global development delayed
DESCRIPTION
gangguan tumbuh kembang pada anakTRANSCRIPT
Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Tristan, anak laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa
duduk dan merangkak. Tristan anak pertama dari ibu usia 27 tahun. Lahir spontan
dengan bidan pada kehamilan 39 minggu. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan
periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat
badan lahir 3.250 gram. Pada saat usia 6 bulan Tristan mengalami kejang yang
disertai demam dan dirawat di RS selama 2 minggu. Sebelum terkena kejang dan
demam itu Tristan sudah bisa tengkurap bolak balik, sudah bisa tersenyum kea rah
ibunya dan perkembangan lainnya sesuai usia. Sejak keluar dari RS Tristan mulai
terlihat malas bergerak dan hanya bisa tengkurap saja. Sampai saat ini belum bisa
duduk dan merangkak, belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur
saring dan susu. Tristan juga belum bisa makan biskuit sendiri. Tristan sudah
mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa, bila menginginkan
sesuatu dia selalu menangis.
Pemeriksaan Fisik: Berat badan 7,5 kg, panjang badan 75 cm, lingkaran
kepala 45 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau
melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya
dengan keras. Terdapat gerakan yang tidak terkontrol. Pada posisi tengkurap dapat
mengangkat dan menahan kepala beberapa detik. Kekuatan kedua lengan dan
tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, refleks tendon
meningkat. Pada waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling
menyilang. Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki. Hasil tes
Bera: respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB.
1
I. Klarifikasi Istilah
1. Mengoceh: Rangkaian kata-kata yang tidak memiliki makna atau
tidak jelas.
2. Kejang : Kontraksi involunter atau serangkaian kontraksi dari otot-
otot volunteer.
3. Tengkurap bolak-balik: Perubahan posisi dari merebahkan diri
dengan muka menghadap kebawah (menelungkup) menjadi posisi
menengadah keatas.
4. Bubur saring: Bentuk makanan semi padat atau lunak yang
merupakan peralihan dari makanan cair ke makanan padat atau
biasa.
5. Tes Bera: (Brain Evoke Response Audiometry) Tes respon
audiometric atau tes yang berfungsi menilai pendengaran bayi atau
anak, yang tidak kooperatif, yang tidak dapat diperiksa dengan cara
konvensional.
6. Gambaran dismorfik: Keadaan dimana terdapat bentuk morfologi
yang berbeda-beda atau kelainan pada perkembangan morfologi.
7. Perkembangan: Bertambah matangnya struktur dan fungsi tubuh
ditandai dengan bertambahnya keterampilan atau kepandaian dan
bersifat kualitatif.
8. Kontak mata: Pertemuan antara mata dari dua orang yang
menunjukkan suatu komunikasi nonverbal.
2
II. Identifikasi Masalah
1. Tristan, anak laki-laki 18 bulan, dibawa ke klinik dengan
keluhan belum bisa duduk dan merangkak.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit:
- Pada usia 6 bulan, Tristan mengalami kejang yang disertai
demam dan dirawat di RS selama 2 minggu.
3. Riwayat Perkembangan:
- Sebelum kejang dan demam (6 bulan):
Bisa tengkurap bolak-balik
Tersenyum kepada ibu
Perkembangan lainnya sesuai usia
- Setelah keluar dari RS (6 bulan):
Malas bergerak
Hanya bisa tengkurap saja
- Saat ini (18 bulan):
Belum bisa duduk dan merangkak
Belum bisa makan nasi (hanya bisa makan bubur saring
dan minum susu)
Belum bisa makan biskuit sendiri
Sudah bisa mengoceh, tapi belum bisa memanggil
mama dan papa
Menangis bila menginginkan sesuatu
4. Hasil pemeriksaan fisik:
Berat badan 7,5 kg, panjang badan 75 cm, lingkaran kepala 45
cm. Terdapat gerakan yang tidak terkontrol. Kekuatan kedua
lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk
ditekuk, refleks tendon meningkat. Pada waktu diangkat ke
posisi vertical kedua tungkai saling menyilang. Hasil tes Bera:
respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB.
III. Analisis Masalah
3
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan normal anak sampai
usia 18 bulan?
Jawab:
0-2 bulan
- Senyum spontan
- Menoleh ke suara ibu
- Mengenali ekspresi wajah
2-6 bulan
- ATNR dan refleks genggam menghilang
- Meraih benda
- Tengkurap dan telentang
- Duduk tanpa head-lag
6-12 bulan
- Duduk tanpa sandaran (6-7 bulan)
- Thumb-finger grasp (8-9 bulan)
- Merangkak dan berusaha berdiri (8 bulan)
- Berjalan (12 bulan)
- Erupsi gigi pertama kali (gigi seri bagian tengah rahang
bawah)
- Tantrum
- Makan sendiri
- Mencari benda yang menghilang (object permanence)
- Komunikasi nonverbal
- Menunjuk benda
- Mengucapkan “mama” atau “dada” (10 bulan)
- Mengucapkan kata yang utuh pertama kali (12 bulan)
4
12-18 bulan
- Naik tangga dengan merangkak (15 bulan)
- Naik tangga dengan satu tangan dipegangi
2. Bagaimana dampak kejang dan demam terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bayi usia 6 bulan?
Jawab:
Dampak kejang bisa mengakibatkan cacat fisik, cacat mental,
gangguan perilaku, gangguan belajar, epilepsi, bahkan meninggal.
Beberapa penyakit yang bisa timbul akibat kejang adalah cerebral
palsy atau lumpuh otak, development delay (lambat pertumbuhan)
yang meliputi motoric delay (lambat motorik atau gerak), speech
delay (lamban bicara) dan cognitive delay (lamban kognitif),
terjadi kelumpuhan, epilepsi, kelainan perilaku hingga
keterlambatan mental.
3. Apa pengaruh kejang dan demam usia 6 bulan dengan keadaan
Tristan sekarang?
Jawab: ebit
Kejang dan demam sering menyerang pada anak usia <6 bulan.
Kejang disertai demam dapat disebabkan oleh meningitis atau
encephalitis (infeksi yang bersifat intrakranial). Pada kasus ini
dicurigai terjadi meningitis.
4. Apa saja penyebab anak usia 18 bulan belum bisa duduk dan
merangkak?
Jawab:
Penyebab:
- Ketidakmatangan persarafan
- Gangguan keseimbangan
5
- Keterlambatan ringan perkembangan motorik kasar
- Gangguan sensoris
- Tumor otak
- Retardasi mental
- Cerebral palsy
Faktor resiko:
- Bayi premature
- Obesitas
- BBLR (< 2500 g)
5. Bagaimana pengaruh asupan nutrisi (bubur saring dan susu) pada
Tristan?
Jawab:
Bubur saring merupakan makanan pengganti ASI yang cocok
untuk bayi usia 6-12 bulan. Kandungan karbohidrat bubur saring
yaitu 30%. Hal ini tentu saja tidak mencukupi kebutuhan
karbohidrat untuk usia anak 18 bulan yaitu sekitar 50-60% dan
menjadi faktor risiko gizi buruk pada pasien. Tetapi pada pasien
cerebral palsy, terdapat gangguan motorik, salah satunya gerakan
motorik di bagian mulut yang menyebabkan Tristan tidak bisa
memakan makanan yang lebih keras karena kemampuan
mengunyah dan menelannya yang terganggu.
6. Bagaimana pemberian asupan nutrisi yang sesuai untuk anak
sampai 18 bulan?
Jawab:
MP ASI dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara khusus
untuk bayi dan diberikan 2-3 kali sehari sebelum anak berusia 12
bulan, danditingkatkan 3-5 kali sehari sebelum anak berusia 24
bulan.
6
Jenis MP ASI
1. Makanan Lumat adalah makanan yang dihancurkan atau
disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar
dari makanan lumat halus, contoh : bubur susu, bubur
sumsum, pisang saring yang dikerok, pepaya saring, tomat
saring, nasi tim saring dll.
2. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan
banyak air dan tampak berair, contoh bubur nasi, bubur
ayam, nasi tim, kentang puri dll.
3. Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak
berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh:
lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit dll.
Anjuran Makan untuk Anak
1. Usia 0 – 6 Bulan
Diberikan hanya air susu saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8
kali sehari pagi, siang maupun malam.
7
2. Usia 6 – 9 bulan
- Teruskan pemberian ASI.
- Mulai memberikan MP ASI, seperti bubur susu, pisang, pepaya
lumat halus, air jeruk, air tomat saring, dll. secara bertahap sesuai
pertambahan umur .
- Berikan bubur tim lumat ditambah kuning telur / ayam / ikan /
tempe / tahu / daging sapi / wortel / bayam / kacang hijau / santan/
minyak.
- Setiap hari makan diberikan:
o 6 bulan : 2 x 6 sdm peres.
o 7 bulan : 2-3 x 7 sdm peres.
o 8 bulan : 3 x 8 sdm peres.
3. Usia 9 – 12 bulan
- Teruskan pemberian ASI
- MP ASI diberikan lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi
tim, nasi lembek.
- Tambahkan telur / ayam / ikan / tempe / tahu / bayam / santan /
kacang hijau / santan / minyak.
- Setiap hari pagi, siang dan malam diberikan:
o 9 bulan : 3 x 9 sdm peres.
o 10 bulan : 3 x 10 sdm peres.
o 11 bulan : 3 x 11 sdm peres.
- Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan
(buah, biskuit, kue).
4. Usia 12 – 24 bulan
- Teruskan pemberian ASI.
8
- Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan
kemampuan anak.
- Porsi makan sebanyak 1/3 orang dewasa terdiri dari nasi, lauk
pauk, sayur dan buah.
- Makanan selingan kaya gizi sebanyak 2 kali sehari diantara waktu
makan.
- Makanan harus bervariasi.
7. Apa saja yang dapat menyebabkan kejang dan demam pada bayi?
Jawab:
Faktor keturunan
Batuk pilek
Radang tenggorokan
Infeksi telinga
Trauma saat lahir
Trauma kepala
Infeksi atau radang otak
Tumor otak
Perdarahan otak
Kelainan bawaan pada otak atau susunan syaraf pusat
Gangguan metabolism dan elektrolit
Reaksi alergi
Keracunan obat atau bahan kimia
8. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
Jawab:
Pemeriksaan Kasus Nilai normal Interpretasi
BB 7,5kg 9-15 kg Severe
undernutrition
PB 75cm 77-90 cm Stunted
9
LK 45cm 45-51 cm Normal
Gambaran
dismorfik
- - Normal
Pemeriksaan
fisik
Anak sadar,
kontak mata
baik, mau
melihat dan
tersenyum
pada
pemeriksa.
Kesadaran dan
perkembangan
social normal.
Tes
pendengaran
Menoleh jika
dipanggil
namanya
dengan keras
Tidak perlu
dengan nada
keras.
Ada gangguan
pendengaran
Pemeriksaan
fisik
Terdapat
gerakan yang
tidak
terkontrol
- Tanda CP tipe
diskinetik
Pada posisi
tengkurap
dapat
mengangkat
dan menahan
kepala
beberapa
detik.
Seharusnya
dapat
menahan
kepala selama
mungkin.
Tanda CP tipe
diskinetik
Kekuatan
kedua lengan
dan tungkai
3 5 Kekuatan kedua
lengan dan
tungkai
menurun.
Lengan dan - Tanda CP tipe
10
tungkai kaku
dan susah
ditekuk
spastic
quadriplegia.
Reflex tendon
meningkat
Reflex tendon
normal.
Tanda CP tipe
spastic.
Pada waktu
diangkat ke
posisi vertical
kedua tungkai
saling
menyilang
- Tanda CP tipe
spastic
Tidak ada
kelainan
anatomi pada
kedua tungkai
dan kaki.
Normal
Tes bera pada
telinga kiri dan
kanan
30 dB 0-25 dB Tuli ringan
9. Bagaimana mekanisme abnormalitas hasil pemeriksaan fisik?
Jawab:
BB dan PB abnormal
CP → ganguan orofaringeal → sulit menelan dan mengunyah →
tidak bisa makan makanan padat → diberikan makanan bubur
saring dan susu → nutrisi inadekuat.
CP → gangguan gerakan involunter → energy yang dibutuhkan
meningkat.
Nutrisi inadekuat + energy yang dibutuhkan → gizi buruk.
Gangguan bahasa dan berbicara
11
CP → gangguan orofaringeal → kesulitan dalam berbicara.
Infeksi intracranial → infeksi dan lesi pada n.cranialis (n.VIII) →
gangguan pendengeran(nilai tes BERA abnormal) → kesulitan
dalam berbicara.
Gangguan motorik
CP → spasme dan hipertonus pada ekstremitas → kaku pada kedua
lengan dan tungkai, posisi kaki vertical ketika tubuh diangkat
vertical → belum bisa duduk dan merangkak.
CP → kekuatan otot menurun → belum bisa duduk dan merangkak
dan hanya bisa menahan kepala beberapa detik
10. Apa DD kasus ini?
Jawab:
- Gangguan metabolic genetic
- Miopati metabolik
- Neuropati metabolik
- Gangguan pergerakan dan gangguan perkembangan
- Lesi traumatik saraf perifer
- Malformasi vaskuler dari spinal cord
11. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada kasus ini?
Jawab:
- Pemeriksaan laboratorium: Gula darah, darah rutin
- Pemeriksaan penunjang :
- Tes pendengaran (Bera)
- MRI untuk menunjukkan adanya kelainan struktur maupun
kelainan bawaan
12
- CT scan untuk identifikasi adanya perdarahan, kelainan struktur,
maupun kelainan bawaan
12. Apa WD dan bagaimana cara penegakan diagnosis kasus ini?
Jawab:
Diagnosis kasus:
Tristan, anak laki-laki 18 bulan, mengalami Cerebral Palsy
campuran (spastik kuadriplegia + diskinetik), Global
Developmental Delayed (gangguan motorik, sosialisasi, bahasa dan
kemandirian) + gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan
(undernutrisi berat (BB 7,5 kg BB/U < -3), stunted (PB 75 cm
PB/U),wasted (BB/PB tepat di -3)).
Cara menegakkan diagnosis:
1. Anamnesis
a. Gangguan motorik belum bisa duduk dan
merangkak, malas bergerak dan hanya bisa tengkurap
saja.
b. Gangguan komunikasi belum bisa memanggil mama
dan papa, bila menginginkan dia selalu menangis.
c. Gangguan sosial dan kemandirian belum bisa makan
biskuit sendiri.
2. Pemeriksaan Fisik
a. BB 7,5 kg (BB/U < -3) severe undernutrition
b. PB 75 cm (PB/U < -2) stunted
c. BB/PB tepat pada -3 wasted
d. Gangguan pendengaran menoleh ketika dipanggil
namanya dengan keras dan hasil tes Bera respon suara
telinga kanan dan kiri 30 Db
e. Diskinetik (athetoid) gerakan yang tidak terkontrol
(involunter)
13
f. Gangguan motorik pada posisi tengkurap dapat
mengangkat dan menahan kepala beberapa detik
g. Spastik kuadriplegia lengan dan tungkai kaku dan
susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat, pada
waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling
menyilang
13. Bagaimana epidemiologi kasus ini?
Jawab:
Angka kejadian 1-5/1000 anak. Lebih banyak laki-laki. Sering
terdapat pada anak pertama. Angka kejadian lebih tinggi pada bayi
BBLR dan gemeli. Cerebral Palsy dapat terjadi selama kehamilan
(75 %), selama persalinan (5 %) atau setelah lahir (15 %) sampai
sekitar usia tiga tahun.
14. Apa etiologi dan faktor risiko kasus ini?
Jawab:
Etiologi: Belum diketahui secara pasti
Faktor resiko
a. Pranatal (Pada kasus tidak ada factor resiko pranatal)
1) Infeksi intrauterine : TORCH dan sifilis
2) Radiasi
3) Asfiksia intrauterine (abrupsio plasenta, plasenta previa,
anoksia maternal, kelainan umbilicus, perdarahan plasenta,
ibu hipertensi, dll.)
4) Toksemia gravidarum.
5) DIC karena kematian prenatal pada salah satu bayi kembar
b. Perinatal (Pada kasus tidak ada factor resiko perinatal)
1) Anoksial hipoksia
14
2) Perdarahan otak/ intra cranial
3) Trauma lahir.
4) Prematuritas.
5) Postmaturitas
6) Hiperbilirubinemia
7) Bayi kembar
c. Postnatal
1) Trauma kapitis.
2) Hipoksia/anoksia
3) Infeksi SSP
15. Bagaimana patofisiologi kasus ini?
Jawab:
15
Intake inadekuat
Hanya diberi bubur saring dan susuSulit dalam pemberian makanan
Kesulitan menelan
Terjadi gerakan involunter
Gangguan otot orofaringeal
Supranuclear bulbar palsy
Energi yang dibutuhkan ↑
Wasted
Stunted
Severly underweight
Gizi burukKedua tungkai menyilang ketika tubuh diangkat pada posisi vertikal
Ketika tengkurap hanya mampu menahan kepala selama beberapa detik
Lengan dan tungkai kaku juga sulit untuk ditekuk
Spasme dan hipertonus pada ekstremitas
Refleks tendon ↑
Tidak bisa makan biscuit sendiri
Gangguan pendengaran
Lesi pada nervi cranialis (n. VIII)
Terdapat lesi preventricular leukomalaciaKesulitan dalam berbicara
Terdapat lesi di ganglia basalis dan thalamus
Hipoperfusi dan hipoksia pada otak
Kejang disertai demam
Infeksi intrakranial
16. Bagaimana manifestasi klinis kasus ini?
Jawab:
Pada usia kurang dari 2 tahun :
Keterlambatan perkembangan motorik, seperti duduk atau jalan.
Terdapat paralisis spastik.
Terdapat gerakan-gerakan involunter.
16
Menetapnya refleks primitif.
Tidak/keterlambatan timbulnya refleks-refleks yang lebih tinggi,
seperti refleks Landau sesudah umur 10 bulan, refleks parasut
setelah umur 1 tahun.
17. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini?
Jawab:
1. Perbaiki gizi. Pada penderita palsi serebralis sering terdapat
kelainan pada gigi, kesulitan menelan, dan sukar untuk
menyatakan keinginan untuk makan.
2. Muscle relaxant: baclofen oral/intratekal untuk
mengobati spastisitas
3. Neuromuscular blocker agent: Botox tipe A mengurangi
spastisitas selama 3-6 bulan
Dosis: 12-20 U/kg, max : 400 U – 600 U/pertemuan
Otot kecil menerima 1-2 U/kg
Otot besar menerima 4-6 U/kg
Interval antar dosis paling sedikit 4 bulan
4. Operasi
a. Intratecal baclofen pump insertion
b. Selective dorsal rhizotomy
c. Stereotactic basal ganglia memperbaiki kekakuan,
choreoathetosis dan tremor
d. Orthopedic surgical intervention
5. Terapi
a. Orthotic devices
b. Fisik memperbaiki kemampuan motorik kasar
c. Okupasi memperbaiki kemampuan motorik halus
d. Bicara
e. Rekreasi
17
Pada kasus Tristan, tidak dilakukan operasi karena belum
mengalami kontraktur.
18. Apa komplikasi kasus ini?
Jawab:
1. Kulit ulkus dekubitus dan borok
2. Ortopedi kontraktur, dislokasi panggul, skoliosis
3. GI dan nutrisi :
a. Gagal tumbuh karena sulit makan dan menelan akibat
kontrol oromotor yang buruk perlu G-tube / J-tube
untuk pemberian nutrisi
b. Obesitas
c. GER dan pneumonia aspirasai
d. Konstipasi
e. Masalah gigi: karies gigi, disgenesis enamel, maloklusi
dan hyperplasia ginggiva
4. Respirasi :
a. Pneumonia aspirasi karena disfungsi oromotor
b. Penyakit paru kronik/dysplasia bronkopulmoner
c. Bronkiolitis/asma
5. Neurologi :
a. Epilepsy sering pada spastic kuadriplegia dan
retardasi mental
b. Gangguan pendengaran pada bayi yang kernikterus,
premature, dan terpapar obat-obatan ototoksik
6. Penglihatan:
a. Abnormalitas lapang pandang karena cedera kortikal
b. Strabismus
c. Penurunan tajam penglihatan karena retinopati dan
lepasnya retina
7. Kognitif, psikologis, dan tingkah laku:
18
a. Retardasi mental sering pada spastic kuadriplegia
b. ADHD
c. Gangguan belaajar
d. Pengaruh pada performa akademik dan kepercayaan diri
e. Depresi
19. Bagaimana prognosis kasus ini?
Jawab:
Ad Vitam: Dubia
Ad Fungsionam: Dubia et malam
20. Berapa KDU untuk kasus ini?
Jawab:
Tingkat kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap
penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
IV. Hipotesis
Tristan, anak laki-laki 18 bulan, mengalami cerebral palsy tipe
campuran (spastic quadriplegia+diskinetik) yang disertai severe
undernutrition (wasted dan stunted), dengan GDD (gangguan aspek
perkembangan motorik, sosialisasi/kemandirian dan bahasa) dan
gangguan pendengaran.
19
V. Kerangka Konsep
20
Cerebral Palsy
Infeksi Intrakranial
- Intake ↓- Kebutuhan kalori↑
Gangguan pertumbuhan
Gangguan oromotor
Gangguan perkembangan
Sosialisasi dan kemandirian
Bicara dan bahasa
Motorik kasar
Gangguan pendengaran
GDD
Tidak bisa makan biscuit
sendiri
Belum bisa memanggil mama dan
papa
Tidak bisa duduk dan merangkak
VI. Sintesis
1. TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK
Kurun waktu pertumbuhan dan perkembangan anak adalah 18 tahun 40
minggu, yaitu kurun waktu dari saat konsepsi sampai akhir masa remaja atau
adolesen. Secara garis besar dibedakan 3 aspek tumbuh kembang anak yaitu
tumbuh kembang fisis, intelektual, dan psikososial.
Pertumbuhan fisis
Pertumbuhan fisis dapat dinilai melalui ukuran berat badan, panjang atau
tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Berat badan merupakan
tanda pertumbuhan yang paling sering digunakan, karena mudah berubah dan
mudah diukur. Berat badan mencerminkan kesehatan dan keadaan gizi anak saat
itu. Berat badan sangat terpengaruh oleh keadaan sehat tidaknya seorang anak.
Pertumbuhan fisis dapat dinilai baik dengan pemeriksaan klinis maupun dengan
metode antropometri yang disebut status gizi.
Pada masa pranatal pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh asupan
makanan ibu. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir
kehamilan ibu. Berat lahir sangat penting diketahui karena penggambaran secara
sederhana pertumbuhan intra uterin. Berat lahir bayi cukup bulan berkisar antara
3000-3500 gram. Selanjutnya pada triwulan pertama penambahan berat badan
berkisar antara 1000-1250 gram/bulan, triwulan kedua 500-600 gram/bulan,
triwulan ketiga 350-450 gram/bulan, dan triwulan akhir 250-350 gam/bulan. Perlu
dilakukan pengamatan secara berkala dan teratur sehingga diperoleh kurva berat
badan yang mengikuti pertumbuhan normal sesuai usia dan jenis kelamin.
Pada masa pra sekolah kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun.
Pertumbuhan konstan mulai berakhir dan dimulai pacu tumbuh pra remaja dengan
kenaikan berat badan 3-3,5 kg/tahun. Selanjutnya diikuti dengan pacu tumbuh
adolesen. Pada anak perempuan mulai usia 8-10 ½ tahun sedangkan anak laki-laki
usia 10-12 ½ tahun Panjang badan merupakan ukuran yang sangat terpercaya
21
sebagai indikator pertumbuhan. Pada pengukuran panjang badan sangat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, suku bangsa, dan sosial ekonomi. Tinggi badan
merupakan indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisis yang sudah
lewat (stunting). Tinggi badan pengukurannya lebih sukar dilakukan, dan
pertambahannya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pertambahan berat
badan . Panjang badan saat lahir berkisar antara 45 cm – 55 cm, rata-rata 50 cm.
Pada usia 1 tahun panjang badan sekitar 2 kali panjang lahir. Untuk usia di atas 1
tahun dapat dipergunakan rumus sebagai berikut : usia (tahun) x 6 + 77 cm.
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial, dan dapat dipakai
untuk penilaian pertumbuhan otak. Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat
adalah pada 6 bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu manfaat pengukuran
terbatas pada 6 bulan pertama sampai usia 3 tahun. Kurva L.K. Nellhaus dapat
dipergunakan sebagai acuan pengukuran lingkar kepala.
Dari penelitian-penelitian neurofisiologi penglihatan diketahui bahwa
perkembangan penglihatan sangat pesat terjadi dalam 6 bulan pertama sesudah
bayi lahir, dan masih terus berkembang sampai sempurna pada usia 8-10 tahun.
Fiksasi monokular sudah ada sejak bayi lahir dan berkembang sempurna usia 6 –
9 minggu. Pada usia 2-3 bulan bayi sudah dapat mengikuti dengan baik benda-
benda yang digerakkan di depannya.
Pendengaran merupakan salah satu panca indera manusia. Segera setelah
lahir memperlihatkan refleks moro atau refleks kejut bila mendengar bunyi
dengan intensitas tinggi. Usia 4 bulan bayi bereaksi dengan senyuman. Pada usia
4-6 bulan bayi mulai memutar kepala ke arah sumber bunyi. Usia 10-12 bulan
bayi sudah dapat melokalisir bunyi dari segala arah, verbalisasi mulai berkembang
untuk satu kata seperti ma-ma, pa-pa.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
Ketrampilan motorik atau gerak pada anak dibagi dalam 2 katagori, yaitu
ketrampilan tangan dan ketrampilan kaki. Perkembangan motorik kasar adalah
ketrampilan anak untuk menggunakan otot-otot besar dari anak tersebut. Secara
22
garis besar rata-rata usia pencapaian kemampuan motorik kasar pada bayi dan
anak adalah sebagai dalam tabel dibawah ini.
Pencapaian kemampuan tersebut mempunyai variasi luas, setiap anak berbeda
dalam pencapaian kemampuan tersebut. Masing-masing perkembangan
mempunyai kurun waktu pencapaian atau milestones perkembangan. (lihat Tabel
1)
Perkembangan motorik halus mencakup kemampuan gerak tangan dan jari serta
koordinasi antara penglihatan dan kemampuan gerakan tangan dan jari.
Contohnya seperti menjimpit, menggenggam atau menggambar. Kemampuan
pemecahan masalah visual-motorik halus merupakan indikator yang baru dari
intelegensi di kemudian hari. Kemampuan ini dipengaruhi oleh matangnya fungsi
motorik berupa postur dan koordinasi saraf otot yang baik, fungsi penglihatan
yang akurat, dan kecerdasan. (lihat Tabel 2)
Jenis perkembangan Umur
Tengkurap
Terlentang dari tengkurap
Duduk ditopang
Duduk tanpa ditopang
Merayap
Duduk sendiri
Merangkak
Rambatan
Berjalan
Berjalan mundur
Berlari
Berjalan naik tangga
Melompat
4 bulan
5 bulan
5 bulan
6 bulan
7 bulan
8 bulan
8 bulan
9 bulan
12 bulan
14 bulan
16 bulan
20 bulan
27 bulan
Tabel 1. Tahapan perkembangan motorik kasar
23
VISUAL
- fiksasi pandangan
- mengikuti benda melalui garis tengah
- mengetahui adanya benda kecil
MOTORIK HALUS
- telapak tangan terbuka
- menyatukan kedua tangan
- memindahkan benda antara ke dua
tangan
- meraih unilateral
- pincer grasp imatur
- pincer grasp matur dengan jari
- melepaskan kubus di bawah gelas
MENGGAMBAR
- mencoret 12 bulan
- meniru membuat garis
- membuat garis spontan
- membuat garis horizontal & vertikal
- meniru membuat lingkaran
- membuat lingkaran spontan tanpa
melihat contoh
PEMECAHAN MASALAH
- memeriksa benda 7-8 bulan
- melemparkan benda 9 bulan
- membuka penutup mainan 10 bulan
- meletakkan kubus di bawah gelas 11
bulan
MELAKSANAKAN TUGAS
- memasukkan biji ke dalam botol 12
- melepaskan biji dengan meniru 14
- melepaskan biji spontan
Lahir
2 bulan
5 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
9 bulan
11 bulan
12 bulan
12 bulan
15 bulan
18 bulan
25-27 bulan
30 bulan
3 tahun
7-8 bulan
9 bulan
10 bulan
11 bulan
12 bulan
14 bulan
16 bulan
24
MENYUSUN KUBUS (SISI KUBUS
2,5 cm)
- menyusun 2 kubus 15 bulan
- menyusun 3 kubus 16 bulan
- kereta api dengan 4 kubus 2 tahun
- kereta api dengan cerobong asap
- jembatan dari 3 kubus 3 tahun
- pintu gerbang dari 5 kubus 4 tahun
- tangga dan dinding dari beberapa
kubus tanpa melihat contoh
MAKAN
- makan biskuit yang dipegang
-minum dari gelas sendiri
/menggunakan sendok
BERPAKAIAN
- membuka baju sendiri
- memakai baju
- membuka kancing
- memasang kancing
- mengikat tali sepatu
15 bulan
16 bulan
2 tahun
2 ½ tahun
3 tahun
4 tahun
6 tahun
9 bulan
12 bulan
24 bulan
36 bulan
36 bulan
48 bulan
60 bulan
Tabel 2. Tahapan perkembangan motorik halus
Kemampuan berbahasa Usia
25
Reaksi terhadap suara
Senyum sosial
Mengeluarkan suara agguu-aguu
Menggumam
Mengucapkan dadada, dada
Kata pertama yang benar
Kata kedua yang benar
Kata baru 4-6 kata
Menguasai 7 – 20 kata
Menguasai 50 kata, kalimat pertama (2 kata)
Kalimat terdiri dari 3 kata
Perbendaharaan sampai 14.000 kata, menyebut
3 kata sifat, kegunaan benda, bicara sebagian /
seluruhnya dimengerti, menyebut 4 warna,
menyebut jenis kegiatan
Pengertian akan bahasa lebih kompleks,
ucapan dan nada sudah lebih jelas dan bulat
0,5 bulan
5 minggu
2 bulan
6 bulan
8 bulan
11 bulan
12 bulan
12-15 bulan
16-17 bulan
18 –30 bulan
2 – 3 tahun
3 – 5 tahun
6 tahun
Tabel 3. Perkembangan fungsi berbahasa
26
Perkembangan Psikososial, kognitif dan moral
Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan mental emosional
seseorang dalam usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
pengalaman-pengalamannya. Sedangkan perkembangan kognitif meliputi
pengembangan proses pikir dan kemampuan intelektual / inteligentif lainnya.
Perkembangan moral meliputi proses belajar menyesuaikan dengan norma
perilaku yang diterima lingkungan masyarakat / budaya di mana seseorang itu
hidup.
2. CEREBRAL PALSY
Definisi
27
Cerebral palsy adalah terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan
kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan
manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan
secara umum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Pada
penyakit ini terjadi kerusakan pada sel-sel motorik yang sedang tumbuh atau
belum selesai tumbuh dan akan mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol
pergerakan dan postur secara adekuat.
Etiologi
a. Pranatal :
6) Infeksi intrauterine : TORCH dan sifilis
7) Radiasi
8) Asfiksia intrauterine (abrupsio plasenta, plasenta previa, anoksia
maternal, kelainan umbilicus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi,
dll.)
9) Toksemia gravidarum.
10) DIC karena kematian prenatal pada salah satu bayi kembar
b. Natal :
8) Anoksial hipoksia
9) Perdarahan otak/ intra cranial
10) Trauma lahir.
11) Prematuritas.
12) Postmaturitas
13) Hiperbilirubinemia
14) Bayi kembar
c. Postnatal :
4) Trauma kapitis.
5) Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis,
ensefalomielitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan
6) Racun : logam berat, CO
7) Kern icterus.
28
Faktor resiko
10 kali lebih sering ditemukan pada bayi premature
Very low birth weight < 1500g
Kehamilan letak sungsang
Kehamilan kembar
Kepala kecil(mikrosefali)
Hipertensi dalam kehamilan
Kejang segera setelah lahir
Epidemiologi
Angka kejadian 1-5/1000 anak. Lebih banyak laki-laki. Sering terdapat pada anak
pertama. Angka kejadian lebih tinggi pada bayi BBLR dan gemeli.
Cerebral Palsy dapat terjadi selama kehamilan (75 %), selama persalinan (5 %)
atau setelah lahir (15 %) sampai sekitar usia tiga tahun.
Klasifikasi
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis yang nampak
yaitu berdasarkan pergerakan:
Tipe Spastik (65%)
Pada tipe ini gambaran khas yang dapat ditemukan adalah paralisis spastik
atau dengan paralisis pada pergerakan volunter dan peningkatan tonus otot
(hipertoni, spastisitas, peningkatan refleks tendo dan klonus). Gangguan
pergerakan volunter disebabkan kesulitan dalam mengkoordinasi gerakan
otot. Bila anak menggapai atau mengangkat sesuatu, terjadi kontraksi otot
secara bersamaan sehingga pada pergerakan terjadi retriksi dan
membutuhkan tenaga yang banyak.
Paralisis akan mengenai sejumlah otot-otot, tetapi derajat paralisis berbeda-
beda, sehingga didapat ketidakseimbangan dalam tarikan otot dan akan
menghasilkan suatu deformitas tertentu, sehingga pada spastik Cerebral
Palsy deformitas akan berupa: fleksi, aduksi, dan internal rotasi. Gambaran
29
khas spastic gait berupa kekakuan dan kejang-kejang yang mengenai
anggota gerak yang terjadi di luar kontrol karena adanya deformitas posisi
dan tampak nyata pada saat penderita berjalan ataupun berlari. Paralisis
spastik yang mengenai otot bicara menyebabkan kesulitan pengucapan kata
secara jelas. Paralisis spastik pada otot menelan menyebabkan hipersekresi
saliva yang berlebihan sehingga air liur tampak menetes.
Tergantung dari luasnya lesi pada korteks serebral dapat terjadi spastik
paralisis, yang dapat di bagi menjadi :
Monoplegia :
Mengenai salah satu anggota gerak.
Hemiplegia
Mengenai anggota gerak atas dan bawah pada salah satu sisi.
Diplegia
Mengenai anggota gerak bawah.
Quadriplegia/tetraplegia
Mengenai seluruh anggota gerak.
Pasien dengan tipe spastik biasanya mengalami kerusakan pada korteks motorik
ataupun traktus piramidalis.
Tipe Atetoid (20%)
Gambaran khas atetosis adalah gerakan involunter yang tidak terkontrol
pada otot muka dan seluruh anggota gerak. Gerakan otot atetotik
menyebabkan perputaran, gerakan menggeliat pada anggota gerak dan muka
sehingga penderita tampak menyeringai dan bila mengenai otot yang
digunakan untuk berbicara maka akan timbul kesulitan berkomunikasi untuk
menyampaikan keinginan ataupun kebutuhannya.
Tipe atetosis pada pergerakan tangan dan lengan nampak sebagai getaran
yang bersifat regular atau spasme yang tiba-tiba. Terkadang pergerakan
tidak mempunyai tujuan, ataupun ketika ingin melalukan sesuatu maka
anggota badannya akan bergerak terlalu cepat dan terlalu jauh.
Keseimbangannya juga sangat buruk sehingga ia juga akan mudah terjatuh.
30
Pada tipe ini kerusakan terjadi pada sistem motorik ekstrapiramidal atau
hingga ke ganglia basalis.
Tipe Ataksia (5 %)
Gambaran khas berupa ataksia serebral karena adanya gangguan koordinasi
otot dan hilangnya keseimbangan. Cara berjalan pada anak bersifat tidak
stabil dan sering terjatuh walaupun telah menggunakan tangan untuk
mempertahankan keseimbangan. Pada lesi sereberal primer terjadi spastisitas
dan atetosis tanpa disertai gangguan intelegensi. Anak yang menderita tipe
ataksia mengalami kesulitan ketika mulai duduk atau berdiri. Lesi biasanya
mengenai serebelum, sehingga intelegensia tidak terganggu.
31
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional.
1) Ringan:
Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari- hari sehingga sama
sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
2) Sedang:
Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan
khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat
bergerak atau berbicara. Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan penderita
dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak,
bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.
3) Berat:
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin
dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus
yang diberikan sangat Sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung
dalam rumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini hanya untuk
penderita dengan retardasi mental berat, atau yang akan menimbulkan gangguan
sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Pedoman Pelatihan “DETEKSI DINI & PENATALAKSANAAN
KORBAN CHILD ABUSE and NEGLECT” Bagi Tenaga Profesional
Kesehatan,. 2004. DEPKES RI.
2. Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak/oleh Soetjiningsih; editor, IG.
N. Gde Ranuh. Jakarta: EGC.
3. Saharso, Darto. 2006. “Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana”. Surabaya.
33
4. Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme III JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier; 2011.
34