guna lahan perkotaan (4)

30
Tata Guna Lahan Perkotaan A R Taufiq Hidayat Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas ra!i"aya

Upload: evy-anisa

Post on 07-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan materi perkuliahan PWK

TRANSCRIPT

Land Use

Tata Guna Lahan PerkotaanA R Taufiq HidayatJurusan Perencanaan Wilayah dan KotaFakultas Teknik Universitas BrawijayaIsi/substansiLahan perkotaan ditatagunakan berdasarkan:Ciri Aktivitas dan PerkembanganKlasifikasi penggunaan lahanPola penggunaan lahan

Dunia yang MengkotaSebaran ManusiaProyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk (yang tinggal) di kawasan perkotaan

Komposisi Penduduk Dunia

Di Indonesia

Banyaknya jumlah penduduk semakin meningkatkan permasalahan yang harus ditanggung daerah perkotaanPerspektif urbanisasiTidak menariknya Desa untuk perkembangan individuPemusatan pertumbuhan di daerah kotaDesa yang berkembang atau Pertumbuhan aktivitas daerah peripheral dari ruralurbanTidak terbentuknya sistem interrelasi desa-kota

Karakteristik Perkembangan KotaDasar penentuan pemanfaatan lahanPerspektif penggunaan lahan di perkotaanPusat kegiatan pertumbuhanService-Commercial BasedPerubahan pemanfaatan lahan tinggiPertumbuhan nilai ekonomi lahan tinggi dan spekulasi lahanKebutuhan area/zona transportasi

Ciri Fisik LingkunganPertumbuhan horizontal melebihi vertikalUrban sprawlPembentukan pusat kotaCBD: padat, macet, polusi, industriSpesialisasi dan segregasi penggunaan lahan:Inovasi teknologi dan sistem transportasiPemisahan tempat tinggal dan tempat kerjaPerkembangan CBD pesatKecepatan perubahan pemanfaatan lahanPenggunaan LahanIntensitas pemanfaatan lahan intensifbanyaknya orang yang terlibatbesarnya nilai investasibangunan ke arah vertikal/bertingkatPenggunaan tanah yang kompleksKeterkaitan antar unit-unit penggunaan lahan sangat erat Ukuran unit-unit penggunaan lahan didominasi luasan yang lebih kecil

Klasifikasi Penggunaan Lahan

Definisi

Perkembangan tiap kelompok AktivitasPermukimanResidentalInstitusional penggunaan umum (FASUM/FASOS)Transport dan UtilitasJalan dan highwayUtilias dan infrastrukturIndustri dan Perdagangan/JasaIndustri/manufakturperkantoranpertokoanpergudanganFasilitas Umum/SosialPerkantoranRekreasiPendidikan dan KesehatanLahan CadanganSebelumnya TerbangunLahan kosongLahan ambil alihUkuran penggunaan (standar)Berdasar Standard Dinas Cipta Karya, Peruntukan Lahan Kota sebagai berikut:

PERBANDINGAN LAND USE KOTA :60 % KAVLING 40 % FU dan FSResidential35% -39 %Komersial4,8% -5%Industrial10% -11%Sirkulasi/Jalan20 % -26 %Openspace & Fas.Umum10% -18%Pola Pemanfaatan LahanDi IndonesiaDasar pembentukan pola di IndonesiaSkala kegiatan ekonomiKedekatan (terutama permukiman dengan tempat kerja-fasilitas)Suasana lingkungan sekitar (terutama untuk penentuan permukiman)Burgess Concentric Zone

Land Rent Theory Logika Concentric ZoneCBD secara garis besar merupakan daerah dengan harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi dan ada kecenderungan membangun struktur perkotaan secara vertikal(Teori Ketinggian Bangunan; Bergel, 1955)CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan(Teori Konsektoral; Griffin dan Ford, 1980)Hoyt Sector Model

Harris & Ullman Multiple Nuclei Model

Low Economycally Developed Countries

Model memiliki satu kesamaan dengan Burgess Model yaitu CBD tetap berada di Pusat. Area kota sangat terbatas, kawasan permukiman kelas atas sangat sedikit dan sangat dekat dengan CBD, tidak ada hunian kelas menengah (seperti halnya kawasan pinggiran diMEDCs), Zona yang paling besar adalah kawasan perkampungan kota dimana biasanya terdapat dibagian luar kota/perbatasan.Industri skala besar selalu berada pada jalan utama atau disekitar wilayah perbatasan.

Surabaya

Permasalahan Kota di Indonesia

Kota-kota dan kawasan perkotaan masih sangat terpusat di pulau Jawa-Bali dan Sumatera serta Sulawesi Selatan.Pulau Jawa diperkirakan akan menjadi pulau-kota (padahal juga merupakan pulau yang paling subur untuk pertanian) Kota-kota besardengan pengecualianumumnya berada di sepanjang pantai Laut Jawa dan Selat Malaka (awalnya berorientasi laut, sekarang lebih berorientasi in-land)

Kebijakan Perkotaan NasionalMenerapkan pengendalian terhadap pola-pola pertumbuhan kota yang melebar (urban sprawl) dengan menerapkan berbagai instrumen seperti urban growth boundaries secara terencana dan konsisten serta instrumen perkotaan lainnya yang dapat sekaligus mendorong terwujudnya RTH 30%sebagaimana diamanatkan oleh UU 26/2007Sistem Pengendalian

Pendayagunaan air perkotaan

Air BersihDrainaseLimpasan air hujanAir limbahPermasalahan air bersihDebit sumber air berkurang, berubah kualitasDistribusi dan transmisi tidak merataKualitas air menurunPenggunaan air tidak terkontrolKurangnya pasokan air bersihPermasalahan drainaseSaluran rusakPendangkalanKualitas air melebihi ambang batas (beracun, berwarna, berbau, berasa)Banjir

SekianTerima Kasih