gea

24
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) PADA ANAK Disusun oleh : Ady Sanjaya Putra NIM. 10.001

Upload: muhammad-dirga-iswara

Post on 11-Dec-2014

148 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

Page 1: Gea

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA) PADA ANAK

Disusun oleh :

Ady Sanjaya Putra

NIM. 10.001

Akademi Keperawatan Dian Husada

Mojokerto

2012

Page 2: Gea

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

I. DEFINISI

Gastroenteritis merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal

atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta

frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan

atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).

Gastroenteritis akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan

anak yang sebelumnya sehat (Suharyono, 2003)

Gastroenterits akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh

berbagai bakteri, virus, dan patogen (D.L Wong, 2002).

II. ETIOLOGI

Etiologi gastroenteritis (diare) akut menurut (Ngastiyah, 2005) yaitu :

1. Faktor infeksi

Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:

a) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,

aeromonas dan sebagainya.

b) Infeksi virus : entroviru (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,

rotavirus, astovirus dan lain-lain.

c) Infeksi parasite : Cacing, protozoa, dan jamur.

2. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat : disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,

malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan : Makanan basi beracun dan alergi makanan.

4. Faktor kebersihan

Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci

tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum

mengkonsumsi makanan.

5. Faktor psikologi

Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang

peningkatan peristaltik usus.

Page 3: Gea

III. PATHWAY

faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi

KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas

kembang dlm tik diserap

usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik

dan elektrolit elektrolit ke rongga

( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus

menyerap makanan

D I A R E

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elekt integritas kulit

berlebihan perianal

gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual, muntah

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan

Gang. Oksigensi BB menurun

Gangg. Tumbang

Page 4: Gea

IV. MANIFESTASI KLINIK

Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

Kram perut

Demam

Mual

Muntah

Kembung

Anoreksia

Lemah

Pucat

Urin out put menurun (oliguria,anuria)

Turgor kulit munurun sampai jelek

Ubun-ubun / fontanela cekung

Kelopak mata cekung

Membran mukosa kering

(suryadi, 2001)

Pasien kasus infeksi dengan keracunan makanan. riwayat kasus infeksi keracunan

akan bervariasi bergantung pada agen dengan variasi onset,

frekuensi dan bentuk tinja

kehadiran darah dan lendir

Muntah

Demam

Kekurangan cairan menyebabkan klien akan merasa haus

ludah kering

tulang pipi menonjol

turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.

Asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan

dalam (kusmaul)

denyut nadi cepat + 120 x/menit

tekanan darah menurun sampai tidak terukur

klien gelisah

muka pucat

extremitas bagian ujung dingin dan kadang sianosis

kekurangan kalium dapat menyebabkan aritmia jantung

Page 5: Gea

(Eko Cahyadi, 2006; Mansjoer A, dkk, 2001).

V. KOMPLIKASI

Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic

Syok

Kejang

Sepsis

Gagal ginjal akut

Ileus paralitik

Malnutrisi

Gangguan tumbuh kembang

(suryadi, 2001)

VI. PENATALAKSANAAN

Keperawatan

a. Mengganti cairan dan elektrolit yang hialng : mengelola plan A, B, C

b. Memonitor tanda dehidrasi, syok

c. Memnuhi kebutuhan nutrisi : anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan

sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan

diberikan terutama pisang

d. Mengontrol dan mengatasi demam

e. Penyuluhan kesehatan :

Upayakan ASI tetap diberikan

Kebersihan perorangan : cuci tangan sebelum makan

Kebersihan lingkungan : buang air besar di jamban

Memberikan makanan penyapihan yang benar

Penyediaan air minum yang bersih

Selalu memasak makanan

Selalu merebus dot/botol susu sebelum digunakan

Tidak jajan di sembarang tempat

Medis

a. Resusitasi cairan dan elektrolit

b. Rencana pengobatan A, digunakan untuk :

Page 6: Gea

Mengatasi diare tanpa dehidrasi

Meneruskan terapi diare di rumah

Memberikan terapi awal bila anak diare lagi

Tiga Cara Dasar

1. Rencana pengobatan A :

a. Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi

(oralit, makanan cair : sup, air matang). Berikan cairan ini sebanyak anak mau

dan terus diberikan hingga diare berhenti.

Kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Diberikan setiap BAB Yang disediakan

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4 bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

Dewasa 300-400 ml 1.200-2.800 ml/hari

Cara memberikan oralit :

Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2

tahun

Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua

Bila anak muntah, tunggi 10 menit, kemudian berikan

cairan lebih sedikit (sesendok teh tiap 1-2 menit)

Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis,

beritahu ibu untuk memberikan cairan lain atau kembali ke petugas untuk

mendapatkan tambahan oralit

b. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi

Teruskan pemberian ASI

Page 7: Gea

Untuk anak < 6 bulan dan belum mendapatkan makanan

padat dapat diberikan susu yang dicairkan dengan air yang sebanding

selama 2 hari

Bila anak > / = 6 bulan atau telah mendapat makanan

padat:

- Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur

dengan kacang-kacangan, sayur, daging, tambahkan 1 atau 2 sendok

teh minyak sayur tiap porsi

- Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium

- Dorong anak untuk makan berikan sedikitnya 6 kali sehari

- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan

makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu

- Bawa anak kepada petugas bila anak tidak mebaik selama 3 hari atau

anak mengalami : bab sering kali, muntah berulang, sangat haus sekali,

makan minum sedikit, demam, tinja berdarah

2. Rencana pengobatan B

Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan oralit 75 ml/kgBB dalam 3

jam pertama atau bila beraqt badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan di

lapangan, berikan oralit sesuai tabel :

Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama Setelah 3-4 jam, nilai kembali,

kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk melanjutkan pengobatan :

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml

- Bila tidak ada dehidrasi ringan ganti ke rencana A

- Bila ada dehidrasi tak berat atau sedang, ulangi rencana B

tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti rencana A

- Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C

3. Rencana pengobatan C

Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral/cairan intravena segera. Beri 100 ml/kgBB

cairan RL, Asering atau garam normal (larutan yang hanya mengandung glukosa

tidak boleh diberikan)

Page 8: Gea

Umur 30 ml/kgBB 70 ml/kgBB

< 12 bulan 1 jam pertama 5 jam kemudian

> 1 tahun ½ jam pertama 2 ½ jam kemudian

Rehidrasi parenteral :

» RL atau Asering untuk resusitasi/rehidrasi

» D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)

» D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)

- Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba

- Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai

percepat tetesan infuse

- Juga berikan oralit 5 ml/kgBB/jam bila penderita bisa minum.

Biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)

- Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian

pilih rencana A, B, C untuk melanjutkan pengobatan

» Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid, difenoksilat, kodein,

opium), adsorben (norit, kaolin, smekta).

» Obat anti muntah : prometazin, domperidon, klorpromazin

» Antibiotic hanya diberikan untuk disentri dan tersangka kolera :

Metronidazol 50 mg/kgBB/hari

» Hiponatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/3S.

penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa

menyebabkan edema otak.

» Hiponatremia (Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL ata

NaCl

» Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium

glukonas perlahan-lahan 5-10 menit sambil memantau detak jantung

» Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L) dikoreksi dengan KCl.

(Kapita Selekta Kedokteran, 2000)

Page 9: Gea

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis.

b. Biakan kuman penyebab.

c. Tes resisten terhadap berbagai antibiotik.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila

memungkinkan dengan menentukan pH keseimbangan analisa gas darah atau

astup bila memungkinkan.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau

parasit secara kuantitatif terutama dilakukan pada apenderita diare kronik

( Suharyono 2003 ).

VIII. TERAPI

Terapi pada diare akut menurut suryadi 2001 yaitu :

1. Pemberian penanganan feses pada penyebab penyakit

2. Pemberian penyakit

3. Diuretic pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan

penyembuhan dan menjaga kesehatan,

4. Member asi,

5. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral

dan makanan yang bersih,

6. Obat-obatan dengan keterangan : pemberian cairan, peroral dan cairan parental

IX. PENCEGAHAN

Mencuci tangan pakai sabun pada lima waktu penting (sebelum makan, setelah

buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum

menyiapkan makanan).

Meminum air minum sehat.

Pengolaan sampah yang baik.

Membuang air besar dan kecil pada tempatnya.

Page 10: Gea

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama

kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan

kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu

menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur

2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena

infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak

menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari

pola makan dan perawatannya .

2. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

3. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.

Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare

akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid

jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi

makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,

porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.

kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan

makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci

tangan,

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan

tempat tinggal.

Page 11: Gea

8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan

Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-

rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua

dan seterusnya.

Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi

taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah

Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

b. Perkembangan

Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan

keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya,

tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan

bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,

bermain).

Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari

lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk

mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,

berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut

harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu

seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada

diri anak.

Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan

mandiri : Umur 2-3 tahun :

1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan

(GK)

2. Meniru membuat garis lurus (GH)

3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)

4. Melepasa pakaian sendiri (BM)

9. Pemeriksaan Fisik

Page 12: Gea

a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,

lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur

1 tahun lebih

d. Mata : cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic

meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal

atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau

kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis

metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun

pada diare sedang .

h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu

meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill

time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24

jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress

yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan

invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian

menerima.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau

output berlebihan dan intake yang kurang

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan skunder terhadap diare.

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder

terhadap diare

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus

menerus.

Page 13: Gea

6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan

dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 C, RR : < 40

x/mnt)

Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak

cekung.

Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan

pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk

memperbaiki defisit

2) Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak

aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

3) Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan

cairan 1 lt

4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

5) Kolaborasi :

- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal

ginjal (kompensasi).

- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

Page 14: Gea

R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,

antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri

berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan

nutrisi terpenuhi

Kriteria :

- Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,

berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi

lambung dan sluran usus.

2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,

sajikan makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b. obat-obatan atau vitamin ( A)

R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak

sekunder dari diare

Page 15: Gea

Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi

peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil :

suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

2) Berikan kompres hangat

R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

3) Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan

frekwensi BAB (diare)

Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit

tidak terganggu

Kriteria hasil :

- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan

mengganti pakaian bawah serta alasnya)

R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan

keasaman feces

3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak

terjadi iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Page 16: Gea

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu

beradaptasi

Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak

rewel

Intervensi :

1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan

R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS

R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun

non verbal (sentuhan, belaian dll)

R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada

klien.

5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

R/ merangsang perkembangan sensori anak.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Gea

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed

6. EGC. Jakarta

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Gordon, et.al., 2001, Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2001-

2002, Philadelpia, USA

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suriadi, Yuliani R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV. Sagung Seto,

Jakarta

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,

Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP

FKUI, Jakarta.