hama danpenyakit pada jambu mete
TRANSCRIPT
Hama danPenyakit pada JAMBU METE
1
i
BUKU SAKU
PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT
PADA KOMODITAS
JAMBU METE, KELAPA, SIRIH, & PINANG
NADZIRUM MUBIN
HAGIA SOPHIA KHAIRANI
HERMANU TRIWIDODO
DOMINGGUS BANDI
Unit Kajian Pengendalian Hama Terpadu
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University
2021
ii
BUKU SAKU PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT PADA KOMODITAS JAMBU METE, KELAPA, SIRIH, dan PINANG Nadzirum Mubin, Hagia Sophia Khairani, Hermanu Triwidodo, Dominggus Bandi Editor Nadzirum Mubin ISBN: 978-602-96419-8-1 Tata Letak Nadzirum Mubin Desain Sampul Nadzirum Mubin Penerbit Unit Kajian Pengendalian Hama Terpadu Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB University Jl. Kamper Gd. Departemen Proteksi Tanaman Telp. 0251-8629364 Email: [email protected] Cetakan Pertama, Maret 2021 Hak Cipta DIlindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya
kepada penulis sehingga buku saku yang berjudul “PENGENALAN HAMA DAN
PENYAKIT PADA KOMODITAS JAMBU METE, KELAPA, SIRIH, DAN PINANG”
dapat selesai dengan baik.
Buku saku ini merupakan bagian dari rangkain kegiatan tentang pengenalan
hama dan penyakit tanaman di Sumba Timur. Sumba Timur mempunyai potensi
alam yang sangat melimpah, akan tetapi sumber daya alam tersebut masih
belum banyak diketahui termasuk permasalahan hama dan penyakit yang
menyerang pada tanaman di kawasan tersebut. Dengan iklim semi-arid (kering)
menyebabkan jenis hama dan penyakit tersebut sedikit berbeda dengan yang
ada di kawasan Indonesia bagian barat. Untuk itu perlu adanya penelitian serta
eksplorasi tentang potensi alamnya agar dapat terjaga dan terlindungi dengan
baik nantinya.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Pemerintah Kabupaten Sumba
Timur, Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah Sumba Timur, Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat – IPB University, Tani Center –
IPB University, serta Departemen Proteksi Tanaman – IPB University, yang telah
memberikan saran dan dukungan sehingga buku panduan ini dapat
terselesaikan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan, revisi, dan penerbitan buku saku ini.
Mas Raidi Rahman Moeis, SP dan Lisa Bela Fitriani, SP yang telah banyak
membantu juga. Semoga apa yang telah dilakukan akan membawa manfaat
yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kualitas pendidikan.
Penulis
Nadzirum Mubin
Hagia Sophia Khairani
Hermanu Triwidodo
Dominggus Bandi
HAMA & PENYAKIT
JAMBU METE
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
2
DAFTAR ISI
Jambu Mete 5
Hama Jambu Mete 7
Wereng Pucuk Mete, Sanurus indecora
Kepik Penghisap Pucuk, Helopeltis sp.
Ulat Kipat, Cricula trifenestrata
Penggerek Batang dan Akar, Plocaederus ferrugineus
Pengorok Daun Mete, Acrocercops sp.
Kutu Putih, Ferrisia virgate
Penggerek Buah dan Biji Mete, Nephopteryx sp.
Ulat Pemakan Kulit Kayu, Indarbela tetraonis
8
10
11
13
15
16
18
20
Penyakit Jambu Mete 22
Jamur Akar Putih (JAP), Rigidoporus lignosus
Antraknosa, Colletotrichum gloeosporioides
Penyakit Busuk Batang dan Akar, Pythium sp. dan Fusarium sp.
Penyakit Belendok/Gumosis, Botryodiplodia sp.
Penyakit Bercak Daun, Pestalotia sp.
23
25
27
29
31
Daftar Pustaka 33
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
3
DAFTAR GAMBAR
1 Wereng pucuk mete, Sanurus indecora 8
2 Kepik pucuk Helopeltis sp. fase paradewasa (kiri) dan
dewasa (kanan)
10
3 Ulat kipat C. trifenestrata 11
4 Penggerek batang P. ferrugineus, larva (a) dan imago (b) 13
5 Imago pengorok daun Acrocercops sp. dan Gejala
serangan pengorok daun A. syngramma (Sumber: a.
Atsushi Kawakita, b. CABI, TK Jacob)
15
6 Kutu putih F. virgate 16
7 Imago penggerek buah dan biji, Nephopteryx sp. 18
8 Gejala serangan penggerek buah dan biji Nephopteryx
sp.
18
9 Larva (a) dan imago I. tetraonis (b) 20
10 Gejala serangan I. tetraonis 21
11 A) Gejala pada pohon daun mengering dan gugur, B)
gejala pada akar, C) gejala pada pangkal batang, D-E)
morfologi R. lignosus pada media PDA
23
12 A) gejala antraknosa pada pucuk, B) gejala pada daun, C)
gejala ada biji, D) morfologi cendawan pada media agar,
E) konidia C. gloeosporioides, F) miselium C.
gloeosporioides.
25
13 A) gejala layu Fusarium, B) gejala layu Pyhtium pada
pangkal batang, C) gejala layu pyhtium pada akar D)
konidia dan miselium Fusarium E) konidia dan misielium
Pyhtium
27
14 A) Gejala belendok pada pucuk, B) gejala pada batang, C)
morfologi Botryodiplodia sp. pada media agar D) konidia
Botryodiplodia sp.
29
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
4
15 A-B) gejala pada daun C) morfologi Pestalotia sp. pada
media agar D) konidia Pestalotia sp.
31
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
5
JAMBU METE Jambu mete (Anacardium occidentale) merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang umum dijumpai ditanam di lokasi
semi-arid (kering). Salah satu lokasi yang umum dijumpai banyak
tumbuh di Indonesia yaitu di pulau Sulawesi, Maluku, Nusa
Tenggara dsb. Sumba Timur merupakan salah satu kawasan dari
Nusa Tenggara yang banyak dijumpai tanaman ini karena
mempunyai iklim yang cocok untuk pertumbuhan dan
perkembangan jambu mete. Selain buahnya, biji dari jambu mete
dapat dikonsumsi dengan cara diolah terlebih dahulu. Harga jual
dari biji jambu mete relatif tinggi dan mempunyai peminat dari
kalangan anak-anak sampai dewasa.
Dengan tingginya harga dan minat konsumen tidak jarang di
lapangan seringkali menemukan permasalahan seperti adanya
gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT dapat
menyebabkan kerusakan bahkan kegagalan panen pada buah
mete. OPT tersebut dapat menyerang pada bagian akar, batang,
ranting, daun, pucuk, serta buah dan biji dari jambu mete sehingga
perlu adanya pengenalan tentang hama dan penyakit yang
menyerang pada jambu mete tersebut. Pada Buku Saku ini akan
dibahas hama dan penyakit penting yang umum dijumpai
menyerang jambu mete serta cara untuk pengendaliannya secara
ringkas.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
6
Hama pada Jambu Mete
1. Wereng Pucuk Mete, Sanurus indecora
2. Kepik Penghisap Pucuk, Helopeltis sp.
3. Ulat Kipat, Cricula trifenestrata
4. Penggerek Batang dan Akar, Plocaederus ferrugineus
5. Pengorok Daun Mete, Acrocercops sp.
6. Kutu Putih, Ferrisia virgate
7. Penggerek Buah dan Biji Mete, Nephopteryx sp.
8. Ulat Pemakan Kulit Kayu, Indarbela tetraonis
Penyakit pada Jambu Mete
1. Jamur Akar Putih (JAP), Rigidoporus lignosus
2. Antraknosa, Colletotrichum gloeosporioides
3. Penyakit Busuk Batang dan Akar, Pythium sp. dan
Fusarium sp.
4. Penyakit Blendok/Gumosis, Botryodiplodia sp.
5. Penyakit Bercak Daun, Pestalotia sp.
HAMA JAMBU METE
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
8
WERENG PUCUK METE Sanurus indecora (Hemiptera: Flatidae)
Deskripsi Singkat
Hama ini berukuran sekitar 1 cm berwarna putih atau hijau. Wereng
bertubuh ramping ke atas terlihat seperti kupu-kupu yang berukuran
kecil. Umumnya dijumpai menyerang pada bagian pucuk tanaman.
Gejala serangan yang ditunjukkan yaitu pucuk akan terlihat adanya
bekas tusukan selanjutnya akan mengering. Jika kondisi pucuk sudah
mengering, maka pucuk tidak dapat menghasilkan tunas maupun bakal
bunga jambu mete. Kepik penghisap baik fase pradewasa maupun
dewasa akan banyak ditemukan jika kondisi musim kemarau.
Gambar 1 Wereng pucuk mete, Sanurus indecora
Rekomendasi Pengendalian
1. Penggunaan musuh alami berupa parasitoid
telur Aphanomerus sp., jamur
entomopatogen Synnematium sp. (Wikardi et al. 2001;
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
9
Mardiningsih 2007), Hirsulellea citriformis, dan ngengat
parasitoid Epipyropidae (Supeno et al. 2007)
2. Dapat juga memanfaatkan serangga predator, seperti laba-laba,
kumbang Coccinellidae, dan belalang sembah.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
10
KEPIK PENGHISAP PUCUK Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae)
Deskripsi Singkat
Hama ini berukuran sekitar 1 cm berwarna jingga kehitaman. Kepik
bertubuh ramping dan terlihat seperti semut. Umumnya dijumpai nimfa
(pradewasa) dan imago mengisap cairan pucuk, daun, bunga, buah.
Gejala serangan yaitu bagian tanaman yang diserang menunjukkan
gejala bercak hitam, pucuk mati, bunga dan buah menjadi rontok atau
gugur.
Gambar 2 Kepik pucuk Helopeltis sp. fase paradewasa (kiri)
dan dewasa (kanan)
Rekomendasi Pengendalian
1. Aplikasi cendawan entomopatogen Synnematium (Wikardi et
al. 2001; Mardiningsih 2007)
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
11
ULAT KIPAT Cricula trifenestrata (Lepiodptera: Saturniidae)
Deskripsi Singkat
Ulat kipat berwarna hitam dengan garis kuning yang memanjang
dibagian pinggir tubuhnya, kepala berwarna merah menyala, di bagian
tubuhnya terdapat bulu-bulu yang jika disentuh dan terkena kulit akan
menimbulkan gatal dan panas. Umumnya ulat dijumpai dalam jumlah
yang banyak dan bergerombol. Ulat kipat akan menyerang daun sampai
habis hingga tersisa tulang daun saja. Ulat ini akan berpupa di dedaunan
berwarna coklat yang diselimuti dengan kokon berwarna keemasan
sehingga akan mudah dikenali.
Gambar 3 Ulat kipat C. trifenestrata
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
12
Rekomendasi Pengendalian
1. Cara mengatasinya adalah dengan mengutip ulat yang
berkelompok di daun, memotong daun yang menjadi sarangnya,
dan memusnahkannya dengan cara dibakar.
2. Memanfaatkan musuh alami, seperti lalat Tachinid, tawon
Ichneumon, tawon kertas, laba-laba, dan belalang sembah.
3. Serangan berat dapat diatasi dengan pemberian insektisida
berbahan dasar sipermetrin, seperti Cymbush dan Pumicidin,
dengan dosis 1.0 – 1.5 ml/l air.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
13
PENGGEREK BATANG DAN AKAR Plocaederus ferrugineus (Coleoptera: Cerambycidae)
Deskripsi Singkat
Larva menyerang batang atau akar dari tanaman. Gejala serangan
hama ini adalah adanya liang-liang kecil pada batang dan akar
jambu mete. Dapat ditemukan pula massa kayu atau bekas
kotoran berwarna kemerah-merahan bercampur cairan
menyerupai lem. Akibat serangan ini, daun berubah warna
menjadi kuning, lama kelamaan gugur dan rontok. Gejala lanjutan
yaitu tanaman dapat mati. Ulat berwarna putih krem tanpa
tungkai berada di dalam liang gerekan (Gambar 7a) sedangkan
imago berwarna coklat kemerahan dengan antena yang panjang
(Gambar 7b).
Gambar 4 Penggerek batang P. ferrugineus, larva (a) dan imago (b)
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
14
Rekomendasi Pengendalian
1. Untuk pencegahan dapat dilakukan pengolehan dengan neem
oil 5% sebanyak 3 kali dalam setahun
2. Untuk mengatasinya, ambil telur-telur dan pupa yang terletak di
dalam sobekan-sobekan kulit kayu pada pangkal batang dan
akar di atas tanah, kumpulkan pula ulat-ulatnya, lalu bakar.
3. Aplikasi cendawan entomopatogen Metarhizium anisopliae dan
Beauveria bassiana (Sahu dan Sharma 2008)
4. Selain itu, pengendalian dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan pestisida nabati dari mimba atau cara lain
adalah mengoleskan larutan BMCl dengan dosis 20 gr/liter air.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
15
PENGOROK DAUN METE Acrocercops sp. (Lepidoptera: Gracillaridae)
a
b
Gambar 5 Imago pengorok daun Acrocercops sp. dan Gejala serangan
pengorok daun A. syngramma (Sumber: a. Atsushi Kawakita, b.
CABI, TK Jacob)
Deskripsi Singkat
Serangga dewasa dari kelompok ngengat yang berukuran sangat kecil (+
2 mm) dan berwarna abu kecoklatan. Hama ini menyerang pada fase
larva. Larva akan masuk ke dalam daun dan memakan jaringan daun
bagian dalam sehingga menyisakan bekas korokan. Gejala awal yang
terlihat yaitu daun terlihat seperti beralur seperti terowongan bekas
korokan selanjutnya daun akan terlihat putih semua bekas korokan yang
sudah melebar.
Rekomendasi Pengendalian
1. Hama termasuk hewan nocturnal, sehingga dalam dilakukan
pencegahan dan pengendalian imago menggunakan perangkap
cahaya.
2. Pemanfaatan musuh alami Sympiesis dan Chelonus (CABI)
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
16
KUTU PUTIH Ferrisia virgata (Hemiptera: Pseudococcidae)
Gambar 6 Kutu putih F. virgate
(Foto: Ariane McCorquodale)
Deskripsi Singkat
Hama ini berwarna putih, berbentuk oval dan mempunyai embelan
panjang (2 buah) di bagian belakang sebagai pencirinya. Kutu putih
menghisap cairan pada daun yang masih muda, petiole, dan buah. Selain
kutu putih F. virgata, 3 spesies lain yang sering dijumpai menyerang
yaitu Planococcus lilacinus, Planococcus citri dan Phenococcus
solenopsis. Populasi hama ini akan sangat melimpah pada musim
kemarau. Gejala yang ditimbulkan awalnya daun berubah berwarna
kuning dan secara perlahan akan mengering.
Rekomendasi Pengendalian
1. Pengamatan awal pada kutu putih instar awal (crawler) sangat
penting sebagai pencegahan. Amati pada bagian pucuk muda
dan daun bagian bawah sebagai tempat persembunyian dari
kutu putih.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
17
2. Lakukan pemotongan pada bagian tanaman yang sudah
terserang kutu putih untuk menghindari penyebaran.
3. Jika ingin melakukan pengendalian dengan insektisida,
sebaiknya lakukan penyemprotan dengan cairan sabun terlebih
dahulu untuk menghilangkan zat lilin pada tubuh kutu putih.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
18
PENGGEREK BUAH dan BIJI METE Nephopteryx sp. (Lepidoptera: Pyralidae)
Gambar 7 Imago penggerek buah dan biji, Nephopteryx sp.
Deskripsi Singkat
Larva menyerang buah dan biji mete yang masih muda. Hama ini
menjadi hama serius karena biji mete yang menjadi komoditas utama
rusak akibat gerekan dari larva Nephopteryx sp. bahkan kerusakannya
menyebabkan kehilangan hasil 20-60%. Gejala awal terlihat buah muda
tidak berkembang dan biji muda tampak tidak normal. Setelah
gerekannya mulai meluas, buah akan mengering dan jatuh ke tanah.
Gambar 8 Gejala serangan penggerek buah dan biji Nephopteryx sp.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
19
Rekomendasi Pengendalian
1. Lakukan pencegahan dengan membuang atau menghancurkan
buah dan biji yang jatuh ke tanah akibar serangan penggerek
Nephopteryx sp. ketika mulai awal musim berbunga.
2. Serangga dewasa aktif pada malam hari, sehingga penggunaan
perangkap cahaya dapat dilakukan untuk mengurangi populasi
dari Nephopteryx sp.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
20
ULAT PEMAKAN KULIT KAYU Indarbela tetraonis (Lepidoptera: Metarbelidae)
Gambar 9 Larva (a) dan imago I. tetraonis (b)
Deskripsi Singkat
Hama ini bersifat polifag, memakan beragam jenis inang. Selain mete,
diektahui menyerang jeruk, manga, jambu biji, delima dll. Tanaman tua
dengan kulit yang sudah mengeras menjadi target serangan dari larva I.
tetraonis. Terdapat bekas kotoran yang menyerupai tabung memanjang
dan menempel pada kulit batang atau ranting pohon.
Gambar 10 Gejala serangan I. tetraonis
a
b
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
21
Rekomendasi Pengendalian
1. Lakukan pembersihan pada liang/tabung yang terdapat dari
larva I. tetraonis serta berikan minyak tanah agar tidak terjadi
serangan kembali
2. Imago merupakan serangga yang aktif malam hari, penggunaan
perangkap cahaya dapat digunakan untuk menangkap imago I.
tetraonis
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
22
PENYAKIT JAMBU METE
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
23
JAMUR AKAR PUTIH (JAP) Rigidoporus lignosus
Deskripsi Singkat
Cendawan R. lignosus dapat menyerang sejak di pembibitan hingga
tanaman dewasa. Gejala penyakit JAP dapat dibagi menjadi dua yaitu
gejala dalam (pada perakaran) dan gejala luar (pada batang dan daun).
Gejala dalam akan dapat terlihat jika dilakukan pembongkaran pada
akar. Akar akan membusuk dan terlihat miselium jamur berwarna putih
kemudian kuning gading pada permukaan akar. Ketika sudah parah
miselium berwarna putih akan terlihat pada pangkal batang. Gejala luar
yang nampak pada pohon terserang, daun berwarna hijau kusam,
permukaan daun menelungkup, kuning, layu dan gugur sehingga tajuk
pohon menipis akhirnya pohon menjadi gundul dan mati.
Gambar 11 A) Gejala pada pohon daun mengering dan gugur, B) gejala pada
akar, C) gejala pada pangkal batang, D-E) morfologi R. lignosus pada
media PDA
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
24
Cendawan R. lignosus merupakan patogen tular tanah yang dapat
bertahan pada tanah dan pada sisa perakaran hasil penebangan serta
dapat juga berkembang pada seresah daun disekitar pertanaman
Rekomendasi Pengendalian
1. Lakukan pembongkaran pada sisa-sisa akar dari pohon yang
bergejala berat. Bekas bongkaran tersebut ditaburi dengan
serbuk belerang dengan dosis 200 g/pohon. Tanah tersebut
dibiarkan terbuka sampai 6 bulan agar terpapar oleh sinar
matahari yang akan membantu menekan jumlah inokulum pada
tanah.
2. Pohon disekitarnya ditaburi dengan jamur Trichoderma sp. yang
menghambat perkembangan JAP, kemudian diberi pupuk
organik 1.5 kali dosis anjuran.
3. Membuat parit isolasi sedalam akar pohon disekitar pohon
terserang untuk menghindari kontak akar tanaman sakit dengan
tanaman sehat disekitarnya.
(Sumber: Ditlintan dan Harni R, Amaria W. 2011-Buletin RiSTRI)
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
25
ANTRAKNOSA Colletotrichum gloeosporioides
Deskripsi Singkat
Penyakit antraknosa disebabkan oleh C. gloeosporioides yang
menyerang pucuk, daun muda, tandan bunga, buah dan biji. Gejala awal
berupa bercak basah mengkilap kemudian berubah menjadi coklat
kemerahan. Daun yang terserang keriput berbintik kecil-kecil (bercak
daun). Tandan bunga yang terserang menjadi hitam dan gugur. Serangan
pada buah dan biji menyebabkan keriput dan gugur. Tunas daun dan
pucuk terserang menjadi kering (DIE BACK) akhirnya pohon terserang
berat dan mati. Penyebaran penyakit melalui spora yang disebabkan
oleh angin, air hujan dan mobilitas manusia atau alat pertanian yang
digunakan.
Gambar 12 A) gejala antraknosa pada pucuk, B) gejala pada daun, C) gejala ada
biji, D) morfologi cendawan pada media agar, E) konidia C.
gloeosporioides, F) miselium C. gloeosporioides.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
26
Rekomendasi Pengendalian
1. Sanitasi kebun
2. Pembuatan parit drainase untuk menghindari genangan air
didalam kebun pada musim hujan
3. Pemupukan secara rutin sesuai dosis anjuran.
4. Apabila ditemukan gejala serangan, bagian-bagian yang
terserang segera dibersihkan dan dikumpulkan kemudian
dikubur didalam kebun supaya tidak menjadi sumber
penularan/infeksi bagi tanaman disekitarnya.
(Sumber: Ditlintan dan Freire et al. 2002)
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
27
PENYAKIT BUSUK BATANG DAN AKAR Pythium sp. dan Fusarium sp.
Deskripsi Singkat
Gejala serangan yang disebabkan oleh Pythium sp. ialah menguningnya
daun bagian bawah dan tanaman menjadi kerdil. Bibit yang terserang
akarnya membusuk mulai dari ujung akar. Gejala serangan yang
disebabkan oleh Fusarium sp. ialah terjadinya pemucatan daun yang
diikuti meruntuhnya tangkai daun dan layu. Batang yang terserang
berwarna coklat kehitaman. Kelayuan terjadi mulai dari daun terbawah
dan terus kebagian atas. Bibit yang terserang segera layu dan mati.
Penyebaran penyakit terjadi melalui spora yang terbawa oleh air, alat-
alat pertanian yang sudah terkontaminasi, bibit sakit dan tanah yang
sudah terinfeksi.
Gambar 13 A) gejala layu Fusarium, B) gejala layu Pyhtium pada pangkal
batang, C) gejala layu pyhtium pada akar D) konidia dan miselium
Fusarium E) konidia dan misielium Pyhtium
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
28
Rekomendasi Pengendalian
1. Bibit atau tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.
2. Tanah atau lubang bekas tanaman dicampur kapur dan
dibiarkan terkena sinar matahari.
3. Membuat selokan drainase dan mengatur naungan
dipembibitan perlu dilakukan untuk mengurangi kelembaban.
(Sumber: Ditlintan)
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
29
PENYAKIT BELENDOK/GUMOSIS Botryodiplodia sp.
Deskripsi Singkat
Gejala penyakit belendok pada pohon jambu mete diantaranya bagian
batang atau cabang yang bergejala kulitnya akan pecah dan keluar cairan
be ning kuningan kecoklatan yang lengket. Cairan tersebut kemudian
mengental dan berwarna kehitaman. Kulit kayu akan membusuk dan
berwarna hitam, bila serangannya sudah cukup parah maka bagian
cabang tersebut kering dan mati.
Gambar 14 A) Gejala belendok pada pucuk, B) gejala pada batang, C)
morfologi Botryodiplodia sp. pada media agar D) konidia
Botryodiplodia sp.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
30
Rekomendasi Pengendalian
1. Hindarkan terjadinya pelukaan pada batang/cabang baik karena
mekanis maupun fisis.
2. Pada daerah yang anginnya kencang tanamlah tanaman pematah
angin.
3. Bagian tanaman yang sakit dikerok sampai bersih kemudian diolesi
dengan larutan kapur dan fungisida.
4. Ranting yang terserang cukup parah belendok dipotong kemudian
dibakar.
5. Perbaiki kondisi tanaman dengan melaksanakan pemupukan yang
berimbang sesuai dosis anjuran.
(Sumber: Ditlintan dan Supriadi et al. 1994)
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
31
PENYAKIT BERCAK DAUN Pestalotia sp.
Deskripsi Singkat
Gejala yang timul akibat infeksi cendawan Pestalotia sp. diantaranya
terdapat becak kecil dari ujung atau bagian pinggir daun kemudian
dengan cepat meluas kebagian tengah. Perkembangan bercak sedikit
terhambat dengan adanya tulang-tulang daun utama. Daun yang
bergejala berat bercak akan terlihat transparan yang selanjutnya
mengering dan rontok. Bila serangannya berlanjut maka tanaman akan
menjadi gundul karena daunnya berguguran. Kejadian penyakit ini akan
tinggi pada saat puncaknya musim kemarau.
Gambar 15 A-B) gejala pada daun C) morfologi Pestalotia sp. pada media agar
D) konidia Pestalotia sp.
Rekomendasi Pengendalian
1. Daun yang gugur dikumpulkan dan dibakar di luar kebun.
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
32
2. Disarankan dilakukan pemasangan mulsa di sekeliling pohon pada
awal musim panas.
3. Menjaga kelembaban kebun baik dengan tanaman pelindung
maupun tanaman sela/penutup tanah.
4. Melakukan pemupukan pupuk kimia sesuai dosis anjuran dan
memnberikan pupuk organik untuk memperbaiki kondisi tanaman.
(Sumber: Ditlintan)
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
33
DAFTAR PUSTAKA
CABI. 2019. Acrocercops syngramma (cashew leafminer) [diunduh pada:
2020 Mei 30]. Tersedia di: https://www.cabi.org/isc/datasheet/7029
[Ditlintan] Dirtjen Perlindungan Tanaman. 2001. Musuh alami, hama, dan penyakit jambu mete. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
Freire FCO, Cardoso JE, Dos-Santos AA, Viana FMP. 2002. Diseases of cashew nut plants (Anacardium occidentale L.) in Brazil. Crop Protection 21:489–494.
Harni R, Amaria W. 2011. Penyakit jamur akar putih dan cokelat pada jambu mete dan strategi pengendaliannya. Buletin RISTRI. 2(2):213-220.
Karmawati E. 2010. Pengendalian hama Helopeltis spp. pada tanaman
jambu mete berdasarkan ekologi: strategi dan implementasinya.
Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(2): 102- 119.
Mardiningsih, TL, Atmaja WR, Kardinan A. 2001. Pengaruh ekstrak
mimba dan tembakau terhadap Helopeltis antonii (Hemiptera:
Miridae). Prosiding Seminar Nasional III. Perhimpunan Entomologi
Indonesia, Cabang Bogor, 6 November 2001. Hal. 200-203.
Mardiningsih TL. 2007. Potensi cendawan Synnematium sp. untuk
mengendalikan wereng pucuk mete (Sanurus indecora Jacobi). Jurnal
Litbang Pertanian. 26(4): 146- 152.
Wikardi EA, Purnayasa GNR, Siswanto. 2001. Potensi cendawan
Synnematium sp. sebagai agens pengendali Lawana sp. (Homoptera:
Flatidae). Jurnal Penelitian Tanaman Industri 7(3): 84-87.
Sahu KR, Sharma D. 2008. Management of cashew stem and root borer,
Plocaederus ferrugineus L. by microbial and plant products. Journal
of Biopesticides, 1(2):121 – 123.
Supeno B, Pudjianto, Kartosuwondo U. 2007. Wereng pucuk mete
Sanurus indecora J (Hemiptera: Flatidae) sebagai inang ngengat
Hama dan Penyakit pada JAMBU METE
34
parasitoid (Epipyropidae: Lepidoptera) di pertanaman mete Pulau
Lombok. J Entomologi Indonesia. 4(2): 98-110.
Supriadi, Adhi EM, Sitepu D, Febrianti D, Karyani N. 1994. Identifikasi penyebab penyakit gumosis pada jambu mete (Anacardium occidentale). Bul Litro. 9(1):1-4.
HAMA & PENYAKIT
KELAPA
Hama dan Penyakit pada KELAPA
36
DAFTAR ISI
Kelapa 41
Hama Kelapa 43
Kumbang Badak, Oryctes rhinoceros
Kumbang Janur, Brontispa longissimi
Kumbang Kelapa, Rhynchophorus ferrugineus
Belalang Pedang, Sexava nubila
Kutu Perisai Kelapa, Aspidiotus destructor
Kutu Kebul Kelapa, Aleurodicus destructor
Ulat Api, Parasa lepida, Setora nitens, Darna trima
Ngengat Bunga Kelapa, Batrachedra arenosella
Ulat Bunga Kelapa, Tirathaba rufivena
Tungau Kelapa, Aceria guerreronis
Bajing Kelapa, Calloscirius notatus
Tikus Pohon Kelapa, Rattus tiomanicus
Rayap Tanah, Coptotermes curvignathus
44
46
48
50
52
54
56
59
61
63
65
67
69
Penyakit Kelapa 71
Busuk Pucuk Kelapa, Phytophthora palmivora
Bercak Daun Coklat, Pseudoepicoccum cocos
Jamur Grigit, Schizophyllum commune
Bercak Daun Kelabu, Pestalotiopsis palmarum
Rebah Kecambah, Pythium sp., Rhizoctonia solani, dan
Fusarium spp.,
Busuk Lunak, Erwinia sp.
Malformasi Daun, Fusarium proliferatum
Cincin Merah, Bursaphelenchus cocophilus
Embun Tepung, Oidium sp.
72
74
76
78
80
82
83
85
87
Hama dan Penyakit pada KELAPA
37
Busuk Batang, Ceratocystis paradoxa
Alga Hijau, Cephaleuros virescens
Busuk Pangkal Batang, Ganoderma spp.
Hawar Daun Kelapa, Bipolaris incurvata
Mati Pucuk, Lasiodiplodia theobromae
Lethal Yellowing, Candidatus phytoplasma palmae
88
90
92
94
96
98
Daftar Pustaka 100
Hama dan Penyakit pada KELAPA
38
DAFTAR GAMBAR
1.1 Imago betina (a) dan jantan (b) O. rhinoceros (CABI) 44
1.2 Bekas serangan imago O. rhinoceros (CABI) 44
2.1 Imago (a) dan larva (b) B. longissima (Foto: Mubin
2020)
46
2.2 Serangan berat oleh B. longisiima 46
3.1 Telur, larva, pupa, dan imago R. ferrugineus 48
3.2 Gejala gerekan larva pada batang (Sumber: CABI 49
4.1 Telur (kiri atas) dan imago dan nimfa S. nubila
(kanan dan bawah)
50
4.2 Gejala serangan S. nubila pada daun kelapa 51
5.1 Imago betina dan telurnya (a) dan imago jantan A.
destructor (b)
52
5.2 Imago Aphytis melanus yang sedang memarasit A.
destructor
53
6 Koloni kutu kebul pada daun 54
7.1 Imago P. lepida (a), larva P. lepida (b), imago S.
nitens (c), larva S. nitens (d), imago D. trima (e), dan
larva D. trima [Foto: a) Vaikoovery, b) YC Wee, c)
WITT-LIMAC-212 d) Vodkaman, e) Plantation Key
Technology]
57
7.2 Ulat api dari spesies lainnya 58
7.3 Gejala serangan ulat api 58
8 Imago (a) dan gejala serangan B. arenosella (b) 59
9 Larva (a) dan gejala serangan T. rufivena (b) 61
10.1 Tungau A. guerreronis 63
10.2 Gejala serangan tungau kelapa A. guerreronis 64
Hama dan Penyakit pada KELAPA
39
11 Bajing kelapa C. notatus (a) dan gejala seranganya
(b)
65
12 Tikus pohon R. tiomanicus (a) dan gejala seranganya
(b)
67
13 Rayap tanah C. curvignathus (a) gejala serangan C.
curvignathus (b), dan sarang rayap tanah famili
Termitidae (c)
69
14 Gejala penyakit busuk pucuk kelapa (a), busuk pada
jaringan batang yang dibelah (b), dan sporangium
dari Phytophthora palmivora (c)
72
15 Gejala bercak daun coklat (a), penyebaran gejala
bercak daun coklat pada kondisi curah hujan tinggi
(b), dan spora Pseudoepicoccum cocos (c)
74
16 Koloni jamur grigit pada batang (a), tubuh buah dan
penampang bawah tudung jamur grigit (b), dan
miselium Schizophyllum commune (c)
76
17 Gejala bercak daun kelabu (a), perluasan gejala
bercak berupa warna hitam di tepian gejala (b),
konidia Pestalotiopsis palmarum (c)
78
18 Gejala rebah kecambah pada bibit (a), gejala di
lapangan (b), dan sporangium dari Pythium sp.
80
19 Gejala busuk lunak pada buah kelapa (a), koloni
bakteri (b)
82
20.1 Gejala malformasi daun kelapa 83
20.2 Makrokonidia, mikrokonidia, konidiofor dari
Fusarium proliferatum
84
21 Gejala cincin merah pada buah kelapa (a), nematoda
Bursaphelenchus cocophilus (b), dan serangga vektor
yaitu kumbang Rhynchophorus palmarum (c)
85
Hama dan Penyakit pada KELAPA
40
22 Gejala embun tepung kelapa (a) dan konidia Oidium
sp. (b)
87
23 Gejala awal busuk pangkal batang (a), gejala lanjut
(b), konidia Ceratocystis paradoxa (c)
88
24 Gejala alga merah pada daun bawah (a), koloni
Cephaleuros virescens (b), dan spora C. virescens (c)
90
25 Tubuh buah Ganoderma sp. pada pangkal batang (a),
gejala pada tajuk (b), spora Ganoderma sp. (c)
92
26 Gejala hawar daun (a), infeksi awal pada tulang daun
dengan tepian coklat (b), dan konidia Bipolaris
incurvata (c)
94
27 Gejala mati pucuk pada tanaman, buah, dan konidia
Lasiodiplodia theobromae di bawah mikroskop
96
28 Gejala lethal yellowing pada daun (a), gejala pada
infloresens (b), dan struktur mikroskopik fitoplasma
di dalam sel tanaman (c)
98
Hama dan Penyakit pada KELAPA
41
KELAPA Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas perkebunan yang
mempunyai peranan strategis bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai
sumber utama minyak nabati dalam negeri, komoditas ekspor dan
sumber devisa Negara, sumber pendapatan petani maupun sebagai
lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar
(Luntungan et al., 2006). Dilaporkan ilai ekspor tahun 2015, 2016, dan
2017 secara beurutan yaitu 1.826.310, 1.564.260, dan 1.875.215 ton
dengan nilai 1.190.672, 1.150.077, dan 1.368.678 x 1000 US $ (Ditjenbun
2019). Sebagian besar, perkebunan kelapa di Indonesia berkepemilikan
masyarakat (98.97%) sedangkan sisanya oleh negara dan swasta. Dengan
luas kepemilikan yang begitu besar, kendala dan permasalahan seringkali
dialami dan proses penyelesaiannya cenderung terlambat. Adapun salah
satu permasalahan yang dialami yaitu adanya serangan hama dan
penyakit yang menyerang tanaman kelapa. Hama yang menyerang
diantaranya kumbang badak (Orycters rhinoceros), kumbang janur
(Brontispa longissima), bajing (Calloscirius notatus), tikus (Rattus
tiomanicus). Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman kelapa yaitu
seperti busuk bucuk kelapa (Phytophthora palmivora), bercak daun
cokelat (Pseudoepicoccum cocos), jamur grigit (Schizophyllum commune).
Pengenalan akan jenis-jenis hama dan penyakit sangat dibutuhkan untuk
mengetahui strategi pengendalian atau pencegahan apa yang seharusnya
dilakukan.
Hama pada Kelapa
1. Kumbang Badak, Oryctes rhinoceros
2. Kumbang Janur, Brontispa longissima
3. Kumbang Kelapa, Rhynchophorus ferrugineus
Hama dan Penyakit pada KELAPA
42
4. Belalang Pedang, Sexava nubila
5. Kutu Perisai Kelapa, Aspidiotus destructor
6. Kutu Kebul Kelapa, Aleurodicus destructor
7. Ulat Api, Parasa lepida, Setora nitens, Darna trima
8. Ngengat Bunga Kelapa, Batrachedra arenosella
9. Ulat Bunga Kelapa, Tirathaba rufivena
10. Tungau Kelapa, Aceria guerreronis
11. Bajing Kelapa, Calloscirius notatus
12. Tikus Pohon Kelapa, Rattus tiomanicus
13. Rayap Tanah, Coptotermes curvignathus
Penyakit pada Kelapa
1. Busuk Pucuk Kelapa, Phytophthora palmivora
2. Bercak Daun Coklat, Pseudoepicoccum cocos
3. Jamur Grigit, Schizophyllum commune
4. Bercak Daun Kelabu, Pestalotiopsis palmarum
5. Rebah Kecambah, Pythium sp., Rhizoctonia solani, dan Fusarium
spp.,
6. Busuk Lunak, Erwinia sp.
7. Malformasi Daun, Fusarium proliferatum
8. Cincin Merah, Bursaphelenchus cocophilus
9. Embun Tepung, Oidium sp.
10. Busuk Batang, Ceratocystis paradoxa
11. Alga Hijau, Cephaleuros virescens
12. Busuk Pangkal Batang, Ganoderma spp.
13. Hawar Daun Kelapa, Bipolaris incurvata
14. Mati Pucuk, Lasiodiplodia theobroma
15. Lethal Yellowing, Candidatus phytoplasma palmae
Hama dan Penyakit pada KELAPA
43
HAMA KELAPA
Hama dan Penyakit pada KELAPA
44
KUMBANG BADAK Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Deskripsi Singkat
Imago atau serangga dewasa yang bersayap hama ini berwarna hitam
dengan tanduk kecil di bagian ujung kepala. Larva atau serangga
pradewasa biasa disebut dengan lundi atau uret yang berwarna putih
krem berbentuk seperti huruf C. Imago akan menyerang daun yang masih
kuncup “janur” dan mengarah ke titik tumbuh. Gejala serangan yang
terlihat ketika daun sudah membuka yaitu daun terlihat seperti bekas
tergunting berbentuk huruf ‘V’. Imago betina akan meletakkan telur di
bahan organic seperti kayu lapuk atau serasah daun.
a
b
Gambar 1.1 Imago betina (a) dan jantan (b) O. rhinoceros (CABI)
Gambar 1.2 Bekas serangan imago O. rhinoceros (CABI)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
45
Rekomendasi Pengendalian
1. Fisik: mengurangi kehadiran bahan organik seperti sisa
penebangan tanaman sebelumnya, serasah daun yang
menumpuk di dekat pertanaman,
2. Mekanis: mengumpulkan dan memusnahkan larva yang
ditemukan di tumpukan serasah maupun pada kayu lapuk,
3. Biologis: menggunakan virus Baculovirus oryctes dan pembuatan
perangkap dengan cendawan entomopatogen (Metarrhizium
anisopliae)
4. Pemasangan perangkap feromon.
Sumber: Ditlinbun (2013)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
46
KUMBANG JANUR Brontispa longissima (Coleoptera: Chrysomelidae)
a
b
Gambar 2.1 Imago (a) dan larva (b) B. longissima (Foto: Mubin 2020)
Deskripsi Singkat
Kepala imago berwarna orange cerah dengan warna sayap saparuh
berwarna hitam. Larva berwarna kuning kecoklatan dan tidak aktif
bergerak bahkan cenderung menghindari cahaya. Imago dan larva
ditemukan pada lipatan-lipatan daun kelapa.
Gambar 2.2 Serangan berat oleh B. longisiima
5 mm 5 mm
Hama dan Penyakit pada KELAPA
47
Keduanya lebih menyukai daun yang muda karena lebih mudah diserang.
Gejala serangan awal dari hama ini yaitu daun akan mengering berbentuk
spot, selanjutnya daun akan mengering pada seluruhnya (Gambar 2.2).
Rekomendasi Pengendalian
1. Kultur teknis: pemupukan, pengelolaan air, dan sanitasi kebun
untuk menunjang pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
tumbuh dengan sehat
2. Biologi: menggunakan musuh alami Tetrastichus brontispae
sebagai parasitoid larva. Parasitoid ini diketahui mampu
membunuh 10% larva instar akhir dan 60-90% pupa
(Ditlinbun2013)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
48
KUMBANG KELAPA Rhynchophorus ferrugineus (Coleoptera: Curculionidae)
Deskripsi Singkat
Imago berwarna kemerahan dengan moncong yang panjang seperti
belalai. Larva berwarna krem dan seringkali ditemukan di bahan organic
dari sisa penebangan pohon kelapa. Larva tidak mempunyai tungkai
(apodus). Di beberapa lokasi di Indonesia, larva kumbang ini dapat
dikonsumsi karena mengandung protein yang sangat tinggi. Imago
menyerang titik tumbuh dari pohon kelapa dan seringkali menyebabkan
patah pucuk. Selain itu, imago dan larva mengerek batang. Dari liang
batang akan keluar sisa-sisa kotorannya dan getah berwarna merah
kecoklatan.
Gambar 3.1 Telur, larva, pupa, dan imago R. ferrugineus
Hama dan Penyakit pada KELAPA
49
(Sumber: Josephrajkumar et al. 2019)
Gambar 3.2 Gejala gerekan larva pada batang (Sumber: CABI)
Rekomendasi Pengendalian
1. Umumnya serangan kumbang ini merupakan kelanjutan dari
serangan kumbang badak (O. rhinoceros). Untuk itu, serangan
kumbang badak sebisa mungkin dihindari. Sanitasi kebun dengan
membersihkan sisa pohon kelapa yang sudah mati agar tidak
menjadi sumber infeksi.
2. Pemanfaatan musuh alami, parasitoid larva (Scolia erratica),
nematode entomopatogen (Heterohadbditis indicus,
Steinernema riobrave, dan S. carpocapsae).
3. Penggunaan perangkap berferomon (seperti pada feromon
kumbang badak).
Hama dan Penyakit pada KELAPA
50
BELALANG PEDANG Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae)
Deskripsi Singkat
Belalang ini disebut belalang pedang karena mempunyai oivipositor yang
panjang seperti pedang. Imago berwarna coklat atau hijau
(polimorfisme). Nimfa berukuran lebih kecil biasanya berwarna hijau.
Antena sangat panjang melebihi panjang tubuhnya (long horned
grasshopper). Salah satu karakter yang mudah digunakan di lapangan
untuk membedakan S. nubila dan S. coriaceae, yakni panjang ovipositor.
Gambar 4.1 Telur (kiri atas) dan imago dan nimfa S. nubila (kanan dan bawah)
(Sumber: Allow dan Hosang 2016)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
51
Ovipositor S. nubila lebih pendek (3-4 cm), ujung ovipositor biasanya tidak
melebihi ujung sayap S. nubila pada saat istirahat (Allow dan Hosang
2016). Imago meletakkan telur di tanah. Telur berbentuk seperti gabah
berwarna coklat dan berukuran sekitar 8-10 mm. Imago dan nimfa
menyerang daun dengan cara mengerigiti, baik yang masih muda
maupun yang tua. Bekas gerigitannya tidak merata dari arah pinggir
hingga ke tengah hingga tersisa lidi daun kelapa. Dalam populasi yang
tinggi, daun bisa habis dimakan oleh belalang pedang ini. Selain daun, S.
nubila dapat menyerang buah yang masih muda dengan memakan sabut
kelapanya yang masih empuk dan menyebabkan buah muda menjadi
gugur.
Gambar 4.2 Gejala serangan S. nubila pada daun kelapa
Rekomendasi Pengendalian
1. Memusnahkan telur-telur yang diletakkan di tanah dan sekitar
perakaran dengan cara dicangkul (memanfaatkan unggas untuk
mencari makan) atau menyemprotkan cairan insektisida (ovisida)
untuk pengendalian telur di tanah
2. Kultur teknis: menanam tanaman penutup tanah seperti
Centrosema sp., Calopogonium sp.
3. Biologis: pemanfaatan parasitoid telur Leefmansia bicolor,
parasitoid Stichotrema dallatorreanum (Strepsiptera:
Myrmecolacidae), semut rang-rang Oecophylla smaragdina dsb.
Hama dan Penyakit pada KELAPA
52
KUTU PERISAI KELAPA Aspidiotus destructor (Hemiptera: Diaspididae)
Deskripsi Singkat
Hama ini berukuran sangat kecil. Imago betina dapat menghasilkan telur
sebanyak 40-100 butir. Hama ini seringkali tidak terlihat pada populasi
yang sangat rendah, karena hanya terlihat seperti kotoran atau bercak
kusam di daun kelapa. Tetapi pada populasi yang tinggi, daun kelapa
dapat tertutupi oleh adanya hama kutu perisai ini sehingga menyebabkan
daun terganggu dalam proses fotosintesis. Persebaran yang cepat
disebabkan karena musim kemarau dan terlalu rapatnya pertanaman
kelapa yang ada. Instar awal (crawler) merupakan stadia yang paling
efektif untuk persebaran dalam mencari tempat yang baru. Serangan
yang berat yang disebabkan hama ini yaitu daun menguning dan
menyebabkan kelayuan dan mati pada pohon kelapa. Populasi kutu
perisai tinggi pada musim kemarau dengan kondisi suhu 30 oC dan
kelembaban 65%.
a
b
Gambar 5.1 Imago betina dan telurnya (a) dan imago jantan A. destructor (b)
(Foto: Salahuddin, Univ of Florida)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
53
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: memotong pelepah yang terlalu rapat, serta membakar
pelepah yang sudah terkena serangan awal oleh hama ini
2. Biologis: pemanfaatan predator kumbang kubah/koksi/lady
beetle (Coleoptera: Coccinellidae) Chilocorus politus, Telsimia
nitida, dan Pseudoscymnus anomalus. Serta parasitoid dari
kelompok Hymneoptera yaitu Aphytis melanus (F. Aphelinidae)
dan Pakencyyrtus pakistanensis (F. Encyrtidae)
Gambar 5.2 Imago Aphytis melanus yang sedang memarasit A. destructor
(Foto: Jack Kelly, UoF)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
54
KUTU KEBUL KELAPA Aleurodicus destructor (Hemiptera: Aleyrodidae)
Deskripsi Singkat
Hama ini membentuk seperti koloni serangga yang berwarna putih
seperti kabut pada daun kelapa. Di dalam koloni semu tersebut, terdapat
nimfa, pseudo-pupa, dan imago. Sama halnya seperti Aspidiotus
destructor, instar awal (crawler) sangat aktif untuk bergerak dan mencari
tempat baru untuk makan. Selain itu, hama ini juga mengeluarkan embun
jelaga sehingga menarik semut untuk datang. Hama ini menghisap cairan
daun kelapa sehingga menyebabkan daun klorosis/menguning. Gejala
lanjut yang terlihat yaitu daun kelapa akan menguning dan pada populasi
hama yang tinggi menyebabkan daun layu dan kematian pada tanaman
kelapa.
Gambar 6 Koloni kutu kebul pada daun
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: memotong pelepah yang terlalu rapat, serta membakar
pelepah yang sudah terkena serangan awal oleh hama ini
2. Biologis: pemanfaatan predator kumbang kubah/koksi/lady
beetle (Coleoptera: Coccinellidae) Menochilus sexmaculatus,
Hama dan Penyakit pada KELAPA
55
Coccinella septempunctata, Scymus syriacus dll. Serta parasitoid
dari kelompok Hymneoptera yaitu Encarcisa adrianae (F.
Aphelinidae). Penggunaan insektisida berbahan aktif Bacillus
thuringiensis diketahui mampu mengendalikan kutu kebul
Hama dan Penyakit pada KELAPA
56
ULAT API Parasa lepida, Setora nitens, Darna trima (Hemiptera: Limacodidae)
Deskripsi Singkat
Ulat api mempunyai jenis yang sangat beragam. Disebut ulat api karena
ketika ulat jenis ini disentuh akan mengeluarkan cairan dari duri-duri di
tubuhnya dan menyebabkan panas ketika terkena kulit manusia.
Serangan hama ulat ini dengan cara menggerigiti bagian daun kelapa
sawit, dimulai dari helaian daun bagian bawah hingga menjadi lidi, dalam
kondisi yang sangat parah tanaman akan kehilangan daun hingga 50% –
90 %. Ulat api menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila daun-daun
tua sudah habis ulat juga memakan daun-daun muda.
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: mengumpulkan pupa yang ada di tanah kemudian
membakarnya
2. Biologis: menggunakan musuh alami seperti Eucathecona
furcellata (Hemiptera: Coreidae), Sycanus sp. (Hemiptera:
Reduviidae) dan cendawan entomopatogen Cordiceps sp.
3. Kimiawi: injeksi batang atau infus akar menggunakan insektisida
sistemik
Hama dan Penyakit pada KELAPA
57
a
b
c
d
e
Gambar 7.1 Imago P. lepida (a), larva P. lepida (b), imago S. nitens (c), larva S.
nitens (d), imago D. trima (e), dan larva D. trima [Foto: a)
Vaikoovery, b) YC Wee, c) WITT-LIMAC-212 d) Vodkaman, e)
Plantation Key Technology]
Hama dan Penyakit pada KELAPA
58
Gambar 7.2 Ulat api dari spesies lainnya
(Sumber: Plantation Key Technology)
Gambar 7.3 Gejala serangan ulat api
Hama dan Penyakit pada KELAPA
59
NGENGAT BUNGA KELAPA Batrachedra arenosella (Lepidoptera: Batrachedridae)
Deskripsi Singkat
Imago B. arenosella meletakkan telur pada alur kulit seludang bunga
kelapa secara terpisah atau berkelompok. Telur hama ini berwarna putih
kekuningan berbentuk lonjong, dan berumur 4 hari. Larva B. arenosella
aktif merusak bunga jantan dan bunga betina kelapa. Larva berwarna
putih dengan kepala berwarna coklat-kehitaman. Pupa menjadi imago
saat seludang telah terbuka (Arifin 2011). Imago hama ini berwarna
cokelat, terdapat bintik-bintik putih pada sayap depan. Imago bersifat
noktulnal atau aktif pada sore dan malam hari. Imago tertarik dengan
cahaya lampu.
a
b
Gambar 8 Imago (a) dan gejala serangan B. arenosella (b)
(Foto: Ingrid Altmann)
Larva menyerang bunga jantan dan bunga betina yang terdapat di dalam
mayang-1 dan mayang-2. Larva akan menggerek dan membuat lubang
pada seludang bunga yang belum terbuka, kemudian masuk kedalam
bunga jantan dan betina. Dalam waktu yang singkat bunga jantan menjadi
Hama dan Penyakit pada KELAPA
60
kehitam-hitaman sedangkan bunga betina mengeluarkan getah dan
akhirnya rontok.
Rekomendasi Pengendalian
1. Memasang perangkap cahaya/light trap untuk menangkap imago
yang aktif di malam hari
2. Mekanis: memangkas bunga yang terserang oleh hama ini
3. Kimiawi: injeksi batang atau infus akar menggunakan insektisida
sistemik
Hama dan Penyakit pada KELAPA
61
ULAT BUNGA KELAPA Tirathaba rufivena (Lepidoptera: Pyralidae)
Deskripsi Singkat
Hama berwarna cokelat terdapat garis memanjang pada bagian
punggung. Pupa terdapat dalam kokon yang terbuat dari benang sutera
kuning. Hama ini diketahui menyerang bunga jantan dan bunga betina
pada seludang yang baru terbuka. Larva lebih memilih bunga muda yang
masih muda karena masih lunak. Bunga yang terserang akan jatuh atau
tidak berkembang menjadi buah (Balitka 1990; Hosang 2010). Selain
bunga, larva juga menyerang buah kelapa yang masih kecil (bakal buah)
dan menggerek ke dalam. Serangan hama ini menyebabkan buah muda
gugur. Gejala serangannya berupa bekas gerekan yang ditemukan pada
permukaan buah berupa faeces dan serat tanaman kelapa. Untuk
menghindari predator, larva mempunyai perilaku yaitu menutupi bagian
bekas gerekan dan kotoran dengan benang-benang dari saliva larva yang
dihasilkannya.
a
b
Gambar 9 Larva (a) dan gejala serangan T. rufivena (b)
(Foto: Balitka)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
62
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: sanitasi dengan mengumpulkan bunga dan buah yang
terserang kemudian membakarnya, memotong mayang dan
membersihkan pangkal daun kelapa daru pupa dan larva.
2. Biologis: pemanfaatkan musuh alami seperti lalat Tachinidae
(Argyroplax basifulva), Venturia sp. (Ichneumonidae), Apenteles
tirathabae (Braconidae), Telenemus tirathabae (Scelionidae).
Pengendalian dapat juga dengan menggunakan jamur
entomopatogen seperti jamur Beuveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae. Larva juga dapat dikendalikan dengan
nematoda entomopatogen, seperti Steinernema sp. dan
predator sejenis cecopet yaitu Exypnus pulchripenneis yang
memakan ulat (Kalshoven 1981, Rao et al. 1971, Herbison-Evans
dan Crossley 2007).
Sumber: Salim, Ditjenbun (2016)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
63
TUNGAU KELAPA Aceria guerreronis (Acari: Eriophyidaedae)
Deskripsi Singkat
Hama merupakan kelompok tungau fitofag, berwarna putih krem. Hama
ini lebih menyukai menyerang buah kelapa yang masih muda karena
masih lunak. Tungau akan menghisap eksudat buah kelapa. Bekas
serangan akan berwarna pucat kecokelatan berbentuk segitiga kecil.
Gejala lanjutan akan terlihat meluas/memanjang sampai menutupi
sebagian besar buah kelapa. Serangan tungau kelapa akan
mengakibatkan buah tidak berkembang sempurna dan gugur. Gejala
tersebut muncul karena hama ini melepaskan toksin saat menusuk
jaringan buah kelapa. Dari hasil penelitian Hosang et al. (2013), ternyata
persentase serangan yang lebih tinggi terjadi pada tandan 6 – 11 yang
diperkirakan buah kelapa yang berumur 5.5 – 10 bulan. Sedangkan
menurut Palanisamy (2012), bahwa serangan tertinggi terjadi pada buah
kelapa berumur 3 bulan.
Gambar 10.1 Tungau A. guerreronis (Foto: Salim)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
64
Gambar 10.2 Gejala serangan tungau kelapa A. guerreronis
(sumber: Ditjenbun 2016)
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: Sanitasi dengan cara membersihkan lahan pertanaman
kelapa, monitoring pemeliharaan tanaman dan perkembangan
buah kelapa, memangkas buah yang terserang kemudian
dibakar.
2. Pemupukan yang berimbang untuk meningkatkan ketersediaan
hara sehingga dapat mentolerir serangan tungau kelapa A.
guerreronis, dosis yang dianjurkan urea 1-3 kg, super fosfat 2 kg
dan kalium 3,5 kg/pohon/tahun.
3. Kimiawi: Pemanfaatan insektisida botani dengan campuran 2%
minyak mimba dan bawang putih dan Neem 1% dapat
mengurangi populasi hama sebesar 60%.
4. Biologis: Pemanfaatan musuh alami tungau predator sebagai
pemangsa tungau kelapa antara lain Amblyseius largoensis,
Neoseiulus mumai, Bdella distincta, Steneotarsonemus furcatus
dan cendawan entomopatogen Hirsutella sp (Palanisamy 2012,
Howard dan Moore 2006)
(Sumber: Salim)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
65
BAJING KELAPA Calloscirius notatus (Rodentia: Sciuridae)
Deskripsi Singkat
Hama ini merupakan kelompok hewan mengerat yang serangannya
cukup serius menurunkan produksi dengan cara melubangi dan
memakan buah kelapa yang masih muda maupun sudah tua. Selain itu,
bajing juga merusak tajuk pohon kelapa. Gejala serangan hama ini yaitu
adanya lubang yang cukup lebar dan tidak teratur pada buah kelapa.
Berbeda dengan gejala serangan tikus yang lubangnya berukuran lebi
kecil.
a
b
Gambar 11 Bajing kelapa C. notatus (a) dan gejala seranganya (b)
(Foto: Ho Cheng Tuck)
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: sanitasi dengan melakukan perawatan kebun,
membersihkan tempat-tempat yang menjadi sarang bajing
kelapa
2. Pemanfaatan musuh alami predator dari kelompok aves (burung
hantu)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
66
3. Pengendalian dengan menggunakan alat perangkat dan umpan
beracun (rodentisida atau kemosterilan/bahan pemandul)
(Sumber: Salim)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
67
TIKUS POHON KELAPA Rattus tiomanicus (Rodentia: Muridae)
Deskripsi Singkat
Hama ini merupakan kelompok hewan mengerat yang serangannya
cukup serius menurunkan produksi setelah bajing kelapa. Nama lama dari
spesies tikus ini yaitu Rattus rattus roque. Sama halnya seperti bajing
kelapa, tikus pohon akan melubangi buah kelapa yang diserang. Tetapi
ukuran lubang bekas serangannya lebih kecil dibandingkan bajing kelapa.
Tikus pohon sangat pandai berpindah dari satu pohon satu ke pohon yang
lainnya dengan cara meloncat dan memanjat.
a
b
Gambar 12 Tikus pohon R. tiomanicus (a) dan gejala seranganya (b)
(Foto: Salim)
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: sanitasi dengan melakukan perawatan kebun seperti
memangkas pelepah daun yang saling bersentuhan,
membersihkan tempat-tempat yang menjadi sarang tikus pohon
2. Pemanfaatan musuh alami predator dari kelompok aves (burung
hantu)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
68
3. Pengendalian dengan menggunakan alat perangkat dan umpan
beracun (rodentisida atau kemosterilan/bahan pemandul)
(Sumber: Salim)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
69
RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus (Blattodea: Rhinotermitidae)
Deskripsi Singkat
Rayap ini cukup unik yaitu dicirikan dengan cairan putih susu yang akan
keluar dari ujung kepalanya ketika rayap ini terganggu. Selain rayap C.
curvignathus, juga diketahui rayap tanah yang mempunyai potensi
merusak cukup besar yaitu dari family Termitidae (Macrotermes dan
Odontotermes). Hama ini biasanya mulai menyerang bagian perakaran,
kemudian batang.
a
b
c
Gambar 13 Rayap tanah C. curvignathus (a) gejala serangan C. curvignathus (b),
dan sarang rayap tanah famili Termitidae (c)
(Foto: a. doktersawit, b. householdpest.org)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
70
Rayap memakan seluruh jaringan tanaman karena mengandung selulosa
yang merupakan sumber makanan utamanya. Tanda kehadiran rayap ini
yaitu adanya liang kembara yang terbuat dari tanah, memanjang sebagai
tempat berlindung dari sinar matahari karena sifatnya yang kriptobiotik
(tidak suka cahaya). Gejala serangan yang lebih lanjut yaitu batang pohon
akan keropos karena rayap akan memakan dari dalam.
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: sanitasi dengan melakukan perawatan kebun seperti
membersihkan pelepah pohon atau batang kelapa untuk
mengurangi infestasi keberadaan rayap serta selalu dilakukan
monitoring kebun
2. Bongkar pohon yang terserang, karena akan menjadi pusat
sarang dari rayap tersebut
3. Kimiawi: penggunaan termitisida berbahan aktif Hexaflumuron
Hama dan Penyakit pada KELAPA
71
PENYAKIT KELAPA
Hama dan Penyakit pada KELAPA
72
BUSUK PUCUK KELAPA Phytophthora palmivora
Deskripsi Singkat
Tanaman terinfeksi umumnya adalah tanaman yang sudah berbuah.
Helaian daun tombak terkulai lalu berubah menjadi kuning dan
kecoklatan. Daun tombak akan patah dan terlepas dari tanaman dan
diikuti oleh daun-daun di bawahnya. Jika bagian pucuk tersebut dibelah,
akan terlihat jaringan yang lunak dan berbau. Ledakan penyakit terjadi
pada puncak musim hujan atau kondisi lain yang menyebabkan terdapat
kondisi jenuh air di dalam tanah.
a b c
Gambar 14 Gejala penyakit busuk pucuk kelapa (a), busuk pada jaringan batang
yang dibelah (b), dan sporangium dari Phytophthora palmivora (c)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
73
Rekomendasi Pengendalian
1. Lakukan Sanitasi kebun dan menjaga kualitas drainase
2. Pembersihan ketiak daun kelapa
3. Pemanfaatan agens hayati dengan bahan aktif cendawan atau
bakteri antagonis
4. Pembenaman sisa tanaman sakit sedalam satu meter
5. Penggunaan EM4 dan kompos untuk menghentikan siklus hidup
P. palmivora di dalam tanah.
Sumber: Hiasinta FJ Motulo
Hama dan Penyakit pada KELAPA
74
BERCAK DAUN COKLAT Pseudoepicoccum cocos
Deskripsi Singkat
Infeksi patogen menimbulkan bercak berbentuk oval pada permukaan
atas daun tua. Bagian tengah bercak berwarna abu-abu dan bagian
tengah bercak berwarna coklat tua. Gejala tidak bisa diamati dari
permukaan bawah daun, namun dapat ditemukan spora berwarna hitam.
Spora berbentuk bulat dan berukuran sangat kecil.
a b c
Gambar 15 Gejala bercak daun coklat (a), penyebaran gejala bercak daun
coklat pada kondisi curah hujan tinggi (b), dan spora
Pseudoepicoccum cocos (c)
Rekomendasi Pengendalian
1. Mengurangi naungan terutama pada masa pembibitan
2. Pemanfaatan pupuk secara berimbang
Hama dan Penyakit pada KELAPA
75
3. Pemanfaatan fungisida tidak dianjurkan berkaitan dengan
tingginya biaya dan kesulitan aplikasi, karena penyakit ini tidak
begitu merugikan secara ekonomi
(Sumber: pestnet.org)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
76
JAMUR GRIGIT Schizophyllum commune
Deskripsi Singkat
Penyakit ini menginfeksi kecambah kelapa (juga pada kelapa sawit dan
tanaman berkayu lainnya). Selain menginfeksi pada fase perkecambahan,
penyakit ini juga bisa berkembang selama masa transportasi bibit.
Keberadaan cendawan ini merupakan salah satu indikator penanganan
bibit yang kurang baik. Koloni cendawan berwarna putih berbentuk
seperti lembaran-lembaran pada batang yang tumbuh ke arah atas
menyerupai kerucut. Tepian jamur ini bergelombang dan lama kelamaan
berubah menjadi warna coklat. Infeksi cendawan ini menyebabkan
batang kopong.
a b c
Gambar 16 Koloni jamur grigit pada batang (a), tubuh buah dan penampang
bawah tudung jamur grigit (b), dan miselium Schizophyllum
commune (c)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
77
Rekomendasi Pengendalian
1. Sanitasi yang baik selama masa pembibitan
2. Penggunaan asap cair dari tandan kosong kelapa sawit
3. Penyemprotan ekstrak daun mindi
Sumber: litbangpertanian.go.id
Hama dan Penyakit pada KELAPA
78
BERCAK DAUN KELABU Pestalotiopsis palmarum
Deskripsi Singkat
Bercak kelabu memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bercak
coklat. Bercak ini memiliki warna kelabu terang dengan tepian lebih tipis
berwarna coklat tua pada permukaan atas daun. Pada kultivar yang
berbeda, bercak dapat memanjang dengan tepian berwarna kehitaman.
Pada bagian luar dari tepi bercak dapat ditemukan halo (area produksi
toksin yang ditandai dengan warna kuning melingkari gejala). Pada
permukaan atas daun juga dapat ditemukan spora berwarna hitam.
a b c
Gambar 17 Gejala bercak daun kelabu (a), perluasan gejala bercak berupa warna
hitam di tepian gejala (b), konidia Pestalotiopsis palmarum (c)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
79
Rekomendasi Pengendalian
1. Penyeimbangan nutrisi tanaman terutama unsur mikro
2. Seleksi bibit yang sehat
3. Melakukan pemantauan rutin terutama pada musim hujan
4. Melakukan pemangkasan daun secara berkala untuk mencegah
penularan
Sumber: pestnet.org
Hama dan Penyakit pada KELAPA
80
REBAH KECAMBAH (Pythium sp., Rhizoctonia solani, dan Fusarium spp.,)
Deskripsi Singkat
Rebah kecambah merupakan penyakit utama di pembibitan bila tidak
dikelola dengan baik. Terdapat 4 tipe rebah kecambah yang mungkin
terjadi yaitu 1) pre-emergence damping off: benih gagal berkecambah, 2)
normal damping off: akar dan batang bibit muda mati, bibit rebah dan
mati setelah muncul di permukaan tanah, 3) top damping off: kematian
bibit setelah muncul kotiledon, dan 4) late damping off: rebah setelah
bibit mulai berkayu. Gejala ini muncul jika komposisi tanah kurang tepat
dan kerapatan bibit terlalu tinggi.
a b c
Gambar 18 Gejala rebah kecambah pada bibit (a), gejala di lapangan (b), dan
sporangium dari Pythium sp.
Rekomendasi Pengendalian
1. Penjarangan bibit agar intensitas cahaya matahari tinggi dan
tidak cocok bagi perkembangan patogen
Hama dan Penyakit pada KELAPA
81
2. Penyeimbangan nutrisi tanah (plantmanagementnetwork.org)
3. Pengaturan pengairan untuk mencegah genangan di tanah
4. Pemanfaatan cendawan antagonis seperti Trichoderma
harzianum
5. Sanitasi lahan dan alat pertanian untuk mencegah kontaminasi
Hama dan Penyakit pada KELAPA
82
BUSUK LUNAK Erwinia sp.
Deskripsi Singkat
Buah mengalami pembusukan berupa melunaknya jaringan tanaman
yang dimulai dari titik tumbuh kemudian jaringan berubah menjadi
kecoklatan. Busuk ini menimbulkan bau yang tidak sedap akibat aktivitas
enzim pektinase. Buah dengan gejala seperti ini tidak dapat dikonsumsi
sama sekali. Buah yang mengalami gejala busuk lunak harus dipisahkan
dari buah yang sehat agar tidak terjadi penularan pada masa pascapanen.
a b
Gambar 19 Gejala busuk lunak pada buah kelapa (a), koloni bakteri (b)
Rekomendasi Pengendalian
1. Menjaga sanitasi pada saat produksi, penyimpanan, dan
pengolahan
2. Membersihkan area gudang (penyimpanan) dari sisa tanaman
3. Menjaga kelembapan dan suhu area gudang agar tetap rendah
Sumber: Plant Pathology Bulletin
Hama dan Penyakit pada KELAPA
83
MALFORMASI DAUN Fusarium proliferatum
Deskripsi Singkat
Gejala ini muncul pada fase vegetatif. Daun mengalami penebalan,
ukurannya lebih kecil dari normal, dan bentuk daun menjadi tidak
beraturan (zigzag atau bergelombang). Tanaman yang berumur kurang
dari satu tahun rentan terhadap penyakit ini. Ketika tanaman terinfeksi,
maka daun yang mengalami gejala di atas adalah daun baru yang akan
muncul, sementara daun-daun lama tetap sehat. Lama-kelamaan, daun
membusuk dan pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Gambar 20.1 Gejala malformasi daun kelapa
Hama dan Penyakit pada KELAPA
84
Gambar 20.2 Makrokonidia, mikrokonidia, konidiofor dari Fusarium proliferatum
Rekomendasi Pengendalian
1. Penambahan bahan organik pada media pembibitan dan tanah
2. Menjaga keseimbangan unsur hara di dalam tanah khususnya
fosfat dan kalium
3. Tidak menanam pada tanah yang tanaman sebelumnya
mengalami penyakit malformasi untuk memutus siklus hidup
patogen
Sumber: Goudarzi et al. 2019, Wiley Online Library
Hama dan Penyakit pada KELAPA
85
CINCIN MERAH Bursaphelenchus cocophilus
Deskripsi Singkat
Sebelum muncul pada buah, gejala ini dapat dideteksi dengan
menguningnya daun-daun tua diikuti dengan membusuk dan patahnya
daun-daun tersebut. Sementara itu, gejala pada buah adalah pada
lingkaran buah bagian tepi, terdapat bercak berwarna merah mengelilingi
buah. Gejala ini disebabkan oleh nematoda yang ditularkan melalui
vektornya yaitu kumbang moncong (Rhynchophorus palmarum). Gejala
penyakit ini belum masuk ke Indonesia (masih merupakan OPTK A1) yang
keberadaannya harus dicegah agar tidak masuk dan menyebar di wilayah
Indonesia.
a b c
Gambar 21 Gejala cincin merah pada buah kelapa (a), nematoda
Bursaphelenchus cocophilus (b), dan serangga vektor yaitu
kumbang Rhynchophorus palmarum (c)
Rekomendasi Pengendalian
1. Pemanfaatan benih dari kultivar yang tahan
2. Mengawasi masuk dan menyebarnya nematoda ini dari luar
negeri (terutama Afrika)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
86
3. Segera memusnahkan tanaman sakit agar tidak menjadi tempat
bertahanya vektor yang akan menularkan ke tanaman sehat
lainnya
4. Membersihkan sisa-sisa tanaman dari lahan agar tidak menjadi
sumber inokulum bagi tanaman musim selanjutnya
Sumber: Giblin-Davis et al. 2003, Journal of Nematology 35(2):133-41
Hama dan Penyakit pada KELAPA
87
EMBUN TEPUNG Oidium sp.
Deskripsi Singkat
Gejala muncul pada permukaan atas daun kelapa berupa serbuk-serbuk
berwarna putih yang melekat pada permukaan tanaman. Gejala akan
banyak ditemui pada daun-daun tua pada musim kemarau. Jika di
permukaan bawah daun terdapat bercak putih transparan, cendawan ini
sudah menyebar ke tanaman lainnya. Keberadaan cendawan ini
mengganggu proses fotosintesis tanaman dan lama kelamaan
menyebabkan daun gugur. Cendawan ini akan luruh jika terjadi hujan
deras dalam waktu yang lama karena konidia terbawa air hujan sebelum
sempat menginfeksi daun lainnya.
a b
Gambar 22 Gejala embun tepung kelapa (a) dan konidia Oidium sp. (b)
Rekomendasi Pengendalian
1. Menghindari pemanfaatan herbisida di lahan
2. Melakukan pemangkasan rutin untuk mengurangi naungan
3. Melakukan monitoring secara berkala khususnya setelah terjadi
hujan ringan
Sumber: houzz.com white chalk-like fungus/substance on plants
Hama dan Penyakit pada KELAPA
88
BUSUK BATANG Ceratocystis paradoxa
Deskripsi Singkat
Gejala penyakit ini dapat dideteksi di bagian pangkal batang berupa
terkelupasnya kulit batang kemudian membusuk. Busuk ini kemudian
melebar dan dapat mengelilingi pangkal batang. Akibat terhambatnya
transportasi air dari akar ke tajuk, daun perlahan-lahan layu dan
mengering. Pada infeksi yang ringan, tanaman tetap bisa berproduksi
namun tepian daging buah akan menghitam. Pada infeksi berat, tanaman
gagal membentuk buah.
a b c
Gambar 23 Gejala awal busuk pangkal batang (a), gejala lanjut (b), konidia
Ceratocystis paradoxa (c)
Rekomendasi Pengendalian
1. Penggunaan bibit yang tahan busuk pangkal batang atau
dilakukan seleksi bibit sebelum dipindah tanam ke lapangan
2. Penggunaan kapur pertanian untuk meningkatkan pH tanah agar
tidak sesuai bagi perkembangan patogen
Hama dan Penyakit pada KELAPA
89
3. Pemanfaatkan agens hayati sekitar perakaran seperti Bacillus
subtilis, Trichoderma spp., Gliocladium spp.
4. Pemusnahan sisa tanaman sakit untuk memutus siklus hidup
pada musim selanjutnya
5. Eliminasi produk panen yang terinfeksi
6. Pemeriksaan kondisi tanah secara berkala untuk memastikan
bahwa tidak terdapat inokulum di tanah yang akan digunakan
untuk penanaman
7. Penanaman tanaman yang tidak sefamili di sekitar tegakan
kelapa untuk memperkaya populasi dan komposisi mikrob tanah
(Sumber: A Resource for Pest and Disease of Cultivated Plants)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
90
ALGA HIJAU Cephaleuros virescens
Deskripsi Singkat
Daun berwarna hijau pucat atau menguning terutama daun bagian
bawah. Pada permukaan atas daun dapat ditemukan gumpalan alga
berupa kumpulan serbuk yang teksturnya seperti beludru, berwarna hijau
pucat, oranye, atau kemerahan. Ukuran bercaknya relatif besar jika
dibandingkan dengan pustul karat. Pada infeksi lanjut, gumpalan alga ini
bertambah banyak dan mengganggu fotosintesis karena menghalangi
penyerapan sinar matahari secara optimal. Meski penyakit ini jarang
dilaporkan sampai mengganggu produksi, namun dalam infeksi yang
tinggi, dapat menyebabkan gugur daun.
a b c
Gambar 24 Gejala alga merah pada daun bawah (a), koloni Cephaleuros
virescens (b), dan spora C. virescens (c)
Rekomendasi Pengendalian
1. Pada infeksi ringan, tidak perlu dilakukan pengendalian apa-apa
2. Jika terjadi infeksi berat, dapat dilakukan pemangkasan pada
daun-daun bergejala
Hama dan Penyakit pada KELAPA
91
3. Daun-daun (terutama daun bawah) yang gugur dibuang dari
lahan agar tidak menjadi sumber penularan bagi daun yang masih
sehat
4. Pemeriksaan dan pemangkasan secara berkala agar menurunkan
kelembapan di sekitar daun
5. Pada kondisi infeksi berat dan cuaca sangat lembab, dapat
diaplikasikan fungisida berbahan aktif tembaga setiap 2 minggu
Sumber: Nelson SC 2014
Hama dan Penyakit pada KELAPA
92
BUSUK PANGKAL BATANG Ganoderma spp.
Deskripsi Singkat
Bagian pangkal batang mengalami bercak nekrosis (coklat kehitaman)
yang berbentuk seperti garis-garis vertikal yang memanjang. Kulit batang
kemudian menjadi keropos dan daun-daun bagian bawah menguning dan
layu. Pada infeksi berat, batang tanaman menjadi rapuh dan rawan
tumbang. Akhir periode infeksi ditandai dengan munculnya tubuh buah
yang lama-kelamaan membesar.
a b c
Gambar 25 Tubuh buah Ganoderma sp. pada pangkal batang (a), gejala pada
tajuk (b), spora Ganoderma sp. (c)
Rekomendasi Pengendalian
1. Memperbaiki drainase tanah
2. Membongkar tanah dari tanaman terinfeksi sedalam 1-2 meter
lalu diberi perlakuan untuk memusnahkan sisa inokulum yang
dapat menular ke tanaman selanjutnya
Hama dan Penyakit pada KELAPA
93
3. Pemanfaatan kombinasi fungisida kimia sintetik dan agens hayati
(Trichoderma spp. dan mikoriza) sejak pre-nursery dan saat
pindah tanam ke lapangan.
4. Diperlukan pengembangan deteksi dini terkait penyakit ini
karena seringkali infeksi di lapangan sudah ditemukan saat fase
lanjut. Terlambatnya pengendalian menyebabkan
perkembangan penyakit tidak dapat ditahan.
Sumber: Aravindaram & Ramasamy 2010, Archives of Phytopathology
and Plant Protection
Hama dan Penyakit pada KELAPA
94
HAWAR DAUN KELAPA Bipolaris incurvata
Deskripsi Singkat
Nama lama: Helminthosporium incurvatum / Drechslera incurvata.
Pada awal infeksi, terdapat bercak abu-abu pada daun yang mirip seperti
tersiram air panas dengan tepian berwarna coklat. Bercak tersebut
kemudian melebar berbentuk oval dan warnanya berubah menjadi coklat
dengan warna tepian menjadi coklat gelap. Pada bagian tepi dari
lingkaran coklat terdapat area berwarna kuning (halo) yang merupakan
area produksi toksin dari cendawan ini. Infeksi yang lebih berat
menyebabkan seluruh bagian daun menjadi kuning kemudian daun
membusuk.
a b c
Gambar 26 Gejala hawar daun (a), infeksi awal pada tulang daun dengan
tepian coklat (b), dan konidia Bipolaris incurvata (c)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
95
Rekomendasi Pengendalian
1. Fase kritis penyakit ini adalah pada masa pembibitan,
penggunaan fungisisida Dithane M45 dapat dilakukan untuk
mencegah infeksi baru
2. Daun-daun yang terinfeksi dipangkas dari bibit agar tidak
menular ke daun sehat lainnya
3. Pada tanaman yang tua, pengendalian relatif sulit dilakukan.
Namun, pemangkasan rutin dapat dilakukan untuk menurunkan
jumlah konidia (spora infektif) sehingga menekan perkembangan
penyakit di lapangan.
Sumber: http://www.extento.hawaii.edu/kbase/crop/Type/b_incur.htm
Hama dan Penyakit pada KELAPA
96
MATI PUCUK Lasiodiplodia theobromae
Deskripsi Singkat
Batang kelapa mengalami nekrosis dan membusuk. Hal ini menyebabkan
tanaman merana dan bagian pucuknya mengalam kematian yang
ditandai dengan mengeringnya daun-daun teratas dari tanaman. Infeksi
lanjutan menyebabkan seluruh daun kering dan jika masih dapat
berproduksi, infeksi ini menyebabkan pangkal buah busuk. Busuknya
pangkal buah ini dapat terlihat atau tidak terlihat dari kulit buah.
Gambar 27 Gejala mati pucuk pada tanaman, buah, dan konidia Lasiodiplodia
theobromae di bawah mikroskop
Rekomendasi Pengendalian
1. Penggunaan bibit yang sehat atau seleksi bibit sebelum pindah
tanam
Hama dan Penyakit pada KELAPA
97
2. Pemanfaatan agens hayati berupa khamir dan mikoriza yang
dikombinasikan dengan kitosan
3. Melakukan monitoring secara berkala khususnya pada musim
hujan
4. Penggunaan fungisida Ridomil sesuai dengan dosis anjuran yang
dikombinasikan dengan pengendalian mekanis seperti
pemangkasan daun.
5. Membersihkan buah sebelum disimpan untuk mencegah
kontaminasi di penyimpanan
Sumber: Macial et al. 2015, Forest Science & APS Journal
Hama dan Penyakit pada KELAPA
98
LETHAL YELLOWING Candidatus Phytoplasma palmae
Deskripsi Singkat
Daun-daun bagian atas mengalami penguningan yang merata.
Penguningan juga dapat mulai muncul dari daun bendera dan meluas ke
seluruh daun sampai daun membusuk sebelum gugur beberapa hari
kemudian. Infloresens mengalami nekrosis dan dapat menyebabkan
bunga jantan mati sehingga tanaman tidak berhasil memproduksi buah.
Jikapun buah berhasil diproduksi, buah muncul secara prematur dengan
ukuran yang sangat kecil. Penyakit ini disebabkan oleh fitoplasma dan
ditularkan oleh vektornya yaitu wereng coklat (Myndus crudus). Infeksi
yang berat akan mematikan tanaman 3-6 bulan setelah munculnya gejala
pertama.
a b c
Gambar 28 Gejala lethal yellowing pada daun (a), gejala pada infloresens (b),
dan struktur mikroskopik fitoplasma di dalam sel tanaman (c)
Hama dan Penyakit pada KELAPA
99
Rekomendasi Pengendalian
1. Penggunaan bibit, polen, atau hasil kultur jaringan yang
dinyatakan bebas atau tahan terhadap infeksi fitoplasma
2. Penggunaan insektisida untuk mengendalikan serangga
vektornya
3. Injeksi oxytetracycline-HCl pada batang kelapa dengan interval
aplikasi selama 4 bulan
Sumber: http://sawitsecure.mpob.gov.my/lethal-yellowing-lethal-
yellowing-type-disease/
Hama dan Penyakit pada KELAPA
100
DAFTAR PUSTAKA
Alouw JA, Hosang MLA. 2016. Sexava nubila (Orthoptera:
Tettigoniidae): ledakan dan kerusakannya pada tanaman
kelapa sawit. Buletin Palma. 17 (2): 97-104.
Aravindaram K, Rasamamy S. 2010. Ganoderma – a basal stem rot disease of coconut palm in south Asia and Asia pacific regions. Archives of Phytopathology and Plant Protection. 43(15):1445-1449.
Arifin M. 2011. Pemanfaatan Musuh Alami dalam Pengendalian
Hama Utama Tanaman Teh, Kopi dan Kelapa. Balai Penelitian
Bioteknologi Tanaman Pangan [diakses pada 2020 Juli 04].
Tersedia di:
http://muhammadarifindrprof.blogspot.com/2011/02/79-
pemanfaatan-musuh-alami- dalam.html.
Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan RI]. 2016. Tirathaba
rufivena (diunduh pada: 2020 Juni 04]. Tersedia di:
http://sinta.ditjenbun. pertanian.go.id/tirathaba-rufivena/
Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan RI]. 2016. Tungau
kelapa Aceria guerreonis [diunduh pada: 2020 Juli 04].
Tersedia di: http://sinta.ditjenbun.pertanian.go.id/buah/
Dokter Sawit. Rayap Coptotermes curvignathus [diunduh pada:
2020 Juli 04]. Tersedia di: https://www.doktersawit.com/rayap-
tanda-serang-an/
Giblin-Davis RM, Davies KA, Morris K, Thomas WK. 2003. Evolution of parasitism in insect-transmitted plant nematodes. J Nematol. 35(2):133-141.
Hama dan Penyakit pada KELAPA
101
Goudarzi A, Seyahooei MA, Bagheri A. 2019. Coconut malformation: an emerging disease caused by Fusarium proliferatum in southern Iran. 2019:1-9.
Herbison-Evans, Don and Stella Crossley. 2007. Tirathaba rufivena
(Walker, 1864) Greater Coconut Spike Moth (one synonym:
Melissoblaptes rufovenalis Snellen, 1880) Gallerinaei, Pyralidae.
Hosang MLA, Lolong AA, Lumentut N, Novianti D, Rahma, Salim.
2013. Hama Baru Tungau Kelapa Aceria querreronis Keifer
(Acari: Eriophyidae) pada Tanaman Kelapa di Minahasa Utara
dan Kota Bitung, Sulawesi Utara. Buletin Palma. 14 (1): 47-53
Hosang, MLA., 2010. Serangan Hama Bunga Kelapa Tirathaba
rufivena Walker (Lepidoptera: Pyralidae) pada Tanaman Kelapa
Genjah Salak di Kebun Percobaan Kima Atas.Buletin Palma. 39:
172 – 180.
Howard FW, Moore D. 2006. A Coconut Mite, Aceria guerreronis
Keifer (Arachnida: Acari: Eriophyidae). University of Florida:
IFAS Extension.
Josephrajkumar A, Mohan C, Rajkumar PSP, Nalinakumari T. 2019.
Pest Dynamics and Suppression Strategies. The Coconut Palm
(Cocos nucifera L.) - Research and Development Perspectives.
557-634
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru
Va Hoeve, Jakarta. 701pp.
Karmawati E. 2010. Pengendalian hama Helopeltis spp. pada
tanaman jambu mete berdasarkan ekologi: strategi dan
implementasinya. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(2): 102-
119.
Hama dan Penyakit pada KELAPA
102
Kohler F, Pellegrin F, Jackson G, McKenzie. 1997. Diseases of Cultivated crops in Pacific Island Countries. Canbera (AU): Pirie Printers Pty Limited.
Kuo M. 2003. Schizophyllum commune [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 15]. Tersedia pada: https://www.mushroomexpert.com/schizo-phyllumcommune.html
Maciel CG, Muniz MFB, Mezzomo R, Reiniger LRS. 2015. Lasiodiplodia theobromae associated with seeds of Pinus spp. originated from the northwest of Rio Grande do Sul, Brazil. Forest Science. 43(107):639-646.
[MPOB] Malaysian Palm Oil Board. 2019. Lethal-yellowing type disease [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 10]. Tersedia pada: http://sawitsecure.mpob.gov.my/lethal-yellowing-lethal-yellowing-type-disease/
Motulo HFJ. 2008. Penyakit busuk pucuk kelapa: sejarah,
penyebab, dan penyebarannya. Buletin Palma. 34(2008):1-8. Nelson SC. 2008. Cephaleuros species, the plant-parasitic green
algae. Plant Diseases. 43(1):1-6. Palanisamy S. 2012. Development of an integrated pest
management package for the eriophyid mite (Aceria
querreronis Keifer) of coconut in Southern States. Professor
dan Head Dept. of Entomology, TNAU. Coimbatore.
[PNRC] Planet Natural Research Center. Powdery mildew [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 12]. Tersedia pada: https://www.planet natural.com/pest-problem-solver/plant-disease/powdery-mildew/
Rao VP, Ghani MA, Sauharan T and Mathur KC. 1971. A review of
the biological control of insects and other pests in South-East
Asia and Soebandrijo. 1982. Hama Tirathaba sp. di kebun induk
kelapa hibrida Pakuwon. Pembr. Litri. 7(40): 21-31
Hama dan Penyakit pada KELAPA
103
Salim. Hama-hama yang menyerang bunga dan buah kelapa (Cocos
nucifera L.) serta pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman
Palma.
Toth IK, Bell KS, Holeva MC, Birch PRJ. 2003. Soft rot Erwiniae: from genes to genomes. Molecular Plant Pathology. 4(1):17-30. Uchida JY. Bipolaris incurvata [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 13].
Tersedia pada: http://www. extento.hawaii.edu/kbase/crop/Type/b_incur.htm
[USDA] United States Department of Agriculture. 2018. A resource for pests and diseases of cultivated palms: damping- off [Internet]. [Diunduh 2020 Mei 15]. Tersedia pada: https://idtools.org/id/palms/symptoms/factsheet.php?name=Damping-off
Hama dan Penyakit pada KELAPA
104
HAMA & PENYAKIT SIRIH
Hama dan Penyakit pada SIRIH
106
DAFTAR ISI
Sirih 109
Hama Sirih 111
Kutukebul Hitam/Blackfly, Aleurocanthus rugosa
Kutukebul/Whitefly, Singhiella (= Dialeurodes) pallida
Kutudaun, Aphis gossypii
Kepik Penghisap, Pachypeltis plitus
Wereng Pohon, Tricentrus sp.
Thrips, Aroidothrips longistylus
112
114
116
118
119
121
Penyakit Sirih 123
Hawar Daun, Phytophthora parasitica var. Piperin
Bercak Daun, Colletotrichum sp.
Hawar Daun Bakteri, Xanthomonas campestris
Embun Tepung, Oidium sp.
Busuk Batang, Sclerotium rolfsii
Layu Pembuluh, Fusarium oxysporum
124
126
128
130
131
133
Daftar Pustaka 135
Hama dan Penyakit pada SIRIH
107
DAFTAR GAMBAR
1 Aleurocanthus spp. pada sirih a) dewasa dan telur A.
rugosa, b) nimfa A. rugosa, c) dewasa A. nubilans (sumber:
Buckton1900), d. daun sirih yang terserang Aleurocanthus
sp., e) nimfa dan dewasa Aleurocanthus sp., dan f) pola
corak sayap Aleurocanthus sp. (Sumber: Das 2020)
112
2 Imago S. pallida (a) dan kumbang Coccinellidae predator,
Delphastus catalinae (b) (foto: a. R. Nguyen dan b. Kim
Hoelmer)
114
3 Koloni A. gossypii (a), bentuk bersayap (alate) (b),
kutudaun bersimbiosis dengan semut niger/Lasius niger
(c), dan lalat predator Syrphidae yang memangsa
kutudaun
117
4 Imago Pachypeltis politus (a) dan bercak coklat gejala
serangan pada daun sirih (b)
118
5 Nimfa (kiri) dan Imago Tricentrus sp. (kanan) 119
6 Aroidothrips longistylus, jantan (1) dan betina (2) 121
7 A) Daun sirih yang bergejala lanjut, B) zoospora keluar
dari sporangium, C) gejala awal hawar daun, D) kumpulan
hifa dan sporangium
124
8 A dan C ) gejala antraknosa pada daun sirih, B dan D)
gambar mikroskopis konidia dan seta
126
9 A) Gejala hawar daun bakteri pada daun tua B) koloni
Xanthomonas campestris pada media agar, C) gejala
hawar daun bakteri pada daun muda, D) gambaran
mikroskopis sel bakteri.
128
10 A dan C) Gejala embun tepung pada permukaan bawah
dan atas daun, B dan D) Gambaran mikroskopis patogen
130
Hama dan Penyakit pada SIRIH
108
11 A dan B) Gejala pada batang, C) morfologi koloni pada
media agar, D) gambar mikroskopis miselium patogen
131
12 A) gejala awal pada daun, B) gejala saat serangan sudah
parah, C) gejala awal pada tanaman (kanan bergejala, kiri
tidak bergejala), D) gambar mikroskopis
133
Hama dan Penyakit pada SIRIH
109
SIRIH Sirih merupakan tanaman merambat yang mempunyai daun
berbentuk seperti jantung/hati. Daun sirih oleh masyarakat tradisional
sering digunakan untuk obat atau oleh beberapa budaya seperti di
Wilayah Sumba (NTT), buah sirih digunakan untuk campuran ‘nyirih’ atau
‘nginang’ yang dicampur dengan pinang dan kapur. Tanaman yang
mempunyau beragam manfaat ini dapat tumbuh hingga 15 meter dengan
setiap ruasnya dapat muncul daun. Selain daun yang saling bersilangan
pada ruas batang sirih, ruas ini juga dapat menghasilkan akar sehingga
sangat mudah jika ingin diperbanyak.
Dengan beragam manfaat dan kemudahan dalam budidaya, masih
saja ditemui permasalahan salah satunya yaitu serangan hama dan
penyakit pada sirih yang dapat menyebabkan gangguan sehingga tidak
dapat menghasilkan daun maupun buah. Salah satu penyakit serius yang
menyerang sirih yaitu bercak cokelat pada daun yang disebabkan oleh
cendawan patogen Phytophthora parasitica var. Piperin. Patogen ini
dapat menyebabkan seluruh daun menjadi cokelat dan proses
penyebarannya sangat mudah yaitu terbawa oleh percikan air. Sebelum
melakukan proses pengendalian, sangat dibutuhkan informasi tentang
penyebab serangan hama dan penyakit yang mengganggu pada tanaman
sirih tersebut. Berikut beberapa hama dan penyakit yang sudah
didokumentasikan untuk memudahkan dalam proses pengenalan dan
pengendalian nantinya.
Hama dan Penyakit pada SIRIH
110
Hama pada Sirih 1. Kutukebul Hitam/Blackfly, Aleurocanthus rugosa
2. Kutukebul/Whitefly, Singhiella (= Dialeurodes) pallida
3. Kutudaun, Aphis gossypii
4. Kepik Penghisap, Pachypeltis plitus
5. Wereng Pohon, Tricentrus sp.
6. Thrips, Aroidothrips longistylus
Penyakit pada Sirih 1. Hawar Daun, Phytophthora parasitica var. Piperin
2. Bercak Daun, Colletotrichum sp.
3. Hawar Daun Bakteri, Xanthomonas campestris
4. Embun Tepung, Oidium sp.
5. Busuk Batang, Sclerotium rolfsii
6. Layu Pembuluh, Fusarium oxysporum
Hama dan Penyakit pada SIRIH
111
HAMA SIRIH
Hama dan Penyakit pada SIRIH
112
KUTUKEBUL HITAM/Blackfly
Aleurocanthus rugosa (Hemiptera: Aleyrodidae)
Deskripsi Singkat Aleurocanthus rugose mempunyai corak berwarna hitam baik nimfa
maupun dewasanya. Spesies kutukebul hitam ini bersifat polifag atau
mempunyai inang yang cukup banyak. Imago betina meletakkan telur
pada permukaan bawah daun. telur berwarna putih pucat. Dewasa dan
nimfa menyerang daun sirih dan menyebabkan daun sirih
menguning/klorosis. Pada gejala lebih lanjut, daun akan menguning pada
seluruhnya karena populasi kutukebul hitam yang semakin tinggi
sehingga proses fotosintesis akan terganggu. Terganggunya proses
fotosintesis menyebabkan tanaman sirih tidak mampu menyuplai nutrisi
sehingga menyebabkan kematian. Populasi puncak terjadi pada musim
kemarau dan menurun pada musim penghujan.
Gambar 1 Aleurocanthus spp. pada sirih a) dewasa dan telur A. rugosa, b) nimfa
A. rugosa, c) dewasa A. nubilans (sumber: Buckton1900), d. daun sirih
Hama dan Penyakit pada SIRIH
113
yang terserang Aleurocanthus sp., e) nimfa dan dewasa
Aleurocanthus sp., dan f) pola corak sayap Aleurocanthus sp.
(Sumber: Das 2020)
Rekomendasi Pengendalian 1. Mekanis: sanitasi lingkungan dan menaman inang alternate
2. Melakukan program monitoring untuk mencegah adanya
infestasi
3. Biologis: pemanfaatan kumbang kubah predator (Coleoptera:
Coccinellidae)
4. Kimiawi: menggunakan pestisida sintetik yang dianjurkan
malathion (0.05%), endosulfan (0.05%) and dichlorvos (0.05%)
Hama dan Penyakit pada SIRIH
114
KUTUKEBUL/Whitefly
Singhiella (= Dialeurodes) pallida (Hemiptera: Aleyrodidae)
Deskripsi Singkat Berbeda halnya dengan kutukebul spesies Aleurocanthus rugose, kutu
kebul jenis ini berwarna putih baik nimfa maupun dewasanya. Dewasa
dan nimfa menyerang daun sirih dan menyebabkan daun sirih
menguning/klorosis. Pada gejala lebih lanjut, daun akan menguning pada
seluruhnya karena populasi kutukebul yang semakin tinggi sehingga
proses fotosintesis akan terganggu. Terganggunya proses fotosintesis
menyebabkan tanaman sirih tidak mampu menyuplai nutrisi sehingga
menyebabkan kematian. Populasi puncak terjadi pada musim kemarau
dan menurun pada musim penghujan.
Gambar 2 Imago S. pallida (a) dan kumbang Coccinellidae predator, Delphastus
catalinae (b) (foto: a. R. Nguyen dan b. Kim Hoelmer)
Rekomendasi Pengendalian 1. Mekanis: sanitasi lingkungan dan menaman inang alternate
2. Melakukan program monitoring untuk mencegah adanya
infestasi
Hama dan Penyakit pada SIRIH
115
3. Biologis: pemanfaatan kumbang kubah predator (Coleoptera:
Coccinellidae)
4. Kimiawi: menggunakan pestisida sintetik yang dianjurkan
malathion (0.05%), endosulfan (0.05%) and dichlorvos (0.05%)
Hama dan Penyakit pada SIRIH
116
KUTUDAUN
Aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)
Deskripsi Singkat Hama ini sangat umum dijumpai menyerang tanaman hortikultura seperti
kapas, melon dan tanaman pertanian lainnya. Kutudaun ini berwarna
hitam berbentuk seperti buah pir. Bentuk tidak bersayap disebut aptera
sedangkan bentuk bersayap disebut alate. Bentuk bersayap biasanya
berfungsi untuk proses penyebaran karena populasi di dalam koloninya
sudah terlalu penuh sehingga kutudaun perlu mencari inang atau tempat
mencari pakan lainnya. Kutudaun akan menghisap cairan tanaman,
umumnya menyerang pucuk atau daun yang masih muda. Gejala yang
ditimbulkan yaitu daun atau pucuk menjadi keriput dan menggulung.
Pada musim kemarau, populasi kutudaun akan meningkat dan pada
musim penghujan populasi akan menurun.
Beberapa perilaku kutudaun yang memberikan keuntungan dengan
organisme lainnya yaitu semut. Semut akan memanfaatkan embun madu
yang merupakan bagian sekresi cairan yang berlebih dari kutudaun.
Cairan tersebut dimanfaatkan untuk makanan semut sehingga semut
akan menjaga sumber pakannya dari predator atau musuh alami
kutudaun. Kelebihan cairan embun madu yang menetes di daun akan
mendatangkan cendawan jelaga yang nantinya akan berwarna hitam dan
menyelimuti daun. Predator kutudaun diketahui dari kelompok larva
syrphidae, larva dan imago kumbang coccinelid dsb.
Rekomendasi Pengendalian 1. Melakukan pengamatan pada daun dan pucuk muda, jika
terdapat kutudaun perlu dipetik dan dibakar
Hama dan Penyakit pada SIRIH
117
2. Biologis: pemanfaatan musuh alami seperti predator kumbang
Coccinellidae dan lalat Syrphidae.
3. Kimiawi: penyemprotan menggunakan Klorpirifos 2 ml/L
a
b
c
d
Gambar 3 Koloni A. gossypii (a), bentuk bersayap (alate) (b), kutudaun
bersimbiosis dengan semut niger/Lasius niger (c), dan lalat predator
Syrphidae yang memangsa kutudaun
Hama dan Penyakit pada SIRIH
118
KEPIK PENGHISAP
Pachypeltis politus (Hemiptera: Miridae)
Deskripsi Singkat Nimfa dan imago berwarna merah kecoklatan. Telur diletakkan tunggal
tidak berkelompok. Periode telur 8-16 hari. Nimfa dan imago menghisap
cairan daun yang masih muda sehingga menyebabkan daun terlihat ada
bercak kecoklatan dan kelamaan menjadi mengering.
Gambar 4 Imago Pachypeltis politus (a) dan bercak coklat gejala serangan pada
daun sirih (b)
Rekomendasi Pengendalian 1. Sanitasi: melakukan pembersihan lahan untuk mengurangi
2. Kimiawi: penyemprotan menggunakan Malathion 50 EC pada
konsentrasi 2.0 ml/L atau Neem Oil 0.5%
Hama dan Penyakit pada SIRIH
119
WERENG POHON
Tricentrus sp. (Hemiptera: Membracidae)
Deskripsi Singkat Serangga ini mempunyai nama umum wereng pohon dan bukan menjadi
serangga hama yang dominan menyerang tanaman sirih. Akan tetapi,
nimfa dan imago sering ditemukan berkembangbiak di dekat pucuk
tanaman. Nimfa dan imago menghisap cairan tanaman pada bagian
tanaman yang masih muda. Selain sirih, inang dari wereng pohon yaitu
rambutan, sawo, dsb. Serangga ini jarang ditemukan pada tingkat
populasi yang tinggi. Pada musim kemarau, wereng pohon lebih banyak
ditemui dibandingkan musim penghujan. Gejala yang ditimbulkan yaitu
pucuk tanaman menjadi keriput dan mengering akibat cairan tanaman
yang dihisap oleh nimfa dan imago.
Gambar 5 Nimfa (kiri) dan Imago Tricentrus sp. (kanan)
Rekomendasi Pengendalian 1. Mekanis: memetik atau memotong daun yang terserang wereng
pohon
Hama dan Penyakit pada SIRIH
120
2. Kimiawi: menyemprotkan cairan sabun yang dicampur dengan
insektisida untuk menghilangkan zat lilin yang menyelimuti tubuh
nimfa
Hama dan Penyakit pada SIRIH
121
THRIPS
Aroidothrips longistylus (Ordo Thysanoptera)
Deskripsi Singkat Thrips merupakan serangga yang berukuran kecil dan jarang dilihat
secara langsung. Hama ini seringkali ditemukan berada pada lipatan-
lipatan daun. Daun yang diserang akan melipat atau keriting dan terlihat
bekas keperakan. Nimfa dan imago thrips menghisap cairan daun yang
masih muda.
Gambar 6 Aroidothrips longistylus, jantan (1) dan betina (2)
Rekomendasi Pengendalian 1. Mekanis: memetik atau memotong daun yang terserang thrips,
jika serangan sudah banyak sebaiknya dilakukan pemangkasan
atau pencabutan pada tanaman yang terserang untuk
menghindari penularan
Hama dan Penyakit pada SIRIH
122
2. Kimiawi: menggunakan pestisida yang disarankan dengan bahan
aktif aktif abamektin, karbosulfan, fipronil atau imidakloprid.
Hama dan Penyakit pada SIRIH
123
PENYAKIT SIRIH
Hama dan Penyakit pada SIRIH
124
Hawar Daun
Phytophthora parasitica var. Piperin
Deskripsi Singkat Sebagian besar patogen ini menginfeksi daun dan dapat pula menginfeksi
pada bagian pangkal batang. Gejala awalnya berupa bercak kecil
kebasahan. Perkembangan penyakit ini akan lebih cepat ketika dalam
kondisi kelembaban tinggi. Ketika infeksi terjadi pada bagian pangkal
batang akan menimbulkan kelayuan secara menyeluruh yang diikuti
dengan mengeringnya daun.
Patogen penyebab penyakit ini adalah Phytophthora parasitica var.
Piperin. Ketika tidak ada inang, patogen ini bertahan pada tanah dan sisa
tanaman mati. Kejadian ini akan tinggi ketika kelembaban makro
lingkungan tinggi terutama pada musim hujan.
Gambar 7 A) Daun sirih yang bergejala lanjut, B) zoospora keluar dari
sporangium, C) gejala awal hawar daun, D) kumpulan hifa dan
sporangium
Hama dan Penyakit pada SIRIH
125
Rekomendasi Pengendalian
6. Pemilihan bibit yang sehat, ketika perbanyakan menggunakan
stek perlu diperhatikan tetua yang digunakan harus dalam
kondisi sehat dan media tumbuhnya diupayakan dalam kondisi
bebas dari inokulum.
7. Penggunaan mulsa, penggunaan mulsa dimaksudkan untuk
mengurangi percikan air, mengingat patogen ini termasuk
patogen tular tanah.
8. Pengolahan tanah yang baik dan penggunaan pupuk kandang/
kompos matang.
9. Menggunakan pupuk kimia secara berimbang, terutama hindari
penggunaan pupuk N berlebih.
10. Pengelolaan gulma yang baik guna menghindari kelembaban
mikro lingkungan berlebih dan meminimalisir peran gulma
sebagai inang alternatif.
11. Penggunaan agens antagonis/ pestisida hayati.
Sumber: Satyagopa et al. 2015 dan Maiti & Sen 1979
Hama dan Penyakit pada SIRIH
126
BERCAK DAUN
Colletotrichum sp.
Deskripsi Singkat Bercak terlihat tidak beraturan berwarna coklat muda sampai coklat tua
dan terdapat halo berwarna kuning pada tepi bercak. Halo kuning yang
terbentuk merupakan ciri dari kinerja toksin yang dimiliki patogen ini.
Bercak coklat ini akan membesar dan saling bertemu dan mengarah pada
tangkai daun sehingga menyebabkan keguguran daun. Patogen ini dapat
menyebar melalui benih sebagai infeksi primer dan infeski sekundernya
dibantu oleh tiupan angin.
Gambar 8 A dan C) gejala antraknosa pada daun sirih, B dan D) gambar
mikroskopis konidia dan seta
Hama dan Penyakit pada SIRIH
127
Rekomendasi Pengendalian
1. Pemilihan bibit sehat dan perlakuan bibit (stek) dengan fungisida.
2. Hindari kelembaban makro lingkungan yang tinggi, misalnya
dengan mengatur jarak tanam yang lebih renggang dan
melakukan penyiangan gulma secara rutin.
3. Ketika insidensi masih rendah bisa dilakukan pemangkasan pada
daun daun yang bergejala, ketika gejala sudah mulai melampaui
ambang ekonomi bisa mengaplikasikan fungisida sintetik secara
tepat waktu, dosis, dan aplikasi.
4. Pemupukan berimbang dan hindari penggunaan pupuk N
berlebih
5. Aplikasi pestisida botani dan hayati
Sumber: Maiti & Sen 1979
Hama dan Penyakit pada SIRIH
128
HAWAR DAUN BAKTERI Xanthomonas campestris
Deskripsi Singkat Gejalanya berupa bercak coklat kebasahan yang dibatasi oleh tulang
tulang daun. Bercak berwarna coklat muda hingga tua dan pada tepian
bercaknya terdapat halo berwarna kuning. Tiap-tiap bercak perlahan
membesar dan menyatu membentuk bercak yang lebih besar dengan
bentuk yang tidak beraturan. Infeksi lebih lanjut dapat menyebabkan
daun mengalami defoliasi lebih cepat.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri patogen yaitu Xanthomonas
campestris, bakteri ini dapat bertahan ditanah ketika tidak ada inang dan
penyebaranya akan sangat cepat melalui air irigasi.
Gambar 9 A) Gejala hawar daun bakteri pada daun tua B) koloni Xanthomonas
campestris pada media agar, C) gejala hawar daun bakteri pada daun
muda, D) gambaran mikroskopis sel bakteri
Hama dan Penyakit pada SIRIH
129
Rekomendasi Pengendalian 1. Pemilihan bibit sehat
2. Sanitasi lingkungan pembersihan serasah dan gulma disekitar
pertanaman
3. Pengaturan jarak tanam
4. Penggunaan pupuk berimbang
5. Aplikasi agens hayati
6. Aplikasi pestisida sintetik jika diperlukan
Sumber: Satyagopa et al. 2015
Hama dan Penyakit pada SIRIH
130
EMBUN TEPUNG
Oidium sp.
Deskripsi Singkat Daun yang bergejala awalnya akan tampak bercak kecil berwarna abu
kemudian daun akan ditutupi oleh kumpulan hifa dan akan terlihat
seperti kapas berwarna putih hingga coklat muda. Gejala awalnya akan
terlihat pada permukaan bawah daun dan perlahan akan juga terlihat di
bagian atas daun. Gejala lebih lanjut akan memicu terjadinya defoliasi dini
pada daun. Inokulum akan bertahan dalam bentuk historia pada sisa-sisa
tanaman.
Gambar 10 A dan C) Gejala embun tepung pada permukaan bawah dan atas
daun, B dan D) Gambaran mikroskopis patogen
Rekomendasi Pengendalian 1. Pemilihan lokasi tanam yang tidak terlalu rindang
2. Ketika terjadi insidensi yang tinggi kurangi penggunaan pupuk N
3. Aplikasi fungisida
Sumber: Satyagopa et al. 2015 dan Jana et al. 2017
Hama dan Penyakit pada SIRIH
131
BUSUK BATANG
Sclerotium rolfsii
Deskripsi Singkat Infeksi biasanya bermula pada pangkal batang. Pangkal batang
mengalami kebusukan dan berwarna coklat hingga kehitaman, ketika
infeksi berlanjut akan tampak miselium berwarna putih yang diikuti
dengan terbentunya seklorotia pada pangkal batang dan permukaan
tanah sekitar lubang tanam. Infeksi pada pangkal batang menyebabkan
kelayuan pada daun dan mengerutnya batang, dan perlahan batang dan
daun akan mengering. Patogen ini juga biasanya menyerang sejak dari
pembibitan. Patogen ini termasuk patogen tular tanah dan dapat
bertahan pada serasah sisa tanaman mati.
Gambar 11 A dan B) Gejala pada batang, C) morfologi koloni pada media agar, D)
gambar mikroskopis miselium patogen
Hama dan Penyakit pada SIRIH
132
Rekomendasi Pengendalian 1. Pemilihan bibit yang sehat, tanaman yang digunakan sebagai
tetua harus dalam kondisi sehat dan media tumbuhnya
diupayakan dalam kondisi bebas dari inokulum.
2. Penggunaan mulsa, penggunaan mulsa dimaksudkan untuk
mengurangi percikan air, mengingat patogen ini termasuk
patogen tular tanah.
3. Penggunaan pupuk kandang/ kompos matang.
4. Menggunakan pupuk kimia secara berimbang, terutama hindari
penggunaan pupuk N berlebih.
Sumber: Satyagopa et al. 2015
Hama dan Penyakit pada SIRIH
133
LAYU PEMBULUH
Fusarium oxysporum
Deskripsi Singkat Daun tanaman tampak menguning dan terjadi kelayuan secara bertahap.
Pembuluh pada batang akan menjadi kecoklatan, ketika dipotong
melintang warna coklat akan tampang melingkar sesuai posisi pembuluh.
Klamidospora akan bertahan pada tanah, konidia akan menyebar melalui
aliran irigasi.
Gambar 12 A) gejala awal pada daun, B) gejala saat serangan sudah parah, C)
gejala awal pada tanaman (kanan bergejala, kiri tidak bergejala), D)
gambar mikroskopis
Rekomendasi Pengendalian 1. Pemilihan bibit sehat terhindar dari inokulum tetuanya
Hama dan Penyakit pada SIRIH
134
2. Sanitasi lingkungan pembersihan serasah dan gulma disekitar
pertanaman
3. Pengaturan jarak tanam
4. Penggunaan pupuk berimbang
5. Aplikasi agens hayati
6. Aplikasi pestisida sintetik jika diperlukan
Sumber: Satyagopa et al. 2015, Poonam et al. 2016
Hama dan Penyakit pada SIRIH
135
DAFTAR PUSTAKA
Aphis gossypii [diunduh pada: 2020 Juli 13]. Tersedia di:
https://influentialpoints.com/Gallery/Aphis_gossypii_melon_or_cott
on_aphid.htm
BETELVINE :: MAJOR PEST :: SHOOT BUG. [diunduh pada: 2020 Juli 14].
Tersedia di:
http://eagri.org/eagri50/ENTO331/lecture28/betelvine/005.html
Betelvine Bug (Pachypeltis politus & P humerale) [diunduh pada: 2020
Juli 14]. Tersedia di:
http://www.drysrhu.edu.in/crops/betelvine.html
BETELVINE:: MAJOR PEST :: APHID. Tersedia di:
http://eagri.org/eagri50/ENTO331/lecture28/betelvine/001.html
Buckton GB. 1900 Description of a new species of Aleurodes destructive
to betel. Indian Museum Notes 5: 36.
Das BK. 2010. Incidence of Aleurocanthus spp. (Aleyrodidae: Hemiptera)
on betelvine (Piper betle L.) and their interaction with host plants. The
Journal of Plant Protection Sciences. 2(2): 53-59.
Jana H, Basu D, Jana S. 2017. Pesticides use pattern of betelvine growers
in controlling diseases in Midnapur (east) district of West Bengal. Int.
J. of Current Advanced Res. 6(8):5314-5320.
Maiti S, Sen C. 1979. Fungal diseases of betel vine. PANS. 25(2):150-157.
Mollah MMI. 2012. Investigation on the leaf rot and foot and root rot of
betel vine (Piper betle l.) in Satkhira district of Bangladesh. [Thesis].
Dhaka (BD): Bangla Agricultural University.
Poonam C. Singh, D. Shukla, T. Fatima, Nautiyal CS, Johri JK. 2016.
Biological control of Fusarium sp. NBRI-PMSF12 pathogenic to
cultivated betel vine by Bacillus sp. Nbri-W9, a potential biological
control agent. J Plant Growth Regul.
Satyagopal K, Sushil SN, Jeyakumar P, Shankar G, Sharma OP, Sain SK,
Boina DR, Rao NS, Sunanda RS, Asre R et al. 2015. AESA Based IPM
Hama dan Penyakit pada SIRIH
136
Package for Betel Vine. National Institute of Plant Health
Management, Rajendranagar, Hyderabad –pp 38.
Singhiella citrifolii (cloudy winged whitefly) [diunduh pada: 2020 Juli 14].
Tersedia di: https://www.cabi.org/isc/datasheet/18700
White fly (Dialeurodes pallida) [diunduh pada: 2020 Juli 14]. Tersedia di: http://www.drysrhu.edu.in/crops/betelvine.html
HAMA & PENYAKIT PINANG
Hama dan Penyakit pada PINANG
138
DAFTAR ISI
Pinang 141
Hama Pinang 143
Ulat Kantung, Mahasena corbetti, Clana tertia, dan Manatha
albipes
Kumbang Janur, Brontispa longissima
Kumbang Badak, Oryctes rhinoceros
Ulat Bunga Kelapa, Tirathaba rufivena
Uret Putih Kelapa, Leucopholis burmeisteri
Rayap Tanah, Coptotermes curvignathus
144
146
148
150
152
153
Penyakit Pinang 155
Bercak Daun Menguning, Curvularia sp.
Bercak Daun, Pestalotia palmarum
Karat Merah Daun, Cephaleuros sp.
Busuk Akar/Pangkal Batang, Fusarium sp.
Busuk Buah, Phytopthora arecae
Busuk Pucuk, Phytophthora arecae
Daun Menguning, Yellow Leaf Disease
Busuk Pangkal Batang, Ganoderma lucidum
Antraknosa dan Mati Pucuk, Colletotrichum gloesporioides
Bacterial Leaf Stripe, Xanthomonas campestris
156
158
159
160
162
162
165
166
168
169
Daftar Pustaka 170
Hama dan Penyakit pada PINANG
139
DAFTAR GAMBAR
1 Ulat kantung Mahasena corbetti (a), Clania tertia (b),
Pteroma pendula (c), dan Metisa plana (d)
144
2 Gejala serangan ulat kantung pada daun (a) dan parasitoid
ulat kantung Brachimeria lasus (b)
145
3 Imago (a) dan larva (b) B. longissima (Foto: Mubin 2020) 146
4 Serangan berat oleh B. longisiima 146
5 Imago betina (a) dan jantan (b) O. rhinoceros (CABI) 148
6 Bekas serangan imago O. rhinoceros (pestnet.org) 149
7 Larva (a) dan gejala serangan T. rufivena (b) (Foto: a.
Ditlinbun, b. Balitka-Manado)
150
8 Imago (a) dan larva yang ditemukan di tanah (b) (Sumber:
CABI)
152
9 Rayap tanah C. curvignathus (a) dan gejala seranganya (b)
(Foto: a. doktersawit, b. household)
153
10 A) gejala pada bibit, B) gejala pada daun dewasa, C)
morfologi cendawan pada media agar, D) konidia
Curvularia sp
156
11 A) gejala pada daun B) morfologi cendawan pada media
agar, D) konidia P. palmarum
158
12 A-B) gejala pada daun, C) tanda penyakit pada daun D)
tubuh buah Cephaleuros
160
13 A) gejala pada pohon pinang B) gejala pada daun C)
morfologi cendawan pada media agar, D) konidia dan
miselium Fusarium sp.
159
14 Bagian buah yang bergejala akibat infeksi Phytophthora
arecae
162
15 A-B) bagian pucuk yang bergejala C) morfologi cendawan
pada media agar D) sporangia P. arecae
163
Hama dan Penyakit pada PINANG
140
16 Gejala daun menguning akibat mikoplasma 165
17 A) Tubuh buah cendawan patogen pada pangkal batang,
B) gejala pada daun, C) tubuh buah Ganoderma lucidum,
D) spora G. lucidum
166
18 A-B) gejala pada daun, C) morfologi cendawan
Colletotrichum gloeosporioides, D) konidia cendawan C.
gloeosporioides
168
19 A-B) gejala pada daun, C) sel bakteri Xanthomonas
campestris D) koloni bakteri pada media agar
169
Hama dan Penyakit pada PINANG
141
PINANG
Pinang merupakan jenis tumbuhan monokotil yang tergolong palem-
paleman. Pinang masih satu keluarga dengan kelapa dan kelapa sawit
yaitu termasuk ke dalam famili Arecaceae pada ordo Arecales. Pohon ini
merupakan salah satu tanaman dengan nilai ekonomi dan potensi yang
tinggi. Sumba Timur menjadi salah satu wilayah Indonesia yang
memanfaatkan pinang sebagai tradisi budaya yaitu “nyirih” atau
“nginang”. Yaitu aktivitas mengunyah sirih, pinang, kapur, dan gambir.
Pinang menjadi salah satu bahan dalam tradisi tersebut, sehingga
tanaman tersebut mempunyai nilai budaya selain nilai ekonomi. Tradisi
yang senantiasa dijaga menjadikan pinang menjadi tanaman yang harus
dilestarikan dan dirawat. Akan tetapi, beberapa permasalahan seperti
serangan hama dan penyakit pada tanaman pinang selalu ada.
Hama dan penyakit yang umum menyerang tanaman pinang di
antaranya adalah hama ulat kantung (Mahasena corbetti), kumbang
janur (Brontispa longissima), kumbang badak (Oryctes rhinoceros) dsb.
Sedangkan penyakit yang diketahui menyerang pinang diantaranya yaitu
mati pucuk (Colletotrichum gloeosporioides), beberapa jenis bercak daun
dan busuk. Pada Buku Saku ini, hama dan penyakit yang umum dijumpai
pada pinang akan dibahas beserta rekomendasi pengendaliannya.
Hama dan Penyakit pada PINANG
142
Hama pada Pinang
7. Ulat Kantung, Mahasena corbetti, Clana tertia, dan Manatha albipes
8. Kumbang Janur, Brontispa longissima
9. Kumbang Badak, Oryctes rhinoceros
10. Ulat Bunga Kelapa, Tirathaba rufivena
11. Uret Putih Kelapa, Leucopholis burmeisteri
12. Rayap Tanah, Coptotermes curvignathus
Penyakit pada Pinang
1. Bercak Daun Menguning, Curvularia sp.
2. Bercak Daun, Pestalotia palmarum
3. Karat Merah Daun, Cephaleuros sp. 4. Busuk Akar/Pangkal Batang, Fusarium sp. 5. Busuk Buah dan Pucuk, Phytopthora arecae 6. Daun Menguning, Yellow Leaf Disease 7. Busuk Pangkal Batang, Ganoderma lucidum 8. Antraknosa dan Mati Pucuk, Colletotrichum gloesporioides 9. Bacterial Leaf Stripe, Xanthomonas campestris
Hama dan Penyakit pada PINANG
143
HAMA PINANG
Hama dan Penyakit pada PINANG
144
ULAT KANTUNG Mahasena corbetti, Clana tertia, Manatha albipes
(Lepidoptera: Psychidae)
Deskripsi Singkat
Larva berada di dalam sebuah kantung berbentuk kerucut yang
terbuat dari sisa-sisa daun atau ranting kering yang diikat dengan
sutra dari liurnya. Larva akan menyerang daun dengan cara
menggerigiti daun.
Gambar 1 Ulat kantung Mahasena corbetti (a), Clania tertia (b), Pteroma
pendula (c), dan Metisa plana (d) (Foto: doktersawit.com)
Daun akan berlubang-lubang berbentuk bulat dengan gerigitan
yang rapi maupun yang tidak teratur seperti serangan M. corbetti.
Pada populasi yang tinggi, daun akan habis tersisa permukaan daun
a b
c d
Hama dan Penyakit pada PINANG
145
bagian atas atau bawah dan menyebabkan proses fotosisntesis
akan terganggu.
a
b
Gambar 2 Gejala serangan ulat kantung pada daun (a) dan parasitoid ulat
kantung Brachimeria lasus (b)
Rekomendasi Pengendalian
1. Biologis: pemanfaatan musuh alami predator Sycanus sp.
(Hemiptera: Reduviidae) dan Eocanthecona furcellata
(Hemiptera: Pentatomidae) serta parasitoid ulat
Brachimeria lasus (Hymenoptera: Chalcididae)
2. Mekanik: pemangkasan daun yang terserang oleh ulat
kantung, pemanfaatan perangkap cahaya untuk
menangkap imago jantan dari ulat kantung
3. Kimiawi: dilakukan jika populasi sudah melewati ambang
batas. Aplikasi dapat dilakukan dengan penyemprotan
secara langsung atau injeksi/infus akar. Bahan aktif yang
direkomendasikan yaitu abakmektin,
abakmektin+sipermetrin, deltametrin, diazinon,
kloramtiniliprol dll.
Sumber: doktersawit
Hama dan Penyakit pada PINANG
146
KUMBANG JANUR
Brontispa longissima (
Coleoptera: Chrysomelidae)
Deskripsi Singkat
Kepala imago berwarna orange cerah dengan warna sayap saparuh
berwarna hitam. Larva berwarna kuning kecoklatan dan tidak aktif
bergerak bahkan cenderung menghindari cahaya. Imago dan larva
ditemukan pada lipatan-lipatan daun pinang. Keduanya (imago dan larva)
lebih menyukai daun yang muda karena lebih mudah diserang. Gejala
serangan awal dari hama ini yaitu daun akan mengering berbentuk spot,
selanjutnya daun akan mengering pada seluruhnya (Gambar 2.2).
Gambar 3 Imago (a) dan larva (b) B. longissima (Foto: Mubin 2020)
Gambar 4 Serangan berat oleh B. longisiima
5 mm 5 mm
a b
Hama dan Penyakit pada PINANG
147
Rekomendasi Pengendalian
1. Kultur teknis: pemupukan, pengelolaan air, dan sanitasi kebun
untuk menunjang pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
tumbuh dengan sehat
2. Biologi: menggunakan musuh alami Tetrastichus brontispae
sebagai parasitoid larva. Parasitoid ini diketahui mampu
membunuh 10% larva instar akhir dan 60-90% pupa
Sumber: (Ditlinbun2013)
Hama dan Penyakit pada PINANG
148
KUMBANG BADAK
Oryctes rhinoceros
(Coleoptera: Scarabaeidae)
Deskripsi Singkat
Imago atau serangga dewasa yang bersayap hama ini berwarna hitam
dengan tanduk kecil di bagian ujung kepala. Larva atau serangga
pradewasa biasa disebut dengan lundi atau uret yang berwarna putih
krem berbentuk seperti huruf C. Imago akan menyerang daun yang masih
kuncup “janur” dan mengarah ke titik tumbuh. Gejala serangan yang
terlihat ketika daun sudah membuka yaitu daun terlihat seperti bekas
tergunting berbentuk huruf ‘V’. Imago betina akan meletakkan telur di
bahan organic seperti kayu lapuk atau serasah daun.
a
b
Gambar 5 Imago betina (a) dan jantan (b) O. rhinoceros (CABI)
Rekomendasi Pengendalian
1. Fisik: mengurangi kehadiran bahan organik seperti sisa
penebangan tanaman sebelumnya, serasah daun yang
menumpuk di dekat pertanaman,
Hama dan Penyakit pada PINANG
149
2. Mekanis: mengumpulkan dan memusnahkan larva yang
ditemukan di tumpukan serasah maupun pada kayu lapuk,
3. Biologis: menggunakan virus Baculovirus oryctes dan pembuatan
perangkap dengan cendawan entomopatogen (Metarrhizium
anisopliae)
4. Pemasangan perangkap feromon. Sumber: Ditlinbun (2013)
Gambar 6 Bekas serangan imago O. rhinoceros (pestnet.org)
Hama dan Penyakit pada PINANG
150
ULAT BUNGA KELAPA
Tirathaba rufivena
(Lepidoptera: Pyralidae)
Deskripsi Singkat
Hama berwarna cokelat terdapat garis memanjang pada bagian
punggung. Pupa terdapat dalam kokon yang terbuat dari benang sutera
kuning. Hama ini diketahui menyerang bunga jantan dan bunga betina
pada seludang yang baru terbuka. Larva lebih memilih bunga muda yang
masih muda karena masih lunak. Bunga yang terserang akan jatuh atau
tidak berkembang menjadi buah (Balitka 1990; Hosang 2010). Selain
bunga, larva juga menyerang buah pinang yang masih kecil (bakal buah)
dan menggerek ke dalam. Serangan hama ini menyebabkan buah muda
gugur. Gejala serangannya berupa bekas gerekan yang ditemukan pada
permukaan buah berupa faeces dan serat tanaman pinang. Untuk
menghindari predator, larva mempunyai perilaku yaitu menutupi bagian
bekas gerekan dan kotoran dengan benang-benang dari saliva larva yang
dihasilkannya.
a
b
Gambar 7 Larva (a) dan gejala serangan T. rufivena (b)
(Foto: a. Ditlinbun, b. Balitka-Manado)
Hama dan Penyakit pada PINANG
151
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: sanitasi dengan mengumpulkan bunga dan buah yang
terserang kemudian membakarnya, memotong mayang dan
membersihkan pangkal daun pinang daru pupa dan larva.
2. Biologis: pemanfaatkan musuh alami seperti lalat Tachinidae
(Argyroplax basifulva), Venturia sp. (Ichneumonidae), Apenteles
tirathabae (Braconidae), Telenemus tirathabae (Scelionidae).
Pengendalian dapat juga dengan menggunakan jamur
entomopatogen seperti jamur Beuveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae. Larva juga dapat dikendalikan dengan
nematoda entomopatogen, seperti Steinernema sp. dan
predator sejenis cecopet yaitu Exypnus pulchripenneis yang
memakan ulat (Kalshoven 1981, Rao et al. 1971, Herbison-Evans
dan Crossley 2007).
Sumber: Salim, Ditjenbun (2016)
Hama dan Penyakit pada PINANG
152
URET PUTIH/ WHITE GRUB Leucopholis burmeisteri
(Coleoptera: Scarabaeidae)
Deskripsi Singkat
Imago berwarna kecoklatan berukuran 2.5-3 cm. Larva berwarna putih
krem dengan kepala berwarna coklat kemerahan. Larva ditemukan di
serasah atau sisa tanaman (batang, pelepah dll) yang membusuk sama
halnya dengan larva kumbang badak. Larva juga seringkali ditemukan
menyerang di perakaran pohon pinang, sedangkan imago menyerang
daun pinang.
a
b
Gambar 8 Imago (a) dan larva yang ditemukan di tanah (b)
(Sumber: CABI)
Rekomendasi Pengendalian
1. Kultur teknis: pemupukan, pengelolaan air, dan sanitasi kebun
untuk menunjang pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
tumbuh dengan sehat
2. Mekanis: pengambilan larva secara langsung pada tumpukan
serasah atau batang pohon pinang yang membusuk
3. Monitoring di lapangan
Hama dan Penyakit pada PINANG
153
RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus
(Blattodea: Rhinotermitidae)
Deskripsi Singkat
Rayap ini cukup unik yaitu dicirikan dengan cairan putih susu yang akan
keluar dari ujung kepalanya ketika rayap ini terganggu. Selain spesies
rayap C. curvignathus, juga diketahui rayap Macrotermes gilvus dan
Odontotermes javanicus (Famili Termitidae) menyerang akar dan batang
pinang. Hama ini biasanya mulai menyerang bagian perakaran, kemudian
batang. Rayap memakan seluruh jaringan tanaman karena mengandung
selulosa yang merupakan sumber makanan utamanya. Tanda kehadiran
rayap ini yaitu adanya liang kembara yang terbuat dari tanah, memanjang
sebagai tempat berlindung dari sinar matahari karena sifatnya yang
kriptobiotik (tidak suka cahaya). Gejala serangan yang lebih lanjut yaitu
batang pohon akan keropos karena rayap akan memakan dari dalam.
a
b
Gambar 9 Rayap tanah C. curvignathus (a) dan gejala seranganya (b)
(Foto: a. doktersawit, b. household)
Hama dan Penyakit pada PINANG
154
Rekomendasi Pengendalian
1. Mekanis: sanitasi dengan membersihkan pelepah pohon/batang
pinang untuk mengurangi infestasi keberadaan rayap serta
monitoring kebun
2. Bongkar pohon yang terserang, karena akan menjadi pusat
sarang dari rayap tersebut
3. Kimiawi: penggunaan termitisida berbahan aktif Hexaflumuron
Hama dan Penyakit pada PINANG
155
PENYAKIT PINANG
Hama dan Penyakit pada PINANG
156
BERCAK DAUN MENGUNING
Curvularia sp.
Deskripsi Singkat
Penyebabnya adalah cendawan Curvularia sp. Gejala pada lamina daun,
terlihat bercak-bercak cokelat berdiameter 3 - 10 mm yang dikelilingi halo
berwarna kuning pada tepi bercak. Infeksi lanjut pada persemaian dapat
menyebabkan kematian bibit. Infeksi juga dapat terjadi pada tanaman
dewasa yang dapat menurunkan produksi karena luas daun yang optimal
untuk fotosintesis berkurang.
Gambar 10 A) gejala pada bibit, B) gejala pada daun dewasa, C) morfologi
cendawan pada media agar, D) konidia Curvularia sp
Hama dan Penyakit pada PINANG
157
Rekomendasi Pengendalian
1. Sanitasi lingkungan terutama pada pembibitan
2. Pemupukan berimbang
3. Menjaga kelembaban mikro lingkungan tanaman
4. Ketika serangan sudah semakin parah, dapat diaplikasikan
pestisida dengan bahan aktif azoksistrobin (azoxystrobin): 200 g/l
difenokonazol (difenoconazole): 125 g/l, klorotalonil
(chlorothalonil): 82.5 %.
Hama dan Penyakit pada PINANG
158
BERCAK DAUN/LEAF BLIGHT Pestalotia palmarum
Deskripsi Singkat
Gejala penyakit berupa bercak-bercak coklat, dimana bagian tengah
bercaknya berwarna lebih terang dibandingkan tepian bercaknya. Ukuran
bercaknya sedikit lebih besar dari bercak curvularia berkisar antara 0,5 –
1 cm. Gejala bercak coklat tersebut biasanya diikuti dengan halo
berwarna kuning. Ketikan serangan semakin parah tiap-tiap bercak akan
saling menyatu dan menyebabkan daun menjadi kering.
Gambar 11 A) gejala pada daun B) morfologi cendawan pada media agar,
D) konidia P. palmarum
Rekomendasi Pengendalian
1. Pemupukan berimbang dan penambahan pupuk KCl ditingkatkan
2. Penambahan pupuk organik
3. Pemberian pestisida ketika sudah melewati ambang ekonomi
dengan bahan aktif klorotalonil: 75 %
Hama dan Penyakit pada PINANG
159
KARAT MERAH DAUN
Cephaleuros sp.
Deskripsi Singkat
Penyebabnya adalah Cephaleuros sp. Cendawan ini menginfeksi batang
dan daun. Sehingga terlihat bercak tak beraturan pada bagian batang dan
daun yang berwarna kekuningan. Bagian tubuh buah dari cendawan
tersebut bisa dilihat dengan bantuan kaca pembesar. Patogen ini
penyebaranya akan sangat cepat melalui bantuan angin dan percikan air
hujan.
Gambar 12 A-B) gejala pada daun, C) tanda penyakit pada daun D) tubuh
buah Cephaleuros
Rekomendasi Pengendalian
1. Mengurangi naungan yang terlalu rimbun
2. Pemupukan berimbang
3. Pemberian bahan organik
Hama dan Penyakit pada PINANG
160
BUSUK AKAR/PANGKAL BATANG
Fusarium sp.
Deskripsi Singkat
Penyebabnya adalah cendawan Fusarium sp. Penyakit ini biasanya
terlihat di pembibitan dengan sistem drainase jelek. Serangan cendawan
ini mengakibatkan tanaman layu yang diawali dengan menguningnya
daun bagian bawah. Ketika infeksi berlanjut daun akan mengering secara
keseluruhan dan tanaman akan mati. Ketika pohon ditebang akan tampak
kerusakan pada pembuluh dengan menunjukan warna cokelat.
Gambar 13 A) gejala pada pohon pinang B) gejala pada daun C) morfologi
cendawan pada media agar, D) konidia dan miselium Fusarium sp.
Rekomendasi Pengendalian
1. Bibit atau tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.
Hama dan Penyakit pada PINANG
161
2. Tanah atau lubang bekas tanaman dicampur kapur dan dibiarkan
terkena sinar matahari.
3. Membuat selokan drainase dan mengatur naungan di
pembibitan perlu dilakukan untuk mengurangi kelembaban.
4. Pemberian agens hayati seperti Trichoderma spp.
5. Aplikasi fungisida jika diperlukan dengan bahan aktif
azoksistrobin (azoxystrobin): 250 g/l, mankozeb (mancozeb):
80%, tembaga oksiklorida (copper oxychloride): 85%.
Hama dan Penyakit pada PINANG
162
BUSUK BUAH Phytopthora arecae
Deskripsi Singkat
Penyebabnya adalah Phytophthora arecae. Gejala bercak basah
terlihat pada permukaan buah dekat kelopak bunga (perianth).
Bercak ini akan menyebar sehingga warna buah berubah menjadi
hijau tua. Jika bercak mencapai bagian apikal buah akan
menyebabkan buah gugur. Miselium cendawan berwarna putih
akan tumbuh pada permukaan buah terutama ketika buah sudah
jatuh.
Gambar 14 Bagian buah yang bergejala akibat infeksi Phytophthora arecae
Rekomendasi Pengendalian
1. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan fungisida copper oxychloride
2. Fitosanitasi (pembersihan) kebun. 3. Pemupukan berimbang 4. Menjaga kelembaban kebun dengan rutin memangkas naungan.
Hama dan Penyakit pada PINANG
163
BUSUK PUCUK Phytophthora arecae
Deskripsi Singkat
Penyebabnya sama dengan penyakit busuk buah, yaitu P. Arecae. Bagian
yang diserang adalah pangkal spindle. Bagian yang terinfeksi berat
warnanya berangsur menjadi kuning coklat, pucuk membusuk dengan
bau khas. Bagian terinfeksi akan berwarna cokelat dan menjadi sedikit
lunak.
Gambar 15 A-B) bagian pucuk yang bergejala C) morfologi cendawan pada
media agar D) sporangia P. arecae
Rekomendasi Pengendalian
1. Pembersihan lokasi pertanaman dari tanaman terserang akan mencegah penyebaran penyakit.
2. Membuang dan atau membakar bagian tanaman yang terserang 3. Melakukan pemupukan berimbang
Hama dan Penyakit pada PINANG
164
4. Memberikan pestisida kimia berbahan aktif difenokonazol: 250 g/l
Hama dan Penyakit pada PINANG
165
DAUN MENGUNING Yellow Leaf Disease
Deskripsi Singkat
Penyebabnya adalah Mycoplasm Like Organism (MLO). Daun yang
terserang memperlihatkan warna kekuningan dan terdapat garis-garis
nekrotik) pada lamina daun. Pertumbuhan daun akan mengecil sehingga
produksi buah menurun. Daging buah berwarna kehitaman.
Gambar 16 Gejala daun menguning akibat mikoplasma
Rekomendasi Pengendalian
1. Pengendalian dengan cara terpadu dengan pemupukan, 2. Penggunaan fungisida 2 g phorate granula per pohon 3. Fitosanitasi.
Hama dan Penyakit pada PINANG
166
BUSUK PANGKAL BATANG Ganoderma lucidum
Deskripsi Singkat
Penyebabnya adalah Ganoderma lucidum. Munculnya penyakit ini karena
kurang pemeliharaan kebun, dan drainase jelek. Tanaman yang terserang
menunjukkan gejala kekeringan yaitu daun menguning, terkulai dan
akhirnya patah. Infeksi lanjut ditunjukkan oleh gejala batang terlihat
bercak coklat tidak beraturan dan mengeluarkan cairan, dan selanjutnya
akar tanaman akan membusuk.
Gambar 17 A) Tubuh buah cendawan patogen pada pangkal batang, B) gejala
pada daun, C) tubuh buah Ganoderma lucidum, D) spora G. lucidum
Rekomendasi Pengendalian
1. Untuk menghindari penyakit tersebut perlu pengaturan sistem drainase, dan kebersihan kebun.
Hama dan Penyakit pada PINANG
167
2. Beberapa mikroorganisme antagonis seperti Trichoderma spp., Streptomyces sp. dapat menjadi agen hayati pengendalian penyakit ini.
Hama dan Penyakit pada PINANG
168
ANTRAKNOSA DAN MATI PUCUK Colletotrichum gloesporioides
Deskripsi Singkat
Penyebabnya adalah Colletotrichum gloeosporioides. Gejalanya yaitu
bercak cokelat pada daun yang diikuti halo kuning. Kemudian gejala pada
ucuk terlihat tulang daun menguning mulai ujung daun sampai ke arah
pangkal.
Gambar 18 A-B) gejala pada daun, C) morfologi cendawan Colletotrichum
gloeosporioides, D) konidia cendawan C. gloeosporioides
Rekomendasi Pengendalian
1. Pengendalian dapat dilakukan dengan fungisida Dithane 4 g/l air 2. Sanitasi lingkungan 3. Pemupukan berimbang terutama penambahan pupuk K
Hama dan Penyakit pada PINANG
169
BACTERIAL LEAF STRIPE Xanthomonas campestris
Deskripsi Singkat
Penyebabnya adalah bakteri Xanthomonas campestris pv. Arecae
yang ditunjukkan dengan gejala daun terlihat bercak bercak selebar
0.5-1.0 cm. Permukaan bagian bawah daun ditutupi oleh bakteri.
Daun yang terserang menimbulkan bercak yang tidak teratur
berwarna putih keabuan atau kekuningan.
Gambar 19 A-B) gejala pada daun, C) sel bakteri Xanthomonas campestris
D) koloni bakteri pada media agar
Rekomendasi Pengendalian
1. Penyemprotan dengan antibiotik tetracyclin 1 g/2 L air yang dilakukan setiap 2 minggu.
2. Sanitasi lingkungan 3. Pemupukan berimbang 4. Menjaga kelembaban kebun
Hama dan Penyakit pada PINANG
170
DAFTAR PUSTAKA
Bavappa KVA. 1992. Arecanut Yellow Leaf Disease. Kerala (IN): Central
Plantation Crops Research Institute.
[CABI] Leucopholis lepidophora (Areca white grub).
https://www.cabi.org/isc/datasheet/30024
[CABI]. Oryctes rhinoceros. https://www.cabi.org/isc/datasheet/37974
Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan RI]. 2013. Buku Saku: Hama
dan Penyakit Tanaman Kelapa. Direktorat Perlindungan
Perkebunan, Kementerian Pertanian RI.
Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan RI]. 2016. Tirathaba rufivena
(diunduh pada: 2020 Juni 04]. Tersedia di:
http://sinta.ditjenbun.pertanian.go.id/tirathaba-rufivena/
Dokter Sawit. Hama ulat kantung [diunduh pada: 2020 Juli 04]. Tersedia
di: https://www.doktersawit.com/hama-ulat-kantong/
Dokter Sawit. Rayap Coptotermes curvignathus [diunduh pada: 2020 Juli
04]. Tersedia di: https://www.doktersawit.com/rayap-tanda-
serangan/
Herbison-Evans, Don and Stella Crossley. 2007. Tirathaba rufivena
(Walker, 1864) Greater Coconut Spike Moth (one synonym:
Melissoblaptes rufovenalis Snellen, 1880) Gallerinaei, Pyralidae.
Hosang, MLA., 2010. Serangan Hama Bunga Kelapa Tirathaba rufivena
Walker (Lepidoptera: Pyralidae) pada Tanaman Kelapa Genjah
Salak di Kebun Percobaan Kima Atas.Buletin Palma. 39: 172 – 180.
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru Va
Hoeve, Jakarta. 701pp.
Peter KV. 2014. Integrated plant protection: arecanut [Internet].
[Diunduh 2020 Mei 7]. Tersedia pada:
http://megapib.nic.in/ipmarecanut.htm
Hama dan Penyakit pada PINANG
171
Rao VP, Ghani MA, Sauharan T and Mathur KC. 1971. A review of the
biological control of insects and other pests in South-East Asia and
Soebandrijo. 1982. Hama Tirathaba sp. di kebun induk kelapa
hibrida Pakuwon. Pembr. Litri. 7(40): 21-31
Salim. Hama-hama yang menyerang bunga dan buah kelapa (Cocos
nucifera L.) serta pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman
Palma.
Satyagopal IAS. 2014. AESA based IPM package: arecanut [Internet].
[Diunduh 2020 Mei 7]. Tersedia pada:
https://niphm.gov.in/IPMPackages/ Arecanut.pdf
TNAU Agritech Portal Crop Protection. 2015. Arecanut diseases
[Internet]. [Diunduh 2020 Mei 07]. Tersedia pada:
http://agritech.tnau.ac.in
/crop_protection/crop_prot_crop%20diseases_plantation_arecan
ut.html
Hama dan Penyakit pada PINANG
172
Biografi Penulis
173
BIOGRAFI PENULIS
Biografi Penulis
174
NADZIRUM MUBIN. Penulis merupakan
anak ke-6 dari 7 bersaudara. Lahir di Pati pada 14
April 1991. Penulis lulus dari SMA N 01 Pati pada
tahun 2009 dan pada tahun yang sama diterima
masuk ke IPB melalui jalur USMI-IPB dengan
jurusan Proteksi Tanaman. Sebelum lulus program
Sarjana, penulis mendapatkan kesempatan
mengikuti beasiswa FastTrack (S1-S2) pada tahun 2012 dan lulus
program Sarjana pada tahun 2013 dan program Magister 2014. Penulis
merupakan dosen di Departemen Proteksi Tanaman – IPB University
dengan bidang keahlian Entomologi. Penulis juga aktif mengikuti
kelembagaan seperti Perhimpunan Entomologi Indonesia (Sekretaris
Pusat 2019-2024) dan anggota ISSAAS (International Society for
Southeast Asian Agricultural Sciences) chapter Indonesia.
Biografi Penulis
175
HAGIA SOPHIA KHAIRANI. Penulis
dilahirkan di Kisaran, 24 November 1992. Penulis
menempuh pendidikan di SD Diponegoro Kisaran,
SMP Negeri 1 Kisaran, dan SMA Plus Al-Azhar
Medan. Penulis menempuh pendidikan sarjana di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun
2010-2014 melalui jalur undangan seleksi masuk
IPB (USMI) dan melanjutkan pendidikan pascasarjana di Program Studi
Fitopatologi, Insitut Pertanian Bogor pada tahun 2014-2017. Sejak tahun
2019, penulis tercatat sebagai staf dosen pada Departemen Proteksi
Tanaman IPB dengan bidang keahlian Fitopatologi. Penulis aktif di
berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Penulis
juga tergabung dalam organisasi profesi seperti Perhimpunan
Fitopatologi Indonesia dan Mikoina (Perhimpunan Peminat Ilmu
Mikologi di Indonesia).
Biografi Penulis
176
HERMANU TRIWIDODO. Penulis lahir di
Tulungagung pada 27 Januari 1957. Penulis lulus
dari Sekolah Menengah Atas Negeri 03 Malang
tahun 1975. Penulis menempuh pendidikan di
Fakultas Pertanian IPB bidang keahlian proteksi
tanaman, lulus tahun 1980. Penulis juga
menempuh pendidikan di Master of science
University of Wisconsin, Madison, USA bidang keahlian Entomologi lulus
tahun 1998. Master of Science University of Wisconsin, Madison, USA
bidang keahlian Biometrika lulus tahun 1993.Doctor of Philosophy
University of Wisconsin, Madison, USA bidang keahlian Entomologi lulus
tahun 1993. Setelah menyelesaikan study di USA, Penulis kembali ke
tanah air dan Penulis sekarang merupakan staf pengajar dari
Departemen Proteksi Tanaman – IPB University (dulunya Jurusan Hama
Penyakit Tanaman) dengan bidang keahlian Entomologi dan Biometrika
dalam Proteksi Tanaman. Disamping itu Penulis menjadi kepala Pusat
Tani Center di IPB University. Penulis juga sebagai Ketua Program Studi
S2 Pengendalian Hama Terpadu, Sekolah Pasca Sarjana IPB, 2017 –
Sekarang. Penulis juga menempati jabatan sebagai Staf Ahli Dewan
Pertimbangan Presiden, 2015-sekarang. Penulis juga Anggota Komisi
Pengabdian Masyarakat LPPM IPB, 2016 -sekarang. Selain itu Penulis
sebagai FAO advisor dalam Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) di Indonesia. Jakarta. 2013. Environment Advisor, pada Farmer
Empowerment Through Agriculture Technology Information (FEATI).
Departemen Pertanian. Jakarta. 2012-2013. Penulis juga sebagai
Anggota tim peneliti studi partisipasi publik dalam perumusan kebijakan
bioteknologi di Indonesia. Kerjasama Yayasan KEHATI, World Resource
Institute dan Pusat Kajian PHT. Tahun 2004 Penulis aktif di Klinik
Tanaman IPB, IPPHTI, dan Yayasan Tunas Tani Mandiri dan juga sebagai
Ketua umum Gerakan Petani Nusantara, 2016-sekarang.
Biografi Penulis
177
Dominggus Bandi. Lahir di Kelurahan
Kuanino – Kota Kupang – Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal, 7 Januari 1968 dari orang tua Petrus Bandi dan Hendrina Bandi – Mbuik. Domi begitulah sapaan kesehariaanya, dilahirkan sebagai sebagai putera ke 3 dari 11 bersaudara, dan dalam menjalani hidupnya lebih memilih untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. Untuk meraih pilihan itu, Ia memulainya dengan
setamat Sekolah Menengah Atas, melanjutkan studinya di Lembaga Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Kupang. Lembaga ini memfokuskan diri pada mendidik para calon pamong praja muda yang alumninya langsung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan yang digelutinya di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Kupang tersebut mengantarnya untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1989 dan memulainya kariernya sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Sumba Timur sejak tahun 1991. Pada Tahun 1992, ia melanjutkan studi Strata – 1 di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Departemen Dalam Negeri di Jakarta, tamat Tahun 2005 dan strata – 2nya di Lembaga yang sama pada tahun 1999 dan tamat tahun 2001.
Setelah tamat IIP, pada tahun 1996, Domi dipercaya sebagai
Kepala Sub Bagian Pendapatan dan Kekayaan Desa pada Bagian
Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Sumba Timur.
Kemudian setelah kembali dari studi magisternya dipercaya lagi menjadi
Kepala Sub Bagian Otonomi Daerah Pada Bagian Pemerintahan
Sekretariat Daerah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2002. Kariernya
sebagai birokrasi semakin meningkat ketika pada tahun 2005 diangkat
menjadi Camat Rindi selama 1 Tahun saja dan setelah itu kembali
ditugaskan sebagai Kepala Bagian Pemerintahan pada Sekretariat
Daerah Kabupaten Sumba Timur. Jabatan ini dijalaninya selama kurang
lebih 6 tahun dan selanjutnya pada tahun 2011 diangkat menjadi Kepala
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sumba Timur hingga
Biografi Penulis
178
tahun 2016, dan sejak 30 Desember 2016 dipercaya untuk mengemban
tugas sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Sumba Timur sampai dengan sekarang.
Biografi Penulis
179
nn