harga kunyit (1)

Upload: oyodnah-irbef

Post on 07-Aug-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    1/93

    PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK

    TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

    SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK

    YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATENKARANGANYAR

    Skripsi

    AYU PURNAMA DEWININGRUM

    I 0308002

    JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2012

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    2/93

    PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK

    TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

    SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK

    YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATENKARANGANYAR

    Skripsi

    Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

    AYU PURNAMA DEWININGRUM

    I 0308002

    JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2012

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    3/93

    ABSTRAK

    Ayu Purnama Dewiningrum, NIM : I0308002, PENETAPAN HARGA

    POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK TEMULAWAK MENGGUNAKANMETODE  FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA

    JUAL PRODUK YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA

    KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik

    Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, September 2012.

    Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar merupakan sentra produksi

     biofarmaka terbesar di Jawa Tengah dengan luas area lahan 270 ha dan jumlah

     produksi mencapai 1.390.700 kg. Permasalahan yang ada di Klaster Biofarmaka

    yaitu rendahnya harga jual produk olahan temulawak berupa rimpang temulawak,

    simplisia temulawak, dan serbuk temulawak yang akan dijual di pasaran bahkan

    yang akan dijual ke perusahaan jamu. Untuk membantu petani dalam menentukan

    harga jual yang tepat, dibutuhkan perhitungan harga pokok produksi (HPP)

    temulawak. Metode yang digunakan adalah metode  full costing. Metode  full

    costing lebih tepat digunakan pada industri kecil dan menengah karena industri ini

    masih menggunakan proses pencatatan biaya yang masih relatif sederhana. 

    Perhitungan HPP metode  full costing terdiri dari beberapa tahap. Tahap

     pertama mengidentifikasi komponen biaya produksi produk olahan temulawak.

    Tahap kedua mengklasifikasikan komponen biaya kedalam biaya bahan baku,

     biaya tenaga kerja, dan biaya overhead  pabrik. Tahap ketiga mengkalkulasikan

    ketiga komponen biaya. Tahap yang keempat membagi total biaya produksi

    dengan produk yang dihasilkan. Selain perhitungan HPP, dilakukan juga

     perhitungan sensitivitas untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh perubahan

    HPP terhadap peningkatan atau penurunan biaya yang dibutuhkan pada penentuan

    HPP produk olahan temulawak.

    HPP yang diperoleh berdasarkan metode  full costing untuk produk

    temulawak basah adalah Rp 2.108/Kg, simplisia temulawak adalah Rp 18.012/Kg,

    dan untuk serbuk temulawak adalah Rp 40.131/Kg. Komponen biaya yang paling

    mempengaruhi HPP temulawak pada masing-masing produk olahan yaitu, biaya

    overhead adalah komponen biaya yang paling mempengaruhi HPP temulawak

     basah, sedangkan komponen biaya bahan baku merupakan komponen yang paling

    mempengaruhi HPP produk simplisia dan serbuk temulawak.

    Kata kunci: biofarmaka, temulawak, HPP, full costing 

    xvi + 83 halaman; 15 gambar; 25 tabel

    Daftar pustaka : 17 (1994-2011)

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    4/93

    ABSTRACT

    Ayu Purnama Dewiningrum, NIM : I0308002, DETERMINATION COST

    PRODUCTION OF CURCUMA’S PRODUCTS USING FULL COSTING

    METHODS AS THE BASIS FOR DETERMINING THE RIGHT SELLING

    PRICE FOR CURCUMA PRODUCTS ON KLASTER BIOFARMAKA

    KARANGANYAR. Thesis. Surakarta : Department of Industrial Engineering,

    Engineering Faculty, Sebelas Maret University, September 2012.

    Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar is the largest central production

    of medicinal plants in Central Java with land area of 270 ha and total production

    reached 1.390.700 Kg. The problems that exist in the Klaster Biofarmaka is low

    selling price of refined products such as curcuma rhizome, crude curcuma, and

    also curcuma powder which will be sold in the market and even in herbal

    medicine industry. To assist farmers in determining the right price, it takes

    calculation of cost production of curcuma’s products. The method used in this

    research is full costing method. Full costing method is more appropriate to use in small

    and medium industries because these industries are still using the simple process of

    recording the production cost. 

    Calculation of production cost with full costing method consists of several

    steps. The first step is identifying the components of the production cost of

    curcuma refined product. The second step is classifying the components into the

    cost of raw material costs, labor costs, and factory overhead costs. The third step

    is calculating the cost of the three components. The last is dividing the total of

     production cost with product produced. In addition to the calculation of HPP, also

     performed sensitivity calculations to determine how far the effects of production

    cost change to increase or decrease the costs that involved in the determination of

    HPP curcuma refined products.

    The result of full costing method for curcuma rhizome product is Rp

    2.108/Kg, crude curcuma is Rp 18.012/Kg, and for curcuma powder is Rp

    40.131/Kg. The most affected components of the production cost of curcuma on

    each refined products are, the overhead cost component is the most affected the

     production cost of curcuma rhizome, while the raw material cost component is the

    most affected the production cost of crude curcuma and curcuma powder.

    Keyword: biofarmaka, curcuma, production cost, full costing. 

    xvi + 83 pages; 15 pictures; 25 tables

    References : 17 (1994-2011) 

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    5/93

    LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Skripsi :

    PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK

    TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

    SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK YANG

    TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN

    KARANGANYAR

    Ditulis oleh :

    Ayu Purnama Dewiningrum

    I 0308002 

    Mengetahui,

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    Fakhrina Fahma, STP, MT Ir. Murman Budijanto, MT, MIDEc

     NIP. 19741008 200003 2 001 NIP. 19640516 200012 1 001

    Pembantu Dekan I Ketua Jurusan Teknik Industri

    Fakultas Teknik UNS Fakultas Teknik UNS

    Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT

     NIP. 19691026 199503 1 002 NIP. 19711104 199903 1 001

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    6/93

    vii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

     berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

    laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

    kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu selama penyusunan laporan

    skripsi ini yaitu :

    1.  Mamah, Bapak, dan Agus terima kasih yang tak terhingga atas kasih sayang

    yang diberikan, doa yang selalu dipanjatkan serta dukungan baik materiil dan

    moriil.

    2. 

    Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UNS.

    3.  Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan

     bimbingan, pengarahan, dan nasehat.

    4.  Bapak Ir. Murman Budijanto, MT, MIDEc selaku pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan, pengarahan, dan nasehat.

    5.  Bapak Yuniaristanto, ST, MT dan Bapak Roni Zakaria, ST, MT selaku

     penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap

     penelitian ini.6.  Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Teknik Industri UNS, terima kasih telah

    memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

    7.  Pegawai TU-TI yang telah banyak membantu dalam hal birokrasi dan

    administrasi.

    8.  Bapak Parman, selaku ketua Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

    9.  Bapak Sarwoko selaku Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki 1, terima kasih

    atas informasi dan data yang telah diberikan.

    10. Dhonny Prasetya, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

    11. Teman-teman tercinta Yoga, Nandi, Alfan, Raga, Kiki, Cent, Ellen, dan semua

    teman di kelas B yang selalu memberikan tawa, semangat, dan dukungan.

    12. 

    Teman-teman Gapoktan: Nisa, Pungky, Sony, Nia, Jingga, Rio, dan Caca

    terima kasih atas kebersamaan mencari data.

    13. Teman-teman TI angkatan 2008 terimakasih atas kebersamaan, persahabatan,

    keceriaan, dan kekompakannya. I love you all.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    7/93

    viii

    14. 

    Teman-teman AIESEC Expansion UNS yang telah memberikan dukungan,

    hiburan, serta kebersamaan.

    15. Teman-teman kos: Tiara, Gege, Diah, Caca, Iik, dan Ophie.

    16. 

    Kakak-kakak angkatan 2006, 2007 dan adik-adik angkatan 2009, 2010, 2011.

    17. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas

    doa, dukungan, semangat, serta bantuan yang telah diberikan.

    Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak

    memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan

    saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini

    dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

    Surakarta, Oktober 2012

    Penulis

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    8/93

    ix

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK………………………………………………………………….ABSTRACT…………………………………………………………………

    KATA PENGANTAR………………………………………………………

    DAFTAR ISI................................................................................................ 

    DAFTAR TABEL........................................................................................

    DAFTAR GAMBAR...................................................................................

    vvi

    vii

    ix

    xii

    xiv

    BAB I

    BAB II

    PENDAHULUAN

    1.1 

    Latar Belakang ……….......................................................

    1.2 

    Perumusan Masalah ............................................................

    1.3  Tujuan Penelitan ................................................................

    1.4  Manfaat Penelitian ..............................................................

    1.5 

    Batasan Masalah .................................................................

    1.6  Asusmsi Penelitian...............................................................

    1.7  Sistematika Penulisan …………………………………….

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1  Gambaran Umum Klaster Biofarmaka Kabupaten

    Karanganyar ………………………………………………

    2.1.1  Profil Klaster Biofarmaka

    Karanganyar.............................................................

    2.1.2  Visi, Misi, dan Tujuan dari Klaster Biofarmaka ….

    2.1.3 

    Kondisi Umum Klaster Biofarmaka ……………...

    2.1.4  Persebaran Tanaman Temulawak di Klaster

    Biofarmaka Kabupaten Karanganyar

    2.1.5  Struktur Organisasi………………………………..

    2.2  Landasan Teori …………………………………………

    2.2.1  Temulawak……………………………….………...

    2.2.2  Konsep dan Pengertian Biaya …….........................

    2.2.3  Klasifikasi Biaya ………………………………….

    I - 1

    I - 3

    I - 3

    I - 4

    I - 4

    I - 4

    I - 4

    II - 1

    II - 1

    II - 2

    II - 2

    II - 3

    II - 4

    II - 6

    II - 6

    II - 10

    II - 10

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    9/93

    x

    BAB III

    BAB IV

    2.2.4 

    Harga Pokok Produksi dan Manfaat Harga Pokok

    Produksi …………………………………………..

    2.2.5  Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi ……

    2.2.6 

    Tahap-tahap Penentuan Harga Pokok …………….

    2.2.7  Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ……….

    2.2.8  Depresiasi …………………………………............

    2.2.9 

    Perhitungan Bunga ………………………………..

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1  Tahap Awal Penelitian…………………………………..

    3.1.1 

    Studi Lapangan........................................................

    3.1.2  Studi Pustaka...........................................................

    3.1.3  Identifikasi Masalah................................................

    3.1.4  Perumusan Masalah……………………………….

    3.1.5  Penetapan Tujuan....................................................

    3.2  Pengumpulan Data...............................................................

    3.2.1  Identifikasi Proses atau Aktifitas Produksi……….

    3.2.2  Identifikasi Aktifitas-akitifitas Produksi yang

    Menimbulkan Biaya………………………………

    3.2.3 

    Mengklasifikasikan Komponen Biaya……………

    3.2.4  Konfirmasi atau Verifikasi Data Biaya…………...

    3.3  Pengolahan Data ………………………………………….

    3.3.1 Perhitungan HPP dengan Metode Full Costing……

    3.3.2 Perhitungan Sensitivitas…………………………….

    3.4  Tahap Akhir Penelitian .......................................................

    3.4.1 Analisis …………………………………………..

    3.4.2 Kesimpulan dan Saran ...........................................

    PENGUMULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    4.1 

    Pengumpulan Data ………………………………………..

    4.1.1 Proses Produksi Temulawak Basah …………........

    4.1.2 Proses pembuatan Simplisia Temulawak………….

    4.1.3 Proses Pembuatan Serbuk Temulawak ...................

    II - 11

    II - 11

    II - 12

    II - 14

    II - 18

    II - 23

    III- 2

    III- 2

    III- 2

    III- 2

    III- 2

    III- 3

    III- 3

    III- 3

    III- 3

    III- 4

    III- 5

    III- 5

    III- 5

    III- 6

    III- 6

    III- 6

    III- 7

    IV- 1

    IV- 1

    IV- 5

    IV- 8

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    10/93

    xi

    BAB V

    BAB 6

    4.2 

    Pengolahan Data…………………………………………..

    4.2.1  Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Produk

    Temulawak Basah....................................................

    4.2.2 

    Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Produk

    Simplisia Temulawak............................................... 

    4.2.3  Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Produk

    Serbuk Temulawak.................................................. 

    4.3 Perhitungan Sensitivitas……………………………………

    ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

    5.1 Analisis Perbandingan HPP Produk Temulawak

     berdasarkan Perhitungan Klaster dengan Metode Full

    Costing…………………………………………………….

    5.2 Analisis PKomponen Biaya Pokok Produksi untuk Produk

    OlahanTemulawak………………………………………

    5.3 Analisis Sensitivitas………………………………………..

    5.4 Analisis Depresiasi………………………………………

    5.5 Analisis Biaya Sewa Lahan, Biaya Sewa Gudang, dan

    Biaya Bunga Majemuk…………………………………….

    5.5.1 HPP Produk Olahan Temulawak tanpa

    Memperhitungkan Biaya Sewa Lahan……………

    5.5.2 HPP Produk Olahan Temulawak tanpa

    Memperhitungkan Biaya Sewa Gudang…………..

    5.5.3 HPP Produk Olahan Temulawak tanpa Bunga

    Majemuk…………………………………………

    5.6 Analisis Harga Jual Klaster………………………………...

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan………………………………………………..

    6.2 Saran………………………………………………………..

    IV- 10

    IV- 11

    IV- 17

    IV- 24

    IV- 29

    V - 1

    V - 2

    V - 4

    V - 7

    V - 8

    V - 8

    V - 9

    V - 10

    V - 11

    VI- 1

    VI- 2

    DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… xv

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    11/93

    I-1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

    tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah yang dipakai serta

    sistematika penulisan yang keseluruhannya berusaha dipadukan agar dapat

    memberikan gambaran umum mengenai laporan penelitian ini.

    1.1  LATAR BELAKANG

    Biofarmaka merupakan sediaan dari bahan alam (nabati maupun hewani)

    yang mempunyai efek farmakologis, untuk makanan atau minuman, suplemenmakanan, kosmetik, maupun obat. Produk Biofarmaka semakin popular dan luas

    digunakan karena menawarkan banyak pilihan dan alternatif yang lebih mudah

    terjangkau dibandingkan obat-obat farmasi. Permintaan terhadap produk-produk

     biofarmaka di Indonesia memiliki tren peningkatan yang cukup besar, hal ini

    dapat ditinjau dari data permintaan produk biofarmaka pada tahun 2009 ke tahun

    2010 yang meningkat hingga 6,6% (Direktorat Jendral Pertanian, 2011).

    Berdasarkan fakta yang ada di lapangan, maka muncul suatu tren baru yaitu tren

    “back to nature” di masyarakat Indonesia.

    Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki banyak lahan

     pertanian yang cocok untuk dijadikan budidaya tanaman biofarmaka. Salah satu

    wilayah di Indonesia yang merupakan penghasil biofarmaka terbesar di Indonesia

    adalah Jawa Tengah yang telah menyuplai kebutuhan nasional sebesar 50%

    (Dinas Pertanian dan Holtikultura Prov. Jawa Tengah, 2011). Kabupaten

    Karanganyar merupakan sentra produksi biofarmaka terbesar di Jawa Tengah

    dengan luas area lahan 270 hektar dan jumlah produksi mencapai 1.390.700 kg

    (Balai Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah, 2010).

    Untuk membantu pengembangan biofarmaka pemerintah Kabupaten

    Karanganyar membentuk lembaga Klaster Biofarmaka yang beranggotakan 10

    kelompok tani. Kelompok Tani berfungsi sebagai sebagai organisasi ekonomi

    sekaligus bersifat sosial yang melakukan kegiatan pemasaran juga sekaligus

     pembinaan petani dari aspek budidaya, teknologi produksi, penjaminan mutu,

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    12/93

    I-2

    manajemen usaha, pemasaran maupun kewirausahaan. Keberadaan Klaster

    Biofarmaka diharapkan dapat meningkatkan daya saing petani biofarmaka.

    Saat ini, Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar dipercaya menjadi

    salah satu pemasok atau supplier  produk simplisia temulawak dan kunyit dari PT.

    Sido Muncul. Namun, terdapat permasalahan dalam pemasokan simplisia ke PT.

    Sido Muncul yaitu pihak Klaster harus menawarkan harga jual yang tepat agar PT.

    Sido Muncul bersedia membeli produk yang ditawarkan. Selama ini, penetapan

    harga jual produk simplisia temulawak dan kunyit masih ditentukan oleh pihak

    Sido Muncul. Selain itu, terdapat permasalahan serupa di Klaster Biofarmaka

    yaitu rendahnya harga jual produk olahan temulawak berupa rimpang temulawak,

    simplisia temulawak, dan serbuk temulawak. Harga jual rimpang atau temulawak

     basah hanya Rp 1.500, harga produk simplisia Rp 14.000 - Rp 15.000, dan harga

    serbuk temulawak adalah Rp 40.000.

    Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam Klaster Biofarmaka,

    maka dilakukan penelitian yang dilakukan di Klaster Biofarmaka yang terletak di

    Desa Jumantono, dan untuk memperoleh kelengkapan data, penelitian juga

    dilakukan di Gapoktan Sumber Makmur dan Kelompok Tani Sumber Rejeki yang

    merupakan bagian dari Klaster Biofarmaka. Produk yang dihasilkan oleh Klaster

    Biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah produk rimpang, produk simplisia,

    dan produk serbuk. Ketiga jenis produk tersebut berasal dari beberapa tanaman

    obat seperti kunyit, jahe, temulawak, dan lain-lain.

    Seiring ketatnya persaingan pasar pada produk biofarmaka, maka pihak

    Klaster dituntut untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, dan cermat

    dalam menetapkan harga jual produk agar produk yang dihasilkan memiliki daya

    tawar. Para petani sebagai pengurus sekaligus anggota dari Klaster BiofarmakaKabupaten Karanganyar tidak mengerti dengan benar bagaimana menentukan

    harga jual suatu produk. Saat ini perhitungan biaya produksi di Klaster

    Biofarmaka tidak menggunakan metode perhitungan harga pokok produksi,

     perhitungan yang dilakukan adalah dengan cara menjumlahkan seluruh komponen

     biaya yang dikeluarkan tanpa megelompokkan komponen biaya dan tanpa

    memperhitungkan biaya-biaya yang seharusnya diperhitungkan, seperti biaya

    sewa lahan, tempat penyimpanan hasil produksi, biaya transportasi, dan

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    13/93

    I-3

    komponen biaya lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan petani dalam

    menetapkan harga jual produk yaitu harga jual produk yang terlalu rendah atau

    terlalu tinggi. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) suatu produk bertujuan

    untuk membantu petani dalam menetapkan harga jual suatu produk. Selain itu,

    diperolehnya HPP dapat dijadikan suatu pedoman untuk pengurus Klaster dalam

    hal kekuatan tawar.

    Untuk membantu petani dalam menentukan harga jual yang tepat, maka

    dibutuhkan perhitungan harga pokok produksi temulawak dengan menerapkan

    suatu metode perhitungan harga pokok produksi (HPP). Terdapat beberapa

    metode penetapan harga pokok produksi yaitu metode  full costing, variable

    costing, dan activity based costing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah metode full costing. Metode perhitungan full costing digunakan di Klaster

    Biofarmaka Kabupaten Karanganyar karena klaster merupakan Usaha Mikro

    Kecil dan Menengah (UMKM) yang masih menggunakan proses pencatan biaya

    yang sederhana. Menurut Rachmayanti (2011) metode perhitungan  full costing

    lebih tepat digunakan pada industri kecil dan menengah karena industri ini masih

    menggunakan proses pencatatan biaya yang masih relatif sederhana. Full costing 

    adalah metode penentuan harga pokok produksi dengan memasukkan seluruh

    komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok yang meliputi biaya bahan

     baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya

    overhead pabrik tetap (Mirhani, 2001).

    1.2  PERUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan suatu

     permasalahan yaitu bagaimana menetapkan harga pokok produksi produk

    temulawak yang tepat sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan harga

     jual yang menguntungkan di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

    1.3  TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah menetapkan harga

     pokok produksi produk Temulawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten

    Karanganyar sebagi acuan dalam mentukan harga penjualan produk Temulawak.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    14/93

    I-4

    1.4  MANFAAT PENELITIAN

    Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat

    dijadikan sebagai masukan atau gambaran dalam perhitungan harga pokok

     produksi yang tepat sehingga Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar dapat

    menetapkan harga jual produk yang tepat sehingga memiliki kekuatan tawar yang

     baik.

    1.5  BATASAN MASALAH

    Agar sasaran dalam studi lapangan tercapai, maka perlu dilakukan batasan-

     batasan sebagai berikut:

    1. Perhitungan harga pokok produksi hanya dilakukan pada produk temulawak

     basah, simplisia temulawak, dan serbuk temulawak. Pemilihan ketiga produk

    tersebut didasarkan pada komoditas utama yang dihasilkan oleh Klaster

    Biofarmaka.

    2. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari - April 2012.

    3. Luas lahan temulawak yang diperhitungkan adalah 1.000 m².

    4. Banyaknya produk simplisia temulawak yang diperhitungkan adalah 500 kg.

    5. Banyaknya serbuk temulawak yang diperhitungkan adalah 100 kg.

    1.6  ASUMSI PENELITIAN

    Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah harga pasar berupa harga

     bahan baku, harga pupuk, harga peralatan produksi, dan harga produk yang

     berlaku saat ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada

     bulan Februari – April 2012.

    1.7  SISTEMATIKA PENULISAN

    Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini menguraikan latar belakang mengenai permasalahan yang akan

    dibahas, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat yang

    ingin dicapai, batasan masalah, dan asumsi yang digunakan.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    15/93

    I-5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Berisikan gambaran umum Klaster Biofarmaka dan landasan teori yang

    merupakan penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang

    digunakan, sebagai landasan pemecahan masalah, serta memberikan

     penjelasan secara garis besar metode yang digunakan dalam penelitian

    sebagai kerangka pemecahan masalah. Tinjauan pustaka ini diambil dari

     berbagai sumber.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses

     pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk  flowchart   dan

    tiap tahapnya diberi penjelasan.

    BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian

    masalah dan cara pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai

    tujuan penelitian.

    BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

    Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil pengolahan data sesuai

     permasalahan yang dirumuskan.

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saran-

    saran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    16/93

      II-1

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini membahas gambaran umum perusahaan dan konsep-konsep yang

     berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan.

    2.1  GAMBARAN UMUM KLASTER BIOFARMAKA KARANGANYAR

    Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai profil, tujuan, kondisi umum, dan

    struktur organisasi dari Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

    2.1.1 Profil Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar

    Kabupaten Karanganyar mempunyai kawasan lindung dan serapan air yang

     berfungsi sebagai kawasan perlindungan pelestarian, dan konservasi sumber daya

    alam. Selain itu, dengan sumber mata air yang alami, adanya sungai, dan waduk

    menjadikan Kabupaten Karanganyar untuk bisa mengembangkan sektor pertanian.

    Sebagian besar wilayah di Kabupaten Karanganyar masih didominasi oleh lahan-

    lahan pertanian.

    Salah satu sektor usaha pertanian yang mempunyai potensi besar untuk

    dikembangkan adalah tanaman obat-obatan (empon-empon). Banyak sekali jenis

    tanaman obat yang ada di Kabupaten Karanganyar. Tanaman obat yang ada di

    wilayah Kabupaten Karanganyar melputi: jahe, kunyit, kencur, temulawak,

    lengkuas, kunyit putih, temu ireng, dan temu kunci.

    Luas lahan tanaman obat di wilayah Kabupaten Karanganyar berdasarkan

    data dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Karanganyar (2009), adalah

    270 hektar. Komoditas unggulan dari tanaman obat adalah jahe, kunyit, dan

    temulawak yang luas area lahannya mencapai 170 hektar. Ketiga jenis tanaman

    obat tersebut merupakan tanaman obat yang sering dibutuhkan oleh perusahaan

     jamu.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    17/93

      II-2

    Hasil pertanian dari petani yang tergabung dalam Klaster Biofarmaka

    Kabupaten Karanganyar saat ini belum tergarap dan terorganisasi dengan baik.

    Saat ini, petani menjual produk yang dihasilkan ke pasar tradisional, industri

     jamu, dan tengkulak yang harganya sangat fluktuatif.

    2.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan dari Klaster Biofarmaka

    Visi dari klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah mewujudkan

    Kabupaten Karanganyar sebagai sentra biofarmaka di Indonesia.

    Misi dari klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai

     berikut:

    1. 

    Peningkatan luas lahan, ketrampilan budi daya toga, dan kualitas produksi.

    2.  Kerjasama dengan pemerintah dan pelaku pasar serta pengembangan usaha

     berbasis teknologi dan pemberdayaan masyarakat.

    Lembaga Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar betujuan untuk:

    1.  Menghimpun gabungan kelompok tani (Gapoktan) tanaman obat untuk

     bersatu menghasilkan produk yang berkualitas sehingga produk yang

    dihasilkan memiliki nilai tawar yang tinggi.

    2.  Memudahkan petani untuk mengakses kondisi pasar, dan pembiayaan maupun

    teknologi yang dibutuhkan dalam rangka mengembangkan usaha pertanian.

    3.  Meningkatkan kemampuan para petani yang tergabung dalam Klaster

    Biofarmaka.

    2.1.3 Kondisi Umum Klaster Biofarmaka

    Kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan kelompok tani (Gapoktan)

    dan menjadi anggota Klaster Biofarmaka adalah:

    1.  Kelompok Tani Sumber Rejeki

    2. 

    Kelompok Tani Madu Asri

    3.  Kelompok Tani Kridotani

    4. 

    Kelompok Tani Aneka Karya lestari

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    18/93

      II-3

    5. 

    Kelompok Tani Trisno Asih

    6.  Kelompom Tani Sedyo Tekad I

    7. 

    Kelompok Tani Ngudi Mulyo

    8.  Kelompok Tani Tani Waras

    9. 

    Kelompok Tani Ngudi Makmur

    10. Kelompok Tani Sedyo Tekad II

    Jumlah anggota Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah 400 petani

    dengan luas area lahan 270 hektar. Komoditas yang dihasilkan oleh Klaster

    Biofarmaka Kabupaten Karanganyar tersaji dalam tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Komoditas Tanaman Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar

    No. Jenis Tanaman Luas (Ha) Jumlah Produksi (Kg)

    1. Jahe 77,65 544.000

    2. Kunyit 94,00 940.000

    3. Kencur 6,60 93.000

    4. Temulawak 39,25 365.700

    5. Lengkuas 31,30 287.000

    6. Kunyit Rasa Mangga 5,00 45.000

    7. Kunir Putih 3,00 38.000

    8. Bengle 5,00 30.000

    9. Temu Kunci 5,00 30.000

    10. Temu Ireng 3,00 18.000

    Sumber: Portfolio Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar, 2010

    2.14 Persebaran Tanaman Temulawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten

    Karanganyar

    Tanaman Temulawak merupakan salah satu tanaman yang menjadi

    komoditas utama Klaster Biofarmaka Karanganyar. Persebaran tanaman

    Temulawak di Klaster Biofarmaka dapat dilihat pada tabel 2.2.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    19/93

      II-4

    Tabel 2.2 Persebaran Tanaman Temulawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten

    Karanganyar

    Sumber: Portfolio Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar, 2010 

    2.1.5 Struktur Organisasi

    Struktur organisasi Klaster Biofarmaka dapat digambarkan pada gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Struktur Organisasi Klaster Biofarmaka 

    Adapun tugas, wewenang, serta tanggung jawab pada setiap struktur

    organisasi klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

    1.  Ketua

    a.  Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang ada di klaster.

     b. 

    Mengkoordinir semua kelompok tani yang menjadi anggota klaster.

    Luas wilayah (km2) Kecamatan Kelompok Tani Luas Area Tanam (Ha) Hasil Panen (Ton)Sumber Rejeki 4.01 37.36

     Ngudi Makmur 3.90 36.34

    65.34 Ngargoyoso Madu Asri II 4.01 37.36

    Kridotani 3.87 36.06

     Ngudi Mulyo 3.91 36.43

    53.31 Mojogedang Aneka Karya Lestari 4.00 37.27

    Kismo Mulyo 4.00 37.27

    Tresno Asih 3.89 36.24

    Sedyo Tekad 3.82 35.59

    Tani Waras 3.84 35.78

    TOTAL 39.25 365.70

    40.36 Jatipuro

    53.55 Jumantono

    46.82 Kerjo

    55.67 Jumapolo

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    20/93

      II-5

    c. 

    Menyelesaikan dan mencari solusi atas semua permasalahan yang terjadi

    dari hulu ke hilir yang meliputi budidaya, panen, pasca panen, pengolahan,

     pemasaran, permodalan, serta sarana dan prasarana yang dapat menunjang

     produktivitas klaster.

    2. 

    Wakil Ketua I dan II

    Membantu kerja ketua untuk mengkoordinir semua kegiatan yang ada di

    klaster.

    3.  Sekretaris

    Mencatat dan melaporkan semua kegiatan dari hulu ke hilir berdasarkan

    laporan dari tupoksi (tugas pokok dan fungsi) terkait kegiatan.

    4.  Wakil Sekretaris

    Membantu kerja sekretaris dalam hal kearsipan laporan semua kegiatan yang

    dilaksanakan di klaster.

    5.  Bendahara

    Mencatat semua pengeluaran yang berkaitan dengan keuangan termasuk

     permodalan.

    6. 

    Produksi Usaha

    Menkoordinir semua kegiatan yang terkait dengan budidaya dan pengolahan.

    7.  Pengolahan dan Pemasaran

    Mengkoordinir dan memfasilitasi semua kegiatan yang terkait dengan

     pemasaran.

    8.  Usaha

    Membantu kelancaran kegiatan setiap unit usaha yang terdapat di klaster.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    21/93

      II-6

    2.2  LANDASAN TEORI

    Pada subab ini berisi teori-teori pendukung yang berguna untuk menunjang

     pengolahan data. 

    2.2.1 Temulawak

    1.  Deskripsi Tanaman Temulawak

    Varietas temulawak yang ada di Klaster Biofarmaka yang juga akan dipasok

    ke PT. Sido Muncul adalah temulawak varietas Cursina. Menurut Balai Besar

    Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (2011),

    temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.

    Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di

    Madura disebut sebagai temu labak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat

    dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di

    Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang,

    Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara Eropa. Klasifikasi dari tanaman

    temulawak yaitu:

    Divisi : Spermatophyta 

    Sub divisi : Angiospermae 

    Kelas : Monocotyledonae 

    Ordo : Zingiberales 

    Keluarga : Zingiberaceae 

    Genus : Curcuma 

    Spesies : Curcuma  xanthorrhiza  ROXB.

    Deskripsi dari tanaman temulawak seperti yang digambarkan pada gambar

    2.2 yaitu tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi

    kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan

    sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai

    daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    22/93

      II-7

    daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm

    dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.

    Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9

     – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi

    atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu,

     panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan

    4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung

    yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm.

    Gambar 2.2 Tanaman Temulawak

    2. Budidaya Tanaman Temulawak

    Tanaman temulawak dapat ditanam pada tanah ringan yang agak bepasir

    sampai tanah berat bertekstur liat. Untuk memperoleh hasil yang baik, perlu

    ditanam di tanah yang subur dan baik tata pengairannya. Curah hujan yang

    dikehendaki antara 1500-4000 mm per tahun. Temulawak dapat ditanam pada

    ketinggian antara 5 -1500 m di atas permukaan laut. Untuk memperbanyak

    tanaman digunakan rimpang yang sudah cukup tua dari tanaamn yang sudah

     berumur 9 bulan.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    23/93

      II-8

    Panen dilakukan setelah tanaman berumur 9 bulan atau lebih. Paenn

    dilakukan apabila daun dan bagian tanaman di atas tanah sudah mongering. Cara

     panen dilakukan dengan membongkar rimpang dengan menggunakan garpu.

    Pembersihan rimpang dilakukan dengan emmbasuh rimpang dengan air.

    Setelah itu rimpang dikupas dan kulitnya diiris melintang. Tebal tiap irisan 7-8

    mm pada waktu segar. Setelah dijemur atau dikeringkan dalam ruangan

     pengering, tebal irisan menjadi 5-6 mm. penjemuran atau pengeringan dilakukan

    dengan meletakkan irisan tidak saling bertumpukan. Untuk alas penjemuran

    dipakai bamboo, lantai penjemur atau tikar. Pengeringan dengan alat pengering

    dilakukan dengan suhu awal 50-55⁰  C agar diperoleh warna yang baik, lama

     pengeringan kurang lebih 7 jam.

    3. Kandungan Kimia

    Komposisi kimia terbesar dari rimpang temulawak adalah protein pati (48%-

    54%), minyak atsiri (3%-12%), dan zat warna kuning yang disebut kurkumin.

    Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlahnya bervariasi tergantung dari

    ketinggian tempat tumbuh. Pati rimpang dapat dikembangkan sebagai sumber

    karbohidrat, yang digunakan sebagai bahan makanan. Fraksi kurkumin

    mempunyai aroma yang khas, tidak toksik, terdiri dari kurkumin,

    demetoksikurkumin, dan bidesmetoksi kurkumin. Minyak atsiri merupakan cairan

    warna kuning atau kuning jingga, berbau aromatik tajam (Damayanti, 2008).

    4. Produk Olahan yang dihasilkan dari Temulawak

    Tanaman temulawak dapat diolah menjadi beberapa variasi produk, yaitu:

    a.  Temulawak basah atau rimpang merupakan produk yang dihasilkan dari

    hasil panen temulawak, seperti yang terlihat pada gambar 2.3.

     b. 

    Simplisia temulawak adalah produk yang dihasilkan dari pengirisan rimpang

    temulawak yang kemudian dikeringkan, seperti yang terlihat pada gambar

    2.4.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    24/93

      II-9

    c. 

    Serbuk temulawak adalah produk yang dihasilkan dari simplisia temulawak

    yang dihaluskan menjadi serbuk, seperti yang terlihat pada gambar 2.5.

    Gambar 2.3 Rimpang Temulawak

    Gambar 2.4 Simplisia Temulawak

    Gambar 2.5 Serbuk Temulawak

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    25/93

      II-10

    2.2.2 Konsep dan Pengertian Biaya

    Istilah biaya didefiniskan sebagai pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan

    untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa (Indrijawati, 2008). Hansen dan

    Mowen (2004) mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang

    dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

    manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen

    kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.

    Mulyadi (2005) berpendapat bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber

    ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang mungkin

    akan terjadi untuk tujuan tertentu. Terdapat empat unsur pokok dalam definisi

     biaya tersebut, yaitu :

    1. Biaya merupakan sumber ekonomi

    2. Diukur dalam satuan uang

    3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

    4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

    2.2.3 Klasifikasi Biaya

    Menurut Simamora (2000), klasifikasi biaya dalam perusahaan yang

    memproduksi suatu produk (pabrikasi) meliputi semua biaya yang berkaitan

    dengan proses produksi. Untuk membantu manajemen menganalisis biaya

     pabrikasi produksinya, biaya pabrikasi pada umumnya dibagi kedalam tiga

    komponen yaitu:

    1.  Bahan Baku Langsung

    Bahan baku langsung (direct material) adalah bahan baku yang menjadi

     bagian integral dari produk jadi perusahaan dan dapat ditelusuri dengan

    mudah. Bahan baku langsung ini menjadi bagian fisik produk, dan terdapat

    hubungan langsung antara masukan bahan baku dan keluaran dalam dalam

     bentuk produk akhir/jadi.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    26/93

      II-11

    2. 

    Tenaga Kerja Langsung

    Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost ) adalah biaya tenaga kerja

    yang dapat ditelusuri secara fisik ke dalam pembuatan produk dan bisa pula

    ditelusuri dengan mudah atau tanpa memakan banyak biaya.

    3. 

    Biaya Overhead Pabrikasi (manufacturing overhead cost )

    Biaya overhead pabrikasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis biaya: bahan

     penolong, tenaga kerja tidak langsung, dan pabrikasi lain-lain. Biaya bahan

     penolong (indirect material cost ) adalah biaya bahan baku yang dibutuhkan

    untuk proses produksi namun bukan merupakan bagian integral dari produk

     jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya personalia yang tidak

     bekerja secara langsung atas produk namun jasanya diperlukan untuk proses

     pabrikasi. Biaya pabrikasi lain-lain (other manufacturing cost ) adalah baiya

    yang bukan bahan baku amupun tenaga kerja, contohnya: beban penyusutan

    (depresiasi), asuransi, pajak, dan lain-lain.

    2.2.4 Harga Pokok Produksi dan Manfaat dari Harga Pokok Produksi

    Harga pokok produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk

    memproduksi barang atau jasa selama periode bersangkutan. Dengan kata lain

     bahwa harga pokok produksi merupakan biaya untuk memperoleh barang jadi

    yang siap jual. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) bermanfaat untuk:

    a. 

    Menetapkan harga jual

     b. 

    Memantau realisasi biaya produksi

    c.  Menghitung laba atau rugi perusahaan pada periode tertentu

    d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

     proses yang disajikan dalam neraca

    2.2.5 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

    Menurut Mardiasmo (1994) metode pengumpulan harga pokok dapat

    dikelompokkan menjadi dua metode yaitu metode harga pokok pesanan dan

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    27/93

      II-12

    metode harga pokok proses. Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan

    tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai

    yang mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang digunakan.

    1.  Metode harga pokok pesanan ( job order cost method )

    Metode harga pokok pesanan ( job order cost method ) adalah metode

     pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang

    menghasilkan produk atas dasar pesanan. Karakterisitik harga pokok

     pesanan adalah:

    a. 

    Harga pokok dihitung untuk setiap produk pesanan.

     b.  Penentuan harga pokok setiap produk pesanan dilakukan setelah produk

    tersebut selesai dikerjakan.

    c.  Harga pokok per unit produk pesanan dihitung dengan cara membagi

    harga pokok produksi pesanan dengan jumlah unit pesanan yang

     bersangkutan.

    2. 

    Metode harga pokok proses

    Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi

    yang diterpakan pada perusahan yang menghasilkan produk secara masal.

    Karakteristik harga pokok proses adalah sebagai berikut:

    a.  Harga pokok produk dihitung berdasarkan periode tertentu.

     b.  Harga pokok produk ditentukan pada akhir periode tertentu.

    c.  Harga pokok per unit produk dihitung dengan cara membagi harga

     pokok produk selesai periode dengan jumlah produk unit selesai dalam

     periode bersangkutan.

    2.2.6 Tahap-tahap Penentuan Harga Pokok

    Menurut Indrijawati (2008), pada dasarnya terdapat 5 tahap perhitungan

    harga pokok yaitu:

    1. 

    Identifikasi Data Kuantitas Produksi.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    28/93

      II-13

    Tahap ini mengusut hasil kegiatan produksi secara fisik dari setiap

    departemen dalam jangka waktu tertentu (dari mana produk berasal dan

    kemana produk dipindahkan). Ini meliputi:

    a.  Berapa unit produk yang diproduksi

     b. 

    Berapa unit produk yang dihasilkan

    2.  Perhitungan Output dinyatakan dalam Bentuk Unit Ekuivalen.

    Pada tahap ini, hasil kegiatan produksi dinyatakan dalam bentuk

    ekuivalensinya dengan produk selesai sesuai dengan kriteria yang berlaku

     pada masing-masing departemen. Unit ekuivalen merupakan jumlah input

    yang diperlukan untuk membuat satu unit produk pada masing-masing

    departemen.

    3.  Pengumpulan Data Total Biaya Produksi.

    Total biaya produksi yang terjadi pada masing-masing departemen pada

    dasarnya meliputi seluruh input yang diperlukan dalam proses produksi pada

    departemen yang bersangkutan.

    4.  Perhitungan Harga Pokok per Unit Produk.

    Harga pokok perunit produk tidak lain adalah hasil bagi dari total biaya

     produksi untuk setiap elemen biaya dengan jumlah output yang dinyatakan

    dalam bentuk produksi / unit ekuivalennya.

    5.  Alokasi Total Biaya Produksi terhadap Produk Selesai dan Produk dalam

    Proses Akhir Periode.

    Perhitungan harga pokok produksi diakhiri dengan alokasi total biaya

     produksi untuk setiap departemen kepada output yang dihasilkan yang

    terdiri dari unit-unit produk yang diselesaikan dari proses departemen yang

     bersangkutan, dan unit-unit produk dalam proses pada akhir periode.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    29/93

      II-14

    2.2.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

    Metode penentuan harga pokok produksi meliputi:

    1. 

    Full Costing 

    Menurut Mirhani (2001), Full costing  adalah metode penentuan harga

     pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi

    sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga

    kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik

    tetap. Di dalam metode  full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat

    variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar

    tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya

    overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap

    akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum

    dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan)

    apabila produk selesai tersebut tidak dijual. Metode  full costing 

    memperhitungkan biaya tetap karena biaya ini dianggap melekat pada harga

     pokok persediaan baik barang jadi maupun persediaan barang dalam proses

    yang belum terjual dan dianggap harga pokok penjualan jika produk

    tersebut sudah habis dijual (Eprilianta, 2011). Dengan demikian biaya

     produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya sebagai

     berikut:

    Biaya bahan baku xx

    Biaya tenaga kerja langsung xx

    Biaya overhead pabrik variabel xx

    Biaya overhead pabrik tetap xx +

    Biaya produksi xx

    Kelebihan dari metode full costing  menurut Rachmayanti (2011) adalah:

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    30/93

      II-15

    a. 

    Metode perhitungan full costing lebih tepat digunakan pada industri kecil

    dan menengah karena industri ini masih menggunakan proses pencatatan

     biaya yang masih relatif sederhana.

     b.  Pendekatan  full costing yang biasa dikenal dengan pendekatan

    tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya disajikan

     berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi, dan penjualan.

    c.  Sistematika perhitungan dengan metode  full costing disesuaikan dengan

     prinsip akuntansi yang berlaku umum sehingga pihak UKM akan lebih

    mudah dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi.

    2. Variable Costing

    Variable costing  adalah metode penentuan harga pokok yang hanya

    memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur

    harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung

    dan biaya overhead pabrik variabel (Mirhani, 2001). Unsur biaya produksi

    menurut metode variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi

     berikut ini :

    Biaya bahan baku xx

    Biaya tenaga kerja langsung xx

    Biaya overhead pabrik variabel xx +

    Biaya produksi xx

    Berdasarkan tulisan Mirhani (2001) mengenai Variable costing dijelaskan

     bahwa terdapat keunggulan dan kelemahan dari metode variable costing.

    Keunggulan dari metode variable costing adalah:

    a.  Digunakan dalam perencaan laba jangka pendek

    Informasi biaya yang dihasilkan dapat digunakan untuk kepentingan

     perencanaan laba jangka pendek, karena biaya yang terjadi dipisahkan

    menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    31/93

      II-16

    kegiatan. Perencanaan laba jangka pendek dilakukan pada saat

     penyusunan anggaran. Dalam jangka pendek biaya tetap biasanya tidak

     berubah sehingga informasi yang dihasilkan tidak memiliki dampak

    terhadap hasil penjualan dan biaya variable yang digunakan untuk

    menghitung laba.

     b.  Digunakan dalam pengendalian biaya

    Informasi biaya yang dihasilkan metode ini dapat digunakan oleh

    manajemen perusahaan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan

     biaya atau tidak dari rencana biaya yang telah ditetapkan.

    c.  Digunakan dalam pengambilan keputusan

    Dalam pengambilan keputusan, metode ini sangat relevan untuk digunakan

    karena biaya yang dilaporkan berubah sesuai dengan perubahan volume

    kegiatan. Sehingga keputusan yang dihasilkan lebih tepat.

    Kelemahan dari metode variable costing adalah: 

    a. 

    Pemisahan biaya ke dalam biaya variable dan biaya tetap sulit dilakukan

    karena jarang ada biaya yang benar-benar tetap atau benar-benar

    variable.

     b.  Metode variable costing lebih cocok digunakan hanya untuk kepentingan

     pihak intern perusahaan saja.

    c.  Kurang cocok digunakan di perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat

    musiman, karena akan menyajikan kerugian yang berlebihan pada satu

     periode dan laba yang tidak normal pada periode lainnya.

    d.  Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan

    dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih

    rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk

    analisis keuangan.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    32/93

      II-17

    3.  Activity Based Costing (ABC)

     Activity based costing mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi

    tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Dasar pemikiran

    yang melandasi system informasi biaya ini adalah “biaya ada penyebabnya”

    dan penyebab biaya dapat dikelola (Mulyadi dan Setyawan, 2001). Menurut

     Nurhayati (2004) activity based costing memiliki keunggulan. Beberapa

    keunggulan dari sistem biaya  Activity Based Costing  (ABC) dalam

     penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:

    a. Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur

    teknologi tinggi dimana biaya overhead  adalah merupakan proporsi yang

    signifikan dari total biaya.

     b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang

    modem, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.

    Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua

    aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.

    c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan

     biaya (activities cause cost ) bukanlah produk, dan produklah yang

    mengkonsumsi aktivitas.

    d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku

     biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi

    aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.

    e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang

    modem dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost

    drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi

    (transaction-based ) dari pada berbasis volume produk.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    33/93

      II-18

    f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari

     biaya produk variabel jangka panjang (long run variable product cost )

    yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.

    g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,

     pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.

    2.2.8 Depresiasi

    Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu properti atau aset

    karena waktu dan pemakaian. Depresiasi pada suatu properti atau aset biasanya

    disebabkan karena satu atau lebih faktor-faktor berikut :

    1. 

    Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut.

    2.  Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar.

    3.  Penurunan kebutuhan produksi atau jasa.

    4.  Properti atau aset tersebut menjadi usang karena adanya perkembangan

    teknologi.

    5. 

    Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik

    dengan ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih

    memadai.

    Besarnya depresiasi tahunan yang dikenakan pada suatu properti akan tergantung

     pada beberapa hal yaitu ongkos investasi dari properti tersebut, tanggal pemakaian

    awalnya, estimasi masa pakainya, nilai sisa yang ditetapkan, dan metode

    depresiasi yang digunakan.

    Banyak metode yang bisa dipakai untuk menentukan beban depresiasi

    tahunan dari suatu aset. Diantara metode-metode tersebut, yang sering dipakai

    adalah :

    1.  Metode Garis Lurus (Straight Line atau SL)

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    34/93

      II-19

    Metode garis lurus didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu

    aset secara linier (proporsional) terhadap waktu atau umur dari aset tersebut.

    Besarnya depresiasi tiap tahun dengan metode SL dihitung berdasarkan :

    Dt  레 ዀ

     ……………………………………………………………..2.1

    dimana :

    Dt = besarnya depresiasi pada tahun ke-t

    P = ongkos awal dari aset yang bersangkutan

    S = nilai sisa dari aset tersebut

     N = masa pakai (umur) dari aset tersebut dinyatakan dalam tahun.

    Karena aset didepresiasi dengan jumlah yang sama tiap tahun maka aset

    tersebut dikurangi dengan besarnya depresiasi tahunan dikalikan t, atau :

    BVt = P – t.Dt 

    = P - ዀ

    t  …………………………………………………….2.2 

    Tingkat depresiasi ( rate of depreciation), d, adalah bagian dari P – S yang

    didepresiasi tiap tahun. Untuk metode SL, tingkat depresiasi adalah :

    레 

      ……………………………………………………………….2.3

    2.  Metode Jumlah Digit Tahun (SOYD)

    Metode jumlah digit tahun (SOYD) adalah salah satu metode yang

    dirancang untuk membebankan depresiasi lebih besar pada tahun-tahun awal dan

    semakin kecil untuk tahun-tahun berikutnya. Ini berarti metode SOYD

    membebankan depresiasi yang lebih cepat dari metode SL.

    Cara perhitungan depresiasi dengan metode SOYD dimulai dengan jumlah

    digit tahun dari 1 sampai N. Angka yang diperoleh dinamakan jumlah digit tahun

    (SOYD). Besarnya depresiasi tiap tahun diperoleh dengan mengalikan ongkos

    awal dikurangi nilai sisa (P – S) dari aset tersebut dengan rasio antara jumlah

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    35/93

      II-20

    tahun sisa umur aset terhadap nilai SOYD. Secara sistematis besarnya depresiasi

    tiap tahun dapat ditulis :

    Dt  레 PPl lP kዀ d ĖǴƅ Ė9 9Ȗ ǴŖȖ9Ŗ   Ŗ 9 

    레    k 

    ዀ d  , 레 1,2,… … ,  …………………………………2.4 

    dimana :

    D = beban depresiasi pada tahun ke-t

    SOYD = jumlah digit tahun dari 1 sampai N

    Besarnya SOYD dari suatu aset yang umurnya N tahun adalah :

    SOYD = 1+2+3+……..+(N-1)+N

    =

     

    Tingkat depresiasi akan menurun tiap tahun. Tingkat depresiasi yang terjadi pada

    tahun ke-t, d t, dihitung dari rumus :

    d t =   k 

    ዀ d ……………………………………………………………….2.5 

    dimana nilai ini sebenarnya adalah faktor pengali dari (P-S) untuk mendapatkan

     besarnya depresiasi pada suatu saat. Semakin besar t maka d t akan semakin kecil

    sehingga beban depresiasi juga semakin menurun dengan bertambahnya umur

    saat.

    3.  Metode keseimbangan menurun (DB)

    Metode keseimbangan menurun juga menyusutkan nilai suatu aset lebih

    cepat pada tahun-tahun awal dan secara progresif menurun pada tahun-tahun

    selanjutnya. Metode ini bisa dipakai bila umur aset lebih dari 3 tahun. Besarnya

    depresiasi pada tahun tertentu dihitung dengan mengalikan suatu presentase tetap

    dari nilai buku aset tersebut pada akhir tahun sebelumnya.

    Dengan demikian maka besarnya beban depresiasi pada tahun ke-t adalah :

    Dt = dBVt-1………………………………………………………………...2.6 

    dimana :

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    36/93

      II-21

    d = tingkat depresiasi yang ditetapkan

    dBVt-1= nilai buku aset pada akhir athun sebelumnya (t-1)

    nilai buku pada akhir tahun ke-t akan menjadi :

    BVt = BVt-1 - Dt …………………………………………………………..2.7

    4.  Metode depresiasi sinking fund (SF)

    Asumsi dasar yang digunakan pada metode depresiasi sinking fund adalah

     bahwa penurunan nilai suatu aset semakin cepat dari suatu saat ke saat berikutnya.

    Peningkatan ini diakibatkan karena disertakannya konsep nilai waktu dari uang

    sehingga besarnya depresiasi akan meningkat seirama dengan tingkat bunga yang

     berlaku. Dengan kata lain, besarnya depresiasi akan lebih kecil pada tahun-tahun

    awal depresiasi. Dengan sifat yang demikian maka pemakaian metode depresiasi

    sinking fund tidak akan menguntungkan bila ditinjau dari sudut pajak yang harus

    ditanggung perusahaan. Alasan inilah yang menyebabkan metode depresiasi ini

     jarang dipakai.

    Besarnya depresiasi dinyatakan dengan selisih nilai buku pada tahun (t)

    dengan nilai buku pada tahun sebelumnya (t-1). Dengan pernyataan lain :

    Dt = BVt-1 - BVt ……………………………………………………….2.8 

    dimana nilai buku pada periode t adalah nilai awal aset tersebut setelah dikurangi

    akumulasi nilai patokan depresiasi maupun bunga yang terjadi sampai saat itu.

    Atau dapat juga dirumuskan :

    BVt = P – (P – S)(A/F, i%, N) (F/A, i%, t)………………………………2.9

    5.  Metode depresiasi unit produksi

    Apabila penyusutan suatu aset lebih ditentukan oleh intensitas

     pemakaiannya dibandingkan dengan lamanya alat tersebut dimiliki maka

    depresiasinya bisa didasarkan atas unit produksi atau unit output dari aset atau

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    37/93

      II-22

     properti tersebut. Pada prinsipnya, unit produksi bisa dinyatakan dari salah satu

    ukuran berikut :

    a. 

    Output produksi, misalnya volume atau berat dari material yang dipindahkan

    oleh suatu alat pengangkutan material pada tahun tertentu dibandingkan

    dengan berat atau volume material yang diperkirakan bisa dipindahkan

    selama masa pakai dari alat tersebut.

     b.  Hari operasi, menunjukkan jumlah hari operasi suatu aset selama tahun

    tertentu dibandingkan dengan ekspektasi total hari operasi dari aset tersebut

    selama masa pakainya.

    c.  Proyeksi pendapatan, menunjukkan estimasi pendapatan pada tahun tertentu

    dari suatu aset yang disewakan dibandingkan dengan estimasi pendapatan

    dari penyewaan alat tersebut selama masa pakainya.

    Pada metode depresiasi unit produksi ini, besarnya depresiasi

    diperhitungkan sama untuk tiap satuan output produksi dari aset tersebut, tanpa

    memperhitungkan berapa lama output tersebut dicapai. Unit output atau unit

     produksi ini bisa dinyatakan dengan salah satu dari 3 ukuran yang telah diuraikan.

    Misalkan Ut adalah jumlah unit produksi suatu aset selama tahun t dan U adalah

    total unit produksi dari aset tersebut selama masa pakainya, maka besarnya

    depresiasi pada tahun t adalah jumlah yang boleh didepresiasi (P-S) dikalikan

    dengan rasio Ut/U. dengan kata lain :

    Dt =

     ……………………………………………………………………2.10 

    Dengan demikian maka nilai pada akhir tahun ke-t diberikan oleh :

    BVt =  

    …k   ………………………………….2.11

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    38/93

      II-23

    2.2.9 Perhitungan Bunga

    Menurut Pujawan (2003) definisi tingkat bunga adalah rasio dari bunga yang

    dibayarkan terhadap induk dalam suatu periode waktu dan biasanya dinyatakan

    dalam persentase dari induk. Secara matematis hal ini dapat dirumuskan :

    ꉈŖǴƅ 9.Ǵƅ9 레  U lalU  ꨀUalklnlU뒈 Uk lnk

    Uꨀ n  100% .....................2.12 

    Ada 2 jenis bunga yang bisa digunakan untuk melakukan perhitungan nilai

    uang dari waktu yaitu bunga sederhana dan bunga majemuk. Kedua jenis bunga

    ini akan menghasilkan nilai nominal uang yang berbeda bila perhitungan

    dilakukan lebih dari satu peiode. Berikut ini penjelasan tentang bunga sederhana

    dan bunga majemuk.

    1. 

    Bunga sederhana

    Bunga sederhana dihitung dari induk tanpa memperhitungkan bunga yang

    telah diakumulasikan pada periode sebelumnya. Secara matematika hal ini bisa

    diekspresikan sebagai berikut :

    I = P x i x N …………………………………………………………..2.13 

    dimana:

    I = Bunga yang terjadi (rupiah)

    P = Induk yang dipinjam atau diinvestasikan

    i = tingkat bunga per periode

     N = jumlah periode yang dilibatkan

    2. 

    Bunga majemuk

    Bunga majemuk dihitung berdasarkan besarnya induk ditambah dengan

     besarnya bunga yang telah terakumulasi pada periode sebelumnya. Pemajemukan

    (Compounding) adalah suatu proses matematis penambahan bunga pada induk

    sehingga terjadi penambahan jumlah induk secara nominal pada periode

    mendatang. Dengan demikian proses pemajemukan adalah suatu alat untuk

    mendapatkan nilai yang ekuivalen pada suatu periode mendatang dari sejumlah

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    39/93

      II-24

    uang pada saat ini bila tingkat bunga yang berlaku diketahui. Nilai ekuivalen di

    suatu saat mendatang ini disebut dengan istilah Future Worth (FW) dari nilai

    sekarang. Nilai sekarang dari suatu jumlah uang periode mendatang dinamakan

    Present Worth (PW). Notasi-notasi yang digunakan yaitu :

    r = tingkat bunga nominal per periode

    i = tingkat bunga efektif per periode

     N = jumlah periode per majemukan

    P = nilai sekarang (Present Worth) atau nilai ekuivalen dari satu atau lebih

    aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu saat ini.

    A = aliran khas pada akhir periode yang besarnya sama untuk beberapa

     periode yang berurutan

    G = suatu aliran kas dimana dari satu periode ke periode berikutnya terjadi

     penambahan atau pengurangan kas sejumlah tertentu yang besarnya

    sama.

    Rumus –rumus bunga majemuk diskret :

    a.  Penurunan rumus pembayaran tunggal

    Jika uang sejumlah P diinvestasikan saat ini (t=0) dengan tingkat bunga

    efektif sebesar i% per periode dan dimajemukkan tiap periode maka jumlah uang

    tersebut pada waktu akhir periode akan menjadi :

    F1 = P + bunga dari P

    = P + Pi

    = P(1+i)

    Pada akhir periode 2 akan menjadi :

    F2 = F1 + bunga dari F1

    = P(1+i) + P(1+i)

    = P(1+i) (1+i)

    = P(1+i)2 

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    40/93

      II-25

    Dengan analogi diatas maka pada akhir periode ke N, jumlah uang tersebut akan

    menjadi :

    F = P(1+i) N

     ……………………………………………………………2.14

     b.  Faktor nilai sekarang dari pembayaran tunggal

    Dari persamaan 2.14, kita juga bisa menulis persamaan P sebagai berikut:

    P =F

     …………………………………………………………….2.15 

    Faktor yang berada dalam kurung dinamakan faktor nilai sekarang pembayaran

    tunggal ( Single Payment Present Worth Factor ), atau sering hanya disebut faktor

    nilai sekarang. Faktor ini memungkinkan kita menghitung nilai sekarang dari

    suatu nilai F dan N periode mendatang bila tingkat bunga yang berlaku adalah i%.

    Secara fungsional faktor SPPWF dapat dinyatakan dengan (P/F, i%, N), artinya

    kita ingin mendapatkan P dengan mengetahui nilai F, i% dan N. oleh karenanya

     persamaan f dapat diekspresikan dalam bentuk fungsional sebagai berikut:

    P = F(P/F, i%, N)……………………………………………………2.16

    c. 

    Faktor pemajemukan deret seragam

    Diagram alir kas yang menunjukkan deret seragam sebesar A selama N

     periode dengan bunga i%. deret seragam yang sperti ini sering disebut dengan

    annuity. Bila kita meminjam sejumlah yang sama (A) setiap tahun selama N tahun

    dengan bunga i% maka besarnya pinjaman pada tahun ke N tersebut adalah :

    F = A (F/A, i%, N)………………………………………………2.17 

    d. 

    Faktor singking fund deret seragam

    Faktor ini adalah kebalikan dari faktor pemajemukkan deret seragam, dengan

     persamaan ini kita akan bisa mencari A bila nilai F, i dan N diketahui sebagai

     berikut :

    A = F(A/F, i%, N)…………………………………………………2.18

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    41/93

      II-26

    e. 

    Faktor nilai sekarang deret seragam

    Faktor ini digunakan untuk menghitung nilai ekuivalen pada saat ini bila

    aliran kas seragam sebesar A terjadi pada tiap akhir periode selama N periode

    dengan tingkat bunga i%. Faktor ini dinamakan nilai sekarang dari deret seragam,

    yang mana dapat juga ditulis :

    P = A (P/A, i%, N)………………………………………………2.19

    f.  Faktor pemulihan modal deret seragam

    Faktor ini adalah kebalikan dari faktor nilai sekarang deret seragam, yaitu

    untuk mengkonversikan suatu nilai sekarang pada nilai seragam pada suatu

     periode tertentu (N) bila tingkat bunga diketahui sebesar i%. Faktor ini

    dinamakan faktor pemulihan modal deret seragam atau faktor amortisasi dan bisa

     juga dinyatakan dengan :

    A = P (A/P, i%, N) ……………………………………………….2.20

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    42/93

    III-1 

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini akan membahas langkah–langkah untuk mencari solusi dari permasalahan yang diangkat mulai dari observasi awal hingga penarikan

    kesimpulan. Langkah – langkah tersebut disajikan pada gambar 3.1.

    Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    43/93

    III-2 

    Dalam diagram alir diatas dijelaskan langkah-langkah dalam penelitian yang

    akan diuraikan dalam sub bab berikut ini.

    3.1 TAHAP AWAL PENELITIAN

    Pada tahap awal penelitan dilakukan langkah-langkah penelitian, yaitu studi

    lapangan, studi pustaka, identifikasi masalah, perumusan masalah, dan penetapan

    tujuan.

    3.1.1 Studi Lapangan

    Observasi dilakukan selama bulan Februari sampai April 2012 di Gabungan

    Kelompok Tani Sumber Makmur, Desa Sambirejo. Tahap ini menekankan pada pengenalan dan pemahaman kondisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),

    yaitu didapat dari observasi langsung dan wawancara yang dilakukan kepada

    Ketua Klaster Biofarmaka, Wakil Ketua Klaster Biofarmaka, dan pengurus

    Gapoktan Sumber Makmur yang berada di Desa Sambirejo, sehingga dapat

    dirumuskan masalah sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

    3.1.2 Studi Pustaka

    Studi pustaka dilakukan untuk mendukung proses penyelesaian penelitian.

    Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi yang berkaitan dengan

     permasalahan yang dibahas. Studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari

     beberapa pustaka, yaitu buku, internet, jurnal, dan penelitian yang berkaitan.

    3.1.3 Identifikasi Masalah

    Tahap identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang

    terjadi di perusahaan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi kondisi dan

     permasalahan yang ada di lapangan, yaitu tahap penemuan situasi atau kondisi

     pada penetapan harga pokok produksi produk temulawak yang belum tepat.

    3.1.4 Perumusan Masalah

    Pada tahap ini akan ditetapkan permasalahan yang akan dibahas untuk dicari

     pemecahan masalahnya. Setelah melakukan penelitian, maka dapat dirumuskan

     permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut yaitu bagaimana menetapkan harga

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    44/93

    III-3 

     pokok produksi produk temulawak yang tepat sehingga dapat menjadi acuan

    dalam menentukan harga jual yang menguntungkan di Gapokatan Sumber

    Makmur, Desa Sambirejo.

    3.1.5 Penetapan Tujuan

    Pada tahap ini ditetapkan tujuan yang ingindicapai dalam penelitian. Tujuan

    dibuat berdasarkan pada perumusan masalah yang ditetapkan sebelumnya, adalah

    menetapkan harga pokok produksi produk Temulawak di Gapoktan Sumber

    Makmur sebagi acuan dalam mentukan harga penjualan produk Temulawak.

    3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA

    Data yang diperoleh adalah data historis, yaitu data biaya-biaya yang

    dibutuhkan untuk menghasilkan produk olahan temulawak. Metode yang

    diterapkan dalam pengumpulan data adalah dengan wawancara langsung kepada

     pengurus Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar, pengurus Gapoktan

    Sumber Makmur, dan pengurus Kelompok Tani Sumber Rejeki. Langkah

     pengumpulan data yang dilakukan adalah:

    3.2.1 Identifikasi Proses atau Aktifitas Produksi

    Data yang dikumpulkan adalah identifikasi proses atau aktifitas produksi

     pembuatan produk temulawak yang berupa :

    1. Temulawak basah atau rimpang merupakan produk yang dihasilkan dari

    hasil panen temulawak.

    2. Simplisia temulawak adalah produk yang dihasilkan dari pengirisan

    rimpang temulawak yang kemudian dikeringkan.

    3. Serbuk temulawak adalah produk yang dihasilkan dari simplisia temulawakyang dihaluskan menjadi serbuk.

    3.2.2 Identifikasi Aktifitas-akitifitas Produksi yang Menimbulkan Biaya

    Berdasarkan proses atau aktifitas produksi yang didapatkan kemudian

    diidentifikasi aktifitas apa saja yang menimbulkan biaya pada produk temulawak

     basah, simplisia temulawak, dan serbuk temulawak.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    45/93

    III-4 

    3.2.3 Mengklasifikasikan Komponen Biaya

    Berdasarkan hasil identifikasi biaya yang timbul pada proses produksi,

     biaya-biaya yang ditimbulkan dikelompokkan kedalam komponen biaya yang

    terdiri dari:

    1.  Biaya Produksi yang meliputi:

    a.  Biaya bahan baku langsung yang dibutuhkan untuk proses produksi

     produk olahan temulawak adalah:

    1)  Temulawak basah : benih dan pupuk organik

    2)  Simplisia temulawak : temulawak basah

    3) 

    Serbuk temulawak : simplisia temulawak

     b.  Biaya tenaga kerja langsung

    Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proses produksi produk olahan

    temulawak merupakan tenaga kerja langsung yang terbagi menjadi:

    1)  Temulawak basah: tenaga kerja persiapan lahan, tenaga kerja

     penanaman temulawak, tenga kerja pemeliharaan, dan tenaga kerja

    saat panen tiba.

    2) 

    Simplisia temulawak: tenaga kerja pencucian dan pengemasan,

    tenaga kerja pengirisan dan penjemuran temulawak, dan tenaga

    kerja untuk pengemasan temulawak.

    3)  Serbuk temulawak: tenaga kerja penggilingan dan tenaga kerja

     pengemasan.

    c.  Biaya overhead pabrik yang dibutuhkan adalah:

    1)  Temulawak basah: biaya sewa lahan, biaya depresiasi karung

     penyimpanan panen.

    2)  Simplisia temulawak: biaya depresiasi keranjang biaya depresiasi

    mesin pompa air, biaya depresiasi alat pengiris, biaya depresiasi

    mesin sealer , biaya depresiasi kotak pengering, dan biaya listrik

    yang dibutuhkan

    3)  Serbuk temulawak: biaya depresiasi alat penggiling dan biaya

    listrik yang dibutuhkan.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    46/93

    III-5 

    2. Perhitungan bunga majemuk diskret

    Selain menghitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

    overhead dilakukan juga perhitungan bunga majemuk diskret. Perhitungan

     bunga bertujuan untuk menghitung rasio dari bunga yang dibayarkan

    terhadap induk dalam suatu periode waktu tertentu (Pujawan, 2003).

    3.2.4 Konfirmasi atau Verifikasi Data Biaya

    Setelah memperoleh dan mengklasifikasikan data biaya pada proses

     produksi temulawak basah (rimpang), simplisia, dan serbuk dilakukan proses

    verifikasi data terhadap lembaga terkait. Lembaga terkait yang menaungi

    Gapoktan dan kelompok tani di Kabupaten Karanganyar adalah Klaster

    Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

    3.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA

    3.3.1. Perhitungan HPP dengan Metode Full Costing

    Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sebagai input untuk

     perhitungan harga pokok produksi yang menjadi dasar penentuan harga jual

     produk temulawak. Pengolahan data untuk menetapkan harga pokok produksi

    dilakukan dengan metode  full costing. Metode  full costing mempertimbangkan

     biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk jadi atau ke harga pokok

     produksi berdasarkan tarif yang ditentukan pada aktivitas normal atau aktivitas

    yang sesungguhnya terjadi sehingga meningkatkan akurasi analisis biaya

    (Eprilianta, 2011). Tahap yang dilakukan untuk menentukan harga pokok

     produksi (HPP) untuk produk temulawak basah, simplisia, dan serbuk yaitu

    menghitung total biaya produksi telebih dahulu seperti yang tertulis dalam

     persamaan 3.1, kemudian menghitung total HPP dengan menambahkan biaya

     produksi dengan biaya komersial dan biaya bunga majemuk diskret seperti yang

    ada pada persamaan 3.2.

    Biaya Bahan Baku = xx

    Biaya Tenaga Kerja Langsung = xx

    Biaya Overhead Perusahaan = xx +

    Total Biaya Produksi = xx ......................................... (3.1)

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    47/93

    III-6 

    Untuk menghitung besarnya HPP suatu produk secara menyeluruh maka:

    Total Biaya Produksi = xx

    Bunga Majemuk Diskret = xx +

    Total HPP = xx …………………………. (3.2)

    3.3.2 Perhitungan Sensitivitas

    Perhitungan sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

     pengaruh perubahan harga pokok produksi terhadap peningkatan atau penurunan

     biaya-biaya yang dibutuhkan pada penentuan harga pokok produksi produk

    olahan temulawak. Perubahan harga yang dilakukan yaitu dengan cara

    meningkatkan seluruh komponen biaya (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan

    BOP) sebesar 50%, 30%, dan 10% serta penurunan harga sebesar 10%, 30% dan

    50%. 

    3.4 TAHAP AKHIR PENELITIAN

    Tahap akhir penelitian terdiri dari analisis serta kesimpulan dan saran.

    3.4.1 Analisis

    Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diolah. Hasil analisis

    kemudian dapat dijadikan pedoman dalam melakukan perbaikan. Analisis yang

    dilakukan adalah:

    1.  Analisis hasil perhitungan penetapan harga pokok produksi produk

    Temulawak dengan menggunakan metode  full costing  dan kemudian

    membandingkan dengan hasil perhitungan yang sudah dilakukan di salah

    satu anggota Klaster Biofarmaka yaitu Gapoktan Sumber Makmur sehingga

    dapat ditemukan harga pokok produksi produk temulawak yang akurat

    supaya hasil perhitungan HPP dapat dijadikan dasar untuk melakukan

     perhitungan harga jual yang tepat pada produk temulawak basah, simplisia

    temulawak, dan serbuk temulawak.

    2.  Analisis sensitivitas untuk mengetahui komponen biaya yang paling

    mempengaruhi perubahan atau pergerakan biaya produksi.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    48/93

    III-7 

    3.4.2 Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan dan saran merupakan tahap terakhir penelitian yang berisi

    kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan analisis yang mengacu pada

    tujuan awal penelitian yang telah ditetapkan. Selain itu juga diberikan saran

     perbaikan bagi perusahaan dan penelitian lebih lanjut.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    49/93

    IV-1 

    BAB IV

    PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    Pada bab ini akan diuraikain mengenai proses pengumpulan dan pengolahan

    data. Setelah data yang diperlukan terkumpul maka dilakukan perhitungan harga

     pokok produksi (HPP) yang tepat.

    4.1 PENGUMPULAN DATA

    Pada sub bab ini disajikan data-data yang dibutuhkan untuk pengolahan data

    yang berasal dari studi lapangan di Gapoktan Sumber Makmur. Data yang

    diperoleh adalah proses atau kegiatan yang dilakukan oleh petani untuk

    menghasilkan produk temulawak basah, simplisia temulawak, dan serbuk

    temulawak. Selain itu, dilakukan proses didentifikasi biaya-biaya yang muncul

    dalam proses pengolahan produk temulawak. Proses pengumpulan data dilakukan

    dengan wawancara langsung kepada pengurus Kelompok Tani Sumber Rejeki 1,

    Ketua Pengurus Gapoktan Sumber Makmur, dan pengurus Klaster Biofarmaka.

    4.1.1 Proses Produksi Temulawak Basah

    Proses produksi temulawak basah merupakan proses yang melibatkan proses

     budidaya hingga proses pasca panen temulawak. Pada Gambar 4.1 akan disajikan

    alur proses pengolahan temulawak basah secara runtut. Berdasarkan gambar 4.1

    dapat dijelaskan proses produksi temulawak basah dan biaya yang muncul dari

     proses produksi temulawak basah yang meliputi:

    a.  Persiapan lahan

    Proses awal yang dilakukan sebelum menanam benih temulawak adalah

     persiapan lahan. Persiapan lahan meliputi kegiatan sewa lahan, pembersihan

    area lahan dengan cara membersihkan gulma dan ranting-ranting atau sisa

    tanaman lain dari area lahan, penggemburan tanah dengan cara mencangkul

    tanah.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    50/93

    IV-2 

    Gambar 4.1 Proses Produksi Temulawak Basah

    Sumber: wawancara dengan pengurus Gapoktan Sumber Makmur (2012) 

    Setelah itu, untuk mengeluarkan gas-gas beracun dari dalam tanah dan

    mematikan hama dan penyakit, lahan didiamkan selama 1-2 minggu. Biaya

    yang muncul pada proses persiapan lahan adalah biaya untuk sewa lahan

    seluas 1000 m² dibutuhkan biaya sebesar Rp 1.400.000. Selain itu, untuk

    membersihkan lahan dibutuhkan 3 orang tenaga kerja pria dengan waktu

     pembersihan lahan selama 2 hari, proses penggemburan lahan dibutuhkan 4

    orang tenaga pekerja pria yang mencangkul lahan selama 1 hari. Upah untuk

    setiap satu orang pekerja pria adalah Rp 30.000 per hari.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    51/93

    IV-3 

     b. 

    Penanaman benih

    Setelah lahan siap, dilakukan proses penanaman benih temulawak. Benih

    temulawak diperoleh dari pembelian di pasar. Untuk lahan seluas 1000 m²

    dibutuhkan 100 kilogram benih temulawak. Harga benih temulawak per

    kilogram adalah Rp 1.000, jadi untuk membeli benih sebanyak 100 kilogram

    adalah Rp 100.000. Jarak tanam temulawak adalah 30 x 70 cm, jumlah lubang

    tanam yang ada pada area 100 m² adalah sebanyak 1100 lubang tanam.

    Setelah benih selesai ditanam dilakukan pemupukan awal, setiap lubang

    tanaman membutuhkan 1 kilogram pupuk organic sehingga jumlah pupuk

    organik yang dibutuhkan adalah 1100 kilogram. Harga pupuk organik per

    kilogram adalah Rp 500, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk membeli

    1100 kilogram pupuk organik adalah Rp 550.000. Pada proses penanaman

     benih dibutuhkan 3 orang tenaga kerja pria untuk melakukan penanaman

     benih temulawak dalam waktu 1 hari. Upah untuk setiap satu orang pekerja

     pria adalah Rp 30.000 per hari.

    c.  Pemeliharaan

    Setelah dilakukan penanaman, maka tumbuhan temulawak akan mulai tumbuh

    ke permukaan tanah. Agar tanaman temulawak tumbuh dengan baik, maka

    harus dilakukan pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman meliputi

     pembersihan area lahan dari gulma dan hama tanaman serta dilakukan

     pemupukan. Proses pemupukan selama masa pemeliharaan dilakukan

    sebanyak 2 kali, setiap pemupukan dibutuhkan 0,5 kilogram pupuk pada setiap

    lubang tanaman. Jadi, pada proses pemupukan selama masa pemeliharaan

    dibutuhkan 1100 kilogram pupuk organik. Harga pupuk organik per kilogram

    adalah Rp 500, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk membeli 1100

    kilogram pupuk organik adalah Rp 550.000. Pada pemeliharaan lahan

    membutuhkan 2 orang tenaga kerja wanita dan 1 orang tenaga kerja pria yang

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    52/93

    IV-4 

    akan melakukan 2 kali pemeliharaan selama masa pemeliharaan lahan. Upah

    untuk setiap satu orang pekerja pria adalah Rp 30.000 per hari, sedangkan

    upah untuk setiap satu orang pekerja wanita adalah Rp 25.000 per hari.

    d.  Panen

    Panen pada tanaman temulawak dilakukan setelah tanaman berumur 9 bulan

    ditandai dengan daun yang mulai layu dan mengering. Sebelum hasil panen

    diambil dilakukan pemotongan daun dan batang tanaman temulawak,

    kemudian rimpang temulawak diambil dengan menggunakan cangkul. Hasil

     panen temulawak dimasukkan kedalam karung untuk menghindari kerusakan

     pada hasil panen. Pada proses ini dibutuhkan 2 orang wanita dengan upah Rp.

    25.000,-/hari dan 4 pria dengan upah Rp. 30.000,-/hari.

    e.  Penyortiran hasil panen

    Hasil panen yang sudah diperoleh kemudian dicuci dan dibersihkan.

    Penyortiran hasil panen dimaksudkan utnuk memilih manakah tanaman yang

    layak untuk dijual, dijadikan bibit, dan dijadikan simplisia. Biaya yang

    dikeluarkan pada proses ini adalah biaya pembelian karung untuk menyimpan

    hasil sortiran. Setiap karung memiliki kapasitas penyimpanan sebanyak 60 –

    65 kilogram, harga setiap karung adalah Rp 1.600 dan dapat digunakan untuk

    3 kali panen. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan biaya depresiasi

    terhadap karung penyimpanan.

    f.  Penyimpanan hasil panen

    Hasil panen yang sudah disortir disimpan kedalam karung kemudian

    dimasukkan kedalam gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan harus

    memiliki kondisi yang baik yaitu tidak lembab, sirkulasi udara baik, bersih,

    dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    53/93

    IV-5 

    Pada tabel 4.1 akan diuraikan mengenai aktifitas produksi temulawak basah

    yang menimbulkan biaya.

    Tabel 4.1 Biaya yang Muncul pada Proses Produksi Temulawak Basah

    4.1.2 

    Proses Pembuatan Simplisia Temulawak

    Simplisia temulawak merupakan hasil dari rajangan temulawak yang

    dikeringkan. Pada gambar 4.2 akan dijelaskan proses pembuatan simplisia

    temulawak secara runtut.

    Keterangan Data Biaya/Unit Tota l Biaya

    1 Persiapan lahan

    a. Sewa lahan sewa lahan seluas 1 petak = 1800 m²

    adalah Rp 2.500.000, sewa lahan untuk

    1000 m² adalah 1.400.000

    1,400,000Rp 1,400,000Rp

    b. Pembersihan lahan membutuhkan 3 pekerja pria selama 2

    hari dengan upah kerja Rp 30.000/hari

    30,000Rp 180,000Rp

    c. Penggemburan tanah membutuhkan 4 orang pekerja pria

    selama 1 hari

    30,000Rp 120,000Rp

    2 Penanaman

    a. Benih yang dibutuhkan untuk 1000 m² membutuhkan 100 kg 1,000Rp 100,000Rp

    b. Biaya tenaga kerja membutuhkan 3 pekerja pria selama 1

    hari

    30,000Rp 90,000Rp

    c. Pemupukan awal j arak tanam 30 cm x 70 cm, total

    tanaman: 1100, pemupukan awal 1

    kg/tanaman, pupuk: Rp 500/kg

    500Rp 550,000Rp

    3 Pemeliharaan lahan

    a. Pemupukan ke-2 pemupukan ke 2 dibutuhkan 0.5

    kg/tanaman

    500Rp 275,000Rp

    b. Pemupukan ke-3 pemupukan ke 3 dibutuhkan 0.5

    kg/tanaman

    500Rp 275,000Rp

    c. Biaya tenaga kerja membutuhkan 2 pekerja wanita (upah

    25.000) dan 1 pekerja pria untuk 2x

    pemupukan

    160,000Rp

    4 Panen

    a. Biaya tenaga kerja membutuhkan 4 pekerja pria dan 2 wanita

    selama 1 hari

    170,000Rp

    5 Penyort iran has il panen setelah panen dilakukan penyortiran hasi l

    panen, alat yang dibutuhkan adalah

    karung yang bisa memuat 60-65kg/karung

    1,490Rp

    Produksi lahan 1000 m²

    KegiatanNo. Biaya yang dibutuhkan

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    54/93

    IV-6 

    Gambar 4.2 Proses Produksi Simplisia Temulawak

    Sumber: wawancara dengan pengurus Gapoktan Sumber Makmur (2012) 

    Berdasarkan gambar 4.1 dapat dijelaskan proses produksi temulawak basah dan

     biaya yang muncul dari proses produksi temulawak basah yang meliputi:

    a.  Persiapan temulawak basah atau rimpang yang dibutuhkan

    Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat simplisia adalah temulawak

     basah. Untuk membuat 1 kilogram simplisia dibutuhkan 6 kilogram

    temulawak basah.

     b. 

    Pencucian dan penguapsan kulit rimpang

    Untuk mendapatkan hasil simplisia yang baik maka perlu dilakukan pencucian

    dan pengupasan kulit rimpang. Untuk mencuci dan mengupas kulit rimpang

    temualwak dibutuhkan 2 orang pekerja wanita. upah untuk setiap satu orang

  • 8/20/2019 Harga kunyit (1)

    55/93

    IV-7 

     pekerja wanita adalah Rp 25.000 per hari. Selain itu, biaya yang d ikeluarkan

     pada proses ini adalah perhitungan biaya depresiasi mesin pompa air,

    keranjang yang digunakan untuk mencuci, dan menghitung biaya listrik yang

    dibutuhkan untuk menghidupkan mesin pompa air.

    c. 

    Pengirisan rimpang

    Temulawak basah yang telah dicuci dan dikupas kulitnya kemudian dirajang

    dengan menggunakan mesin pemotong manual. Pada proses perajangan

    manual ini upah tenaga kerja yaitu Rp. 100 per kilogram. Harga alat pemotong

    manual adalah Rp 10.000.

    d.  Penjemuran hasil irisan

    Hasil panen yang telah diiris diletakkan di nampan pengeringan. Pengeringan

    ini harus diletakkan minimal setengan meter atau 50