hamas kenapa dibenci israel.pdf

95
1

Upload: eli-nurlaeli

Post on 20-Sep-2015

204 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

  • 1

  • 2

    Kata Pengantar

    Persoalan Palestina dalam studi Timur Tengah selalu menjadi sorotan

    penting, terutama saat terjadi Perang Salib dan setalah pendudukan Yahudi tahun

    30-an. Baru-baru ini kemenangan Hamas (Harakah Muqwamah Al-Islmiyyah)

    yang baru pertama kali mengikuti Pemilu Legislatif Palestina cukup mengagetkan

    dunia, terutama para pendukung Israel seperti Amerika dan Uni Eropa. Kemengan

    ini mengingatkan pada kemenangan Partai Refah di Turki, FIS di Aljazair,

    Ikhwanul Muslimin di Mesir, dan kemenangan calon garis keras Ahmadi Nejad

    sebagai presiden di Iran. Semua kemenangan pihak yang sangat keras terhadap

    berbagai kebijakan Amerika itu tentu saja membuat Amerika kelimpungan.

    Demokrasi yang dibangunnya ternyata mengancam eksistensinya sendiri.

    Siapakah Hamas hingga bisa memenangi Pemilu di Palestina? Mungkin itu

    pertanyaan yang muncul dalam benak orang yang baru mendengar namanya.

    Untuk menjwab pertanyaan itu, sesungguhnya cukup banyak buku yang ditulis

    tentang Hamas dari berbagai aspeknya. Sayang, buku-buku sangat jarang tersedia

    dalam bahasa Indonesia. Kalaupun ada pembahasan tentang Hamas, biasanya

    hanya ulasan dari buku-buku yang membahas masalah Palestina secara umum.

    Tentu yang disediakan buku-buku seperti itu hanya akan menjawab pertanyaan

    soal Hamas serba sedikit. Profil lengkap mengenai Hamas tidak akan tersedia.

    Untuk mengisi kekosongan itulah buku ini ditulis. Sekalipun ditulis

    dengan menggunakan sumber-sumber sekunder, namun diharapkan buku ini dapat

    mengisi kekosongan rujukan tentang Hamas secara khusus dalam bahasa

    Indonesia. Walaupun kadar keilmiahannya tidak terlalu tinggi, atau mungkin

    rendah, diharapkan buku ini dapat menjadi rujukan awal semacam preliminary

    knowledge untuk memahami lebih dalam mengenai Hamas dan permasalahan

    Palestina. Dan memang buku ini dibuat untuk kalangan umum, bukan untuk

    kalangan akademisi yang lebih membutuhkan rujukan dengan bobot ilmiah yang

    tinggi.

    Selama proses penulisan buku ini yang cukup singkat, penulis berhutang

    pada banyak orang, terutama Kang Deden Ridwan dan Kang Iqbal Santosa dari

    penerbit Hikmah (Grup Mizan) yang memberi kesempatan kepada penulis untuk

    menyelesaikan tulisan ini. Kesempatan yang mereka berikan sangat berarti buat

    penulis. Ucapan terima kasih juga harus penulis sampaikan pada Nurhakim Zaki,

    teman sejawat di PP Pemuda Persis yang telah memperkenalkan penulis pada

    Comes (Center for Middle East Studies). Dari Comes-lah penulis mendapatkan

    cukup banyak bahan penting yang menjadi rujukan utama dalam buku ini.

    Saat dalam proses penulisan, penulis meninggalkan cukup banyak tugas

    yang harus segera di selesaikan di PP Pemuda Persis. Untuk itu, penulis harus

    meminta maaf dan sekaligus ucapan terima kasih atas support yang diberikan

    kepada Ustadz Jeje Zainuddin, ketua umum PP Pemuda Persis, dan AM Furqan

    yang sering menjadi tempat diskusi sangat asyik. Juga buat rekan-rekan yang lain.

    Semoga setelah buku ini rampung, akan semakin banyak yang bisa segera

  • 3

    dikerjakan penulis. Terima kasih juga buat Ustadz Adian Husaini, Ustadz Aang

    Suandi, dan Dr. Yudi Latif atas kesediaan mereka memberikan endorsment untuk

    buku ini.

    Tak lupa juga untuk sahabat karib penulis, Pepen Irfan Fauzan dan para

    santri di Mahad Aliy Baiturrahman Garut yang menjadi teman diskusi yang hangat, penulis harus menyampaikan terima kasih karena telah banyak direpotkan

    untuk mengumpulkan bahan-bahan kliping koran untuk penulisan buku ini.

    Terima kasih juga kepada Al-Ustadz Entang Muchtar, Mudrul m Pesantren Persatuan Islam 19 Bentar Garut. Terakhir tentu saja penulis tidak bisa

    melewatkan jasa baik kedua orang tua penulis di Ciamis. Semoga apa yang telah

    mereka berikan mendapatkan balasan yang setimpal.

    Bagi para pembaca, buku ini tentu saja bukan buku yang sempurna dan

    bebas dari kesalahan. Untuk itu, masukan-masukan untuk perbaikan di masa yang

    akan datang sangat penulis nantikan. Kritik akan selalu menjadi obat mujarab bagi

    siapa saja yang ingin berkembang. Akhiornya, kepada Allah jua-lah segalanya

    terpulang. Penulis memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan. Amin. Wallhu

    Alamu bi Al-Shawwb.

    Perpusatakaan Pesantren Persatuan Islam 19 Garut,

    Tengah Mei 2003

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN Kemenangan Hamas (harakah al-muqwamah al-islmiyyah) atas lawan-

    lawan politiknya, terutama Fatah, partai yang pernah dipimpin mendiang Yasser

    Arafat yang selalu memenangi pemilu, pada pemilu Januari 2006 mengagetkan

    banyak pihak, terutama Barat. Amerika seperti kebakaran jenggot. Demokrasi

    yang dikampanyekannya justru mengancam keberadaan induk semangnya.

    Pasalnya, secara resmi Amerika telah memasukkan Hamas sebagai salah satu

    organisasi teroris yang menjadi target Amerika.1

    Oleh sebab itu, wajar bila jauh-jauh hari, sebelum Pemilu Legislatif

    Palestina (25 Januari 2006) digelar Amerika dan Uni Eropa telah mengeluarkan

    ancaman serius bahwa seandainya Hamas menang Pemilu, Amerika tidak akan

    bekerja sama dengan pemerinthan Palestina. Selain karena sikap kerasnya kepada

    Israel dan Amerika, sikap itu juga disebabkan Hamas menolak dengan tegas

    Kesepakatan Oslo yang ditandatangani Yitsak Rabin dan Yaser Arafat. Bagi

    Amerika dan Israel, sikap itu hanya akan memicu perseteruan dan kekerasan baru

    di kawasan ini. Oleh sebab itu, Ancaman Amerika dan Israel kelihatannya sangat

    serius.2

    Benar saja, saat Hamas benar-benar menang pemilu dan mulai membentuk

    pemerintahan, ancaman senada diungkapkan. Amerika dan Negara-negara

    sekutunya di Eropa, juga Israel mengancam menggagalkan pemerintah Hamas

    jika tidak tunduk pada tuntutan Israel yang tidak terbatas; yang terpenting adalah

    Palestina harus berkompromi dan melepaskan hak-hak rakyat Palestina yang

    konstitusional, mempertahankan pemukiman Yahudi, tidak mengganggu Israel

    dalam hal permukiman, masalah Al Quds, masalah pengungsi, berdirinya negara

    Palestina, mengakui penuh Israel, menerima semua proyek ekonomi, keamanan

    dan sistem isolasi Israel.3

    Beberapa saat setelah Hamas memenangkan pemilu, pejabat perdana

    Menteri Israel, Ehud Olmert dengan tegas mengatakan bahwa pemerintah Israel

    tidak bisa bekerja sama dengan pemerintahan yang di dalamnya diisi oleh

    kelompok yang mereka sebut teroris. Ancaman yang lain disampaikan oleh

    Menhan Israel, Shaul Mofaz. Dia mengatakan tidak ada perlindungan bagi para

    pemimin Hamas jika tetap saja memerangi dan ingin menghancurkan Israel.4

    Amerika pun mengeluarkan ancaman serupa. Bahkan Amerika

    mengancam akan menarik bantuan sebesar 50 juta US dolar yang sudah

    1 Dalam publikasi resmi pemerintah Amerika Serikat, Hamas tercatat sebagai salah satu organisasi yang dianggap teroris oleh Amerika. Publikasi itu dikelurkan oleh Departement of State dan

    disebarkan melalui web site resmi pemerintah Amerika serikat (www.us.gov). Selain Hamas,

    dalam situs itu diebutkan beberapa organisasi lain seperti Abu Nidal Organisazation, Abu Sayyaf

    Group, Jamaah Islamiyah, Liberation Tigers of Tameel Elaam, Al-Qaida, dan sebagainya.

    Selengkapnya lihat situs. 2 Kompas, 19 Januari 2006 3 www.infopalestina.com/indeks.asp 4 Republika, 30 Januari 2006

  • 5

    diberikannya pada pemerintahan otoritas Palestina beberapa waktu yang lalu.

    Tidak cukup sampai di situ, Amerika pun meminta negara-negara sekutunya untuk

    menghentikan bantuan pada pemerintah Palestina. Sekalipun kebanyakan menolak

    saran Amerika, sikap itu dengan sangat jelas memperlihatklan bagaimana

    Amerika begitu khwatir atas kemenangan Hamas di Palestina. Amerika melihat

    Hamas sebagai ancaman serius bagi kepentingan-kepentingan Amerika di Timur

    Tengah.

    Namun, pada satu sisi, saat Amerika mempertontonkan arogansinya, Di

    sisi lain banyak negara, terutama pesaing Amerika, yang melirik Palestina.

    Barangkali mereka ingin mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Amerika

    melalui Palestina, atau setidaknya kembali ingin dilihat dunia sebagai negara

    "super" di samping Amerika. Yang terlihat paling bersemangat adalah Rusia.

    Negara bekas Uni Soviet ini memiliki sejarah panjang persaingan politik dan

    militer dengan Amerika, baik pada masa Perang Dunia dan Perang Dingin. Oleh

    sebab itu, sangat wajar bila pada saat Amerika mengancam akan memboikot

    pemerintahan Hamas, Rusia malah menawarkan bantuan.

    Rusia memang termasuk dalam kuartet negara-negara yang menyokong

    dan merancang Persetujuan Oslo tahun 1993 bersama dengan Uni Eropa, Amerika

    Serikat, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, Rusia lebih memilih untuk

    mendukung pemerintahan Hamas. Dukungan ini bisa ditafsirkan sebagai

    keinginan Rusia untuk memperlihatkan kembali taringnya di hadapan Amerika yang tanggal semenjak kehancuran Uni Soviet. Selain kepada Palestina, Rusia pun melakukan hal yang hampir sama kepada Iran. Saat Amerika mengusulkan

    untuk mengembargo nuklir Iran, Rusia malah menawarkan bantuan pengayan

    uranium pada Iran.

    Situasi menjadi semakin panas ketika Fatah, partai pesaing terkuat Hamas

    menyatakan tidak bersedia bergabung dengan pemerintahan yang dibentuk oleh

    Hamas. Konflik bisa semakin meruncing. Selain dengan Israel yang tetap menjadi

    target Hamas, juga secara internal dengan pesaingnya di parleman, Fatah. Situasi bisa berubah menjadi tidak menentu dengan menangnya Hamas, ataupun

    sebaliknya, bila Hamas sanggup mengendalikan situasi dengan baik dan mendapat

    sokongan kuat secara internasional.

    Pertanyaam kita yang, barangkali, tidak terlampau intens megikuti

    perkembangan politik di Palestina adalah siapa sesungguhnya Hamas? Bukankah

    dalam berita-berita di media massa yang kita dengar, Hamas tidak lebih dari

    gerakan radikal pinggiran? Mengapa Hamas bisa memenangkan pemilu dan

    Amerika, juga Israel begitu khawatir akan kemunculannya? Bukankah selama ini

    PLO yang dikuasai oleh Fatah dan telah berdiri sejak 1964 lebih dominan

    dibandingkan dengan Hamas? Mengapa kali ini Hamas yang lebih dipercayai oleh

    rakyat Palestina, bukan Fatah?

    Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tentu tidak hanya bisa dijawab dengan

    menjelaskan apa yang terjadi hari ini. Kemenangan Hamas atas Fatah dan sikap-

    sikap yang ditunjukkan Amerika dan Uni Eropa terkait dengan latar belakang

    historis Israel-Palestina. Bila kita tidak merunutnya ke belakang, kita akan

  • 6

    kehilangan jejak atas apa yang terjadi hari ini di Palestina. Apa yang terjadi hari

    ini, bukan hanya produk sejarah satu atau dua tahun. Situasi Palestina hari ini

    adalah produk sejarah konflik Arab (Islam)-Yahudi selama berpuluh-puluh tahun

    sejak akhir abad ke-19.

    Tulisan ini ingin memaparkan semua itu, terutama masalah Hamas yang

    menjadi sorotan utama media masa di seluruh dunia perihal topik Timur Tengah.

    Tulisan ini dibuat dengan pendekatan historis, namun data-data yang dihimpun

    lebih banyak berasal dari sumber-sumber sekunder mutakhir, bukan sumber

    sezaman dan sumber primer lain. Oleh sebab itu, untuk kepentingan ilmiah,

    sesungguhnya tulisan ini memiliki kadar yang tidak terlampau tinggi.

    Namun, tulisan memang ini tidak ditujukan untuk kepentingan ilmiah.

    Tulisan ini dibuat lebih untuk memberikan informasi awal mengenai Israel,

    Palestina, dan terutama Hamas kepada para pembaca Indonesia yang ingin

    mengetahui tentang apa yang sesungguhnya terjadi di Palestina. Tentu saja,

    tulisan yang disajikan akan lebih baik bila sifatnya informatif. Untuk tulisan

    informatif semacam ini, sumber-sumber sekunder mutakhir lebih baik untuk

    digunakan. Selain, untuk mengumpulkan data-data otentik dan primer

    memerlukan waktu dan kajian yang lebih mendalam, seringkali informasi

    mendalam malah sering membingungkan pembaca pemula. Alih-alih mendapat

    informasi yang diinginkan, malah dipusingkan dengan detail-detail yangterkadangtidak diperlukan oleh pembaca awam.

    Tulisan dalam buku ini akan dibagi menjadi beberapa bagian yang

    memungkin pembaca bisa mendapatkan perspektif yang utuh mengenai konflik

    berkepanjangan Israel-Palestina dan posisi Hamas dalam konflik itu. Pada saat

    yang sama, pembaca juga bisa mengenal Hamas secara lebih objektif, tidak

    emosional. Bagian pertama setelah pendahuluan akan mengkaji konteks tempat

    Hamas lahir. Pada bagian ini akan dikaji akar historis-politis wilayah yang kini

    menjadi sengketa antara Israel dengan Palestina sebelum kedeua teritori itu

    berdiri. Setelah itu, pembaca akan disuguhi akar sejarah munculnya Israel dan

    Palestina, serta konflik-konflik berkepanjangan yang terjadi di antara dua teritori

    itu.

    Bagian kedua secara ekstensif akan menjelentrehkan konteks kelahiran

    Hamas. Masalah ini akan dilihat dari perspektif lahirnya gerakan-gerakan

    pembebasan Palestina seperti PLO dan sebagainya. Setelah itu, akan dikaji

    bagaimana Hamas lahir. Dengan beitu, pembaca dapat melihat konteks langung

    berdirinya organisasi ini. Bagian ketiga akan menjelaskan segala seluk beluk

    tentang Hamas, mulai dari organisasi, pendanaan, struktur kepemimpinan,

    gerakan-gerakan sampai pada rahasia kemenangannya pada pemilu Januari 2006

    lalu. Pada bagian inilah pembaca akan mengenal lebih dekat, siapa sesungguhnya

    Hamas. Dengan begitu, pembaca dapat lebih berempati pada perjuangan yang

    tengah mereka lakukan.

  • 7

    BAB I

    PALESTINA DALAM LINTASAN SEJARAH

    1. AWAL SEJARAH ISLAM DI PALESTINA

    Sejarah Palestina di awal Islam sudah dimulai sejak zaman Nabi

    Muhammad Saw. Peristiwa isr Rasulullah Saw. dari Masjidil Haram di Mekah

    ke Masjidil Aqsha di Yerussalam (Palestina) menandai awal hubungan historis

    Islam dengan Palestina. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian

    sekitar satu tahun setelah Rasulullah ditinggalkan oleh dua orang yang sangat

    dikasihinya dan sangat membantu perjalanan dakwahnya, yaitu Abu Thalib dan

    Siti Khadijah.

    Saat itu, secara teritorial wilayah Palestina yang saat itu dikenal dengan

    nama Syam5 berada di bawah kekuasaan Byzantium yang berpusat di

    Konstantinopel. Beberapa tahun sempat dikuasai oleh Persia pada abad ke-7

    setelah Persia berhasil mengalahkan Romawi dalam Perang Persia-Romawi.

    Namun, setelah itu, Romawi berhasil merebut kembali Palestina.6 Sampai nanti

    5 Nama Palestina adalah nama yang digunakan untuk satu kawasan di sebelah tenggara Tanah Syam. Dahulu untuk menyebut kawasan ini, cukup menyebut Syam saja. Dari mana nama

    Palestina didapat? Dalam ensiklopedia virtual, www.en.wikipedia.org/wiki/Palestine dikatakan

    mengenai asal-usul nama Palestina sebagai berikut.

    Palestine (Filasteen ) has been the Arabic name of the region since the earliest medieval Arab geographers adopted from the then-current Greek term (in Latinised form: Palaestina), first used by Herodotus, itself derived ultimately from the name of the Philistines),

    and "Palestinian" (Filasteeni ) was always a common nisba adopted by natives of the region, starting as early as the first century after the Hijra (eg `Abdallah b. Muhayriz al-Jumahi

    al-Filastini[25], an ascetic who died in the early 700's.) However, the Palestinians, like most

    Arab nationalities, have come to view themselves as primarily Palestinians (rather than as

    primarily Arabs, or Syrians, or citizens of a particular town) mostly in the past century.

    Whereas European colonialism and to a lesser extent Turkish nationalism in the Ottoman

    Empire was the main spur in forming national identities and borders elsewhere, the main force

    in reaction to which Palestinian nationalism developed was Zionism. One of the earliest

    Palestinian newspapers, Filastin founded in Jaffa in 1911 by Issa al-Issa, addressed its readers

    as "Palestinians" 6Konflik antara Romawi dan Persia sudah terjadi sejak tahun 53 SM, antara Konsul Crassus

    dengan penguasa Parthia. Perang yang terjadi disebabkan perebutan kekuasaan atas daerah-daerah

    taklukan. Semenjak Romawi memindahkan ibukotanya ke Byzantium (Konstantinopel) konflik

    antara Romawi dan Persia semakin sering terjadi. Sementara itu, Jazirah Arab, tempat kelahiran

    Nabi Muhammad, terjepit di antara dua kekuatan adidaya tersebut, namun tidak pernah dikuasai,

    baik oleh Persia maupun Romawi. Jazirah Arab adalah daerah bebas sehingga menjadi jalur

    perlintasan dagang bebas dunia waktu itu. Para pedagang yang berdagang melalui Jalur Sutera

    (antara Eropa sampai India dan China) memilih Semenanjung Arab sebagai jalur penghubung

    perdagangan mereka.

    Puncak konflik terjadi sewaktu Persia di bawah raja Hurmuz atau yang dikenal oleh orang

    Arab dengan sebutan Kisra dan Byzantium dipimpin Heraklius Muda atau yang dikenal oleh orang

    Arab sebagai Hiraqla. Putra Hurmuz, Kisra Aboriz, menyerbu Syam dan Palestina yang waktu itu

    berada di bawah kekuasaan Byzantium. Kisra Aboriz berhasil menguasai Anthakiah, Damaskus,

    dan berhasil mengepung Bait Al-Maqdis, sampai kemudian merebut dan membakarnya. Api

  • 8

    ditaklukkan oleh Islam, Palestina tetap berada di bawah kekuasaan Byzantium

    (Romawi Timur).

    Ketika dikuasai Byzantium, agama yang banyak tersebar di sana adalah

    Kristen. Sementara orang-orang Yahudi yang semula menghuni wilayah ini diusir

    secara paksa oleh penguasa Romawi ketika pertama kali menguasai kawasan ini

    sekitar abad ke-2 Masehi.7 Sejak Kaisar Romawi, Constantine, memeluk agama

    Kristen tahun 312, Palestina mulai mendapatkan perhatian kembali dari Romawi

    setelah sebelumnya ditelantarkan dan menjadi daerah yang hilang. Orang-orang

    Roma Kristen membangun gereja-gereja di Yerussalem dan menjadikannya

    sebagai sebuah kota Nashrani sampai paruh pertama abad ke-7 saat Umar ibn

    Khaththab berhasil menguasai kawasan ini.8

    Palestina ditaklukkan oleh Umar ibn Khaththab, khalifah kedua

    sepeninggal Rasulullah menggantikan Abu Bakar. Ketika memasuki Yerussalem,

    toleransi, kebijaksanaan, dan kebaikan ditunjukkan oleh Umar kepada penduduk

    daerah ini tanpa membeda-bedakan agama mereka. Inilah awal zaman baru yang

    sangat Indah. Kaum Muslim yang datang menaklukkan Palestina, tidak datang

    dengan membawa pedang dan perang, melainkan perdamaian. Kristen dan

    Muslim bisa hidup berdampingan dengan amand an damai. Karen Armstrong

    menggambarkan sebagai berikut. Khalifah Umar memasuki Yerussalem dengan mengendarai seekor kuda putih,

    dikawal oleh pemuka kota tersebut, uskup Yunani Sofronius. Sang Khalifah minta

    agar segera dibawa ke Haram asy-Syarif. Di sana, di tempat sahabatnya,

    Muhammad, melakukan mirj, ia berlutut dan berdoa. Sang Uskup melihatnya dengan ketakutan: ini, ia pikir, pastilah akan menjadi penaklukkan penuh kengerian

    yang pernah diramalkan oleh Nabi Daniel bahwa ia yang memasuki rumah ibadat itu

    Melahap gereja Al-Qiymah. Salib di gereja itu berhasil mereka kuasai dan memindahkannya ke

    ibukita mereka di Persia. Peristiwa ini terjadi tahun 615 M, ketika Nabi Muhammad tengah berada

    dalam tekanan kaum Musyrikin Mekah.

    Mendengar kekalahan itu, kaum Musyrik Mekah merasa sangat senang karena kaum

    penyembah berhala, Persia, berhasil mengalahkan penyembah Tuhan, Romawi. Mereka mengejek

    Nabi bahwa mereka yang meyembah berhala seperti bangsa Persia juga akan mengalahkan Nabi

    yang menyembah Tuhan seperti orang Romawi. Untuk menanggapi ejekan kaum Musyrik Mekah,

    turunlah surat Al-Rm [30] ayat 1-6 yang meramalkan akan dikalahkannya kembali Persia. Dalam

    ayat ini, Allah mengatakan sekalipun Romawi saat itu kalah, mereka pasti akan kembali

    mengalahkan Persia dalam beberapa tahun kemudian (ayat 3-4). Ini ramalan Al-Quran. Tentu saja

    orang-orang Musyrik Mekah tidak percaya pada ramalan itu, dan menganggapnya cuma isapan

    jempol belaka. (Diadaptasi dari Abdullah Yusuf Ali. Tafsir Ayat Suci Al-Quran. [Jil. III; Jakarta: Litera Antar Nusa, 1998] dalam awal tafsir surat Al-Rm).

    Namun, beberapa tahun kemudian, Romawi (Byzantium) benar-benar dapat mereabut

    kembali daerah-daerah yang ditaklukkan Persia sebelumnya dan bahkan berhasil melumpuhkan

    kekuasan Persia. Kemenangan Romawi atas Persia secara sempurna terjadi pada tahun 624,

    bersamaan dengan kemenangan kaum Muslim pada Perang Badar tahun ke-2 Hijriyah. Saat itu,

    Romawi berhasil merebut kembali daerah-daearah yang ditaklukkan Persia, terutama Palestina dan

    Syria. Ada juga yang berpendapat bahwa kemenangan Romawi terjadi pada tahun 622, saat nabi

    hijrah dari Mekah ke Madinah. Itu adalah awal-awal tahun kemenangan Romawi atas Persia. 7 Karen Armstrong. Perang Suci: Dari Perang Salib hingga Perang Teluk. (Jakarta: Serambi, 2001) hal. 58 8 Harun Yahya. Palestina: Zionisme dan Terorisme Israel. (Bandung: Dzikra, 2005) hal. 30-31.

  • 9

    pastilah sang Anti-Kristus yang akan menandai Hari Kiamat. Kemudian Umar minta

    melihat-lihat tenpat-tempat suci Nashrani. Ketika ia berada di gereja Holy Sepulchre,

    waktu shalat tiba. Dengan sopan, sang Uskup mempersilakannya shalat di tempat ia

    berada. Namun, Umar dengan sopan pula menolak. Jika ia berdoa dalam gereja,

    jelasnya, umat Islam akan mengenang kejadian ini dengan mendirikan sebuah mesjid

    di sana. Hal ini berarti mereka akan memusnahkan Holy Sepulchre. Umar pun pergi

    shalat di tempat yang agak jauh dari gereja itu, yaitu di tempat yang langusng

    berhadapan dengan Holy Sepulchre. Di tempat itu, kini masih ada sebuah mesjid

    kecil yang dipersembahkan untuk Khalifah Umar.

    Masjid besar Umar lainnya didirikan di Haram asy-Syarif untuk menandai

    penaklukkan Palestina oleh umat Islam bersama dengan Masjid Al-Aqsha yang

    mengenang perjalanan malam Muhammad (isr). Selama bertahun-tahun, umat

    Nashrani menggunakan tempat reruntuhan biara Yahudi ini sebagai tempat

    pembuangan sampah kota. Sang Khalifah membantu umat Islam membersihkan

    sampah-sampah itu dengan tangannya sendiri. Dan di sana umat Islam membangun

    tempat sucinya untuk memabngun Islam di kota suci ketiga bagi dunia Islam.9

    Apa yang dilakukan Umar itu memperlihatkan bahwa Islam memasuki

    wilayah-wilayah taklukannya, tidak terkecuali Palestina, bukan untuk

    menghancurkan daerah itu dengan seluruh penduduknya. Umat Islam hanya ingin

    menciptakan kedamaian dan mengembangkan peradaban yang gemilang bagi

    sebesar-besarnya kesejahteraan umat manusia sendiri, tanpa memilah-milah

    agama, ras, atau bangsa.

    2. PALESTINA DI BAWAH DINASTI UMAYYAH DAN ABBASIYAH

    Tidak banyak yang berubah di Palestina ketika kekuasaan Islam beralih

    dari para khalifah al-rasyidn kepada klan Umayyah yang memusatkan

    kekuasaannya di Damaskus, maupun pada saat kekuasaan berada di tangan

    Dinasti Abbasiyyah yang mengambil Baghdad sebagai ibu kotanya. Kedamaian

    dan ketertiban terus berlanjut sepanjang orang-orang Islam memerintah di daerah

    ini.

    Umat Islam membawa peradaban bagi Yerussalem dan seluruh Palestina.

    Mereka tidak memegang keyakinan yang tidak menunjukkan sikap hormat

    terhadap nilai-nilai suci orang lain dan membunuh orang-orang hanya karena

    mereka mengikuti keyakinan berbeda. Budaya Islam yang adil, toleran, dan lemah

    lembut membawa kedamaian dan ketertiban kepada masyarakat Muslim,

    Nashrani, dan Yahudi di daerah itu. Umat Islam tidak pernah memaksakan agama.

    Beberapa orang non-Muslim yang melihat bahwa Islam adalah agama sejati

    berpindah agama dengan bebas menurut keyakinannya sendiri.

    Selama masa itu pula, penduduk Palestina segera mengadopsi kebudayaan

    Arab hingga kebudayaan Arab menjadi dominan di Palestina. Bahasa sebagai

    salah satu simbol budaya terpenting segera berubah. Sebelumnya bahasa Aramiah

    digunakan secara luas di Palestina. Setelah Masala penguasaan Islam segera

    9 Karen Armstrong. Op. Cit. hal. 92; Harun Yahya. Ibid. hal. 32.

  • 10

    digantikan oleh bahasa Arab. Sampai saat ini, bahasa yang dominan dipakai di

    kawasan Palestina adalah bahasa Arab.10

    Kedamaian dan ketenangan Palestina terganggu pada akhir kekuasaan

    Dinasti Abbasiyyah. Pada mulanya terjadi ketagangan-ketegangan politik antara

    dinasti-dinasti Islam yang berkuasa di akhir masa kekuasaan Abbasiyah, terutama

    antara dinasti Fathimiyyah dengan Abbsiyah. Pada abad ke-10, dinasti ini bahkan

    mengklaim kekuasaan atas daerah-daerah Mesir, Syiria, Anatolia, termasuk

    Palestina.11

    Gejolak politik ini tidak sampai mengganggu kedamaian beragama

    orang-orang Nashrani, Yahudi, dan Islam di Yerussalem. Mereka masih tetap

    hidup berdampingan, saling menghormati satu sama lain.

    Ketegangan antar-agama, terjadi pada saat orang-orang Barat mulai

    melakukan penaklukan-penaklukan balasan atas daerah-daerah yang sebelumnya

    dikuasai oleh Romawi. Mereka mengklaim bahwa daearah-daearh itu seharusnya

    tetap menjadi milik mereka. Oleh sebab itu, secara bertahap kerjaan-kerjaan Eropa

    yang dimotori oleh orang-orang Italia, Spanyol, dan Normandia menaklukkan

    kembali daerah-daerah yang sebelumnya sudah jatuh ke tangan umat Islam.12

    Mereka manamakan diri sebagai pasukan Salib. Inilah awal mula pemicu

    munculnya perang agama berkepanjangan, Perang Salib, yang sangat bersejarah itu. Pada masa inilah kedamaian beragama di kawasan Palestina, terutama

    Yerussalem, terganggu.

    3. PALESTINA ERA PERANG SALIB

    Era Perang Salib ditengarai mulainya pada 26 November 109513

    ketika

    Paus Urbanus II mengunjungi Prancis. Memang bukan perang yang dilakuan sang

    paus di sana. Di hadapan orang-orang Normandia, Paus memprovokasi mereka

    agar mau mengangkat senjata merebut kembali kota suci Yerussalem dari tangan

    kaum Muslim. Sentimen anti-Islam dikobarkan dengan dalih agama. Padahal, di

    sana Islam justru dapat memelihara perdamaian setelah sebelumnya, orang-orang

    Kristen sebegitu keji membunuh penduduk Yahudi di Yerussalem.

    Provokasi Paus Urbanus II ini menjadi sangat efektif pada saat orang-

    orang Barat berkeinginan kuat untuk melakukan kunjungan suci ke Yerussalem

    yang mereka anggap sebagai kampung halaman Yesus. Mereka bahkan dengan

    10 Ahmad Amin. Fajr Al-Islm. (Singapura: Sulaiman Mari, 1965), hal. 84-85. 11 Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jil. I; Jakarta: Rejawalio Press, 1999), hal. 537-539 12 Reconquista (pengusiran umat Islam) sebagai serangan balik Barat terhadap umat Islam dimulai di Spanyol; tahun 1085 kota Toledo jatuh ke tangan orang Kristen. Tahun 1087 Pisa dan Genoa

    menghancurkan kota Mahdia, kota pusat perdagangan dan politik bagi Muslim Afrika Utara.

    Bangsa Normandia menaklukan Sisilia antara tahun 1061-1091 dan terus bergerak menyerang

    imperium Byzantium. Selanjutnya, dewan uskup segera mendamaikan gereja Yunani dan gereja

    barat, dan segera mendukung imperium Bizantium dalam melawan kekuatan Saljuk Turki. Dewan

    gereja segera membentuk negara-negara baru di bawah bantuannya di wilayah Laut Tengah dalam

    rangka menyebarkan pengaruh gereja Latin di kalangan warga Kristen timur. (Ira M. Lapidus.

    Ibid. hal. 539). 13 Philip K. Hitti.History of the Arabs. (London: The Macmillan Press, 1974) hal. 636. Dalam catatan Ira M. Lapidus, kejadian ini terjadi tahun 1096 (Ira M. Lapidus. Op. Cit. hal. 540).

  • 11

    sangat percaya diri ingin menganeksasi Yerussalem agar berada di bawah

    kekuasaannya. Apalagi setelah Seljuk Turki melakukan invasi ke Yerussalem.

    Invasi ini membuka jalan bagi mereka untuk memasuki Yerussalem yang saat itu

    menjadi daerah kekuasaan Seljuk.14

    Pidato ini mungkin merupakan pidato paling berpengaruh sepanjang

    sejarah. Pada pidatonya di Clermont, Prancis Utara, Urbanus menyerukan agar

    menyerang dan merebut kembali tanah suci Yerussalem dari tangan kaum

    Muslim. Mengikuti ajakan sang Paus, pada musim panas tahun 1097 sekitar

    150.000 orang, kebanyakan dari Prancis dan Normandia yang sebagiannya

    perampok, berkumpul di Konstantinopel. Mereka bersepakat untuk berperang

    menuju Yerussalem. Mereka menamakan diri sebagai Pasukan Salib dan menjadikan salib sebagai lencana mereka. Inilah perang pertama yang kemudian

    dikenal dengan istilah Perang Salib. 15 Pasukan ini berhasil menaklukkan Yerussalem tahun 1099. Kota ini jatuh

    setelah pengepungan lima minggu. Ketika Tentara Salib ini memasukinya, mereka

    melakukan hal yang sangat biadab: seluruh orang Islam dan Yahudi dibasmi

    dengan pedang. Salah satu panglima Tentara Salib malah merasa sangat benagga

    dengan apa yang mereka lakukan: Pemandangan mengagumkan akan terlihat. Sebagian prajurit kami (ini tindakan

    yang lebih ringan) memenggal kepala musuh-musuh mereka; lainnya menembaki

    dengan panah, sehingga mereka berjatuhan dari manara-menara; lainnya menyiksa

    mereka lebih lama dengan memasukkan mereka ke dalam api. Tumpukan kepala,

    tangan, dan kaki terlihat di jalan-jalan kota, sehingga kami harus berjalan di atas

    mayat-mayat manusia dan kuda. Ini belum seberapa jika dibandingkan dengan apa

    yang terjadi di Biara (Haikal) Sulaiman, tempat ibadah keagamaan kini dinyanyikan

    kembali. Di sana, para pria yang berdarah-darah disuruh berlutut dengan leher

    terbelenggu.16

    Dalam dua hari, Tentara Salib membunuh sekitar 40.000 orang Islam

    dengan cara yang keji seperti yang digambarkan di atas. Kedamaian dan

    ketertiban Palestina yang telah berlangsung sejak Umar menaklukkan Palestina

    berakhir dengan pembantaian yang sangat mengerikan. Dengan penaklukkan itu,

    Tentara Salib menjadikan Yerussalem sebagai ibu kota kerajaan Katolik baru

    yang terbentang dari Palestina hingga Antakiyah.

    4. KEMBALI KE TANGAN ISLAM: DARI SALAHUDDIN SAMPAI

    USMANI

    Beruntung penguasaan orang-orang Kristen tidak berlangsung lama.

    Pasukan Salib hanya menguasa kawasan ini selama 88 tahun (sampai tahun 1187).

    Setelah itu kawasan Palestina kembali ke tangan kaum Muslim. Salahuddin Al-

    Ayyubi adalah panglima yang paling berjasa mengembalikan Yerussalem ke

    pangkuan Islam.

    14 Ira M. Lapidus. Op.Cit. hal. 540 15 Philip K. Hitti. Op. Cit. ha;. 636 16 August C. Krey seperti dikutip oleh Harus Yahya. Op. Cit. hal. 33-34. Kekejaman ini juga dijelaskan secara panjang lebar oleh Karen Armstrong.Op. Cit. hal. 243-298.

  • 12

    Beberapa saat setelah Pasukan Salib menguasai Yerussalem, secara

    bertahap pasukan Muslim kembali dapat menguasai kawasan ini. Serangan kaum

    Muslim melalui tiga fase. Pertama, tahun 1099-1146 pada saat kepemimpinan

    kaum Muslim berada di bawah Dinasti Seljuk. Saat itu, pemegang otoritas Syria

    yang bermaksud ingin membentuk imperium-kecil sendiri melakukan serangan

    kepada pasukan-pasukan Salib. Pertaka kali dilakukan oleh Maudud. Namun tidak

    terlampau berhasil. Pada tahun 1128 serangan-serangan mereka membawa hasil.

    Di bawah kendali gubernur Mosul, Zengi, Aleppo berhasil direbut. Setelah itu

    Edessa ditundukkan tahun 1144. Zengi meninggal tahun 1146.

    Zengi digantikan oleh Nur al-Din (1146-1174), putra Zengi. Inilah fase

    kedua proses perebutan kembali Yerussalem dari tangan pasukan Salib. Target

    Nur al-Din adalah menaklukkan Damaskus yang akan membuka jalan untuk

    merebut Yerussalem. Pada tuhun 1147, ia membantu penduduk setempat dari

    kepungan Pasukan Salib pada Perang Salib ke-2. Akhirnya pada tahun 1154,

    sebuah pemberontakan lokal memaksa gubernur-gubernur Seljuk dan masyarakat

    umum kota tersebut menyerahkan Damaskus kepada Nur al-Din. Nur al-Din

    berhasil membangkitkan semangat anti-Pasukan Salib setelah Damaskus ia kuasai.

    Pada periode ini terjadi beberapa kali Perang Salib antara pasukan Nur al-

    Din dengan Pasukan Salib Eropa, namun belum sampai dapat menguasai kembali

    Yerussalem. Ketika Nur al-Din berhasil mengambil alih kekuasaan Mesir dari

    Dinasti Fathimiyyah melalui tangan salah seorang jendralnya yang brilian,

    Salahuddin Al-Ayyubi, Mesir dan Syria bersatu di bawah satu kekuasaan.

    Keadaan ini semakin membuka kesempatan semakin luas kepada kaum Muslim

    untuk menaklukkan Yerussalem.

    Penyatuan Mesopotamis dan Mesir menandai fase ketiga respon terhadap

    pasukan Salib. Dari Mesir, Salahuddin berhasil merebut Damaskus (1174,

    kemudian Aleppo pada tahun 1183, lalu Mosul pada tahun 1186. Setelah semua

    daerah yang mengitari Palestina benar-benar dapat disatukan, ahirnya tahun 1187

    Salahuddin Al-Ayyubi berhasil menaklukkan Pasukan Salib pada Perang Hittin.

    Inilah akhir pendudukan bangsa Latin di Yerussalem. Setelah itu, Salahuddin

    mendirikan Dinasti Ayyubiyah yang berpusat di Palestina.17

    Apa yang dilakukan Salahudin Al-Ayyubi saat masuk ke Yerussalem

    sebagai tanda kemenangannya atas Pasukan Salib sangat berbeda dengan yang

    dilakukan Pasukan Salib sebelumnya. Karen Armstrong mengakuinya secara jujur

    dalam bukunya sebagai berikut. Pada tanggal 2 Oktober 1187, Saladin dan tentaranya memasuki Yerussalem

    sebagai penakluk dan selama 800 tahun kemudian, Yerussalem tetap menjadi kota

    Muslim. Saladin menepati janjinya dan menaklukkan kota itu sesuai dengan cita-cita

    tertinggi Al-Quran. Ia tidak membalas dendam atas pembantaian tahun 1099; dan

    setelah permusuhan itu hilang ia mengakhiri pembunuhan (QS Al-Baqarah [2]: 193-

    194).

    Tidak ada satupun orang Kristen yang dibunuh dan tidak ada penjarahan.

    Tebusan dengan sengaja ditetapkan amat rendah, tapi tetap saja ribuan kaum miskin

    17 Ira M. Lapidus.Op. Cit. hal. 540-544.

  • 13

    tidak dapat membayarnya dan karena itu ditawan oleh kaum Muslim. Begitu banyak

    tawanan sehingga konon seorang budak dari kaum Frank dapat ditukar dengan

    sandal di Damaskus. Tapi ada sejumlah tawanan yang lolos dari nasib seperti itu

    karena Saladin merasa terharu hingga menangis atas penderiataan keluarga yang

    cerai-berai dan ia membebaskan mereka tanpa tebusan, dengan tatapan putus asa dari

    para pencatat keuangan Saladin yang lama menderita akibat sikap murah Saladin.

    Sauranya, Al-Adil, begitu tertekan atas penderitaan para tahanan itu sehingga ia

    meminta Saladin agar seribu orang dari mereka akan ia gunakan sendiri da kemudian

    ia membebaskan mereka di tempat itu juga. Semua pemimpin Muslim saat itu

    terkejut menyaksikan orang-orang kaya Kristen kabur dengan harta benda mereka,

    yang sebenarnya dapat digunakan untuk menebus seluruh tawanan. Ketika

    Imaduddin melihat Uskup Agung Heraclius meninggalkan kota dengan yang penuh

    beban harta bendanya, ia mendesak Saladin untuk menyita harta itu. Tapi Saladin

    menolak. Al-Quran menyatakan bahwa sumpah dan perjanjian harus benar-benar

    dijaga dan amatlah penting bagi kaum Muslim untuk menaati hukum. Orang Kristen di manapun akan mengingat kebaikan yang telah kita berikan pada mereka, katanya. Heraclius membayar sepuluh dinar tebusannya seperti orang lain dan

    bahkan disediakan pengawal khusus untuk menjaga hartanya yang selamat selama

    perjalanan menuju Tirus.18

    Tahun 1514, Baitul Maqdis beralih kekuasaan ke tangan Turki Usmani.

    Sejak saat itu, sampai nanti Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris setelah

    Perang Dunia I, selama 400 tahun Palestina berada di bawah kekuasaan Turki

    Ustmani. Seperti di negara-negara Usmani lainnya, masa ini menyebabkan orang-

    orang Palestina menikmati kedamaian dan stabilitas. Meskipun ada pemeluk tiga

    keyakinan berbeda hidup berdampingan satu sama lain.

    Pada akhir kekuasaan Turki Usmani (akhir abad ke-19), terjadi imigrasi

    besar-besaran orang-orang Yahudi dari Eropa ke empat kota penting di Palestina,

    yaitu Yerussalem, Safed, Tiberias, dan Hebron. Keempat daerah ini pada masa

    berikutnya menjadi pemukiman-pemukiman Yahudi aling penting. Pada saat ini

    pula muncul gerakan Zionisme, sebuah gerakan politik yang dilegitimasi dengan

    doktrin-doktrin agama yang menghendaki orang-orang Yahudi menguasai seluruh

    Palestina tanpa kecuali. Inilah awal munculnya kekisruhan Yahudi-Arab Muslim

    di Palestina.

    5. PENGUASAAN BARAT ATAS PALESTINA

    Sebetulmya Palestina mulai jatuh ke tangan Barat (Inggris) setalah Perang

    Dunia I melalui apa yang disebut dengan Mandat Inggris (The Mandat British), namun prosesnya terjadi sejak akhir abad ke-19 ketika kekuasaan Turki Usmani

    melemah. Saat itu, Turki Utsmani diejek sebagai The Sickman in Europe. Posisi Turki yang lemah ini diakibatkan oleh banyak faktor, terutama faktor semakin

    18 Karen Armstrong.Op. Cit. hal. 409-410; penaklukkan Salahuddin ini digambarkan dengan sangat menarik dalam film produksi 21 Century Fox garapan sutradara Ridley Scott, Kingdom of

    Heaven (2005) yang dibintangi Scoot Free

  • 14

    melemahnya kekuatan pemerintahan Turki akibat perebutan kekuasaan (krisis

    politik).19

    Di pihak lain, saat di dalam negeri tengah terjadi krisis, kekuatan Eropa

    yang mulai bangkit sejak abad ke-18 mulai merangsek ke wilayah kekuasaan

    Turki Usmani. Berturut-turut Rusia berhasil merebut Crimea dan menguasai Laut

    Hitam. Prancis menmgambil-alih Mesir, tapi kemudian berhasil digagalkan atas

    bantuan Inggris. Setelah itu Turki menjadi ajang rebutan kekuasaan antara Inggris,

    Rusia, dan Prancis. Pemberontakan pun terjadi di Bosnia dan Herzegovina

    sehingga Turki harus rela melepaskan kedua kawasan yang sebelumnya berada di

    bawah kekuasaannya. Singkatnya, kondisi Turki Usmani benar-benar berada di

    ambang kehancuran.20

    Kehancuran Turki Usmani semakin parah saat meletus Perang Dunia I

    (1914-1917). Usmani melibatkan diri dalam perang itu dengan bergabung

    bersama Jerman dan Austria menghadapi kubu Inggris-Prancis-Rusia-Italia.

    Kekalahan Blok Jerman memaksa Ustmani menyerahkan sebagian wilayah yang

    dikuasainya kepada Blok Inggris yang menang perang. Inggris, Prancis, Rusia,

    dan Italia pun akhirnya sepakat untuk membagi-bagi wilayah Usmani melalui

    perjanjian Sykes Picot (1916). Perancis akan mendapatkan wilayah Libanon,

    bagian barat-laut Turki, Syria Utara, dan Irak Utara; sedang Inggris akan

    mendapatkan wilayah Irak, Arabia yang berbatasan dengan teluk Persia, dan

    Transjordan. Rusia kebagian Istambul, dan beberapa bagian timur Anatolia. Italia

    dijanjikan kebagian wilayah selatan Anatolia. Semantara Palestina disiapkan

    untuk menjadi rezim internasional khusus. Terhadap Syarif Hussein di Mekah,

    Inggris menjanjikan sebuah negara Arab merdeka karena jasa Syarif (penguasa)

    Mekah membantu sekutu menghadap Usmani, Jerman, dan Austria.21

    Tahun 1917

    melalui Deklarasi Balfour, Inggris menyatakan dukungan atas pembentukan tanah

    air bangsa Yahudi di Palestina. Deklarasi ini berbentuk surat bertanggal 2

    November 1917 dari Arthur James Balfour, sekretaris urusan luar negeri

    pemerintah Inggris kepada Lord Rothchild, penyandang dana Zionis dunia yang

    membiayai perpindahan bangsa Yahudi dari Eropa ke Palestina. Isi surat tersebut

    adalah sebagai berikut. His Majestys Government view with favor the establishment in Palestina of a national home for the Jewish people, and will use their best endeavors to facilitate

    the acievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done

    which may prejudice the civil and religious rights of exixting non-Jewish

    communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by jews in any

    other country.22

    (Yang Mulia Pemerintah memandang baik-baik saja Palestina dijadikan sebagai

    rumah-bangsa bagi orang-orang Yahudi dan akan menggunakan cara-cara paling

    19 Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jil. II; Jakarta: Rajawali Press, 1999) hal. 70 20 Ira M. lapidus. Ibid. hal. 65-70 21

    Ira M. Lapidus.Ibid.hal. 70-71 22 Hanry Cattan,The Palestine Problem: A Palestine Point of View dalam Syafiq Mughni (ed.). An Anthology of Contemporary Middle Eastern History. (Canada: McGill University, tt.) hal. 334-

    335

  • 15

    baik untuk memfasilitasi usaha ke arah sana; dapat dimengerti dengan jelas bahwa

    tidak ada sesuatupun yang akan dilakukan yang bisa merugikan hak-hak sipil dan

    agama dari komunitas non-Yahudi di Palestina ataupun hak-hak dan status politik

    yang sudah dinikmati oleh orang-orang Yahudi di negeri mana saja.)

    Tahun 1918, sekutu Eropa memenangkan Perang Dunia I. Dengan

    kemenangan itu, mau tidak mau pihak yang kalah perang harus melepaskan

    wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Palestina, yang dikuasai oleh Turki Usmani,

    harus diserahkan kepada Inggris sesuai dengan Perkankian Sykes-Picot tahun

    1916. Inilah masa awal Palestina berada di bawah The British Mandate of Palestine yang secera resmi memerintah kawasan Palestina setelah lepas dari Turki Usmani.

    Karena kekuasaan berada di tangan Inggris yang memberikan sokongan

    penuh kepada Israel, keinginan bangsa Yahudi untuk mendirikan negara bagi

    bangsa Yahudi di tanah Palestina sudah mendekati kenyataan. Mereka yang

    sebelumnya tidak diterima oleh Sutan Hamid untuk mendapatkan tanah di

    Palestina,23

    kini dengan leluasa dapat memilih tanah mana saja dari wilayah

    Palestina yang mereka inginkan. Antara tahun 1920-1945 penduduk Yahudi di

    Palestina bertambah sangat cepat sampai sekitar 31% dari seluruh penduduk

    Palestina. Pertambahan itu meningkat cepat terutama setelah ada kebijakan

    pengusiran bangsa Yahudi dari Jerman pada masa Nazi berkuasa.24

    Kebijakan imigrasi besar-besaran ini menuai protes keras dari bangsa Arab

    Palestina. Sejak saat itu ketegangan-ketegangan antara bangsa Yahudi dan Arab

    Palestina tidak bisa dihindarkan lagi. Masing-masing pihak sama-sama ingin

    saling melenyapkan dan ingin menguasai Palestina tanpa yang lain. Ketegangan

    tidak hanya sebatas ucapan tapi sudah sampai pada tarap perang dan melenyapkan

    nyawa, apalagi setelah negara Israel resmi didirikan pada tahun 1998. Konflik

    politik sampai konflik fisik terus berlangsung sampai sekarang. Apa yang menjadi

    sebab itu terjadi? Kita akan menemukan jawabnnya setelah mengikuti proses

    kelahiran negara Israel yang sangat kontroversial sampai hari ini.

    23 Abu Ridha (ed.).Palestina Nasibmu Kini. (Jakarta: Yayasan SIDIK, 1994) hal. 72 24 www.en.wikipedia.org/wiki/History of Palestine

  • 16

    BAB III

    KONTEKS KELAHIRAN HAMAS

    1. LAHIRNYA ISRAEL: AWAL KONFLIK BERKEPANJANGAN

    A. Gerakan Zionisme

    Zionisme adalah salah satu mazhab dalam agama Yahudi. Munculnya mazhab Zionisme ini tidak bisa dilepaskan dari harapan orang Yahudi untuk

    kembali ke Tanah yang Dijanjikan (Yerussalem). Mereka yang berkeyakinan untuk kembali ke Zion ini tersebar di berbagai tempat. Pada abad ke-19 banyak di antara mereka yang datang ke Palestina, terutama dari Rusia dan Eropa Timur

    yang sangat menderita akibat berbagai penganiayaan. Intensifnya gerakan anti-

    Semitisme di Rusia dalam dua dekade terakhir abad ke-19 menyebabkan

    berdirinya organisasi Hovevei Zion di Odessa dan koloni-koloni Zionis pertama di

    Palestina (1882), antara lain koloni Rishon le Zion di Yudea, Zichron Jacob di

    Samaria, dan Rosh Pina di Galilea. Pada tahun 1880-an pemukiman lainnya

    menyusul. Mereka kebanyakan orang Yahudi dari Rusia, Rumania, Galisia, dan

    Lithuania. Orang-orang kaya Yahudi di Barat seperti Baron Edmon de Rothchild

    banyak memberi sumbangan kepada orang-orang Yahudi yang datang ke

    Palestina. Bahkan sengaja didirikan Asosiasi Kolonisasi Yahudi (ICA) oleh Baron

    Maurice de Hirsch yang bertugas membeli tanah di Palestina dan menyediakan

    permodalan secukupnya bagi para pemukim.

    Zionisme menjadi sebuah gerakan resmi sekitar tahun 1897. Pada tahun

    itu, seorang koresponden Paris majalah Neue Freie Presse di Wina, Dr. Theodor

    Herzl menerbitkan majalah mingguan Die Welt sebagai sarana resmi para Zionis.

    Pada tahun yang sama, atas inisitifnya, terselenggara Kongres Zionis pertama

    yang diselenggrakannya di Basel, Swis. Kongres ini menghasilkan resolusi

    tentang Palestina yang harus menjadi pemukiman bangsa Yahudi dan didirikannya

    Organisasi Zionis Dunia. Herzl sendiri terpilih menjadi ketuanya. Inilah awal

    gerakan Zionisme secara mondial.

    Untuk mewujudkan impian mereka kembali ke tanah yang dijanjikan banyak cara yang mereka lakukan. Ketika Turki Usmani masih menguasai

    Palestina, berulang-ulang mereka meminta izin kepada sultan Abdul Hamid agar

    mereka boleh membeli tanah yang akan disiapkan menjadi pemukiman bangsa

    Yahudi. Namun, sampai akhir kekuasaannya, Sultan tidak pernah mengizinkan

    orang-orang Yahudi memiliki tanah-tanah di Palestina. Baru setelah Turki Usmani

    jatuh ke tangan Inggris pasca-Perang Dunia I, kaum Zionis mendapatkan izin

    untuk membuka pemukiman di Palestina. Mulanya membeli tanah, tapi kemudian

    banyak yang melakukan penyerobotan tanah-tanah milik rakyat Palestina.

    Sebelumnya, sekitar tahun 1903, ketika terjadi penganiayaan terhadap Yahudi

    secara besar-besaran di Rusia, kelompok Zionis melalui Herzl berunding dengan

    Inggris agar diberi tempat pemukiman baru bagi orang-orang Yahudi yang terusir

    itu. Inggris menawarkan Uganda, namun dalam Kongres ke-7 Organisasi Zionis

    Dunia tahun 1904 tawaran itu ditolak. Hanya satu tempat yang mereka inginkan,

  • 17

    yaitu Palestina, tempat yang mereka anggap sebagai warisan leluhur mereka yang

    dijanjikan untuk mereka.25

    Perjanjian Sykes-Picot (1916) memberikan peluang besar kepada orang-

    orang Yahudi untuk mendapatkan Palestina. Kesempatan itu semakin terbuka

    lebar pada saat Deklarasi Balfour (1917) ditandatangani. Dalam Deklarasi itu,

    Inggris mendukung sepenuhnya niat bangsa Yahudi mendirikan negara Nasional

    di Palestina.26

    Keberhasilan-keberhasilan diperoleh bangsa Yahudi atas lobi-lobi

    yang dilakukan oleh kelompok Zionis ini. Sebab, merekalah yang sangat

    berambisi untuk merebut Palestina dan mendirikan sebuah negara Yahudi di sana.

    Harus dicatat bahwa sejak awal didirikan sampai saat ini, gerakan

    Zionisme bukanlah murni gerakan keagamaan Yahudi. Sampai saat ini, Zionisme

    tetap merupakan gerakan nasional, sebuah gerakan bermotif duniawi yang

    menginginkan bangsa Yahudi memiliki tanah air sendiri. Hanya saja, untuk

    memperkuat posisi ini, mereka menggunakan doktrin-doktrin agama Yahudi yang

    seringkali dipaksakan agar sesuai dengan keinginan mereka. Oleh sebab itu, tidak

    heran kalau gerakan Zionisme ini mendapat tentangan juga dari kalangan

    agamawan Yahudi sendiri, selain dari orang-orang Arab Israel yang merasa hak-

    hak mereka dirampas.

    Tentangan antara lain muncul dari kaum Yahudi ultraortodoks. Mereka

    berkeberatan terhadap aspek politik gerakan ini. Mereka percaya bahwa kebali ke

    Zion (Tanah yang dijanjikan) harus merupakan takdir Tuhan, bukan kehendak

    duniawi. Di pihak lain, kelompok sosialis dan komunis menganggap Zionisme

    sebagai gerakan reaksioner kaum borjuis. Para rabbi Yahudi dan pengikutnya

    menentang zionisme juga karena karakter nasionalnya. Karena percaya bahwa

    Yudaisme adalah agama dan bukan kebangsaan, mereka cenderung menolak

    konsep politik Zionisme.

    Di Inggris dau organisasi Yahudi, Badan Perwakilan Yahudi Inggris dan

    Asosiasi Inggris-Yahudi, menentang Zionisme juga atas dasar kepercayaan bahwa

    Yudaisme adalah agama, bukan bangsa seperti klaim para Zionis. Oleh sebab itu,

    buat mereka tidak perlu orang-orang Yahudi memiliki negara nasional sendiri.

    Tentangan yang sama juga datang dari Komisi Yahudi di Amerika pimpinan

    Jacob H. Schiff, Louis Marshall, serta Mayer Sulzberger. Protes keras sering

    mereka lancarkan menentang keinginan-keinginan politik kaum Zionis.27

    Jelas

    bahwa munculnya Zionisme bukanlah gerakan keagamaan, melainkan gerakan

    nasionalisme yang sangat dipengaruhi oleh gaung nasionalisme yang pada masa

    itu tengah digandrungi di seluruh dunia.28

    Ini juga menandakan bahwa Zionisme

    juga tidak lebih daripada proyek borjuasi (baca: kapitalisme) yang ingin

    mencaplok apa saja yang menghalanginya. Dan ini juga merupakan salah satu

    25 George Lenczowski.Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1993) hal. 234-235 26 Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jil. II; Jakarta: Rajawali Press, 1999) hal. 70 27 George Lenczowski. op. cit. hal. 235-237 28 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 169

  • 18

    proyek pembaratan dunia Islam yang terus dilancarkan setelah kekalahan Eropa

    oleh umat Islam.

    B. Gelombang Perpindahan Bangsa Yahudi ke Palestina

    Seperti telah disinggung sekilas di atas, sejak banyaknya penganiayaan

    terhadap bangsa Yahudi di Rusia dan Eropa Timur terjadi perpindahan cukup

    signifikan orang-orang Yahudi ke Palestina. Perpindahan inilah yang menjadi

    faktor penentu lain lahirnya negara Israel Raya. Selain menambah jumlah orang-

    orang Yahudi di Palestina, perpindahan inilah yang pertama kali memicu

    munculnya konflik antara bangsa Arab-Palestina dengan Yahudi-Israel sejak awal

    tahun 1920-an sampai saat ini. Konflik ini pula yang nantinya menyeret konflik

    Israel-Palestina menjadi masalah internasional yang bahkan melibatkan negara-

    negara lain, terutama negara-negara Arab.

    Imigrasi Yahudi ke Palestina ini terjadi sejak tahun 1881 sebelum gerakan

    Zionisme internasional dideklarasikan oleh Theodor Herzl tahun 1897. Namun ide

    perpindahan ke Israel ini sejak awal telah diilhami oleh ide-ide kaum yang

    menganut paham Zionis yang nanati bersama Herzl mendeklarasikan gerakan

    Zionisme internasional..29

    Gelombang perpindahan kedua terjadi antara tahun

    1904-1914 yang membawa sekitar 40 ribu orang Yahudi ke Palestina. Setelah

    berakhir Perang Dunia I terjadi gelombang perpindahan ketiga (1919-1923) dan

    keempat (1924-1929). Saat itu, Palestina sudah di bawah The British Mandate

    (Mandat Inggris) yang sangat menyokong didirikannya negara nasional bagi

    bangsa Yahudi di Palestina, terutama setelah digagasnya Deklarasi Balfour tahun

    1917. Dengan adanya deklarasi ini, Pihak Inggris membayangkan bahwasanya

    tanah air Yahudi akan menjadi dalih bagi klaim Inggris untuk menguasai negeri

    ini. Mereka juga membayangkan bahwa meraka akan mendapatkan dukungan dari

    warga Yahudi di Rusia dan Amerika dalam pertempuran melawan Jerman.30

    Munculnya Nazisme di Jerman tahun 1933 mendorong gelombang

    imigrasi keempat bangsa Yahudi ke Palestina. Pada tahun 1922 jumlah penduduk

    Yahudi di Palestina hanya 11%. Gelombang imigrasi keempat ini telah menaikkan

    jumlah orang Yahudi di Palestina secara signifikan hingga mencapai angka 33%.

    Adalah Peristiwa Holocaus (pembantaian bangsa Yahudi oleh Nazi) yang telah

    sangat signifikan membawa pada perubahan ini. Sampai akhir Perang Dunia II

    jumlah penduduk Yahudi di Palestina mencapai sekitar 600.000 jiwa.31

    Jumlah ini

    29 Paham yang dianut Zionis terhimpun dalam Protokolat Para Hakim Zionis yang antara lain sebagai berikut: (1) semua orang Yahudi di dunia adalah anggota keluarga bangsa Israel; (2)

    zionisme bertujuan agar orang-orang Yahudi mampu mendominasi dunia sebagaimana telah

    dijanjikan oleh tuhan mereka Yahweh, sebagai titik tolak dari rencana besar itu, mereka harus mendirikan sebuah pemerintahan di bumi yang telah dijanjikan, yaitu yang terbentang antara

    Sungai Nil sampai sungai Eufrat; (3) orang Yahudi adalah bangsa istimewa yang harus menjadi

    tuan yang berkuasa, sementara bangsa-bangsa lainnya adalah budak-budak mereka, dan

    sebagainya. (Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran;

    Akar-akar Ideologis dan Penyebarannya. [Jakarta: WAMY, 1999] hal. 247). 30 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 170 31 www.en.wikipedia.org/wiki/Israel

  • 19

    sangat signifikan mengingat jumlah penduduk Palestina seluruhnya hanya sekitar

    1,3 juta jiwa.32

    Karena sejak awal muncul protes dari bangsa Arab-Palestina terhadap

    keberadaan bangsa Yahudi di tanah mereka, situasi di Palestina terus menerus

    tegang. Bahkan, tahun 1937 muncul pemberontakan Arab terhadap penguasa

    Mandat Inggris. Pemberontakan ini mendorong Inggris mengubah kebijakan yang

    memperlonggar eksodus bangsa Yahudi dari berabagai belahan dunia, terutama

    dari Eropa, ke Palestina. Pada tanggal 17 Mei 1939 Inggris mengumumkan

    Naskah Putih yang berisi prinsip-prinsip baru tentang Palestina. Kebalikan dari

    kebijakan lama, pemerintah mengusulkan pendirian, dalam sepuluh tahun, negara

    Palestina Merdeka yang dihubungkan dengan Inggris oleh suatu perjanjian

    khusus.

    Ketentuannya yang terpenting adalah mengenai imigrasi dan transfer

    tanah. Pada kedua hal ini, Inggris sebenarnya mengabulkan tuntutan orang-orang

    Arab, yaitu para imigran dibatasi hingga 75.000 orang untuk lima tahun

    berikutnya, dan setelah itu dihentikan sama sekali. Sementara itu, Palestina akan

    dibagi ke dalam tiga zona: pertama, zona yang memperbolehkan transfer tanah

    dari golongan Arab ke Yahudi; kedua, zona yang membatasi tindakan itu; dan

    ketiga, zona yang melarang sama sekali adanya transfer tanah itu.33

    Naskah Putih ini, sekalipun belum memuaskan pihak Arab, namun telah

    mencatat kemenangan cukup berarti bagi mereka. Pada saat yang sama kelompok

    Zionis merasa sangat terganggu dengan munculnya kebijakan itu. Mereka

    menganggap bahwa kebijakan itu telah menyalahi Deklarasi Balfour. Zionis

    Yahudi kemudian menuntut agar Inggris mencabut kembali kebijakan itu. Belum

    sempat ketegangan antara keduabelah pihak reda, keburu meletus Perang Dunia II

    pada bulan September 1939 yang ditandai dengan jatuhnya Pearl Harbour ke

    tangan Jepang.

    C. Era Dukungan Amerika

    Ketika meletus Perang Dunia II konflik Arab-Yahudi di Palestina agak

    sedikit mereda karena pihak Sekutu tengah berkonsentrasi menghadapi blok

    Jerman-Jepang-Itali. Untuk itu, banyak sekali pasukan Sekutu yang berada di

    kawasan Palestina. Bila orang-orang Arab memaksakan meneruskan gerilya, sama

    saja dengan bunuh diri. Sebab, Israel berada di pihak Sekutu yang dimotori oleh

    Amerika.

    Gencatan senjata Arab-Yahudi di Palestina hanya berlangung sampai

    tahun 1943 karena dinodai oleh gerakan terorisme yang dilakukan oleh orang-

    orang Yahudi terhadap pemerintah Inggris. Ada dua faktor yang menyebabkan

    munculnya gerakan ini. Pertama, adanya peningakatan luar biasa imigrasi Yahudi

    ilegal dari Eropa yang diduduki Nazi. Para Korban penyiksaan Nazi datang

    berbondong-bondong ke Palestina. Sementara, atas dasar Naskah Putih,

    32 Harun Yahya. Palestina: Zionisme dan Terorisme Israel. (Bandung: Dzikra, 2005) hal. 55 lihat juga Haitsam Al-Kailani. Siapa Teroris Dunia. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) hal. 166-167. 33 George Lenczowski. op. cit. hal. 243

  • 20

    pemerintah melarang mereka masuk ke Palestina. Mereka yang datang akhirnya

    diungsikan ke kamp-kamp penampungan di Siprus dan wilayah di seberang

    Palestina lainnya. Kedua, meningkatnya tekanan dari kelompok Zionis Amerika.

    Pada tanggal 11 Mei 1942 Organisasi Zionis Amerika bersidang di New York dan

    menghasilkan Program Biltmore yang diajukan oleh David Ben Gurion, ketua

    Komisi Eksekutif Agen Yahudi. Program Biltmor berisi: (1) pendirian negara

    Yahudi yang mencakup seluruh Palestina; (2) pembentukan militer Yahudi; (3)

    penolakan Naskah Putih tahun 1939 dan diteruskannya imigrasi tak terbatas ke

    Palestina yang tidak hanya diawasi oleh Inggris, tapi juga oleh Agen Yahudi.34

    Karena alasan itu, orang-orang Yahudi berani memprotes kebijakan Inggris.

    Keberanian mereka juga didukung oleh keberhasilan Zionis Amerika

    melobi Kongres Amerika Serikat agar mendukung usaha-usaha mereka untuk

    membatalkan Naskah Putih hingga kedatangan mereka ke Palestina tidak perlu

    dibatasi. Banyak badan legislatif negara bagian di AS yang mengesahkan resolusi

    pro-Zionis di atas. Bahkan pada bulan Februari 1944 Kongres AS mengeluarkan

    sebuah resolusi yang berisi permintaan untuk dibukanya kembali Palestina untuk

    imigran Yahudi tanpa pembatasan dan pembangunan kembali Palestina sebagai

    suatu persemakmuran Yahudi yang bebas dan demokratis. Resolusi ini juga mengharapkan campur tangan Pemerintah AS secara resmi untuk mencapai tujuan

    itu.

    Resolusi Kongres AS ini memang tidak sampai jadi diberlakukan karena

    Jendrall Marshall berkeberatan atas resolusi itu karena hanya akan merugikan

    hasil perang Sekutu. Namun, berkat lobi-lobi yang dilakukan agan-agen Zionis

    kepada para petinggi AS, niat kaum Yahudi itu secara resmi mendapat dukungan

    dari Presiden Amerika Franklin D. Roosevelt.35

    Atas dasar dukungan itu, orang-

    orang Yahudi berani menentang kebijakan Inggris yang secara de jure masih

    menjadi pemegang kekuasaan atas Palestina.

    Setelah itu, pemerintah Amerika terus menekan Inggris agar mencabut

    kembali kebijakan Naskah Putih-nya. Berkali-kali Inggris melakukan

    pembicaraan dengan pihak AS. Pihak Inggris tetap ingin mempertahankan

    diplomasi tradisional mereka untuk tidak memusuhi Arab. Oleh sebab itu, Inggris

    tetap berkeras untuk tetap melakukan pembatasan bagi para imigran Yahudi.

    Masalah tetap tidak selesai. Akhirnya, Inggris membawa masalah ini ke hadapan

    PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tanggal 2 April 1947.

    Dalam majelis PBB inilah Yahudi semakin mendapatkan angin segara

    karena mayoritas dukungan di Majelis Umum berasal dari Amerika dan Karibia

    yang menyokong mereka. Pada tanggal 29 November 1947 Majelis Umum PBB

    memutuskan untuk membagi wilayah Palestina berdasarkan kesatuan ekonomi.

    Melalui pembagian wilayah ini, kaum Yahudi berhasil mendapatkan 2/3 wilayah

    palestina meliputi: Yaffa, Galilea Timur sampai Lembah Esdraelon, darah pantai

    dari Haifa hingga ke Selatan Yaffa, dan sebagian besar Negeb. Sisanya di bagian

    tengah dan timur Palestina diserahkan kepada bangsa Arab. Sementara

    34 George Lenczowski. ibid. hal. 245 35 George Lenczowski. ibid. hal. 246

  • 21

    Yerussalem dan Bethlehem berada di bawah pengawasan pemerintahan yang

    bertanggung jawab langsung kepada dewan Perwalian PBB. Keputusan PBB juga

    memperhatikan keputusan Inggris yang akan mengakhiri mandat atas Palestina

    pada tanggal 1 Agustus 1948.36

    D. Negara Israel Berdiri

    Pembagian wilayah oleh Majelis Umum PBB itu mendapat reaksi keras

    dari bangsa Arab, tidak hanya Arab-Palestina, tapi juga bangsa-bangsa Arab dari

    daerah lain. Perang antara bangsa Arab dan Yahudi tidak bisa dielakkan. Pada

    bulan Januari 1948 detasemen bersenjata Arab mulai memasuki Palestina dan

    menyerang perkampungan Yahudi. Hingga 1 Februari perang ini menelan korban

    lebih dari 2.500 orang dan setelah itu setiap hari korban berjatuhan.

    Menghadapi kekerasan ini, Inggris menyatakan bahwa karena Arab dan

    Yahudi tidak menyetujui penyelesaian, ia tidak akan membantu PBB dalam

    melaksanakan rencana pembagian Palestina, akan mengakhiri mandatnya pada

    tanggal 15 Mei 1948, dan akan menentang masuknya Komisi Palestina PBB ke

    negara ini.

    Oposisi Arab juga mempengaruhi politik AS. Pada tanggal 19 Maret AS

    menyatakan di depan Dewan Keamanan PBB bahwa bila pembagian tidak dapat

    dilaksanakan, Palestina harus diawasi oleh perwalian sementara PBB. Perubahan

    politik ini mendatangkan protes dari Zionis. Sidang khusus DK PBBlainnya (16

    April dan 15 Mei) memperbincangkan proposal baru AS, namun gegal

    menghasilkan kesepakatan. Soviet, khususnya, bersikeras atas pelaksanaan

    resolusi pembgaian November 1947. Akhirnya Majelis Umum menyarankan

    penunjukkan mediator dan komisaris PBB bagi Yerussalem.

    Pada saat yang hampir bersamaan, sesuai dengan janji Inggris, pada

    tanggal 14 Mei 1948, Inggris secara resmi mengakhiri mandatnya di Palestina.

    Namun, pada hari yang sama Dewan Nasional Yahudi di Tel Aviv

    memproklamasikan negara Yahudi Israel. Dan beberapa jam kemudian Presiden

    Amerika Serikat Truman mengakui secara de facto negara baru ini atas nama

    Amerika Serikat.

    Tentu saja, pendeklarasian negara Israel semakin membangkitkan

    kemarahan negara-negara Arab. Segera setelah itu tentara-tentara Arab dari

    Suriah, Libanon, Transyordania, Iran, dan Mesir memasuki Palestina. Namun

    kekuatan agak tidak seimbang. Di satu pihak tentara Israel, sekalipun

    dikomandani oleh perwira yang masih muda, berusia 31 tahun, Yaakov Dori dan

    Kolonel Yigal Yadin, namun pasukan Israel memiliki semangat yang sangat

    tinggi untuk mempertahankan negara yang baru saja mereka dirikan dan

    dipersenjatai sangat lengkap. Senjata dan amunisi, bahkan pesawat terbang,

    mereka beli dari luar negeri, terutama dari Cekoslovakia. Banyak juga yang

    diselundupkan dari Amerika Serikat dan Eropa Barat. Para sukarelawam Yahudi

    dari Amerika Serikat dan negara lainnya, beberapa di antaranya berpendidikan

    36 George Lenczowski. ibid. hal. 248-250

  • 22

    militer yang baik, ikut memperkuat pasukan Israel. Selebihnya, pihak Amerika

    dan sekutu Israel di Eropa Barat memberikan dukungan penuh kepada Israel. Di

    pihak yang lain, tentara-tentara Arab, sekalipun jumlahnya cukup banyak, namun

    persenjataan mereka kalah canggih dibandingkan Israel.37

    Inilah kemudian yang

    memicu terus bergulirnya konflik berkepanjangan antara bangsa Arab dengan

    Yahudi Israel.

    Pada peristiwa perang ini, Hasan Al-Banna, pemimpin tertinggi Ikhwanul

    Muslimin di Mesir yang nantinya akan menjadi cikal bakal berdirinya Hamas

    (1987) mengirimkan pasukan sukarela non-militer untuk membantu perang

    melawan Israel. Ikhwanul Muslimin masuk ke dalam pasukan perang khusus.38

    Ikhwanul Muslimin sendiri adalah sebuah gerakan Islam di Mesir yang didirikan

    oleh Hasan Al-Banna pada tahun 1928. Gerakan Ikhwanul Muslimin ini adalah

    gerakan masyarakat sipil yang ingin menegakkan kembali Islam di muka bumi

    setelah diluluh-lantakkan oleh kolonialisme Eropa.39

    Ikhwanul Muslimin telah

    masuk ke Palestina sejak tahun 1935 ketika gelombang penyerobotan tanah

    Palestina pasca-Nazime di Jerman berlangsung. Pada Perang Januari-Februari

    1948 dan Perang Umum Juni 1948 Ikhwanul Muslimin juga ikut mengirimkan

    faksi militernya dalam perang-perang itu.40

    2. ANATOMI KONFLIK-KONFLIK ARAB-ISRAEL

    Konflik Arab-Israel (baca: Yahudi) sebetulnya sudah dimulai sejak terjadi

    eksodus besar-besaran bangsa Yahudi ke Palestina pasca Deklarasi Balfour tahun

    1917. Konflik ini semakin menggila setelah terbit resolusi Majelis Umum PBB

    tentang pembagian wilayah Palestina November 1947. Konflik pada tahun itu

    berubah menjadi pertempuran antara bulan Januari-Februari 1948 yang menelan

    lebih dari 2.500 korban jiwa. Konflik dalam wujud pertempuran terjadi lebih

    dahsyat setelah Yahudi mendeklarasikan berdirinya negara Israel yang berpusat di

    Tel Aviv pada tanggal 14 Mei 1948 bersamaan dengan dilepaskannya mandat

    Inggris atas Palestina. Secara umum konflik dapat dikategorikan menjadi dua

    bagian: sebelum tahun 1947 dan sesudah tahun 1947 yang akan kita bahas berikut.

    A. Konflik Sebelum 1947

    Konflik-konflik yang terjadi sebelum tahun 1947 lebih banyak berupa

    ketegangan-ketegangan diplomatik dan protes-protes keras antara bangsa Arab-

    Palestina yang merasa tanah mereka direbut dengan bangsa Yahudi yang begitu

    ambisius ingin menguasai Palestina. Protes-protes biasanya juga diwujudkan

    dalam bentuk kerusuhan-kerusuhan. Antara tahun 1880-1919 ketegangan juga

    terjadi antara penguasa Turki Usmani dengan pihak sekutu Eropa yang dimotori

    37 George Lenczowski. ibid. hal. 251-252 38 Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran; Akar-akar Ideologis dan Penyebarannya. (Jakarta: WAMY, 1999) hal. 8 39 Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. ibid. hal. 7 40 Jawad Al-Hamd dan Iyad Al-Barghutsy (ed.). Dirsah f Al-Fikr Al-Siys li Harakah Muqwamah Al-Islmiyyah (Hams) 1987-1996. (Amman: Dr Al-Basyr, 1997) hal. 31

  • 23

    oleh Inggris. Tahun 1920 terjadi kerusuhan di Palestina; tahun 1921 terjadi di

    Jaffa. Kerusuhan-kerusuhan itu kemudian mendorong pihak Sekutu Eropa untuk

    memberikan mandat kepada Inggris setelah bubarnya Turki Usmani yang secara

    de jure menguasai Palestina pada tahun 1924 untuk meredam kerusuhan-

    kerusuhan itu. Namun, kerusuhan-kerusuhan tetap saja terjadi. Pada tahun 1929

    terjadi lagi kerusuhan, kemudian antara tahun 1936-1939, dan terakhir tahun

    1946.41

    Kerusuhan-kerusuhan itu sesungguhnya memperlihatkan sebuah bentuk

    pemberontakan bangsa Arab terhadap dominasi asing dan Yahudi. Kerusuhan

    antara tahun 1936-1939, terutama didominasi oleh gerakan yang dipimpin oleh

    seorang yang sangat berpengaruh, Izzuddin Al-Qassam42

    . Pemberontakan ini amat

    dikenal karena merupakan puncak perkembangan dari pergerakan bangsa

    Palestina. Tahun 1930-an Syaikh Izzuddin Al-Qassam mendirikan Younng Mens Moslem Association yang menyerukan perlawanan terhadap imperialisme

    Inmggris dan pendudukan bangsa Yahudi. Ia juga kemudian mengorganisir Haifa

    Moslem Youth Association. Al-Qassam-lah yang memulai menyerukan gerakan

    perlawanan bersenjata terhadap para penjajah yang menggerogoti Palestina.43

    Masalahnya kemudian kenapa hanya karena kepindahan bangsa Yahudi ke

    Palestina sampai muncul tentangtan dari bangsa Arab-Israel? Inilah yang harus

    diketahui agar kita bisa mengerti kenapa orang-orang Arab tidak menyukai

    kedatangan bangsa Yahudi. Sejak hari ketika Zionisme memasuki Palestina, para

    pengikutnya telah berusaha untuk menghancurkan orang-orang Palestina. Agar

    memberi ruang pada para imigran Yahudi, orang-orang Palestina terus ditekan,

    diasingkan, dan diusir dari rumah-rumah dan tanah mereka. Gerakan ini sampai

    berdirinya negara Israel tahun 1948 telah menghancurkan kehidupan ratusan ribu

    orang Palestina. Bahkan sampai saat ini, sekitar 3,5 juta orang Palestina masih

    berjuang mempertahankan kehidupannya, menjadi pengungsi di kamp-kamp

    pengungsian dalam keadaan yang sangat sulit karena pengusiran tersebut.44

    Setiap kedatangan orang Yahudi yang baru berarti kekejaman, tekanan,

    dan kekerasan baru terhdap orang-orang Palestina. Untuk memberi tempat tinggal

    bagi pendatang baru, organisasi Zionis menggunakan tekanan dan kekuatan untuk

    mengusir orang-orang Palestina dari tanahnya yang telah mereka tempati selama

    berabad-abad, hingga mereka harus pindah ke padang pasir dan tempat-tempat

    pengungsian. Itulah yang menyebabkan orang-orang Arab merasa harus

    melakukan perlawanan terhadap bangsa Yahudi yang datang ke Palestina.45

    41

    www.en.wikipedia.org/wiki/Conflict of Arabs and Israel 42 Al-Syaikh Izzuddin Abdul Qadir Musthafa Al-Qassam lahir di Syria tahun 1882. Belajar di Al-Azhar dan pulang kembali ke kampung halamannya menjadi pendakwah Islam. Dia menjadi salah

    seorang yang memipin pemberontakan Rakyat Syria melawan Perancis antara tahun 1918-1920.

    Kemudian ia pindah ke Palestina setelah perang mereda dan mentap di Haifa. (Muhsin

    Muhammad Shalih. Dirsah Manhajiyyah f Al-Qadhiyyah Al-Filisthniyyah. [Kuala Lumpur:

    Fajar Ulung, 2003] hal. 373). 43 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 172-174 44 Harun Yahya. op. cit. hal. 54-55. 45 Harun Yahya. ibid. hal. 57.

  • 24

    B. Konflik Setelah tahun 1947

    Konflik setelah tahun 1947 lebih banyak diwarnai oleh pembantaian

    orang-orang Yahudi terhadap penduduk Arab-Palestina, tertutama setelah

    berdirinya negara Israel yang disokong penuh oleh kekuatan super power,

    Amerika Serikat dan Eropa Barat. Perang-perang antar militer memang terjadi

    antara tahun 1948 sampai tahun 1982. Perang-perang tersebut antara lain terjadi

    pada tahun-tehun berikut.

    1. Perang setelah resolusi Mejelis Umum PBB; bulan Januari-Februari 1948

    2. Perang setelah didirikannya negara Israel (14 Mei 1948); bulan Juni 1948

    3. Perang Suez tahun 1956; pada perang ini Israel yang berhadapan dengan

    pasukan-pasukan Arab dibantu oleh Inggris dan Prancis.

    4. Perang tahun 1967; peperangan ini sudah melibatkan PLO (Palestinian

    Liberation Organization) yang didirikan tahun 1964; pada perang ini peran

    Mesir dan Syria sangat signifikan.

    5. Perang tahun 1968-1970 (Perang Atrision); perang ini juga dimotori oleh

    Mesir.

    6. Perang tahun 1973; perang ini antara Israel dengan Syria memperebutkan

    Dataran Tinggi Golan.

    7. Perang tahun 1978 dengan PLO.

    8. Perang tahun 1982 (Perang Libanon) antara Israel dengan Libanon.46

    Di luar perang, ternyata kelompok Zionis Yahudi dan kelompok ekstrimis

    Yahudi lain seperti kelompok Revisionis yang lebih radikal daripada Zionis

    melakukan serangkaian tindak kekerasan, bahkan pembantaian, kepada rakyat

    biasa. Pembantaian ini dilakukan oleh tentara-tentara Israel dan organisasi teroris

    Yahudi seperti Haganah, Irgun, dan Stern. Mereka bersenjata lengkap, sementara

    yang diserangnya hanya rakyat biasa yang tidak memiliki senjata apapun. Jelas,

    ini merupakan tindakan biadab yang sangat wajar bila membangkitkan kemarahan

    bangsa Arab dan seluruh dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh Israel benar-benar

    sudah melewati batas-batas kemanusiaan. Berikut adalah beberapa contoh kasus

    pembantaian yang akan memperlihatkan kepada kita betapa biadab kelakuan

    orang-orang Yahudi Israel.

    1. Pembantaian King David, 1946: 92 orang tewas

    2. Pembantaian Baldat Al-Syaikh, 1947: 60 tewas

    3. Pembantaian Yehida, 1947: 13 tewas

    4. Pembantaian Khisas, 1947: 10 tewas

    5. Pembantaian Qazaza, 1947: 5 anak-anak tewas

    6. Pembantaian Hotel Samirami, 1948: 19 tewas

    7. Pembantaian Naser al-Din, 1948

    8. Pembantaian Tantura, 1948: 200 tewas

    9. Pembantaian Mesjid Dahmash, 1948: 100 tewas

    10. Pembantaian Dawayma, 1948: 100 tewas

    46 www.en.wikipwdia.net dalam pembahasan Conflict of Arabs and Israel

  • 25

    11. Pembantaian Houla, 1948: 85 tewas

    12. Pembantaian Salha, 1948: 105 tewas

    13. Pembantaian Deir Yasin, 1948: 254 tewas

    14. Pembantaian di Qibya, 1953: 96 tewas

    15. Pembantaian Kafr Qasem, 1956: 49 tewas

    16. Pembantaian Khan Yunis, 1956: 275 tewas

    17. Pembantaian di Kota Gaza, 1956: 60 tewas

    18. Pembantaian Fakhani, 1981: 150 tewas

    19. Pembantaian di Mesjid Ibrahimi, 1994: 5 orang tewas

    20. Pembantaian Qana, 1996: 109 tewas

    21. Pembantaian Shabra dan Satilla, dan sebagainya47

    3. LAHIRNYA GERAKAN-GERAKAN ANTI ISRAEL

    Dilakukannya pembantaian-pembantaian di luar perang resmi antar

    pasukan militer semakin memperuncing konflik Arab-Israel. Sejak awal tahun

    1920-an konflik sudah terjadi. Setelah Negara Israel dideklarasikan tahun 1948

    dan semakin banyaknya pembantaian yang dilakukan terhadap rakyat sipil yang

    tidak berdosa, konflik Arab-Israel semakin sengit. Semakin banyak juga faksi-

    faksi sipil Arab yang membentuk kelompok-kelompok perlawanan anti-Israel.

    Perang-perang dan bentrokkan bersenjata antara faksi-faksi Arab dengan Israel

    pun tidak bisa dielakkan. Korban dari kedua belak pihak, terutama dari faksi-faksi

    yang perlengkapan senjatanya sangat minim dan terksesan seadanya, berjatuhan.

    Pada mulanya faksi-faksi Arab yang berjuang melawan Israel dipimpin

    oleh negara-negara Arab. Ini berlangsung antara tahun 1948 sampai tahun 1967.48

    Kekalahan perjuangan di bawah kepemimpinan negara-negara Arab ini kemudian

    mengalihkan pimpinan perjuangan ke tangan bangsa Palestian sendiri. Sejak tahun

    1967 Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang berdiri tahun 1964 menjadi

    wakil resmi perjuangan bangsa Palestina.49

    Di samping PLO yang merupakan

    gabungan dari beberapa faksi perjuangan pembebasan Palestian, juga ada faksi-

    faksi lain yang kadang berseberangan dengan PLO.

    Munculnya faksi-faksi Arab yang menentang Israel itu dilatarbelakangi

    oleh perbedaan ideologi atau pemahaman setiap kelompok terhadap perjuangan

    menuju Palestina merdeka. Ada kelompok yang kompromis dan cenderung

    moderat. Kelompok ini lebih memilih berunding dsengan pihak Israel dan semua

    pihak yang berkepentingan untuk menyelesaikan masalah Palestina-Israel. Ada

    pula yang sama sekali tidak mau berkompromi dengan Israel. Enyahnya Israel dari

    bumi Palestina adalah harga mati. Buat kelompok ini, perjuangan fisik adalah cara

    yang paling mereka pilih. Diplomasi, kata mereka, hanya akan membuat orang

    Yahudi semakin semena-mena di Palestina. Tidak sedikit pula gerakan yang

    didirikan atas dasar ideologi tertentu seperti Nasionalisme, Marxisme-Leninisme,

    47 Harun Yahya.op. cit. hal. 75-85 48 Muhsin Muhammad Shalih. Dirsah Manhajiyyah f Al-Qadhiyyah Al-Filisthniyyah. (Kuala Lumpur: Fajar Ulung, 2003) hal. 361-364. 49 Ira M. Lapidus. op.cit. hal. 177

  • 26

    Liberalisme, dan sebaginya. Berikut adalah beberapa di antara faksi-faksi Arab

    yang lahir dalam konflik Arab-Israel yang secara umum terbelah menjadi dua:

    faksi yang bergabung dalam PLO dan faksi-faksi yang memilih bergerak di bawah

    tanah.

    A. PLO (Palestine Liberation Organization)

    PLO (Palestine Liberation Organization) atau Munazhzhamah Al-Tahrr

    Al-Filisthniyyah adalah orgnaisasi gabungan dari beberapa faksi perjuangan

    rakyat Palestina. Organisasi ini didirikan tahun 1964 melalui Muktamar Umum

    Rakyat Palestina tanggal 28 Mei 2 Juni 1964 di Al-Quds (Yerussalem). Pada Mukmatar itu, terpilih juga Ahmad Al-Syuqairi sebagai ketua pertama PLO yang

    pertama.50

    PLO didirikan pada mulanya sebagai front pengimbang kekuasaan

    Presiden Mesir, Jamal Abdul Nashir, atas Palestina.51

    Dalam piagam pendirian

    PLO dinyatakan beberapa hal berikut: (1) Palestina adalah tanah air bangsa Arab Palestina yang menjadi bagian tak

    terpisahkan dari tanah air Arab yang besar. Sedangkan Bangsa Palestian

    merupakan bagian dari bangsa arab;

    (2) Palestina dengan batas-batasnya yang telah ada pada masa perwalian Inggris

    merupakan kesatuan wilayah yang integral;

    (3) Bangsa Arab Palestina adalah penentu sah di tanah airnya. Setelah bangsa

    Palestina meraih kemerdekaan tanah airnya, maka merekalah yang berhak

    menentukan nasibnya sesuai dengan kehendaknya dan sesuai dengan kemurnian

    dan kehendak dan pilihannya.52

    Dalam piagam di atas, PLO menghendaki bangsa Palestina menentukan

    sendiri nasibnya, tidak oleh bangsa lain seperti sebelumnya. Inilah yang menjadi

    tujuan didirkannya PLO. Sekalipun piagam ini baru dirumuskan pada tahun 1968

    setelh PLO secara resmi memegang kendali atas Palestina dari tangan bangsa

    Arab, sejak awal PLO memang menginginkan hal yang disebutkan di atas hingga

    akhirnya dipercaya menjadi pemimpin resmi perjuangan rakyat Palestina sejak

    tahun 1967.

    Sejak berdirin sampai tahun 1967 PLO berada di bawah pimpinan Ahmad

    Al-Syuqairi, kemudian digantikan oleh Yahya Hammuda sampai tahun 1969.

    Yaser Arafat menggantikan Hammuda sampai Arafat meninggal tahun 2004.

    Setelah itu PLO dipimpin oleh Mahmoud Abbas yang sekaligus menjadi

    pemimpin Pemerintahan Otioritas Palestina menggantikan Arafat.

    Faksi-faksi yang bergabung dengan PLO terdiri atas berbagai kelompok

    dengan ideologi yang berbeda-beda. Yang paling dominan adalah faksi Fatah

    yang didirikan oleh Yaser Arafat. Faksi ini berhaluan nasionalis. Faksi-faksi lain

    yang bergabung antara lain sebagai berikut:

    1. The Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP); terbesar kedua

    setelah Fatah, berhaluan komunis dan bersifat militan-radikal.

    50 Muhsin Muhammad Shalih. op. cit. hal. 366 51 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 177 52 Abu Ridha (ed.). Palestina; Nasibmu Kini. (Jakarta: Yayasan SIDIK, 1994) hal. 29-30.

  • 27

    2. The Democratic Front for the Liberation of Palestine (DFLP); terbesar

    ketiga, berhaluan Komunis.

    3. The Palestinian People's Party (PPP), tidak militan, namun berhaluan

    komunis.

    4. The Palestine Liberation Front (PLF); faksi sayap kiri kecil.

    5. The Arab Liberation Front (ALF); faksi kecil di bawah kontrol Partai

    Bats Irak yang pernah dipimpin Saddam Husein, berhaluan sosialis. 6. Al-Sa'iqa; faksi kecil yang dikontrol oleh Partai Bats Syiria 7. The Palestine Democratic Union (Fida); faksi kecil sayap kiri tidak militan

    8. The Palestinian Popular Struggle Front (PPSF); faksi kecil sayap kiri.

    Faksi-faksi Islam seperti Hamas (1987) dan Jihad Islam tidak menjadi anggota

    PLO53

    . Mereka memilih menjadi faksi-faksi bawah tanah. Khusus mengenai

    Hamas, akan kita kaji lebih mendalam pada bab ke-4.

    B. Gerakan-Gerakan Radikal Bawah Tanah

    Gerakan-gerakan yang bergerak di bawah tanah, pada umumnya telah

    melakukan serangkaian gerakan sejak tahun 1920-an. Setelah berdirinya Israel,

    mereka rata-rata tidak mau melakukan perjuangan dengan cara-cara diplomatik

    damai. Buat mereka jihad dengan mengusir bangsa Yahudi dari tanah Palestina adalah harga mati yang harus mereka beli. Oleh sebab itu, ketika PLO resmi

    didirikan sebagai lembaga resmi yang berjuang mewujudkan negara Palestina

    merdeka, mereka tidak bersedia untuk menjadi bagian dari organisasi itu. Selain

    karena kebijakan-kebijakan yang mengarah pada sikap-sikap longgar terhadap

    Israel tidak mereka setujui, keberadaan sebagian besar anggota organisasi itu yang

    didominasi oleh kelompok nasionalis, sosialis, dan komunis membuat mereka

    tidak nyaman. Secara ideologi, kelompok-kelompok yang bergabung dalam PLO

    bertolak-belakang dengan ideologi yang mereka anut (baca: Islam). Oleh sebab

    itu, akhirnya mereka memilih untuk melakukan perlawanan di bawah tanah dan

    terkesan radikal. Padahal, tidak semua gerakan mereka bersifat radikal.

    Di antara kelompok yang melakukan gerakan bawah tanah ini adalah

    kelompok Jihad Islam dan Sayap Militer Ikhwanul Muslimin di Palestina yang

    sesudah tahun 1987 berubah menjadi Hamas. Kelompok Jihad Islam didirikan tahun 1980 oleh anak-anak muda Palestina yang belajar di universitas-universitas

    di Mesir. Anak-anak muda ini dipimpin oleh Dr. Fathi Al-Syaqaqi.

    Fathi Al-Syaqaqi dilahirkan di Gaza tahun 1951. Ia belajar kedokteran di

    Universitas Zaqziq Mesir antara tahun 1974-1981. Pemikirannya untuk

    mendirikan Jihad Islam tumbuh pada saat dia kuliah di Mesir itu. Dia berbeda

    pendapat dengan Ikhwanul Muslimin tentang metode penyelesaian masalah-

    masalah Palestina. Al-Syaqaqi melihat gerakan Ikhwan di Palestina terlalu lembek

    hingga tidak segera dapat membebaskan Palestina. Pemikiran ini terinspirasi oleh

    Revolusi Islam Iran tahun 1979 di bawah Humaini. Selain itu, ia juga terinspirasi

    oleh gerakan Jihad Islam di Mesir yang melakukan perlawanan secara

    53 www.en.wikipedia.org/wiki/PLO

  • 28

    revolusioner terhadap rezim Anwar Sadat dan gerakan jihad Al-Qassam sebelum

    berdiri Negara Israel.

    Baginya, gerakan yang harus dilakukan untuk membebaskan Palestian dari

    cengkraman Islam adalah dengan cara revolusi, bukan dengan cara-cara seperti

    yang dilakukan Ikhwan, apalagi PLO. Ikhwan dianggap terlalu lambat melakukan

    gerakan, karena lebih banyak berkonsentrasi dulu pada masalah-masalah sosial

    dan pendidikan. Cara itu tidak akan segera dapat membebaskan rakyat Palestina

    dari cengkraman Yahudi. Untuk itulah pada tahun 1980 ia mendirikan Jihad

    Islam bersama kawan-kawannya yang satu visi dengannya. Dia sendiri baru

    pulang ke Palestina pada tahun 1981 setelah menyelesaikan kuliahnya.

    Dalam perjalanannya Jihad Islam pecah menjadi tiga kelompok antara

    lain: kelompok Jihad Islam yang dipimpin sendiri oleh Fathi Al-Syaqaqi,

    kelompok Jihad Islam Baitul Maqdis pimpinan Syaikh Asad, dan kelompok Jihad Islam Batalyon Al-Aqsha pimpinan Ibrahim Sirbil. Di antara ketiga kelompok tersebut kelompok Jihad Islam pimpinan Al-Syaqaqi tetap menjadi

    kelompok yang memiliki pengikut paling banyak. Al-Syaqaqi meninggal tahun

    1995 dalam sebuah insiden pembunuhan yang diotaki oleh agen intelijen Israel,

    Mossad.54

    Selain Jihad Islam, gerakan anti-Israel lain yang memilih untuk bergerak

    di bawah tanah dan tidak bergabung dengan PLO adalah Ikhwanul Muslimin

    sayap Palestina yang pada tahun 1987 mengubah nama menjadi Hamas (Harakah

    Muqawamah Al-Islamiyyah) pimpinan Syaikh Ahmad Yasin. Pada mulanya.

    Ikhwanul Muslimin bergabung dengan PLO melalui partai Fatah. Sebab, Fatah

    sendiri sebenarnya dibuat oleh kelompok Ikhwanul Muslimin di Jalur Gaza.

    Namun, kekecewaan terhadap Fatah yang kemudian dipimpin oleh Yasir Arafat

    membuat Ikhwanul Muslimin memutuskan untuk tidak lagi bergabung dengan

    Fatah dan mendirikan faksi gerakan sendiri yang dinamai Hamas pada tahun

    1987. Hamas memilih bergerak di bawah tanah. Mengenai Ikhwanul Muslimin

    dan sepak terjangnya dalam sejarah pembebasan Palestina sampai nanti berubah

    nama menjadi Hamas akan dibahas secara khusus pada subbab berikut.

    4. IKHWANUL MUSLIMIN PALESTINA: CIKAL BAKAL HAMAS

    Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi gerakan yang didirikan oleh

    Hasan Al-Banna di Mesir tahun 1928. Ketika terjadi gejolak di Palestina akibat

    jatuhnya Palestina ke tangan Inggris dan eksodusnya bangsa Yahudi dari Eropa ke

    kawasan ini, Ikhwanul Muslimin termasuk salah satu gerakan politik di Arab yang

    pertama kali memberikan perhatian. Ikhwanul Muslimin memperlihatkan

    perhatian yang serius terhadap masalah Palestina.

    Tahun 1935 Hasan Al-Banna mengutus saudaranya, Abdurrahman Al-

    Banna, dan Muhammad Asad Al-Hakim untuk mengunjungi Palestina melihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin di

    Palestina. Tahun 1936 Ikhwanul Muslimin mendirikan cabang di Haifa, kemudian

    54 Muhsin Muhammad Shalih. op. cit. hal. 420-423

  • 29

    di Gaza atas prakarsa Ayash Umairah untuk mengontrol kelompok-kelompok

    kecil Ikhwanul Muslimin yang tersebar dari Yafa sampai Yerussalem (Al-Quds)

    pada tahun 1930-an. Dari sana kemudian tersebarlah cabang-cabang Ikhwanul

    Muslimin di seluruh Palestina. Pada tahun 1948 jumlahnya mencapai 25 caban.

    Jumlah anggota dari seluruh cabang antara 12 sampai 20 ribu orang yang semunya

    tunduk di bawah kendali Ikhwanul Muslimin pusat di Cairo. Pada tahun-tahun 30-

    an sampai 40-an Ikhwanul Muslimin sangat dekat dengan tokoh pergerakan

    radikal Palestina, Izzuddin Al-Qassam. Kelompok Ikhwanul Muslimin dengan

    kelompok Jihad Al-Qassam satu sama lain saling membantu dalam menghadapi

    bangsa Yahudi.

    Ketika terjadi Perang Umum tahun 1948, Ikhwanul Muslimin Palestina

    bergabung dengan pasukan Ikhwanul Muslimin dari Mesir yang ikut menjadi

    pasukan sukarela dalam pasukan tentara yang dikirim oleh pemerintah Mesir.

    Selain dari Mesir, pasukan-pasukan Ikhwanul Muslimin dari Suriah, Yordania,

    dan Irak juga ikut bergabung besama-sama menghadapi pasukan Zionis Yahudi.

    Dari Mesir, pasukan Sukarela Ikhwanul Muslimin sebanyak tiga batalyon

    dipimpin oleh Ahmad Abdul Aziz; dari Yordania dikirimkan pasukan sukarela

    dibawah pimpinan Abdulllatif Abu Qurah, ketua Ikhwanul Muslimin Amman; dan

    dari Suriah didatangkan pasukan sukarela pimpinan Musthafa Al-Sibai, ketua Ikhwanul Muslimin Damaskus.

    55

    Sayang sekali, pada saat yang sama, di Mesir pada tanggal 8 November,

    Muhammad Fahmi Naqrasyi, perdana menteri Mesir waktu itu membekukan

    gerakan Ihkwan, menyita harta kekayaannya, dan menangkap tokoh-tokohnya.

    Desember 1948, Naqrasyi diculik dan dibunuh. Orang-orang Ikhwan dituduh

    sebagai pelakunya. Ketika jenazah Naqrasyi diusung, para pendukungnya

    berteriak, Kepala Naqrasyi harus dibayar dengan kepala Hassan Al-Banna. Pada tanggal 22 Februari 1949, Hassan Al-Banna dibunuh oleh pembunuh misterius.

    56

    Dalam situasi seperti itu, Ikhwanul Muslimin di Palestina yang langusng

    berada di bawah kontrol Ikhwanul muslimin Mesir pun ikut dibekukan. Namun,

    para tokohnya tidak berhenti berjuang karena dibekukannya Ikhwan. Mereka

    mengganti nama gerakannya di Palestina dengan nama Jamiyyah Al-Tauhid. Melalui organisasi baru ini, tokoh-tokoh gerakan Ikhwan di Palestina kembali

    melakukan aktivitas perjaungannya. Kali ini, tidak hanya mempersiapkan pasukan