gaya belajar kolb

10
1.Latar Belakang Munculnya teori humanistik merupakan tesa dan anti tesa terhadapa teori-teori belajar sebelumnya, seperti teori psikoanalisis dan behaviorisme. Teori humanistik mengungkapkan bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas memilih dalam memilih kualitas hidup mereka. tidak terikat oleh lingkungannya. (Westy Sumanto, 2006: 137). Teori psikologi Humanistik memberikan keluasan yang sangat besar kepada pendidik dan Anak didik dalam melakukan dialektika pembelajaran, sehingga terjalin komunikasi dua arah yang saling memahami karakter dan konsern dari setiap proses pembelajaran sehingga meransang siswa untuk “merdeka”. Anak dapat mengkostruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengelaman nyata dan dirinya sendiri yang pada akhirnya anak mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai jelmaan yang diinginkannya. Adanya kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciftakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Banyak tokoh penganut aliran Humanistik, diantaranya adalah David Kolb yang terkenal dengan “ Belajar Empat Tahap” 2. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah: Bagaimana teori Humanistik menurut sudut pandang David A. Kolb? 3. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu untuk mengetahui teori Humanistik menurut sudut pandang David A. Kolb. PEMBAHASAN 1. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik Teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati pada teori kepribadian dan psikoterapi. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak

Upload: ahmad-ghazali-wafa

Post on 12-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

style

TRANSCRIPT

Page 1: Gaya Belajar Kolb

1.Latar Belakang

Munculnya teori humanistik merupakan tesa dan anti tesa terhadapa teori-teori

belajar sebelumnya, seperti teori psikoanalisis dan behaviorisme. Teori humanistik

mengungkapkan bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka

bebas memilih dalam memilih kualitas hidup mereka. tidak terikat oleh lingkungannya.

(Westy Sumanto, 2006: 137).

Teori psikologi Humanistik memberikan keluasan yang sangat besar kepada

pendidik dan Anak didik dalam melakukan dialektika pembelajaran, sehingga terjalin

komunikasi dua arah yang saling memahami karakter dan konsern dari setiap proses

pembelajaran sehingga meransang siswa untuk “merdeka”.

Anak dapat mengkostruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengelaman

nyata dan dirinya sendiri yang pada akhirnya anak mampu mengaktualisasikan dirinya

sesuai jelmaan yang diinginkannya.

Adanya kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak

akan belajar lebih baik jika lingkungan diciftakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna

jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. pembelajaran yang

berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat

jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam

kehidupan jangka panjang.

Banyak tokoh penganut aliran Humanistik, diantaranya adalah David Kolb yang

terkenal dengan “ Belajar  Empat Tahap”

2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah: Bagaimana teori

Humanistik menurut sudut pandang David A. Kolb?

3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu untuk mengetahui teori Humanistik menurut

sudut pandang David A. Kolb.

PEMBAHASAN

1.    Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik

Teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati pada teori

kepribadian dan psikoterapi. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari

daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang

konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang

proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih

tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada

pemahaman tentang proses belajar sebagaimana adanya. Teori humanistik

berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk

Page 2: Gaya Belajar Kolb

memanusiakan manusia yaitu untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta

realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

Teori belajar humanistik menggunakan pendekatan motivasi yang menekankan

pada kebebasan personal, penentuan pilihan, determinasi diri, dan pertumbuhan

individu. Teori belajar humanistik berpandangan bahwa peristiwa belajar yang ada saat

ini lebih banyak ditekankan pada aspek kognitif semata, sementara aspek afektif dan

psikomotor menjadi terabaikan. Padahal setiap anak merupakan individu yang unik,

memiliki perasaan dan gagasan orisinil. Tugas pendidik adalah membantu individu agar

berkembang secara sehat dan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. (Benny A.

Pribadi, 2009: 79-80).

Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada

perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari

dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan

tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk

pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup

dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini

menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan

akademik. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu

mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami

perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Para pendidik hanya membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu

masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik

dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya adalah David A. Kolb yang

terkenal dengan “Belajar Empat Tahap”.

2.    Biografi David A.Kolb

David A. Kolb lahir pada tahun 1939. dan ia dibesarkan di kota New York.

Ia memperoleh gelar sarjana pada tahun 1961 dari Knox College. Dia kemudian melanjutkan

untuk mendapatkan gelar Ph.D. dalam psikologi sosial dari Universitas Harvard. Hari ini, dia

adalah Profesor Perilaku Organisasi dalam Weatherhead School of Management di Case Western

Reserve University.

Kolb telah menulis beberapa artikel dan buku yang telah diterbitkan. diantaranyan:

1.    The Critique of Pure Modernity: Hegel, Heidegger, and After, 1987

2.    Postmodern Sophistications: Philosophy, Architecture, and Tradition, 1990

3.    New Perspectives on Hegel's Philosophy of Religion, 1992

4.    Socrates in the Labyrinth: Hypertext, Argument, Philosophy, 1994

5.    Sprawling Places, 2008

Page 3: Gaya Belajar Kolb

6.    "On the Objective and Subjective Grounding of Knowledge", translation, with

introduction and notes, of an essay by the Neo-Kantian Paul Natorp, in the Journal of the

British Society for Phenomenology, 1981.

7.    "Language and Metalanguage in Aquinas", in the Journal of Religion, 1981, "Socrates

and Stories", in Spring, 1981.

8.    "Sellars on the Measure of All Things", in Philosophical Studies, 1979.

9.    "Ontological Priorities: A Critique of the Announced Goals of Descriptive Metaphysics",

in Metaphilosophy, 1975.

10.     "Time and the Timeless in Greek Thought", in Philosophy East-West, 1974.

3.    Teori Belajar Menurut David A. Kolb

David Kolb adalah seorang filosof yang beraliran HUMANISTIK. Dimana aliran ini

lebih melihat pada sisi perkembangan manusia. Pendekatan ini melihat kejadian, yaitu

bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.

Kemampuan yang bersifat positif ini yang disebut sebagai potensi manusia. Dan para

pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan pengajaran pada

pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif ini erat kaitannya dengan

pengembangan emosi positif yang terdapat pada domain afektif.

David A. Kolb adalah seorang psikolog Amerika dan teori pendidikan. Ia paling dikenal

karena penelitian gaya belajar dan belajar pengalaman. Menurut Kolb, experiential

learningadalah suatu proses dimana pengetahuan hasil dari kombinasi yang berbeda dari

menangkap dan mentransformasikan pengalaman. Kita dapat memahami pengalaman dengan dua

cara yang berbeda, melalui pengalaman konkret dan konsep abstrak. Kita kemudian dapat

mengubah pengalaman dalam dua cara, melalui pengamatan reflektif atau percobaan aktif. 

Gaya belajar model David A. Kolb terimplisit dalam resource based

learning (belajar berdasarkan sumber) yang mengajak siswa melakukan observasi untuk

memecahkan masalah. Menurut David Kold (dalam Nasution 2005:111), “Gaya belajar

model Kolb ialah gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa,

mengembangkan observasi/merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori

untuk memecahkan masalah”.

Page 4: Gaya Belajar Kolb

Bagan. Gaya Belajar David A.Kolb

David Kolb mengemukakan adanya empat kutub yang terlihat diatas, (a-b)

kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut yang dikutip dari

(http//www.pdf reaserch.com). Antara lain:

a.    Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)

Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret,

lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang

lain. Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi

terhadap perubahan yang dihadapinya.

b.    Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)

Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide,

perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang

dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta

mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

c.    Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)

Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai,

menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-

hal yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan

perasaannya untuk membentuk opini/pendapat.

d.   Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)

Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan

tugas,berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya.

Dalam proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan

pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.

Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi

oleh salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua

kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar. Empat kutub di atas

Page 5: Gaya Belajar Kolb

membentuk empat kombinasi gaya belajar. Pada model di atas, empat kombinasi gaya

belajar diwakili oleh angka I hingga IV, dengan penjelasan seperti di bawah ini:

1.    Gaya Diverger

Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe

Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang

berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah "mengamati" dan bukan

"bertindak". Anak seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk

menghasilkan ide-ide (brainstorming), biasanya juga menyukai isu budaya serta suka

sekali mengumpulkan berbagai informasi.

2.    Gaya Assimillator

Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe

Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta

merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak

tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang

abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis.

3.    Gaya Converger

Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe Converger

unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka

punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah

sosial atau hubungan antar pribadi.

4.    Gaya Accomodator

Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe

Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata

yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya

dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak

berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha

memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk

mendapatkan masukan/informasi) dibanding analisa teknis.

Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu kiranya kita tetap

sensitif terhadap strategi belajar kita sendiri, yang mungkin sama atau sama sekali

berbeda dengan orientasi belajar peserta didik di kelas. Perbedaan itu dapat

menimbulkan kesulitan dalam kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi,

kerjasama, dan penilaian). Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu

peserta didik untuk belajar, maka kita harus berusaha membantu mereka memahami

"Style of Learning"nya, dengan tujuan meningkatkan segi-segi yang kuat dan

memperbaiki sisi-sisi yang lemah dari padanya.

Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu

sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang

Page 6: Gaya Belajar Kolb

hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu

kejadian harus terjadi seperti itu. Ini lah yang terjadi pada tahap pertama proses

belajar. (Hamzah B. Uno, 2008:15).

Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi

aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya. Inilah

yang kurang lebih terjadi pada tahap pengamatan aktif dan reflektif. (Hamzah B. Uno,

2008:15).

Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau ”teori”

tentang suatu hal yang pernah diamatinya. Pada tahap ini, siswa diharapkan sudah

mampu untuk membut aturan-aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian

yang meskipun tampak berbeda-beda, tetapi mempunyai landasan aturan yang

sama. (Hamzah B. Uno, 2008:15).

Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu mengaplikasikan

suatu aturan umum ke situasi yang baru. Dalam dunia matematika misalnya, siswa tidak

hanya memahami ”asal-usul” sebuah rumus, tetapi ia juga mampu memakai rumus

tersebut untuk memecahkan suatu masalah yang belum ia temui sebelumnya. (Hamzah

B. Uno, 2008:15).

Menurut David A. Kolb, siklus belajar semacam itu terjadi secara

berkesinambungan dan berlangsung diluar kesadaran siswa. Dengan kata lain,

meskipun dalam teorinya kita mampu membuat garis tegas antara tahap satu dengan

tahap lainnya, namun dalam praktik peralihan dari satu tahap ke tahap lainnya itu

seringkali begitu saja, sulit kita tentukan kapan beralihnya. (Hamzah B. Uno, 2008:15).

Dari teori yang diungkapkan oleh Kolb menunjukkn bahwa anak dapat melakukan

proses pemahaman terhadap teks dan konteks yang ada dihadapannya dapat diserap

dengan baik, bila teks dan konteks yang disodorkan semakin konkrit. Anak-anak masih

sulit memahami teks maupun konteks secara abstrak, walaupun secara bertahap

mereka mulai dapat memahmi hal-hal yang abstrak dan membuat konsep-konsep

sederhana.

Karakteristik Gaya Belajar

Styles of Learning Kolb ini akan menjadi lebih sempurna bila dikaitkan dengan

karakteristik gaya dan cara belajar siswa yang dikenal dengan tipe, Visual, auditory, dan

kinestetik.

Manusia visual menerima dan memproses informasi dengan cara melihat dan

menciftakan gambaran mentalnya. Secara khas, orang visual akan menggunakan kata-

kata seperti ‘tunjukkan kepada saya’,’kelihatannya’, atau ‘perhatikan ini’. jika merasa

bingung, mungkin ia berkata ‘saya hanya tak bisa melihatnya’. (Amir Tengku Ramly,

2008: 41).

Manusia auditory menerima dan memproses informasi dengan mendengarkan

kata-kata atau suara-suara. Orang auditory cenderung menggunakan kata-kata seperti

Page 7: Gaya Belajar Kolb

‘ceritakan pada saya’, ‘kedengarannya seperti…’, ‘saya ingin mendengarkan lagi’’. Jika

sedang bingung, biasanya cepat berkata ‘kedengarannya tidak betul’, dan ‘saya tidak

bisa mendengar anda’. (Amir Tengku Ramly, 2008: 41).

Manusia kinestetik menerima dan memproses informasi melalui perasaan dan

sensasi. Biasanya cepat berkata ‘rasanya seperti…’, ‘bagi saya rasanya enak’, ‘saya

merasa anda ingin supaya saya…’. Jika bingung, mungkin akan berkata ‘ada yang

terasa tidak benar’, ‘saya tidak bisa merasakannya’. (Amir Tengku Ramly, 2008: 41).

Bila guru merasa kesulitan dalam mengajar, mengapa siswanya tidak mau

memperhatikan materi yang disampaikan, boleh jadi karena gaya dan cara belajar

antara guru dan siswa berbeda. Saat menggunakan teknik bercerita dan diskusi, anak

yang memiliki cara dan gaya belajar auditory, maka ia dengan mudah menangkap

materi yang diajarkan, sementara anak yang cara dan gaya belajarnya visual tampak

acuh dan anak yang cara dan gaya belajarnya kinestetik menguap karena bosan. Saat

menggunakan alat peraga gambar, ganti anak auditory yang kurang semangat

sementara anak visual dengan antusias mengikuti, sedang anak kinestetik tampak

biasa-biasa saja. Namun, saat guru mengajak mereka mengerjakan prakarya, anak

kinestetik begitu bersemangat, sementara auditory dan visual ogah-ogahan mengikuti

materi yang disampaikan oleh gurunya.

PENUTUP

Kesimpulan

Teori Humanistik telah memberikan cara belajar yang lebih bermakna, sehingga

dalam proses belajar dan mengajar ada peran dan peranan yang harus dijalani dengan

baik sesuai dengan asas humanisasi.

Gaya pembelajaran Kolb merupakan salah satu model gaya pembelajaran melalui

pengalaman yang menekankan pemerolehan pengetahuan melalui pengalaman

sendiri.Kolb sebagai salah satu yang termasuk dalam teori psikologi humanistik

memberikan sumbangan dalam proses pembelajaran, yang ia tulis dalam keempat

Page 8: Gaya Belajar Kolb

proses pembelajaran Kolb (Styles of Learning Inventory). Yang terbagi dalam empat

kutub. Pengalaman kongkrit, Pengamatan aktif dan reflektif,  konseptualisasi, serta

eksperimentasi aktif. Yang keempatnya itu dapat muncul tanpa disadari. Dari keempat

kutub ini memunculkan kembali pertemuan antar kutub, yang ia kembangkan dengan

istilah Gaya Diverger kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching),

Gaya Assimillator kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching),

Gaya Converger kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing) dan

Gaya Accomodator kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, Nashir. 1987. Jalan Memintas dalam Mendidik. Jakarta: Balai Pustaka.

Asri Budiningsih, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta .PT Rineka Cipta.

Nasution, S., 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Karya.

Ramly, Amir Tengku. 2008. Pumping Talent Memahami Diri, Memompa Bakat. Bandung:

Pumping Publisher.

Ramly, Amir Tengku. 2008. Menjadi Guru Idola. Bogor: Pumping Publisher.

Sadulloh, Uyo. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Slavin, R.E., 1991. Educational Psychology. Third edition. New York : Allyn & Bacon.

Suhartono, Suparlan. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu

Pengetahuan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Page 9: Gaya Belajar Kolb

Soemanto, Westy. 2006., Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

http//www. pdf reaserch.com.