hama penyakit tanaman padi

55
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN “Hama dan Penyakit Tanaman Padi (Oryza sativa L.)” SUPIANTO 08220140003 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

Upload: supianto-anto

Post on 10-Jan-2017

313 views

Category:

Education


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hama Penyakit Tanaman Padi

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN“Hama dan Penyakit Tanaman Padi (Oryza sativa L.)”

SUPIANTO 08220140003

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2016

Page 2: Hama Penyakit Tanaman Padi

HAMA UTAMA PADA TANAMAN PADI

Page 3: Hama Penyakit Tanaman Padi

Ada empat jenis penggerek batang padi yang sering dijumpai di lapangan yaitu penggerek batang padi kuning, penggerek batang padi putih, penggerek batang padi merah jambu, dan penggerek batang padi bergaris. Jenis-jenis penggerek batang padi ini memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi, namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman serta kerusakan yang ditimbulkannya. Semua spesies penggerek batang padi dalam siklus hidupnya memiliki masa metamorphose sempurna dimulai dari fase telur, larva, pupa, dan ngengat. Fase larva adalah yang berperan menjadi hama karena dalam hidupnya memperoleh makanannya dengan cara menggerek tanaman padi dan menimbulkan kerusakan.Karakteristik penggerek batang padi kuning: 1. Kelompok telur diletakkan pada daun bagian ujung 2. Hanya seekor larva dalam satu tunas 3. Pupa berada di dalam pangkal tunas di bawah permukaan tanah 4. Tanaman inang utama adalah padi dan tanaman padi liar Perubahan kepadatan populasi penggerek batang padi kuning di lapangan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), varietas padi yang ditanam, dan musuh alami yaitu parasitoid, predator, dan patogen.

PENGGEREK BATANG PADI Nama umum: Penggerek batang kuning (Scirpophaga incertulas) Penggerek batang putih (Scirpophaga innotata) Penggerek batang bergaris (Chilo suppressalis) Dark-headed stem borer (Chilo polychysus) Penggerek batang merah jambu (Sesamia inferens)

Page 4: Hama Penyakit Tanaman Padi

Ciri-ciri dan Siklus Hidup Penggerek Batang Padi Kuning, Scirpophaga incertulas Telur 1. Jumlah telur 50 - 150 butir per kelompok. 2. Ditutupi rambut halus berwarna coklat kekuningan 3. Diletakkan malam hari (pukul 19.00 - 22.00) selama 3 - 5 malam sejak malam pertama 4. Keperidian 100 - 600 butir tiap betina 5. Stadium telur 6 - 7 hari

Larva 6. Putih kekuningan sampai kehijauan 7. Panjang maksimum 25 mm 8. Stadium larva 28 - 35 hari 9. Terdiri atas 5 - 7 instar

Pupa 10. Kekuning-kuningan atau agak putih 11. Kokon berupa selaput benang berwarna putih 12. Panjang 12 - 15 mm 13. Stadium pupa 6 - 23 hari

Imago/Ngengat 14. Ngengat jantan mempunyai bintik-bintik gelap pada sayap depan 15. Ngengat betina berwarna kuning dengan bintik hitam di bagian tengah sayap depan 16. Panjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mm 17. Ngengat aktif pada mal am hari dan tertarik cahaya 18. Jangkauan terbang dapat mencapai 6-10 km 19. Lama hidup ngengat 5 - 10 hari dengan siklus hidup 39 - 58 hari

Page 5: Hama Penyakit Tanaman Padi

Larva keluar melalui 2-3 lubang yang dibuat pada bagian bawah telur menembus permukaan daun. Larva yang baru muncul (instar 1) biasanya menuju bagian ujung daun dan menggantung dengan benang halus atau membuat tabung kecil, terayun oleh angin dan jatuh kebagian tanaman lain atau permukaan air. Larva kemudian bergerak ke tanaman melalui celah antara pelepah dan batang. Selama hidupnya larva dapat berpindah dari satu tunas ke tunas lainnya dengan cara membuat gulungan ujung daun, menjatuhkan diri ke permukaan air dan memencar ke rumpun yang lain. Larva instar akhir tinggal di dalam batang sampai stadium pupa. Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar pada pangkal batang dekat permukaan air atau tanah, yang ditutupi membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago. Disebut penggerek batang padi kuning karena imago atau kupunya berwarna kuning.

Page 6: Hama Penyakit Tanaman Padi

Ciri-ciri dan Siklus Hidup Penggerek Batang Padi Putih, Scirpophaga innotata Telur Jumlah telur 170 - 260 butir/kelompok Diletakkan dipermukaan atas daun atau pelepah Mirip telur penggerek batang padi kuning Ditutupi rambut halus, berwarna coklat kekuning-kuningan Stadium telur 4 - 9 hari

Larva Mirip larva penggerek batang padi kuning Panjang maksimal 21 mm Putih kekuningan Stadium larva 19 - 31 hari (kalau mengalami diapause dapat berlangsung 3 bulan)

Pupa Stadium pupa 6 - 12 hari

Imago/Ngengat Warna putih Panjang betina 13 mm dan jantan 11 mm Tertarik cahaya

Karakteristik Penggerek Batang Padi Putih: Kelompok telur, larva, dan pupa mirip penggerek batang padi kuning Larva mampu berdiapause selama musim kemarau di dalam pangkal batang singgang/tunggul Masa terbang ngengat pada awal musim hujan terjadi hampir bersamaan Tanaman inang adalah padi, padi liar, beberapa jenis rumput dan tebu Dinamika populasi penggerek batang padi putih sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan terutama faktor iklim (curah hujan), irigasi, dan musuh alami.

Page 7: Hama Penyakit Tanaman Padi

Ciri-ciri dan Siklus Hidup Penggerek Batang Padi Bergaris Chilo suppressalis Telur Jumlah telur 20 - 150 butir/kelompok Diletakkan di permukaan bawah daun bagian pangkal atau pelepah Seperti sisik Warna putih, tidak ditutupi rambut Stadium telur 4 - 7 hari Larva Warna abu-abu , kepala coklat dengan 5 garis coklat sepanjang tubuhnya Panjang maksimal 26 mm Beberapa larva dalam tiap tunas Stadium larva 33 hari Pupa Coklat tua Stadium pupa 6 hari Imago/Ngengat Kepala berwarna coklat muda Warna sayap depan coklat tua Vena sayap nampak jelas Panjang 1,3 mm

Tanaman inang penggerek batang padi bergaris terutama adalah padi, padi liar, jagung, dan beberapa jenis rumput.

Page 8: Hama Penyakit Tanaman Padi

Ciri-ciri dan Siklus Penggerek Batang Padi Merah Jambu Sesamia inferens Telur Dalam barisan, mirip manik-manik, diantara pelepah daun batang padi 2-3 baris/kelompok 30-100 butir/kelompok Tidak tertutup sisik Stadium telur 6 hari Larva Kepala merah jambu Panjang maksimal 35 mm Beberapa larva tiap tunas Stadium larva 28-56 hari Pupa Coklat tua Panjang 18 mm Pada pelepah atau batang Stadium pupa 8 - 11 hari Imago Coklat Sayap depan bergaris coklat tua memanjang Sayap belakang putih Panjang 14-17 mm Kurang tertarik cahaya Siklus hidup berlangsung 46 - 83. Hama ini bersifat polifag dan dapat hidup pada tanaman inang: padi, tebu, jagung, sorghum, padi liar, Panicum sp. dan Paspalum sp.

Page 9: Hama Penyakit Tanaman Padi

Gejala Kerusakan Tanaman Padi

Pada tanaman muda (fase vegetative), larva memotong bagian tengah anakan menyebabkan pucuk layu, berubah warna menjadi coklat, kering mati. Disebut sundep.

Faktor Pendukung Serangan Penggerek Batang Padi Ratun tanaman dan sisa jerami

Pengendalian hama penggerek batang padi Pengaturan Pola Tanam Dilakukan penanaman serentak, sehingga tersedianya sumber makanan bagi penggerek batang padi dapat dibatasi. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi sehingga dapat memutus siklus hidup hama. Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk memudahkan upaya pengumpulan telur penggerek secara masal. Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi. 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama. Dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya.

Bila kerusakan terjadi pada fase generative (setelah gabah terbentuk) maka malai berubah warna menjadi putih dan hampa. Disebut beluk.

Page 10: Hama Penyakit Tanaman Padi

Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik Cara fisik Penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen Singkal dan penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian dan di pertanaman, serta penangkapan ngengat dengan menggunakan lampu perangkap (light trap).

Page 11: Hama Penyakit Tanaman Padi

Pengendalian Hayati, Dengan Pemanfaatan Musuh Alami Baik Parasitoid, Predator Maupun Pathogen. Pengendalian Secara Kimiawi Pengendalian dilakukan berdasarkan populasi ngengat: Ambang kendali 1 ekor ngengat yang terpantau pada light trap Semprot pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat 1 ekor ngengat hidup 5 hari = 5 kel telur x 150 ulat = 750 ulat 1 ulat makan 6 tanaman : 750 x 6 = 4500 tanaman rusak Jadi dari 1 ekor ngengat bisa merusak 4500 tanaman padi

Apabila diperlukan sebagai alternatif pada fase vegetatif penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat ditemukan kelompok telur rata-rata 1 kelompok telur/ m2 atau intensitas serangan rata-rata 5%. Pengendalian dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan insektisida berbahan aktif fipronil (contoh: Regent 0.3 GR, yang digunakan untuk pengendalian penggerek batang fase vegetatif), dengan cara aplikasi seperti berikut:

Sedangkan untuk pengendalian penggereka batang pada fase generatif dapat menggunakan Regent 50 SC dengan dosis 500 ml per hektar. Catatan: Tidak mengaplikasikan insektisida bersepektum luas (misalnya methyl parathion) untuk melestarikan musuh alami.

Page 12: Hama Penyakit Tanaman Padi

WERENG COKLAT Wereng coklat selain berperan sebagai hama yang merusak secara langsung tanaman padi dengan mengisap cairan tanaman, juga merupakan vektor penular penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Akibat serangan wereng coklat sangat dirasakan karena menimbulkan kerugian yang cukup besar dan juga sulit dikendalikan. Wereng coklat dianggap sebagai hama utama tanaman padi, karena merupakan hama yang mampu beradaptasi dengan cepat pada berbagai lingkungan. Hal ini terbukti wereng coklat mampu membentuk biotipe atau populasi baru yang mampu mengatasi sifat ketahanan tanaman dan resisten terhadap insektisida dalam waktu yang cukup singkat.

Sifat ini menyebabkan sering timbul ledakan populasi yang mengakibatkan menurunnya produksi padi nasional secara drastis. Wereng coklat berkembang biak sangat tinggi. Serangga dewasa mampu menghasilkan sampai 600 butir telor. Siklus hidup sekitar 28 hari, stadium telur sekitar 8 hari, nimfa 18 hari, dewasa sekitar 10 hari. Laju perkembang biakan pada varietas rentan pada lingkungan yang optimum dalam satu musim tanam dapat mencapai 500 kali dari populasi generasi awal. Wereng coklat menyerang tanaman pada bagian batang atau pelepah daun padi.

Page 13: Hama Penyakit Tanaman Padi

Morfologi Wereng Coklat Serangga dewasa membentuk sayap panjang dan sayap pendek. Telur diletakkan di dalam pelepah daun atau tulang-tulang daun. Bentuk kelompok telur seperti sisiran pisang dan menetas dalam waktu 7 – 9 hari menjadi nimfa. Nimfa wereng coklat terdapat 5 instar. Periode nimfa 13 – 15 hari.

Wereng coklat bersayap pendek

Wereng coklat bersayap panjang

Siklus Hidup Wereng Coklat

Page 14: Hama Penyakit Tanaman Padi

Gejala Serangan Wereng Coklat Akibat serangan wereng coklat, daun dan batang tanaman menjadi berwarna kuning, kemudian berwarna coklat, dan akhirnya seluruh tanaman mengering seperti disiram air panas (hopperburn). Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa dan kerdil rumput. Tanaman yang terkena virus kerdil hampa menjadi kerdil, bagian daun seperti terpuntir, pendek, kaku dan berlekuk-lekuk, anakan bercabang dan malai hampa. Tanaman yang terkena virus kerdil rumput menjadi kerdil, beranakan banyak, daun menjadi pendek dan tidak keluar malai.

Faktor Yang Mendukung Perkembangan Wereng Coklat: Pertanaman padi diairi terus-menerus Naungan dan kelembapan tinggi Kanopi tanaman padi rapat. Penggunaan pupuk nitrogen berlebihan. Penyemprotan insektisida pada awal musim tanam.

Page 15: Hama Penyakit Tanaman Padi

Fase Tanaman Muda Sampai Tanaman Menjelang Panen Tanam secara serempak varietas tahan wereng coklat dengan system legowo dan hindari menanam varietas rentan. Amankan tanaman muda yang ada (gerakan pengendalian secara serempak/berjamaah). Pengamatan intensive terutama terhadap populasi wereng coklat pada tanaman muda. Manfaatkan musuh alami/agens hayati dari awal Sanitasi selektif/eradikasi tanaman yang terserang wereng coklat berat dan tanaman bergejala penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Seringkali aplikasi insektisida tidak efektif dan tidak efisien disebabkan aplikasi insektisida sudah terlambat yaitu dilakukan pada saat populasi sudah terlampau tinggi, kesalahan memilih insektisida dan teknik aplikasi. Semprot dengan insektisida berbahan aktif fipronil pada tanaman muda secara tepat, pada saat populasi lebih dari 3 ekor per rumpun pada tanaman berumur kurang dari 40 HST, atau pada saat populasi lebih dari 5 ekor per rumpun pada saat tanaman berumur lebih dari 40 HST. Pemakaian insktisida berbahan aktif fipronil (contoh: Regent 80 WG) dilakukan dengan cara aplikasi berikut:

Contoh: - Apabila populasi wereng coklat tinggi maka tambahkan buprofezin (Aplaud). -Ambang kendali wereng coklat adalah 1 ekor per rumpun apabila ditemukan gejala kerdil rumput dan kerdil hampa.

Pengendalian Wereng Coklat Pra tanam dan Persemaian Persiapan benih bermutu, bersertifikat, varietas tahan wereng coklat (Ciherang, Mekongga, Inpari 3, Inpari 6, Inpari 13). Eradikasi/sanitasi lingkungan dari sisa tanaman yang terserang wereng coklat, kerdil hampa, dan kerdil rumput. Tebar benih/pesemaian setelah keadaan lingkungan bersih dari sumber penularan wereng coklat, kerdil hampa dan kerdil rumput. Amati adanya wereng imigran dengan lampu perangkap, bila ada populasi imigran, buat pesemaian 15 hari setelah terjadinya puncak imigran pertama atau 15 hari setelah puncak imigran yang ke dua. Lakukan penanaman secara serempak. Pengamatan populasi wereng coklat sejak awal di pesemaian. Manfaatkan musuh alami/agens hayati dari awal.

Page 16: Hama Penyakit Tanaman Padi

Pelestarian Musuh Alami Wereng Coklat Banyak musuh alami wereng coklat yang cukup efektif menekan perkembangan populasi wereng coklat antara lain jenis laba-laba, kumbang Coccinelid, Ophionea, dan Paederus, kepik Cyrtorhinus, predator yang hidup di air, parasit telur seperti Anagrus, Oligosita, dan Gonatocerus, parasite nimfa dan dewasa antara lain Elenchus, dan Pseudogonatopus, dan jamur pathogen serangga seperti Beauveria dan Metharhizium. Penyemprotan insektisida perlu dilakukan dengan tepat dan saat dibutuhkan untuk mencegah terbunuhnya musuh alami.

Page 17: Hama Penyakit Tanaman Padi

WERENG HIJAU Spesies: Nephotettix virescens N. nigropictus N. malayanus N. Cincticeps

Wereng hijau merusak tanaman terutama pada fase pembibitan sampai fase pembentukan malai. Nimfa dan dewasa hama ini merusak tanaman dengan mengekstraksi cairan tanaman dengan mulut berbentuk jarum. Wereng hijau dapat menularkan virus dan penyakit seperti mycoplasma pada tanaman padi seperti tungro dan kerdil kuning. Terdapat dua spesies (Nephotettix malayanus dan N. virescens) penting yang menyebarkan tungro. Jika tungro tidak menjadi masalah, maka pengendalian tidak diperlukan dan sebaliknya.

Gejala Penularan Wereng Hijau: Tertular penyakit virus seperti tungro, kerdil kuning, daun kuning-oranye/yellow-orange leaf yang menyebabkan tanaman padi menguning sementara (transitory yellowing) Tanaman kerdil dan vigor menurun Jumlah anakan produktif sedikit Tanaman layu atau mengering

Faktor Yang Mendukung Perkembangan Wereng Hijau:

Adanya rumput dekat saluran irigasi dan tanggul/galengan. Ratun tanam padi. Curah hujan rendah dan suhu tinggi. Lingkungan tadah hujan dan irigasi lahan basah. Penggunaan pupuk nitrogen berlebihan

Page 18: Hama Penyakit Tanaman Padi

Pengendalian Wereng Hijau: Penggunaan varietas tahan wereng hijau dan tahan tungro. Kurangi indeks pertanaman padi menjadi dua kali pertahun dan tanaman serempak dalam satu hamparan untuk mengurangi populasi wereng hijau dan serangga vektor lainnya. Tanam lebih awal, terutama pada kemarau, untuk mengurangi resiko penyakit yang ditularkan oleh vektor-serangga. Hindari penanam selama puncak populasi wereng hijau (dapat diketahui dari catatan historis) untuk menghindari serangan. Perangkap cahaya dapat digunakan untuk mengetahui populasi wereng hijau. Gunakan pupuk nitrogen sesuai kebutuhan tanaman (berdasarkan pada bagan warna daun – BWD). Kendalikan gulma, baik di sawah maupun pematang, untuk memusnahkan rumput inang wereng hijau dan meningkatkan vigor tanaman. Rotasi tanaman dengan tanaman bukan padi selama musim kemarau untuk mengurangi inang alternatif penyakit. Aplikasi insektisida diperlukan jika terdapat lebih dari 5 ekor wereng hijau per rumpun. Namun jika ada tungro, walaupun ada dua wereng hijau per rumpun dapat merusak pertanaman padi. Penggunaan insektisida harus mempertimbangkan resiko terhadap kesehatan dan lingkungan. Beberapa insektisida yang efektif, terutama yang berbahan aktif BPMC, buprofezin, etofenfroks, imidakloropid, karbofuran, MIPC, pimetrozin, tiametoksam.

KEONG MAS Keong Mas atau Siput Murbei (Pomacea canaliculata Lamark) adalah siput air tawar yang menyerang tanaman padi di bawah umur 15 HST. Rumah keong mas berbentuk bundar atau setengah bundar berukuran bias mencapai 10 cm, memiliki 4-5 putaran kanal yang dangkal. Sebagai binatang pendatang, keong mas mudah dibedakan dengan keong lokal dari bentuk maupun ukuran rumah siput dan warna kelompok telur. Warna rumah siput keong mas umumnya berwarna coklat sampai kuning muda tergantung tempat berkembangnya, keong lokal atau keong gondang berwarna kecoklatan. Kelompok telur keong mas berwarna merah muda yang diletakan di atas permukaan air, sedangkan telur keong gondang berwarna putih yang diletakan di bibir permukaan air.

Page 19: Hama Penyakit Tanaman Padi

Siklus Hidup Keong Mas Siklus hidup keong mas tergantung pada lingkungannya yaitu ketersediaan air dan makanan, temperature, dan hujan. Pada lingkungan dengan makanan dan air yang cukup, temperature yang tinggi siklus hidup keong mas sekitar tiga bulan, selalu aktif dan bertelur sepanjang waktu. Keong mas berukuran 2,5 cm sudah mulai bertelur, setelah dua kali bertelur ukuran keong bertambah besar. Keong mas mampu bertahan hidup 2-6 tahun. Telur diletakkan berkelompok di atas permukaan air pada batang tanaman, ranting, pematang, dinding saluran irigasi, ajir bambu, menyerupai buah murbai sehingga disebut siput murbai. Seekor keong mas dalam waktu satu bulan dapat menghasilkan 15 kelompok telur. Satu kelompok telur keong mas bisa mencapai ratusan butir, sedangkan satu kelompok telur keong gondang hanya berkisar 15-35 butir. Pada umumnya telur berwarna merah muda dan menjadi berwarna lebih muda menjelang menetas. Tiap kelompok telur berisi 235 sampai 860 butir. Telur menetas setelah berumur 8 - 14 hari.

KEONG MAS Keong Mas atau Siput Murbei (Pomacea canaliculata Lamark) adalah siput air tawar yang menyerang tanaman padi di bawah umur 15 HST. Rumah keong mas berbentuk bundar atau setengah bundar berukuran bias mencapai 10 cm, memiliki 4-5 putaran kanal yang dangkal. Sebagai binatang pendatang, keong mas mudah dibedakan dengan keong lokal dari bentuk maupun ukuran rumah siput dan warna kelompok telur. Warna rumah siput keong mas umumnya berwarna coklat sampai kuning muda tergantung tempat berkembangnya, keong lokal atau keong gondang berwarna kecoklatan. Kelompok telur keong mas berwarna merah muda yang diletakan di atas permukaan air, sedangkan telur keong gondang berwarna putih yang diletakan di bibir permukaan air.

Page 20: Hama Penyakit Tanaman Padi

Pengendalian keong mas Tanaman padi yang rentan terhadap serangan keong mas adalah dari fase pesemaian sampai 30 hari setelah tanam pindah. Secara mekanis; dilakukan secara terus menerus Mengumpulkan keong mas dan telurnya kemudian dimusnahkan. Memasang ajir untuk sebagai tempat berkumpulnya kelompok telur, kemudian kelompok telur tersebut dimusnahkan. Buat caren (parit kecil) atau saluran air untuk memudahkan mengambil keong mas, berikan daun pepaya sebagai umpan untuk menumpulkan keong emas dalam caren. Menggembalakan 200 ekor bebek/ha di lahan sawah dua hari sebelum tanam selama 8 jam/hari dapat menekan populasi keong mas hingga 80%. `Gambar. Pengendalian keong dengan itik Secara budidaya: Sebar benih lebih banyak untuk persiapan menyulam. Tanam bibit lebih tua pada daerah yang banyak keong mas. Tidak menggenangi sampai 7 HST. Keong mas lebih aktif dan lebih rakus makan jika air di sawah sama dengan tinggi rumah keong oleh karena itu pengairan perlu diatur dan sebaiknya sawah tidak diairi selama 7 – 10 HST. Pupuk dasar (terutama urea) diberikan 1 hari sebelum tanam. Kulit keong mas yang terkena pupuk dapat menyebabkan iritasi sehingga mengurangi kerakusan makan dan keong mati karena banyak mengeluarkan lendir. Pemberian saponin dengan dosis 20 kg/ha.

Page 21: Hama Penyakit Tanaman Padi
Page 22: Hama Penyakit Tanaman Padi

TIKUS SAWAH Tikus sawah Rattus argentiventer merupakan hama utama tanaman padi yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi dari mulai di pesemaian sampai panen, bahkan sampai pada penyimpanan. Kerusakan yang ditimbulkannya dapat menyebabkan kehilangan hasil 30-50%. Tikus sawah lebih menyukai tanaman padi yang sedang bunting, sehingga menimbulkan kerusakan yang paling tinggi.

Karakteristik Tikus Sawah: Makan pada malam hari, dan aktivitas tinggi pada senja hari dan saat fajar. Memiliki penglihatan yang buruk, tetapi sensitif terhadap gerakan, bau, rasa, dan sentuhan. Memakan berbagai macam makanan dan terus mempertajam gigi. Memiliki neophobia atau sifat takut sementara terhadap sesuatu yang asing seperti makanan baru. Perenang dan pendaki yang baik dan dapat melakukan perjalanan jarak jauh. Tikus memiliki kumis yang pajang dan ekor kewaspadaan untuk membimbing dalam perjalanan. Dapat menjadi kanibalisme pada saat makanan langka.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus Dapat menimbulkan kerusakan langsung pada tanaman padi disemua fase pertumbuhan, memotong seluruh anakan dan memanjat anakan untuk memotong malai tanaman padi. Memakan benih yang disimpan di gudang. apat menularkan penyakit ke manusia seperti penyakit pes, demam gigitan tikus (rat-bite), tipus, salmonella, dan leptospirosis.

Page 23: Hama Penyakit Tanaman Padi
Page 24: Hama Penyakit Tanaman Padi

Permasalahan Di Lapangan: Pengendalian tikus di tingkat petani umumnya dilakukan setelah terjadi serangan berat (penanganan terlambat). Sering terjadi ledakan populasi tikus dan tidak diantisipasi sebelumnya sehingga menimbulkan kerugian besar (monitoring lemah). Dianggap biasa sehingga kurang/tidak memiliki sarana pengendalian. Organisasi/kelompok tani lemah sehingga sulit dikoordinir untuk pelaksanaan pengendalian intensif berkelanjutan. Persepsi tentang hama tikus (kendala social-budaya) Pemahaman eko-biologi tikus dan penerapan PHTT belum sepenuhnya dipahami.

Page 25: Hama Penyakit Tanaman Padi

Teknologi Pengendalian 1. Tanam dan panen serempak

Dalam satu hamparan, usahakan selisih waktu tanam tidak lebih dari 2 minggu, dengan tujuan membatasi ketersediaan pakan bagi tikus sawah, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan secara terus menerus.

2. Gropyok masal Menangkap atau membunuh tikus dengan menjaring, menggali sarang, memburu tikus dan cara-cara lain yang dilakukan bersama-sama serta focus pada habitat utama (tanggul iirgasi, pematang besar, tanggul jalan, tepi kampung).

Page 26: Hama Penyakit Tanaman Padi

3. Sanitasi habitat Sanitasi lingkungan dan manipulasi habitat bertujuan untuk menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak menguntungkan bagi kehidupan dan perkembangbiakan tikus. Habitat tikus sawah: Tanggul irigasi Pematang sawah (disarankan dilakukan minimalisasi ukuran pematang (<30 cm) agar tidak digunakan sebagai tempat berlindung dan bersarang tikus Semak belukar Pekarangan dekat sawah Lahan kosong dekat sawah Tanggul jalan/jalan desa

Page 27: Hama Penyakit Tanaman Padi

4. Fumigasi/pengemposan Fumigasi dengan asap belerang dilakukan selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadia generative padi. Agar tikus lebih cepat mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi, dan sarang tidak perlu dibongkar.

Page 28: Hama Penyakit Tanaman Padi

TBS (Trap Barrier System) Atau Sistem Bubu Perangkap Terdiri Atas:

Tanaman perangkap yaitu padi yang ditanam 3 minggu lebih awal untuk menarik tikus dari sekitarnya. Petakan TBS berukuran 25 m x 25 m dikelilingi pagar plastik. Pagar plastik atau terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu dan bagian bawahnya harus terendam air, agar tikus tidak mampu menerobosnya. Bubu perangkap dipasang pada setiap sisi dalam TBS (menghadap keluar), dibuat dari ram kawat dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm.

Page 29: Hama Penyakit Tanaman Padi

6. Penerapan LTBS Sistem Bubu Perangkap Linier (LTBS) berupa bentangan pagar plastik setinggi 50-60 cm, dengan panjang minimal 100m. Bubu perangkap dipasang setiap jarak 20 m pada LTBS dengan menghadap arah secara berselang-seling sehingga mampu menangkap tikus dari dua arah. LTBS dianjurkan dipasang pada perbatasan antar sawah dengan habitat utama tikus seperti, sepanjang tepi kampung, tanggul irigasi, tanggul jalan/pematang besar. LTBS dirancang berdasarkan pola pergerakan tikus sawah, sehingga tidak memerlukan bahan umpan atau tanaman perangkap.

Page 30: Hama Penyakit Tanaman Padi

7. Rodentisida Rodentisida hanya digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi. Aplikasi rodentisida yang baik adalah setelah panen hingga menjelang tanam berikutnya (sebelum ada tanaman). Umpan ditempatkan di habita utama sumber populasi tikus dan harus sesuai anjuran. Salah satu rodentisida yang bisa digunakan adalah yang memiliki bahan aktif flocoumafen (contoh: Storm 0.005 BB).

ULAT GRAYAK (ARMY WORM) Ada tiga nama spesies ulat grayak yang menyerang tanaman padi di Asia. Rice swarming caterpillar (Spodoptera mauritia (Boisduval)) Common cutworm (Spodoptera litura F.) Rice ear-cutting caterpillar (Mythimna separata (Walker)) Ulat grayak memakan daun padi juga memotong bibit muda dari pangkal tanaman atau pangkal malai. Ulat grayak makan di bagian aras kanopi padi pada saat cuaca berawan atau malam hari. Ulat grayak betina bertelur 800-1.000 butir setiap minggu. Sifat penyerangan ulat grayak: Memakan sampai ke ujung daun atau sepanjang tepi daun Memakan keseluruhan daun, hanya meninggalkan tulang daun Meninggalkan daun dan tanaman yang berlubang Memotong batang atau pangkal tanaman Memotong malai padi dari pangkalnya

Page 31: Hama Penyakit Tanaman Padi

Faktor Yang Mendukung Serangan Ulat Grayak: Adanya inang alternatif. Periode kekeringan yang diikuti oleh hujan lebat Pertanaman padi di lahan kering dan sawah Pengendalian ulat grayak: Menggenangi pertanaman padi untuk menekan populasi karena ulat tidak dapat bertahan pada air yang tergenang. Pembibitan jauh dan bebas dari gulma. Mengendalikan gulma di luar dan di dalam sawah. Mempertahankan musuh alami ulat grayak (misalnya tawon dan laba-laba) Tidak menggunakan insektisida. Gali lubang atau parit sebagai tempat bagi ulat grayak berlindung dari sinar matahari, larva dapat dengan mudah berkumpul pada lubang tersebut. Parit penuh-abu juga dapat berfungsi sebagai penghalang ulat grayak keluar dari persemaian selama outbreak. Tempatkan ranting di sekeliling sawah sebagai tempat bagi ulat grayak untuk berkumpul. Penggunaan insektisida kimia harus menjadi pilihan terakhir untuk mengendalikan ulat grayak. Pilihan insektisida bergantung pada ketersediaan peralatan aplikasi, biaya insektisida, adanya ikan di sawah (minipadi), atau perlunya melestarikan musuh alami. Penggunaan insektisida ini dapat mengganggu pengendalian secara biologis sehingga dapat mengakibatkan resugensi Adan outbreak hama. Bila diperlukan gunakan insektisida yang berbahan aktif etofenproks (contoh: Trebon) atau bahan aktif MIPC (contoh: Mipcin, Sidacin).

Page 32: Hama Penyakit Tanaman Padi

HAMA PUTIH PALSU Nama umum lainnya : Rice leaf roller, Grass Leaf roller Serangga dewasa penggulung daun (cnaphalocrocis medinalis) adalah ngengat berwarna kuning-coklat. Ngengat betina dapat meletakkan 300an telur setiap malam selama hidupnya antara 3-10 hari. Larva membentuk ruang makan pelindung bersama-sama dengan melipat helaian daun dan merekatnya dengan helaian sutra dan feed jaringan daun

Gejala Serangan Hama Putih Palsu: Garis-garing longitudinal berwarna keputihan dan transparan pada daun rusak Daun terlipat tubular Ujung daun adakalanya diikat ke bagian basal daun Pertanaman yang terserang berat terlihat seperti terbakar dengan banyak daun terlipat.

Page 33: Hama Penyakit Tanaman Padi

Faktor Pendukung Serangan Hama Putih Palsu: Pemupukan dengan takaran tinggi. Kelembaban tinggi dan tanaman ternaungi Gulma rumput yang tumbuh di dalam dan sekitar sawah. Sawah bukaan baru dengan sistem irigasi dan tumpang sari

Pengendalian Hama Putih Palsu : Larva yang mati yang terinfeksi virus tergantung pada daun dikumpulkan dan dimusnahkan dalam air, kemudian disemprotkan pada tanaman untuk menyebar virus ke ulat lain. Rotasi tanaman padi dengan palawija atau tanaman lainnya atau lahan diberakan. Menghilangkan ratun. Lahan digenangi dan diolah setelah panen. Memusnahkan gulma rumput di sawah dan galengan. Mengurangi kepadatan tanaman. Menggunakan pupuk berimbang. Hati-hati menyobek benang sutra pada daun yang terlipat dan musnahkan ulat di dalamnya. Tidak menjatuhkan ulat hidup ke air irigasi. Ulat dapat diberikan ke ayam atau bebek, atau di buat kompos. Ulat yang sudah kering dapat menjadi pakan ikan. Pengendalian biologi : tumbuhan parasit, kumbang predator, laba-laba, dan jangkrik predator (Anaxipha sp.) dapat menyerang ulat hama putih palsu. Penggunaan insektisida (bila diperlukan) berbahan aktif fipronil, karbofuran (contoh: furadan), bensultap (contoh; Bancol), BPMC (contoh; Baycarb, Hopcin), dimehipo (contoh: Spontan, Eto, Manuver), etofenproks (contoh: Trebon), flubendiamida (contoh; Takumi), imidakloprid (contoh: Confidor, Avidor), klorantraniliprol (contoh: Prevaton), MIPC (contoh: Mipcin, Sidacin), monosultap (contoh: Trisula), profurit spinosad, spinoteram, tiometoksam+kloranranilipro; Tidak menggunakan insektisida sampai tanaman berumur 30 hari setelah tanam pindah atau 40 hari sesudah sebar benih. Tanaman padi yang terserang pada fase ini dapat pulih apabila air dan pupuk dikelola dengan baik.

Page 34: Hama Penyakit Tanaman Padi

WALANG SANGIT (Rice bug) Nama Umum lain : Rice Seed bug Genus Leptocorisa memiliki beberapa spesies walang sangit antara lain : Leptocorisa oratorius (F) Leptocorisa ocuta (Thunberg)

Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu, serangga akan mengeluarkan bau. Selain sebagai mekanisme pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga digunakan untuk menarik walang sangit lain dari spesies yang sama. Walang sangit merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulknanya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa.

Page 35: Hama Penyakit Tanaman Padi

Gejala Serangan walang sangit : Gabah kecil dan menciut Gabah cacat atau spotty grains Gabah hampa Muai tegak Faktor yang mendukung perkembangan walang sangit : Tanam padi begiliran/tidak serempak Areal pertanaman padi dekat dengan hutan dengan area rumput yang luas. Rumput liar terdapat di dekat kanal. Langit mendung dan sering hujan gerimis.

Pengendalian Walang Sangit: Sanitasi : musnahkan gulma di areal pertanaman dan cegah perkembangan walang sangit selama periode bera. Tanam serentak : ratakan lahan agar pertumbuhan tanaman padi seragam Pengendalian mekanik : pada saat populasi rendah, walang sangit ditangkap dengan jaring pada pagi atau sore hari, tetapi memerlukan banyak tenaga kerja. Pengendalian biologi : beberapa tabuhan, belalang dan laba-laba menyerang walang sangit atau telurnya. Penggunaan insektisida dapat mengganggu pengendalian biologi, yang mengakibatkan resurgensi hama. Laba-laba, kumbang coccinellid, dan capung merupakan pemangsa wang sangit dewasa dan nimfa. Pengendalian kimia : lakukan pengamatan sejak fase pra-pembungaan sampai fase pemasakan gabah (hard dough stage). Pengendalian dengan insektisida kimia diperlukan jika terdapat lebih dari 10 walang sangit per 20 rumpun tanaman. Bsa menggunakan insektisida yang berbahan aktif BPMC (Baycarb) atau etofenproks (contoh: Trebon).

Page 36: Hama Penyakit Tanaman Padi

PENYAKIT UTAMA TANAMAN PADI

Page 37: Hama Penyakit Tanaman Padi

HAWAR DAUN BAKTERI Patogen penyebab hawar daun bakteri: Xanthomnas oryzae pv. Oryzae Gejala penyakit ini dapat dijumpai baik pada fase bibit maupun tanaman dewasa. Patogen memasuki jaringan daun melalui lubang alami (pori-pori air di hydathode atau stomata pada helai daun, retakan pertumbuhan, dan daun atau akar yang luka). Setelah masuk jaringan daun, bakteri berkembang biak di epitheme, dalam pembuluh yang terbuka. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis. Pada kondisi multiplikasi bakteri cukup, bakteri merusak sistem pembuluh dan beberapa cairan keluar dari pori air. Penyakit hawar daun bakteri dijumpai sejak tahun 50-an pada semua ekosistem padi.

Page 38: Hama Penyakit Tanaman Padi

Gejala Hawar Daun Bakteri Pada persemaian, daun yang terinfeksi berubah warna menjadi hijau keabu-abuan dan menggulung. Jika penyakit berkembang, daun berubah warna menjadi kuning jerami dan kemudian layu (gejala kresek). Pada tanaman yang lebih tua, luka biasanya berkembang sebagai rembesan air hingga bergaris berwarna oranye-kuning pada helaian daun atau pada ujung daun atau pada bagian daun yang terluka secara mekanik. Luka memiliki tepi yang bergelombang dan berkembang ke arah dasar daun. Pada luka yang masih muda, cairan bakteri menyerupai tetesan embun berwarna susu yang dapat diamati pada pagi hari. Luka yang sudah tua, berubah warna dari kuning menjadi putih keabu-abuan dengan bintik hitam. Pada daun yang terinfeksi berat, luka dapat meluas ke pelepah daun. Malai steril dan hampa, tetapi tidak kerdil. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen

Cairan Bakteri

Menyerupai Embun

Cairan bakteri yang mengering

Page 39: Hama Penyakit Tanaman Padi

Cara Cepat Mendiagnosis Hawar Dan Bakteri Di Lapangan Memotong lesi/luka yang masih muda dan tempatkan dalam wadah kaca transparan dengan air jernih. Setelah beberapa menit, hadapkan wadah ke cahaya dan lihat exuding cairan keruh dari ujung potongan daun. Eksudat keruh tersebut terdiri atas bakteri menular yang dipancarkan dari ujung potongan daun yang terinfeksi. Untuk membedakan gejala kresek dari kerusakan penggerek batang, pencet ujung bawah bibit yang terinfeksi dengan jari. Cairan bakteri berwarna kekuningan akan keluar dari ujung daun yang terpotong sebagai ciri khas gejala kresek.

FAktor-faktor Yang Mendukung Perkembangan Hawar Daun Bakteri Ketahanan varietas padi yang ditanam, pada varietas rentan perkembangan penyakit berlangsung cepat. Suhu 25 – 300 C. Kelembaban tinggi. Angin kencang dan hujan lebat secara terus menerus. Pemupukan nitrogen tinggi, tanaman yang dipupuk N tinggi lebih rentan, dan tanaman dipupuk K lebih tahan. Lahan tergenang. Sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermitten). Adanya inang alternative seperti gulma, tunggul jerami yang terinfeksi, ratun. Adanya bakteri pada pertanaman padi dan saluran irigasi.

Sifat Pathogen Hawar Daun Bakteri Memiliki banyak patotipe/strain. Berkembang cepat. Patogen mudah berubah patotipe dari waktu ke waktu, sehingga pengendalian dengan varietas tahan menjadi sulit. Bersifat spesifik lokasi, tahan di suatu tempat tetapi tidak tahan di tempat lain, bergantung pada keadaan patotipe. Tahan pada suatu musim dan rentan di musim lain, karena perubahan komposisi dan dominasi patotipe. Bertahan lama pada sisa-sisa tanaman terinfeksi, tanah, gabah, dan gulma inang.

Pengendalian Hawar Daun Bakteri Penggunaan varietas tahan. Pemupukan berimbang, terutama nitrogen. Penggunaan pupuk K dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit hawar daun bakteri. Penggunaan benih sehat dan tidak menggunakan benih dari tanaman yang terinfeksi. Penggunaan bibit sehat, bibit yang sudha terinfeksi tidka ditanam. Jarak tanam tidak terlalu rapat, jarak tanam rapat membuat kondisilingkungan lebih kondusif bagi perkembangan penyakit (kelembaban tinggi) dan mempercepat penularan. Dianjurkan penanaman sistem legowo. Perbaikan sistem drainase. Pertanaman tetap bersih dari gulma inang, tunggul padi, jerami, ratun tanaman, dan benih yang jatuh di sawah. Sawah diberakan. Perlakuan benih.

Page 40: Hama Penyakit Tanaman Padi

BAKTERI DAUN BERGARIS (BACTERIAL LEAF STREAK) Patogen Penyebab Bakteri Daun Bergaris: Xanthomonas oryzae pv. Oryzicola Bakteri menembus daun melalui lubang alami (stomata dan hydathode), luka daun atau luka buatan. Kemudian bakteri berkembang biak dalam rongga substomatal dan antar sel. Segera setelah luka/lesi berkembang, eksudat bakteri terbentuk pada permukaan lesi dalma kondisi lembab malam hari. Dalam kondisi kering, eksudat menjadi manik-manik kuning kecil yang akhirnya jatuh ke air irigasi. Pada saat daun basah karena embun, hujan atau angin, bakteri berkembang ke lokasi pertanaman lainnya melalui air irigasi.

Gejala Bakteri Daun Bergaris: Garis antar pembuluh/veinal sempit, berwarna hijau-tua dan seperti rembesan air, biasanya dari anakan dampai stadia bunting. Setelah penyakit berkembang, warna garis tersebut menjadi abu-abu kekuningan. Tidak seperti gejala hawar daun bakteri, gejala hawar daun bergari tembus cahaya dengan berbagai manik-manik berwarna putih susu hingga kuning yang merupakan terbentuknya eksudat bakteri pada permukaan luka. Jika infeksi parah, luka membesar dan bersatu akhirnya berubah warna menjadi coklat sampai putih keabu-abuan dan mengering. B CA

Page 41: Hama Penyakit Tanaman Padi

Faktor-faktor Yang Mendukung Perkembangan Bakteri Daun Bergaris : Suhu tinggi (28-300 C). Kelembapan tinggi (> 90%). Semakin banyak jumlah hari hujan, penyakit lebih berkembang.

Pengendalian Bakteri Daun Bergaris Menanam varietas tahan. Menggunakan pupuk N dan K secara berimbang. Menghindari kerusakan bibit terutama selama tanam pindah. Mengurangi kelembaban dengan menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat dan tidak menggenangi secara terus-menerus. Menyediakan drainase yang baik selama penggenangan. Menjaga sawah tetap bersih dari ratun, jerami, dan benih yang berceceran setelah panen. Perlakuan benih.

Page 42: Hama Penyakit Tanaman Padi

HAWAR DAUN JINGGA (RED STRIPE) Patogen Penyebab Hawar Daun Jingga: Pseudomonas sp. yang berwarna putih, dan bakteri Baccilus sp., yang berwarna kuning Penyakit hawar daun jingga (HDJ) merupakan penyakit padi yang relatif masih baru, pertama kali dilaporkan ditemukan di daerah Subang pada tahun 1987. Penyakit HDJ diduga disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sp. yang berwarna putih, dan bakteri Baccilus sp., yang berwarna kuning. Sampai saat ini penyakit HDJ ditemukan hampir diseluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia terutama di dataran rendah (<100 m dpl) dan biasanya keparahan cukup tinggi ditemukan pada musim kemarau. Gejala penyakit mirip gejala BLB, diawali dari bercak kecil pada daun berbentuk seperti meteor berwarna jingga, lebih lanjut menjadi hawar berwarna jingga menuju kearah ujung daun, umumnya timbul pada pertanaman fase generatif.

Gejala Bakteri Daun Bergaris: Gejala penyakit ini diawali dengan titik kecil berwarna jingga (oranye) di helaian daun. Dari titik tersebut terbentuk garis lurus (stripe) berwarna jingga ke arah ujung daun. Garis ini tidak pernah kea rah pangkal daun. Dalam perkembangannya, gejala ini menjadi hawar (blight), mirip dengan gejala yang disebabkan oleh hawar daun bakteri.

Pengendalian Hawar Daun Jingga: Dikendalikan secara kultur teknis. Pemberian pupuk dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP 36, dan 100 kg Kxl per ha dapat menekan perkembangan penyakit. Penyakit juga dapat ditekan dengan mengeringkan lahan dan membuka kanopi pertanaman, untuk mengurangi kelembaban dan memperbaiki sirkulasi udara dalam kanopi.

Page 43: Hama Penyakit Tanaman Padi

BLAS (BLAST) Patogen penyebab blas: Pyricularia grisea P. oyzae Cavara Magnaporthe grisea Magnaporthe oryzae Peyakit blas berkembang terbawa udara melalui konidia cendawan yang mungkin berasal dari inang. Benih dan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit. Setelah perkecambahan spora, infeksi pasak yang terbentuk akan menembus kutikula dan epidermis tanaman. Luka blas bisa terjadi pada semua bagian tanaman padi pada fase pertumbuhan yang berbeda. Dalam kondisi infeksi yang parah, tanaman memperlihatkan gejala seperti terbakar sehingga disebut “blas”.

Gejala Blas Blas pada daun berupa bercak: bercak berwarna abu-abu di bagian tengah dengan bagian sisinya berwarna gelap, dan berbentuk berlian/belah ketupat. Luka biasanya bermula dari spot seperti tusukan-pin dan tampak hampir sama dengan luka bercak coklat. Beberapa bercak bersatu membentuk pola yang lebih besar dan tidak beraturan. Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan. Blas node/buku: node berubah menjadi coklat tua hingga hitam dan mudah patah. Blas leher: luka blas tampak seperti seperti sabuk coklat di sekeliling node/buku malai yang menyebabkan malai terluka. Gejala blas leher berbeda dengan gejala sundep yang disebabkan oleh luka akibat hama penggerek batang, dimana seluruh batang dapat dengan mudah ditarik dari pangkal tanaman. Gejala blas leher, batang malai tidak mudah ditarik dari pangkal tanaman.

Page 44: Hama Penyakit Tanaman Padi

Faktor-faktor Yang Mendukung Perkembangan Hawar Daun Bakteri Suhu rendah pad amalam hari (17 – 230C) Kelembaban relative tinggi (. 90%) Periode embun yang sering dan berkepanjangan (. 10 jam) Periode kebasahan daun lama Berselang-selingnya curah hujan dan langit mendung Tanah aerobik (lingkungan dataran tinggi/lahan kering dan tadah hujan) Penggunaan pupuk nitrogen tinggi Tanaman inang, rumput-rumputan/gulam lainnya

Cara Pengendalian blas Penggunaan varietas tahan Aplikasi pupuk di split Irigasi yang tepat Benih sehat Pengendalian gulma yang menjadi inang

PHT Blas Pratanam: sanitasi sisa tanaman, tidak menanam benih dari daerah endemis, perlakuan benih, penggunaan varietas tahan Tidak menggunakan benih sebagai sumber penular dan penyebar penyakit Tidak memberikan pupuk N secara berlebihan pada fase vegetative dan generative Aplikasi fungisida berbahan aktif piraklostrobin (contoh: Seltima).

Page 45: Hama Penyakit Tanaman Padi

HAWAR PELEPAH (sheath blight) Patogen penyebab hawar pelepah: Rhizoctonia solani Thanatephorus cucumeris

Hawar pelepah, merupakan penyakit penting pada tanaman padi. Penyakit ini merusak pelepah, sehingga untuk menemukan dan mengenali penyakit, perlu dibuka kanopi tanaman. Penyakit menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Makin awal terjadi kerebahan maka makin besar kehilangan yang diakibatkannya. Penyakit ini menyebabkan gabah kurang terisi penuh atau bahkan hampa. Hawar pelepah umumnya terjadi saat tanaman mulai membentuk anakan sampai menjelang panen. Namun demikian, penyakit ini juga dapat terjadi pada tanaman muda.

Gejala Hawar Pelepah

Berentuk oval atau tidak teratur, luka berwarna abu-abu kehijauan,

biasanya dengan panjang 1 – 3 cm pada pelepah daun, pada awalnya

hanya menginfeksi bagian tanaman di atas tanah atau permukaan air. Di

bawah kondisi yang menguntungkan, gejala luka berkembang sampai ke

bagian atas pelepah, daun, dan kemudian menyebar ke anakan terdekat,

termasuk ke rumpun tanaman lainnya.

Bentuk luka pada daun biasanya tidak teratur, pusat luka berwarna putih

abu-abu dan pinggirnya berwarna coklat

Daun yang terinfeksi dapat mati lebih cepat. Anakan muda juga dapat

hancur.

Page 46: Hama Penyakit Tanaman Padi

Faktor-faktor Yang Mendukung Perkembangan Hawar Pelepah Suhu 28 – 320C Kelembaban relative tinggi (.85%) Durasi daun basah lama Pupuk nitrogen diaplikasikan dengan takaran tinggi Jumlah benih yang ditabur banyak atau jarak tanam terlalu rapat Kanopi tebal Adanya gulma sebagai tanaman inang alternatif

Pengendalian Hawar Pelepah Bajak yang dalam untuk mengubur sisa-sisa tanaman yang terinfeksi Penggunaan varietas dengan morfologi tanaman tegak Pemberian pupuk N sesuai dengan kebutuhan tanaman Keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum Buang gulma dan tanaman yang sakit dari sawah Bibit ditanam dengan jarak tanam yang tidak rapat Pengendalian gulma di dalam petak dan galengan Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan untuk menurunkan serangna penyakit Penggunaan fungisida berbahan aktif triazole (contoh: Opus)

Page 47: Hama Penyakit Tanaman Padi

BERCAK COKLAT (BROWN SPOT) Patogen penyebab bercak coklat: Bipolaris oryzae Drechslera oryzae Helminthosporium oryzae Cochliobolus miyabeanus

Penyakit ini terbawa benih dan dapat dimanifestasikan sebagai hawar bibit atau penyakit daun dan gluma pada tanaman dewasa. Penyakit bercak coklat dapat menginfeksi tanaman pada semua fase pertumbuhan. Pathogen menginfeksi koleoptil, daun, pelepah daun, dan cabang malai, glume, spikelet, dan bahkan akar. Infeksi dimulai dari bentuk appressoria, diikuti oleh hifa yang merusak bagian tengah lamella dan menembus sel. Bagian tengah lamella mulai terpisah dan menyebabkan terbentuknya granula berwarna kekuningan.

Gejala bercak coklat Menyebabkan hawar pada bibit di persemaian dengan gejala luka kecil, melingkar, berwarna coklat kuning atau coklat yang melingkari koleoptil dan merusak daun primer dan sekunder. Bercak daun terjadi pada fase anakan hingga tanaman dewasa dengan gejala luka pada daun, berukuran kecil dan melingkar yang awalnya berwarna coklat tua kemudian berubah menjadi coklat-ungu. Gejala luka pada daun dalam bentuk melingkar sampai oval dengan warna coklat muda hingga abu-abu pada bagian tengah dan coklat kemerahan pada bagian pinggir. Gejala luka seringkali dikelilingi oleh lingkaran cahaya coklat atau coklat kekuningan, yang merupakan toksin yang dihasilkan pathogen. Gejala luka pada pelepah daun hampir sama dengan di daun Gluma dan cabang malai yang terinfeksi memiliki bercak oval berwarna coklat tua atau hitam atau terjadi perubahan warna pada seluruh permukaan daun Gabah juga dapat terinfeksi yang dapat menyebabkan pengisian gabah tidak sempurna atau terganggunya proses pengisian gabah dan berkurangnya kualitas gabah Bercak dan perubahan warna gabah Akan berubah warna menjadi hitam

Page 48: Hama Penyakit Tanaman Padi

Faktor-faktor Yang Mendukung Perkembangan Bercak Coklat Suhu 16 – 360C, suhu optimum adalah 25 – 300C dimana konidia cendawan dapat berkecambah Kelembaban relative lebih kurang 86% Defisiensi hara dan miskin drainase tanah (kandungan K, Mg, Si, Fe dan Ca rendah) Sres air Adanyan inang alternative: jerami, singgang/ratun, gulma

Pengendalian Bercak Coklat Penggunaan varietas tahan Perbaikan kesuburan tanah Penggunaan irigasii yang tepat Perlakuan benih

BUSUK PELEPAH DAUN BENDERA (SHEATH ROT) Patogen penyebab busuk pelepah daun bendera: Sarocladium oryzae Acrocylindrium oryzae Infeksi terjadi pada pelepah daun paling atas yang menutupi malai muda pada akhir fase bunting. Penyakit ini sering berasosiasi dengan luka akibat serangan penggerek batang padi dan luka lainnya akibat penyakit virus atau kerusakan akibat serangga sampai pelepah daun bendera. Infeksi berat menyebabkan malai hanya muncul sebagian (tidak berkembang) dan mengerut. Malai yang muncul sebagian hanya dapat menghasilkan sedikit bulir yang berisi. Stadia tanaman yang paling rentan adalah saat keluar malai sampai matang susu.

Gejala Busuk Pelepah Daun Bendera Pembusukan terjadi pada pelepah daun yang menyelubungi malai muda Luka awal berbentuk spot persegi panjang tidak teratur, panjangnya 0,5 – 1,5 cm, warna luka pada bagian tengah abu-abu sampai coklat muda dengan tepi berwarna coklat kemerahan tua Jika penyakit berkembang, luka membesar dan menyatu yang dapat menutup sebagian besar pelpah daun Luka juga dapat berwarna coklat kemerahan pada pelepah daun Serbuk putih yang terdiri atas spora dan hifa pathogen biasanya terlihat di bagian dalam daun yang terinfeksi Pada infeksi yang parah, malai gagal atau tidak muncul sama sekali, malai muda tetap berada dalam pelepah atau hanya sebagian yang muncul Malai yang belum muncul cenderung membusuk dan bunga berubah warna dari coklat-merah ke coklat tua. Sebagian besar gabah tidak berisi dan berubah warna.

Page 49: Hama Penyakit Tanaman Padi

Faktor-faktor yang mendukung perkembangan busuk pelepah daun bendera Suhu 20 – 280C Kelembaban tinggi Embun Pemupukan nitrogen rendah Kerusakan pada pelepah akibat ditusuk serangga dan/atau infeksi penyakit lain Jaraj tanam rapat

Pengendalian Busuk Pelepah Daun Bendera Penggunaan varietas tahan Bakar tunggul segera setalah panen untuk mengurangi inoculum Atur jarak tanam agar tidak terlalu rapat Beri pupuk K pada fase anakan Pengendalian serangga hama dan patogen lain

BUSUK BATANG Patogen penyebab busuk pelepah daun bendera: Helminthosporium sigmoideum Busuk tanaman merupakan penyakit yang menginfeksi bagian tanaman dalam kanopi dan menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk mengamati penyakit ini, kanopi pertanaman perlu dibuka. Perlu diwaspadai apabila terjadi kerebahan pada pertanaman, tanpa sebelumnya terjadi hujan atau hujan dengan agin yang kencang. Kerugian yang timbul terutama disebabkan secara tidak langsung akibat tanaman menjadi mudah rebah. Apabila hal ini terjadi pada fase tanaman berbunga atau pengisian menyebabkan pengisian gabah menjadi tidak sempurna bahkan menjadi hampa.

Gejala Busuk Pelepah Daun Bendera Bercak berwarna kehitam-hitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun dan secara bertahap membesar. Akhirnya cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah, anakan mati, dan akibatnya tanaman rendah. Stadia tanaman yang paling rentan adalah pada fase anakan sampai pada stadia matang susu. Tanaman mudah rebah saat mulai pengisian. Kerusakan pada pangkal batang dapat menyebabkan hampanya sebagian dari biji-biji, gabah menjadi ringan dan beras mengapur. Infeksi yang lambat menyebabkan terjadinya anakan yang kecil.

Page 50: Hama Penyakit Tanaman Padi

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PenyakitKelebihan pupuk nitrogen dan drainase yang jelek sangat membantu perkembangan penyakit, sedang pupuk kalium dan silikat dapat menekan perkembangan penyakit. Adanya luka pada tanaman juga menambah kerentanan tanaman terhadap penyakit.

Pengendalian Busuk Pelepah Daun Bendera Tunggul-tunggul padi sesudah dipanen dibakar atau didekomposisi Keringkan petakan dan biarkan tanah sampai retak sebelum diairi lagi Gunakan pemupukan berimbang. Pupuk nitrogen sesuai anjuran dan pemupukan K cenderung dapat menurunkan infeksi penyakit Dapat menggunakan fungisida berbahan aktif sulfur (contoh: Pemulus)

Page 51: Hama Penyakit Tanaman Padi

BERCAK DAUN CERCOSPORA Patogen penyebab busuk pelepah daun bendera: Cercospora oryzae Bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae. Penyakit ini menyebabkan kerusakan yang serius pada pertanaman di lahan yang kurang subur. Di Indonesia penyakit berkembang dengan baik terutama pada daerah-daerah lahan yang miskin unsur nitrogen dan kalium. Menjadi penyakit utama pada pertanaman padi lahan sawah tadah hujan dan gogo.

Gejala Bercak Daun Bercak-bercak coklat kemerahan sempit memanjang sejajar tulang daun. Gejala juga dapat terjadi pada helaian daun bendera, pelepah dan kulit gabah. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera. Gejala mulai tampak 2-4 minggu setelah padi di pindah, dan gejala paling berat tampak lebih kurang satu bulan sebelum panen.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PenyakitPada musim kemarau biaspenyakit yang biasanya berkembang lebih baik dibanding musim hujan. Penyakit sangat dipengaruhi oleh jenis padi. Varietas padi IR64 dan keturunannya rentan terhadap bercak coklat sempit. Kandungan unsur hara terutama nitrogen dan kalium sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ini. Pada pertanaman sawah tadah hujan dan gogo umumnya kandungan unsur kalium lebih rendah, penyakit bercak daun berkembang lebih baik dibanding pada lahan sawah irigasi. Konidium jamur disebarkan oleh angin dan infeksi terjadi melalui mulut kulit. Gejala baru tampak 30 hari atau lebih setelah infeksi. Ini menyebabkan lambatnya gejala di lapangan, meskipun infeksi dapat terjadi pada daun muda maupun daun tua.

Pengendalian Bercak Daun Menanam varietas tahan Pemberian pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang Penyemprotan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif metiram (contoh: Polycom)

Page 52: Hama Penyakit Tanaman Padi

LUKA API PALSU (FALSE SMUT) Patogen penyebab busuk pelepah daun bendera: Ustilaginoidea virens Claviceps oryzae Infeksi yang terjadi pada fase berbunga, ovarium menjadi rusak, tapi style, stigma, dan anter lobus tetap utuh, tertutup massa spora. Infeksi kedua terjadi pada saat gabah sudah matang. Spora menumpuk di gluma, dan menyerap kelembaban, membengkak, dan memaksa lemma dan palea membuka. Cendawan yang kontak dengan endosperm tumbuh pada gabah dengan massa spora.

Gejala Luka Api Palsu Bola jelaga – smutt balls terbentuk pada gabah yang menyebabkan malai tidak berisi, dan bunga, benih, dan akar juga dapat terinfeksi. Bola jelaga seperti beludru – velvety smut balls (sekelompok sporangia seperti beludru – struktur yang mengandung spora cendawan) pada awalnya berwarna oranye dan kemudian berubah menjadi hijau sampai hitam kehijauan sejalan dengan pertumbuhan tanaman.

Faktor-faktor Yang Mendukung Perkembangan Luka Api Palsu Kelembaban tinggi (.90%) dan suhu rendah (250C) Pemupukan nitrogen tinggi Curah hujan sedang dan cuaca gerimis pada fase berbunga Gulma sebagai inang alternative

Pengendalian Luka Api Palsu Pertanaman di lapang tetap bersih Penggunaaan benih sehat Perlakuan benih Penggunaan varietas tahan Takaran pupuk N sesuai kebutuhan tanaman Pencabutan malai yang sakit Penggunaan fungsida bila diperlukan yaitu yang berbahan aktif difenoconazol (contoh: Score) atau bahan aktif Propicozanol (Tilt) dengan dosis 500 ml per hektar dibagi menjadi dua aplikasi yaitu 40 – 45 HST dan 60 – 65 HST.

Page 53: Hama Penyakit Tanaman Padi

TUNGRO Virus Tungro Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada padi, sangat merusak dan tersebar luas. Bergantung pada saat tanaman terinfeksi, tungro dapat menyebabkan kehilangan hasil 5 – 70%. Makin awal tanaman ternifeksi tungro, makin besar kehilangan hasil yang ditimbulkannya.

Gejala Tungro Gejala yang menonjol adalah perubahan warna daun dan tanaman tumbuh kerdil Warna daun tanaman sakit bervariasi dari sedikit menguning sampai jingga Tingkat kekerdilan tanaman juga bervariasi dari sedikit kerdil sampai sangat kerdil Penyakit tungro ditularkan oleh wereng hijau

Pengendalian Tungro Penentuan waktu tanam yang tepat dan serempak minimal 20 ha luasan sawah Menanam bibit pada saat yang tepat, yaitu dengan menanam bibit sebulan sebelum puncak kepadatan wereng hijau tercapai Menanam dengan cara jajar legowo Sanitasi tanaman terinfeksi Varietas tahan wereng hijau dan tahan virus Sawah jangan dikeringkan, biarkan kondisi air pada kapasitas lapang agar wereng hijau tidak aktif berpencar menyebarkan tungro Pada saat tanaman umur 2 – 3 minggu setelah tanam bila dijumpai 2 tanaman bergejala lebih dari 10 rumpun segera aplikasikan insektisida yang efektif yaitu yang berbahan akrif Imidacloprid (Confidor) atau bahan aktif Buprofezin (contoh: Applaud).

Page 54: Hama Penyakit Tanaman Padi

KERDIL RUMPUT (GRASSY STUNT) Tanaman yang terinfeksi biasanya dapat hidup sampai fase pemasakan tetapi tidak memproduksi malai. Stadia pertumbuhan tanaman yang paling rentan adalah pada saat tanam pindah sampai bunting. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng coklat, dan tanaman inangnya hanya padi.

Gejala Kerdil Rumput Tanaman yang terinfeksi berat akan menjadi kerdil dengan anakan yang berlebihan sehingga tampak seperti tumput Pertumbuhan tanaman sangat tegak Daun tanaman padi menjadi sempit, pendek, kaku berwarna hijau pucat sampai hijau kekuningan, dan kadang-kdang terdapat bercak karat kecil-kecil Gejala berkembang 10 – 20 hari setelah infeksi

Pengendalian Kerdil Rumput Pengendalian dilakukan terhadap vektornya yaitu wereng coklat

KERDIL HAMPA (RAGGED STUNT) Kerdil hampa disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng coklat. Gejala kerdil hampa Tanaman kerdil, tinggi tanaman 40 – 50% tanaman sehat Daun melingkar seperti terpilin, tapi helai daun bergerigi Tanaman membentuk anakan bercabang dan terjadi pembengkakan (puru) pada tulang daun Keluarnya malai terhambat dan bulir menjadi hampa

Pengendalian Kerdil Hampa Pengendalian dilakukan terhadap vektornya yaitu wereng coklat PHT Penyakit Padi Kerdil Hampa Dan Kerdil Rumput Tanam serempak Kendalikan populasi wereng coklat Buat persemaian saat lingkungan aman Pengamatan Lakukan tindakan dini Eradikasi/cabut benam atau bakar tanaman terinfeksi/bergejala

Page 55: Hama Penyakit Tanaman Padi