documentge
DESCRIPTION
sTRANSCRIPT
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Defenisi
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus.
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit.
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh.
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya
lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus
dan parasit yang patogen.
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik
frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.
B. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina,
Aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2. Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
1
C. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1. Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
D. Manifestasi Klinik
1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen\
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
E. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia
dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen
2
ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
(asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma
3. Pemeriksaan urine lengkap
4. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat dianjurkan
7. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
tentang pada diare kronik.
8. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (gda) & elektrolit (na, k, ca,
dan p serum yang diare disertai kejang)
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a. Kehilangan BB
1). Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %
2). Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%
3). Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
4). Dehidrasi berat : menurun BB 10%
3
b. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama
30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :
1) 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
2) 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
3) 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung
lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
tersebut pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan
enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic
amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki
jumlah dan hitung jenis leukost yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi
bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis
dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada salmonellosis.
Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan
mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja
yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa..
(Sudoyo,2007:408)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Menurut John (2004:234)
1. Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 10- 20ml
2. Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah
3. Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.
4. Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.
5. Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic
6. Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi
4
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
1. Pastikan kepatenan jalan napas
2. Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
3. Jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan bawa ke icu
Breathing
1. Kaji respiratory rate
2. Kaji saturasi oksigen
3. Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi > 92%
4. Auskultasi dada
5. Lakukan pemeriksaan rontgent
Circulation
1. Kaji denyut jantung
2. Monitor tekanan darah
3. Kaji lama pengisian kapiller
4. Pasang infuse, berikan caIran jika pasien dehidrasi
5. Periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
6. Catat temperature
7. Lakukan kultur jika pyreksia
8. Lakukan monitoring ketat
9. Berikan cairan per oral
10. Jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik iv.
Disability
1. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan avpu
Exposure
1. Kaji riwayat sedetil mungkin
2. Kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
3. Kaji tentang waktu sampai adanya gejala
4. Kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
5. Apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
6. Lakukan pemeriksaan abdomen
5
7. Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal
8. Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan sensitivitas
9. Berikan anti diare seperi codein atau loperamide sampai hasil kultur diketahui
10. Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur diketahui
11. Laporkan jika mengalami keracunanan makanan
B. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peruubahan status cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan untuk mencerna makanan
4. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
5. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemik
6. Diare berhubugan dengan proses infeksi, inflamasi usus
6
C. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama … x …
jam diharapkan input dan
output cairan pasien
seimbang dengan K.H :
Tanda-tanda vital dalam
batas normal :
TD : 120/80 mmHg
S : 36 – 37.5oC
RR : 16-20x/menit
N : 80 – 100x/menit
Turgor kulit elastis
Kulit tidak kering
Membran mukosa lembab
K.U px tidak lemah
a) Kaji status dehidrasi
b) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
c) Observasi keadaan umum dan tanda – tanda
vital
d) Anjurkan pasien minum 6 – 8 gelas perhari
e) Timbang berat badan
f) Kaloborasi dalam pemberian obat anti diare
g) Kaloborasi dalam pemberian IVFD
a) Untuk dapat memberi intervensi lebih
lanjut
b) Untuk mengetahui keseimbangan cairan
dan pedoman untuk penggantian cairan.
c) Hipotensi postural, takikardi, demam dapat
menunjukan respon terhadap dan atau efek
kehilangan cairan.
d) Pemenuhan kebutuhan dasar cairan
menurunkan resiko dehidrasi.
e) Indikator cairan dan status nutrisi.
f) Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
g) Menggantikan cairan yang hilang.
7
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama … x …
jam diharapkan integritas
kulit pasien membaik dengan
K.H :
Lapisan kulit tidak rusak
Tidak terlihat adanya
gangguan pada
permukaan kulit
a) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,
kemerahaan
b) Bersihkan daerah anus dengan kapas basah
setiap kali BAB
c) Gunakan popok yang lembut dan kering
d) Sering ubah posisi
e) Berikan perawatan kulit, berikan perawatan
khusus pada lipatan kulit
a) Menandakan area kerusakan yang dapat
menimbulkan dekubitus
b) Menimbulkan terjadinya iritasi
c) Lembab, area terkontaminasi memberikan
media yang baik untuk pertumbuhan
organisme patogen.
d) Mencegah tekanan jaringan
e) Kelembaban dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang bisa
menimbulkan infeksi.
8
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mencerna makanan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama … x …
jam diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi
dengan K.H :
Pasien tidak mengalami
diare
Pasien tidak mengalami
nyeri dan keram abdomen
Minat pasien terhadap
makanan meningkat
Pasien tidak mengalami
penurunan berat badan
a) Timbang BB tiap hari
b) Dorong makan sedikit tapi sering dalam
keadaan hangat dengan makanan tinggi
kalori dan protein
c) Beri penjelasan kepada orang tua tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh.
d) Awasi masukan dan haluaran
e) Berikan kebersihan moral
f) Pantau hasil laboratorium haemoglobin
(HGB)
g) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan
masalah mulai makan diet
a) Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian
kebutuhan nutrisi
b) Memaksimalkan pemasukan nutrisi.
c) Meningkatkan pemahaman kebutuhan
individu dan pentingnya nutrisi pada proses
penyembuhan.
d) Berguna dalam mengukur keefektivan
nutrisi.
e) Mulut yang bersih dapat meningkatkan
nafsu makan.
f) Monitor status nutrisi.
g) Keragu-raguan untuk makan mungkin
diakibatkan oleh takut makan akan
mengakibatkan eksaserbasi gejala.
9
4. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama … x …
jam diharapkan pasien tidak
mengalami hipertermi dengan
K.H :
Suhu tubuh pasien dalam
rentang 36 – 37oC
Kulit pasien tidak
berwarna kemerahan
Kulit pasien tidak terasa
hangat
a) Pantau suhu tubuh pasien
b) Beri kompres hangat
c) Pantau suhu lingkungan batasi / tambahkan
d) Anjurkan orang tua untuk memberi banyak
minum
e) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
.
a) Indikator dehidrasi / syok hipovolemik.
b) Dapat membantu mengurangi demam.
c) suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah
untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.
d) Menjaga keseimabngan cairan dan
mengrangi demam.
e) Digunakan untuk mengurangi demam dan
mencegah terjadinya peradangan
5. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemik
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama … x … jam
diharapkan syok hipovolemik tidak
terjadi dengan K.H :
TTV dalam rentang normal :
a) Observasi TTV
b) Awasi elektrolit
c) Kaji tanda-tanda syok (kesadaran
menurun, haus, akal dingin)
a) Indikator dehidrasi / syok hipovolomik.
b) Timbulnya diare dapat menurunkan
elektrolit
c) Mengetahui secara dini tanda-tanda syok
hipovolomik.
d) Menentukan kebutuhan dan kehilangan
10
TD : 120/80mmHg
S : 36 – 37.5oC
RR : 16 – 20x/menit
N : 80 – 100x/menit
Kesadaran pasien compos
mentis
Pasien tidak sering haus
Akral hangat
d) Ukur input dan output cairan.
e) Kolaborasi dalam pemberian IVFD
cairan.
e) Mengganti kehilangan cairan.
6. Diare berhubugan dengan proses infeksi, inflamasi usus
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama … x … jam
diharapkan pasien tidak mengalami
diare dengan K.H :
Konsistensi feses lembek,
berwarna kekuningan, tidak
encer
Frekwensi BAB 1x perhari
a) Monitor tanda dan gejala terjadinya diare
b) Anjurkan pasien meminum obat anti diare
c) Beritahu pasien dan keluarga untuk
mencatat warna, jumlah, konsistensi dari
feses
d) Kolaborasi / delegatif pemberian antibiotic
a) Agar dapat menentukan intervensi
b) Mengoptimalkan penyerapan sari-sari
makanan di usus dan mengurangi diare
c) Memantau perkembangan BAB pasien
d) Obat antibiotik dapat membunuh
pertumbuhan kuman dan bakteri penyebab
diare
11
D. Implementasi
Disesuaikan denga intervensi
E. Evaluasi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal :
TD : 120/80 mmHg
S : 36 – 37.5oC
RR : 16-20x/menit
N : 80 – 100x/menit
b) Turgor kulit elastis
c) Kulit tidak kering
d) Membran mukosa lembab
e) K.U px tidak lemah
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peruubahan status cairan
a. Lapisan kulit tidak rusak
b) Tidak terlihat adanya gangguan pada permukaan kulit
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan untuk mencerna makanan
a) Pasien tidak mengalami diare
b) Pasien tidak mengalami nyeri dan keram abdomen
c) Minat pasien terhadap makanan meningkat
d) Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
4. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
a) Suhu tubuh pasien dalam rentang 36 – 37oC
b) Kulit pasien tidak berwarna kemerahan
c) Kulit pasien tidak terasa hangat
12
5. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemik
a) TTV dalam rentang normal :
TD : 120/80mmHg
S : 36 – 37.5oC
RR : 16 – 20x/menit
N : 80 – 100x/menit
b) Kesadaran pasien compos mentis
c) Pasien tidak sering haus
d) Akral hangat
6. Diare berhubugan dengan proses infeksi, inflamasi usus
a) Konsistensi feses lembek, berwarna kekuningan, tidak encer
b) Frekwensi BAB 1x perhari
13
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Ester, Monica. 2008. Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem Gastrointestinal. Cet.
1. Jakarta : EGC.
Inayah, Iin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Ed.1. Jakarta : Salemba Medika.
Ma, O. John. 2009. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill Companies
Masjoer, Arief. 2007. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC
North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnosis : Definition and
Classification 2012-2014. NANDA International. Philadelphia.
Smeltzer, Suzanne C. 2007. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC
14