gel cd

Upload: dewi-puspita-ningtyas

Post on 10-Jul-2015

923 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS MAKALAH COMPOUNDING & DISPENSING

GEL

Disusun oleh : Ari Prihantini Ahmad Hariri Safina Ventry F. Effendy Zeriska 0906494164 0906600245 0906494284 0906494044 0906600402

DEPARTEMEN FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2009

GEL I. Definisi Gel atau jelli adalah sediaan setengah padat dengan sistem dua komponen yang banyak mengandung air. Oleh karena kandungan airnya yang tinggi maka sediaan ini nyaman dipakai untuk dibawah (under make up) sehingga membuat kulit terasa lembut dan ringan. Penampilan gel adalah transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, yang dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi. Gel juga dapat diartikan sebagai sediaan setengah padat, jernih transparan, tidak berminyak, dan digunakan untuk pemakaian luar. Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7) Gel ada yang mengandung zat obat namun ada pula yang tidak mengandung zat obat. Gel yang mengandung obat contohnya adalah gel obat dermatologis. Sedangkan yang tidak mengandung obat biasanya berfungsi sebagai lubrikan untuk keperluan pemerikasaan, contohnya USG. Selain digunakan sebagai pelembab, Gel kini dikembangkan lagi menjadi pembersih make up karena memberikan efek dingin. Pada waktu musim panas atau untuk kulit kering gel juga sering dipakai. Selain gel yang berfungsi secara dermatologis, gel juga dipakai sebagai lubrikan untuk USG atau Kateter. Namun karena kandungan airnya yang tinggi maka dalam formulasi harus disertai pengawet.

Sediaan dengan sistem gel dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat longacting yang diinjeksikan secara intramuskular (Lachman, 1989). Untuk kosmetik, gel dapat digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit, dan sediaan perawatan rambut. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (Anonim, 1995). II. Pengolongan (Disperse Sistem), (Lachman, hal 496) A. Berdasarkan sifat fasa koloid : Gel anorganik, contoh : bentonit magma Gel organik, pembentuk gel berupa polimer

B. Berdasarkan sifat pelarut : Hidrogel (pelarut air). Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contoh : bentonit magma, gelatin

Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase

(suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak. Xerogel. Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang menginhibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene. D. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel): Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa kontinu. Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu. III. Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel Keuntungan sediaan gel : Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci

dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik. Kekurangan sediaan gel : Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi. tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

IV. Klasifikasi dan Tipe Gel

Gel dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Ada dua macam cara pengelompokan gel. Klasifikasi yang pertama membagi gel menjadi anorganik dan organik. Gel anorganik merupakan sistem dua fase. Contohnya Aluminium Hydroxide Gel dan Bentonite Magma. Sedangkan gel organik merupakan sistem satu fase dan contohnya termasuk gelling agent seperti carbomer dan tragacanth, juga plastibase (mengandung cairan organik). Klasifikasi yang kedua membagi gel menjadi dua yantu hidrogel dan organogel dengan tambahan beberapa subkategori. Hidrogel terdiri dari bahan yang dispersibel seperti koloid atau bahan yang larut di dalam air dan terdiri

dari hidrogel organik, gum alam dan sintetik, dan hidrogel anorganik. Hidrogel telah dipakai sebagai under make up pada musim panas karena kemampuan istimewa mereka untuk memberikan kelembaban. Selain itu, hidrogel juga dipakai sebagai pembersih make up, penyuplai air, dan pemberi efek dingin pada kulit. Contoh dari hidrogel yaitu koloid hidropilik seperti silika, bentonite, tragacanth, pektin, natrium dan alginat, metilselulosa, dan natrium natrium karboksimetilselulosa, alumina. Metilselulosa

karboksimetilselulosa tersedia dalam beberapa tipe viskositas yaitu tinggi, sedang atau rendah. Hidrogel dapat mengandung emulsi minyak, misalnya sebagai pewangi, dengan penambahan surfaktan. Surfaktan yang umum dipakai untuk kosmetik adalah acyl methyl Taurat danPOE octyl didecyl alcohol eter. Yang termasuk organogel seperti hidrokarbon, lemak hewan atau tumbuhan, da organogel hidrofilik. Yang termasuk dalam tipe hidrokarbon adalah plastibase. Sedangkan organogel hidrofilik atau organogel polar antara lain Polietilen glikol dengan bobot molekul besar.

Klasifikasi umum gel Kategori Anorganik Organik Hidrogel Deskripsi Sistem dua fase Sistem satu fase Mengandung air Subtipe Contoh Aluminium Hydroxide Gel Bentonite Magma Carbopol Tragacanth silika, bentonite, tragacanth, pektin, natrium alginat, metilselulosa, natrium karboksimetilselulosa, dan alumina Pasta pektin, jelli tragacanth metilselulosa, natrium karboksimetilselulosa Gel bentonite, Veegum

Hidrogel organik Gum alami dan sintetik Hidrogel anorganik

Organogel

Hidrokarbon Lemak hewan/tumbuhan Organogel anorganik Polar Nonionik

Plastibase, Petrolatum Lard, cocoa butter Carbowax bases

Pembagian Gel Kegunaan Penyuplai air dan pelembab Tipe gel Hidrogel Keterangan Memberikan rasa lembab, dingin, dan rasa ringan pada kulit. Cocok pada produk musim panas dan Penahan kelembaban Penyuplai minyak Organogel kulit berminyak. Karena berminyak jadi memiliki sifat mirip dengan krim berminyak. Baik untuk penahan kelembaban dan digunakan untuk Menstimulasi pijatan Hidrogel musim dingin dan kulit kering. Karena kelembutan dan rendah friksi maka menjadikan gel ini sangat lembut dan mudah untuk Pembersih make up Hidrogel dipijat ke kulit. Dapat dihilangkan dari kulit

dengan mudah, tidak berminyak tapi tidak dapat dipakai untuk membersihkan make up yang tebal.

IV.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi

1.

Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid

yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi. 2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut). 3. 4. 5. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi. polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba. solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal. 6. 7. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol. penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel) 8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak. V. Komponen Gel 1. Gelling Agents (Pustaka : Dysperse System, vol. II, page 499-504) Termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat

koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Catatan: Pada pemilihan gelling agent perhatikan dengan pH stabilita dan inkompatibilitasnya Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent : A. Polimer (gel organik) a. Gum alam (natural gums) Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi dalam air), meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral, seperti guar gum. Karena komponen yang membangun struktur kimianya, maka natural gum mudah terurai secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, sistem cair yang mengandung gum harus mengandung pengawet dengan konsentrasi yang cukup. Pengawet yang bersifat kationik inkompatibel dengan gum yang bersifat anionik sehingga penggunaannya harus dihindari. Beberapa contoh gum alam : i. Natrium alginat Natrium alginat 5-10% digunakan dalam sediaan Tersedia dalam bebrapa grade sesuai dengan viskositas semisolid. yang terstandardisasi yang merupakan kelebihan natrium alginat dibandingkan dengan tragakan. Inkompatibel dengan derivat akridin, kristal violet, fenil merkuri asetat dan nitrat, garam kalsium, logam berat dan etanol dengan konsentrasi lebih dari 5 %. Natrium alginat pada pH 4-10, sedangkan pada pH 10 viskositas menurun (HOPE hal 543-544) ii. Karagenan

Fraksi kappa dan iota membentuk gel yang reversibel Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang

terhadap pengaruh panas. cenderung getas, merupakan gel yang terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastis dan tetap jernih dengan keberadaan ion K. iii. Tragakan Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum kering dari Astragalus gummifer Labillardie, atau spesies Asia dari Astragalus. Digunakan sebanyak 5% sebagai gelling agent. Tragakan kurang begitu populer karena mempunyai Konsentrasi karagenan yang digunakan 0,3-1%. Inkompatibel dengan material kationik

viskositas yang bervariasi. Viskositas akan menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7 rentan terhadap degradasi oleh mikroba. Selain itu pada pH 7, dapat menurunkan efikasi benzalkonium klorida, klorobutanol, metil paraben, fenol, dan fenil merkuri asetat. Viskositas juga dapat menurun dengan penambahan alkali, atau NaCl (HOPE hal 655) Formula mengandung alkohol dan/atau gliserol dan/atau volatile oil untuk mendispersikan gum dan mencegah pengentalan ketika penambahan air. Kompatibel dengan garam konsentrasi tinggi, suspending agent synthetic (Acacia, CMC, pati,sukrosa), HOPE hal 655

iv. Pektin buah Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam citrus yang banyak digunakan dalam makanan.

Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat asam dan digunakan bersama gliserol sebagai pendispersi dan humektan. Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat karena air dapat menguap secara cepat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya proses sineresis. Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung kalsium dan kemungkinan zat lain yang befungsi menghidrasi gum. b. Derivat selulosa Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. HPMC merupakan derivat selulosa yang sering digunakan. Derivat selulosa rentan terhadap degradasi enzimatik sehingga harus icegah adanya kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet dapat mencegah penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC, Na CMC, HEC, HPC Sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil, resisten terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat pada kulit ketika kering. Misalnya MC, Na CMC, HPMC CMC Na digunakan pada konsentrasi 3-6 %.Secara umum, CMC Na menunjukkan viskositas maksimum pada pH 7-9 (HOPE hal97-99)

Inkompatibel dengan larutan asam, larutan garam, besi, dan beberapa metal lain (Al, merkuri, zinc),HOPE hal99 HPC stabil pada pH 6-8, inkompatibel dengan derivat fenol, seperti metil paraben dan propil paraben, kehadiran polimer anionik akan meningkatkan viskositas HPC. Kompatibel dengan garam inorganik(HOPE hal291) HEC memiliki pH stabilitas 2-12,Inkompatibel dengan zinc, inkompatibel parsial dengan kasein, gelatin, MC,PVA, dan pati(HOPE hal 285) HPMC stabil pada pH3-11, inkompatibel dengan agen oksidator(HOPE 299) c. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol) Karbomer merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel konsentrasi sekitar 0,5%. Dalam media air, yang dalam bentuk asam bebasnya, pertama-tama pada

diperdagangkan

dibersihkan dulu, setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel akan terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa yang sesuai. Dalam sistem cair, basa anorganik seperti NaOH, KOH, dan pH harus dinetralkan karena karakter gel yang dihasilkan Viskositas dispersi karbomer dapat menurun dengan adanya Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan Inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat, NH4OH sebaiknya ditambahkan. dipengaruhi oleh proses netralisasi atau pH yang tinggi. ion-ion. dalam konsentrasi kecil, biasanya 0,5-2 %(HOPE hal 89) elektrolit kuat(HOPE hal91)

B.

Polietilen (gelling oil) Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 800C) kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan pembentukan matriks.

C.

Koloid padat terdispersi Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen. Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk cairan polar diperlukan konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel, karena adanya kompetisi dengan medium yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut.

D.

Surfaktan Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi. Karakteristik gel yang terbentuk dapat bervariasi dengan cara meng-adjust proporsi dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.

E.

Gellants lain Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti beeswax, carnauba wax, setil ester wax.

F.

Polivinil alkohol PVA digunakan dalam emulsi pada konsentrasi 0,5 %. Inkompatibel pada konsentrasi tinggi dengan garam inorganik terutama sulfat dan

fosfat (HOPE hal 491-492). Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan. G. Clays (gel anorganik) Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa. Magnesium oksida sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas. Bentonit harus disterilkan terlebih dahulu untuk penggunaan pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan pada konsentrasi 5-20%. Contohnya : Bentonit, veegum, laponite 2. Bahan tambahan a. Pengawet Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent. Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent : Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol 0,1-0,2 % w/v Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v

Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v

Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet. b. Penambahan Bahan higroskopis Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %. c. Chelating agent Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA CONTOH 1. R/ Ichtimol Tragakan Alkohol Gliserol Air Buat Metoda pembuatan: Disiapkan untuk 60 g sebagai antisipasi kehilangan dalam proses Botol ditara dan siapkan mucilago tragakan dengan 33 mL air Ichtimol, gliserol dan 10 mL air dicampurkan, kemudian tambahkan Berat diadjust dengan air, kemudian dikocok kembali, lalu hingga 2g 5g 10 mL 2g 100 g 50 g

mucilage tragakan, lalu diaduk/dikocok dimasukkan ke dalam wadah

Pembuatan mucilage tragakan : Pembawa disiapkan Botol bermulut lebar dikalibrasi, dikeringkan di dalam oven kemudian Alkohol dimasukkan kemudian tambahkan tragakan (jangan terbalik

dinginkan karena akan mengakibatakan terjadinya pengentalan) kemudian dilakukan pengocokkan untuk mencampurkan 2. R/ Ditungkan kedalam wadah yang berisi pembawa, lalu ditutup dan Volume digenapkan, lalu dicampurkan dan dimasukkan kedalam 7g 7g 0,2 g 100 g 0,05 g dikocok segera wadah untuk penyimpanan Na-alginat Gliserol Metil hidroksi benzoate Ca-glukonat Air hingga

Catatan : basis ini harus disimpan semalam sebelum digunakan Metoda pembuatan : Na-alginat dibasahkan dengan gliserol dalam mortir Pengawet dan Ca-glukonat dilarutkan ke dalam 80 mL air dengan

bantuan pemanasan, lalu dinginkan hingga 60C dan diaduk atau distirer cepat Campuran Na-alginat-gliserol ditambahkan ke dalam vorteks dengan jumlah sedikit, lalu diaduk lebih lanjut hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam wadah VI. Tanya-Jawab

1. Dalam pembuatan gel, kadang terdapat gel keruh. Apa yang menyebabkan terjadinya hal tersebut? (Witriani) Jawab : Hal ini terjadi karena pada saat pembuatan, pendispersian bahan kurang homogen. Kualitas dari gelling agents pun mempengaruhi hasil gel yang terbentuk. 2. Jelaskan teknik umum mencampurkan bahan yang sukar /tidak larut dalam air pada sediaan gel! (Sherly) Jawab: Bahan dilarutkan sesuai dengan pelarut dan perbandingan kelarutannya. 3. Salah satu permasalahan gel adalah terjadinya sineresis. Bagaimana cara mengatasinya? (Yessy) Jawab: Sineresis umumnya terjadi karena penyimpanan yang kurang tepat yaitu terpapar sinar matahari langsung. Oleh karena itu, kemasan sepatutnya disimpan sesuai dengan suhu yang diinstruksikan. Selain itu, dari segi formulasi, konsentrasi polimer yang sesuai dan pas perlu diperhitungkan untuk menghindari sineresis.

DAFTAR PUSTAKA Anief, M., Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000. Ansel, H. C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed. Keempat, Jakarta; UI Press, 1989. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta: Departemen Kesehatan. Anonim. 2006. ISO Indonesia volume 41-2006. Jakarta : Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia Ansel, C. Howard et al. 1999. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery Systems 7 th edition. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins. Dekker, Mercel. 1989. Modern Pharmaceutics. 2nd Ed, Revised & Expanded. New York : NY & Basel. Mitsui, T. 1993 New Cosmetic Science. Netherland: Elsevier science BV Roger, M. 2000. Harrys Cosmeticology. 8th Ed. New York : Chemical Publishing Co. Inc.