevalensi esofagitis di negara barat berkisar antara 10%-20%, sedangkan di Asia hanya 3%-5%, terkecuali Jepang dan Taiwan (13-15%).EpidemiologiNdraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Bestari, M.B. 2011. Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). CDK 188, vol 38 no.7GERD : Gastroesofageal Reflux DiseaseLaki-laki dan perempuan mempunyai risiko yang sama, namun insidens esofagitis pada laki-laki lebih tinggi (2:1-3:1), begitu pula Barrett's esophagitis lebih banyak dijumpai pada laki-laki (10:1).GERD dapat terjadi di segala usia, namun prevalensinya meningkat pada usia diatas 40 tahun.

EpidemiologiNdraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Bestari, M.B. 2011. Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). CDK 188, vol 38 no.7GERD : Gastroesofageal Reflux DiseasePatogenesisGERDFaktor DefensifFaktor Ofensif1. Disfungsi sfingter esophagus bawah (lower esophagealsphincter/LES)2. Bersihan asam dari lumen esofagus3. Ketahanan epitel esophagus1. Peningkatanasam lambung2. Dilatasi lambung3. Kondisi patologis yang mengakibatkanberkurangnya kemampuan pengosongan lambung spt: obstruksi gastric outlet dan delayed gastricemptyingNdraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Sudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta

Heartburn rasa terbakar di dada disertai nyeriRegurgitasi rasa asam pahit dari lambung terasa di lidahSalah satu dari keduanya cukup untuk mendiagnosis GERD secara klinis.Gejala Klinis

Ndraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Sudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta

Bestari, M.B. 2011. Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). CDK 188, vol 38 no.7Nyeri atau rasa tidak enak di epigastrium atau retrosternal bawahDisfagia (kesulitan menelan makanan)Odinofagia (rasa sakit waktu menelan)Mual dan rasa pahit di lidahKeluhan ekstraesofageal : nyeri dada non kardiak, suara serak, laringitis, erosi gigi, batuk kronis, bronkiektasis, dan asma

Gejala KlinisNdraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Sudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta

Bestari, M.B. 2011. Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). CDK 188, vol 38 no.7Penurunan berat badanAnemiaHematemesis atau melenaRiwayat kanker lambung dan atau esofagus dalam keluargaPenggunaan obat antiinflamasi nonsteroid,Disfagia progresif & odinofagiaUsia >40 tahunGejala Peringatan (Alarm Symptoms)Ndraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Sudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta

Bestari, M.B. 2011. Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). CDK 188, vol 38 no.7Ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjangKonsensus nasional penatalaksanaan penyakit gastroesofageal refluks (2004) menetapkan endoskopi saluran carna atas sebagai standar baku untuk menegakkan diagnosis GERDPada endoskopi akan didapatkan mucosal breaks di esophagus, dan pada biopsinya ditemukan esofagitisDiagnosisNdraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Derajat KerusakanGambaran EndoskopiAErosi kecil-kecil pada mukosa esofagus dengan diameter 5mm tanpa saling berhubunganCLesi yang konfluen tetapi tidak mengenai / mengelilingi seluruh lumenDLesi mukosa esofagus yang bersifat sirkumferensial (mengelilingi seluruh lumen esofagus)Klasifikasi Los AngelesSudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta

American Society For Gastrointestinal Endoscopy. 2007. Role of Endoscopy in Management of GERD. Vol 66 no 2(219-222)

Bila pada penderita dengan keluhan GERD ternyata tidak didapatkan kerusakan mukosa esofagus pada endoskopinya maka diagnosisnya menjadi NERD (non erosive reflux disease). Juga disebut endoscopic-negative GERD,DiagnosisNdraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Bestari, M.B. 2011. Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). CDK 188, vol 38 no.7Sasaran pengobatan GERD :Menyembuhkan esofagitis,Meringankan gejala, Mempertahankan remisi, Memperbaiki kualitas hidup,Mencegah komplikasi.TatalaksanaSudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta

Tes PPITes PPI adalah pengobatan PPI selama 2 minggu pada pasien yang mempunyai gejala GERD dengan dosis gandaDalam tes ini, PPI diberikan dua kali sehari; sensitivitas tes PPI sebesar 68 - 80% untuk diagnosis GERD. TatalaksanaNdraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Bestari, M.B. 2011. Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). CDK 188, vol 38 no.7Bila PPI test positif, maka diagnosis GERD dapat ditegakkan dan terapi dilanjutkan selama 8 minggu. Bila temuan endoskopi sesuai dengan GERD maka diberikan terapi PPI dosis ganda sebagai lini pertama, selama 4-8 minggu. Omeprazol 2 x 20 mgLansoprazol 2 x 30 mgPantoprazol 2 x 40 mgEsomeprazol 2 x 40 mgKombinasi PPI dengan prokinetik memberikan hasil yang lebih baik

Ndraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)

Ndraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Jakarta:Medicinus Vol 27 no.1(5-7)Antasida Buffer, memperkuat tekanan LESAntagonis reseptor H2Penekan sekresi asam, hanya efektif pada esofagitis derajat ringan sampai sedang, tanpa komplikasiDosis : Simetidin 2x800mg atau 4x400mg, ranitidin 4x150mg, famotidin 2x20mg, nizatidin 2x150mgTatalaksanaSudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta

Obat ProkinetikMemperkuat tonus sfingter esofagus, mempercepat periode pengosongan lambungMetocloperamide 3x10mg, domperidone 3x10-20mg/hariSukralfatMeningkatkan pertahanan mukosa esofagus, buffer HCl di esofagus, mengikat pepsin dan garam empeduDosis 4x1grTatalaksanaSudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta

Modifikasi gaya hidup:Meninggikan posisi kepala saat tidurMenghindari makan menjelang tidurBerhenti merokok dan alkohol (mengurangi tonus LES)Kurangi lemak dan jumlah makanan (meningkatkan distensi lambung)Turunkan berat badanJangan berpakaian ketat (meningkatkan tekanan intraabdomen)Hindari teh, coklat, pepermint, kopi, minuman bersoda (meningkatkan sekresi asam)Hindari: antikolinergik, eofilin, diazepam, opiat, antagonis kalsium (menurunkan tonus LES).Terapi non medikamentosaSudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta

Longo, et al. 2013. Harrison Principles Of Internal Medicine 18ed. McGraw Hill:New York KomplikasiTerimakasih