documentge

20
KONSEP DASAR PENYAKIT A. Defenisi Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram. Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen. Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari. B. Etiologi 1. Faktor infeksi a. Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas, dan sebagainya. 1

Upload: degus-bona

Post on 14-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Defenisi

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus.

Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah yang

berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan

keseimbangan elektrolit.

Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,

dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh.

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya

lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram.

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan

gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus

dan parasit yang patogen.

Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh

berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik

frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

B. Etiologi

1. Faktor infeksi

a. Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina,

Aeromonas, dan sebagainya.

b. Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus,

Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.

c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa

(Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).

2. Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.

3. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis, Rasa takut dan cemas.

5. Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.

6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.

1

C. Klasifikasi

Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :

1. Berdasarkan lama waktu :

a. Akut : berlangsung < 5 hari

b. Persisten : berlangsung 15-30 hari

c. Kronik : berlangsung > 30 hari

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik

a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer

b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

3. Berdasarkan derajatnya

a. Diare tanpa dihindrasi

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

c. Diare dengan dehidrasi berat

4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak

a. Infektif

b. Non infeksif

D. Manifestasi Klinik

1. Diare.

2. Muntah.

3. Demam.

4. Nyeri abdomen\

5. Membran mukosa mulut dan bibir kering

6. Fontanel cekung

7. Kehilangan berat badan

8. Tidak nafsu makan

9. Badan terasa lemah

E. Patofisiologi

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,

Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia

dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen

2

ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana

merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.

Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya.

Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang

terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang

tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan

sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding

usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas

usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri

adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa

(asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),

hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan darah tepi lengkap

2. Pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma

3. Pemeriksaan urine lengkap

4. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur

5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik

6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat dianjurkan

7. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif

tentang pada diare kronik.

8. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (gda) & elektrolit (na, k, ca,

dan p serum yang diare disertai kejang)

Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

a. Kehilangan BB

1). Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %

2). Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%

3). Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%

4).  Dehidrasi berat : menurun BB 10%

3

b. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama

30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :

1) 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)

2) 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)

3) 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung

lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

tersebut pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis

leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan

enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic

amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki

jumlah dan hitung jenis leukost yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi

bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis

dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada salmonellosis.

Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan

mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja

yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa..

(Sudoyo,2007:408)

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Menurut John (2004:234)

1. Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 10- 20ml

2. Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah

3. Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.

4. Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.

5. Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic

6. Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi

4

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.

Airway

1. Pastikan kepatenan jalan napas

2. Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu

3. Jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan bawa ke icu

Breathing

1. Kaji respiratory rate

2. Kaji saturasi oksigen

3. Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi > 92%

4. Auskultasi dada

5. Lakukan pemeriksaan rontgent

Circulation

1. Kaji denyut jantung

2. Monitor tekanan darah

3. Kaji lama pengisian kapiller

4. Pasang infuse, berikan caIran jika pasien dehidrasi

5. Periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit

6. Catat temperature

7. Lakukan kultur jika pyreksia

8. Lakukan monitoring ketat

9. Berikan cairan per oral

10. Jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik iv.

Disability

1. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan avpu

Exposure

1. Kaji riwayat sedetil mungkin

2. Kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya

3. Kaji tentang waktu sampai adanya gejala

4. Kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena

5. Apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?

6. Lakukan pemeriksaan abdomen

5

7. Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal

8. Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan sensitivitas

9. Berikan anti diare seperi codein atau loperamide sampai hasil kultur diketahui

10. Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur diketahui

11. Laporkan jika mengalami keracunanan makanan

B. Diagnosa

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peruubahan status cairan

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak

mampuan untuk mencerna makanan

4. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.

5. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemik

6. Diare berhubugan dengan proses infeksi, inflamasi usus

6

C. Intervensi

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama … x …

jam diharapkan input dan

output cairan pasien

seimbang dengan K.H :

Tanda-tanda vital dalam

batas normal :

TD : 120/80 mmHg

S : 36 – 37.5oC

RR : 16-20x/menit

N : 80 – 100x/menit

Turgor kulit elastis

Kulit tidak kering

Membran mukosa lembab

K.U px tidak lemah

a) Kaji status dehidrasi

b) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan

c) Observasi keadaan umum dan tanda – tanda

vital

d) Anjurkan pasien minum 6 – 8 gelas perhari

e) Timbang berat badan

f) Kaloborasi dalam pemberian obat anti diare

g) Kaloborasi dalam pemberian IVFD

a) Untuk dapat memberi intervensi lebih

lanjut

b) Untuk mengetahui keseimbangan cairan

dan pedoman untuk penggantian cairan.

c) Hipotensi postural, takikardi, demam dapat

menunjukan respon terhadap dan atau efek

kehilangan cairan.

d) Pemenuhan kebutuhan dasar cairan

menurunkan resiko dehidrasi.

e) Indikator cairan dan status nutrisi.

f) Menurunkan kehilangan cairan dari usus.

g) Menggantikan cairan yang hilang.

7

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama … x …

jam diharapkan integritas

kulit pasien membaik dengan

K.H :

Lapisan kulit tidak rusak

Tidak terlihat adanya

gangguan pada

permukaan kulit

a) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,

kemerahaan

b) Bersihkan daerah anus dengan kapas basah

setiap kali BAB

c) Gunakan popok yang lembut dan kering

d) Sering ubah posisi

e) Berikan perawatan kulit, berikan perawatan

khusus pada lipatan kulit

a) Menandakan area kerusakan yang dapat

menimbulkan dekubitus

b) Menimbulkan terjadinya iritasi

c) Lembab, area terkontaminasi memberikan

media yang baik untuk pertumbuhan

organisme patogen.

d) Mencegah tekanan jaringan

e) Kelembaban dapat meningkatkan

pertumbuhan bakteri yang bisa

menimbulkan infeksi.

8

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mencerna makanan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama … x …

jam diharapkan kebutuhan

nutrisi pasien terpenuhi

dengan K.H :

Pasien tidak mengalami

diare

Pasien tidak mengalami

nyeri dan keram abdomen

Minat pasien terhadap

makanan meningkat

Pasien tidak mengalami

penurunan berat badan

a) Timbang BB tiap hari

b) Dorong makan sedikit tapi sering dalam

keadaan hangat dengan makanan tinggi

kalori dan protein

c) Beri penjelasan kepada orang tua tentang

pentingnya nutrisi bagi tubuh.

d) Awasi masukan dan haluaran

e) Berikan kebersihan moral

f) Pantau hasil laboratorium haemoglobin

(HGB)

g) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan

masalah mulai makan diet

a) Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian

kebutuhan nutrisi

b) Memaksimalkan pemasukan nutrisi.

c) Meningkatkan pemahaman kebutuhan

individu dan pentingnya nutrisi pada proses

penyembuhan.

d) Berguna dalam mengukur keefektivan

nutrisi.

e) Mulut yang bersih dapat meningkatkan

nafsu makan.

f) Monitor status nutrisi.

g) Keragu-raguan untuk makan mungkin

diakibatkan oleh takut makan akan

mengakibatkan eksaserbasi gejala.

9

4. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama … x …

jam diharapkan pasien tidak

mengalami hipertermi dengan

K.H :

Suhu tubuh pasien dalam

rentang 36 – 37oC

Kulit pasien tidak

berwarna kemerahan

Kulit pasien tidak terasa

hangat

a) Pantau suhu tubuh pasien

b) Beri kompres hangat

c) Pantau suhu lingkungan batasi / tambahkan

d) Anjurkan orang tua untuk memberi banyak

minum

e) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

.

a) Indikator dehidrasi / syok hipovolemik.

b) Dapat membantu mengurangi demam.

c) suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah

untuk mempertahankan suhu mendekati

normal.

d) Menjaga keseimabngan cairan dan

mengrangi demam.

e) Digunakan untuk mengurangi demam dan

mencegah terjadinya peradangan

5. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemik

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama … x … jam

diharapkan syok hipovolemik tidak

terjadi dengan K.H :

TTV dalam rentang normal :

a) Observasi TTV

b) Awasi elektrolit

c) Kaji tanda-tanda syok (kesadaran

menurun, haus, akal dingin)

a) Indikator dehidrasi / syok hipovolomik.

b) Timbulnya diare dapat menurunkan

elektrolit

c) Mengetahui secara dini tanda-tanda syok

hipovolomik.

d) Menentukan kebutuhan dan kehilangan

10

TD : 120/80mmHg

S : 36 – 37.5oC

RR : 16 – 20x/menit

N : 80 – 100x/menit

Kesadaran pasien compos

mentis

Pasien tidak sering haus

Akral hangat

d) Ukur input dan output cairan.

e) Kolaborasi dalam pemberian IVFD

cairan.

e) Mengganti kehilangan cairan.

6. Diare berhubugan dengan proses infeksi, inflamasi usus

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama … x … jam

diharapkan pasien tidak mengalami

diare dengan K.H :

Konsistensi feses lembek,

berwarna kekuningan, tidak

encer

Frekwensi BAB 1x perhari

a) Monitor tanda dan gejala terjadinya diare

b) Anjurkan pasien meminum obat anti diare

c) Beritahu pasien dan keluarga untuk

mencatat warna, jumlah, konsistensi dari

feses

d) Kolaborasi / delegatif pemberian antibiotic

a) Agar dapat menentukan intervensi

b) Mengoptimalkan penyerapan sari-sari

makanan di usus dan mengurangi diare

c) Memantau perkembangan BAB pasien

d) Obat antibiotik dapat membunuh

pertumbuhan kuman dan bakteri penyebab

diare

11

D. Implementasi

Disesuaikan denga intervensi

E. Evaluasi

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

a) Tanda-tanda vital dalam batas normal :

TD : 120/80 mmHg

S : 36 – 37.5oC

RR : 16-20x/menit

N : 80 – 100x/menit

b) Turgor kulit elastis

c) Kulit tidak kering

d) Membran mukosa lembab

e) K.U px tidak lemah

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peruubahan status cairan

a. Lapisan kulit tidak rusak

b) Tidak terlihat adanya gangguan pada permukaan kulit

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak

mampuan untuk mencerna makanan

a) Pasien tidak mengalami diare

b) Pasien tidak mengalami nyeri dan keram abdomen

c) Minat pasien terhadap makanan meningkat

d) Pasien tidak mengalami penurunan berat badan

4. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.

a) Suhu tubuh pasien dalam rentang 36 – 37oC

b) Kulit pasien tidak berwarna kemerahan

c) Kulit pasien tidak terasa hangat

12

5. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemik

a) TTV dalam rentang normal :

TD : 120/80mmHg

S : 36 – 37.5oC

RR : 16 – 20x/menit

N : 80 – 100x/menit

b) Kesadaran pasien compos mentis

c) Pasien tidak sering haus

d) Akral hangat

6. Diare berhubugan dengan proses infeksi, inflamasi usus

a) Konsistensi feses lembek, berwarna kekuningan, tidak encer

b) Frekwensi BAB 1x perhari

13

DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Ester, Monica. 2008. Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem Gastrointestinal. Cet.

1. Jakarta : EGC.

Inayah, Iin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.

Ed.1. Jakarta : Salemba Medika.

Ma, O. John. 2009. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill Companies

Masjoer, Arief. 2007. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC

North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnosis : Definition and

Classification 2012-2014. NANDA International. Philadelphia.

Smeltzer, Suzanne C. 2007. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC

14