grade 12 ib

14

Upload: nguyenhanh

Post on 16-Jan-2017

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Grade 12 IB
Page 2: Grade 12 IB

Acrylic on Canvas

Andrie

Grade 12 IB

Page 3: Grade 12 IB

Acrylic on Canvas

with Thumbtacks

Vidia

Grade 12 IB

Page 4: Grade 12 IB

Galvanized Wire Sculpture

Vidia

Grade 12 IB

Page 5: Grade 12 IB

Galvanized Wire Sculpture

Vidia

Grade 12 IB

Page 6: Grade 12 IB

Photoprint on Canvas

Andri

Grade 12 IB

Page 7: Grade 12 IB

One Less Arm

Vidia Chandrawati

Grade 12 IB

One Less Arm In the distance I see

A child full of glee,

The sparkle in her eyes,

Her hair she ties,

Her bright red shirt caught my sight,

Yet her one empty sleeve dangles in the light,

With the bicycle underneath her,

She greets and says, ‘Hello, Sir!’

I ponder and stare at this girl,

Wonder how she can still twirl,

When she knows in the end of the day,

She will always have one less arm.

Page 8: Grade 12 IB

I Hear an Army

I hear an army charging upon the land,

And the thunder of horses plunging; foam about their knees:

Arrogant, in black armour, behind them stand,

Disdaining the reins, with fluttering whips, the Charioteers.

They cry into the night their battle name:

I moan in sleep when I hear afar their whirling laughter.

They cleave the gloom of dreams, a blinding flame,

Clanging, clanging upon the heart as upon an anvil.

They come shaking in triumph their long grey hair:

They come out of the sea and run shouting by the shore.

My heart, have you no wisdom thus to despair?

My love, my love, my love, why have you left me alone?

Page 9: Grade 12 IB

I Hear My Mom

Faisal

Grade 12 IB

I Hear my Mom

I hear my mom yelling upon the land,

And the thunder of her fierceness; foam about her knees;

Angry, in black house dress, behind her stand,

Disdaining the cuisines, with chopping knifes, the kitchen

She cries into the night my name:

I moan in sleep when i hear afar enraged shout

She cuts my pocket money, a blinding flame,

Slapping, slapping upon my heart as upon my face

She comes shaking in triumph her long black hair:

She comes out of the kitchen and runs shouting to my room,

My heart, have you done something wrong thus to despair?

My mom, my mom, my mom, why have you cut my pocket money?

Page 10: Grade 12 IB

Poem Parody Joshua

Grade 12

“Exotic”

by John Canaday from The Invisible World

Amman sprawls, sun-struck, on seven

hills, like a latter-day Rome, only

less so. It was, in fact, once Roman,

as the ruined theatre downtown attests,

but today the grown children of sheikhs

drive herds of camel-coloured

Mercedes down the steep wadis.

These castoffs of the rich Gulf nations

bellow in the narrow streets of the souk,

where the voices of gold and silver

merchants buzz in their beehive shops.

The cries of muezzins from a dozen

mosques

buzz likewise on the outer hills,

blunting their stings against the double-

glazing of the wealthy. A water peddler

hawks the sweat of his brow in a

neighbourhood

frosted with roses. How wild, how strange

it all seems, as exotic as a rose

thrown in the face of a thirsty man.

“Ironic”

by Joshua Ega Yuspratama, Grade 12IB

Arman sprawls, bun-buck, at Seven

Eleven, like a latter-day Dome Café, only

mess so. It was, in fact, once Bakso Cak Man,

as the ruined ‘warung’ downtown manifests,

but today the grown children of freaks

hive nerds with white enamel

Ladies down doing the thesis.

These castoffs the bitch populations

fellow folks from the protocol streets

where the noises of Gold’s Gym and

Quiksilver

merchants buzz in their beehive shops.

The fries and muffins from a dozen stalls

buzz likewise on the outer malls,

blunting their stings against the triple-

lazing of the poverty. A water peddler

hawks the sweets of his plough in a

neighbourhood

frosted with doses. How wild, how strange

it all seems, as ironic as a prose

shown in the face of a pity man.

Page 11: Grade 12 IB

Poem Parody

Desy Kristianti

Grade 12 IB

SPRING

By Gerard Manley Hopkins

Nothing is so beautiful as Spring –

When weeds, in wheels, shoot long and lovely and lush;

Thrush’s eggs look little low heavens, and thrush

Through the echoing timber does so rinse and wring

The ear, it strikes like lightings to hear him sing;

The glassy peartree leaves and blooms, they brush

The descending blue; that blue is all in a rush

With richness; the racing lambs too have fair their fling.

What is all this juice and all this joy?

A strain of the earth’s sweet being in the beginning

In Eden garden. – Have, get, before it cloy,

Before it cloud, Christ, lord, and sour with sinning,

Innocent mind and Mayday in girl and boy,

Most, O maid’s child, thy choice and worthy the

winning.

IB

By Desy Kristianti, Grade 12IB

Nothing is so painful as IB –

When homework, in heaps, piles up long and lovely and lush;

Hatred’s eggs grow hellishly, and hatred

Through the echoing teachers’ voice does so screw and kill

The ear, it strikes the students to hear him scream;

The glassy classroom shuts and dies, they brush

The descending blue; that blue is all in a rush

With sadness; the racing deadlines too have fair their fling.

What is all this suffering and all this hatred?

A strain of the earth’s worst soreness in the beginning

In STB-ACS. – Have, get, before the exams,

Before you die, Christ, lord, and sour with sinning,

Innocent exams in May for girl and boy,

Most, O IB examiners, thy choice and worthy the hatred.

Page 12: Grade 12 IB

Ekstrak ini berasal dari sebuah puisi yang berjudul “Surat Seorang Suami kepada Istrinya yang Mandul”

yang merupakan bagian dari kumpulan puisi Biarkan Angin itu karya Piek Ardijanto Soeprijadi. Secara garis

besar, ekstrak puisi ini merupakan sebuah surat dari seorang suami untuk istrinya. Sang suami di dalam suratnya

hendak menginformasikan kepda istrinya perihal itikad sang suami untuk mempersunting perempuan lain

bernama Narsih. Hal ini didasari oleh keinginan sang suami untuk memiliki anak. Dapat kita cermati bahwa fokus

dalam ekstrak ini adalah permasalahan di dalam rumah tangga. Piranti-piranti sastra yang digunakan oleh penyair

dalam menampilkan fokus ekstrak adalah diksi, bunyi, dan citraan.

Pertama-tama, ekstrak puisi ini terdiri atas 5 bait dan tiap-tiap bait terdiri atas 4 baris. Selain itu, rima

akhir yang ditampilkan pengarang dalam tiap-tiap bait secara keseluruhan menunjukkan suatu keteraturan dengan

pola a-a-b-b yang konsisten dari bait ke-2 hingga bait ke-5. Oleh karena itu, dari segi struktur ekstrak puisi ini

memiliki unsur keteraturan yang tinggi.

Ekstrak ini diawali dengan bait pertama yang mengandung rima akhir a-a-a-a. Pengguaan huruf ‘k’ dan

‘t’ yang dominan di dalam bait ini seperti yang dapat disimak di kata ‘kota’, ‘dik’ (baris ke-1) ‘laku’ (baris ke-2)

dan ‘kucing’ (baris ke-3) menimbulkan bunyi tidak merdu atau kakofoni yang diasosiasikan dengan suasana yang

serius dan tidak menyenangkan. Hal ini didukung oleh dominasi huruf ‘a’, ‘u’, ‘b’, dan ‘d’ di dalam bait yang

merupakan suatu lambing rasa dengan fungsi menampilkan suasana yang berat. Suasana berat yang tergambar

melalui bunyi dapat dikorelasikan dengan diksi serta citraan di dalam bait. Pada baris ke-1, dapat kita lihat bahwa

pembicara memberikan pernyataan kepada ‘dik’. Kata ‘dik’ merupakan kependekan dari kata ‘adik’ yang

mengacu kepada orang yang lebih muda. Dalam konteks ini, kata tersebut mengacu kepada istri dari pembicara.

Penggunaan diksi ‘masih’ mengartikan bahwa ‘aku’ telah berada di ‘ibu kota’ yang mengacu kepada kota Jakarta

dan tetap berada di sana dalam jangka waktu ‘seminggu’. Alasan dari pernyataan di baris ke-1 ditampilkan di

baris ke-2 dengan keberadaan kata ‘sebab’ yang mengindikasikan suatu alasan. Selain itu, dapat juga dicermati di

baris ke-2 bahwa ‘aku’ adalah bermata pencaharian sebagai pedagang sebab ‘belum semua dagangan laku’ atau

habis terjual. Beralih ke baris ke-3, ‘aku’ menunjukkan perhatian layaknya suami yang baik dengan menunjukkan

perhatian kepada istrinya melalui pertanyaan perihal kabar istrinya di rumah. Diksi ‘kesayanganmu’ yang dapat

diasosiasikan dengan barang-barang yang bernilai tinggi bagi sang istri mengacu kepada barang-barang yang

disebutkan di baris ke-4 yang antara lain adalah ‘perhiasan’, ‘kucing’, dan ‘bunga arumdalu’. Oleh karena itu,

bunyi yang menampilkan suasana tidak menyenangkan di bait ini dapat dihubungkan dengan kabar sang suami

yang belum dapat pulang dan akan membentuk focus utama kestrak di bait-bait selanjutnya.

Ekstrak dilanjutkan dengan bait ke-2 yang memiliki rima akhir a-a-b-b. Seperti dapat kita perhatikan di

bait ke-1, bait ke-2 didominasi oleh huruf ‘k’ dan ‘p’ di dalam kata ‘pagi’, ‘pasar’ (baris ke-5) dan ‘kolera’ (baris

ke-7) yang menciptakan bunyi kakofoni. Kemunculan huruf ‘a’, ‘u’, ‘b’, dan ‘d’ yang merupakan lambing rasa

yang menampilkan perasaan tidak menyenangkan melemngkapi kehadiran bunyi kakofoni yang dominan di dalam

ekstrak ini. Baris ke-5 merupakan awal dari kisah pengalaman ‘aku’ yang ingin disampaikan kepada istrinya.

Diksi ‘pagi’ menggambarkan awal baru di suatu hari dan dengan didukung oleh diksi ‘pasar baru’ yang

merupakan sebuah area pasar di Jakarta, dapat kita cermati bahwa ‘aku’ tengah melaksanakan aktivitas sebagai

pedagang di pasar. Terdapat citraan penglihatan di baris ke-5 dan 6, yang seolah-olah menampilkan gambaran

‘aku’ dan ‘Narsih’ yang bertemu di Pasar Baru. Seperti yang dapat kita cermati di baris ke-6, Narsih merupakan

teman sang istri semasa sekolah dulu yang menandakan bahwa sang istri pernah menjalin hubungan baik dengan

Narsih. Baris ke-7 dan ke-8 mendedahkan kondisi keluarga Narsih. Penggunaan diksi ‘digilas’ pada baris ke-7

menekankan bahwa suami Narsih telah meninggal akibat penyakit kolera. Selanjutnya di baris ke-8, diksi ‘mati

bayi’ dapat diartikan sebagai keadaan ketika anak Narsih meninggal sewaktu dia masih bayi. Kata ‘gila’

merupakan hiperbola yang menekankan beban mental berupa kesedihan yang dialami oleh Narsih.

Berlanjut ke bait ke-3 yang mengandung rima akhir a-a-b-b, kisah ‘aku’ kepada istrinya di bait ke-2

dilanjutkan dengan kejadian pada malam harinya. Kata ‘kami’ di baris ke-9 mengacu kepada ‘aku’ dan Marsih.

Oleh karena itu, mereka berdua mengunjungi ‘bina ria’ atau taman hiburan. Aktivitas yang mereka lakukan di

bina ria ditampilkan di dalam baris ke-10 hingga baris ke -12. Kata ‘rundingan masak’ mengarah kepada diskusi

serius yang mencapai suatu keputusan. Lokasi ‘semak gulita’ yang ditampilkan di baris ke-10 mengandung kesan

rahasia, sebab kata ‘gulita’ mengarah kepada tempat remang-remang dan ‘semak’ dapat diartikan sebagai tempat

yang terpencil atau terpisah dari keramaian taman hiburan. Isi pembicaraan di baris ke-11 dan ke-12 merupakan

suatu permasalahan yang timbul di dalam keluarga ‘aku’. Kata’ia’ merupakan kata ganti yang ditujukan kepada

Narsih dan diksi ‘madumu’ secara umum merupakan suatu kiasan yang mengacu kepada istri yang kedua. Oleh

Page 13: Grade 12 IB

Mengomentari Ekstrak Puisi

Faisal Irsyad

Grade 12 IB

karena itu, dapat diteliti bahwa ‘aku’ berkeinginan untuk menikahi narsih sebagai istri kedua. Walaupun

demikian, di baris ke-12, diksi ‘melanjutkan keakraban’ mengacu kepada hubungan baik antara Narsih dan sang

istri ketika sekolah yang tetap ingin dijaga. Oleh karena itu, keinginan Narsih untuk dinikahi ‘aku’ tidak

ditujukan untuk merusak hubungan baik antara Narsih dan sang istri.

Berlanjut ke bait ke-4, baris ke-13 hingga 16 merupakan permasalahan rumah tangga lain yang

menimbulkan niat ‘aku’ untuk menikah kembali. Personifikasi di baris ke-13 seolah-olah ranjang pengantin

layaknya seorang saksi dapat hidup dan menyaksikan kejadian tertentu menandakan bahwa ‘aku’ dan sang istri

belum dikaruniai anak yang mereka dambakan seperti yang tergambar di baris ke-14. Baris ke-15 merupakan

sisi baik yang ditampilkan ‘aku’ apabila dia menikahi Narsih sebab mereka pada akhirnya akan memiliki anak.

Hal ini ditekankan di baris ke-16 dengan kata ‘mengganti kucing’. Kucing yang dimaksud merupakan bentuk

keinginan sang istri untuk mengurus, merawat, dan membesarkan anak sekaligus luapan kasih saying kepada

anak yang tidak tersalurkan dan pada akhirnya dialokasikan kepada kucing itu. Hal ini merupakan masalah

yang sudah ada di dalam keluarga ‘aku’

Bait ke-5 yang merupakan bait terakhir di dalam ekstrak ini merupakan dorongan suami agar sang istri

mengambil keputusan. Hal ini ditekankan melalui diksi ‘balaslah’ di baris ke-18 meskipun sang istri

‘terperanjat’ yang berarti sangat terkejut. Dorongan ini dimaksudkan agar permasalahan di dalam keluarga ini

dapat diselesaikan. Terakhir, di baris ke-19 dan ke-20, pembicara tetap memberikan rasa cintanya kepada

istrinya walaupun dia hendka menikahi Narsih dengan penggunaan diksi’peluk cium’ di baris ke-19.

Melalui pembahasan di atas dapat kita perhatikan bahwa ekstrak puisi yang berjudul “Surat Seorang

Suami kepada Istrinya yang Mandul” karya Piek Ardijanto Soepardji memiliki focus permasalahan di dalam

rumah tangga. Hal ini dapat dicermati melalui diksi, bunyi, dan citraan dalam ekstrak.

Page 14: Grade 12 IB

Menulis Email

Kartini Andri Wardhani

Grade 12 IB

Untuk: [email protected]

Subjek: Memilih Mata Pelajaran

Dengan hormat,

Nama saya adalah Andri Wardhani dari sekolah ACS (International) Jakarta, dan saya menulis surel

ini dengan maksud untuk memberikan masukan informasi untuk artikel tentang cara memilih mata

pelajaran yang mendukung bidang studi pilihan di universitas. Memilih mata pelajaran yang tepat

memang susah, terutama jika siswa tersebut mengambil International Baccalaureate (IB) Diploma

karena mereka harus memilih dari 6 kategori pelajaran dan mungkin tidak semua kategori tersebut

cocok dengan bidang studi yang mau diambil nanti. Maka dari itu, siswa pun harus betul–betul

memikirkan hal tersebut.

Hal paling penting yang harus diketahui siswa untuk memilih pelajaran yang tepat adalah bidang

studi yang mau diambil nanti. Tanpa itu, mereka tidak akan mempunyai panduan untuk memilih

mata pelajaran di SMA. Saya telah memilih jurusan Hukum untuk saya ambil di universitas nanti,

dan mata pelajaran yang harus saya ambil itu harus berdasarkan kemampuan yang nanti diperlukan

dalam mengambil jurusan tersebut. Di dalam hukum, saya butuh kemampuan untuk mengutarakan

dan menganjurkan argumen saya, namun saya pun memerlukan kemampuan untuk menyelesaikan

masalah secara logis. Maka dari itu, saya perlu menyeimbangkan antara mata pelajaran ilmu sosial

dengan mata pelajaran yang berlatar belakang logika, seperti ilmu alam dan matematika. Seperti

contohnya, saya mengambil pelajaran Fisika dan juga Ekonomi. Masalah yang sulit itu terjadi pada

kategori ke 6 di IB Diploma, yaitu ‘Kesenian’, karena lebih jarang siswa yang mau mengambil

pelajaran kesenian di universitas. Hal ini pun sering dialami oleh para siswa yang memiliki pelajaran

wajib. Ini adalah salah satu permasalahan yang saya alami, karena saya mengambil pelajaran ‘Seni

Visual’ dan pelajaran itu memang kurang saya kuasai dan kurang cocok dengan bidang studi yang

mau saya ambil. Untungnya, jika hanya satu pelajaran saja yang kurang cocok, masalah tersebut

masih bisa teratasi jika pelajaran yang lain itu sesuai. Bahkan, di sekolah lain banyak yang diberikan

pilihan pelajaran yang lebih banyak, jadi hal ini belum tentu menjadi masalah bagi semua kandidat

IB Diploma.

Untuk memilih pelajaran yang betul, siswa harus mengetahui bidang studi yang mau diambil

tersebut, dan juga berhati-hati dalam memilih pelajaran yang mau diambil. Walaupun beberapa

sekolah mempunyai sebuah pelajaran wajib, siswa tidak perlu takut karena asalkan majoritas

pelajaran lainnya itu cocok, hal ini bukanlah masalah. Sampai disini saja surel saya mengenai

pemilihan mata pelajaran yang cocok. Mohon maaf jika ada perkataan saya yang kurang berkenan.

Hormat saya,

Andri Wardhani