halaman judul analisa zona kawasan rawan longsor …

52
Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN ACEH BESAR MENGGUNAKAN SISTEM INFOMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Komputer Oleh: RIZA WAHYUDI 1008107020046 JURUSAN INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH SEPTEMBER, 2016

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

Halaman Judul

ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR DI

KABUPATEN ACEH BESAR MENGGUNAKAN

SISTEM INFOMASI GEOGRAFIS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Komputer

Oleh:

RIZA WAHYUDI

1008107020046

JURUSAN INFORMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

SEPTEMBER, 2016

Page 2: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …
Page 3: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul,

“ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN

ACEH BESAR MENGGUNAKAN SISTEM INFOMASI GEOGRAFIS”.

Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang

telah membawa kita ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penyusunan dan penulisan Skripsi tidak lepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak dalam bentuk bantuan dan bimbingan. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar -

besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Teuku M. Iqbalsyah, S.Si., M.Sc, selaku Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsyiah.

2. Bapak Dr.Muhammad Subianto, S.Si., M.Si, selaku Ketua Jurusan

Informatika.

3. Bapak Dr. Nizamuddin, M.Info.Sc, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberi arahan serta masukan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas

Akhir ini.

4. Bapak Marwan.S.Si,M.T, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini

dapat diselesaikan.

5. Para dosen penguji, Bapak Irvanizam Zamanhuri, M.Sc, Arie Budiansyah,

M.Eng, Mulkal, S.T, M.Sc. yang telah memberikan kritik, saran serta

masukan kepada penulis agar penulisan dan penelitian Tugas Akhir ini

menjadi lebih baik.

Page 4: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

iv

6. Bapak dan Ibu pihak terkait yang telah membantu menyediakan data

penelitian, meliputi Bappeda Provinsi. Aceh, khususnya di bidang Pusat

Data Geospasial Aceh (UPTB - PDGA), BMKG Indrapuri, dan lain-lain.

7. Secara khusus, Ayahanda (Halimy Aziz) dan Ibunda (Nurian), serta kakak

dan adik (Fitri Wahyuni, Yurnalis Bestari dan Fuji Maisuri) yang telah

mendukung penulis dalam setiap masa studi, termasuk dukungan yang tiada

henti kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

8. Sahabat yang selalu setia Hendri Yusmadi, Nita Wulandari, Zikri Mauludi

dan teman-teman seperjuangan Multazam, Fathul Razak, Sasmi Fadly,

Zahrul Fahmi, T.Akmalliansyah, T.Mahmuda, Jufriadi, Bayhaqqy, M.Azmi

Syukran serta teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan yang telah

membantu dan mendukung penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir ini

hingga selesai.

9. Pihak administrasi Jurusan Informatika, Kak Fitri dan Kak Lia yang telah

membantu dalam pengurusan segala bentuk berkas mulai dari seminar

proposal, seminar hasil, poster-day, sidang, hingga pendistribusian Tugas

Akhir ini dan Staff Lab GIS Unsyiah, Kakak Fairus Muthmainnah yang

telah banyak membantu dan berbagi ilmunya kepada penulis.

10. Pihak-pihak yang penelitiannya saya jadikan sebagai referensi dalam

penulisan Tugas Akhir ini, yaitu meliputi sumber-sumber yang telah

disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari

seluruh pihak agar tugas akhir ini menjadi lebih baik dan dapat di pertanggung

jawabkan. Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis menyerahkan diri karena

tidak ada satu pun kejadian di muka bumi ini kecuali atas takdirnya.

Banda Aceh, 20 September 2016

Riza Wahyudi

Page 5: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

v

ABSTRAK

Bencana longsor adalah bencana alam yang sering terjadi dan mengakibatkan

kerugian harta benda maupun korban jiwa. Selain itu, longsor juga dapat

menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana yang berdampak pada kondisi

ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, risiko bencana longsor harus diminimalkan.

Salah satu caranya ialah dengan melakukan analisis bencana longsor berbasis

Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

dan melakukan pemetaan zona kawasan rawan longsor di Kabupaten Aceh Besar.

Metode yang digunakan adalah dengan cara melakukan overlay terhadap lima

parameter zona kawasan rawan longsor. Kelima parameter tersebut adalah curah

hujan, kemiringan lereng, ketinggian lahan, jenis tanah dan penggunaan lahan.

overlay yang digunakan pada penelitian ini adalah weighted sum, yaitu overlay

penjumlah skor dan bobot. Hasil dari overlay ini adalah nilai atau tingkat

kerawanan longsor di Kabupaten Aceh Besar yang disajikan dalam bentuk peta.

Tingkat kerawanan longsor di Kabupaten Aceh Besar pada penelitian ini dibagi

atas tiga kelas, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Masing-masing kelas tersebut

memiliki luas secara berurutan yaitu 83.948,13 Ha (30,97%), 184.832,55 Ha

(68,18%) dan 2.307,24 Ha (0,85%)

Kata Kunci: Sistem Informasi Geografis (SIG), Zona Kawasan Rawan Longsor,

Kabupaten Aceh Besar, weighted sum.

Page 6: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

vi

ABSTRACT

Landslide is natural disasters that often occurs and results in loss of property and

life. Besides, landslides also damaging the facilities and infrastructure that has an

impact on economic and social conditions. Therefore, the risk of landslides could

be minimized. One of the method is by analyzing of landslides with Geographic

Information System (GIS). This research purpose to analyze and mapping the

landslide prone zones areas in Aceh Besar district. This method using overlay five

parameters of landslide prone zones areas. The five parameters area rainfall,

slope, the elevation of land, soil type and the land use. This research is using the

Weighted Sum, which overlays the summing scores and weights. The result is the

value or level of vulnerability of landslides in Aceh Besar district which presented

in map form. Level of vulnerability of landslides in Aceh Besar district in this

research was divided into three classes: low, medium and high. Each class has an

area in a sequence such as 83.948,13 ha (30.97%), 184.832,55 Ha (68.18%) and

2.307,24 ha (0.85%).

Keywords: Geographic Information System (GIS),Landslide Prone Zones Areas,

Aceh Besar district, weighted sum.

Page 7: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …
Page 8: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .......................................................................................................... i

Pengesahan .............................................................................................................. ii

Abstrak .................................................................................................................... v

Abstract .................................................................................................................. vi

Daftar Isi................................................................................................................ vii

Daftar Lampiran ..................................................................................................... ix

Daftar Gambar ........................................................................................................ ix

Daftar Tabel ........................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2

1.4. Manfaat ................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1. Kondisi Geografis Kabupaten Aceh Besar .......................................... 3

2.2. Sistem Informasi Geografis.................................................................. 5

2.3. Gerakan Tanah ..................................................................................... 6

2.4. Tanah Longsor ..................................................................................... 7

2.5. Jenis – Jenis Tanah Longsor ................................................................ 8

2.6. Lahan .................................................................................................. 10

2.7. Lereng ................................................................................................ 10

2.8. Overlay ............................................................................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 11

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 11

3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 11

3.3. Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 12

3.4. Klasifikasi Parameter Longsor dan Pemberian Nilai ......................... 13

Page 9: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

viii

3.5. Kelas Kerawanan Longsor ................................................................. 14

3.6. Metode Penelitian............................................................................... 15

3.6.1. Pengumpulan Data ................................................................... 15

3.6.2. Pengolahan Data ...................................................................... 15

3.6.3. Studi Lapangan ........................................................................ 15

3.7. Langkah Kerja Analisis ...................................................................... 16

3.7.1. Peta Curah Hujan ..................................................................... 16

3.7.2. Peta Kemiringan Lereng dan Ketinggian Lahan ..................... 17

3.7.3. Peta Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan ................................ 17

3.7.4. Overlay .................................................................................... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 19

4.1. Kabupaten Aceh Besar ....................................................................... 19

4.2. Parameter Kerawanan Longsor .......................................................... 20

4.2.1. Curah Hujan Kabupaten Aceh Besar ....................................... 20

4.2.2. Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Besar ............................ 22

4.2.3. Ketinggian Lahan (Elevasi) Kabupaten Aceh Besar ............... 23

4.2.4. Jenis Tanah Kabupaten Aceh Besar ........................................ 24

4.2.5. Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar ............................. 25

4.3. Tingkat Kerawanan Longsor Kabupaten Aceh Besar ........................ 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 30

3.6. Kesimpulan ........................................................................................ 30

3.7. Saran ................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32

Page 10: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar ....................................... 34

Lampiran 2. Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Besar ....................................... 35

Lampiran 3. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Besar ............................ 36

Lampiran 4. Peta Ketinggian Lahan Kabupaten Aceh Besar ............................... 37

Lampiran 5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Aceh Besar ........................................ 38

Lampiran 6. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar ............................. 39

Lampiran 7. Peta Zona Kawasan Longsor Kabupaten Aceh Besar ..................... 40

Page 11: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar ......................................... 3

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ................................................................... 12

Gambar 3.2. Skema Overlay ................................................................................. 18

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar ....................................... 20

Gambar 4.2. Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Besar........................................ 21

Gambar 4.3. Peta Kemiringan Lereng................................................................... 22

Gambar 4.4. Peta Ketinggian Lahan (Elevasi) Kabupaten Aceh Besar ................ 23

Gambar 4.5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Aceh Besar ......................................... 24

Gambar 4.6. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar.............................. 26

Gambar 4.7. Peta Tingkat Kerawanan Longsor Kabupaten Aceh Besar .............. 27

Page 12: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Batas-batas dari Kabupaten Aceh Besar ................................................ 3

Tabel 2.2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan........................................................ 4

Tabel 2.3. Jenis - jenis Tanah Longsor ................................................................... 8

Tabel 3.1. Parameter Rawan Longsor dan nilai .................................................... 13

Tabel 3.2. Klasifikasi Tingkat Kerawanan Longsor ............................................. 14

Tabel 4.1. Administrasi Kabupaten Aceh Besar ................................................... 19

Tabel 4.2. Intensitas Curah Hujan Kabupaten Aceh Besar ................................... 22

Tabel 4.3. Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Besar ........................................ 23

Tabel 4.4. Ketinggian Lahan Kabupaten Aceh Besar ........................................... 24

Tabel 4.5. Jenis Tanah Kabupaten Aceh Besar ..................................................... 25

Tabel 4.6. Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar ......................................... 26

Tabel 4.7. Tingkat Kerawanan Longsor Kabupaten Aceh Besar .......................... 27

Tabel 4.8. Luas Tingkat Kerawanan Longsor Per Kecamatan.............................. 28

Page 13: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peristiwa tanah longsor atau dikenal dengan gerakan massa tanah, sering

terjadi pada lereng berbukit. Tanah longsor merupakan fenomena alam, yaitu alam

mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang

menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser

tanah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam yang dapat terjadi di

setiap saat, di mana dan kapan pun, sehingga dapat menimbulkan kerugian

material serta imaterial untuk kehidupan masyarakat. Bencana longsor adalah

bencana alam yang sering terjadi dan mengakibatkan kerugian harta benda

maupun korban jiwa serta menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana yang bisa

berdampak pada kondisi ekonomi dan sosial. Pada prinsipnya tanah longsor

terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan.

Bencana alam tanah longsor dapat terjadi karena pola pemanfaatan lahan yang

tidak sesuai dengan lingkungan, seperti penebangan hutan secara liar yang

mengakibatkan hutan menjadi gundul (Suryolelono, 2002 dalam Kuswaji, 2008).

Hujan lebat juga dapat menimbulkan bencana longsor. Penyebab longsor

tersebut disebabkan oleh adanya hujan lebat yang datang secara tiba-tiba,

sehingga tanah tidak mampu menahan volume air hujan yang besar. Ketika air

meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah dan jika menembus sampai

lapisan kedap air sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah di

atasnya akan mengalami pergerakan mengikuti lereng. Ada beberapa faktor utama

penyebab terjadinya tanah longsor yaitu intensitas hujan, gempa bumi, kondisi

batuan dan tata penggunaan lahan yang kurang sesuai dengan karakteristik

lahannya (Sutikno, 1994 dalam Rahman, 2010).

Seperti halnya di wilayah Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 2

November 2014 terjadinya longsor yang mengakibatkan daerah ini terisolir

sehingga terputusnya akses jalur Banda Aceh menuju Aceh Besar dan jalur Aceh

Besar menuju Aceh Jaya seperti halnya di jalan kawasan Gunung Paro, Aceh

Page 14: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

2

Besar, dan Gunung Grutee yang berbatasan langsung dengan Aceh Jaya

(Liputan6.com). Dengan demikian, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk

melihat kawasan yang terjadinya tanah longsor di kawasan Kabupaten Aceh Besar

untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkan dengan melakukan pemetaan

dengan menggunakan SIG.

1.2 Rumusan Masalah

Kabupaten Aceh Besar khususnya di Kecamatan Lhoong sendiri sering

terjadi bencana tanah longsor, yang tentunya mengalami kerusakan ruas jalan, dan

pemukiman warga. Upaya untuk meminimalkan risiko bencana longsor

diperlukan metode tertentu, salah satunya yaitu berbasis Sistem Informasi

Geografis (SIG) untuk menentukan zona kawasan rawan longsor di Kabupaten

Aceh Besar.

Penelitian analisa ini dilakukan di wilayah Kabupaten Aceh Besar

dikarenakan data yang tersedia diperoleh langsung dari Laboratorium Sistem

Informasi Geografis dan Data Spasial, Jurusan Informatika, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Syiah Kuala, Laboratorium

UPTD – PDGA Bappeda Provinsi. Aceh dan BMKG Indrapuri.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis pemetaan kawasan

rawan longsor di Kabupaten Aceh Besar, yang hasilnya nanti berupa sebuah peta.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi untuk masyarakat agar

masyarakat mampu mengantisipasi terjadinya tanah longsor di kawasan tersebut.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan

informasi mengenai kondisi daerah titik rawan longsor di wilayah Kabupaten

Aceh Besar dan dapat memberi pengetahuan tentang daerah rawan tanah longsor.

Page 15: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Geografis Kabupaten Aceh Besar

Keberadaan wilayah geografis Kabupaten Aceh Besar terletak antara 5,2° -

5,8° LU dan 95,0° - 95,8° BT. Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 23 Kecamatan

dan 604 Desa. Luas wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah 2.974,12 km2,

sebagian besar wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di

kepulauan. Sekitar 10% desa di Kabupaten Aceh Besar merupakan desa pesisir

(Aceh Besar dalam Angka, 2015).

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar

Tabel 2.1. Batas-batas dari Kabupaten Aceh Besar

Utara Selat Malaka, Kota Sabang, dan Kota Banda Aceh

Selatan Kabupaten Aceh Jaya

Timur Kabupaten Pidie

Barat Samudera Indonesia

Page 16: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

4

Tabel 2.2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan

No KECAMATAN LUAS/AREA

1 Lhoong 125,00

2 Lhoknga 98,95

3 Leupung 76,00

4 Indrapuri 298,75

5 Kuta Cot Glie 231,75

6 Seulimeum 487,26

7 Kota Jantho 274,04

8 Lembah Seulawah 307,85

9 Mesjid Raya 110,38

10 Darussalam 77,66

11 Baitussalam 36,52

12 Kuta Baro 83,81

13 Montasik 94,10

14 Blang Bintang 70,51

15 Ingin Jaya 73,68

16 Krueng Barona Jaya 9,06

17 Sukamakmur 98,51

18 Kuta Malaka 43,54

19 Simpang Tiga 54,95

20 Darul Imarah 32,95

21 Darul Kamal 16,20

22 Peukan Bada 31,90

23 Pulo Aceh 240,75

Sumber : Badan Pusat Statistik, Aceh Besar dalam Angka (2015)

Page 17: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

5

2.2 Sistem Informasi Geografis

Aronoff (1989), SIG adalah sebuah sistem berbasis komputer yang

memiliki atau kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu

pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali),

manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil

akhir (output) dapat dijadikan petunjuk atau acuan dalam pengambilan keputusan

pada masalah yang berhubungan dengan geografi.

ESRI (1990), mengartikan SIG adalah kumpulan yang terorganisasi

dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi yang dirancang

secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, memperbarui, memanipulasi,

menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi

geografi.

Charter (2008), mendefinisikan SIG sebagai sistem yang dirancang untuk

bekerja dengan data yang di referensi secara spasial atau koordinat-koordinat

geografis. SIG memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan

melakukan operasi-operasi tertentu dengan menampilkan dan menganalisis data.

Sistem informasi geografi terbagi dalam 6 komponen utama yaitu:

1. Manusia: Manusia merupakan komponen terpenting dalam SIG.

Manusialah perencana dan pengguna dari SIG dan manusia

bisa mengatasi kekurangan dari komponen SIG lain.

2. Data: Data yang penting dalam SIG mengandung data geografis

dan data atribut. Ketersediaan dan keakuratan data

mempengaruhi hasil analisis.

3. Hardware: Perangkat keras yang digunakan pengguna untuk

berinteraksi langsung dalam melakukan proses SIG,

seperti komputer, digitizer, plotter dan lainnya.

Kemampuan perangkat keras mempengaruhi kecepatan

dalam proses dan jenis output yang tersedia.

Page 18: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

6

4. Software : Komponen ini tidak hanya mencakup software SIG, tetapi

termasuk software database, statistik, pencitraan dan

lainnya.

5. Metode : Analisis SIG yang baik membutuhkan metode yang benar

untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

6. Network : Jaringan memungkinkan komunikasi yang cepat dalam

berbagi informasi digital.

2.3 Gerakan Tanah

Menurut Anwar (2003), Gerakan tanah adalah fenomena alam untuk

mencapai kondisi baru akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi, baik

secara alamiah maupun akibat ulah manusia.

Gerakan tanah akan terjadi pada lereng, jika ada keadaan tidak seimbang

yang menyebabkan terjadinya proses mekanisme, mengakibatkan sebagian dari

lereng bergerak mengikuti gaya gravitasi, dan setelah terjadi tanah longsor lereng

akan seimbang atau stabil kembali. Jadi tanah longsor merupakan gerakan massa

tanah atau berbatuan yang menuruni lereng mengikuti gaya gravitasi akibat

terganggunya kestabilan lereng (ESDM, 2005).

“Proses terjadinya gerakan tanah melibatkan interaksi yang kompleks

antara aspek geologi, geomorfologi, hidrologi, curah hujan dan tata guna lahan.

Pengetahuan tentang kontribusi masing-masing faktor tersebut pada kejadian

gerakan tanah sangat diperlukan dalam menentukan daerah-daerah rawan longsor

berdasarkan jenis gerakan tanahnya” (ESDM, 2005).

Page 19: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

7

2.4 Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa

berbatuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke

bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat dijelaskan sebagai

berikut: air yang meresap ke dalam tanah bisa menambah bobot tanah. Jika air

tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir,

maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya bergerak mengikuti

lereng (ESDM, 2005).

Analisis longsor didasarkan pada beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya ke longsoran. Beberapa faktor tersebut menurut Subagio (2008) adalah:

Geologi: meliputi sifat fisik batuan, sifat keteknikan batuan, batu/tanah

pelapukan, susunan dan kedudukan batuan, dan struktur geologi

Morfologi: aspek yang diperhatikan adalah kemiringan lereng dan

permukaan lahan

Curah hujan: meliputi intensitas dan lama hujan

Penggunaan lahan: meliputi pengolahan lahan dan vegetasi

Kegempaan: meliputi intensitas gempa

Tanah longsor adalah proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan

arah miring dari kedudukan awal akibat adanya gaya gravitasi. Pada beberapa

wilayah di Indonesia mempunyai tingkat longsoran yang sangat tinggi

dibandingkan dengan wilayah negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Tanah

longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah dan batuan yang

mempunyai kecepatan gerak bervariasi dari lambat hingga sangat cepat. Tanah

longsor dengan gerakan lambat dikenal dengan perayapan. Tanah longsor

dengan kecepatan gerak sedang hingga sangat cepat dibedakan menjadi 3 bagian

utama, yaitu jatuhan, longsoran tanah/batuan, dan merosot (Sutikno, 2002).

Page 20: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

8

2.5 Jenis – Jenis Tanah Longsor

“Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,

ataupun campuran keduanya yang menuruni atau keluar lereng akibat dari

terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Faktor-faktor yang

mengakibatkan terjadinya proses longsoran itu sendiri ada yang berasal dari

faktor-faktor gangguan kestabilan lereng, dan ada yang berasal dari proses pemicu

longsoran” (Subagio 2008, dalam Anwar 2012).

Ada enam jenis tanah longsor, yaitu: longsoran translasi, longsoran rotasi,

pergerakan blok, runtuhan batu, perayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.

Dari keenam longsor tersebut, jenis longsor translasi dan rotasi paling banyak

terjadi di Indonesia. Hal ini dikarenakan tingkat pelapukan batuan yang tinggi,

sehingga tanah yang terbentuk cukup tebal. Sedangkan longsor yang paling

banyak menelan korban harta, benda dan jiwa manusia adalah aliran bahan

rombakan. Hal ini dikarenakan longsor jenis aliran bahan rombakan ini dapat

menempuh jarak yang cukup jauh yaitu bisa mencapai ratusan bahkan ribuan

meter, terutama pada daerah-daerah aliran sungai. Kecepatan longsor jenis ini

sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng, volume dan tekanan air, serta jenis

materialnya (Subowo, 2003).

Tabel 2.3. Jenis - jenis Tanah Longsor

No Jenis

Longsoran

Sketsa Keterangan

1

Longsoran

Translasi

Longsoran

Translasi adalah

bergeraknya massa

tanah dan batuan

pada bidang

gelincir berbentuk

rata atau

menggelombang

landai.

2

Longsoran

Rotasi

Longsoran rotasi

adalah bergeraknya

massa tanah dan batuan pada bidang

gelincir berbentuk

cekung.

Page 21: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

9

3

Pergerakan

Blok

Pergerakan blok

adalah bergeraknya

batuan pada bidang

gelincir berbentuk

rata. Longsoran ini

disebut longsoran

translasi blok batu.

4

Runtuhan

Batu

Runtuhan batu

adalah runtuhnya

sejumlah batuan

besar atau material

lain bergerak ke

bawah dengan cara

jatuh bebas.

umumnya terjadi

pada lereng yang

terjal hingga

menggantung.

5

Rayapan

Tanah

Rayapan tanah

adalah jenis

gerakan tanah yang

bergerak lambat.

Jenis gerakan tanah

ini hampir tidak

dapat dikenal.

Rayapan tanah ini

bisa menyebabkan

tiang telepon,

pohon, dan rumah

miring.

6

Aliran Bahan

Rombakan

Gerakan tanah ini

terjadi karena

massa tanah

bergerak didorong

oleh air. Kecepatan

aliran dipengaruhi

kemiringan lereng

dan tekanan air,

serta jenis

materialnya.

Sumber : Subowo (2003)

Page 22: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

10

2.6 Lahan

Istilah lahan atau land dapat didefinisikan sebagai wilayah di permukaan

bumi yang mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau

bersifat siklus yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk

atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala

akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang yang

semuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat

sekarang dan di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976).

2.7 Lereng

Menurut Kartasapoetra (1990), lahan yang mempunyai kemiringan dapat

lebih mudah terganggu atau rusak, lebih-lebih bila derajat kemiringannya besar.

Tanah yang mempunyai kemiringan >15% dengan curah hujan yang tinggi dapat

mengakibatkan tanah longsor.

Lereng yang semakin curam dan semakin panjang akan meningkatkan

kecepatan aliran permukaan dan volume air permukaan semakin besar, sehingga

benda yang bisa diangkut akan lebih banyak (Martono, 2004).

2.8 Overlay

Metode tumpang susun atau yang biasa disebut overlay merupakan salah

satu SIG dalam melakukan analisis spasial. Pada metode tersebut dilakukan

tumpang tindih pada beberapa data atau lebih untuk mendapatkan data grafis baru

yang memiliki pemetaan gabungan dari beberapa data grafis dengan cara tumpang

tindihkan. Metode overlay adalah sistem informasi dalam bentuk grafis yang

dibuat dari beberapa penggabungan data peta yang memiliki informasi/database

yang spesifik. overlay peta dilakukan dengan menggunakan 2 jenis peta yang

berbeda secara teknis disebutkan harus ada polygon yang terbentuk dari 2 jenis

peta yang di overlay (Dede Sugandi, 2009).

Page 23: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Besar mulai dari bulan Januari

2016 hingga September 2016. Penelitian ini hanya dilakukan di Laboratorium

Sistem Informasi Geografis dan Data Spasial Jurusan Informatika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh. Berikut Nama-nama Kecamatan di Aceh Besar yang akan diteliti :

Lhoong, Lhoknga, Leupung, Indrapuri, Kuta Cot Glie, Seulimeum, Lembah

Selawah, Mesjid Raya, Darussalam, Baitussalam, Kuta Baro, Montasik, Blang

Bintang, Ingin Jaya, Krueng Barona Jaya, Sukamakmur, Kuta Malaka, simpang

Tiga, Darul Imarah, Darul Kamal, Peukan Bada, dan Pulo Aceh.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat laptop yang

dilengkapi dengan perangkat lunak ArcGIS dengan sistem operasi Windows 7.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Peta penggunaan lahan (shp)

2. Peta kemiringan lereng (DEM dan shp)

3. Peta curah hujan (shp)

4. Peta ketinggian lahan (shp)

5. Peta jenis tanah (shp)

Data–data ini diperoleh dari Laboratorium Sistem Informasi Geografis dan

Data Spasial Jurusan Informatika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (FMIPA), Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Laboratorium UPTD –

PDGA Bappeda Provinsi. Aceh dan BMKG Indrapuri, Aceh Besar.

Page 24: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

12

3.3 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data :

1. Peta penggunaan lahan (Shp)

2. Peta kemiringan lereng (DEM,Shp)

3. Peta curah hujan (Shp)

4. Peta ketinggian lahan (Shp)

5. Peta jenis tanah (Shp)

Scoring

Overlaying

Peta Longsor

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir pembuatan peta longsor di Kabupaten

Aceh Besar

Page 25: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

13

3.4 Klasifikasi Parameter Longsor dan Pemberian Nilai

Dalam melakukan analisis daerah rawan tanah longsor, diperlukan

beberapa parameter yang dijadikan landasan. Berikut adalah klasifikasi dan nilai

yang digunakan dalam melakukan analisis daerah rawan tanah longsor. Klasifikasi

adalah pembagian kelas dari masing-masing peta digital berdasarkan pengaruhnya

terhadap potensi terjadinya tanah longsor. Nilai yang diberikan kepada setiap

kelas berdasarkan pengaruh dari kelas tersebut terhadap terjadinya tanah longsor.

Tabel 3.1. Parameter rawan longsor dan nilai

Sumber : Nugroho, (2009)

No. Parameter Kelas Nilai

1. Kemiringan

Lereng

Datar, kemiringan 0-8% 1

Landai, berombak sampai bergelombang,

kemiringan 8-15% 2

Agak curam, berbukit, kemiringan 15-25% 3

Curam s/d sangat curam, kemiringan 25-40% 4

Sangat curam s/d terjal, kemiringan>40% 5

2. Ketinggian

Lahan

Hutan dataran rendah 0-1.000 mdpl (Meter dari

permukaan laut) 1

Hutan dataran tinggi 1.000-2.000 mdpl 2

Hutan pegunungan >2.000 mdpl 3

3. Jenis Tanah

Aluvial 1

Mediteran, brown forest, non carlic brown 2

Andosol 3

Litosol 4

4. Penggunaan

Lahan

Tubuh air 1

Hutan 2

Kebun 3

Tegalan, Sawah, Pemukiman 4

5. Curah Hujan

Curah Hujan < 1.000 mm/tahun 1

Curah Hujan 1.000-1.500 mm/tahun 2

Curah Hujan 1.500-2.000 mm/tahun 3

Curah Hujan 2.000-2.500 mm/tahun 4

Curah Hujan >2.500 mm/tahun 5

Page 26: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

14

3.5 Kelas Kerawanan Longsor

Berdasarkan tingkat kerawanan longsor, penelitian kali ini ditentukan

sebanyak 3 kelas, yakni rendah, sedang dan tinggi. Untuk menentukan kelas

digunakan nilai interval sebagai berikut (Heryani et al, 2014):

KI = Kmax−Kmin

N

Dimana,

KI = Kelas Interval.

Kmax = Nilai kerawanan terbesar

Kmin = Nilai kerawanan terkecil

N = Jumlah kelas

KI = Kmax−Kmin

N

Kmax = Curah Hujan + Kemiringan Lereng + Ketinggian Lahan +

Penggunaan Lahan + Jenis Tanah

= 5 + 5 + 3 + 4 + 4

= 21

Kmin = 1 + 1 + 1 + 1 + 1

= 5

Kl = Kmax – Kmin = 21-5 = 5,3

N 3

Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai kerawanan tertinggi adalah 21

dan nilai kerawanan sedang adalah 15,7. Interval nilai tiap kelas dengan jumlah

kelas 3 adalah 5,3. Nilai ini akan digunakan untuk mengelompokkan atau

reklasifikasi hasil overlay parameter tingkat kerawanan longsor ke dalam kelas

rendah, sedang, dan tinggi. Klasifikasi tingkat kerawanan longsor berdasarkan

jumlah kelas yang telah ditentukan disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Klasifikasi Tingkat Kerawanan Longsor

NO Nilai Kerawanan (K) Tingkat Kerawanan Longsor

1. <10,4 Rendah

2. 10,4 – 15,7 Sedang

3. 15,7 – 21 Tinggi

Page 27: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

15

3.6. Metode Penelitian

3.6.1 Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini tentunya untuk langkah awal yang harus

dilakukan adalah mengumpulkan semua alat dan bahan yang akan digunakan

seperti peta penggunaan lahan, kemiringan lereng, peta curah hujan, peta

ketinggian lahan, dan peta jenis tanah yang diperoleh dari Laboratorium Sistem

Informasi Geografis dan Data Spasial Jurusan Informatika Universitas Syiah

Kuala Banda Aceh, Laboratorium UPTD – PDGA Bappeda Provinsi. Aceh dan

BMKG Indrapuri, Aceh Besar.

3.6.2 Pengolahan Data

Pengolahan data ini menggunakan Software ArcGIS dan Microsoft Excel.

Data-data yang diperlukan berupa: peta penggunaan lahan, peta kemiringan

lereng, peta curah hujan, peta geologi berupa penyebaran batuan, dan jenis tanah

masing-masing dalam format digital yaitu Digital Elevation Model (DEM) dan

extension shp. Langkah kerja dengan menggunakan data-data tersebut yaitu

dilakukan pembobotan dan skor dari masing-masing parameter peta. Tahap

selanjutnya dilakukan tumpang tindih (overlay) dari peta longsor dengan

kemiringan lereng, dan peta longsor dengan penggunaan lahan serta dilakukan

analisis.

3.6.3 Studi Lapangan

Berdasarkan data yang di dapat dari (Aceh Besar dalam Angka, 2015)

longsor di Kabupaten Aceh Besar paling banyak terjadi di Kecamatan Lhoong,

Leupung, Seulimum, dan masjid raya. Penyebab terjadinya longsor di beberapa

Kecamatan tersebut adalah adanya Perubahan bentuk lereng, Gempa bumi, dan

Intensitas hujan yang tinggi, namun untuk kasus longsor Leupung dan Lhoong

dan kasus-kasus longsor lain di Indonesia, penyebab paling utama adalah

Intensitas hujan yang tinggi dan perubahan bentuk lereng.

Page 28: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

16

3.7. Langkah Kerja Analisis

Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

membuat peta-peta tematik dari tiap parameter dan melakukan overlay kelima

peta tematik tersebut sehingga diperoleh hasil akhir berupa peta zona kawasan

longsor di Kabupaten Aceh Besar. Terdapat lima parameter zona kawasan rawan

longsor yang digunakan pada penelitian ini yaitu curah hujan, kemiringan lereng,

ketinggian lahan, jenis tanah dan penggunaan lahan. Tiap kelas pada masing-

masing parameter tersebut diberikan skor sesuai dengan pengaruhnya terhadap

bencana longsor. Di samping itu, tiap-tiap kelas tersebut juga dihitung luasnya.

Luas dihitung berdasarkan resolusi pixel, yaitu 1 pixel = 30 m, atau dengan kata

lain 1 pixel = 900m2, sehingga luas diperoleh dengan cara mengalikan jumlah

pixel (count) dengan 900m2. Selanjutnya, untuk mengubah luasnya ke dalam

satuan Hektar, maka hasil tersebut dibagi dengan 10.000, dikarenakan 1 Ha =

10.000m2

3.7.1. Peta Curah Hujan

Data curah hujan yang digunakan pada penelitian ini merupakan data

curah hujan tahunan yang meliputi jumlah curah hujan dan bulan, dalam rentang

tahun 2010 – 2014. Data ini merupakan data curah hujan stasiun-stasiun penakar

curah hujan yang berada di Kabupaten Aceh Besar dan sekitarnya, yaitu Jantho,

Seulimeum, Darussalam, Kuta Malaka, Montasik dan Mata Ie.

Data curah hujan tersebut dihitung rata-ratanya per stasiun. Selanjutnya

data tersebut di interpolasikan menggunakan ArcMap. Interpolasi yang digunakan

adalah interpelasi IDW (Inverse Distance Weighted), yang terdapat di dalam

ArcMap; Arctoolbox -> Spatial Analyst Tools -> Interpolation. Setelah diperoleh

peta interpolasi, selanjutnya peta tersebut diklasifikasikan (reclassify) serta

dihitung luasnya untuk masing-masing kelas.

Page 29: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

17

3.7.2. Peta Kemiringan Lereng dan Ketinggian Lahan

Peta kemiringan lereng dan peta ketinggian lahan diperoleh dari

penurunan peta DEM. DEM (Digital Elevation Model) yang digunakan pada

penelitian ini adalah DEM SRTM 30m, yang artinya DEM ini memiliki resolusi 1

pixel = 30 m. Dikarenakan DEM sudah merupakan data ketinggian lahan atau

elevasi, jadi peta ketinggian lahan diperoleh hanya dengan melakukan klasifikasi

terhadap data DEM tersebut. Selanjutnya tiap-tiap kelas parameter ketinggian

lahan ditentukan skor dan dihitung luasnya.

Sedikit berbeda dengan peta ketinggian lahan yang hanya diperoleh

dengan mengklasifikasikan data DEM, peta kemiringan lereng diperoleh dengan

melakukan analisis slope. Analisis ini dilakukan oleh aplikasi ArcMap yaitu

melalui ArcToolbox -> spatial analyst -> surface -> slope. Hasilnya juga akan

ditentukan skor serta dihitung luas untuk masing-masing kelasnya.

3.7.3. Peta Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan

Peta jenis tanah dan penggunaan lahan telah diperoleh sebagai data yang

lengkap dalam bentuk shapefile. Oleh karena untuk melakukan overlay weighted

sum harus menggunakan peta raster, maka kedua peta tersebut hanya dilakukan

konversi, yaitu konversi dari data/peta shapefile menjadi data raster. Sama seperti

yang lainnya, kedua peta ini ditentukan skor dan luasnya untuk masing-masing

kelas yang terdapat dalam atribut peta jenis tanah dan penggunaan lahan.

3.7.4. Overlay

Setelah semua peta tematik parameter dibuat, selanjutnya kelima peta

tersebut dilakukan overlay. overlay yang digunakan adalah overlay weighted sum,

yang merupakan tool yang terdapat di ArcMap; ArcToolBox -> spatial analyst ->

overlay -> weighted sum. Untuk melakukan overlay ini, semua peta tematik

parameter harus sudah disediakan dalam bentuk raster dan masing-masingnya

telah memiliki skor untuk masing-masing kelasnya.

Page 30: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

18

Peta Curah Hujan

Peta Ketinggian Lahan

Peta Kemiringan Lereng

Peta Jenis Tanah

Peta Penggunaan Lahan

Overlay Weighted Sum

(Perhitungan Skor dan Bobot)

Peta Tingkat

Kerawanan Longsor

Overlay Weighted Sum adalah overlay penjumlahan skor dan bobot.

Dalam hal ini, perhitungan dilakukan oleh sistem secara menyeluruh per pixel,

dengan menggunakan tool Weighted Sum tersebut. Artinya, setiap pixel dihitung

nilai kerawanannya dengan melakukan penjumlahan nilai skor dan bobot pada

pixel tersebut.

Overlay Weighted Sum memiliki cara kerja sesuai dengan persamaan

berikut.

∑( )

Keterangan:

K = Nilai Kerawanan

Wi = Bobot untuk parameter ke-i

Xi = Skor kelas parameter ke-i

(Suhardiman, 2012)

Hasil overlay menunjukkan bahwa daerah rawan longsor memiliki nilai

kerawanan yang tinggi, sebaliknya daerah yang tidak rawan longsor memiliki

nilai kerawanan yang rendah. Setelah hasil overlay diperoleh, selanjutnya

dilakukan klasifikasi sesuai dengan tabel 3.2.

Gambar 3.2. Skema Overlay

Page 31: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kabupaten Aceh Besar

Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi

Aceh. Kabupaten Aceh Besar terletak berdampingan dengan Kota Banda Aceh,

Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Jaya. Jumlah kecamatan yang termasuk di

dalam Kabupaten Aceh Besar adalah dua puluh tiga kecamatan.

Tabel 4.1. Administrasi Kabupaten Aceh Besar

No. Kabupaten Aceh Besar

Kecamatan Luas (Ha) Luas (%)

1. Pulo Aceh 7.813,08 2.71

2. Kota Jantho 59.262,75 20.56

3. Lembah Seulawah 31.958,46 11.09

4. Darul Imarah 2.433,42 0.84

5. Krueng Barona Jaya 694,98 0.24

6. Seulimeum 40.339,53 14.00

7. Darussalam 3.843,18 1.33

8. Baitussalam 2.005,47 0.70

9. Peukan Bada 3.514,86 1.22

10. Kuta Baro 6.072,57 2.11

11. Blang Bintang 4.174,56 1.45

12. Montasik 5.973,93 2.07

13. Ingin Jaya 2.469,51 0.86

14. Sukamakmur 4.345,38 1.51

15. Kuta Malaka 2.281,95 0.79

16. Simpang Tiga 2.766,87 0.96

17. Darul Kamal 2.297,88 0.80

18. Lhok Nga' 8.713,44 3.02

19. Indrapuri 19.703,97 6.84

20. Kuta Cot Glie 33.219,27 11.53

21. Leupung 16.755,66 5.81

22. Mesjid Raya 12.828,96 4.45

23. Lhoong 14.734,89 5.11

Page 32: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

20

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar

4.2. Parameter Kerawanan Longsor

Pada penelitian ini digunakan lima jenis parameter untuk melakukan

analisis pemetaan kawasan rawan longsor di Kabupaten Aceh Besar. Parameter -

parameter yang dikaji antara lain curah hujan, kemiringan lereng, ketinggian

lahan, jenis tanah dan penggunaan lahan. Setiap parameter tersebut dilakukan

analisis dan dibuat peta tematiknya. Selain itu, setiap kelas untuk masing-masing

parameter dihitung luasnya. Luas ini dihitung berdasarkan perhitungan bahwa tiap

peta parameter memiliki resolusi 1 pixel = 30 meter, sehingga 1 pixel memiliki

luas 30 meter x 30 meter = 900 meter2. Oleh karena itu, tiap luas masing-masing

kelas dihitung berdasarkan jumlah pixel dikalikan 900 dan kemudian dibagi

dengan 10.000 (1 Ha = 10.000m2).

4.2.1. Curah Hujan Kabupaten Aceh Besar

Parameter curah hujan dibagi menjadi lima kelas berdasarkan intensitas

curah hujan yaitu sangat kering (curah hujan <1.000 mm/tahun), kering (curah

hujan 1.000-1.500 mm/tahun), lembab (curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun),

Page 33: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

21

basah (curah hujan 2.000-2.500 mm/tahun) dan sangat basah (curah hujan >2.500

mm/tahun). Curah hujan ini diperoleh dengan cara melakukan analisis Interpolasi

IDW (inverse distance weighted) intensitas curah hujan rata-rata per tahun stasiun-

stasiun curah hujan tertentu yang dipetakan ke dalam Kabupaten Aceh Besar.

Gambar 4.2. Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Besar

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa curah hujan di Kabupaten Aceh

Besar hanya masuk ke dalam dua kelas, yaitu 1.000 – 1.500 mm/tahun dan 1.500

– 2.000 mm/tahun, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.2. Menurut hasil dari

perhitungan luas, kelas dengan curah hujan 1.000 – 1.500 mm/tahun memiliki luas

72.604,53 Ha atau 25,19% dari luas Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan kelas

dengan curah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun memiliki luas 215.600,04 Ha atau

74,81%.

Page 34: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

22

Tabel 4.2. Intensitas Curah Hujan Kabupaten Aceh Besar

No

.

Curah Hujan (mm/tahun) Luas (Ha) Luas (%)

1. <1.000 - -

2. 1.000 – 1.500 72.604,53 25,19

3. 1.500 – 2.000 215.600,04 74,81

4. 2.000 – 2.500 - -

5. >2.500 - -

4.2.2. Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Besar

Parameter kemiringan lereng dibagi atas lima kelas, yaitu kelas datar

(kemiringan 0% – 8%), kelas landai, berombak sampai bergelombang

(kemiringan 8 – 15%), kelas agak curam, berbukit (kemiringan 15 – 25%), kelas

curam – sangat curam (kemiringan 25% - 40%) serta kelas sangat curam – terjal

(kemiringan >40%). Hasil perhitungan luas untuk kelas datar adalah 72.554,49

Ha, kelas landai, berombak sampai bergelombang adalah 44.408,61 Ha, kelas

agak curam, berbukit adalah 45.257,13 Ha, kelas curam – sangat curam adalah

50.166 dan kelas sangat curam – terjal adalah 59.444,73 Ha. Dari luas tersebut,

dapat dihitung persentase masing-masing kelas secara berurutan adalah 26,69%,

16,34%, 16,65%, 18,45% dan 21,87%.

Gambar 4.3. Peta Kemiringan Lereng

Page 35: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

23

Tabel 4.3. Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Besar

No. Kelas Kemiringan

Lereng

Luas

(Ha)

Luas

(%) 1. Datar 0 – 8% 72.554,49 26,69

2. Landai, berombak sampai

bergelombang 8 – 15% 44.408,61 16,34

3. Agak curam, berbukit 15 – 25% 45.257,13 16,65

4. Curam s/d sangat curam 25 – 40% 50.166 18,45

5. Sangat curam s/d terjal >40% 59.444,73 21,87

4.2.3. Ketinggian Lahan (Elevasi) Kabupaten Aceh Besar

Ketinggian lahan pada penelitian ini dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu kelas

hutan dataran rendah, dengan ketinggian 0 – 1.000 mdpl, kelas hutan dataran

tinggi dengan ketinggian 1.000 – 2.000 mdpl dan kelas hutan pegunungan yaitu

kelas untuk ketinggian lahan lebih besar dari 2.000 mdpl.

Gambar 4.4. Peta Ketinggian Lahan (Elevasi) Kabupaten Aceh Besar

Page 36: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

24

Dari hasil analisis, diperoleh bahwa 90,36% dari luas Kabupaten Aceh

Besar termasuk dalam kategori kelas hutan dataran rendah atau daerah dengan

ketinggian lahan 0 – 1.000 mdpl, yaitu seluas 245.638,71 Ha. Kelas hutan dataran

tinggi dengan ketinggian 1.000 – 2.000 mdpl di Kabupaten Aceh Besar meliputi

daerah seluas 26.108,19 Ha atau sebesar 9,60% dari luas total Kabupaten Aceh

Besar. Sedangkan kelas hutan pegunungan dengan ketinggian lahan lebih besar

dari 2.000 mdpl hanya memiliki persentase 0,03% dari luas Kabupaten Aceh

Besar atau seluas 84,06 Ha.

Tabel 4.4. Ketinggian Lahan Kabupaten Aceh Besar

No. Kelas Ketinggian Luas (Ha) Luas (%)

1. Hutan dataran rendah 0 – 1.000 mdpl 24.5638,71 90,36

2. Hutan dataran tinggi 1.000 – 2.000 mdpl 26.108,19 9,60

3. Hutan pegunungan >2.000 mdpl 84,06 0,03

4.2.4. Jenis Tanah Kabupaten Aceh Besar

Jenis tanah Kabupaten Aceh Besar dalam penelitian ini dibagi menjadi

empat kelas, antara lain jenis tanah aluvial, jenis tanah mediteran, brown forest,

non carlic brown, jenis tanah andosol dan jenis tanah litosol.

Gambar 4.5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Aceh Besar

Page 37: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

25

Dari hasil analisis diperoleh bahwa Kabupaten Aceh Besar tidak memiliki

jenis tanah andosol. Jenis tanah di Kabupaten Aceh Besar hanya termasuk ke

dalam tiga kelas, yaitu litosol, aluvial, dan mediteran, brown forest, non carlic

brown. Masing-masing luas untuk ketiga kelas tersebut antara lain 75.032,01 Ha,

39.963,15 Ha dan 173.209,41 Ha, dengan masing-masing persentase luas terhadap

luas total Kabupaten Aceh Besar yaitu 26,03%, 13,87% dan 60,10%. Dari angka –

angka tersebut dapat dilihat dan diambil kesimpulan bahwa Kabupaten Aceh

Besar didominasi oleh jenis tanah mediteran, brown forest, non carlic brown.

Tabel 4.5. Jenis Tanah Kabupaten Aceh Besar

No. Kelas Jenis Tanah Luas (Ha) Luas (%)

1. Aluvial 39.963,15 13,87

2. Mediteran, brown forest, non carlic

Brown 173.209,41

60,10

3. Andosol - -

4. Litosol 75.032,01 26,03

4.2.5. Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar

Pembagian kelas penggunaan lahan pada penelitian ini dibagi atas empat

kelas, yaitu kelas tubuh air, hutan, kebun dan tegalan, sawah, pemukiman.

Penggunaan lahan kelas hutan di Kabupaten Aceh Besar yang diperoleh dalam

penelitian ini memiliki luas 216.354,42 Ha, atau 75,21% dari luas Kabupaten

Aceh Besar. Dengan kata lain, penggunaan lahan hutan sangat mendominasi di

Kabupaten Aceh Besar. Penggunaan lahan selanjutnya adalah kebun, yang

memiliki luas 47.137,77 Ha atau sebesar 16,39% dari total luas Kabupaten Aceh

Besar. Penggunaan lahan tegalan, sawah, pemukiman memiliki luas 22.311,27 Ha

atau 7,76%. Luasan paling kecil adalah tubuh air, yaitu hanya 0,65% dari luas

Kabupaten Aceh Besar, atau 1.873,89 Ha.

Page 38: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

26

Gambar 4.6. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar

Tabel 4.6. Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Luas (%)

1. Hutan 216.354,42 75,21

2. Kebun 47.137,77 16,39

3. Tegalan, Sawah, Pemukiman 22.311,27 7,76

4. Tubuh Air 1.873,89 0,65

4.3. Tingkat Kerawanan Longsor Kabupaten Aceh Besar

Tingkat kerawanan longsor Kabupaten Aceh Besar yang dihasilkan pada

penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan overlay lima parameter zona

tingkat kerawanan longsor. Kelima parameter tersebut adalah curah hujan,

kemiringan lereng, ketinggian lahan, jenis tanah dan penggunaan lahan. Dalam

penelitian ini, overlay yang digunakan adalah overlay weighted sum. overlay

weighted sum ialah overlay penjumlahan skor dan bobot.

Dalam penggunaan overlay weighted sum diperlukan skor/nilai tiap

parameternya, yaitu field skor untuk masing-masing kelasnya. Selain itu

diperlukan juga untuk mengisi field weight atau bobot. Dalam penelitian ini, bobot

Page 39: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

27

untuk tiap parameter adalah konstan atau sama, yaitu satu. Dengan kata lain,

perhitungan tingkat kerawanan pada penelitian ini lebih memfokuskan pada

penggunaan nilai skor yang telah ditentukan sebelumnya untuk masing-masing

kelas yang ada pada tiap parameter.

Gambar 4.7. Peta Tingkat Kerawanan Longsor Kabupaten Aceh Besar

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa zona kawasan tingkat kerawanan

longsor di Kabupaten Aceh Besar dibagi atas tiga kelas, yaitu kelas rendah,

sedang dan rawan. Masing-masing kelas memiliki nilai kerawanan yaitu <10,4

untuk kelas rendah, 10,4 – 15,7 untuk kelas sedang dan 15,7 – 21 untuk kelas

tinggi.

Tabel 4.7. Tingkat Kerawanan Longsor Kabupaten Aceh Besar

No. Nilai Kerawanan Tingkat Kerawanan Luas (Ha) Luas (%)

1. <10,4 Rendah 83.948,13 30,97

2. 10,4 – 15,7 Sedang 184.832,55 68,18

3. 15,7 - 21 Tinggi 2.307,24 0,85

Page 40: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

28

Dari hasil penelitian seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.7, kelas tingkat

kerawanan sedang adalah kelas yang memiliki luas tertinggi dibanding kedua

kelas lainnya, yaitu kelas rendah dan tinggi untuk Kabupaten Aceh Besar. Tingkat

kerawanan sedang ini memperoleh luas sebesar 184.832,55 Ha atau sebesar

68,18% dari luas total Kabupaten Aceh Besar. Tingkat kerawanan selanjutnya

adalah tingkat kerawanan rendah, yaitu diperoleh luas sebesar 83.948,13 Ha atau

30,97% dari luas Kabupaten Aceh Besar. Terakhir, tingkat kerawanan tinggi

memiliki luas paling rendah, yaitu hanya 2.307,24 Ha atau sekitar 0,85% luas total

Kabupaten Aceh Besar.

Tabel 4.8. Luas Tingkat Kerawanan Longsor Per Kecamatan

No. Kecamatan Luas (Ha)

Rendah Sedang Tinggi

1 Pulo Aceh 988,65 5.743,17 819,09

2 Kota Jantho 10.594,80 48.456,99 167,85

3 Lembah Seulawah 9.716,40 21.819,96 406,71

4 Darul Imarah 2.165,13 265,14 0

5 Krueng Barona Jaya 691,02 0,00 0

6 Seulimeum 10.842,84 28.641,33 839,25

7 Darussalam 2.132,37 1.710,00 0

8 Baitussalam 1.454,76 540,00 0

9 Peukan Bada 1.850,22 1.559,61 0

10 Kuta Baro 3.373,56 2.698,65 0

11 Blang Bintang 1.447,65 2.726,64 0

12 Montasik 2.751,21 3.222,27 0

13 Ingin Jaya 2.467,17 1,08 0

14 Sukamakmur 2.468,61 1.877,76 0

15 Kuta Malaka 1.693,35 588,78 0

16 Simpang Tiga 1.479,33 1.288,44 0

17 Darul Kamal 1.210,59 1.086,57 0

18 Lhok Nga' 4.158,54 4.492,08 0

19 Indrapuri 8.361,81 11.336,40 6,39

20 Kuta Cot Glie 11.124,63 22.077,27 0

Page 41: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

29

21 Leupung 3.139,65 13.521,15 31,77

22 Mesjid Raya 2.522,88 10.259,46 2,07

23 Lhoong 2.359,26 12.073,68 185,76

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kedelapan kecamatan yang

termasuk ke dalam kelas tingkat kerawanan longsor tinggi. Kedelapan kecamatan

tersebut adalah Pulo Aceh, Kota Jantho, Lembah Seulawah, Seulimeum,

Indrapuri, Leupung, Mesjid Raya dan Lhoong. Kedelapan kecamatan tersebut

yang memiliki luas kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi terbesar adalah

Seulimeum dan Pulo Aceh, yaitu dengan masing-masing luas kawasan

kerawanannya adalah 839,25 Ha dan 819,09 Ha. Di samping itu, kecamatan yang

memiliki luas dengan tingkat kerawanan kelas sedang terbesar adalah Kota

Jantho, yaitu seluas 48.456,99 Ha.

Page 42: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

3.6 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Tingkat kerawanan longsor Kabupaten Aceh Besar dapat diperoleh dari

hasil analisis menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan

melakukan overlay lima parameter yaitu curah hujan, kemiringan lereng,

ketinggian lahan, jenis tanah dan penggunaan lahan.

2) Hasil overlay kelima parameter tersebut menghasilkan tingkat kerawanan

longsor di Kabupaten Aceh Besar yang dibagi atas tiga kelas yaitu rendah,

sedang dan tinggi.

3) Luas masing-masing kelas tingkat kerawanan longsor Kabupaten Aceh

Besar adalah sebagai berikut:

a) Rendah = 83.948,13 Ha (30,97%),

b) Sedang = 184.832,55 Ha (68,18%),

c) Tinggi = 2.307,24 Ha (0,85%).

4) Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar dengan tingkat kerawanan tinggi

yang paling luas adalah Kecamatan seulimeum, pulo Aceh dan lembah

seulawah. Luas masing-masing kawasannya secara berurutan adalah

839,25 Ha, 819,09 Ha dan 406,71 Ha.

3.7 Saran

Penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan lima parameter zona

tingkat kerawanan longsor yaitu curah hujan, kemiringan lereng, ketinggian lahan,

jenis tanah dan penggunaan lahan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik,

sebaiknya penelitian selanjutnya menambahkan parameter-parameter lain yang

berhubungan. Selain menambah parameter baru, data parameter yang telah

digunakan dalam penelitian ini dilakukan pembaharuan atau dengan kata lain

menggunakan parameter yang up to date. Untuk penyajian hasil penelitian yang

Page 43: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

31

lebih menarik dan sesuai kebutuhan user, hasil dari tingkat kerawanan longsor

bisa dibuat dalam peta interaktif atau berbasis web/android.

Page 44: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

32

DAFTAR PUSTAKA

Aronoff, S. 1989. Geographic Information System A Management Perspective.

Ontario: W.DL Publication.

Anwar, H.Z., dan Kesumadhama, S. 1991. Konstruksi Jalan di daerah

Pegunungan tropis. Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia. PIT ke-20,

hal 471-481.

Badan Pusat Statistik. 2015. Aceh Besar Dalam Angka

Brinkman, A.R. dan A.J Smyth. 1973. Land Evaluation for Rural Purposes. ILRI

Publ. No. 17 Wageningen.

Charter, D. 2008. Konsep Dasar WebGIS.

https://dennycharter.wordpress.com/2008/05/08/konsep-dasar-web-gis/.

Tanggal akses 10 Januari 2016.

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2007.

Peraturan Materi Pekerjaan Umum No: 22/PRT/M/2007, Tentang

Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana.

Dede, S. 2009. Sistem Informasi Geografi. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Environmental Systems Research Institute. 1990. Understanding GIS: The

ARC/INFO method. Redlands, California: ESRI, 1 v.

Energi Sumber Daya Mineral. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah, Vulcanological

Survey of Indonesia. Energi Sumber Daya Mineral. Jakarta.

Heryani, R.. Paharuddin, Arif, Samsu. 2014. Analisis Kerawanan Banjir Berbasis

Spasial Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Kabupaten

Marcos. Program Studi Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin. Makasar.

Kartasapoetra, A. G. 1990. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk

Merehabilitasinya. Bina Aksara, Jakarta.

Martono. 2004. Pengaruh Intensitas Hujan dan Kemiringan Lereng Terhadap Laju

Kehilangan Tanah Pada Tanah Regosol Kelabu. Tesis. Universitas

Diponegoro, Semarang.

Page 45: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

33

Nugroho, J.A. Bangun Mulyo Sukojo, dan Inggit Lolita Sari. 2009. Pemetaan

Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

Geografis. ITS, Surabaya.

Sadahiro, Y. 2006. Advanced Urban Analysis E. Lecture Title: - Spatial Analysis

using GIS – Associate professor of the Department of Urban. Japan:

Engineering, University of Tokyo.

Subagio, H. 2008. Model Spasial Penilaian Rawan Longsor Studi Kasus di

Trenggalek. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Jakarta.

Subowo, E. 2003. Pengenalan Gerakan Tanah. Pusat Volkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Bandung.

Sutikno. 2002. Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Alam Tanah Longsor

Kabupaten Kulon Progo. Paper presented at the Simposium Nasional

Pencegahan Bencana Sedimen, Yogyakarta.

Suhadirman. 2012. Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir Dengan Sistem Informasi

Geografis (SIG) Pada Sub DAS Walane Hilir. Program Studi Keteknikan

Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Suryolelono, K. B. 2005. Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu

Geoteknik. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Teknik UGM.

UGM Press.

Page 46: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

34

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar

Page 47: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

35

Lampiran 2. Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Besar

Page 48: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

36

Lampiran 3. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Besar

Page 49: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

37

Lampiran 4. Peta Ketinggian Lahan Kabupaten Aceh Besar

Page 50: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

38

Lampiran 5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Aceh Besar

Page 51: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

39

Lampiran 6. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar

Page 52: Halaman Judul ANALISA ZONA KAWASAN RAWAN LONGSOR …

40

Lampiran 7. Peta Zona Kawasan Longsor Kabupaten Aceh Besar