hadis etika dalam mu

1
HADIS ETIKA DALAM MU’AMALAH 1. Redaksi Hadits ة ﻳـ أ ، ﻋ ج اﻷ ، ﻋ د اﻟﺰ أ ، ﻋ ﺎﻟ ﻰ ﻣ ت أ : ﻗـ ﺎل ، ﻗ ﺎ ﳛ ﱠﺛـ ﻮل ر ن ، أ ﻰ ﷲ ﺑـ ، و ﺒـ ﺎن ﻰ اﻟﺮ ﺘـ ﻳـ : ﻻ ﺎل و ﻮا، ﺎﺟ ﺗـ ، و ﺑـ ﺑـ ﱠﻈ اﻟﻨ ﻓـ ذ ﺎ ﺑـ ﺎﻋ اﺑـ ، ﻓ اﻟ و وا اﻹ ، و ﺎد ﺎﺿ و ﺎ، ﺒـ ن أ ﺑـ ﺎ ﻣ ﺎﻋ ﺎ و ﱠﻫ د ﺎ ر ن إ ﺎ، و ﺎ أ ﻴـ ﺿ ر ن Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata; Saya membaca di hadapan Malik dari Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Janganlah mencegat pedagang untuk memborong barang-barangnya (sebelum sampai ke pasar); jangan membeli barang yang sedang dibeli orang lain; jangan menipu; orang kota hendaknya tidak memborong dagangan orang dusun (dengan maksud monopoli dan menaikkan harga); jangan menahan susu unta atau kambing yang akan dijual supaya kelihatan susunya banyak. Jika dia membeli dan memerahnya setelah membeli, maka dia boleh memilih dari dua keadaan, jika ia suka, maka dia boleh ditahannya namun jika tidak suka dia boleh mengembalikannya dengan satu sha’ kurma (pengganti susu dan perahannya). 2. Takhrij Hadits Redaksi hadits tersebut hanya terdapat pada Shohih Muslim dalam bab Tahrim Bai’ al-Rajul ala bai’i akhihi dengan nomor hadist 1515. Sedangkan dengan redaksi yang berbeda, dapat kita temukan dalam Sunan Abu Daud bab Man isytara …. dengan nomor hadits 3443, juga dalam Shahih Bukhari bab al-Nahyu lil bai’ …. dengan nomor hadits 2148, Sunan Tirmidzi bab Ma ja’a fi …. dengan nomor hadits 1251, juga terdapat dalam Sunan Nasa’i bab al-nahyu ‘an … dengan nomor hadits 4488, dan sebagainya. Penulis hanya mencukupkan pada beberapa kitab hadits di atas, dengan tujuan agar mempermudah. Sebenarnya masih banyak baik di kitab hadits yang sama, tetapi dengan nomor yang berbeda; juga di kitab-kitab hadits yang lain. 3. Tahqiq Hadits Kualitas hadits tersebut shahih. Berarti bisa dijadikan sebagai patokan hukum. Keshahihan hadits tersebut selain tampak didukung oleh dua imam besar yakni Bukhari dan Muslim, juga ditegaskan oleh kritikus haidts kenamaan seperti, Syu’aib al-Arna’ud, ‘adil Mursyid, dan lain-lain. Kesimpulan: Beberapa bentuk jual beli, antara lain: a. Jual beli talqi rukban (اﻟﺮﻛﺒﺎن) Adalah jual beli setelah pembeli datang menyongsong penjual sebelum ia sampai di pasar dan mengetahui harga pasaran. b. Jual beli orang kota dengan orang desa (ﺑﯿﻊ ﺣﺎﺿﺮ ﻟﺒﺎد) Adalah orang kota yang sudah tahu harga pasaran menjual barangnya pada orang desa yang baru datang dan belum mengetahui harga pasaran. c. Jual beli musharrah (اﻟﻤﺼﺮة) Musharrah adalah nama hewan ternak yang diikat puting susunya sehingga kelihatan susunya banyak, hal ini dilakukan agar harganya lebih tinggi. d. Jual beli najasy (اﻟﻨﺠﺶ) Jual beli yang bersifat pura-pura dimana si pembeli menaikkan harga barang , bukan untuk membelinya, tetapi untuk menipu pembeli lainnya agar membeli dengan harga yang tinggi.[9] e. Jual beli dalam tawaran orang lain ( ٍ ْ َ ﻊ ﺑْ ﯿَ ﻰ ﺑَ َ ُ ْ َ ْ ِ َ ) Jual beli yang dilakukan ketika barang yang dijual sudah dalam penawaran orang lain.

Upload: masiroel

Post on 01-Feb-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mua

TRANSCRIPT

Page 1: Hadis Etika Dalam Mu

HADIS ETIKA DALAM MU’AMALAH

1. Redaksi Hadits

ثـنا حيىي بن حيىي، قال: قـرأت على مالك، عن أيب الز�د، عن األعرج، عن أيب هريـرة ، أن رسول حديع، وال يبع بـعضكم علىهللا صلى هللا بـيع بـعض، وال تـناجشوا، عليه وسلم قال: ال يـتـلقى الركبان لبـ

تاعها بـعد ذلك فـهو خبري النظ بل والغنم، فمن ابـ ن بـعد أن حيلبـها، ري وال يبع حاضر لباد، وال تصروا اإلها أمسكها، وإن سخطها ردها وصاعا من متر “فإن رضيـ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata; Saya membaca di hadapan Malik dari Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Janganlah mencegat pedagang untuk memborong barang-barangnya (sebelum sampai ke pasar); jangan membeli barang yang sedang dibeli orang lain; jangan menipu; orang kota hendaknya tidak memborong dagangan orang dusun (dengan maksud monopoli dan menaikkan harga); jangan menahan susu unta atau kambing yang akan dijual supaya kelihatan susunya banyak. Jika dia membeli dan memerahnya setelah membeli, maka dia boleh memilih dari dua keadaan, jika ia suka, maka dia boleh ditahannya namun jika tidak suka dia boleh mengembalikannya dengan satu sha’ kurma (pengganti susu dan perahannya).

2. Takhrij Hadits

Redaksi hadits tersebut hanya terdapat pada Shohih Muslim dalam bab Tahrim Bai’ al-Rajul ala bai’i akhihi dengan nomor hadist 1515. Sedangkan dengan redaksi yang berbeda, dapat kita temukan dalam Sunan Abu Daud bab Man isytara …. dengan nomor hadits 3443, juga dalam Shahih Bukhari bab al-Nahyu lil bai’ …. dengan nomor hadits 2148, Sunan Tirmidzi bab Ma ja’a fi …. dengan nomor hadits 1251, juga terdapat dalam Sunan Nasa’i bab al-nahyu ‘an … dengan nomor hadits 4488, dan sebagainya. Penulis hanya mencukupkan pada beberapa kitab hadits di atas, dengan tujuan agar mempermudah. Sebenarnya masih banyak baik di kitab hadits yang sama, tetapi dengan nomor yang berbeda; juga di kitab-kitab hadits yang lain.

3. Tahqiq Hadits

Kualitas hadits tersebut shahih. Berarti bisa dijadikan sebagai patokan hukum. Keshahihan hadits tersebut selain tampak didukung oleh dua imam besar yakni Bukhari dan Muslim, juga ditegaskan oleh kritikus haidts kenamaan seperti, Syu’aib al-Arna’ud, ‘adil Mursyid, dan lain-lain.

Kesimpulan: Beberapa bentuk jual beli, antara lain:

a. Jual beli talqi rukban (الركبان) Adalah jual beli setelah pembeli datang menyongsong penjual sebelum ia sampai di pasar dan mengetahui harga pasaran. b. Jual beli orang kota dengan orang desa (بیع حاضر لباد) Adalah orang kota yang sudah tahu harga pasaran menjual barangnya pada orang desa yang baru datang dan belum mengetahui harga pasaran. c. Jual beli musharrah (المصرة) Musharrah adalah nama hewan ternak yang diikat puting susunya sehingga kelihatan susunya banyak, hal ini dilakukan agar harganya lebih tinggi. d. Jual beli najasy (النجش) Jual beli yang bersifat pura-pura dimana si pembeli menaikkan harga barang , bukan untuk membelinya, tetapi untuk menipu pembeli lainnya agar membeli dengan harga yang tinggi.[9] e. Jual beli dalam tawaran orang lain ( یبع بعض على بیع بعض) Jual beli yang dilakukan ketika barang yang dijual sudah dalam penawaran orang lain.