germas dan pis-pk pelibatan milenialpadk.kemkes.go.id/uploads/download/analisis_demografi.pdf ·...

38
Pelibatan Milenial dalam Percepatan GERMAS dan PIS-PK pada 5 Program Nasional Menuju Deviden Demografi PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2019

Upload: others

Post on 20-May-2020

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pelibatan Milenialdalam PercepatanGERMAS dan PIS-PKpada5 Program Nasional MenujuDeviden Demografi

PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATANSEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI

TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala

rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan policy paper “Pelibatan Milenial

Dalam Percepatan Germas Dan PIS-PK Pada Lima Isu Prioritas Nasional Menuju

Deviden Demografi” dengan baik. Ungkapan terima kasih dan penghargaan setinggi

tingginya juga kami haturkan kepada para Narasumber dan semua pihak yang telah

memberikan masukan dan turut berpartisipasi dalam penyelesaian policy paper ini.

Kami berharap policy paper ini dapat memberikan penguatan informasi dan

Pemahaman kepada pemerintah Pusat dan Daerah, terutama bagi para pengelola

program dan juga bagi masyarakat sebagai rujukan dalam menyiapkan Generasi

Milenial menghadapi Bonus Demografi pada tahun 2030 – 2045 mendatang.

Kami sangat menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan

policy paper, dikarenakan keterbatasan sumber referensi yang berkaitan dengan

topik policy paper ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya

kepada kita semua dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi tingginya.

Jakarta, 17 Januari 2020

Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan,

Prety Multihartina, Ph.D

1 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

PENETAPAN

Indonesia bersama 192 negara lainnya

pada Sidang Umum PBB ke-70, 25

September 2015 di New York, telah

mengadopsi Sustainable Development

Goals (SDGs) atau pembangunan

berkelanjutan (TPB) 2030 yang

bertujuan untuk menghilangkan

kemiskinan, menciptakan lingkungan

yang aman dan sejahtera bagi manusia

yang tinggal di dalamnya.

Indonesia saat ini tengah

menghadapi tantangan besar triple

burden, yaitu adanya penyakit infeksi,

meningkatnya penyakit tidak menular

(PTM) dan penyakit-penyakit yang

seharusnya tahun 1990 sudah

teratasi muncul kembali. Perubahan

gaya hidup masyarakat menjadi salah

satu penyebab terjadinya pergeseran

pola penyakit transisi epidemiologi

(Profil Kesehatan RI, 2018).

Sumber : Humainiora Litbangkes

Tingkat keberhasilan pembangunan

dapat dilihat berdasarkan tinggi

rendahnya angka Human

Development Index atau Indeks

ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN:

PELIBATAN MILENIAL DALAM MENDUKUNG PERCEPATAN GERMAS

DAN PIS-PK PADA 5 PROGRAM PRIORITAS NASIONAL

2 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Pembangunan Manusia (IPM),

dengan metode baru selama periode

2010-2018, nilai IPM Indonesia telah

meningkat 4,86 poin,

yaitu dari 66,53 tahun 2010

menjadi 71,39 pada tahun 2018.

Sumber : Humaniora Litbangkes

Namun prevalensi penyakit tidak

menular tahun 2018 juga mengalami

kenaikan jika dibandingkan dengan

Riskesdas 2013, antara lain kanker,

stroke, penyakit ginjal kronis,

diabetes melitus, dan hipertensi.

Kenaikan prevalensi penyakit tidak

menular ini berhubungan dengan

pola hidup antara lain merokok,

konsumsi minuman beralkohol,

aktivitas fisik, serta konsumsi buah

dan sayur, atau cenderung

diakibatkan oleh rendahnya konsumsi

makanan bergizi.

Dari berbagai permasalahan kesehatan

yang dihadapi masyarakat tersebut,

dan untuk mempercepat penyelesaian

masalah kesehatan, Kementerian

Kesehatan memfokuskan

Pembangunan Nasional Sektor

Kesehatan dengan menetapkan 5 Isu

Program Prioritas Nasional, yaitu:

1. Angka Kematian Ibu dan Bayi

2. Stunting

3. TBC

4. Penyakit Tidak Menular (PTM)

5. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap

segera dapat diatasi (Rapat Kerja

Nasional tahun 2019)

Pilar 1. Paradigma Sehat:

Paradigma sehat merupakan upaya

Kementerian Kesehatan untuk

merubah pola pikir stakeholder dan

masyarakat dalam pembangunan

3 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

kesehatan, dengan peningkatan upaya

promotif – preventif, pemberdayaan

masyarakat melalui pendekatan

keluarga, peningkatan keterlibatan

lintas sektor dan Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat.

Pilar 2. Penguatan Pelayanan

Kesehatan

Penguatan pelayanan kesehatan

dimaksudkan untuk menjamin

keterjangkauan dan mutu pelayanan

kesehatan. Kegiatan ini dilakukan

dengan mengacu pada 3 (tiga) hal

penting sebagai berikut:

a. Peningkatan akses terutama pada

Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP), Optimalisasi

Sistem Rujukan, peningkatan mutu

pelayanan kesehatan

b. Penerapan pendekatan continuum

of care.

c. Intervensi berbasis risiko kesehatan

(health risk).

Pilar 3. Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN)

Program JKN ini dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan kesehatan

bagi seluruh masyarakat Indonesia,

baik Penerima Bantuan Iuran (PBI)

ataupun Non-PBI. Dalam

pengembangan JKN ini Kementerian

Kesehatan fokus pada

pengembangan benefit package,

menggunakan sistem pembiayaan

asuransi dengan asas gotong royong,

serta melakukan kendali mutu dan

kendali biaya pelayanan kesehatan.

(Renstra Kemkes, 2015 - 2019).

PKPR dengan Posyandu Remaja

memiliki fungsi sebagai wadah kaum

milenial, untuk pembinaan dan media

komunikasi bagi remaja agar para

remaja tidak salah menginterpretasi-

kan factor resiko kesehatan dalam

upaya promotif dan preventif untuk

menghindari perilaku gaya hidup

yang tidak sehat. Status kesehatan

usia remaja sangat penting, terutama

kesehatan di masa remaja dan

dewasa muda melalui pola hidup

sehat/ Germas.

A.1. Tujuan Umum percepatan

Germas dengan pelibatan

generasi Milenial

Merekomendasikan Kebijakan

Percepatan Germas melalui

identifikasi konflik kebijakan

yang dapat menjadi faktor

penghambat, menganalisis

variabel penguatan promotif

dan preventif melalui Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat dan

faktor ketidakadekuatan dalam

4 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

merumuskan kebutuhan

kebijakan untuk mendorong

percepatan keberhasilan

implementasi Germas dalam

Peningkatan Perilaku Kesehatan

Generasi Milenial.

A.2. Tujuan Khusus :

a. Memberikan Pemahaman

Milenial Terhadap Germas dan

PIS-PK serta 5 Program

Prioritas Nasional yang di urai

menjadi beberapa komponen

dan diterjemahkan dalam

bentuk Gaya dan Bahasa

Milenial

b. Mengajak Milenial Terlibat

Aktif (Subjek) dan Pasif

Objek) dalam percepatan

Germas dan PIS-PK dalam 5

Program Prioritas Nasional

c. Mengajak Milenial (sebagai

AoC) Ikut Mengawal Germas

dan PIS-PK dalam 5 Program

Prioritas Nasional

A.3. Kerangka Konsep :

ALUR PIKIR / KERANGKA KONSEP

5 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

ANALISIS

Germas (Gerakan Masyarakaat

Hidup Sehat)

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

(GERMAS) merupakan suatu tindakan

sistematis dan terencana yang

dilakukan secara bersama-sama oleh

seluruh komponen bangsa dengan

kesadaran, kemauan dan kemampuan

berperilaku sehat untuk meningkatkan

kualitas hidup.

Pelaksanaan Germas harus dimulai

dari keluarga, karena keluarga adalah

bagian terkecil dari masyarakat yang

membentuk kepribadian.

Germas dapat dilakukan dengan cara:

Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi

sayur dan buah, tidak merokok,

tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa

kesehatan secara rutin, membersihkan

lingkungan, dan menggunakan jamban.

Pada tahap awal, Germas secara

nasional dimulai dengan berfokus pada

tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan

aktivitas fisik 30 menit per hari; 2)

Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3)

Memeriksakan kesehatan secara rutin.

Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai

dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan

saat ini juga, dan tidak membutuhkan

biaya yang besar.

UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat)

Posyandu merupakan salah satu

bentuk Upaya Kesehatan Bersumber

Daya Masyarakat (UKBM) yang

dikelola dan diselenggarakan dari,

oleh, untuk dan bersama masyarakat

dalam menyelenggarakan

pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan

memberikan kemudahan kepada

masyaraka dalam memperoleh

pelayanan kesehatan dasar untuk

mempercepat penurunan angka

kematian ibu dan bayi.

UKBM adalah wahana

pemberdayaan masyarakat, yang

dibentuk atas dasar kebutuhan

masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk

dan bersama masyarakat, dengan

bimbingan dari petugas Puskesmas,

Lintas sektor dan lembaga terkait

lainnya. Pemberdayaan masyarakat

adlah segala upaya fasilitas yang

bersifat non intruktif, guna

meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan masyarakat, agar

mampu mengidentifikasi masalah

yang dihadapi, potensi yang dimiliki,

merencanakan dan melakukan

pemecahannya dengan

memanfaakan potensi setempat.

6 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

(PKPR)

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

(PKPR) dengan Posyandu Remaja

memiliki fungsi sebagai wadah,

pembinaan dan media komunikasi bagi

remaja agar para remaja tidak salah

menginterpretasikan perilaku

kesehatanya. Status kesehatan usia

remaja sangat penting, terutama

kesehatan di masa remaja dan dewasa

muda.

Inti pelayanan PKPR adalah untuk

menjembatani generasi milinial agar

mendapat layanan kesehatan yang

ramah dan bisa diakses secara mudah

oleh para milenial, dengan

memperbaiki komunikasi antara anak

muda dengan petugas kesehatan

melalui pendekatan seperti komunikasi

langsung maupun tidak langsung lewat

telepon, Whatshap dan media

elektronik lainnya.

Sejauh ini yang dilakukan dalam

pembinaan sebagai upaya promotif

serta preventif untuk menghindari

perilaku gaya hidup yang tidak sehat

agar terhindar dari berbagai macam

penyakit. Penyuluhan dan diskusi

dilakukan dengan kelompok kelompok

kecil di posyandu remaja yang

dilakukan secara rutin satu bulan

sekali.

Pelaksanaan Pendekatan Keluarga

Sehat

Program Indonesia Sehat merupakan

salah satu program dari Agenda ke-5

Nawa Cita, yaitu Meningkatkan

Kualitas Hidup Manusia Indonesia.

Program ini didukung oleh program

sektoral lainnya yaitu Program

Indonesia Pintar, Program Indonesia

Kerja, dan Program Indonesia

Sejahtera. Program Indonesia Sehat

selanjutnya menjadi program utama

Pembangunan Kesehatan yang

kemudian direncanakan

pencapaiannya melalui Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2015-2019, yang ditetapkan

melalui Keputusan Menteri

Kesehatan R.I. Nomor

HK.02.02/Menkes/ 52/2015

Sasaran dari Program Indonesia

Sehat adalah meningkatnya derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat

melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang

didukung dengan perlindungan

finansial dan pemerataan pelayanan

kesehatan.

7 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Untuk menyatakan bahwa suatu

keluarga sehat atau tidak maka

digunakan sejumlah penanda atau

indikator. Dalam pelaksanaaannya

Program Indonesia Sehat telah

disepakati dengan 12 indikator utama

untuk penanda status kesehatan

sebuah keluarga, yaitu :

1. Keluarga mengikuti program

Keluarga Berencana (KB)

2. Ibu melakukan persalinan di

fasilitas kesehatan

3. Bayi mendapat imunisasi dasar

lengkap

4. Bayi mendapat Air Susu Ibu

(ASI) eksklusif

5. Balita mendapatkan pemantauan

pertumbuhan

6. Penderita tuberkulosis paru

mendapatkan pengobatan sesuai

standar

7. Penderita hipertensi melakukan

pengobatan secara teratur

8. Penderita gangguan jiwa

mendapatkan pengobatan dan

tidak ditelantarkan

9. Anggota keluarga tidak ada

yang merokok

10. Keluarga sudah menjadi

anggota Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN)

11. Keluarga mempunyai akses

sarana air bersih

12. Keluarga mempunyai akses

atau menggunakan jamban

sehat

Untuk menghitung indikator IKS

(Indeks Keluarga Sehat) dari

setiap keluarga. masing-masing

indikator harus dikembangkan untuk

mencerminkan kondisi PHBS dari

keluarga yang bersangkutan yaitu :

8 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

1. Instrumen yang digunakan di tingkat

keluarga.

2. Forum komunikasi

yang dikembangkan untuk kontak

dengan keluarga.

3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat

sebagai mitra puskesmas.

Data yang meliputi komponen rumah

sehat (akses/ketersediaan air

bersih dan akses/penggunaan jamban

sehat). Data individu anggota keluarga

mencantumkan karakteristik

individu (umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi

individu yang bersangkutan: mengidap

penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan

gangguan jiwa) serta perilakunya

(merokok, ikut KB, memantau

pertumbuhan dan perkembangan

balita, pemberian ASI eksklusif, dan

lain-lain).

Untuk kontak keluarga bisa

menggunakan forum komunikasi

seperti :

1. Kunjungan rumah ke keluarga-

keluarga di wilayah

kerja puskesmas.

2. Diskusi kelompok terarah (DKT)

atau biasa dikenal dengan

focus group discussion (FGD)

melalui Dasa Wisma dari PKK.

3. Kesempatan konseling di UKBM

(Posyandu, Posbindu, Pos

UKK, Posyandu Remaja, UKS,

Saka Bakti Husada, dan lain-

lain).

4. Forum-forum yang sudah ada di

masyarakat seperti

majelis taklim, rembug desa, dan

lain-lain.

Sedangkan keterlibatan UKBM

sebagai mitra dapat diupayakan

dengan menggunakan tenaga-tenaga

berikut.

1. Kader-kader kesehatan,

seperti kader Posyandu,

kader Posbindu, kader

Poskestren, kader PKK, dan lain-

lain

2. Pengurus organisasi

kemasyarakatan setempat,

seperti pengurus PKK, pengurus

Karang Taruna, pengelola

pengajian, dan lain-lain. (Paparan

bu Direkur Pelayanan Kesehatan

Primer 2019).

Generasi Milenial

Working With Generations X And Y In

Generation Z Period: Management Of

Different Generations In Business Life

(Sezin Baysal Berkup, Gediz

University, İzmir, Turkey, 2014)

menyebutkan bahwa generasi

milenial atau generasi Y adalah

mereka yang lahir antara tahun 1980

9 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

sampai dengan 2001. Pendapat ini

mirip dengan pendapat Stafford dan

Griffis (2008) yang menyatakan bahwa

generasi milenial adalah populasi yang

lahir antara tahun 1980 sampai dengan

2000. Sedangkan generasi milenial

menurut United States Census Bureau

(2015) adalah mereka yang lahir antara

tahun 1982 sampai dengan 2000.

Batasan generasi milenial dalam

analisis ini diklasifikasi berdasar usia

remaja awal dengan umur 12 -16

tahun, dan Remaja Akhir dengan umur

17 -25 tahun, (Depkes RI, 2009), serta

lebih menekankan pada generasi

milenial perkotaan dengan strata sosial

ekonomi menengah ke atas.

Karakter generasi milenilal perkotaan

dan pedesaan ada sedikit perbedaanya

yaitu milenial perkotaan lebih percaya

diri/Confident, berani mengemukakan

pendapat dan tidak sungkan-sungkan

berdebat di depan publik.

Sedang sifat milenial pedesaan tidak

terlalu terobsesi dengan merek

ponselnya karena alasan ekonomi,

serta dalam menanggapi isu-isu yang

terdapat di media sosial juga lebih

terlihat pasif, bahkan cenderung

disibukkan dengan membantu keluarga

untuk mendapatkan penghasilan.

Meskipun dipandang bukan lapangan

pekerjaan yang menarik, generasi

milenial di pedesaan lebih cenderung

menyibukkan diri dengan aktivitas

ekonomi konvensional.

Dalam menyikapi isu-isu kesehatan,

baik milenial perkotaan dan pedesaan

sama pemahamanya tentang

masalah kesehatan yaitu: kesehatan

dianggap belum sebagai investasi

(Promotif dan Preventif), mereka

biasanya terkena penyakit dulu, baru

mencari tahu pengobatan atau

perhatian terhadap isu-isu kesehatan.

(Fortuna UI, 2019)

Dibandingkan generasi sebelumnya,

generasi milenial lebih berteman baik

dengan teknologi. Generasi ini

merupakan generasi yang melibatkan

teknologi dalam segala aspek

kehidupan. Bukti nyata yang dapat

diamati adalah hampir seluruh

individu dalam generasi tersebut

memiliki dan memilih menggunakan

ponsel pintar.

Dengan menggunakan perangkat

tersebut para milennial dapat menjadi

individu yang lebih produktif dan

efisien. Dari perangkat tersebut,

mereka mampu melakukan apapun

dari sekadar berkirim pesan singkat,

mengakses situs pendidikan,

10 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

bertransaksi bisnis online, hingga

memesan jasa transportasi online.

Mereka juga mampu menciptakan

berbagai peluang baru seiring dengan

perkembangan teknologi yang kian

mutakhir. Generasi ini mempunyai

karakteristik komunikasi yang terbuka,

pengguna media sosial yang fanatik,

kehidupannya sangat terpengaruh

dengan perkembangan teknologi,

mereka terlihat sangat reaktif terhadap

perubahan lingkungan yang terjadi di

sekelilingnya. Generasi tersebut

tumbuh menjadi individu-individu yang

open minded, menjunjung tinggi

kebebasan, kritis dan berani.

A. Faktor Risiko Remaja Milenial :

Remaja merupakan golongan

yang rentan terhadap masalah-

masalah perilaku berisiko, seperti

melakukan hubungan seksual

sebelum menikah dan penyalah

gunaan NAPZA, merokok, dan

alkohol bahkan minuman

berkarbonasi/ mengandung

kadar gula tinggi.

Obesitas yang terjadi pada masa

remaja milenial perlu mendapatkan

perhatian sebab obesitas yang

timbul pada waktu anak dan remaja

bila kemudian berlanjut hingga

dewasa akan sulit diatasi secara

konvensional (diet dan olahraga).

Generasi milenial lebih rentan

terkena penyakit, hal ini

disebabkan oleh kebiasaan

11 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

makan yang semakin memburuk,

khususnya dalam mengonsumsi

makanan yang tidak sehat. Contoh

mi instan yang memang memiliki

banyak variasi rasa, seblak atau

makanan dengan rasa super pedas

lainnya. beberapa jenis minuman

seperti es kopi susu, minuman

bersoda, dan minuman dengan

kadar pemanis yang tinggi juga

digemari. Khusus untuk kebiasaan

milenial yang suka makanan

mengandung Gula, Garam, Lemak

(GGL) tinggi menjadi pemicu

diabetes.

A.1 Diabetes :

Diabetes melitus merupakan

suatu penyakit yang ditandai

dengan kadar glukosa di dalam

darah tinggi karena tubuh tidak

dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara

adekuat.

Penderita diabetes haruslah

selalu mengontrol kadar gula

darah/glukosa secara teratur,

menjaga pola makan,

mengatur berat badan dan

melakukan check up secara

rutin. Pola hidup seperti itu

sangat perlu untuk mencegah

terjadinya komplikasi diabetes.

Komplikasi Jangka Pendek

Penyakit diabetes melitus

bisa diikuti dengan berbagai

komplikasi. Dalam jangka

pendek, diabetes dapat

menyebabkan:

1. Hiperglikemia

(Hyperglycemia)

2. Hipoglikemia

(Hypoglycemia)

3. Ketoacidosis

Komplikasi Jangka

Panjang

Semakin lama seseorang

menderita penyakit diabetes,

maka semakin tinggi pula

risikonya mengalami

komplikasi akibat tingginya

glukosa dalam darah.

Diabetes dalam jangka

panjang dapat menyebabkan

pembuluh darah menyempit

dan mengurangi volume

aliran darah ke berbagai

bagian tubuh seperti mata,

ginjal, jaringan saraf, dan lain

sebagainya. Akibatnya

bagian-bagian tubuh tersebut

akan mengalami kerusakan

fungsi yang serius, bahkan

mengancam nyawa.

Kompllikasi yang mungkin

12 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

timbul akibat diabetes antara

lain:

1. Kerusakan mata

2. Masalah pada kulit dan

kaki

3. Neuropathy

(Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia

PERKENI, 2015)

A.2 Hipertensi :

Selain diabetes, obesitas pada

remaja juga menjadi masalah

bagi kesehatan di kemudian

hari (kardiovaskular, diabetes

mellitus dan lain-lain).

Penyebabnya pola rutinitas

yang negatif seperti kurang

aktifitas tiap hari, malas

gerak, malas olahraga dan

suka sekali makan makanan

instan yang banyak

mengandung Garam, Gula,

Lemak (GGL) tinggi, maka

tidak heran begitu usia 25

tahun kaum milenial rata rata

akan divonis dokter dengan

berbagai macam penyakit,

yang paling banyak biasanya

HIPERTENSI.

Sumber : Badan Litbang dan DR. dr. Trihono, HPU

Banyak orang yang tidak

menyadari kalau mereka

punya darah tinggi, dan lebih

buruknya lagi malah

menyepelekan kondisi ini,

tekanan darah tinggi yang

dibiarkan atau tidak dirawat

dengan baik dapat

berdampak serius bagi

kesehatan tubuh. Bahkan

bukannya tidak mungkin

dapat berujung kematian.

13 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Dibawah ini adalah penyakit

akibat komplikasi hipertensi :

1. Serangan jantung

2. Gagal jantung

3. Stroke

4. Aneurisma

5. Masalah ginjal

6. Masalah mata

7. Sindrom metabolik

8. Kesulitan dalam

mengingat dan fokus

9. Asam Urat (Mayo Clinic,

2016. High blood

pressure)

B. Sosial Stigma pada Remaja

Milenial

a. Stigma Positif Milenial :

1. Multitasking: dapat

Melakukan beberapa

aktivitas dalam waktu yang

bersamaan dengan

mengerjakan dan

menyelesaikan

pekerjaannya sembari

melakukan aktivitas lainnya

seperti, menerima telpon

atau membalas chat serta

sanggup menghadapi

deadline atau tugas

pekerjaan yang sedang

menumpuk.

2. Kaya Ide Kreatif: dapat

mengakses informasi tanpa

batas dari internet,

mendorong para milenial

untuk menciptakan hal baru

dengan cara yang kreatif

bahkan out of the box.

3. Cepat Tanggap: faktor

inilah yang membuat para

milenial memiliki

kemampuan fast learning

alias mampu mempelajari

hal baru dengan cepat.

4. Memiliki Sifat yang

Fleksibel: Generasi

milenial justru memiliki sifat

fleksibel dengan yang

namanya perubahan

selama itu positif, mudah

beradaptasi dalam setiap

perubahan, tidak

mempermasalahkan

perubahan peraturan atau

kebijakan asal hal tersebut

tidak menghambat kerja

mereka.

5. Ambisius: para generasi

milenial dikenal memiliki

mimpi yang tinggi pada

masa depan mereka, dan

tentunya berdampak positif

bagi sebuah perusahaan,

hingga tak jarang para

pekerja generasi milenial

rela lembur demi

menyelesaikan pekerjaan.

14 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

6. Mampu Bekerja Sama dalam

Tim Maupun Individu: kaum

millennial memiliki sikap

yang terbuka dan fleksibel,

sehingga dalam dunia kerja

mereka mampu

bersosialisasi dengan baik,

juga merupakan sosok yang

mandiri sehingga mampu

bekerja secara individu

maupun dalam tim.

7. Menurut penelitan Fortuna

dari UI, generasi milenial

masih senang bersosial,

bekerja tidak hanya orientasi

uang, dan masih punya nilai-

nilai peduli terhadap

lingkungan sekitar dan

mereka juga punya

keinginan ikut membuat

perubahan menuju ke yang

lebih baik.

b. Stigma Negatif Milenial :

1. You only live once (YOLO)

menjadi slogan yang melekat

dengan generasi milenial

yang besar di era digital.

Belanja, traveling, sampai

budaya minum kopi premium

seringkali dikaitkan dengan

kebahagiaan instan kaum

milenial agar mendapatkan

keseimbangan hidup. Inilah

alasan mengapa milenial

cenderung impulsif. Demi

mendapatkan kebahagiaan

dan keseimbangan hidup,

mereka rela mengeluarkan

uang demi sekadar hobi

yang mereka sukai.

2. Generasi Milenial juga

dikenal cenderung idealis,

egosentris, terlampau

optimis dan tidak realistis.

Sehingga saat terbentur

masalah cenderung

berpikir pendek, cari jalan

pintas dan lari dari

kenyataan ke arah negatif

(Mabuk-mabukan, seks

bebas, dll.)

3. Remaja menjadi

kecanduan menggunakan

jejaring sosial tanpa kenal

waktu. Mereka bisa berjam-

jam menggunakan media

sosial, lebih mementingkan

diri sendiri dan tidak sadar

lingkungan sekitar,

sehingga generasi milineal

banyak yang anti sosial,

membahayakan kesehatan

mata, dan berkurang

aktivitas fisik.

4. Dengan gaya hidup yang

dipemudah oleh teknologi

menjadikan generasi

15 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

milenial maunya serba cepat,

dan kurang menghargai

proses, sehingga semangat

juangnya terlihat kurang.

5. Mudah sekali percaya

dengan hoaks.

C. Kaderisasi Kaum Milenial AoC

Banyak diantara remaja yang

mengalami disonasi nilai hingga

mengarah pada perilaku

menyimpang sebagai akibat dari

gagalnya proses pembentukan

identitas yang keduanya saling

berkaitan dan mempengaruhi.

Remaja pelaku penyimpangan

perilaku sosial mengalami krisis

identitas, dimana pada masa

remaja ini mereka bereksperimen

dengan berbagai macam peran

yang berbeda sambil mencoba

mengintegrasikannya dengan

identitas yang telah diperolehnya

pada tahapan sebelumnya sembari

berusaha mencari tahu siapa diri

mereka dan apa yang mereka

inginkan, dan dalam proses

perjalanan kehidupan manusia

perubahan itu adalah pembawaan

alamiah.

Penghubung antara sumber

perubahan dengan target

masyarakat yang diharapkan

mengadopsi kebijakan yang

ditawarkan oleh pembuat

kebijakan. Elemen penghubung

termaksud disebut sebagai “Agen

Perubahan/Agent of Change”.

Fungsi Agen Perubahan adalah

meyakinkan target perubahan

untuk mengadopsi “Kebijakan

GERMAS” yang ditawarkan

dengan meyakinkan

manfaat/keuntungan Germas

bagi masyarakat sekaligus

memonitor proses adopsi

kebijakan dan membuktikan

keuntungannya serta menjadikan

kelompok masyarakat target

perubahan menjadi Agen

Perubahan (baru) bagi

masyarakat lainnya.

Dalam “Change Agent”/Kader

teman sebaya mempunyai peran

yang sangat berarti bagi remaja,

karena masa tersebut remaja

mulai memisahkan diri dari orang

tua dan mulai bergabung pada

kelompok sebaya. Kebutuhan

untuk diterima sering kali

membuat remaja berbuat apa

saja agar dapat diterima

kelompoknya dan terbebas dari

sebutan ‘pengecut’ dan ‘banci’.

Selanjutnya jika dilihat dari teori

perubahan sesuai paparan Prof.

dr. Hadi Pratomo, MPH, DrPH,

16 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Dosen Fakultas Kesehatan

Masyarakat (FKM) UI, yang paling

cocok untuk Kader Milenial

menggunakan teori LIPPIT dengan

empat unsur perubahan

berencana:

1.Agen Perubahan/Change Agent

(berfungsi sebagai pendorong/

Motivator/Komunikator);

2.Perencanaan/Planning (5W1H);

3.Klien/Khalayak sasaran (sesuai

dengan Karakteristiknya);

4.Terjalinya hubungan baik untuk

merubah (antara Agent

Perubahan + Klien/Sasaran).

Pengertian Agen Perubahan

(Agent of Change) adalah

individu atau seseorang yang

bertugas mempengaruhi target/

sasaran perubahan agar mereka

mengambil keputusan sesuai

dengan arah yang

dikehendakinya.

Sumber : Fortuna UI, 2019

D. Influencer dan Model Generasi

Milenial

Generasi milenial banyak yang

menuntut perilaku hidupnya sama

dengan influencer yang diikuti di

kehidupan dunia maya. Tuntutan

pergaulan yang tinggi lewat selera

fashion yang mengikuti mode,

mengikuti tren masa kini agar

tidak ketinggalan zaman hingga

kebiasaan hedonis yang

menghambur-hamburkan uang

turut mewarnai gaya hidup kaum

milenial. Kebanyakan anak

17 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

milenial memiliki seorang

influencer yang ia ikuti di media

sosial, tergantung pada kegemaran

dan ketertarikannya masing-

masing. Influencer yang

memproduksi konten dan memiliki

jumlah pengikut yang banyak

tersebut juga biasanya sering

bekerja sama dengan berbagai

label untuk mempromosikan

produk mereka, disini dibutuhkan

kejelian pemegang program di

Kementerian Kesehatan harus bisa

membaca dan mengidentifikasi

perilaku tersebut untuk membuat

kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan generasi milenial, bila

programnya belum sesuai maka

perlu dimodifikasi untuk

memberikan tantangan bagi

milenial yang punya inovatif dan

kreatifitas yang tinggi untuk ikut

berkontribusi (sebagai Subyek)

menciptakan berbagai macam

karya seperti aplikasi transportasi

online (Gojek), atau aplikasi

belanja online seperti Bukalapak

dan sebagainya untuk

mempercepat tujuan Germas dan

PIS-PK, sedangkan kaum milenial

yang punya jiwa 3F (Fun, Food,

Fashion) dimanfaatkan jaringan

sosialnya (sebagai Objek) agar

milenial yang berjiwa “Fun” vlog,

WA Group, dan Instragramnya

diarahkan ke Health Tourism,

Traditional Medicine dan Herbal.

“Food” diarahkan bagaimana

menjaga kesehatan selama

hamil, rutin kunjungan prenatal,

mengkonsumsi makanan

bernutrisi (Isi Piringku), dan

bahaya kekurangan Fe bagi

remaja putri. “Fashion” cara

memilih dokter kandungan yang

baik, rutin ikut olahraga prenatal,

cerdas dalam memilih tempat

bersalin.

Ketika seorang anak milenial

melihat influencer idolanya

menggunakan atau memiliki

suatu barang atau perilaku

sehari-hari, ia pun akan terdorong

untuk ikut menirunya.

Endorsement lewat influencer

media sosial ini bahkan

merupakan cara promosi dan

sosialisasi produk/kegiatan yang

lebih efektif bagi generasi

milenial, dibandingkan

memasang iklan di televisi.

E. Modeling Sekolah

Sudah menjadi rahasia umum

jika para pedagang tak terlalu

memperhatikan kandungan gizi

dan penggunaan zat berbahaya

dalam meramu aneka jajanan

18 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

yang mereka jual, yang penting

lezat dan menarik mata dengan

aneka warna-warni (zat pewarna

pakaian). Di dalam kantin sekolah

pun penggunaan penyedap rasa,

garam dan gula tidak ada takaran

bakunya, yang penting sedap dan

siswa-siswi suka. Jadi tidak

mengherankan jika anak anak dan

remaja di Indonesia masih banyak

yang mengalami kekurangan gizi.

Lain halnya jika pihak sekolah

bekerja sama dengan orang tua

siswa melakukan program kontinu

untuk membiasakan siswa-siswa

hidup sehat (misalnya:

menetapkan aturan untuk

membawa bekal makanan sehat,

melakukan pengawasan secara

kontinu terhadap kadar nutrisi

penganan yang ada di kantin

sekolah, mengadakan kegiatan

olahraga bersama secara

berkala, dan lain sebagainya),

maka ilmu pengetahuan tersebut

akan meninggalkan kesan

mendalam bagi siswa.

Sumber : Riskesdas 2018

Jika siswa-siswa di sekolah telah

terbiasa berulang-ulang

mengkonsumsi makanan sehat

dan terbiasa menciptakan

lingkungan belajar yang kondisif.

Untuk mengimplementasikan gaya

hidup sehat akan menjadi budaya

yang positif, pihak sekolah sudah

bersusah payah melatih

siswanya untuk membiasakan diri

mengkonsumsi makanan sehat di

sekolah, namun apa jadinya jika

pihak orang tua di rumah

melakukan pembiaran anak-

anaknya mengkonsumsi

makanan yang minim nutrisi

19 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

secara berlebihan, atau sebaliknya,

di rumah para orang tua telah

berusaha mengajarkan pentingnya

mengkonsumsi makanan sesuai Isi

Piringku, namun pihak sekolah

tidak melakukan pengawasan

makanan dan jajanan dijual di

kantin sekolah atau para

pedagang di sekitar lingkungan

sekolah.

Sumber: paparan Dit KIA PKPR Kemkes

Perlu kolaborasi antara

Kemendikbud dan Kemenkes

terkait asupan bernutrisi pada

siswa-siswi di sekolah. Pelajaran

PHBS seharusnya bukan hanya

jadi bagian satu mata pelajaran di

sekolah melainkan terintegrasi

dalam berbagai aktivitas

kehidupan siswa, sehingga

model-model sekolah sehat akan

menjadi pilot project dan menjadi

budaya sekolah di Indonesia

20 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

DISKUSI

ANALISIS FAKTOR PERILAKU MILENIAL DALAM PERCEPATAN PIS-PK PADA PENANGANAN 5 ISU PRIORITAS NASIONAL

GERMAS 7 Indikator

PIS-PK 12 Indikator

5 Program Prioritas Nasional

5 indikator Perilaku Milenial

1. Keluarga mengikuti KB

2. Ibu Bersalin di Fasyankes

1. Angka kematian Ibu dan Bayi

1. Pengetahuan Reproduksi rendah, sehingga berisiko tinggi dan perilaku seks bebas

2. kekurangan Fe (Anemia)

2. Makan Buah dan Sayur

4. Bayi di beri ASI Eksklusif selama 6 bulan

2. Stunting/ Gizi Kurang

3. TBC

3. Obesitas 4. Suka mei instan, makanan

pedas, asam dan manis 5. pertumbuhan Balita

dipantau tiap bulan

5. Tidak suka makan sayur 6. Merokok

3. Tidak Merokok

6. TB Paru berobat sesuai standar

9. anggota keluarga tidak merokok

1. Melakukan Aktivitas Fisik

7. Hipertensi berobat secara teratur

4. Penyakit Tidak Menular

7. Pengguna Alkohol 8. Minuman berkarbonasi

4. Tidak Mengkonsumsi Alkohol

8. Ganguan Jiwa berat yang diobati

9. Hipertensi 10. Kolestrol Tinggi 11. Kondisi Psikotik

5. Melakukan Cek Kesehatan Berkala :

10.Keluarga memakai air bersih

12. Diabetes Tipe 2 13. Gangguan Mata

Cek Berat Badan, Lingkar perut, Tekanan

11.Keluarga memiliki jamban sehat

14. Malas Gerak 15. Stroke

darah, Kadar Gula darah, Fungsi Mata, telinga, kolesterol, kanker

12.Seluruh keluarga menjadi anggota JKN

6. Menjaga kebersihan lingkungan

7. Menggunakan jamban

3. Bayi mendapat Imunisasi Dasar Lengkap

5. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap

A. Pemahaman Milenial terhadap

GERMAS :

Untuk memberikan pemahaman

Germas ke Generasi Milenial salah

satu wahana yang tepat dan efisien

adalah program Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja

(PKPR) sebagai wadah dari

Posyandu Remaja, UKS dan

Saka Bhakti Husada, yang

21 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

bertujuan mengedukasi remaja

milenial tentang Kespro dan

NAPZA, namun belum spesifik ke

arah Germas. Pengenalannya

melalui kebiasan para milenial yaitu

3F (Fun, Food, Fashion).

1. Fun: tempat mencari

kesenangan milenial film,

pertandingan olahraga,

upacara memperingati hari-hari

besar, konser musik, pameran

dll.

2. Food: tempat mencari makan,

resto, café, bazar, dll.

3. Fashion: tempat bergaya

seperti mall, lokasi rekreasi,

tempat gym, dll.

Penyebab tingginya permasalahan

kesehatan pada milenial, selain

kurang informasi dan sosialisasi,

perlu juga diseminasi dalam bentuk

pembinaan remaja dengan

pelibatan generasi milenial, karena

generasi milenial belum semua

paham akan progam dan manfaat

PKPR, apa lagi kegiatan yang

berkaitan dengan Germas,

seharusnya pemegang program

dalam menyusun rencana

kegiatannya mengidenfitikasi dulu

perilaku dan kebiasaan milenial

untuk diselaraskan dengan

programnya.

Setelah tertarik dan terlibat,

diharapkan generasi milenial ikut

mengawal menjadi AoC.

Sehingga apabila ada program

pembangunan kesehatan yang

tidak sesuai pelaksanaanya,

milenial bisa membetulkan dan

memberi arahan sesuai buku

petunjuk (Juklak). Namun

prakteknya pelibatan milenial

dalam prencanaan masih sangat

sedikit, seharusnya para

pemegang program mengurai

setiap indikator PIS-PK menjadi

beberapa komponen dan

diterjemahkan dalam Bahasa

Milenial. Sehingga milenial

sebagai Subjek tertantang untuk

memilih salah satu komponen

yang dianggap sesuai dengan

jiwanya, dibuat vlog, Youtube,

Instagram, Facebook dan

disebarkan ke komunitasnya.

Atau mensosialisasikan dan

mengajak milenial untuk

mengetahui tentang faktor-faktor

risiko kesehatan sekaligus

mengajak terlibat memodifikasi

faktor risiko kearah positif untuk

preventif dan promotif sesuai

dengan program Germas dan

PIS-PK.

22 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

B. Pilar Paradigma Sehat dan Peran

Aktif Milenial

Indonesia menerapkan pelayanan

kesehatan perorangan dan

pelayanan kesehatan masyarakat

dalam satu wadah terpadu yang

dikenal sebagai Pusat esehatan

Masyarakat (Puskesmas), sehingga

puskesmas menjalankan kedua

pelayanan tersebut secara

bersamaan. Upaya kesehatan yang

ada di puskesmas mencakup upaya

kuratif, rehabilitatif, preventif dan

promotif. Dalam perkembangannya,

fungsi pelayanan kesehatan

perorangan dan masyarakat yang

dilakukan oleh puskesmas berupa

tindakan kuratif (pengobatan)

menjadi lebih dominan

dibandingkan kegiatan-kegiatan

promotif dan preventif.

Disisi lain, Angka Kesakitan

generasi milenial lebih banyak

dipengaruhi oleh kurangnya

aktifitas, konsumsi makanan tidak

sehat (junk food), kurang makan

buah dan sayur, stres

berkepanjangan, rokok, alkohol dan

minuman berkarbonasi yang

berlebihan.

Milenial menganggap bahwa tidak

perlu datang ke puskesmas jika

tidak sakit, sedang petugas

puskesmas juga menganggap

bahwa kalau tidak ada yang

datang ke puskesmas, maka

masyarakat sudah sehat.

Sehingga ada anggapan bahwa

puskesmas identik dengan tempat

berkumpulnya orang-orang sakit.

Anggapan seperti ini harus dapat

diubah dengan menganggap

kesehatan sebagai investasi,

maka remaja harus mampu

mengenali masalah yang ada

dalam dirinya sehingga dapat

memunculkan solusi yang paling

tepat untuk dirinya sendiri.

Informasi rIsiko kesehatan seperti

informasi HIV/AIDS, Stunting,

kekurangan FE bagi remaja putri,

bahaya pernikahan dini, seks

bebas, bahaya penggunanan

narkoba, rokok, bahaya makanan

dan minuman berkadar gula,

garam dan lemak tinggi, hingga

masalah kesehatan remaja

lainnya yang disampaikan kepada

generasi milenial setiap kali

petugas puskesmas melakukan

kunjungan ke luar gedung.

Diharapkan remaja milenial dapat

dengan mudah mengakses

informasi kesehatan perihal faktor

risiko kesehatan dengan

didampingi oleh petugas atau

kader cerdas yang familiar dengan

perilaku 3F generasi milenial agar

23 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

bisa berkomunikasi sekaligus

mengarahkan mereka menerapkan

pola hidup sehat.

Selain kegiatan penyuluhan,

kegiatan pemeriksaan kesehatan

diantaranya adalah pengukuran

berat badan, tinggi badan, lingkar

perut, tensi darah, pemeriksaan gigi

dan mulut hingga pemberian tablet

tambah darah pada remaja putri

dan pemberian makanan

tambahan, semua rangkaian

kegiatan ini apabila melibatkan

genersi milenial sebagai Subyek

dan Objek adalah solusi yang

sangat tepat.

C. Penguatan Pelayanan Kesehatan

Puskesmas lah ujung tombak dan

penentu keberhasilan program

percepatan Germas dan PIS-PK,

adapun area prioritas/sasaran yang

telah ditetapkan oleh pemerintah

melalui program ini adalah

penurunan Angka Kematian

Ibu/Angka Kematian Bayi (AKI dan

AKB), penurunan prevalensi balita

pendek (stunting), penanggulangan

penyakit menular dan

penanggulangan penyakit tidak

menular. Pelaksanaannya melalui

pendekatan upaya promotif dan

preventif tanpa mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitatif. Pendekatan

keluarga adalah pendekatan

pelayanan puskesmas yang

menggabungkan upaya

kesehatan perorangan (UKP) dan

upaya kesehatan masyarakat

(UKM) tingkat pertama secara

berkesinambungan dengan

didasarkan kepada data dan

informasi dari profil kesehatan

keluarga. Kedepan, puskesmas

sebagai ujung tombak dari

pelayanan kesehatan milik

pemerintah harus lebih proaktif

lagi dalam melaksanakan

program-program kesehatannya.

Program preventif dan promotif

harus kembali digalakkan. Melalui

pendekatan keluarga, diharapkan

puskesmas dapat menangani

masalah-masalah kesehatan

individu secara siklus hidup (life

cycle). Ini artinya penyiapan dan

penanganan masalah kesehatan

dilakukan sejak fase sebelum

pembuahan, dalam kandungan,

proses kelahiran, tumbuh

kembang masa bayi-balita, usia

sekolah dasar, remaja, dewasa

sampai usia lanjut, dimana

penerapan pelayanan kesehatan

harus terintegrasi dan

berkesinambungan (continuum of

care).

24 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Contoh Kegiatan Program

Pendekatan Keluarga.

Salah satu bentuk dari pendekatan

keluarga yang dapat dilakukan oleh

Puskesmas adalah melalui kegiatan

kunjungan rumah secara rutin dan

terjadwal. Dengan kunjungan

rumah, Puskesmas dapat

memperoleh data profil kesehatan

keluarga (prokesga) yang berguna

untuk mengenali secara lebih

menyeluruh (holistic) masalah-

masalah kesehatan di keluarga.

Selain itu, kegiatan promotif dan

preventif terhadap UKBM juga

dapat terlaksana dengan kunjungan

di luar gedung. Kombinasi dari profil

kesehatan keluarga dan upaya

promotif-preventif tentu akan lebih

efektif dalam mengatasi masalah-

masalah kesehatan.

Program Germas dan pendekatan

keluarga yang dilaksanakan

Puskesmas juga secara langsung

akan menguatkan manajemen

puskesmas secara internal, yang

mencakup sumber daya manusia,

pendanaan, sarana prasarana,

program kesehatan, sistem

informasi dan jejaring dengan

pihak terkait di lingkup wilayah

kerjanya seperti Puskesmas

Pembantu (Pustu), Puskesmas

Keliling (Pusling), Pos Pelayanan

Terpadu (Posyandu), Posyandu

Remaja, UKS dan Saka Bakti

Husada.

D. Mengawal Perilaku Kesehatan

Milenial

Banyak Generasi milenial yang

perilaku hidupnya menyamakan

dengan influencer yang diikuti di

dunia maya, gaya hidup generasi

milenial tidak bisa lepas dari 3F

(Food, Fun & Fashion). Tuntutan

pergaulan yang tinggi lewat selera

fashion yang mengikuti mode,

mengikuti tren masa kini agar

tidak ketinggalan zaman hingga

kebiasaan hedonis yang

menghambur-hamburkan uang

turut mewarnai gaya hidup kaum

milenial. Banyak dari generasi

milenial yang menderita

gangguan obesitas dan ada juga

yang kurang gizi (anemia) karena

salah mengartikan kehidupan

dunia mayanya.

25 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Berbagai sarana kesehatan untuk

kedepanya (upaya kesehatan

berbasis masyarakat) atau

posyandu remaja dalam menjaring

generasi milenial lokasi harus

menjadi pertimbangan, karena

kebiasaan 3F kaum milenial yaitu :

(Fashion) di tempat Mall, (Food) di

tempat makan, (Fun) aktif

mendatangi tiap ada event seperti

acara 17 Agustus, setiap ada acara

pertandingan olahraga, serta dalam

mensosialisasikan program-

program pemerintah harus melihat

model/idola mereka, jangan

sampai mengkampanyekan

aktivitas fisik yang disuruh

orangnya obesitas, dll.

E. Memodifikasi Faktor Risiko

Kesehatan Milenial

Di era modern ini para milenial

pasti sering melakukan kebiasaan

buruk yang pastinya sangat

berpengaruh bagi kesehatan.

Sumber : Riskesdas 2018

Apalagi jika waktu untuk merawat

kesehatan itu sangat minim sekali,

mengingat aktivitas dan jam kerja yang

begitu padat. Dan sebetulnya milenial

bisa memulai untuk hidup sehat

dengan mempraktekkan hal kecil

26 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

seperti makan sayur dan buah,

melakukan aktivitas fisik, sering cek

tekanan darah tinggi bersama cek

diabetes, terutama hipertensi yang

sudah dinobatkan sebagai pembunuh

yang tiba-tiba (silent killer) dikarenakan

penyakit tersebut tidak menimbulkan

tanda-tanda khusus, sekaligus penyakit

yang paling banyak menguras dana

BPJS. Oleh karena itu, sangat penting

untuk memeriksa tekanan darah secara

teratur. Jika dibiarkan tidak

terdiagnosis dan tidak diobati, dapat

meningkatkan risiko berbagai macam

penyakit. Kurangi kebiasan hidup tidak

sehat dengan :

1. Jaga berat badan tetap dalam

rentang ideal

2. Olahraga teratur

3. Atur konsumsi makanan

4. Batasi asupan Garam, Gula,

Lemak (GGL)

5. Batasi konsumsi minuman

beralkohol, karbonasi, dan

berhenti merokok

6. Lakukan pemeriksaan tekanan

darah secara rutin

7. Turunkan tingkat stress

F. Hal Yang Mempengaruhi

Keberhasilan Germas dan PIS-PK

Keberhasilan program ini tentunya

memerlukan pemahaman

dan komitmen yang sungguh-

sungguh, sistematis

dan terencana dari seluruh

petugas puskesmas. Kesamaan

pemahaman dan komitmen yang

kuat akan menghasilkan

tercapainya target area

prioritas/sasaran dari program ini.

Komitmen untuk bekerja di dalam

dan di luar gedung puskesmas

tentu juga perlu didukung

oleh Dinas Kesehatan (Dinkes)

Kabupaten/Kota sebagai induk

dari puskesmas. Salah satu

bentuk dukungan dari Dinkes

adalah melalui alokasi anggaran

berupa dana operasional

puskesmas. Walaupun

puskesmas sudah memiliki dana

kapitasi dari BPJS Kesehatan

yang dapat digunakan untuk

pelaksanaan program ini,

dukungan alokasi anggaran dari

Dinkes tentu juga diharapkan

tetap didapatkan.

Terlebih kegiatan kunjungan luar

gedung memerlukan ekstra

pengorbanan dari petugas

puskesmas. Kegiatan luar gedung

yang dilakukan harus

mempertimbangkan jumlah

petugas puskesmas, jumlah

PKPR (UKBM) di wilayah kerja

Puskesmas, kondisi geografis dan

juga pendanaan. Bila diperlukan,

27 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

puskesmas dapat merekrut petugas

tambahan dari kader-kader cerdas

kesehatan (minimal S1) yang di gaji

di wilayah kerjanya. Rekrutmen ini

tentu merupakan hasil analisis

kebutuhan beban kerja dengan

mempertimbangkan teori 4 unsur

perubahan berencana AoC

(LIPPIT). Kunjungan PKPR yang

dilakukan juga dapat

menjadi sarana penyampaian

pesan-pesan kesehatan kepada

individu-individu dalam keluarga.

Maka petugas dapat memberikan

leaflet/flyer tentang keluarga

berencana, pemeriksaan

kehamilan, ASI eksklusif, imunisasi,

gizi seimbang, pencegahan

penyakit menular, pencegahan

penyakit tidak menular, bahaya

merokok, cara mencuci tangan

yang baik, jaminan kesehatan

nasional, dan lain-lain.

Data kesehatan remaja didapat

dari kunjungan UKBM merupakan

data yang sangat berharga bagi

puskesmas. Analisis yang

akurat terhadap milenial akan

berguna untuk mengidentifikasi

dan menetapkan intervensi

kesehatan apa saja yang

dibutuhkan terhadap remaja.

Setiap UKBM tentu akan

menghasilkan intervensi

kesehatan yang berbeda dengan

UKBM lain. Perbedaan ini akan

dapat dibaca sebagai hasil yang

akurat dengan adanya

keseragaman indikator. Sehingga

hasil akhir yang diharapkan

adalah tercapainya area

prioritas/sasaran dari program.

G. Peran Puskesmas Sebagai

Penentu Keberhasilan

Pedoman Penyelenggaraan

Program Indonesia Sehat dengan

Pendekatan Keluarga, pemerintah

telah menetapkan bahwa pelaksana

dari program ini adalah pusat

kesehatan masyarakat

(Puskesmas). Puskesmaslah ujung

tombak dan penentu keberhasilan

program ini. Adapun area

prioritas/sasaran yang telah

ditetapkan oleh pemerintah

melalui program ini adalah

penurunan Angka Kematian

Ibu/Angka Kematian Bayi (AKI

dan AKB), penurunan prevalensi

balita pendek (stunting),

penanggulangan penyakit

menular dan penanggulangan

penyakit tidak menular.

Pelaksanaannya melalui

pendekatan upaya promotif dan

preventif tanpa mengabaikan

upaya kuratif dan rehabilitative.

28 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Kedepan, puskesmas sebagai

ujung tombak dari pelayanan

kesehatan milik pemerintah harus

lebih proaktif lagi dalam

melaksanakan program-program

kesehatannya. Program preventif

dan promotif harus kembali

digalakkan. Melalui budaya Germas

dan pendekatan keluarga,

diharapkan puskesmas dapat

menangani masalah-masalah

kesehatan individu secara siklus

hidup (life cycle). Ini artinya

penanganan masalah kesehatan

dilakukan sejak fase dalam

kandungan, proses kelahiran,

tumbuh kembang masa bayi-balita,

usia sekolah dasar, remaja, dewasa

sampai usia lanjut. Namun dalam

percepatan budaya Germas,

fokusnya wilayah kerjanya

ditekankan pada PKPR dulu yaitu:

Posyandu Remaja, UKS dan Saka

Bakti Husada sebagai terobosan

yang paling efektif, efisien dan

program PKPR sudah merata di

seluruh puskesmas.

Temuan di Puskesmas :

Puskesmas telah melaksanakan

PKPR. Jenis kegiatan dalam PKPR

baru sebatas pemberian informasi

dan edukasi, pelayanan klinis medis

termasuk pemeriksaan penunjang,

konseling, pendidikan

keterampilan hidup sehat, cuma

pelatihan untuk konselor sebaya

dan pelayanan rujukan sosial

masih kurang, ruangan khusus

buat tempat pelayanan milenial

belum semua terpenuhi di

puskesmas, pada kunjungan

lapangan di Puskesmas Babakan

Sari, juga belum tersedia ruangan

khusus konsultasi pelayanan

remaja apalagi tenaga khusus

PKPR kejiwaan/psikologi. Ada

ruangan pemeriksaan tetapi

belum sesuai jiwa milenial yang

dekorasinya berwarna-warni, ada

WIFI, ruang tunggu tidak

bercampur dengan para orang

tua.

Tapi dalam mengantisipasi

perilaku milenial yang 3F,

Puskesmas Babakan Sari sudah

membuat terobosan baru yaitu :

jemput bola tiap ada keramaian

dengan membuka stand untuk

menjaring remaja, perencanaan

kedepan juga akan bekerjasama

dengan CSR untuk membuat

Posyandu di mall, dan tempat

nongkrong remaja (cafe) serta

membuat WA Group untuk remaja

milenial agar lebih terbuka dalam

konseling. Sekaligus untuk

menjawab gap waktu

29 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

pelaksanaan dimana pagi hari anak

milenial masuk sekolah sedang

sore hari Puskesmas sudah tutup.

Faktor penghambat lain, dalam

pelaksanaan PKPR petugas banyak

rangkap jabatan, kurangnya

kerjasama tim PKPR dalam

pelaksanaan, masaIah kurangnya

evaluasi monitoring yang

menghasilkan perbaikan

pelayanan. Kurangnya sosialisasi

terkait program PKPR,

pelaksanaan, peran dan fungsi

pendamping di sekolah juga masih

kurang, konselor belum mengetahui

peran dan fungsinya. Selain itu,

kebijakan pemerintah yang

tumpang tindih ini menjadi dilema

pihak Dinas Kesehatan dalam

pelaksanaan PKPR (Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja) di

tingkat puskesmas. Kurangnya

perhatian dan dukungan terkait

anggaran, SDM dan pelaksanaan

PKPR sebagai upaya promotif

dan preventif dalam mengatasi

perilaku berisiko milenial.

H. Peran Dinas Kesehatan Provinsi,

Kabupaten dan Kota

Peran Dinas Kesehatan Provinsi

dalam penyelenggaraan

puskesmas secara umum adalah

memfasilitasi dan

mengoordinasikan Dinas

Kesehatan Kabupaten/ Kota

diwilayah kerjanya untuk

berupaya dengan sungguh-

sungguh agar Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 75 Tahun

2014 terpenuhi di semua

puskesmas. Peran Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota

sebagai pemilik Unit Pelaksana

Teknis/Puskesmas adalah

mengupayakan dengan sungguh

sungguh agar Inpres Nomor 1

Tahun 2017 tentang Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat,

terpenuhi untuk semua

Puskesmas di wilayah kerjanya.

Dinas Kesehatan Provinsi,

Kabupaten dan Kota memiliki tiga

peran utama, yakni:

pengembangan sumber daya,

koordinasi dan bimbingan,

serta pemantauan dan

pengendalian.

Temuan di Dinas Kesehatan

Provinsi dan Kota Jawa Barat.

Dari hasil FGD di Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat

terutama dari 4 aspek instrumen

kebijakan, terlihat begitu banyak

potensi kesenjangan dan konflik

kebijakan terkait dengan

penyelenggraan kebijakan

30 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Analisis Perilaku Milenial dalam

Mendukung Percepatan Germas

Dan PIS-PK Pada Penanganan

Lima Isu Prioritas Nasional. Salah

satu hal yang paling mendasar dari

temuan lapangan adalah tidak ada

satupun kebijakan PKPR yang

benar benar ditujukan untuk

mendukung percepatan Germas,

yang ada hanyalah berbagai

kebijakan teknis untuk

penyelenggaraan masing-masing

program sesuai tugas pokok

institusi masing-masing dan bukan

diniatkan untuk mempercepat

pelaksanaan Germas.

Mengingat tidak ada program dan

kegiatan yang baru dalam PKPR,

maka proses penerjemahan

kebijakan menjadi program dan

kegiatan relatif mudah dilakukan.

Pada tingkat provinsi dan

kabupaten, jajaran Dinas

Kesehatan dapat membuat program

dan kegiatan sesuai dengan yang

dibutuhkan. Pada tingkat

puskesmas, penjabaran dan

penerapan program dan kegiatan

pada dasarnya sudah dilakukan dan

hal ini berhubungan dengan kinerja

puskesmas sebelumnya.

Meskipun komitmen dalam

pengembangan PKPR sangat tinggi

di tingkat pusat, tetapi sayangnya

kurang diikuti dengan

kelengkapan instrumen kebijakan

misalnya pendanaan karena

memang PKPR tidak dianggarkan

secara khusus dari Pusat, hal ini

menjadikan program PKPR

seperti jalan ditempat.

Pada tingkat provinsi,

penerjemahan kebijakan

bervariasi walaupun semuanya

memiliki semangat sama untuk

mensukseskan budaya Germas di

masyarakat. Pemegang program

umumnya mengeluhkan kesulitan

dalam pengorganisasian akibat

belum cukupnya tenaga khusus

(Change Agent) untuk advokasi di

UKS dan Posyandu Remaja serta

kurangnya pembiayaan yang

dianggarkan.

Komitmen untuk bekerja di dalam

dan di luar gedung puskesmas

tentu juga perlu didukung

oleh Dinas Kesehatan (Dinkes)

Provinsi, Kabupaten dan Kota

sebagai induk dari puskesmas.

Salah satu bentuk dukungan dari

Dinkes adalah melalui alokasi

anggaran berupa dana

operasional puskesmas.

Walaupun puskesmas sudah

memiliki dana kapitasi dari BPJS

31 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Kesehatan yang dapat digunakan

untuk pelaksanaan program ini,

dukungan alokasi anggaran dari

Dinkes tentu juga diharapkan

tetap didapatkan

Terlebih kegiatan kunjungan luar

gedung memerlukan pengorbanan

ekstra dari petugas puskesmas.

Kunjungan luar gedung yang

dilakukan harus

mempertimbangkan jumlah petugas

puskesmas, jumlah PKPR (UKBM)

di wilayah kerja puskesmas, kondisi

geografis dan juga pendanaan. Bila

diperlukan, Puskesmas dapat

merekrut petugas tambahan dari

kader-kader Cerdas kesehatan

(minimal S1) di wilayah kerjanya.

Rekrutmen ini tentu merupakan

hasil analisis kebutuhan dengan

mempertimbangkan hal-hal

tersebut di atas. Kunjungan PKPR

yang dilakukan juga dapat

menjadi sarana penyampaian

pesan-pesan kesehatan kepada

individu-individu dalam keluarga.

Maka petugas dapat memberikan

leaflet/flyer tentang keluarga

berencana, pemeriksaan

kehamilan, ASI eksklusif, imunisasi,

gizi seimbang, pencegahan

penyakit menular, pencegahan

penyakit tidak menular, bahaya

merokok, cara mencuci tangan

yang baik, jaminan kesehatan

nasional, dan lain-lain.

Data kesehatan remaja didapat

dari kunjungan UKBM merupakan

data yang sangat berharga bagi

puskesmas. Analisis yang

akurat terhadap milenial akan

berguna untuk mengidentifikasi

dan menetapkan intervensi

kesehatan apa saja yang

dibutuhkan terhadap remaja.

I. Peran Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan sebagai

Pemerintah Pusat dalam

menyelenggarakan urusan

pemerintahan konkuren

sebagaimana UU No. 23 Tentang

Pemerintahan Daerah berwenang

untuk: (a) menetapkan norma,

standar, prosedur, dan kriteria

dalam rangka penyelenggaraan

urusan pemerintahan; (b)

melaksanakan pembinaan dan

pengawasan terhadap

penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah, selain juga

pengembangan sumber daya,

koordinasi dan bimbingan, serta

pemantauan dan evaluasi.

Dan diharapkan pemerintah pusat

bisa merubah kebijakan Germas

dibidang promosi semula

32 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Information, Education, and

Communication (IEC) menjadi

Behavior Change Comunication

(BCC) sehinnga membutuhkan

“Change Agent” karena di

Puskemas dan UKS sudah memilih

para duta/agent (duta kesehatan,

duta PMI, Duta KB) puskesmas

tinggal mengisi, dan selama ini UKS

masih bersifat seremonial dan

temporer, belum ada perencanaan

yang terarah dan berkelanjutan

akan di isi apa UKS selain dokter

cilik.

J. Peran dan Tanggung

Jawab Lintas Sektor

Keberhasilan Budaya Germas dan

PIS-PK diukur dengan Indeks

Keluarga Sehat, yang merupakan

komposit dari 12 indikator. Semakin

banyak indikator yang dapat

dipenuhi oleh suatu keluarga

melalui forum komunikasi PKPR,

maka status keluarga tersebut akan

mengarah kepada Keluarga

Sehat. Sementara itu, semakin

banyak keluarga yang mencapai

status Keluarga Sehat, maka akan

semakin dekat tercapainya

Indonesia Sehat.

Sehubungan dengan hal tersebut,

disadari bahwa keberhasilan

budaya Germas dan PIS-PK juga

sangat ditentukan oleh peran dan

tanggung jawab sektor-sektor lain

di luar sektor kesehatan (lintas

sektor). Kementerian dan

lembaga yang dapat ikut berperan

dalam program ini misalnya

Kementerian PDT, Kemenpan &

RB, Kemenkominfo,

Kemendagri/Pemda,

Kemenperindag, Kemenaker,

Kemenag, BKKBN, Kemenpora

dan Kemendikbud.

Temuan di SMP Negeri 1

Lembang.

Kegiatan PKPR di SMP Negeri 1

Lembang masih terbatas pada

penyuluhan di sekolah dengan

materi kesehatan reproduksi

remaja, sedang remaja yang

datang ke puskesmas belum

mendapat pelayanan seperti alur

model pelayanan PKPR, akses

remaja ke puskesmas terbentur

dengan kegiatan belajar, masih

adanya puskesmas yang belum

melakukan pelatihan konselor

sebaya (Change Agent), bahan-

bahan penyuluhan masih kurang,

terbatasnya alat bantu

pembelajaran edukatif serta

pemahaman SDM tentang

program PKPR masih kurang.

33 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

Kerjasama lintas sektor belum

digunakan untuk menggalang

dukungan bagi terselenggaranya

PKPR khusus bagi sekolah-

sekolah. pelaksanaan program

PKPR belum memenuhi kriteria

pelayanan remaja seperti yang

ditetapkan karena belum cukupnya

dukungan dana, sarana prasarana,

dan tenaga. Perlu perluasan

sosialisasi dan cakupan PKPR

ditambah PTM dan dukungan

penuh pemerintahan daerah dalam

program PKPR di masing-masing

wilayah kerja puskesmas.

Kegiatan UKS di SMP Negeri 1

Lembang sudah melakukan

terobosan dalam belajar dan

mengajar sudah mengkaitkan

dengan integrasi kurikulum dan

PHBS misalnya kegiatan literasi

murid bersama dengan guru

membaca buku rapor kesehatanku

untuk sosialisasi dan edukasi

mengenai PHBS, serta pembinaan

kader/duta kesehatan di sekolah

seperti dokter cilik, aktivitas fisik

dengan senam sebelum masuk

kelas.

Dari hasil FGD (guru dan anak

sekolah) ternyata mereka hanya

mengetahui puskesmas sebagai

layanan untuk berobat bagi orang

sakit.

Selain itu kenyataan bahwa

penyampaian informasi mengenai

keberadaan dan pelayanan PKPR

belum mencakup seluruh remaja.

Hal ini sesuai dengan pernyataan

dari petugas puskesmas bahwa

belum semua sekolah di wilayah

kerja puskesmas bekerjasama

dalam pemanfaatan PKPR, belum

lagi petugas di puskesmas yang

selalu berganti ganti. Kurangnya

pengetahuan remaja mengenai

keberadaan PKPR ini berdampak

pada tidak maksimalnya

pelayanan, konseling dan

penyuluhan mengenai kesehatan

remaja.

K. Bonus Demografi

Berbagai karakteristik yang

dimiliki oleh generasi milenial

yang disebutkan di atas

merupakan modal untuk

berkompetisi dalam bonus

demografi Indonesia. Generasi

milenial akan mampu

menghadapi tantangan bonus

demografi sekaligus mewujudkan

kemandirian bangsa dengan

catatan mereka harus menyadari

akan potensi-potensi yang

dimilikinya. Bila generasi milenial

mampu menyadari berbagai

potensi yang dimiliki akan timbul

34 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

sikap optimis. Sikap tersebut

sangat penting guna menghadapi

gejolak bonus demografi yang akan

terjadi dalam waktu dekat 2035 -

2040. Jika tidak disiapkan, bonus

demografi justru akan

menimbulkan banyak masalah,

terutama meningkatnya angka

kesakitan yang pasti akan

membebani negara. Besarnya usia

milenial dalam bonus demografi,

jika bisa diberikan pendidikan

kesehatan dengan baik dan

benar, maka tidak mustahil

bangsa Indonesia akan menjadi

bangsa yang maju lebih cepat.

Akan tetapi jika potensi SDM ini

tidak dikelola dengan taktis, yang

akan dituai di tahun 2035 – 2040

justru sebuah bencana (disaster).

Selain itu, upaya ini akan mubazir

jika pemerintah dan berbagai

komponen pendukung tidak turun

tangan. Peranan pemerintah

melalui berbagai kebijakan dan

regulasi untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dan

genersi milenial sangat diperlukan.

Dengan demikian, generasi

milenial akan semakin berkembang

dan berkompeten untuk

menghadapi tantangan ini. Hal

tersebut akan semakin efektif

apabila setiap pihak mampu

bersinergi untuk mewujudkan apa

yang kita upayakan bersama.

Bangsa Indonesia patut optimistis

terhadap berbagai potensi yang

dimiliki oleh generasi milenial.

Oleh karena itu kesehatan

sebagai Aset, adalah modal

besar untuk mewujudkan

kemandirian bangsa dalam

segala Aspek.

KESIMPULAN

Terobosan baru dalam pembangunan

kesehatan berupa Germas dan PIS-

PK yang difokuskan pada 5 program

prioritas nasional ini masih belum

35 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

bisa keluar dari persoalan-persoalan

kesehatan yang mendasar seperti

tingginya Angka Kematian Ibu/Angka

Kematian Bayi (AKI-AKB), gizi buruk,

penyebaran penyakit menular dan tidak

menular. Pertanyaan tersebut akan

mampu dijawab dengan keberhasilan

program PKPR. Terutama kegiatan

UKS dengan pelibatan Generasi

Milenial sebagai Subjek dan Objek

dalam perekrutan AoC, sebagai

Elemen penghubung, Kader “Change

Agent” teman sebaya mempunyai

peran yang sangat berarti bagi remaja.

Dengan adanya AoC diharapkan bisa

mendorong Promkes yang membawahi

seluruh UKBM untuk merubah

Kebijakanya yang semula EIC

(Education, Information, and

Communication) berubah menjadi BCC

(Behavior, Change, Communication).

Keberhasilan pembangunan kesehatan

ini tentunya memerlukan pemahaman

dan komitmen yang sungguh-sungguh,

sistematis dan terencana dari seluruh

stakeholder dan perlunya sinergi antar

kementerian untuk saling suport,

seperti Literasi (bacaan kesehatan)

murid dan guru tiap bulan minimal 2 kali

dan Edukasi gizi seimbang (Isi

Piringku) dengan orang tua siswa di

sekolah perlu support kebijakan dari

Kemendikbud, dengan stakeholder lain

misal tentang kenaikan tax untuk

minuman yang mengandung GGL

(Gula, Garam dan Gula) tinggi.

Rekomendasi

1. Kebijakan Germas bidang

Promosi selama ini masih EIC

(Education, Information, and

Communication) seharusnya

berubah menjadi BCC (Behavior,

Change, Communication).

dengan memilih “Change Agent”

dilatih sebagai AoC di UKS,

Posyandu Remaja, dan Saka

Bakti Husada.

2. Penguatan PKPR dalam

anggaran harus tertulis PKPR

karena sering anggaran PKPR di

alihkan untuk program KIA, bisa

dalam bentuk BOK/DEKON,

sedang penguatan SDM bisa

rekrutmen “Tenaga Honor/Kader

Milenial” (minimal lulusan S1

yang di gaji) untuk

mengkomunikasikan program

program Kemenkes dengan

meluaskan area cakupanya bukan

hanya KIA dan NAPZA tetapi juga

disesuaikan dengan Germas.

3. Setiap indikator PIS-PK diurai

menjadi beberapa komponen dan

diterjemahkan dalam Bahasa

Milenial, sehingga milenial

sebagai Subjek tertantang

36 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

memilih salah satu komponen

tersebut untuk di buat Vlog,

Youtube, Instagram, Facebook dan

disebarkan ke komunitasnya.

4. Advokasi ke pada Kementerian

Perdagangan untuk menaikan

Cukai minuman dan makanan GGL

(Gula, Garam, Lemak) berkadar

tinggi.

5. Pembuatan SK bersama antara

Kemenkes dengan Kementerian

Pendidikan tentang membaca

Literasi kesehatan minimal tiap

bulan 2 kali

6. Perlunya dibuat sarana

kesehatan/Posyandu milenial di

lingkungan 3F (Fun, Food, Fashion)

contoh bangunan sarana kesehatan

ramah selfie, dan diberi lukisan

destinasi wisata setempat, kantin

ditaruh di depan atau di samping.

7. Perlunya kerjasama Kemendikbud,

Kemenkes dan ibu orang tua siswa

untuk membawa bekal ke sekolah

sekaligus edukasi tentang gizi

seimbang.

8. Monsosialisasikan Program

Germas kepada para milenial di

tempat ngumpul milenial 3F (Food:

café/tempat makan, Fun:

pertandingan olah raga, Fashion:

Mall) bila ada milenial yang terjaring

obesitas ada penawaran diskon

2,5% untuk semua pembelian,

dengan melakukan aktifitas fisik

misal push-up dan squat jump

(Cowok), untuk perempuannya di

arahkan ke senam Zumba, atau K-

Pop, dibuat Vlog dan di viralkan.