gempa bumi dan tsunami samudra hindia 2004
DESCRIPTION
Kejadian Gempa Budi dan Tsunami di Samudra Hinda Pada Tahun 2004TRANSCRIPT
TUGAS
GEMPA
Disusun Oleh:
1. INDRIYATI 4212210039
2. FIRMAN ARIESANDY 4212210002
3. ROBET RAHAYU 4212210024
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2015
GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SAMUDRA HINDIA 2004
Akibat gempa bumi dan tsunami 2004. Foto menunjukkan kondisi pasca-tsunami di Aceh,
Indonesia, tanggal 14 Januari 2005.
Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 (Sumatra Topography)
Tanggal 00:58:53, 26 Desember 2004 (UTC)
Kekuatan 9,1–9,3 Mw
Kedalaman 30 km (19 mi)
Episentrum 3,316°LU 95,854°BTKoordinat: 3,316°LU 95,854°BT
Jenis Bawah laut (subduksi)
Wilayah
bencana
Indonesia (lebih terasa di Aceh)
Sri Lanka
India (lebih terasa di Tamil Nadu)
Thailand
Maladewa
Somalia
Tsunami Ya
Korban 230.210 – 280.000 korban tewas
Gempa bumi Samudra Hindia 2004 adalah gempa bumi berskala tinggi di bawah
laut yang terjadi pukul 00:58:53 UTC pada hari Minggu, 26 Desember 2004, dengan
episentrum di lepas pesisir barat Sumatera, Indonesia. Gempa ini dikenal di kalangan
ilmuwan dengan nama Gempa bumi Sumatera–Andaman. Tsunami yang terjadi
sesudahnya mendapat banyak nama, termasuk tsunami Samudra Hindia 2004, tsunami
Asia Selatan, tsunami Indonesia, tsunami Natal, dan tsunami Hari Boxing.
Gempa bumi ini terjadi ketika lempeng Hindia disubduksi oleh lempeng Burma dan
menghasilkan serangkaian tsunami mematikan di pesisir sebagian besar daratan yang
berbatasan dengan Samudra Hindia. Gelombang tsunami yang puncak tertingginya mencapai
30 meters (98 ft) ini menewaskan lebih dari 230.000 orang di 14 negara dan
menenggelamkan banyak permukiman tepi pantai. Ini merupakan salah satu bencana alam
paling mematikan sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang terkena dampak paling
besar, diikuti Sri Lanka, India, dan Thailand.
Dengan kekuatan Mw 9,1–9,3, gempa ini merupakan yang terbesar ketiga yang pernah
tercatat di seismograf dan memiliki durasi terlama sepanjang sejarah, sekitar 8,3 sampai 10
menit. Gempa tersebut mengakibatkan seluruh planet Bumi bergetar 1 centimetre (0.4 inches)
dan menciptakan beberapa gempa lainnya sampai wilayah Alaska. Episentrumnya berada di
antara Simeulue dan daratan Sumatera. Penderitaan yang dialami masyarakat dan pemerintah
korban bencana membuat seluruh dunia mengirimkan bantuan kemanusiaan. Secara
keseluruhan, masyarakat dunia menyumbangkan lebih dari US$14 miliar (nilai tahun 2004)
untuk bantuan kemanusiaan.
Ciri-ciri gempa
Gempa ini awalnya tercatat berkekuatan Mw 8,8. Pada bulan Februari 2205, para
ilmuwan merevisi perkiraan kekuatannya menjadi 9,0. Meskipun Pacific Tsunami Warning
Center menerima revisi tersebut, United States Geological Survey masih bertahan dengan
angka 9,1. Sebagian besar penelitian tahun 2006 mencantumkan kekuatan Mw 9.1–9.3. Dr.
Hiroo Kanamori dari California Institute of Technology yakin bahwa Mw 9,2 adalah angka
yang cocok untuk gempa sebesar ini.
Hiposentrum gempa utamanya kira-kira terletak di Samudra Hindia, 160 km (100 mi)
di sebelah utara pulau Simeulue, lepas pantai barat Sumatera Utara, pada kedalaman 30 km
(19 mi) di bawah permukaan laut (awalnya dilaporkan 10 km (6.2 mi)). Bagian utara
megathrust Sunda patah sepanjang 1,300 km (810 mi). Gempanya (diikuti tsunami) secara
bersamaan mengguncang Bangladesh, India, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapura, dan
Maladewa. Patahan splay atau "patahan muncul" sekunder menyebabkan sebagian dasar laut
yang panjang dan sempit naik dalam hitungan detik. Peristiwa tersebut segera menambah
ketinggian dan kecepatan gelombang, sehingga terjadi kehancuran total di kota Lhoknga,
Indonesia.
Episentrum gempa di sebelah utara Pulau Simeulue.
Indonesia terletak di antara Cincin Api Pasifik yang membentang di sepanjang pulau-
pulau timur laut yang dekat dengan New Guinea dan sabuk Alpide yang membentang di
sepanjang kawasan selatan dan barat dari Sumatera, Jawa, Bali, Flores, hingga Timor.
Gempa-gempa besar seperti gempa Sumatera-Andaman, yang selalu berkaitan dengan
sejumlah gempa megathrust di zona subduksi, memiliki momentum seismik yang mampu
mewakili sekian persen momentum gempa global dalam kurun satu abad. Dari seluruh
momentum seismik yang dilepaskan semua gempa bumi dalam kurun 100 tahun dari 1906
sampai 2005, seperdelapannya diakibatkan oleh gempa Sumatera-Andaman. Gempa ini,
bersama gempa bumi Jumat Agung (Alaska, 1964) dan gempa bumi besar Chili (1960),
mewakili hampir separuh total momentum dunia. Gempa bumi San Francisco 1906 yang
lebih kecil namun mematikan disertakan dalam diagram di bawah. Mw menandakan kekuatan
atau magnitudo gempa dalam skala kekuatan Moment.
Sejak 1900, gempa yang tercatat berkekuatan lebih besar dari gempa Samudra Hindia
hanya gempa bumi besar Chili 1960 (9,5) dan gempa bumi Jumat Agung1964 di Prince
William Sound (9,2). Dua gempa lain yang tercatat berkekuatan 9,0 atau lebih terjadi di lepas
pantai Kamchatka, Rusia, tanggal 4 November 1952 (kekuatan 9.0) dan Tōhoku, Jepang,
bulan Maret 2011 (kekuatan 9,0). Masing-masing gempa bumi megathrust ini juga
menghasilkan tsunami di Samudra Hindia, namun jumlah korbannya lebih sedikit
dikarenakan kepadatan penduduk yang jarang di pesisir daerah bencana, jarak yang jauh
dengan pesisir padat penduduk, serta infrastruktur dan sistem peringatan canggih di negara-
negara MEDC (negara yang lebih maju ekonominya) seperti Jepang.
Gempa bumi megathrust kuat lainnya terjadi tahun 1868 (Peru, Lempeng Nazca dan
Lempeng Amerika Selatan); 1827 (Kolombia, Lempeng Nazca dan Lempeng Amerika
Selatan); 1812 (Venezuela, Lempeng Karibia dan Lempeng Amerika Selatan); dan 1700
(Amerika Utara barat, Lempeng Juan de Fuca dan Lempeng Amerika Utara). Semuanya
diyakini berkekuatan lebih dari 9, namun belum ada pengukuran akurat pada masa itu.
Lempeng tektonik
Diagram pai yang membandingkan momentum seismik gempa-gempa besar sejak
1906 sampai 2005 dibandingkan dengan gempa lain pada periode yang sama.
Gempa bumi megathrust tidak biasanya besar dari segi geografi dan geologi.
Permukaan patahan seluas 1,600 kilometres (1,000 mi) bergeser (atau retak) sekitar 15 metres
(50 ft) di sepanjang zona subduksi tempat Lempeng Hindia meluncur (atau bersubduksi) di
bawah Lempeng Burma. Pergeseran ini tidak terjadi secara instan, melainkan dalam dua
tahap selama beberapa menit:
Data seismograf dan akustik menunjukkan bahwa tahap pertama melibatkan retakan
sepanjang 400 kilometres (250 mi) dan selebar 100 kilometres (60 mi), terletak 30
kilometers (19 mi) di bawah dasar laut. Ini merupakan retakan terbesar yang pernah
terbentuk oleh gempa bumi. Retakan ini bergerak dengan kecepatan 2.8 kilometres per
second (1.7 miles per second) (10,000 km/h or 6,200 mph) dari pesisir Aceh menuju barat
laut kira-kira selama 100 detik.
Jeda selama 100 detik terjadi sebelum retakan belanjut ke utara sampai Kepulauan
Andaman dan Nicobar. Retakan di sebelah utara bergerak lebih lambat ketimbang yang di
selatan, kira-kira 2.1 km/s (1.3 mi/s) (7,500 km/h or 4,700 mph), dan berlanjut ke utara
selama lima menit hingga batas lempeng. Jenis patahan di sana berubah dari subduksi
menjadi patahan mendatar (strike-slip; dua lempeng melewati satu sama lain dengan arah
berlawanan).
Lempeng Hindia adalah bagian dari Lempeng Indo-Australia yang lebih besar.
Lempeng Indo-Australia berada di dasar Samudra Hindia dan Teluk Benggala. Lempeng
Hindia bergerak ke timur laut dengan kecepatan rata-rata 6 sentimeter per tahun (2.4 inci per
tahun). Lempeng Hindia bertemu Lempeng Burma (dianggap bagian dari Lempeng Eurasia)
di Palung Sunda. Di sini Lempeng Hindia bergerak ke bawah Lempeng Burma yang
menopang Kepulauan Nicobar, Kepulauan Andaman, dan Sumatera bagian utara. Lempeng
Hindia bergerak jauh ke dalam Lempeng Burma sampai peningkatan suhu dan tekanan di
sana memaksa bahan volatil keluar dari lempeng subduksi. Bahan volatil tersebut naik ke
lempeng di atasnya dan mengakibatkan pelelehan parsial dan pembentukan magma. Magma
yang naik masuk ke kerak di atasnya dan keluar dari kerak Bumi melalui gunung api dalam
bentuk busur vulkanik. Aktivitas vulkanik yang terjadi ketika Lempeng Indo-Australia
bersubduksi ke Lempeng Eurasia menghasilkan Busur Sunda.
Selain pergerakan antarlempeng, dasar laut juga diperkirakan naik beberapa meter.
Kenaikan ini memindahkan air laut sebanyak 30 cubic kilometres (7.2 cu mi) dan
menciptakan gelombang tsunami mematikan. Gelombang tersebut bukan berasal dari titik
sumber sebagaimana yang ditampilkan di beberapa ilustrasi jalur tsunami. Gelombang
tersebut menyebar ke luar mengikuti retakan sepanjang 1,600-kilometre (1,000 mi) (garis
sumber). Peristiwa ini menambah luas wilayah geografis yang ditargetkan gelombang sampai
Meksiko, Chili, dan Arktik. Kenaikan dasar laut mengurangi kapasitas Samudra Hindia
dalam jumlah besar dan mengakibatkan kenaikan permukaan laut global secara permanen
setinggi 0.1 millimetres (0.004 in).
Gempa susulan dan gempa lain
Lokasi gempa pertama dan semua gempa susulan berkekuatan lebih dari 4,0 mulai 26
Desember 2004 sampai 10 Januari 2005. Situs gempa pertama ditandai oleh bintang besar di
kanan bawah.
Beberapa gempa susulan dilaporkan terjadi di lepas pantai Kepulauan Andaman,
Kepulauan Nicobar, dan kawasan episentrum aslinya beberapa jam dan hari setelah bencana.
Gempa bumi Sumatera 2005 berkekuatan 8,7 yang terjadi di lepas pulau Nias tidak dianggap
sebagai gempa susulan meski letaknya dekat dengan episentrum. Gempa tersebut
diperkirakan terjadi akibat perubahan tekanan yang berhubungan dengan gempa 2004.
Gempa 2004 begitu besar sampai-sampai bisa menghasilkan gempa susulannya sendiri
(beberapa di antaranya sampai berkekuatan 6,1) dan saat ini merupakan gempa bumi terbesar
ke-7 sejak 1900. Gempa susulan lainnya sampai berkekuatan 6,6 terus mengguncang
kawasan ini setiap hari selama tiga atau empat bulan. Selain gempa susulan, energi yang
dilepaskan oleh gempa pertama masih terasa setelah bencana. Seminggu setelah gempa bumi,
getarannya masih bisa diukur dan memberikan data ilmiah yang berharga tentang lapisan
dalam Bumi.
Gempa bumi Samudra Hindia 2004 terjadi tiga hari setelah gempa berkekuatan 8,1 di
wilayah tak berpenghuni subantarktik di sebelah barat Kepulauan Auckland, Selandia Baru,
dan di sebelah utara Pulau Macquarie, Australia. Ini tidak lazim karena gempa berkekuatan 8
atau lebih rata-rata terjadi sekali setahun. Sejumlah seismolog memperkirakan adanya
hubungan antara dua gempa ini. Gempa pertama diduga merupakan katalis gempa Samudra
Hindia karena kedua gempa terjadi di sisi Lempeng Indo-Australia yang berseberangan. Akan
tetapi, U.S. Geological Survey tidak melihat bukti hubungan sebab akibat dalam insiden ini.
Kebetulan gempa ini terjadi pas satu tahun (pukul kejadiannya juga sama) setelah gempa
bumi berkekuatan 6,6 menewaskan sekitar 30.000 orang di kota Bam, Iran pada tanggal 26
Desember 2003.
Beberapa ilmuwan membenarkan bahwa gempa bumi Desember telah mengaktifkan
Gunung Leuser di Aceh, gunung api yang terletak di rangkaian pegunungan yang sama
seperti Gunung Talang. Gempa bumi Sumatera 2005 membangkitkan aktivitas di Danau
Toba, kawah gunung api kuno di Sumatera Utara. Para ahli geologi mengatakan bahwa
letusan Gunung Talang bulan April 2005 ada hubungannya dengan gempa bumi Desember
2004.
Energi yang dilepaskan
Tsunami yang melanda Ao Nang, Thailand.
Energi yang dilepaskan di permukaan Bumi (ME, artinya potensi kerusakan seismik)
oleh gempa dan tsunami Samudra Hindia 2004 diperkirakan sebesar 1,1×1017 joule, atau 26
megaton TNT. Energi ini setara dengan 1.500 bom atom Hiroshima, tetapi sedikit lebih kecil
daripada Tsar Bomba, senjata nuklir terbesar yang pernah diledakkan. Meski begitu, total
tenaga yang dihasilkan (MW, artinya energi) oleh gempa ini adalah 4,0×1022 joule (4,0×1029
erg), sebagian besar di bawah tanah. Jumlah ini 360.000 kali lebih besar daripada ME, setara
dengan 9.600 gigaton ekuivalen TNT (550 juta lebih besar daripada Hiroshima) atau 370
tahun pemakaian energi di Amerika Serikat tahun 2005 (sebesar 1.08×1020 J).
Satu-satunya gempa yang tercatat dengan MW lebih besar adalah gempa bumi Chili
1960 dan Alaska 1964 yang masing-masing berkekuatan 2.5×1023 joule (250 ZJ) dan 7.5×1022
joule (75 ZJ).
Gempa bumi ini menciptakan osilasi seismik permukaan Bumi setinggi 20–30 cm (8–
12 in), setara dengan dampak gaya tarik pasang oleh Matahari dan Bulan. Gelombang
kejutnya terasa di seluruh permukaan Bumi. Di negara bagian Oklahoma, Amerika Serikat,
tercatat gerakan vertikal setinggi 3 mm (0.12 in). Pada Februari 2005, pengaurh gempanya
masih terasa dalam bentuk osilasi harmonis kompleks permukaan Bumi dengan tinggi 20 µm
(0.02 mm; 0.0008 in). Osilasi harmonis ini perlahan menghilang dan bergabung dengan
osilasi bebas Bumi selama lebih dari 4 bulan pasca gempa terjadi.
Karena energi yang dilepaskan sangat besar dan kedalaman retakan yang dangkal,
gempa ini menghasilkan gerakan tanah seismik besar di seluruh dunia. Salah satu akibat
utamanya adalah gelombang elastis Rayleigh (permukaan) raksasa yang melewati amplitudo
vertikal 1 cm (0.4 in) di seluruh permukaan Bumi. Grafik rekaman di bawah memperllihatkan
perpindahan vertikal permukaan Bumi yang direkam seismoeter dari IRIS/USGS Global
Seismographic Network sesuai waktu (sejak awal gempa) di poros horizontal, dan
perpindahan vertikal Bumi di poros vertikal (lihat patokan skala 1 cm di bawah untuk
memperbandingkan). Seismogram disusun secara vertikal berdsarkan jarak dari episentrum
dalam hitungan derajat. Sinyal pertama yang amplitudonya paling rendah adalah sinyal
gelombang kompresional (P) yang membutuhkan sekitar 22 menit untuk mencapai sisi planet
yang lain (antipode) di dekat Ekuador. Sinyal amplitudo terbesar adalah gelombang
permukaan seismik yang mencapai antipode setelah sekitar 100 menit. Gelombang
permukaan tampak menguat di dekat antipode (stasiun seismik terdekat berada di Ekuador)
dan mengitari planet untuk kembali ke episentrumnya setelah 200 menit. Gempa susulan
besar (kekuatan 7,1) tercatat di stasiun terdekat pas setelah markah 200 menit. Gempa
susulan ini bisa digolongkan sebagai gempa besar jika sebelumnya tidak ada gempa, namun
untuk kali ini sudah terlampaui oleh gempa pertama.
Gerakan tanah vertikal yang terekam oleh IRIS/USGS Global Seismographic Network.
Perpindahan massa dan pelepasan energi yang masif sedikit mengubah rotasi Bumi.
Jumlah pastinya belum diketahui, namun model teoretis menunjukkan bahwa gempa ini
memeperpendek durasi satu hari selama 2,68 mikrodetik dikarenakan berkurangnya
kepepatan Bumi. Gempa ini juga mengakibatkan Bumi "berguncang" sebentar di porosnya
setinggi 2.5 cm (0.98 in) ke arah bujur timur 145° atau mungkin 5 or 6 cm (2.0 or 2.4 in).
Tetapi karena efek pasang Bulan, durasi satu hari bertambah rata-rata 15 µs per tahun, jadi
perubahan rotasi apapun akibat gempa akan hilang dengan cepat. Goyangan Chandler
alamiah yang dialami Bumi yang biasanya mencapai 15 m (50 ft) pada akhirnya akan
membatalkan guncangan minor yang diakibatkan gempa.
Selain itu, ada perpindahan sejauh 10 m (33 ft) secara lateral dan 4–5 m (13–16 ft)
secara vertikal di sepanjang garis patahan. Dugaan awal adalah sejumlah pulau kecil di
sebelah barat daya Sumatera yang berada di Lempeng Burma (wilayah selatan berada di
Lempeng Sunda) bisa jadi pindah ke barat daya sejauh 36 m (120 ft), namun data lebih akurat
yang dirilis sebulan setelah gempa menunjukkan bahwa perpindahannya sejauh 20 cm (8 in).
Karena perpindahannya bersifat vertikal dan lateral, beberapa daerah pantai sudah pindah ke
bawah permukaan laut. Kepulauan Andaman dan Nicobar tampaknya pindah ke barat daya
sejauh 1.25 m (4 ft 1 in) dan tenggelam setinggi 1 m (3 ft 3 in).
Pada bulan Februari 2005, kapal Angkatan Laut Kerajaan HMS Scott menyurvei dasar
laut di sekitar zona gempa bumi yang kedalamannya berkisar antara 1,000 and 5,000 m (550
and 2,730 fathoms; 3,300 and 16,400 ft). Survei yang dilakukan menggunakan sistem sonar
multipancar beresolusi tinggi ini mengungkapkan bahwa gmepa ini memberi pengaruh besar
terhadap topografi dasar laut. Punggung thrust sepanjang 1,500-metre-high (5,000 ft) yang
diciptakan oleh aktivitas geologi sebelumnya di sepanjang patahan ini runtuh dan
menciptakan longsor selebar beberapa kilometer. Longsor semacam ini terdiri dari satu blok
batuan setinggi 100 m dan sepanjang 2 km (300 ft kali 1,25 mi). Momentum air yang
dipindahkan oleh pengangkatan tektonik ke atas juga menarik lapisan batu masif berbobot
jutaan ton sejauh 10 km (6 mi) di dasar laut. Palung samudra selebar beberapa kilometer
terbentuk di zona gempa.
Satelit TOPEX/Poseidon dan Jason-1 kebetulan lewat ketika tsunami sedang melintasi
lautan. Kedua satelit ini memiliki radar yang dengan tepat mengukur ketinggian permukaan
air dan berhasil mencatat anomali sebesar 50 cm (20 in). Pengukuran dari satelit terbukti bisa
jadi tidak diperlukan untuk memahami gempa dan tsunami. Tidak seperti data pencatat
pasang yang ditempatkan di pesisir, pengukuran yang dilakukan di tengah lautan dapat
dipakai untuk menghitung parameter gempa pertama tanpa perlu mempertimbangkan cara-
cara rumit karena gelombang berubah ukuran dan bentuknya ketika mendekati pesisir.
Ciri-ciri tsunami
Peta Tsunami travel Time (TTT) NOAA untuk tsunami Samudra Hindia 2004. Peta
TTT menghitung waktu tiba pertama tsunami setelah terbentuk di episentrum gempa. Perlu
diingat bahwa peta tidak mencantumkan tinggi atau kekuatan gelombang. Tanda nomor
mewakili jam pasca peristiwa awal. Kontur peta mewakili jeda 1 jam. Merah berarti waktu
tiba 1-4 jam, kuning 5-6 jam, hijau 7-14 jam, dan biru 15-21 jam. Peta dihasilkan dari
episentrum gempa di NGDC Global Historical Tsunami Database menggunakan batimetri
NGDC 2-Minute Gridded Global Relief Data. Peta ini dibuat melalui model berdasarkan data
sumber yang kualitasnya terjaga, serta penggabungan banyak himpunan data.
Skala yang menunjukkan ukuran gelombang tsunami yang menghantam Indonesia
Kenaikan vertikal dasar laut beberapa meter secara mendadak saat gempa
memindahkan air dalam volume yang sangat besar. Akibatnya adalah tsunami yang
menerjang wilayah pesisir Samudra Hindia.. Tsunami yang mengakibatkan kerusakan di
daerah yang jauh dari sumbernya kadang disebut teletsunami dan kemungkinan besar tercipta
oleh gerakan dasar laut secara vertikal, bukan horizonal.
Tsunami tersebut memiliki gerakan yang berbeda di perairan dalam maupun dangkal.
Di laut dalam, gelmbang tsunami seperti bukit kecil, tidak terlalu jelas dan tidak berbahaya,
yang biasanya berjalan dengan kecepatan sangat tinggi, yaitu 500 to 1,000 km/h (310 to
620 mph). Di laut dangkal dekat pantai, tsunami melambat hingga puluhan kilometer per jam
saja, tetapi ukuran gelombangnya besar dan bersifat menghancurkan. Para ilmuwan yang
menyelidiki kerusakan di Aceh membuktikan bahwa gelombang di Aceh mencapai
ketinggian 24 metres (80 ft) saat menghantam daratan, kemudian meninggi hingga 30 metres
(100 ft) di sejumlah daerah ketika menyapu daratan.
Satelit radar mencatat ketinggian gelombang tsunami di perairan dalam. Dua jam
setelah gempa, ketinggian maksimumnya adalah 60 centimetres (2 ft). Ini merupakan
pengamatan ketinggian tsunami pertama di dunia, namun pengamatan tersebut tidak bisa
dijadikan bahan peringatan karena satelit tidak dibuat untuk mengurus hal semacam itu dan
datanya perlu dianalisis selama beberapa jam.
Menurut Tad Murty, wakil presiden Tsunami Society, total energi gelombang tsunami
ini setara dengan lima megaton TNT (20 petajoule). Jumlah ini dua kali lipat lebih besar
daripada total energi semua bahan peledak yang dipakai selama Perang Dunia II (termasuk
dua bom atom), namun masih dua level kekuatan lebih rendah daripada energi yang dilepasan
saat gempa itu sendiri. Di sejumlah tempat, gelombang menerjang 2 km (1.2 mi) ke daratan.
Medan gelombang tsunami di Teluk Benggala satu jam setelah gempa berkekuatan
9,2. Peta mengarah ke timur laut.
Karena patahan sepanjang 1,600 km (1,000 mi) yang diakibatkan oleh gempa
memiliki orientasi nyaris lurus utara-selatan, kekuatan terbesar gelombang tsunami berada
pada bentangan timur-barat. Bangladesh, yang terletak di ujung utara Teluk Benggala,
memiliki jumlah korban yang sangat sedikit meski negaranya dataran rendah dan relatif dekat
dengan episentrum. Negara tersebut juga beruntung karena gempa berlangsung lebih lambat
di zona patahan utara, sehingga mengurangi energi perpindahan air di wilayah itu.
Kawasan pesisir yang terhalang oleh daratan dari titik asal tsunami biasanya aman,
tetapi gelombang tsunami kadang berdifraksi mengitari daratan tersebut. Karena itu negara
bagian Kerala, India, ikut diterjang tsunami walaupun letaknya di pesisir barat India. Pesisir
barat Sri Lanka juga dihantam tsunami besar. Jarak pun bukan jaminan selamat karena
Somalia yang letaknya jauh dari episentrum mendapatkan tsunami yang lebih besar
ketimbang Bangladesh.
Dikarenakan jaraknya, tsunami membutuhkan 15 menit sampai 7 jam untuk mencapai
sejumlah wilayah pesisir. Wilayah utara Sumatera, Indonesia, terkena tsunami dalam waktu
cepat, sedangkan Sri Lanka dan pantai timur India 90 menit sampai 2 jam kemudian.
Thailand juga dihantam tsunami sekitar dua jam kemudian meski letaknya lebih dekat dengan
episentrum, karena tsunami berjalan lebih lambat di Laut Andaman yang dangkal di lepas
pantai baratnya.
Terjangan tsunami ini mencapai Struisbaai di Afrika Selatan, 8,500 km (5,300 mi)
dari episentrum, 16 jam setelah gempa dengan tinggi 1.5 m (5 ft). Waktu tempuhnya ke ujung
selatan Afrika lumayan lama karena landas kontinen yang luas di dekat Afrika Selatan dan
tsunami tersebut menyusuri pesisir Afrika Selatan dari timur ke barat. Tsunami juga
menerjang Antarktika; pengukur gelombang di Pangkalan Showa milik Jepang mencatat
osilasi setinggi satu meter (3 ft 3 in) disertai disturbansi selama dua hari.
Sebagian energi tsunami merembet ke Ssamudra Pasifik. Sejumlah tsunami kecil
menerjang pesisir barat Amerika Utara dan Selatan dengan tinggi rata-rata 20 to 40 cm (7.9 to
15.7 in). Tsunami setinggi 2.6 m (8 ft 6 in) tercatat di Manzanillo, Meksiko. Selain itu,
tsunami ini cukup besar sampai-sampai gelombangnya mencapai Vancouver, British
Columbia, Kanada. Fenomena ini membingungkan banyak ilmuwan, karena tsunami yang
tercatat di beberapa titik di Amerika Selatan ukurannya lebih besar daripada yang tercatat di
sebagian wilayah Samudra Hindia. Diperkirakan tsunami tersebut difokuskan dan diarahkan
untuk perjalanan jarak jauh oleh punggung tengah samudra yang membentang di sepanjang
celah lempeng benua.
Tanda dan peringatan
Penyurutan maksimum air tsunami di Pantai Kata Noi, Thailand, sebelum tsunami
ketiga sekaligus yang terkuat menerjang (laut terlihat di sudut kanan, pantai di ujung kiri),
10:25 waktu setempat.
Walaupun ada jeda sekian jam antara gempa dan tsunami, nyaris semua korban
berjatuhan secara mendadak. Tidak ada sistem peringatan tsunami di Samudra Hindia yang
dapat mendeteksi tsunami atau memperingatkan penduduk pesisir. Deteksi tsunami tidak
mudah karena ketika tsunami berada di laut dalam, ketinggiannya pendek dan perlu jaringan
sensor untuk mengetahuinya. Pembangunan infrastruktur komunikasi untuk mengeluarkan
peringatan tepat waktu adalah masalah yang lebih besar lagi, terutama di daerah berpenduduk
miskin.
Tsunami lebih sering terjadi di Samudra Pasifik karena gempa di wilayah "Cincin
Api" dan sistem peringatan tsunami sudah lama dipasang di sana. Walaupun sisi paling barat
Cincin Api menjorok ke Samudra Hindia (tempat terjadinya gempa), belum ada sistem
peringatan yang dipasang di samudra tersebut. Tsunami relatif jarang di sana meski sering
terjadi gempa di Indonesia. Tsunami besar terakhir di daerah tersebut diakibatkan oleh
letusan Krakatau tahun 1883. Perlu diketahui bahwa tidak semua gempa menghasilkan
tsunami besar. Pada tanggal 28 Maret 2005, gempa berkekuatan 8,7 mengguncang daerah
yang sama di Samudra Hindia tetapi tidak menghasilkan tsunami.
Pasca bencana, banyak pihak merasa sistem peringatan tsunami perlu dibangun di
Samudra Hindia. Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai membangun Sistem Peringatan Tsunami
Samudra Hindia dan tahap awalnya baru dimulai tahun 2005. Sejumlah pihak bahkan
mengusulkan pembangunan sistem peringatan tsunami global terpadu yang meliputi Samudra
Atlantik dan Karibia.
Tanda peringatan pertama tsunami adalah gempa itu sendiri. Akan tetapi, tsunami
dapat menerjang wilayah yang letaknya ribuan kilometer dari episentrum walaupun
gempanya terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Beberapa menit sebelum tsunami, laut
biasanya surut sementara dari pesisir. Di sekitar Samudra Hindia, pemandangan langka ini
kabarnya membuat masyarakat, termasuk anak-anak, tertarik pergi ke pantai untuk melihat
dan mengumpulkan ikan di pantai terbuka sejauh 2,5 km (1.6 mi). Kunjungan ke pantai ini
berakibat fatal. Meski begitu, tidak semua tsunami memunculkan efek "laut menghilang".
Kadang tidak ada tanda sama sekali, jadi laut tiba-tiba naik dan mengejutkan orang-orang
tanpa memberi kesempatan untuk mengungsi.
Satu dari sedikit sekali kawasan pantai yang melakukan pengungsian sebelum tsunami
adalah Pulau Simeulue di Indonesia yang letaknya sangat dekat dengan episentrum. Cerita
rakyat di sana menyebutkan bahwa pada gempa dan tsunami tahun 1907, warga pulau
mengungsi ke perbukitan setelah gempa pertama sebelum terjangan tsunami. Di pantai
Maikhao beach di Phuket utara, Thailand, turis Britania Raya berusia 10 tahun bernama Tilly
Smith belajar tsunami saat pelajaran geografi di sekolahnya dan mengenali tanda-tandanya
berupa penyurutan laut dan gelembung berbusa. Ia dan orang tuanya mengingatkan orang-
orang di pantai, lalu dievakuasi ke tempat aman. John Chroston, guru biologi asal Skotlandia,
juga melihat tanda tersebut di Teluk Kamala di sebelah utara Phuket. Para wisatawan dan
warga lokal diungsikan ke daerah tinggi menggunakan bus.
Sejumlah antropolog awalnya memperkirakan penduduk pribumi Kepulauan
Andaman terkena dampak parah akibat tsunami dan khawatir suku Onge yang sudah
menyusut akan musnah. Banyak suku pribumi yang mengungsi sehingga korbannya tidak
banyak Tradisi cerita lisan yang diturunkan dari kejadian gempa sebelumnya membuat suku-
suku pribumi luput dari tsunami. Misalnya, cerita rakyat suku Onge berkisah tentang
"guncangan tanah yang besar diikuti dinding air yang tinggi". Hampir semua anggota suku
Onge dikabarkan selamat dari tsunami.
Korban
Marina Beach, Chennai, setelah tsunami.
Menurut U.S. Geological Survey, sebanyak 227.898 orang meninggal dunia akibat
bencana ini (lihat tabel di bawah). Dilihat dari jumlah korban tewasnya, gempa ini adalah
satu dari sepuluh gempa terburuk sekaligus tsunami terburuk sepanjang sejarah. Indonesia
merupakan negara yang paling parah terkena dampaknya dengan perkiraan korban tewas
mencapai 170.000 orang. Laporan lainnya dari Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan
Indonesia, memperkirakan jumlah korban tewas sebanyak 220.000 jiwa di Indonesia,
sehingga totalnya di seluruh dunia mencapai 280.000 jiwa.
Tsunami tersebut mengakibatkan kerusakan serius dan kematian sampai ke pesisir
timur Afrika. Kematian paling terpencil akibat tsunami 2004 terjadi di Rooi Els, Afrika
Selatan, 8,000 km (5,000 mi) dari episentrum. Totalnya, delapan orang di Afrika Selatan
meninggal dunia karena tingginya permukaan laut dan gelombang.
Badan bantuan melaporkan bahwa tampaknya sepertiga korban tewas adalah anak-
anak. Jumlahnya besar karena persentase anak di dalam masyarakat di daerah-daerah
terjangan tsunami sangat tinggi dan anak-anak tidak sanggup menghadapi naiknya
permukaan air. Oxfam melaporkan bahwa korban tewas wanita empat kali lebih banyak
daripada pria di sejumlah daerah. Jumlahnya besar karena para wanita sedang menunggu
kepulangan suaminya yang berprofesi sebagai nelayan dan sedang merawat anak di dalam
rumah.
Selain penduduk setempat, 9.000 turis asing (kebanyakan orang Eropa) yang
menikmati musim liburan puncak termasuk di antara korban tewas atau hilang, terutama yang
berasal dari negara-negara Nordik. Negara Eropa yang paling banyak korban tewasnya adalah
Swedia, yaitu 543 orang.
Keadaan darurat diterapkan di Sri Lanka, Indonesia, dan Maladewa. Perserikatan
Bangsa-Bangsa memperkirakan operasi pemulihannya akan menjadi yang termahal sepanjang
sejarah umat manusia. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan menyatakan bahwa rekonstruksi
membutuhkan lima sampai sepuluh tahun. Sejumlah pemerintahan dan organisasi non-
pemerintah khawatir jumlah korban tewas finalnya bisa dua kali lipatnya dikarenakan
penyakit, sehingga bantuan kemanusiaan datang secara massal. Kekhawatiran tersebut
akhirnya tidak terwujud.
Patong Beach, Thailand, setelah tsunami
Untuk menentukan garis waktu peristiwanya, zona waktu wilayah bencana adalah:
UTC+3: (Kenya, Madagaskar, Somalia, Tanzania); UTC+4: (Mauritius, Réunion,
Seychelles); UTC+5: (Maladewa); UTC+5:30: (India, Sri Lanka); UTC+6: (Bangladesh);
UTC+6:30: (Kepulauan Cocos, Myanmar); UTC+7: (Indonesia barat, Thailand); UTC+8:
(Malaysia, Singapura). Karena gempa terjadi pukul 00:58:53 UTC, sesuaikan dengan
perbedaan waktu di atas untuk mengetahui waktu gempa di negara bersangkutan.
Negara
korban tewasDipastikan Perkiraan1 Cedera Hilang
Kehilangan
tempat tinggal
Indonesia 130.736 167.799 n/a 37.063 500.000+
Sri Lanka2 35.322 35.322 21.411 n/a 516.150
India 12.405 18.045 n/a 5.640 647.599
Thailand 5.3953 8.212 8.457 2.817 7.000
Somalia 78 289 n/a n/a 5.000
Myanmar (Burma) 61 400–600 45 200 3.200
Negara
korban tewasDipastikan Perkiraan1 Cedera Hilang
Kehilangan
tempat tinggal
Maladewa 82 108 n/a 26 15.000+
Malaysia 68 75 299 6 n/a
Tanzania 10 13 n/a n/a n/a
Seychelles 3 3 57 n/a 200
Bangladesh 2 2 n/a n/a n/a
Afrika Selatan 24 2 n/a n/a n/a
Yaman 2 2 n/a n/a n/a
Kenya 1 1 2 n/a n/a
Madagascar n/a n/a n/a n/a 1.000+
Total ~184,167 ~230,273 ~125,000 ~45,752 ~1.69 million
Catatan: Semua jumlah adalah perkiraan dan bisa berubah kapan saja. Kolom pertama
berisi tautan ke informasi lebih lanjut di negara bersangkutan.1 Mencakup jumlah yang dilaporkan di kolom 'Dipastikan'. Jika tidak ada perkiraan terpisah,
jumlah di kolom ini sama dengan jumlah yang dilaporkan di kolom 'Dipastikan'.2 Tidak mencakup pernyataan 19.000 orang hilang yang awalnya dikeluarkan otoritas Macan
Tamil di daerah kekuasaannya.3 Data mencakup sedikitnya 2.464 warga asing.4 Tidak mencakup warga negara Afrika Selatan yang meninggal di luar Afrika Selatan (e.g.,
turis di Thailand). Untuk info lebih lanjut soal korban tewas, klik tautan ini
Negara
Negara yang terkena dampak tsunami. Episentrum juga ditampilkan.
Gempa bumi dan tsunami ini menerjang banyak negara di Asia Tenggara dan
sekitarnya, termasuk Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Maladewa, Somalia, Myanmar,
Malaysia, Seychelles, dan lain-lain. Negara lainnya, terutama Australia dan Eropa, juga
menderita korban tewas yang waktu itu sedang liburan di Asia Tenggara. Swedia kehilangan
543 warganya dalam bencana ini, sedangkan Jerman telah mengidentifikasi 539 korban dari
negaranya.
Konteks sejarah
Tsunami besar terakhir di Samudra Hindia terjadi kira-kira tahun 1400 M. Pada tahun
2008, tim ilmuwan di Phra Thong, pulau penghalang di sepanjang pesisir barat Thailand,
melaporkan adanya bukti tiga tsunami besar dalam kurun 2.800 tahun sebelumnya. Tsunami
terbesar terjadi sekitar 700 tahun yang lalu. Tim kedua menemukan bukti serupa tentang
keberadaan tsunami di Aceh, provinsi di ujung utara Sumatera. terakhir. Penanggalan karbon
serpihan kulit pohon di tanah di bawah lapisan pasir kedua membuktikan bahwa tsunami
terkini sebelum tahun 2004 terjadi antara tahun 1300 dan 1450 M.
Gempa bumi dan tsunami 2004 adalah bencana alam paling mematikan di dunia sejak
gempa bumi Tangshan 1976. Gempa ini merupakan yang terkuat ketiga yang pernah tercatat
sejak 1900. Gempa bumi paling mematikan sepanjang sejarah terjadi pada tahun 1556 di
Shaanxi, Cina, dan menewaskan 830.000 orang, namun jumlahnya dianggap tidak dapat
diandalkan dikarenakan periode waktunya.
Tsunami 2004 adalah yang paling mematikan sepanjang catatan sejarah. Sebelum
2004, tsunami di Samudra Hindia dan Pasifik yang disebabkan oleh letusan Krakatau 1883
diperkirakan menewaskan antara 36.000 sampai 120.000 orang. Tahun 1782, sekira 40.000
orang tewas akibat terjangan tsunami (atau siklon) di Laut Cina Selatan. Tsunami paling
mematikan sebelum 2004 adalah gempa bumi dan tsunami Messina 1908 di Laut
Mediterania, Italia, yang menewaskan sekitar 123.000 orang.
Campur tangan manusia
Di rubrik opini The Wall Street Journal lima hari setelah tsunami, seorang jurnalis
bernama Andrew Brown berpendapat bahwa perusakan terumbu karang oleh manusia sangat
mungkin memainkan peran dalam memperparah efek tsunami. Banyak negara di Asia,
termasuk Indonesia, Sri Lanka, dan Bangladesh, berusaha menghancurkan terumbu yang
mengelilingi pantainya untuk membangun tambak udang dan lahan ekonomi lainnya. Di
Pulau Surin, Thailand, Browne menyatakan penduduk di sana mungkin saja selamat karena
tsunami menghantam terumbu karang terlebih dahulu, namun kenyataannya penduduk pulau
tersebut tidak banyak, sehingga korban tewasnya sedikit. Berbagai terumbu karang di seluruh
Samudra Hindia dihancurkan menggunakan dinamit karena dianggap mengganggu pelayaran
kapal, bagian vital ekonomi Asia Selatan. Browne juga berpendapat bahwa pemusnahan
kawasan mangrove di pantai bisa memperburuk dampak tsunami di sejumlah tempat. Ia
mengatakan bahwa pohon mangrove mampu mengurangi kecepatan tsunami. Faktor lainnya
adalah pengerukan bukit pasir pantai.
Dampak
Sisa-sisa sebuah desa pesisir di Sumatera pada 2 Januari 2005. Foto ini diambil oleh
awak helikopter militer Amerika Serikat dari USS Abraham Lincoln yang sedang mengirim
bantuan.
Bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar diperlukan karena kerusakan infrastruktur,
kelangkaan makanan dan air, dan kerusakan ekonomi sangat luas. Wabah penyakit adalah
masalah khusus dikarenakan kepadatan penduduk yang tinggi dan iklim tropis di daerah
bencana. Fokus utama badan kemanusiaan dan pemerintah adalah menyediakan fasilitas
sanitasi dan air bersih untuk menghentikan penyebaran penyakit seperti kolera, difteri,
disenteri, tifus, dan hepatitis A dan B.
Muncul kekhawatiran besar bahwa jenazah korban dapat meningkatkan penyebaran
penyakit dan kelaparan. Setelah ditanggapi secara cepat, dampaknya berhasil diminimalkan.
Pada hari-hari pasca tsunami, upaya besar-besaran dikerahkan untuk mengubur cepat-
cepat jasad korban demi mencegah penyebaran penyakit. Akan tetapi, risiko kesehatan
masyarakat ini dianggap berlebihan, sehingga banyak pihak mengira ini bukan cara terbaik
untuk mengerahkan sumber daya. World Food Programme mengirimkan bantuan pangan ke
lebih dari 1,3 juta orang yang terkena dampak tsunami.
Warga Indonesia berkumpul di bawah helikopter yang sedang mendarat untuk
mendapatkan bantuan pangan dan persediaan.
Negara-negara di seluruh dunia mengirimkan bantuan senilai US$14 miliar ke daerah
bencana. Australia menjanjikan US$819,9 juta (termasuk paket bantuan US$760,6 juta untuk
Indonesia), Jerman memberikan US$660 juta, Jepang US$500 juta, Kanada US$343 juta,
Norwegia dan Belanda masing-masing US$183 juta, Amerika Serikat awalnya menjanjikan
US$35 juta (kemudian dinaikkan menjadi US$350 juta), dan Bank Dunia memberikan
US$250 juta. Italia juga menjanjikan US$95 juta, kemudian dinaikkan menjadi US$113 juta;
$42 juta di antaranya disumbangkan oleh penduduk Italia menggunakan sistem SMS Menurut
USAID, AS telah menjanjikan dana tambahan dalam jangka panjang untuk membantu korban
tsunami membangun kembali hidupnya. Pada tanggal 9 Februari 2005, Presiden Bush
meminta Kongres meningkatkan komitmen A.S. sampai US$950 juta. Laporan resmi
memperkirakan rekonstruksi membutuhkan biaya miliaran dolar. Bush juga meminta
ayahnya, mantan Presiden George H. W. Bush, dan mantan Presiden Bill Clinton untuk
memimpin misi pengiriman bantuan pribadi A.S. kepada korban tsunami.
Pada pertengahan Maret, Asian Development Bank melaporkan bahwa bantuan
senilai lebih dari US$4 miliar yang dijanjikan sejumlah negara terlambat datang. Sri Lanka
mengaku tidak menerima bantuan pemerintah asing, tetapi mendapat banyak bantuan dari
individu asing. Beberapa badan amal menerima sumbangan masyarakat dalam jumlah besar.
Misalnya, warga Britania Raya secara kasar menyumbangkan £330.000.000 sterling (hampir
US$600.000.000). Jumlah ini melebihi sumbangan pemerintah dan diperkirakan bernilai
£5,50 (US$10) per warga negara Britania Raya.
Pada Agustus 2006, 15 pekerja bantuan lokal yang sedang melakukan rekonstruksi
pasca-tsunami ditemukan tewas di timur laut Sri Lanka setelah pertempuran hebat. Banyak
laporan dan rumor menduga bahwa pekerja bantuan lokal tersebut dibunuh.