hampir fix

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) disebutkan 5 kemampuan pokok guru yaitu kemampuan untuk: (1) merumuskan indikator keberhasilan belajar, (2) memilih dan mengorganisasikan materi, (3) memilih sumber belajar, (4) memilih mengajar dan (5) melakukan penilaian. Masih banyak lagi model yang menggambarkan kemampuan dasar mengajar ini, namun demikian nampak dengan jelas bahwa pada semua profil kemampuan tersebut selalu mencantumkan dan mempersyaratkan kemampuan tenaga pengajar untuk mengevaluasi hasil belajar, sebab kemampuan mengevaluasi hasil belajar memang merupakan kemampuan dasar yang mutlak dimiliki oleh tenaga pengajar. Setiap pembelajaran di kelas diawali dengan merancang kegiatan pembelajaran. Salah satu aspek yang harus ada dalam perencanaan tersebut adalah tujuan pengajaran sebagai target yang diharapkan dari proses belajar mengajar dan cara bagaimana tujuan dan proses belajar mengajar tersebut dapat dicapai dengan efektif. Selanjutnya, berdasarkan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran selalu muncul pertanyaan, 1

Upload: dita-pramida

Post on 23-Dec-2015

265 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

materi ini mengenai

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) disebutkan 5

kemampuan pokok guru yaitu kemampuan untuk: (1) merumuskan indikator

keberhasilan belajar, (2) memilih dan mengorganisasikan materi, (3) memilih

sumber belajar, (4) memilih mengajar dan (5) melakukan penilaian. Masih

banyak lagi model yang menggambarkan kemampuan dasar mengajar ini,

namun demikian nampak dengan jelas bahwa pada semua profil kemampuan

tersebut selalu mencantumkan dan mempersyaratkan kemampuan tenaga

pengajar untuk mengevaluasi hasil belajar, sebab kemampuan mengevaluasi

hasil belajar memang merupakan kemampuan dasar yang mutlak dimiliki oleh

tenaga pengajar.

Setiap pembelajaran di kelas diawali dengan merancang kegiatan

pembelajaran. Salah satu aspek yang harus ada dalam perencanaan tersebut

adalah tujuan pengajaran sebagai target yang diharapkan dari proses belajar

mengajar dan cara bagaimana tujuan dan proses belajar mengajar tersebut

dapat dicapai dengan efektif. Selanjutnya, berdasarkan rencana dan tujuan

yang telah ditetapkan dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam

pelaksanaan pembelajaran selalu muncul pertanyaan, apakah kegiatan

pengajaran telah sesuai dengan tujuan, apakah siswa telah dapat menguasai

materi yang disampaikan, dan apakah proses pembelajaran telah mampu

membelajarkan siswa secara efektif dan efisien. Untuk menjawab pertanyaan

tersebut perlu dilakukan asesmen pembelajaran(Balitbang, 2006) .

Asesmen pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses

pembelajaran, sehingga kegiatan asesmen harus dilakukan pengajar sepanjang

rentang waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Itulah sebabnya,

kemampuan untuk melakukan asesmen merupakan kemampuan yang

dipersyaratkan bagi setiap tenaga pengajar. Hal ini terbukti bahwa dalam

semua referensi yang berkaitan dengan tugas pembelajaran, selalu ditekankan

pentingnya kemampuan melakukan asesmen bagi guru dan kemampuan ini

selalu menjadi salah satu indikator kualitas kompetensi guru. Untuk

1

menghindari kesalahan persepsi dan agar guru dapat mempersipakan dan

melakukan asesmen dengan benar perlu dijelaskan tentang apa sebenarnya

pengertian dari asesmen pembelajaran dan bagaimana kesalahan pengertian

tersebut biasa terjadi di sekolah.

Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan yang ingin dicapai

dalam proses pembelajaran. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti

pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956,

yaitu cognitive, affective dan psychomotor. Kognitif (cognitive) adalah ranah

yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan ketrampilan

intelektual. Afektif (affective) adalah ranah yang berkaitan dengan

pengembangan pengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi, sedangkan

psikomotor (psychomotor) adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan atau keterampilan motorik.

Sayangnya, pengetahuan akan asesmen pembelajaran yang baik dan benar

belum diketahui apalagi diterapkan oleh semua pengajar di Indonesia.

Buktinya, masih saja terdapat pengaar yang memegang prinsip subjektifitas

tanpa memandang aspek-aspek asesmen pembelajaran yang semestinya. Tentu

saja hal ini akan berdampak sangat buruk terhadap keberlanjutan pendidikan

di Indonesia. Untuk itu, materi mengenai asesmen pembelajaran sangat

penting untuk diketahui lebih lanjut oleh calon-calon guru di Indonesia.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis memandang perlu untuk mengkaji

lebih jauh mengenai, “Penilaian dalam Proses Pembelajaran”. Dalam

makalah ini, hal-hal yang akan dibahas, antara lain pengertian asesmen

pembelajaran, tujuan asesmen, macam-macam, ruang lingkup, langkah-

langkah asesmen, ranah asesmen, dan prinsip-prinsip asesmen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan hal-hal sebagai

berikut:

1.2.1 Apa pengertian dari penilaian dalam proses pembelajaran?

1.2.2 Apa saja tujuan dari penilaian dalam proses pembelajaran?

1.2.3 Apa saja macam-macam penilaian dalam proses pembelajaran?

2

1.2.4 Apa saja ruang lingkup penilaian dalam proses pembelajaran?

1.2.5 Bagaimana langkah-langkah penerapan penilaian dalam proses

pembelajaran?

1.2.6 Bagaimana prinsip-prinsip penilaian dalam proses pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, penulisan makalah ini memiliki

beberapa tujuan, antara lain:

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari penilaian dalam pembelajaran.

1.3.2 Untuk memahami tujuan dari penilaian dalam pembelajaran.

1.3.3 Untuk memahami macam-macam penilaian dalam pembelajaran.

1.3.4 Untuk memahami ruang penilaian dalam pembelajaran.

1.3.5 Untuk mengkaji langkah-langkah penerapan penilaian dalam proses

pembelajaran.

1.3.6 Untuk mengkaji prinsip-prinsip penilaian dalam pembelajaran.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.

1.4.1 Bagi Penulis

Pembuatan makalah ini, diharapkan mampu memberikan pengalaman

bagi penulis dalam penyusunan makalah, serta pemahaman lebih

kepada penulis tentang penilaian dalam pembelajaran.

1.4.2 Bagi Pembaca

Pembuatan makalah ini, diharapkan mampu memberikan informasi

serta menjadi referensi mengenai penialaian dalam pembelajaran

kepada pembaca. Selain itu, pembaca juga diharapkan mengetahui

aplikasi konsep tersebut.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penilaian/Assesment

Penilaian/assesment berdasarkan kompetensi merupakan suatu proses

pengumpulan bukti secara sistematis serta pembuatan keputusan tentang perilaku

seseorang terhadap sekitar kompetensi yang telah ditetapkan(Asmawi, 1994).

Penilaian sebaiknya saling berhubungan antara keterampilan, pengetahuan dan

sikap dan penerapan yang berguna, candidate/peuji harus menunjukkan bahwa

mereka kompeten dalam semua tugas,tidak hanya sebagian saja . Penilaian

berdasar kompetensi bukan hanya tentang unjuk kerja, pengetahuan dan

pemahaman adalah fundamental untuk unjuk kerja dan keperluan untuk dinilai.

Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan

informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan

keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program

pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah (Poerwati,

2008). Keputusan tentang siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola

pembelajaran di kelas, bagaimana guru menempatkan siswa pada program-

program pembelajaran yang berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing, bimbingan dan

penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut.

Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah termasuk pengambilan

keputusan tentang efektifitas program dan langkah-langkah untuk meningkatkan

kemampuan siswa dengan pengajaran remidi (remidial teaching). Keputusan

untuk kebijakan pendidikan meliputi; kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten

maupun nasional. Pembahasan tentang kompetensi untuk melakukan asesmen

tentang siswa akan meliputi bagaimana guru mengkoleksi semua informasi untuk

membantu siswa dalam mencapai target pembelajaran dengan berbagai teknik

asesmen, baik teknik yang bersifat formal maupun nonformal, seperti teknik

paper and pencil test, unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah,

tugas-tugas di laboratorium maupun keaktifan diskusi selama proses

4

pembelajaran. Semua informasi tersebut dianalisis untuk kepentingan laporan

kemajuan siswa.

Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan

non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan

tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran, guru akan dihadapkan pada 3

(tiga) istilah yang sering dikacaukan pengertiannya, atau bahkan sering pula

digunakan secara bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian dan test (Poerwati,

2008). Untuk lebih jauh bisa memahami pelaksanaan asesmen pembelajaran

secara keseluruhan, perlu dipahami dahulu perbedaan pengertian dan hubungan di

antara ketiga istilah tersebut, dan bagaimana penggunaannya dalam asesmen

pembelajaran.

Jadi dapat diartikan bahwa assesment dalam pembelajaran adalah suatu

proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-

variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh

guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Variabel-variabel penting

yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan

berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal. Penilaian/assesment

juga dapat diartikan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan

berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan

hasil belajar yang telah dicapai.

2.2 .  Tujuan Asesmen

Taylor (2000) dalam menyatakan bahwa tujuan dari asesmen itu ada

beberapa macam, yaitu:

1. Identifikasi Awal ( Screening )

Screening ditujukan untuk mengidentifikasi atau menemukenali anak yang

memiliki masalah akademik dan memerlukan layanan pendidikan khusus.

Seorang anak yang harus diasesmen harus diidentifikasi terlebih dahulu.

Dimana asesmen dapat digunakan untuk menghadapi individu yang

dipertimbangkan mengalami masalah yang beresiko tinggi.

2. Menentukan serta menilai strategi dan program pembelajaran

5

Asesmen dilakukan untu menentukan strategi dan program pembelajaran yang

sesuai, dimana informasi asesmen dapat digunakan dengan 4 cara, yaitu:

a. Sebelum anak menerima layanan pendidikan khusus, guru umum

membantunya dalam menentukan program pembelajaran yang tepat.

b. Prosedur asesmen dapat menentukan keefektifan strategi dan program

pembelajaran.

c. Asesmen dapat memberikan informasi prereferal untuk

mendokumentasikan kebutuhan rujukan formal.

d. Informasi ini dapat dimanifestasikan dalam program pendidikan yang

diindividualkan pada anak-anak yang membutuhkan layanan pendidikan

khusus.

3. Menentukan tingkat prestasi dan kebutuhan pendidikan

Anak-anak yang menerima layanan pendidikan khusus harus diidentifikasi

kebutuhannya. Caranya adalah dengan mengevaluasi tingkat kemampuan

setiap anak, yang terdiri dari pengukuran pra akademik, akademik, dan

keterampilan sosial.

4. Keputusan kelayakan layanan pendidikan

Data asesmen digunakan untuk menentukan kelayakan layanan pendidikan

khusus karena pelayanan tersebut melibatkan pelabelan atau klasifikasi anak.

Jika data yang terkumpul menunjukkan bahwa kemampuan anak rata-rata,

maka ia tidak berhak memperoleh layanan pendidikan khusus.

5. Keputusan penempatan program

Informasi asesmen harus digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat

keputusan penempatan pendidikan yang paling sesuai bagi anak-anak

berkebutuhan khusus.

6. Mengembangkan program pendidikan yang diindividualkan

Jika seorang anak memperoleh layanan pendidikan khusus formal, ia harus

memiliki program pendidikan yang diindividualkan (PPI) yang berfungsi

sebagai kontrak untuk mengidentifikasi tujuan dan waktu pemberian layanan.

7. Memonitor dan melaporkan kemajuan (evaluasi)

6

Berbagai prosedur digunakan untuk mendokumentasikan tingkat dan jenis

prestasi dari tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai informasi yang telah

diperoleh digunakan untuk membuat modifikasi program.

2.3 Macam-macam Assesment

1. Assesment/Penilaian Alternatif

Penilaian alternatif merupakan penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil

belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)

peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau

prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif

(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif

tersebut.

          Dengan demikian asesmen alternatif (alternative assessment) adalah segala

jenis bentuk asesmen diluar asesmen konvensional (selected respon test dan

paper-pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap secara langsung

proses dan hasil belajar siswa. Dalam beberapa literatur, asesmen alternatif ini

kadang-kadang disebut juga asesmen autentik (authentic assessment), asesmen

portofolio (portfolio assessment) atau asesmen kinerja (performsnce as-sessment).

Ada beberapa sub unit yang dibahas dalam materi alternatif assessment yaitu

hakikat alternatif assessmen, strategi alternatif assessment, Performance

Assessment sebagai Asesment Alternatif, dan Penilaian Alternatif dalam Penilaian

Berbasis Kelas (Widodo, 2009).

a. Hakikat Alternatif Assessment

Dalam mengumpulkan informasi ini guru biasanya menggunakan paper

and pencil test atau tes stkitar atau penilaian konvensional/tradisional.dalam

melakukan penilaian guru memerlukan instrument selain paper and pencil test,

nah berarti kita butuh instrument yang lain atau alternative. Alternative

assessment bukan menghilangkan penilain paper and pencil test, tetapi bentuk

assessment yang lain dan dapat mengukur kemampuan siswa yang tidak dapat

dijangkau dengan penilaian konvensional.

7

b. Strategi Alternatif Assessment

Strategi-strategi assessment yang digunakan dalam melakukan assessment

berkelanjutan adalah sebagai berikut: asesmen kinerja (Performance

Assessment), observasi (Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning),

Presentasi (Presentation), diskusi (Discusions), Projek ((Project),

investigasi/penyelidikan (Investigation), Portofolio (Portofolio), Jurnal

(Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, Evaluasi diri oleh siswa (Self

Eevaluation), tes buatan siswa.

c. Performance Assessment sebagai Asesment Alternatif

Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan ke-

berhasilan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pem-

belajaran. Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target infor-masi

yang ingin dicapai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai

siswa. Ada lima kategori target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam

menentukan jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil

belajar tersebut adalah:

1) Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap

substansi pengetahuan suatu mata pelajaran .

2) Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam

meng-gunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan

meme-cahkan suatu masalah.

3) Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang

berhubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan

pengetahuan.

4) Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu

yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan .

5) Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat

mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan.

Untuk lima kategori hasil belajar di atas ada empat jenis metode asesmen

dasar. Keempat metode tersebut adalah:

1) Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan gkita

(multi-ple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan

8

atau menco-cokkan (matching exercises), dan isian singkat (short

answer fill-in items).

2) Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa

persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan

dari solusi terhadap persoalan tersebut.

3) Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap

pres-tasi yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran.

Asesmen ini terutama didasarkan pada kegiatan observasi dan

evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan, sikap, dan

produk ditunjukkan oleh siswa.

4) Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah

per-tanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran,

wawan-cara, perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut

munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan

jawaban/gagasan.

d. Penilaian Alternatif dalam Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian terhadap siswa tidak hanya mencakup penilaian perubahan atau

perkembangan perilaku belajar setelah siswa menempuh suatu pelajaran

tertentu. Penilaian terhadap perubahan dan perkembangan diri siswa dalam

proses pembelajaran seharusnya juga mencakup : kecakapan dan pengetahuan

awal (prior knowledge), aktivitas dan kecakapan yang tampak pada siswa

selama proses pembelajaran berlangsung di kelas, dan aktivitas pengetahuan /

kecakapan siswa yang dilaksanakan dan diperoleh di luar kelas atau di

lingkungan hidup sehari-hari.

Format penilaian alternatif berupa “portfolio, presentasi oral dan debat,

laporan tertulis dan interview” dan penjelasannya sebagai berikut. “Portfolio”

adalah format penilaian belajar berupa catatan atau bukti mengenai

ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki atau diperoleh siswa

dalam proses belajar. Portfolio dapat berisi : hasil tes, laporan praktikum,

laporan tugas diluar kelas, hasil pekerjaan dari tugas-tugas di kelas dan di

rumah, catatan hasil kegiatan mandiri yang terkait dengan bahan pelajaran di

sekolah. Portofolio sangat berguna bagi guru karena tidak semua assessment

9

dapat dilakukan dan hasilnya tidak dapat diadministrasikan secara langsung

oleh guru. Portfolio dapat dibuat oleh guru untuk setiap individu atau

kelompok siswa. Disamping itu guru juga dapat meminta kepada siswa untuk

membuat portfolio untuk kegiatan dan hasil kegiatan yang dilakukan sendiri

baik kegiatan yang ada di dalam kelas maupun kegiatan yang ada di luar kelas.

Hal ini dimaksudkan dengan portofolio guru dapat meniali kegiatan,

pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman siswa baik yang teramati sendiri

maupun tidak, baik terhadap kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas,

karena portofolio berguna untuk memonitor dan menilai ketrampilan,

pengalaman, dan pengetahuan siswa pada unit-unit pembelajaran satu konsep,

setengah semester, satu semester atau satu tahun.

Format yang berikutnya adalah “presentasi oral dan debat” adalah format

penilaian untuk memonitor dan menilai ketrampilan atau kecakapan siswa

dalam mengkomunikasikan pengetahuan dan pengalaman belajarnya secara

lisan. Dalam mengkomunikasikan secara lisan sebaiknya dilakukan seseorang

siswa atau sekelompok siswa kepada teman sekelas. Agar terjadi interaksi

antar siswa, presentasi oral perlu disertai dengan debat atau tanya jawab antara

penyaji dengan siswa lain. Dalam presentasi oral dan debat guru dapat menilai

ketrampilan berbicara, penguasaan konsep atas materi yang disajikan,

ketrampilan logika dan ketrampilan menjawab pertanyaan, ketrampilan

menerima pendapat orang lain.

Selain format portofolio dan format presentasi oral, format berikutnya

adalah “laporan tertulis” yaitu laporan yang dibuat oleh siswa secara tertulis

mengenai ketrampilan, pengelaman dan pengetahuan setelah menyelesaikan

tugas tertentu. Penilaian terhadap laporan tertulis dapat meliputi kebenaran

penguasaan konsep, kebenaran / ketepatan prosedur pelaksanaan tugas,

kebenaran prosedur penulisan laporan, kebenaran penulisan data dan analisis

data serta kebenaran penarikan kesimpulan, sedangkan format yang terakhir

adalah “interview” yaitu penilaian terhadap ketrampilan, pengalaman dan

pengetahuan siswa melalui wawancara. Kegiatan wawancara dapat dilakukan

oleh guru, juga dapat dilakukan. Penilaian autentik memberikan kesempatan

10

luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama

proses belajar-mengajar.

Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah

portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Sebagai

penjabarannya antara lain, portofolio; merupakan kumpulan tugas yang

dikerjakan siswa dalam konteks belajar di kehidupan sehari-hari. Siswa

diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif. Mereka

memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memberikan kesempatan luas

untuk berkembang serta memotivasi siswa. Penilaian ini tidak perlu

mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses siswa sebagai

pembejalaran aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk melakukan survei

mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.

Tugas kelompok,  dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan

projek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil

mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-

masing siswa. Is dari projek akademik terkait dengan konteks kehidupan

nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai

contoh, siswa diminta membentuk kelompok projek untuk menyelidiki

penyebab pencemaran sungai di lingkungan siswa. Demonstrasi, siswa

diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai

kompetensi yang telah mereka kuasai. Para penonton dapat memberikan

evaluasi pertunjukkan siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk

kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam

pertunjukan drama.

2. Asesment/Penilaian Autentik

Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi

atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk

memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa

mempunyai lebih dari satu macam pemecahan (Dantes, 2008). Dengan kata lain,

assessment autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam

bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi

atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik

11

mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup

dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil

akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan

perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran

didalam kelas maupun diluar kelas. Penilaian otentik juga disebut dengan

penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian autentik tidak lagi menggunakan

format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan

paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa

untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam

memecahkan suatu masalah.

Format penilaian ini dapat berupa :

a. Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-

on penilaian),

b. Tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas

investigasi terintegrasi),

c. Format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview,

daftar cek, presentasi oral dan debat).

Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah :

a. Melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan

relevan dengan kehidupan nyata siswa,

b. Tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar, bukan tes tradisional,

c. Melibatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan

yang luas,

d. Menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya akan dinilai, e)

merupakan alat penilaian dengan latar stkitar (stkitard setting), bukan alat

penilaian yang distkitarisasikan,

e. Berpusat pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher

centered), dan

f. Dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar dan latar

belakang kulturalnya.

Penilaian autentik secara langsung mengukur performance (kinerja) aktual

(nyata) siswa dalam hal-hal tertentu. Penilaian autentik juga dikenal dengan istilah

12

penilaian “performance”, “approprite”, “alternative” atau “direct”.  Pada

pengertian lain, penilaian autentik merupakan penilaian yang berusaha mengukur

atau menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan

pengetahuan dan ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Penilaian autentik

mendorong siswa dan merupakan refleksi kegiatan pengajaran yang baik. Sedang

pada pengertian autentik, sebagai bagian dari penilaian performance, autentik

berarti realistis atau berhubungan dengan aplikasipada kehidupan nyata. Penilaian

autentik merupakan bagian dari penilaian performance (alternatif) yang berusaha

mengukur atau menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara

menerapkan pengetahuan dan ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Sedang

penilaian performance merupakan kegiatan penilaian yang meminta siswa untuk

mengkonstruk respon, menghasilkan produk atau menunjukkan hasil suatu

kegiatan (demonstrasi).

Authentic assessment membawa demonstrasi ini selangkah lebih maju dan

menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau kemampuan yang dimaksud

dalam konteks situasi kehidupan nyata. Kinerja yang bermakna diberbagai

lingkup dunia nyata lebih dapat menangkap kekayaan pemahaman anak didik

tentang bagaimana mereka dapat menerapkan pengetahuan ini daripada yang

dapat dilakukan dengan menguji "bits and pieces" seperti yang dilakukan dengan

prosedur-prosedur asesmen konvensional. Contoh-contoh asesmen autentik

termasuk mendemonstrasikan hasil karya dalam pameran seperti science fair

(pameran sains) atau art show (pertunjukan seni), menunjukkan keterampilan

yang dimiliki dalam bentuk kumpulan portofolio, menampilkan tari atau resital

musik, berpartisipasi dalam debat, dan mempresentasikan karya tulis asli kepada

teman-teman sebaya atau orang tua.

Merancang dan Menskor Authentic Assessment

a. Fokuskan pada hasil belajar yang membutuhkan keterampilan kognitif dan

kinerja anak didik yang kompleks.

b. Pilih atau kembangkan tugas-tugas yang merepresentasikan isi dan

keterampilan sentral untuk hasil-hasil belajar yang penting.

c. Minimalkan ketergantungan kinerja tugas pada keterampilan-keterampilan

yang tidak relevan dengan maksud tugas asesmen yang dimaksud.

13

d. Berikan kerangka kerja/instruksi kerja (scaffolding) yang dibutuhkan anak

didik agar mampu memahami tugasnya dan apa yang diharapkan

e. Konstruksikan petunjuk-petunjuk tugas sedemikian rupa sehingga tugas

anak didik menjadi benar-benar jelas.

f. Komunikasikan dengan jelas ekspektasi kinerja dalam kaitannya dengan

kriteria yang akan dijadikan dasar penilaian kinerja.

Karakteristik autentik assessment :

a. Dilaksanakan  selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

b. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

c. Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.

d. Berkesinambungan

e. Terintrgrasi

f. Dapat digunakan sebagai feed back

3. Assessment Konvensional  

Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh

guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur asesment

konvensional dilakukan dengan menguji "bits and pieces" (Widodo, 2009).

Contoh-contoh format penilaian tradisional/konvensional antara lain :  multiple-

choice, matching, true-false, dan paper and pencil test. Dengan mengkaji

kenyataan mengenai perapan penilaian konvensional dalam pembelajaran,

nampak ada ketidaksesuaian antara pembelajaran di sekolah dengan sistem

penilaian yang digunakannya. Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama

ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik,

akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran belum dapat dicapai dan atau

tergambarkan secara menyeluruh. Penilaian terhadap kinerja siswa itu amat

penting, namun sebagian besar guru merasa kesulitan dalam melaksanakan karena

belum memahami prosedur penggunaannya. Sebagai contoh kasus ialah bahwa

kegiatan pembelajaran yang melibatkan kinerja siswa dalam melakukan

percobaan sudah sering diterapkan, namun terhadap kinerja siswa tersebut belum

pernah dilakukan penilaian. Hal ini disebabkan penataran atau pelatihan yang

14

secara khusus membahas penerapan penilaian kinerja belum pernah diikuti atau

belum pernah diadakan di tingkat satuan pendidikan, sebagian besar

Ciri-ciri penilaian konvensional :

1. Penilaian Normatif.

2. Terfokus pada isi materi.

3. Hasil penilaian berupa nilai-nilai.

4. Berbasis waktu.

5. Kecepatan belajar kelompok.

6. Penilaian ditekankan pada pengetahuan.

7. Pendekatan pembelajaran yang sempit, berorientasi pada text book.

8. Feedback penilaian terlambat/tidak ada.

2.4 Ruang Lingkup Asesmen

Cakupan asesmen terkait dengan ranah hasil belajar dalam konteks

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan. Hal ini

merupakan penjabaran dari stándar isi dan stándar kompetensi lulusan. Di

dalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran.

Muatan dari stándar isi pendidikan adalah stándar kompetensi dan

kompetensi dasar. Satu stándar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar

dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian

hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah/daerah masing-masing. Indikator-

indikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk

menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan. Teknik penilaian yang

digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, stkitar kompetensi

dasar dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup

kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik

penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Seperti

diuraikan di atas, umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian

hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive,

affective, dan psychomotor.

15

Benjamin Bloom mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam dua

ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan ranah non-kognitif(Sudarwan,

2013). Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif

dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari

yang sederhana sampai pada yang kompleks.

a. Ranah Kognitif

Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang

tempat utama, terutama dalam tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan SMU.

Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek pengetahuan,

pemahanan, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian (Sudarwan, 2013).

1) Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat

mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus

mengerti atau dapat menggunakannya. Kata-kata operasional yang

digunakan, yaitu: mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan,

mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan mereproduksi.

2) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami

atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang

dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus

menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan

menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, dan (c)

mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain:

memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan,

membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.

3) Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut

kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-

metode, prinsip- prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret.

Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, menghitung,

mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan,

menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan.

4) Analisis (analysis adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang

untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam

unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis

16

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu; (a) analisis unsur, (b)

analisis hubungan, (c) analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata-kata

operasional yang umumnya digunakan antara lain: memperinci,

mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan

memisahkan.

5) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat

menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai

faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme.

Kata operasional yang digunakan terdiri dari: mengkatagorikan,

memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun,

membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan.

6) Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat

menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu

kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi

sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, stkitar

atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat

digunakan antara lain: menafsirkan, menentukan, menduga,

mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik.

b. Ranah non-kognitif

a) Ranah Afektif

Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang

menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi

sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga

kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan

tingkahlakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu(Sudarwan,

2013):

1) Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi

fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan

penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata-kata

operasional yang digunakan antara lain: menanyakan, memilih,

mendeskripsikan, memberikan, mengikuti, menyebutkan.

17

2) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena,

tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan

siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata-

kata operasional yang digunakan antara lain: menjawab, membantu,

melakukan, membaca, melaporkan, mendiskusikan, dan menceritakan.

3) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena

atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional

yang digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk,

mengusulkan, mengambil bagian, memilih, dan mengikuti.

4) Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan

nilainilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk

suatu sistem nilai. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain:

mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,

mempertahankan, menggeneralisasikan, dan memodifikasikan.

b) Ranah Psikomotor

Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang

sederhana sampai yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu

sekurang-kurangnya 30 menit. Kata operasional untuk aspek psikomotor

harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi:

1) Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil,

melompat, menggerakkan, dan menampilkan.

2) Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun,

membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk.

3) Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan,

menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan

menggunakan.

Evaluasi terhadap ranah-ranah yang dikemukakan Bloom melalui prosedur

tes memiliki beberapa kelebihan, disamping juga memiliki banyak kekurangan,

seperti; (1) setiap soal yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai

jawaban tunggal, (2) tes hanya berfokus pada skor akhir dan tidak terfokus pada

bagaimana siswa memperoleh jawaban, (3) tes mengendalikan pembelajaran di

kelas, (4) tes kurang mampu mengungkapkan bagaimana siswa berpikir, (5)

18

kadang-kadang tes tidak mampu menggambarkan prestasi sebenarnya dari siswa,

dan (6) tes tidak mampu mengukur semua aspek belajar. Apabila dikaji kembali,

hafalan merupakan kemampuan seseorang dalam tingkatan yang paling rendah

dalam taksonomi Bloom. Orin A. dan David R. (2001), menyatakan, dalam

taksonomi Bloom kemampuan seseorang diklasifikasikan menjadi tingkat tinggi

dan tingkat rendah. Tingkat rendah terdiri dari; pengetahuan, pemahaman, dan

aplikasi, sedang kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi,

dan kreativitas. Johnson dan Harris (2002) mengemukakan, berpikir tingkat tinggi

terdiri dari berpikir kritis dan berpikir kreatif (Poerwati, 2001).

Berpikir kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan

menggabungkan, merubah, atau mengulang-ngulang kembali keberadaan ide-ide

tersebut. Adapun kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan

rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu

tersebut. Lemahnya keterampilan siswa dalam berpikir bahkan hanya terampil

dalam menghafal tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi

akhir siswa yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui

tes tertulis (paper and pencil test). Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir

tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan dan tidak

diarahkan maka kemampuannya tidak dapat berkembang. Berkaitan dengan

kegiatan asesmen, perlu dipahami implikasi dari penerapan stkitar kompetensi

pada proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif

maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu dalam menerapkan

stkitar kompetensi harus dikembangkan penilaian berkelanjutan (continous

authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.

Guru diberi kebebasan merancang pembelajarannya dan melakukan penilaian

(assesment) terhadap prestasi siswa termasuk di dalamnya merancang sistem

pengujiannya.

2.5 Langkah-langkah Asesmen

Asesmen dapat dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:

a) Mempersiapkan berbagai perangkat yang akan digunakan dalam kegiatan

asesmen.

19

b) Menentukan anak yang akan diasesmen, serta memastikan bahwa

kesehatan anak tersebut dalam kondisi yang baik.

c) Melaksanakan asesmen.

Asesmen dapat dilakukan melalui berbagai teknik, antara lain melalui

tes, observasi, wawancara, dan angket. Tes dan observasi dapat langsung

dilakukan pada anak, sedangkan wawancara dan angket dapat dilakukan

pada orang tua.

d) Menganalisis hasil asesmen untuk mengetahui kemampuan dan

ketidakmampuan anak.

e) Menentukan kebutuhan anak dalam pembelajaran/ pelatihan sebagai dasar

untuk pembuatan program pembelajaran/pelatihan.

2.6 Prinsip-prinsip Penilaian/Assisment

Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen

berbasis kelas adalah patokan yang harus dipedomani ketika Kita sebagai guru

melakukan asesmen hasil dan proses belajar. Terdapat ada enam prinsip dasar

asesmen hasil belajar yang harus dipedomani (Depdiknas, 2003) dalam

(Sudarwan, 2013) yaitu:

a. Prinsip Validitas

Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam

melakukan penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat

penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan

menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi”. Sebagai

contoh:

Kompetensi Alat Penilaian

A : Kemampuan siswa berbicara untuk menceritakan dirinya dan keluarganya

(dalam tema: Aku dan Keluargaku)

X : Wawancara, observasi tes performa

B : Kemampuan menggunakan mikroskop

Y : Tes perbuatan (performa), observasi

Jika guru menilai kompetensi A dan alat penilaian yang digunakan adalah X,

penilaian ini valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat

20

penilaian X, dalam kenyataan yang dinilai bukan kompetensi A tetapi B,

penilaian ini tidak valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat

penilaian X, dalam kenyataan yang dipakai justru alat penilaian Y, penilaian

ini tidak valid.

b. Prinsip Reliabilitas

Pengertian Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil

penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang

reliable, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan. Misal, dalam menilai

unjuk kerja, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung

sama bila unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama.

Untuk menjamin reliabilitas petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan

penskorannya harus jelas. Contoh yang lain adalah dalam menguji

kompetensi siswa dalam melakukan eksperimen di laboratorium. Sepuluh

siswa melakukan eksperimen dan masingmasing menulis laporannya.

Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf penguasaan 10

siswa itu dengan kompetensi eksperimen yang dituntut dalam kurikulum.

Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang sama mengulangi eksperimen yang

sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya ternyata sama. Kondisi yang

sama misalnya:

1) tidak ada siswa yang sakit

2) penerangan/pencahayaan dalam laboratorium sama

3) suhu udara dalam lab sama

4) alat yang digunakan sama

Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah, misalnya ada 3

siswa yang sakit tetapi dipaksa melakukan eksperimen yang sama, dan

ternyata hasilnya berbeda.

c. Prinsip Terfokus pada kompetensi

Telah kita pahami bahwa konsekuensi perubahan kurikulum juga akan

menuntut perubahan dalam sistem penilaiannya. Dalam pelaksanaan kurikulum

berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi

(rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Untuk

bisa mencapai itu penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, dimana

21

penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk

memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun

waktu tertentu.

d. Prinsip Komprehensif

Dalam proses pembelajaran, kita sebagai pendidik pasti telah menyusun

rencana pembelajaran yang secara jelas menggambarkan stkitar kompetensi

dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa serta indikator yang

menggambarkan keberhasilannya. Untuk itu penilaian yang dilakukan harus

menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi

dasar dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam

kompetensi atau kemampuan siswa sehingga tergambar profil kemampuan

siswa.

e. Prinsip Objektivitas

Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah bahwa proses penilaian

yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan

subyektif dari penilai. Dalam implementasinya penilaian harus dilaksanakan

secara obyektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus adil, terencana,

berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan

menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian

angka (skor).

f. Prinsip Mendidik

Prinsip ini sangat perlu kita pahami bahwa penilaian dilakukan bukan

untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa,

tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat

kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian

suatu kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran

kemampuan siswa, bukan gambaran ketidakmampuannya. Jadi, penilaian yang

mendidik artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan

sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik,

dimana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi

kepada peserta didik untuk lebih giat belajar. Pada akhirnya Proses dan hasil

penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses

22

pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta

didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam asesmen berbasis

kelas untuk pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi serta implementasi

dari stkitar penilaian dari BSNP perlu ditambahkan pedoman penilaian pada

setiap kelompok mata pelajaran yang secara rinci dirumuskan sebagai berikut

(Depdiknas, 2006):

1) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan

melalui:

Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai

perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.

Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif

siswa.

2) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang

sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.

3) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui

pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai

perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.

g. Prinsip Bermakna

Pembelajaran perlu dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga

penilain tersebut memberikan makna bagi setiap orang yang terlibat

didalamnya. Setidaknya ada 3 hal yang perlu diperhatikan sehingga

penilaian menjadi bermakna yaitu ketika penilaian, yaitu (1) memilki ciri

secara signifikan, (2) memilki kriteria, prosedur, dan rubrik yang jelas dan

dipahami oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder), dan (3)

memberikan hasil-hasil yang menyediakan arah/ petunjuk yang jelas untuk

peningkatan kualitas pengajaran dan belajar.

h. Prinsip Terbuka

Agar hasil penilaian dapat memberikan manfaat baik kepada guru, siswa,

orang tua maupun pihak sekolah, maka penilaian hendaknya dilaku-kan

secara terbuka. Maksudnya baik proses maupun hasil penilaian hen-

23

daknya diinformasikan kepada pihak-pihak terkait, sehingga hasil

penilaian memiliki kebermaknaan bagi pihak-pihak yang memerlukan.

24

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Assesment dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal

pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel

penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan

oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa

2. Tujuan assesment/penilainnya, yaitu: Identifikasi Awal (Screening),

Menentukan serta menilai strategi dan program pembelajaran,

Menentukan tingkat prestasi dan kebutuhan pendidikan, Keputusan

kelayakan layanan pendidikan, Keputusan penempatan program,

Mengembangkan program pendidikan yang diindividualkan,

Memonitor dan melaporkan kemajuan (evaluasi).

3. Macam-macam asesment meliputi : Assesment/Penilaian Alternatif,

Asesment/Penilaian Autentik, dan Assessment Konvensional.

4. Ruang Lingkup Asesmen meliputi cakupan asesmen terkait dengan

ranah hasil belajar dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan, dimanaterdapat ranah kognitif

dan non-kognitif.

5. Langkah-langkah asesmen yaitu: mempersiapkan berbagai perangkat

yang akan digunakan dalam kegiatan asesmen, menentukan anak yang

akan diasesmen, melaksanakan asesmen, menganalisis hasil asesmen

untuk mengetahui kemampuan anak, menentukan kebutuhan anak

dalam pembelajaran/ pelatihan.

6. Prinsip-prinsip Penilaian/Assisment, yaitu: Prinsip Validitas, Prinsip

Reliabilitas, Prinsip Terfokus pada kompetensi, Prinsip Komprehensif,

Prinsip Objektivitas,Prinsip Mendidik, Prinsip Bermakna, Prinsip

Terbuka

25

3.2 Saran

Saran yang bisa disampaikan dari penulisan makalah ini, yaitu:

3.2.1 Pembaca lebih mengerti dan memahami mengenai penilaian dalam

pembelajaran.

3.2.2 Pembaca mampu menerapkan konsep-konsep mengenai penilaian

dalam pembelajaran.

26

DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, Z. dan Nasution, N. 1994. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdikbud.

Balitbang. 2006. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan

Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 : Kompetensi Standar

Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas Republik Indonesia.

Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta : Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi.

Poerwanti, E. 2001. Evaluasi pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press.

Sudarwan, R. 2013. “Assesmen Pembelajaran”. Dalam

http://www.robertedysudarwan.com/2013/07/assessement-

pembelajaran.html. Diakses tanggal 10 april 2014.

Wahono, W. 2009. “Standar Penilaian dalam Pendidikan IPA”.

http://vahonov.files.wordpress.com/2009/07/sistem-penjaminan-mutu-

pengajaran-ipa-wahono_.pdf. Di akses 10 april 2014.

27