gtc

49
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Prostodontics (Gigi Tiruan) Gigi Tiruan (denture) adalah Suatu bentukan gigi yang menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang hilang dan atau jaringan pendukungnya. Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah lama disebut dengan gigi tiruan jembatan (Shilingburg, dkk,1997). 2.2 Pemeriksaan pada Gigi Tiruan Tujuan diagnosa dan perawatan pendahuluan mempunyai arti yang penting terhadapsuksesnya pembuatan gigi tiruan untuk kebutuhan pasien . Diagnosa dan perawatanpendahuluan pada pembuatan gigi tiruan mempunyai beberapa pertimbangan : 1. Membentuk kesehatan jaringan periodontal. 2. Pemulihan gigi pasien. 3. Pemulihan dan mengahrmoniskan hubungan oklusal. 4. Penggantian dari gigi yang hilang. Jika pasien langsung dirawat tanpa melakukan diagnosa dan perawatan pendahuluan, maka kegagalanlah yang akan dihadapi. Selain diagnosa dan perawatan pendahuluan, ada hal- hal yang sama pentingnya, yaitu: Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan d ibuat, sehingga pasienmengerti akan kegunaan gigitiruan tersebut.

Upload: falensiaoctaria

Post on 07-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sadsadsda

TRANSCRIPT

 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Prostodontics (Gigi Tiruan)

Gigi Tiruan (denture) adalah Suatu bentukan gigi yang menggantikan sebagian atau

seluruh gigi asli yang hilang dan atau jaringan pendukungnya. Gigi tiruan cekat merupakan

piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa, yang menggantikan

satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi   ini   telah   lama   disebut   dengan   gigi

tiruan   jembatan   (Shilingburg, dkk,1997).

2.2 Pemeriksaan pada Gigi Tiruan

Tujuan diagnosa dan perawatan pendahuluan  mempunyai  arti  yang penting

terhadapsuksesnya pembuatan gigi tiruan untuk kebutuhan pasien. Diagnosa dan

perawatanpendahuluan pada   pembuatan   gigi tiruan mempunyai beberapa pertimbangan  :

1.   Membentuk kesehatan jaringan periodontal.

2.   Pemulihan gigi pasien.

3.   Pemulihan dan mengahrmoniskan hubungan oklusal.

4.   Penggantian dari gigi yang hilang.

Jika pasien langsung dirawat tanpa melakukan diagnosa dan perawatan pendahuluan,

maka kegagalanlah yang akan dihadapi. Selain diagnosa dan perawatan pendahuluan, ada

hal-hal yang sama pentingnya, yaitu:

Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga

pasienmengerti akan kegunaan gigitiruan tersebut.

Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.

Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.

Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.

Mendiagnosa pasien berarti melakukan anamnese dan

pemeriksaan terhadap pasien.Anamnese yaitu menanyakan kepada pasien

mengenai segala sesuatu yang adahubungannya dengan gigitiruan yang akan dipakainya.

1.      Pemeriksaan  subjektif.

Penyakit sistemik, misalnya: hipertensi, diabetes mellitus. Kebiasaan jelek, misalnya:

mengunyah di satu sisi, bruxism, dsb. Apakah   pernah  memakai   gigitiruan, jika    pernah    

bagaimana     keluhan- keluhan gigi tiruan yang lama.

2. Pemeriksaan objektif.

Pada pemeriksaan objektif ini,

pemeriksaan dapat dilakukan dengan melihatPalpasi Perkusi Sonde Termis Rontgen foto

Pemeriksaan ektra oral

1)      B e n t uk   m u k a / w a j ah

a.       Dilihat dari arah depan (oval/ovoid, persegi/square,lonjong/tapering)

b.      Dilihat dari arah samping (cembung, lurus, cekung)

2)      B e n t uk   bibir  (panjang, pendek,

normal, tebal, tipis, tegang, kendor (flabby).Tebal tipis bibir akan mempengaruhi retensi   

gigitiruan   yang   akan   dibuat,

dimana bibir yang tebal akan memberi retensi yang lebih baik.

3)      S e ndi   r aha n g  (mengeletuk, kripitasi, sakit).

Pemeriksaan intra oral

1)      P e m e r ik s aan   t e r h adap   gigi

a.       Gigi yang hilang

b.      Keadaan gigi yang tinggal (gigi yang mudah terkena karies,

banyaknyatambalan pada gigi, mobility gigi, elongasi, malposisi, atrisi. Jika

dijumpaiada kelainan gigi yang mengganggu pada

pembuatan gigi tiruan, makasebaiknya gigi tersebut dicabut.

c.       Oklusi : diperhatikan hubungan oklusi gigi atas

dengan gigi bawah yangada. Angle klas I, II, dan III.

d.   Adanya ovrclosed occlusion pada gigi depan, dapat disebabkan, antara lain

karena : (angular cheilosis, disfungsi dari TMJ, spasme otot-otot kunyah, Spasme otot-

otot kunyah dapat diperbaiki dengan

menambah dimensivertical pada pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan. Selain deep 

overbite,harus diketahui juga ukuran over jet dari gigi depan. Dalam 

keadaannormal,  ukuran  over bite dan over jet ini berkisar antara 2 mm.

e.    Warna gigi

Warna  gigi  pasien  harus  dicatat sewaktu akan membuat gigitiruansebagian lepasan

terutama pada pembuatan gigitiruan di daerah anterior untuk kepentingan estetis.

f.  Oral hygiene

(adanya karang gigi, adanya akar gigi, adanya gigi yang karies,adanya   peradangan   pada   

jaringan lunak, misalnya : gingivitis

g.  Rontgen foto

Dengan rontgen foto dapat diketahui adanya:

·         kualitas  tulang  pendukung  dari  gigi penyangga

·         gigi-gigi   yang   terpendam,   sisa-sisa akar

·         kista, kelainan periapikal

·         resorbsi tulang

·         sclerosis (penebalan tulang)

h.   Resesi gingival

i.   Vitalitas gigi

2. P e m e r ik s aan   t e r ha d ap   muko s a

Inflamasi,   pada   keadaan   ini   mukosa harus

disembuhkan terlebih dahulusebelum dicetak. (bergerak/tidak bergerak, keras/lunak).

3. P e m er i k s aan   t e r had a p   b e n tu k   t ulang   alv e o l a r

Bentuk U, V, datar, sempit, luas, undercut

4. R ua n g   an t ar   r a h ang

-  Besar, dapat  disebabkan karena pencabutan yang sudah terlalu lama

- Kecil, dapat disebabkan karena elongasi

- Cukup, minimal jaraknya 5 mm

5. A d a n y a   t o r us

-   Pada palatum disebut torus palatinus

- Pada mandibula disebut torus mandibula Torus ini bila keadaan mengganggupada

pembuatan gigitiruan, harus dibuang

6. P e m e r i k s aa n   j a ri n g a n   p e ndukung   g i g i

7. P e m e r i k s aa n   t e r h a d a p   f r e nulum

Apakah perlekatannya tinggi

atau rendah sampai puncak alveolar, dimana jika   perlekatan    yang    rendah    akan

mengganggu  gigitiruan   yang   dibuat,sehingga perlu dilakukan pembebasan.

Setelah dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap pasien, dapat

diketahui apakah  masih  perlu  dilakukan perawatan   pendahuluan   sebagai

persiapanperawatan prostodonti

2.3 Syarat Gigi Tiruan yang Baik

1.    material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan tidak mengiritasi, ukuran dan

bentuk harus sesuai, serta mempunyai retensi dan stabilisasi waktu dipakai dan

berfungsi sehingga enak dipakai,

2.    dapat berfungsi untuk mengunyah makanan, mengucapkan kata dengan jelas,

gerakan seperti tertawa, menguap, batuk, minum dan lain-lain,

3.    estetis dalam ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi,

4.    tidak menimbulkan gangguan atau kelainan dan rasa sakit, dan juga

5.    cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan dan pengaruh zat dalam makanan,

minuman, cairan ludah dan obat.

2.4 Akibat Kehilangan Gigi

Akibat kehilangan gigi tanpa penggantian menurut Aryanto (dalam Rahmawan, 2008)

adalah :

1. Migrasi dan Rotasi Gigi  

Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring

atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk

menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan

struktur periodontal. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat

meningkat.

2. Erupsi berlebih.

Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih (over

eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila

hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan

mengalami kemunduran sehingga gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai

pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu 

hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan lengkap.

3. Penurunan Efisiensi Kunyah

Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan merasakan

betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang dietnya cukup lunak, hal ini

mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang

dapat dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan saja.

4. Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula.

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over  closure), hubungan

rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat  menyebabkan gangguan pada struktur

sendi rahang. 

5. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung.

Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada akan

menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebih. Hal ini

mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama kelamaan gigi tadi manjadi

goyang dan akhirnya terpaksa dicabut.

6. Kelainan bicara

Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan bicara,

karerna gigi ± khususnya yang depan ± termasuk bagian organ fonetik.

7. Memburuknya Penampilan

Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan megurangi daya tarik

wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern.

8. Terganggunya Kebersihan Mulut

Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya,

demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar

ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi makanan. Dengan sendirinya kebersihan

mulut jadi terganggu dan mudah terjadi plak. Tahap berikutnya terjadi karies gigi. Pada tahap

berikut terjadinya karies gigi dapat meningkat.

9. Atrisi

Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima beban

berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini

bisa berwujud atrisi pada gigi- gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi

pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat keadaan gigi beroklusi sentrik. 

10. Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut

Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak

pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap

geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi

daritempat yang ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan

sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.

2.5 Gigi Tiruan Cekat (GTC)

Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang

masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah

lama disebut dengan gigi tiruan jembatan (Arifin, 2000).

2.5.1 Komponen GTC

Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor,

danabutment, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a.         Pontik, Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi

asli yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:

v  Fungsi kunyah dan bicara

v  Estetis

v  Comfort (rasa nyaman)

v  Mempertahankan hubungan antar gigi tetanggaà mencegah migrasi / hubungan

dengan gigi lawan à ektrusi

Berikut adalah klasifikasi pontik, antara lain:

a.       Berdasarkan bahan

Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:3

1)      Pontik logam

Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy, yang

setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan kelenturan yang cukup

sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan

pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan

faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan

posterior.

2)      Pontik porselen

Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan seluruh

permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan

anterior dimana faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi

dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.

3)      Pontik akrilik

Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik.

Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku sehingga

membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah / gigit.

Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan

pelapis estetis saja.

4)      Kombinasi Logam dan Porselen

Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan memberikan

kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan estetis. Porselen pada bagian

labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari

temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat

keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen

ditempatkan pada bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam

ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior

maupun posterior.

5)    Kombinasi Logam dan Akrilik

Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan estetika

sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat diterima oleh gingival

sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam

sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan akrilik.

b.      Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak

1)      Pontik Sanitary

Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan linggir alveolus

sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3 mm), dan

permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini

adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang

demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan untuk

pontik posterior rahang bawah(Arifin, 2000).

Gambar 1. Pontik Sanitary

2)      Pontik Ridge Lap

Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir alveolus sedangkan

bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit menyentuh mukosa dari linggir. Hal ini

mengakibatkan estetis pada bagian labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan pada

bagian palatal. Walaupun demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa makanan masih

mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya

diindikasikan untuk jembatan anterior dan posterior(Arifin, 2000).

Gambar 2. Pontik Ridge Lap

3)      Pontik Conical Root

Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat yang dibuatkan

atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis dalam kegiatan sehari-hari. Pontik

ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik masuk ke dalam soket gigi yang baru dicabut kira-

kira 2 mm. pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan pada pembuatan

ini tidak menggunakan restorasi provisional.4

Gambar 3. Pontik Conical Root.

B.        Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan

dengan semen pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi

dan retensi (Arifin, 2000).

·         Retainer ekstrakorona : retainer yang retensinya berada dipermukaan luar

mahkota gigi penyangga

i. Full-veneer Crown Retainer

Indikasi:

- Tekanan kunyah normal/ besar

- Gigi-gigi geligi yang pendek

- Intermediare abutment paska perawatan periodontal

- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang

Keuntungan:

- Indikasi luas

- Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik

- Memberikan efek splinting yang terbaik

Kerugian:

- Jaringan gigi yang diasah lebih banyak

- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)

ii. Partial-veneer Crown Retainer

Indikasi:

- Gigi tiruan jembatan yang pendek

- Tekanan kunyah ringan / normal

- Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal

- Salah satu gigi penyangga miring

Keuntungan:

- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit

- Estetis lebih baik daripada FVC retainer

Kerugian:

- Indikasi terbatas

- Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit

- Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang

- Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)

·         Retainer intrakorona : retainer yang retensinya berada dibagian dalam mahkota

gigi penyangga.

Bentuk: Inlay MO/DO/MOD dan Onlay

Indikasi:

- Gigi tiruan jembatan yang pendek

- Tekanan kunyah ringan atau normal

- Gigi penyangga dengan karies klass II yang besar

- Gigi penyangga mempunyai bentuk/ besar yang normal

Keuntungan:

- Jaringan gigi yang diasah sedikit

- Preparasi lebih mudah

- Estetis cukup baik

Kerugian:

- Indikasi terbatas

- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi

- Mudah lepas/patah

·         Retainer dowel crown : retainer yang retensinya berupa pasak yang telah

disemenkan ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.

Indikasi:

- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf

- Gigi tiruan jembatan yang pendek

- Tekanan kunyah ringan

- Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi

Keuntungan:

- Estetis baik

- Posisi dapat disesuaikan

Kerugian:

- Sering terjadi fraktur akar

C.     Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor harus

dapat mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi (Arifin, 2000).

a.       Konektor rigid : konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan

pada komponen GTC. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTC.

Konektor rigid dapat dibuat dengan cara:

·         Pengecoran (casting) : penyatuan dua komponen GTC dengan satu kali proses

tuang

·         Penyolderan (soldering) : penyatuan dua komponen GTC dengan penambahan

logam campur (metal alloy) yang dipanaskan.

·         Pengelasan (welding) : penyatuan komponen GTC dengan pemanasan dan/atau

tekanan.

b.      Konektor nonrigid : konektor yang memungkinkan pergerakan terbatas pada

komponen GTC. Diindikasikan bila terdapat pier/intermediate abutment untuk penggangti

beberapa gigi yang hilang. Konektor nonrigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan

dan perbaikan (repair) GTC. Contohnya adalah dovetail dan male and female.

D.    Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk

menahan gigi tiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran

periodontal, panjang serta jumlah akar.

·         Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.

·         Double abutment : bila memakai dua gigi penyangga.

·         Multiple abutment : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.

·         Terminal abutment : merupakan gigi penyangga paling ujung dari

         diastema.

·         Intermediate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak

 diantara dua diastema (pontics).

·         Splinted abutment : penyatuan dua gigi penyangga pada satu sisi

        diastema

·         Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi

        Diastema (Arifin, 2000).

2.5.2 Macam Desain GTC

Adapun 6 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada dukungan yang

ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:

a.      Fixed-fixed bridge

Semua komponen digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap unit

individual bersama atau menggunakan satu kali pengecoran. Memiliki dua atau lebih gigi

penyangga. GTC tipe ini menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang sangat baik dan juga

mendistribusikan tekanan lebih merata pada restorasi. Serta memberikan efek splinting yang

sangat baik. Diindikasikan pada span pendek, atau untuk splinting pada gigi goyang dengan

kondisi periodontal kurang baik.

Indikasi → Penggantian 1 – 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang punya

tekanan kunyah normal – kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.; Gigi penyangga derajat

goyangnya 1 (normal).

Kontra-Indikasi → Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga memiliki

kelainan periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa

besar.

Keuntungan → Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek splinting

terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan penunjang periodontal.

Kerugian → Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya ungkit/bent/efek

flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan berada baik di gigi penyangga atau

berada di tengah span/pontik.

b.      Semi fixed bridge

Pada jenis ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua, menggunakan konektor rigid dan

non rigid sehingga tekanan oklusi akan lebih disalurkan ke tulang dan tidak dipusatkan ke

retainer. GTC tipe ini memungkinkan pergerakan terbatas pada konektor diantara pontik dan

retainer. Konektor tersebut dapat memberikan dukungan penuh pada pontik untuk melawan

gaya oklusal vertikal, dan memungkinkan gerakan terbatas pada respon terhadap gaya lateral.

Hal ini mencegah gerakan gerakan satu retainer yang mentransmisikan gaya torsional secara

langsung ke retainer lainnya sehingga dapat menyebabkan lepasnya retainer. Diindikasikan

pada span panjang dan jika terdapat pier/intermediate abutment pada pengganti beberapa gigi

yang hilang.

Syarat: Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal.

Konstruksi: Non-rigid Connector di mesial diastema untuk mencegah

tertariknya keykarna gaya ACF.

Indikasi → Salah satu abutment miring >20° atau intermediate abutment; Kehilangan

1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan 2 gigi dengan gigi

penyangga intermediate.

Keuntungan → Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya ungkit

sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu ekstensif sehingga

pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah; Prosedur sementasi bertahap

sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit harus diulang.

Kerugian → Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit retainer;

Harganya relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur pada kunci tinggi.

c.       Cantilever bridge

Suatu  gigitiruan yang didukung  hanya  pada satu  sisi oleh satu atau lebihabutment.

Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan.

GTC tipe ini tidak diindikasikan untuk daerah dengan beban oklusal besar. Apabila terkena

gaya lateral, maka gigi penyangga akan tipping, rotasi, atau drifting. Tidak diindikasikan pula

pada penggantian gigi dengan gigi penyangga nonvital sebagai terminal abutment. GTC tipe

ini diindikasikan untuk pengganti satu gigi yang hilang.

Syarat: tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.

Keuntungan → Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal;

Jaringan yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta

menggunakan full-porcelain crown.

Indikasi → Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.

Kontra-Indikasi → Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya

tidak terlalu besar.

Kerugian → Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan periodonsium

(baik tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena

adanya keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.

d.      Spring cantilever bridge

Suatu  gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi atau

penyangga gigi. Loop atau bar tersebut menghubungkan retainer dan pontik dipermukaan

palatal. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung  ini dapat dari berbagai panjang,

tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang

hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan  adaptasi pasien.

Jenis gigitiriruan  ini digunakan  pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan satu gigi

yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.

Indikasi → Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi pilihan

terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu

terlihat jika menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan

sebagai gigi penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena

faktor fisik retainernya; Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).

Kontra-Indikasi → Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga

kurang retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula; Bentuk palatal tidak

memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain

alasan fungsional, faktor estetik juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki

kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.

Keuntungan → Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan relatif

lebih singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan

kekuatan yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya

benar.

Kerugian → Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya yang cukup

besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara alami; Meskipun waktu

kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama dan kompleks serta butuh keahlian.

e.       Compound bridge

Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu

menjadi suatu kesatuan. Diindikasikan pada pengganti gigi hilang yang membutuhkan

gabungan beberapa tipe GTC.

f.          Adhesive bridge/resin-bonded fixed partial denture/maryland bridge

Merupakan GTC yang sangat konservatif karena preparasi yang sangat minimal.

Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas email. GTC tipe ini terdiri dari satu atau

dua beberapa pontik yang didukung retainer tipis yang direkatkan dengan semen dengan

sistem etcing bonding ke email gigi penyangga di bagian lingual dan proksimal. Gigi

penyangga harus memiliki mahkota klinis yang cukup lebar agar dapat memberikan retensi

dan resistensiyang maksimal. Gigi tersebut juga tidak boleh goyang dan inklinasi

mesiodistalnya harus kurang dari 15derajat. Retensinya berupa mikromekanik antara

permukaan email dengan permukaan dalam retainer yang telah dietsa. Diindikasikan pada

GTC span pendek, abutment yang tidak membutuhkan restorasi, dan penggantian kehilangan

gigi anterior pada anak-anak, karena anak-anak masih memiliki ruang pulpa yang besar.

Kontraindikasi GTC tipe ini adalah penggantian ggi anterior dengan deep over bite.

A.    Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih Gigi tiruan cekat

Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih tipe protesa

yang tepat. Faktor-faktor yang penting tersebut adalah faktor biomekanis, keadaan

periodontal, estetis, faktor financial, dan juga keinginan pasien.

a.       Faktor Biomekanis

Persyaratan Biologis menuntut gigi penyangga dan jaringan yang mendukungdapat

dipelihara pada kondisi yang sehat. Restorasi harus dibuat dengan sedemikian rupa sehingga

tidak mudah terjadinya pengumpulan plaque yaitu dengan cara dipolished. Selain itu,

restorasi harus biokompatibel dan tidak mudah mengalami korosi.

Gigi-gigi penyangga harus mendekati kesejajaran dan dapat direstorasi tanpa

membahayakan pulpa. Preparasi gigi penyangga sebaiknya mencukupi untuk menyediakan

kekuatan restorasi. Selain itu, gigi-gigi penyangga sebaiknya dipreparasi untuk menyediakan

retensi yang adekuat untuk retainer, sehingga mencegah terlepasnya restorasi. Penting untuk

diketahui bahwa gigi tiruan harus cukup kuat agar tidak mudah pecah, tidak mudah patah,

dan mengalami distorsi.

b.      Keadaan Periodontal

Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan pada jaringan

periodontal. Indikasi khusus pada gigi penyangga yang vital dan non vital dengan perawatan

saluran akar, aringan periodontal sehat, bentuk akar yang panjang, posisi dan inklinasi yang

baik dalam lengkung rahang, bentuk dan besar anatomis gigi normal, mahkota gigi punya

jaringan email dan dentin yang sehat.

c.       Estetis

Pertimbangan estetis sebaiknya tidak mempengaruhi kekuatan Gigi Tiruan Cekat.

Bagaimanapun, tampilan emas yang tidak penting sebaiknya dihindari. Pontik sebaiknya

menggunakan warna, ukuran, dan bentuk yang tepat serta memiliki susunan dan karakteristik

yang tepat.

d.      Faktor Finansial

Keadaan social-ekonomi serta tingkat pendidikan yang rendah membuat pengetahuan

mereka terbatas dalam hal pelayanan kesehatan gigi dan mulut sehingga mereka cenderung

menggunakan gigi tiruan lepasan yang harganya relative murah dibandingkan dengan gigi

tiruan cekat. Mereka beranggapan bahwa fungsi mastikasi merupakan hal yang utama untuk

penggantian gigi yang hilang.

2.5.3 Indikasi dan Kontraindikasi GTT

a) Pertimbangan Umum

ü  Sikap pasien terhadap kesehatan gigi dan jaringan pendukung miliknya serta

keinginannya untuk bisa sembuh, dengan kata lain sabar dan mau bekerja sama dengan

dokter gigi selama perawatan berlangsung. Mengingat dalam pembuatan GTJ perlu waktu

yang cukup lama dan kunjungan berkala.

ü  Pasien dari kalangan yang cukup mampu karena harga GTJ cukup mahal.

ü  Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi menyebabkan

GTJ tidak bertahan lama, khususnya pada retainer/abutment dari GTJ tersebut.

b) Indikasi Umum

ü  Secara psikologis, pasien (terutama yang mampu) menganggap GTL bukanlah

bagian dari tubuh mereka sehingga mereka menganggap GTC (dalam hal ini GTJ) merupakan

pilihan yang terbaik untuk menggantikan gigi mereka yang hilang. Selain itu segi estetika dan

higiensi juga diperhatikan karena pandangan umum menganggap GTL membuat mulut

menjadi bau dan dari segi estetik kurang.

ü  Pada pasien yang punya penyakit sistemik, terutama yang menyebabkan

sinkop/kolaps/ketidaksadaran, maka penggunaan GTL umumnya dikontraindikasikan karena

berisiko lepas dan patah, sehingga untuk mengurangi rasa khawatir ini digunakan GTC

sebagai alternatifnya.

ü  Pasien pasca-perawatan ortodontik seringkali kehilangan giginya akibat faktor

kebutuhan ruang. Seringkali kepercayaan diri pasien menjadi turun karena faktor ini dan

karenanya perlu gigi pengganti. Penggunaan GTJ diindikasikan karena kestabilan dan

ketahanannya untuk menjaga agar gigi tidak bergerak lagi.

ü  Dalam pasien yang memerlukan perawatan periodontal, gigi-gigi yang goyang atau

kurang stabil akan dirawat dengan splinting, disini penggunaan GTJ diindikasikan

untuk splintingcekat sehingga pergerakan/kegoyangan gigi tidak makin parah dan

gaya/tekanan mastikasi dapat tersebar secara merata. Namun penting untuk diingat bahwa

GTH bukanlah sebagai perawatan utama namun sebagai penunjang karena gigi yang goyang

bukanlah gigi yang baik untuk digunakan sebagai gigi abutment.

ü  Dari aspek bicara, penggunaan GTL dirasa kurang nyaman karena sering bergerak

sehingga mengganggu fungsi bicara. Penggunaan GTC dapat menghilangkan rasa tidak

nyaman ini dan memperbaiki fungsi bicaranya.

ü  Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan beban oklusal

secara merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang, dimana kedua faktor tersebut

jarang dicapai di dalam GTL.

c) Kontra-Indikasi Umum

ü  Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien anak-anak ataupun

pasien yang lanjut usia karena sulit untuk bersabar serta komunikasi yang sulit. Selain itu,

pada pasien yang secara medis mengalami penyakit seperti kejang-kejang mendadak atau

gangguan otak juga dikontraindikasikan karena dapat mengganggu proses preparasi.

ü  Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama seperti dengan

pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu preparasi yang cukup ekstensif karena

menggunakan bahan PFM.

ü  Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan

jantung, dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak memakain epinefrin.

ü  Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.

ü  Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of

span tinggi dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada jaringan periodontal

dan gigi penyangganya.

ü  Pasien yang memiliki abutment teeth yang karies ekstensif dan merusak jaringan

mahkota seluruhnya atau terlalu parah. Selain itu gigi yang mengalami deformitas kongenital

juga tidak bisa digunakan.

ü  Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting – tidak dalam satu bidang sejajar.

2.5.4 Tahap-Tahap Pembuatan GTC

a) Tahapan Klinik I (Preparasi & Pembuatan GTJ)

v  Pemeriksaan, diagnosis, rencana perawatan, prognosis

v  Preparasi gigi abutment

Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi untuk tujuan

menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau sebagian pegangan gigi tiruan

jembatan (Smith dan Howe, 2007).

Persyaratan preparasi:

1.      Kemiringan dinding-dinding aksial

Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk

menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi retainer

sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan

yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa kemiringan dinding

aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara menurut Martanto (1981), menyatakan

bahwa kemiringan maksimum dinding aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR

(1991) memandang kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang

paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan daerah

gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi.

Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi meningkat.

Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila kemiringan

dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang terlalu konus mengakibatkan

terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya

vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan

literatur mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun

kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor keterbatasan secara intra oral (Prajitno, 1994).

2.      Ketebalan preparasi

Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan preparasi kita

harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan preparasi berbeda sesuai

dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer maka ketebalan pengambilan

jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan jika menggunakan logam porselen

pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 – 2 mm. Pengambilan jaringan gigi yang

terlaluy berlebihan dapat menyebakan terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas

pulpa, pulpitis, dan nekrosis pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat

mengurangi retensi retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah

(Prajitno, 1994).

3.      Kesejajaran preparasi

Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara satu gigi

penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus dipilih yang paling

sedikit mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat menyebabkan jembatan duduk

sempurna pada tempatnya (Prajitno, 1994).

Prinsip kesejajaran ini sangat memengaruhi kestabilan dari kedudukan GTJ nantinya,

kecuali pada GTJ yang sifatnya konektor non-rigid, cantilever bridge, atau telescopic bridge.

Sedangkan prinsip pengambilan jaringan berhubungan dengan kemampuan memegang

retainer dan kemampuan gigi dalam menerima beban kunyah tambahan (distribusi tekanan

dari pontik). Pada keadaan tertentu:

- Pada gigi yang pendek, untuk memperoleh retensi optimal dan mendapatkan

kekuatan untuk menahan beban, maka pengambilan oklusal pada daerah supporting cusp

lebih banyak. Bila perlu dengan tambahan groove sebagai penambah kemampuan resistensi.

 - Pada diasteme yang sempit, pengambilan proksimal harus lebih banyak, agar

konektor bisa lebih tebal dan kuat.

- Pada span yang panjang, preparasi servikal sebaiknya mempunyai ketebalan

optimal, misalnya minimal dengan bentuk chamfer.

Ada beberapa tindakan khusus berupa modifikasi preparasi abutment untuk

mendapatkan kesejajaran, antara lain:

a.    Jika salah satu terminal abutment miring

Penyesuaian dengan kurva oklusal, mengharuskan pengambilan lebih banyak pada

distooklusal. Analisa arah pemasukan dengan dental suveyor atau garis khayal, berupa garis

sejajar dengan garis bagi sudut yang terbentuk yang terbentuk oleh kedua sumbu kedua gigi

penyangga.

b.      Terminal abutment dan gigi tetangganya miring

Kemungkinan jaringan mahkota gigi tetangga bagian mesial harus diambil sedikit

agar tidak menghalangi insersi bridge.

c.       Setiap terminal abutment miring dengan kedua sumbu konvergen

Sisi yang berhadapan dengan diastema dipreparasi sejajar garis bagi sudut yang

dibentuk oleh kedua sumbu gigi. Sedang disisi lain dipreparasi sesuai dengan sumbu gigi

masing-masing. Tetapi bila kedua sumbu gigi divergen tidak bisa ditolerir dengan

pengasahan, sehingga harus dilakukan dulu perbaikan posisi / inklinasinya atau dibuat non-

vital (merupakan terapi pendahuluan)

d.      Posisi gigi diluar lengkung karena sedikit rotasi

Pada keadaan demikian perlu pengambilan jaringan yang lebih banyak. Daerah yang

keluar dari lengkung lebih banyak dipreparasi.

e.    Salah satu abutment sedikit palatoversi/labioversi

Pada keadaan gigi penyangga miring ke lingual maka lebih banyak terjadi

pengambilan di daerah lingual, pada gigi penyangga yang protrusi maka lebih banyak terjadi

pengambilan di daerah labial.

4.      Preparasi mengikuti anatomi gigi

Preparasi yang tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas pulpa juga

dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut. Preparasi pada oklusal harus

disesuaikan dengan morfologi oklusal. Apabila preparasi tidak mengukuti morfologi gigi

maka pulpa dapat terkena sehingga menimbulkan reaksi negatif pada pulpa (Prajitno, 1994).

5.      Pembulatan sudut-sudut preparasi

Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan pertemuan

dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut yang tajam dapat

menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan jembatan

(Prajitno, 1994).

v  Tahap-tahap preparasi gigi penyangga:

1.              Pembuatan galur

Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik  bila gigi bagian

labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk mencegah pergeseran ke lingual atau labial dan

berguna untuk mendapatkan ketebalan preparasi di daerah tersebut. Galur pada gigi anterior

dapat dibuat dengan bur intan berbentuk silinder (Prajitno, 1994).

2.              Preparasi bagian proksimal

Tujuannya untuk membuat bidang mesial dan distal preparasi sesuai dengan arah

pasang jembatannya. Selain itu untuk mengurangi kecembungan permukaan proksimal yang

menghalangi pemasangan jembatan. Preparasi bagian proksimal dilakukan dengan

menggunakan bur intan berbentuk kerucut. Pengurangan bagian proksimal membentuk konus

dengan kemiringan 5-10 derajat (Prajitno, 1994).

3.              Preparasi permukaan insisal atau oklusal

Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk tonjolnya.

Preparasi permukaan oklusal untuk memberi tempat logam bagian oklusal pemautnya, yang

menyatu dengan bagian oklusal pemaut. Dengan demikian, gigi terlindungi dari karies, iritasi,

serta fraktur (Prajitno, 1994).

4.              Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual

Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk silinder. Preparasi

permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan yang cukup untuk logam pemaut

yang memberi kekuatan pada pemaut dan supaya beban kunyah dapat disamaratakan

(Prajitno, 1994).

5.              Pembulatan sudut preparasi bidang aksial

6.              Pembentukan tepi servikal

Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan                  

pembuatan pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:

a.Tepi demarkasi (feater edge)

b.Tepi pisau (knife edge)

c.Tepi lereng (bevel)

d.Tepi bahu liku (chamfer )

e.Tepi bahu (shoulder) (Prajitno, 1994).

Dalam setiap preparasi, selalu ingat mengenai prinsip dan syarat preparasi seperti

yang sudah dibahas pada pemicu sebelumnya. Alat-alat seperti bur, handpiece, dan alat

standar secara umum sama seperti preparasi mahkota tiruan penuh, perbedaan hanya terletak

pada prinsip utama pembuatan GTJ, yaitu prinsip kesejajaran pada gigi penyangganya.

Berbeda dengan full crown, preparasi gigi abutment tetap harus mengingat fungsi utamanya

dalam GTJ, sehingga harus memenuhi prinsip:

§  Kesejajaran antar gigi penyangga dan arah insersi

§  Pengambilan jaringan seoptimal mungkin

v  Retraksi gingiva

Tindakan ini merupakan tindakan yang mendahului tahap pencetakan gigi.

Merupakan tindakan penarikan/pemisahan sementara free gingiva dari gigi yang dipreparasi

dengan tujuan mendapatkan tepi preparasi servikal yang jelas saat pencetakan serta

menghindari luka pada gusi saat preparasi gigi di sulkus gingiva. Sebelum diretraksi,

dilakukan pemeriksaan gigi tetangga apakah karies atau drifting sehingga harus diperbaiki

serta dilanjutkan dengan pembersihan debris. Ada 4 cara retraksi gingiva, yaitu:

§  Mekanis (benang surgical silk 0,3 mm atau copper band atau MTS)

§  Kimia (larutan kimia hemostatik dan tidak ada vasokonstriktor)

§  Kombinasi (Benang yang mengandung larutan kimia)

§  Bedah elektrosurgikal

Kesalahan pada retraksi gingiva dapat menyebabkan resesi gusi, atrofi gusi, ekspos

akar gigi, atau shock tekanan darah jika retraction cord mengandung vasokonstriktor (e.g.

adrenalin).

v  Pencetakan dan pembuatan die model

Setelah dilakukan retraksi, maka pencetakan dan pembuatan die model dapat dimulai.

Pilih jenis (stock/individual) dan ukuran sendok cetak sesuai dengan ukuran rahang dan

material cetak apa yang akan digunakan. Untuk pembuatan GTJ umumnya material yang

digunakan bersifat elastomer dengan tujuan mendapatkan detail yang akurat. Ingat selalu

bahwa sebelum dicetak, gigi harus dalam keadaan kering dan bebas dari cairan saliva.

v  Pembuatan catatan gigit

Tahap ini ditujukan untuk mendapatkan hubungan dari model RA & RBsebagaimana

hubungan tersebut didapat di dalam mulut pasien, sehingga didapatkan GTC yang stabil

oklusinya (oklusi sentris). Umumnya catatan gigit dibuat menggunakan bite registration

paste/bitewax.

v  Penentuan warna (shade)

Penentuan warna GTC dilakukan untuk mendapat warna gigi yang sesuai dengan

warna gigi-gigi tetangganya. Umumnya cara yang paling banyak dipakai saat ini adalah

dengan menggunakan shade guide dari pabrik yang mengeluarkan bahan GTC yang kita

gunakan. Kesamaan pabrik antara shade guide dengan material yang kita gunakan di

labroatorium sangat penting karena tiap-tiap pabrik memiliki warna yang berbeda untuk satu

kode yang sama (Contoh: untuk kode A1 antara pabrik A dan pabrik B bisa ada perbedaan

warna). Dalam penentuan warna gigi harus:

§  Dalam keadaan basah (sehari-hari gigi itu berada nantinya)

§  Pencahayaan terang dari lampu neon (bukan lampu DU) dan tidak boleh tertutupi

oleh bayangan.

v  Pembuatan Mahkota Sementara gigi abutment dan pontik sementara

Ø  Mahkota Sementara

Pembuatannya bisa secara direct atau indirect. Jika secara direct, maka saat sebelum

dipreparasi, jika gigi mengalami karies/fraktur, ditutupi dengan malam membentuk kontur

anatomis normal, kemudian dilakukan pencetakan. Setelah dipreparasi, cetakan negatif

(alginat) pada gigi itu diisi dengan resin akrilik kemudian dipasangkan di gigi hasil preparasi

yang sudah diberi vaselin agar tidak menempel di gigi. Setelah mengeras sedikit, resin akrilik

dirapikan seperlunya (dipotong bagian yang berlebih) dan setelah full setting cetakan dilepas

dan MTS dipoles. Jika secara indirect, maka tahap-tahap tersebut dilakukan pada model gigi

dan kemudian setelah jadi MTS dicobakan di gigi pasien.

Cara diatas merupakan pembuatan mahkota sementara secara fabricated. Cara lain

adalah dengan menggunakan mahkota sementara prefabricated. Berbeda dengan cara

fabricated, ada beberapa macam bahan mahkota sementara digunakan, sepertialuminium,

akrilik, dan seluloid. Prosedur pemakaiannya: o Pemilihan mahkota sementara, untuk gigi

depan harus diperhatikan warna, bentuk dan besar yang sesuai. o Adaptasi bagian servikal

dan bagian dalam mahkota. Bagian servikal setiap mahkota sementara tidak boleh menekan

bagian gingival untuk mencegah resesi.

Ø   Pontik Sementara

Pembuatan pontik sementara dilakukan sebelum pencetakan untuk pembuatan GTJS

pada retainernya. Disini pontik dibuat dengan menggunakan wax (biasanya inlay wax) dan

kemudian baru dilakukan pencetakan untuk pembuatan MTS di gigi abutment.

b) Tahapan Klinik II (Evaluasi GTJ)

Setelah GTJ selesai difabrikasi dari laboratorium (belum jadi sepenuhnya baru

backing logam), sebelum dipasangkan pada pasien GTJ ini perlu dievaluasi terlebih dahulu,

terutama pada kualitas backing logam dan facing porcelainnya (pada tipe PFM), namun jika

tidak menggunakan bahan ini maka tidak perlu dievaluasi. Disini dievaluasi kecekatan GTC,

ketepatan marginal, kontak proksimal, ruang untuk facing, kontak oklusal dan artikulasi. Jika

evaluasinya baik, maka backing logam ini dikembalikan lagi ke laboratorium untuk dibuatkan

facing porselennya. Setelah jadi sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi pemeriksaan di gigi

pasien namun belum disementasi secara permanen. Evaluasi ini meliputi:

v  Kecekatan (fitness/self retention)

GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas dan tidak

jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan gaya-gaya ringan yang

berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.

v  Marginal fitness & integrity

Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde halfmoon; apakah

ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan pemeriksaan mengelilingi

servikal. Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi

servikal yang terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan pengurangan

panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat berakibat terbukanya tepi restorasi.

v  Kontak proksimal

Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu ke labial

atau lingual atau oklusal). Perhatikan juga efek dari ACF karena gaya ini sangat berpengaruh

terhadap kondisi inklinasi gigi. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan benang gigi dan

dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus mengalami

hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang.

v  Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva

Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga tidak

goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya. Untuk masalah faktor ungkit

umumnya diperiksa dengan menekan salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu

karena nantinya GTJ akan menekan gusi meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat

perubahan warna pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan

efek self cleansing pada daerah embrasurnya.

v  Penyesuaian oklusal

Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan di titik kontak

dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam kondisi oklusi sentris. Hasil

yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan bahwa oklusi

sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini

perlu karena ketidaknyamanan ini dapat berujung pada gangguan sistem mastikasi.

v  Estetika

Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya pada masa

kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan seideal mungkin, maka pada

bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil posterior) maka restorasi

harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur, anatomi, dan bentuk normal gigi

tersebut.

c) Tahapan Klinik III (Sementasi dan Insersi)

Tahap pemasangan dilakukan dengan cara melakukan sementasi dari retainer pada

GTJ ke gigi penyangga menggunakan semen permanen yang tidak larut dalam cairan mulut

sehingga GTJ dapat berfungsi penuh. Pemasangan dapat bersifat sementara ataupun

permanen namun umumnya bahan yang digunakan sama hanya berbeda tujuannya. Pemilihan

bahan sementasi didasarkan pada:

v  Besar beban kunyah

Jika tekanan kunyah besar maka memerlukan bahan yang memiliki compressive

strength tinggi untuk mencegah terjadinya retak dikemudian hari dan dapat menyebabkan

lepasnya GTJ. Jika tekanan kunyah berisiko menimbulkan gaya ungkit makan bond

strength ke gigi juga harus baik.

v  Jumlah gigi penyangga

Jika jumlah gigi penyangga cukup banyak (GTJ long span) maka bahan semennya

perlu memiliki working time panjang dan flow tinggi untuk mencegah terjadinya pengerasan

yang terlalu awal sebelum gigi dipasangkan mengingat jumlah retainer yang akan disemen

banyak.

v  Keadaan gigi penyangga

Pada gigi penyangga yang mengalami hiperemia namun masih vital maka sementasi

dilakukan dengan bahan yang pH tinggi (basa). Jika gigi kurang retentif semen perlu

punya bond strength & film thickness tinggi. Apabila sifat gigi penyangga merupakan MT

pasak logam maka perlu menggunakan bahan semen yang dapat berikatan dengan baik

dengan logam.

v  Desain dan bahan gigi tiruan

Desain dan bahan gigi tiruan berpengaruh pada estetika dan fungsional GTC nantinya.

Jika bahan gigi tiruan adalah akrilik yang translusen maka tentunya semen harus memiliki

warna yang sebisa mungkin mirip dengan warna gigi, sedangkan untuk desain tertentu maka

semen harus punya tingkat kelarutan yang rendah.

Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen pada gigi

penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga sebelum penyemenan perlu dilakukan

dengan sebaik-baiknya untuk mencegah perubahan relasi oklusal dan tepi gingiva, yang

mungkin juga disebabkan tekanan hidrolik yang mengganggu pulpa. Hal tersebut harus

dihindari oleh operator (Smith dan Howe, 2007).

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas bahan semen yang umum digunakan

antara lain GIC, Semen Resin, Zinc-Polikarbonat, dan Zinc-Fosfat.

Ø  Glass-Ionomer Cement

Merupakan bahan semen yang paling banyak dipakai karena kemampuan

biokompatibilitas ke jaringan dan restorasi yang baik melalui ikatan kimia. Terdiri atas bubuk

dan liquid yang mengandung fluor sebagai proteksi dari karies. Saat pemasangan pastikan

gigi tidak terkontaminasi oleh saliva karena sifat semen yangwater-based. Apabila material

yang digunakan adalah logam logam tersebut dilapisi dengan opaquer terlebih dahulu.

Sayangnya karena daya larut yang rendah risiko kebocoran tepi servikal tinggi.

Ø  Resin Cement (Zinc Siloco Phosphate Cement)

Semen ini sudah tidak banyak dipakai karena sifatnya yang asam sehingga restorasi

tidak tahan lama dan mengiritasi jaringan. Namun semen ini karena memiliki komposisi resin

maka sifat translusensinya sangat baik. Biasanya semen ini digunakan pada retainer yang

menggunakan material akrilik atau porselen serta gigi penyangga yang non-vital (dowell

crown).

Ø  Zinc Poly-Carboxylate Cement

Merupakan bahan semen jenis akrilik dengan paduan antara bubuk dan liquidnya akan

menurunkan pH serta meningkatkan bond strength karena reaksi dengan kalsium gigi dan

kandungan fluornya. Sifat adhesif ke logam tinggi sehingga banyak dipakai untuk sementasi

Pasak-Inti. Kekurangannya adalah setting time yang cepat sehingga tidak cocok untuk GTJ

dengan span panjang atau multiple abutment bridge. Tingkat kekerasannya juga masih

dibawah semen zinc-fosfat.

Ø  Zinc Phosphate Cement

Merupakan bahan semen yang paling pertama dikeluarkan tetapi masih menjadi

pilihan utama karena memiliki tingkat kekerasan, film thickness dan setting time yang

memadai. Semen ini juga punya pilihan warna sehingga tidak terlalu mencolok. Sayngnya pH

semen ini rendah sehingga berisiko mengiritasi pulpa saat belum mengeras. Oleh karena itu

biasanya diberikan pelaps untuk proteksi pulpa dengancavity varnish.

      Prosedur sementasi adalah sebagai berikut:

ü  Pembersihan bagian dalam retainer dari debris atau lemak dengan alkohol lalu

keringkan dengan air spray. Lakukan hal yang sama pada gigi penyanggan namun

menggunakan larutan antiseptik (jika alkohol dapat dehidrasi jaringan). Jika semen yang

digunakan bersifat asam, gig penyangga dapat terlebih dahulu dilapisi dengancavity

varnish di daerah dekat pulpa atau diaplikasikan kalsium hidroksida.

ü  Blokir semua daerah insersi dengan gulungan kapas untuk mencegah terjadinya

kontaminasi oleh saliva serta gunakan saliva ejector. Berikan separator oil di dasar pontik dan

interdental untuk memudahkan pengambilan sisa semen yang berlebih.

ü  Lakukan manipulasi semen sesuai petunjuk pabrik lalu oleskan semen di bagian

dalam retainer dan di gigi penyangga, lalu pasang sesuai dengan arah dan posisi yang benar.

Tekan secara bertahap masing-masing retainer untuk membuat semen mengalir dengan baik

dan mencegah adanya jebakan udara.

Lihat kondisi oklusi sentris dan fitnessnya, jika masih salah lepas segera dan ulangi

lagi. Jika sudah baik, GTJ ditekan dengan jari secara merata atau pasien dapat diminta untuk

menggigit dengan alat khusus sampai semen mencapai setting time. Buang sisa kelebihan

semen dengan sonde atau eksavator kecil dan menggunakan benang gigi di bagian

interdental.

2.5.5 Hukum Ante

Dalam Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan sebaiknya berpatokan pada hukum Ante.

Hukum Ante adalah konsep yang dikemukakan pada tahun 1800an dan masih digunakan

sampai sekarang. Hukum ante menyatakan bahwa "Luas area permukaan akar gigi penyangga

harus sama atau lebih besar dari luas area permukaan akar gigi yang hilang atau daerah

anodonsia". Dalam keadaan tertentu, kita tidak perlu mentaati hukum Ante, pada keadaan :

•      Akar gigi penyangga (abutment teeth) panjang, kokoh dan tertanam baik dalam

proc. Alveolaris.

•      Tekanan kunyah yang ringan atau tidak berkontak sama sekali, misal gigi lawan

merupakan removable denture, sehingga tekanan kunyah tidak akan sama dengan gigi asli.

•      Bentuk akar gigi penyangga yang tebal dan besar.

 

2.5.6 Syarat Pemakai Gigi Tiruan Cekat

1. Usia penderita : 20 s/d 50 tahun

a. < 20 Tahun

-        Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur

-        Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas

-        Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi dengan

rontgen dapat menghambat pertumbuhan tulang

b. > 50 Tahun

-       Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi

-       Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara

fisiologis

-       Kelainan jaringan yang bersifat patologis

2. Penyakit sistemik

                        Pada penderita dengan epilepsi sebaiknya direncanakan pembuatan

jembatan daripada gigi tiruan lepasan.

3. Kondisi Periondisium

a. Gigi penyangga:

-       Jaringan periodontal sehat

-       Bone support baik

-       Bentuk akar yang panjang

-       Posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung  rahang

-       Bentuk dan besar anatomis gigi normal

-       Mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat

2. Gigi antagonis:

            Oklusi normal

3. Gigi tetangga :

            Tidak mengalami rotasi, migrasi, miring

2.5.7 Keuntungan dan Kerugian GTC

1. Keuntungan

•      Karena diletakkan pada gigi asli sehingga tidak mudah terlepas atau tertelan

•      Dirasakan seperti gigi sendiri oleh pasien

•      Tidak mempunyai clasp (pendekap) yang dapat menyebabkan keausan pada

enamel gigi

•      Melindungi gig terhadap tekanan

•      Dapat mempunyai efek spint (efek belat) yang melindungi gigi terhadap stress

(tegangan)

•      Mendistribusikan stress (tegangan) fungsi ke seluruh gigi sehingga

menguntungkan jaringan pendukungnya (Abu Bakar, 2012).

2. Kerugian

•      Ditempatkan permanen sehigga sulit untuk mengontrol plak

•      Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik

2.6 Pengaruh Penyakit Sistemik Terhadap Perawatan Prostodontik

A. Arteriosclerosis

Secara klinis penyakit ini dapat terjadi dalam banyak cara (angina pectoris, infark

jantung, hipertensi, dan gagal jantung kongestive). Pada pasien dengan penyakit ini sering

berkurangnya keahlian motorik dan bisa terjadi kebingungan dan pikiran kosong sehingga

sukar untuk dirawat. Arterial hipertensi sering dirawat dengan obat anti hipertensi yang efek

sampinganya dapat mengurangi laju saliva. Pasien penyakit symptomatik arteriosclerotik

vascular, perawatan prostodontik tidak boleh tanpa adanya konsultasi terlebih dahulu dengan

dokter umum.

B. Endocarditis

Penyakit ini biasanya disebabkan oleh dua kondisi predisposisi:

•     suatu peningkatan kerusakan kardiak

•     penurunan daya immunocompeten

Pada pasien ini harus diberikan antibiotik profilaksis yang dikombinasikan dengan

intervensi yang dapat menimbulkan bakteremia sebagai suatu pencegahan (pengoptimalan

OH).

C. Respiratory Disorder

Sebagai contoh, asma atau bronchitis secara khusus memilki pernapasan yang

hiperaktive, sesak napas, dyspenea dan batuk. Pasien i ni harus selalu dirawat dengan posisi

duduk  yang tegak pada dental chair. Hal ini penting bagi pasien agar terhindar dari

semprotan  air dan partikel girborne seperti resin komposit saat penempatan gigi tiruan

penuh.

D. Diabetes melitus

Tanda klinis manifestasi oralnya adalah:

•     mulut kering, sering haus

•     lidah merah dan terasa nyeri

•     bau nafas seperti bau keton

•     gigi geligi goyang atau lepas

•     luka sulit sembuh

•     resorpsi cepat, gigi tiruan cepat longgar, sehingga harus sering dikontrol.

Terkadang pasien harus dikonsultasikan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam.

Pada saat melakukan perawatan, beberapa hal  yang harus dihindari :

•     hindari trauma

•     desain jangan dibuat paradental, tetapi gingival karena gigi geligi tidak kuat.

E. Arthritis

Kebanyakan pasien seperti ini mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin atau

corticosteroid dalam jangka waktu yang lama dan dapat mempengaruhi perawatan gigi akibat

efek sampingnya. Pasien dengan infeksi oral harus dilakukan proteksi untuk melawan

bakteremia dan timbulnya infeksi sekunder dengan dilakukannya terapi antibiotik profilaksis.

Dokter gigi harus mengkonsultasikan pasienya pada dokter umum untuk menentukan

kebutuhan antibiotiknya.

 BAB IV

PEMBAHASAN

     Diagnosa dan perawatan pendahuluan  mempunyai  arti  yang penting

terhadapsuksesnya pembuatan gigi tiruan untuk kebutuhan pasien. Jika pasien langsung 

dirawattanpa melakukan diagnosa dan perawatan pendahuluan,

maka kegagalanlah yang akandihadapi. Pemeriksaan teridiri dari 3 jenis, yaitu pemeriksaan

subjektif, objektif, dan penunjang. Pemeriksaan subjektif yaitu pemeriksaan yang dilakukan

dengan tanya jawab. Cara ini umumnya dilakukan untuk mencari riwayat penyakit dan data

pribadi pasien dan keluarga. Biasanya disebut dengan anamnesis. Pemeriksaan objektif

meliputi pemeriksaan intraoral dan ekstraoral. Pemeriksaan ekstraoral meliputi pemeriksaan

terhadap bentuk muka/wajah. Dilihat dari arah depan bentuk wajah tampak Oval/ovoid,

Persegi/square, Lonjong/tapering dan dilihat dari arah samping tampak cembung, lurus,

cekung. Bentuk bibir tampak panjang, pendek, normal, tebal,tipis, Flabby. Sendi Rahang

terlihat menggeletuk, krepitasi, sakit. Pemeriksaan intraoral meliputi pemeriksaan terhadap

gigi, antara lain meliputi gigi yang hilang, keadaan gigi yang tinggal, gigi yang mudah

terkena karies, banyaknya tambalan pada gigi, mobilitas gigi, elongasi, malposisi, atrisi. Jika

dijumpai adanya kelainan gigi yang mengganggu pada pembuatan gigi tiruan, maka

sebaiknya gigi-gigi tersebut dicabut. Selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan

objektif agar lebih akurat dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaanradiografi

yang Berfungsi sebagai informasi tambahan bagi pemeriksan klinis.

Penegakkan diagnosa dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif, obyektif,

dan penunjang. Setelah didapatkan hasil pemeriksaan kemudian dilakukan

prognosis. Prognosis adalah peramalan dari kemungkinan dan akhir suatu penyakit, sebuah

perkiraan kemungkinan hasil akhir gangguan atau penyakit, baik dengan atau tanpa

pengobatan.Sebelum melakukan tindakan rehabilitatif dengan membuatkan GTC, dokter gigi

harus melakukan perawatan pendahuluan terlebih dahulu dengan tindakan bedah, periodonti,

konservatif maupun orthodonti sesuai dengan kondisi pasien dan jika pasien memiliki

penyakit sistemik, hal ini memerlukan cukup perhatian khusus . Tahap selanjutnya adalah

proses pembuatan gigi tiruan tetap. Penentuan desain dari gigi tiruan cekat (GTC) merupakan

salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan gigi tiruan. Dari sini kita mendapatkan

prognosa yang baik untuk kedepannya  Cara penentuan desain GTC dengan cara mengetahui

indikasi dan kontraindikasi, menentukan macam dukungan dari setiap sadel, menentukan

macam retainer, dan terakhir menentukan macam konektor yang akan digunakan. Komponen-

komponen gigi tiruan tetap terdiri dari pontik, retainer, konektor dan abutment. Desainer

harus didasarkan pada pengetahuan dan ketrampilan operator dan proses pembuatan desain

harus memperhatikan faktor-faktor estetis, stabilisasi, retensi, oklusi, kenyamanan, mudah

dibersihkan dan faktor biaya.

Setelah proses pembuatan GTC selesai, tahap berikutnya adalah tahap pemasangan

GTC kedalam mulut pasien. Pemeliharaan kesehatan mulut untuk menunjang jesehatan

gingiva disekitar gigi tiruan dan giginya sendiri. Pemeliharaan yang harus dilakukan oleh

pasien terdiri dari 4 tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan plak dan sisa makanan

berupa penghilangan plak, mengurangi makanan/minuman yang asam dan kariogenik,

penggunaan obat kumur dengan tujuan menghambat pertumbuhan plak, misalnya dengan

chlorhexidine dan pemeriksaan ulang rutin setiap 3 – 6 bulan ke dokter gigi.