hasil analisis jadi
TRANSCRIPT
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Profil Puskesmas Patikraja
1. Gambaran Umum Puskesmas Patikraja
a. Keadaan Geografi
Puskesmas Patikraja merupakan salah satu puskesmas di Patikraja. Wilayah
kerja yang meliputi 13 desa yaitu :
1) Desa Sawangan Wetan
2) Desa Karangendep
3) Desa Notog
4) Desa Patikraja
5) Desa Pegalongan
6) Desa Sokawera
7) Desa Wlahar Kulon
8) Desa Kedungrandu
9) Desa Kedungwuluh Kidul
10) Desa Kedungwuluh Lor
11) Desa Karanganyar
12) Desa Sidabowa
13) Desa Kedungwringin
50
Luas wilayah Puskesmas Patikraja yaitu 43,23 km. Puskesmas Patikraja
berbatasan dengan desa wilayah kecamatan sebagai berikut :
Sebelah timur : wilayah kec. Purwokerto Selatan dan kec. Kalibagor
Sebelah barat : wilayah kec. Purwojati
Sebelah utara : wilayah kec. Karanglewas
Sebelah selatan : wilayah kec. Kebasen dan Rawalo
b. Keadaan demografi
1) Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari Kecamatan Patikraja, registrasi penduduk tahun
2008 yaitu 53.536 jiwa terdiri dari laki-laki 27.392 jiwa, perempuan
26.144 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi Desa Kedungwringin yaitu
6.725 jiwa dan terendah di Desa Karanganyar dengan 1.810 jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk Kecamatan Patikraja dari tahun 2007-2008 rata-
rata sebesar 1,13% atau 293 jiwa per tahun.
2. Tugas pokok dan fungsi pada puskesmas Patikraja yaitu :
a. Survailan penyakit
1. Melaksanakan kegiatan pengamatan epidemiologi penyakit.
2. Melaksanakan kegiatan pelacakan KLB dan bencana.
3. Melaksanakan kegiatan pelacakan kesehatan haji.
4. Melaksanakan kegiatan intergrasi program penyuluhan penyakit
penyuluhan dan bencana.
51
b. Sanitasi atau penyehatan lingkungan
1. Melaksanakan kegiatan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum,
tenaga pelatih masyarakat, TP2, TPAS, dan perusahaan.
2. Melaksanakan kegiatan pembinaan institusi sehat.
3. Melaksanakan kegiatan klinik sanitasi.
4. Melaksanakan kegiatan penyehatan air.
5. Melaksanakan kegiatan penyehatan rumah.
6. Melaksanakan kegiatan penyehatan kegiatan lingkungan pemukiman.
7. Melaksanakan kegaiatn integrasi program Pamsimas, Penyuluhan
Keamanan Pangan.
c. Promosi kesehatan
1. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
seperti Posyandu, UKS, UKGS, UKK, Desa Siaga, PSN, PHBS.
2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan.
3. Melaksanakan kegiatan integrasi program seperti JAMKESMAS dan
PIN.
3. Sumber Daya Kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan sumber daya yang sangat penting untuk memacu
pembangunan di bidang kesehatan. Secara keseluruhan tenaga kesehatan di
Puskesmas Patikraja pada tahun 2009 menurut jenisnya sebagai berikut :
52
Tabel 4.1 Tabel Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Patikraja
NoJenis Tenaga Kesehatan di Puskesmas
PatikrajaJumlah
1. Dokter umum 2 orang2. Dokter gigi 1 orang3. Tenaga perawat 3 orang4. Tenaga bidan 4 orang5. Tenaga farmasi 1 orang6. Tenaga gizi 1 orang7. Tenaga tehnisi medis 6 orang
8. Tenaga sanitasi
1 orang sebagai tenaga sanitasi dan
1 orang sebagai tenaga penyuluh
kesehatan.
9. Tenaga Kesehatan Masyarakat1 orang (kepala
puskesmas)
4. Sepuluh Besar Penyakit Di Puskesmas Patikraja
Tabel 4.2 Sepuluh Besar Penyakit Di Puskesmas Patikraja|No Penyakit Jumlah1 Ispa 68482 Rheumatoid artritis 23203 Dermatitis 21534 Hipertensi 13035 Gastritis 18446 Febris 10827 Chepalgia 11168 Diare 9089 Konjungtivitis 42010 Paringitis 196
Dari 10 besar penyakit tersebut, penyakit yang berbasis lingkungan meliputi : ISPA, Dermatitis, Konjungtivitis, Diare, Chepalgia, dan Febris, sedangkan yang berbasis perilaku meliputi : Rheumatoid Artritis, Hipertensi, Gastritis, dan Paringitis.
53
5. Indikator Pencapaian Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Jajaran Dinkes
Banyumas
a. Mortalitas
1) Angka Kematian Bayi
Jumlah lahir mati tahun 2010 adalah 10 orang sedangkan jumlah bayi
yang mati sebesar 16 bayi. Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten
Banyumas adalah sebesar 9,6 per 1000 kelahiran hidup. AKB tahun 2009
sebesar 2 kasus. Dengan demikian AKB tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 16 kasus. Sedangkan pada Desa Sidabowa sendiri
terdapat 3 kasus kematian bayi bukan karena lahir mati. Kondisi yang
demikian perlu dilakukan perbaikan dengan menyusun perencanaan yang
optimal. Jika dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat terhitung
masih rendah (IIS 2010=40 per 1000 kelahiran hidup).
2) Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah Puskesmas Patikraja tahun 2010
tidak ada, AKI tahun 2009 juga tidak ada, jadi nilainya tetap dan 100%
kelahiran tidak ada kematian ibu. Begitu juga di Desa Sidabowa tidak ada
kasus AKI.
54
b. Morbiditas
1) Pneumonia
a) Perkiraan Pneumonia Balita
Jumlah kasus perkiraan pneumonia balita tahun 2010 menurut data
Puskesmas Patikraja sebanyak 737 kasus.
b) Pneumonia Balita Ditangani
Jumlah kasus TB paru klinis tahun 2010 di Puskesmas Patikraja ada
25 kasus.
2) HIV
Kasus HIV di Puskesmas Patikraja tidak terdeteksi.
3) Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Jumlah kasus AFP di Puskesmas Patikraja tahun 2010 tidak ada kasus
4) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Berdasarkan data yang dihimpun kasus DBD di Puskesmas Patikraja
tahun 2010 sebanyak 52 kasus dari yang ditangani sehingga persentase
DBD ditangani 100% dan kemtian akibat DBD tidak ada. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat
terhadap pencegahan dan penanggulangan DBD melalui PSN.
c. Status Gizi
Jumlah balita yang ada pada tahun 2010 sebesar 4.061 orang, yang ditimbang
sebesar 2.186 (54%) yang naik berat badannya setelah ditimbang 1.475
(68%), target 80% jadi belum sesuai dari standar yang ditetapkan.
55
d. Keadaan Lingkungan
1) Rumah Sehat
Tahun 2010 dari 124.588 rumah yang diperiksa di wilayah Puskesmas
Patikraja sebanyak 541 rumah, yang memenuhi syarat rumah sehat 403
rumah (74,43%).
2) Tempat-tempat Umum
Pada tahun 2010 jumlah tempat-tempat umum yang ada 118 yang
diperiksa syarat kesehatannya sebanyak 56 TTU, adapun tempat-tempat
umum sehat atau yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 44 buah atau
sebesar 78,57% dari jumalah TTU yang diperiksa.
e. Perilaku Hidup Masyarakat
1) Posyandu
Berdasarkan data tahun 2010 jumlah posyandu di Puskesmas Patikraja 87
posyandu.
2) Posyandu Purnama
Tahun 2010 jumlah posyandu sebanyak 87, jumlah posyandu purnama
sebanyak 31 posyandu atu sebesar 23,91%. Dibandingkan pada tahun
2010 tahun 2009 tidak ada perubahan.
3) Posyandu Mandiri
Dari 87 posyandu, jumlah posyandu mandiri sebanyak 8 posyandu atau
sebesar 9%. Karena rata-rata posyandu pada strata pratama.
56
f. Akses Pelayanan Kesehatan
Dari jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Patikraja 53.536 orang, yang
menggunakan sarana pelayanan kesehatan (puskesmas) sebesar 22.262 orang
atau sebesar 84,98% dari jumlah penduduk wilayah Puskesmas Patikraja. Hal
ini dikarenakan jumlah penduduk yang menggunakan sarana pelayanan
kesehatan bukan saja dari penduduk asli wilayah Puskesmas Patikraja
melainkan ada yang berasal dari wilayah lain dan kabupaten lain, terutama
yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan di Swasta atau Rumah Sakit.
1) Puskesmas
Penduduk yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan di puskesmas
sejumlah 53536 orang atau sebesar 84,98% dari penduduk wilayah
Puskesmas Patikraja.
2) Obat generik
Pengadaan obat-obat di puskesmas sudah di drop dari Dinas Kesehatan
Kabupaten dan bila tidak mencukupi bisa dengan pengadaan komponen
B.
g. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Wanita
1) Pelayanan K-4
Jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Patikraja pada tahun 2010
sebanyak 2.287 ibu hamil, adapun ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
K-4 adalah sebesar 1.299 atau 56,8% ibu hamil. Standar pelayanan
minimal untuk cakupan kunjungan ibu hamil K-4 sebesra 95%. Dengan
57
demikian untuk wilayah Puskesmas Patikraja dibawah standar pelayanan
minimal yang diharapkan.
2) Pertolongan oleh Tenaga Kesehatan
Menurut data jumlah ibu hamil yang melahirkan tahun 2010 sebanyak
897 ibu bersalin. Jumlah yang ditolong oleh nakes dari ibu bersalin
tersebut sebanyak 871 atau sebesar 97,1%. Standar Pelayanan Minimal
untuk pertolongan persalinan oleh nakes sebesar 90%. Dengan demikian
Puskesmas Patikraja telah memenuhi standar pelayanan minimal.
3) Neonatus
Berdasarkan data yang tercatat pada PWS KIA Puskesmas Patikraja
Neonatus tahun 2010 sebanyak 889 dan mendapat kunjungan
sebanyak852 atau 108,26%.
4) Bayi dan Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Jumlah bayi yang lahir diwilayah Puskesmas Patikraja sebanyak 787 bayi.
Bayi dengan BBLR ada 57 bayi atau 7,24%. Standar Pelayanan Minimal
100%, sedangkan untuk bayi BBLR sudah ditangani semuanya atau
100%. Jadi puskesmas belum memenuhi standar minimal.
h. Pelayanan KB
Jumlah PUS diwilayah Puskesmas Patikraja 2010 ada 9.447 orang dengan
jumlah PUS terbanyak Desa Notog sebanyak 1.354 orang. Jumlah peserta KB
baru 1.310 orang, peserta KB aktif = 6.830 orang, dengan pencapaian 723,3%
Standar Pelayanan Minimal = 85%, jadi masih dibawah SPM.
58
i. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Jumlah balita diwilayah Puskesmas Patikraja ada 4.061 balita dan jumlah
bayi 787 bayi, Jumlah penimbangan sebanyak 2.186 balita (54%), yang naik
timbangannya sebanyak 68 balita atau 68%. Standar Pelayanan Minimal
balita BGM < 15%, data balita BGM 27 balita atau 2,25% jadi masih diatas
Standar Pelayanan Minimal.
j. Pelayanan Gizi
Jumlah balita usia 6-11 bulan sebanyak 1.926 balita yang dapat kapsul
vitamin A sebanyak 1.027 atau 53%, Standar Pelayanan Minimal balita yang
dapat kapsul vitamin A 90%. Jumlah bumil sebanyak 2.287 orang, jumlah
yang dapat 90 butir tablet Fe sebanyak 1.287 orang atau 100%. Standar
Pelayanan Minimalbumil dengan pelayanan tablet Fe 56,6%, jadi diatas
Standar Pelayanan Minimal.
k. Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan Penanggulangan KLB
Di wilayah Puskesmas Patikraja penyelidikan epidemiologi rutin
dilaksanakan melalui survey lapangan ada kasus. Untuk KLB (Kejadian Luar
Biasa) yaitu ada 3 kasus, sudah ditangani Puskesmas 100%. Standar
Pelayanan Minimal < 24jam = 100%.
l. Pencegahan dan Pemberantasan Polio
Data AFP Puskesmas Patikraja ada 4 kasus. Standar Pelayanan Minimal per
100.000 peenduduk umur 1-5 tahun > 1.
59
m. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV dan AIDS
Data kasus diwilayah Puskesmas II Kembaran untuk kasus HIV, AIDS tidak
ada kasus, infeksi menular sex juga tidak ada kasus.
n. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Jumlah institusi sebanyak 50 buah, yang telah mendapat pembinaan ada 0
buah atau 0%, standar pelayanan minimal 70% jadi dibawah standar.
o. Pelayanan Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor yang dilakukan secara rutin adalah dengan gerakan PSN.
Tahun 2010 wilayah Puskesmas Patikraja telah memeriksa bangunan
sejumlah 541 buah, yang bebas jentik adalah 504 buah atau 87%.
p. Pelayanan hygiene sanitasi ditempat umum
Menurut data dalam Masjid, Pesantren dan Mushola yang ada 86 buah, yang
memenuhi kriteria sehat ada 30 buah atau 34%. Jumlah TTU, kantor-kantor
meliputi SD, SLTP, SLTA, Balai Desa ada 33 buah, yang memenuhi kriteria
sehat ada 30 buah atau 91%, Standar Pelayanan Minimal ada 80% jadi diatas
standar.
q. Pemeriksaan Kesehatan Anak Sekolah
Frekuensi pemeriksaan sebanyak 101, sedang frekuensi penyuluhan dengan
pesan tentang kesehatan jadi sesuai standar pelayanan minimal.
60
6. Profil Desa Sidabowa
a. Letak geografis
Desa Sidabowa, Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, provinsi
Jawa Tengah berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Desa Kedungringin
Sebelah Selatan : Desa Kedung Randu
Sebelah Barat : Desa Karanganyar
Sebelah Timur : Kecamatan Purwokerto Selatan
Luas wilaya Desa Sidabowa yaitu
b. Keadaan demografis
Jumlah penduduk : 6.533 orang
Jumlah laki-laki : 3.230 orang
Jumlah perempuan : 3.303 orang
Jumlah kepala keluarga : 1.997 KK
c. Pendidikan
Grafik 4.1. Pendidikan responden
61
d. Mata pencaharian
Grafik 4.2. Mata Pencaharian
e. Sepuluh besar penyakit
Sepuluh besar penyakit yang terdapat di Desa Sidabowa yaitu :
Tabel 4.3. 10 besar penyakit di Desa Sidabowa
No. NamaPenyakit Jumlahkejadian1. Ispa 1632. Rheumatoid Athritis 1273. Gastritis 374. Hipertensi 285. Fibrosis 276. Diare 257. Dermatritis 78. Cacar Air 79. Konjungtivitis 610. Pharingitis 10
62
f. Gambaran Umum Responden
Berdasarkan wawancara terhadap 95 responden yang meliputi aspek
genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan didapatkan hasil
sebagai berikut :
1) Lingkungan sosio-kultural
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 95 responden yaitu
masyarakat Desa Sidabowa melalui wawancara dengan menggunakan
metode observasi menggunakan kuesioner, maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
Identitas Reponden Berdasarkan Hasil Kuesioner di Desa Sidabowa
Gambar 4.1. Jenis Kelamin Responden
Gambar 4.1 Menunjukan 80% responden atau sebesar 77 responden
berjenis kelamin perempuan.
63
Gambar 4.2. Umur Responden
Gambar 4.2 menunjukan 35,8% responden atau sebesar 34 responden
berumur lebih dari 50 tahun.
Gambar 4.3. Jumlah Anggota Keluarga
Gambar 4.3 menunjukan 73,7% responden atau sebesar 64 responden
memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 3-5 orang.
64
Gambar 4.4. Tingkat Pendidikan
Gambar 4.4 Menunjukan 35,8% responden atau sebesar 34 responden
memiliki tingkat pendidikan SD/MI.
Gambar 4.5. Agama
Gambar 4.5 Menunjukan 98,9% responden atau sebesar 94 responden
beragama Islam.
65
Gambar 4.6. Pekerjaan
Gambar 4.6 Menunjukan 47,5% responden atau sebesar 45 responden
sebagai ibu rumah tangga.
Gambar 4.7. Pendapatan Per Bulan
Gambar 4.7 Menunjukan 29,5% responden atau sebesar 28 responden
memliki pendapatan per bulan kurang dari Rp 500.000.
66
Gambar 4.8. Status Perkawinan
Gambar 4.8 Menunjukan 96,8% responden atau sebesar 92 responden
berstatus menikah.
2) Lingkungan
Variabel lingkungan yang diteliti terdiri dari variabel yang meliputi air
bersih, kondisi rumah, sarana pembuangan tinja, sarana pembuangan air
limbah, hewan ternak dan penyediaan sarana pembuangan atau
pengelolaan sampah. Hasil yang diperoleh selengkapnya ada pada
gambar dibawah ini:
67
Gambar 4.9. Tempat Responden Mengambil Air Bersih
Gambar 4.9 Menunjukan masih ada 1,1% responden atau sebanyak 1
responden yang menjadikan sumur sebagai sumber air bersih.
Gambar 4.10 Tempat Penampungan Air Bersih
Gambar 4.10 Menunjukan masih ada 4,2% responden atau sebanyak 4
responden yang menggunakan gentong sebagai tempat penampungan air
bersih.
68
Gambar 4.11. Bahan Atap Rumah Responden
Gambar 4.11 Menunjukan masih ada 4,2% responden atau sebanyak 4
responden memiliki atap rumah dari bahan asbes dan 7,4% responden
atau sebanyak 7 responden memiliki atap rumah dari bahan seng.
Gambar 4.12. Bahan Dinding Rumah Responden
Gambar 4.12 Menunjukan 90,5% responden atau sebanyak 86
responden memiliki dinding rumah dengan bahan tembok.
69
Gambar 4.13. Bahan Lantai Rumah Responden
Gambar 4.13 Menunjukan masih ada 2,1% responden atau sebanyak 2
responden yang memilih tanah sebagai bahan lantai rumahnya.
Gambar 4.14. Ukuran Ventilasi Rumah Responden
Gambar 4.14 Menunjukan 31,6% responden atau sebesar 30 responden
memiliki ukuran ventilasi yang tidak memenuhi syarat.
70
Gambar 4.15. Tempat MCK Responden
Gambar 4.15 Menunjukan 83,2% responden atau sebesar 69 responden
menggunakan kamar mandi sebagai tempat MCK.
Gambar 4.16. Jenis Jamban Responden
Gambar 4.16 Menunjukan 22,1% responden atau sebesar 21 responden
masih menggunakan jamban jenis empang karena masih banyaknya
kolam yang ada di desa Sidabowa dan 77,9% responden atau sebanyak
74 responden sudah menggunakan jenis jamban leher angsa tetapi
saluran pembuangannya masih ke sungai dan parit.
71
Gambar 4.17. Jarak Septictank dengan Sumber Air Bersih
Gambar 4.17 Menunjukan 71,6% responden atau sebesar 68 responden
antara jarak septictank dengan sumber air bersih kurang dari 15 meter.
Gambar 4.18. Tempat Membuang Air Limbah Rumah Tangga
Gambar 4.18 Menunjukan 3,2% responden atau sebesar 73 responden
masih membuang air limbah rumah tangga ke kolam. Namun, beberapa
responden masih belum membang air limbah dengan benar seperti ke
selokan, sungai, dan pekarangan yang dapat mencemari lingkungan.
72
Gambar 4.19. Jenis Hewan Ternak
Gambar 4.19 Menunjukan 55,8% responden atau sebesar 53 responden
tidak memiliki hewan ternak, namun beberapa responden lainnya
memilik ayam, itik, angsa, bebek, entok dan kambing sebagai hewan
ternak.
Gambar 4.20. Jarak Kandang Ternak dengan Rumah
Gambar 4.20 Menunjukan 55,8% responden atau sebanyak 53
responden tidak memiliki kandang hewan ternak tetapi ada 34,7% atau
73
sebanyak 33 responden yang jarak kandang hewan dengan rumah
kurang dari 5m sedangkan sisanya memiliki kandang ternak yang
berjarak lebih dari 5m dari rumah.
Gambar 4.21. Pengolahan Sampah
Gambar 4.21 Menunjukan 72,6% responden atau sebanyak 69 responden
mengolah sampah dengan cara dibakar.
.Gambar 4.22. Frekuensi Membuang Sampah
74
Gambar 4.22 Menunjukan 53,7% responden atau sebesar 51 responden
membuang sampah setiap hari.
Gambar 4.23. Mengetahui Ciri-ciri Tempat Pembuangan Sampah Sehat
Gambar 4.23 Menunjukan 36,8% responden atau sebanyak 35
responden masih belum mengetahui tentang ciri-ciri pembuangan
sampah yang baik.
Gambar 4.24. Mengetahui Bau Sampah bisa Menjadi Sumber Penyakit
75
Gambar 4.24 Menunjukan 35,8% responden atau sebanyak 34 responden
masih belum mengetahui bahwa bau sampah bisa menjadi sumber
penyakit.
Gambar 4.25. Mengetahui Asap Pembakaran Sampah Bisa Menjadi
Sumber Penyakit
Gambar 4.25 Menunjukan 48,4% responden atau sebesar 46 responden
masih belum mengetahui bahwa asap pembakaran sampah dapat
menjadi sumber penyakit.
Gambar 4.26. Mengetahui Genangan Air Bisa menjadi Sumber Penyakit
76
Gambar 4.26 Menunjukan 32,6% responden atau sebesar 31 responden
masih belum mengetahui bahwa genangan air dapat menjadi sumber
penyakit.
3) Perilaku
Variabel perilaku yang diteliti terdiri dari variabel yang meliputi
pembuangan sampah responden, pemisahan sampah organik dan non
organik, frekuesndi pembuangan sampah, rutin buang air besar, tempat
untuk buang air besar, mencuci tangan pakai sambun setelah BAB,
kerutinan mandi responden, kerutinan dalam menggosok gigi, penerapan
pola makan 4 sehat 5 sempurna, rajin olahraga, melakukan 3M plus,
tempat melakukan persalinan anak terakhir, pemberian asi eksklusif, dan
mengunjungi puskesmas ketika sakit. Hasil yang diperoleh selengkapnya
ada pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.27. Pembuangan Sampah Responden
77
Gambar 4.27 Menunjukan masing-masing 15,8% responden atau
sebanyak 15 responden masih membuang sampah ke sungai dan
kubangan sedangkan sisanya membuang ke kebon dan tong sampah.
Gambar 4.28. Memisahkan Sampah Organik dan Non Organik
Gambar 4.28 Menunjukan 75,8% responden atau sebanyak 72
responden masih belum memisahkan antara sampah organik dan
anorganik.
Gambar 4.29. Sampah Penuh Langsung dibuang
78
Gambar 4.29 Menunjukan sudah 97,9% responden atau sebesar 93
responden yang langsung membuang sampah ketika sudah penuh.
Gambar 4.30. Responden Rutin ber BAB Setiap Hari
Gambar 4.30 Menunjukan bahwa masih 6,3% responden atau sebanyak
6 belum ber BAB secara rutin.
Gambar 4.31. Tempat Responden ber BAB
Gambar 4.31 Menunjukan 18,9% responden atau sebanyak 18
responden masih ber BAB di sungai dan 3,2% responden atau sebanyak
79
3 responden ber BAB di empang sedangkan sisanya sudah ber BAB di
jamban.
Gambar 4.32. Responden Mencuci Tangan Memakai Sabun Setelah BAB
Gambar 4.32 Menunjukan sudah 85,3% responden atau sebanyak 81
responden sudah mencuci tangan setelah BAB dan sisanya belum.
Gambar 4.33. Responden Rutin Mandi dalam Sehari
Gambar 4.33 Menunjukan bahwa 95 responden (100%) rutin mandi
dalam sehari.
80
Gambar 4.34. Responden Rutin Menggosok Gigi Setip Hari
Gambar 4.34 Menunjukan bahwa 92 responden (96,8%) rutin
menggosok gigi setiap hari dan 3 orang responden (3,2%) tidak rutin
menggosok gigi setiap hari.
Gambar 4.35. Responden Mencuci Tangan Sebelum Makan
81
Gambar 4.35 Menunjukan bahwa 88 responden (92,6%) mencuci tangan
sebelum makan dan 7 responden (7,4%) tidak mencuci tangan sebelum
makan.
Gambar 4.36. Responden Menerapkan Pola Makan 4 Sehat 5 Sempurna
Gambar 4.36 Menunjukan masih ada 45,3% responden atau sebesar 43
responden yang masih belum menerapkan pola makan 4 sehat 5
sempurna, sedangkan sisanya sudah.
Gambar 4.37. Responden Melakukan 3M Plus
82
Gambar 4.37 Menunjukan masih 48,4% responden atau sebanyak 46
responden belum melakukan 3M plus untuk pencegahan DBD,
sedangkan sisanya sudah.
4) Pelayanan kesehatan
Pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia
baik di Desa Sidabowa maupun di luar daerah desa bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemanfaatanpelayanan
kesehatan di Desa Sidabowa dapat dilihat dari kemudahan terhadap
akses pelayanan kesehatan, jenis layanan kesehatan yang dikunjungi
ketika sakit, keikutsertaan terhadap program posyandu, pemeriksaan
kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi, dan partisipasi terhadap program
asuransi kesehatan.
a) Akses terhadap pelayanan kesehatan
Akses terhadap pelayanan kesehatan ditunjukan dengan
kemudahan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang dipilih
masyarakat Desa Sidabowa baik yang terdapat di desa tersebut
maupun di sekitar Desa Sidabowa. Hasil wawancara yang diperoleh
terhadap 95 responden mengenai akses pelayanan kesehatan
ditunjukan pada gambar gambar berikut ini.
83
Gambar 4.38. Akses Pelayanan Kesehatan
Gambar 4.38. Menunjukan bahwa 85 responden (89,5%) menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan mudah diakses.
b) Jenis transportasi yang digunakan menuju pelayanan kesehatan
Gambar 4.39. Jenis Transportasi ke Puskesmas
Gambar 4.39. Menunjukan bahwa 42 responden (44,2%) menggunakan
sepeda motor untuk menuju ke pelayanan kesehatan.
84
c) Jenis layanan kesehatan yang dikunjungi
Gambar 4.40. Jenis Pelayanan Kesehatan Ketika Sakit
Gambar 4.40. Menunjukan bahwa 38 responden (40%) mengakses
pelayanan puskesmas, dan 29 responden (30,5%) mengakses pelayanan
dokter praktek.
d) Alasan memilih pelayanan kesehatan
Gambar 4.41. Alasan Memilih Pelkes
85
Gambar 4.41 Menunjukan bahwa 31 responden (32,6%) mengakses
pelayanan kesehatan karena faktor biaya, 40 responden (42,1%)
mengakses pelayanan kesehatan karena kepuasan pelayanan, 23
responden (24,2%) mengakses pelayanan kesehatan karena faktor jarak,
dan 1 responden (1%) mengakses pelayanan kesehatan karena faktor
petugas.
e) Kunjungan ke Puskesmas
Gambar 4.42. Responden Sering Berobat ke Puskesmas
Gambar 4.42 Menunjukan bahwa 42 responden (44,2%) sering berobat
ke puskesmas dan 53 responden (55,8%) tidak pernah/jarang berobat ke
puskesmas.
86
f) Sikap petugas puskesmas
Gambar 4.43. Sikap Petugas Puskesmas
Gambar 4.43 Menunjukan bahwa 91 responden (95,8%) menyatakan
petugas puskesmas ramah.
g) Aspek pelayanan kesehatan yang harus ditingkatkan
Gambar 4.44. Aspek Pelayanan Kesehatan yang Harus Ditingkatkan
87
Gambar 4.44 Menunjukan bahwa 37 responden (38,9%) menginginkan
peningkatan aspek pengobatan dan 35 responden (36,8%) menyatakan
sudah cukup bagus sehingga tidak perlu ada peningkatan lagi.
h) Tarif puskesmas
Gambar 4.45. Tarif Puskesmas
Gambar 4.45 Menunjukan bahwa 82 responden (86,3%) menyatakan
tarif puskesmas murah.
i) Tingkat kepuasan terhadap layanan puskesmas
Gambar 4.46. Pelayanan Pengobatan yang Diberikan Puskesmas
88
Gambar 4.46 Menunjukan 59 responden (62,1%) menyatakan pelayanan
pengobatan puskesmas memuaskan.
j) Kegiatan penyuluhan kesehatan
Gambar 4.47. Penyuluhan Kesehatan Oleh Petugas Kesehatan
Gambar 4.47 Menunjukan bahwa 72 responden (75,8%) menyatakan
ada penyuluhan kesehatan di Desa Sidabowa.
k) Partisipasi dalam penyuluhan kesehatan
Gambar 4.48. Partisipasi dalam Mengikuti Penyuluhan
89
Gambar 4.48 Menunjukan bahwa 63 responden (66,3%) menyatakan
tidak mengikuti penyuluhan kesehatan karena ketidaktahuan adanya
penyuluhan ataupun kesibukan yang dimiliki responden.
l) Pengetahuan tentang posyandu
Gambar 4.49. Pengetahuan tentang Posyandu
Gambar 4.49 Menunjukan bahwa 88 responden (92,6%) menyatakan
tahu tentang posyandu dan 7 responden (7,4%) menyatakan tidak
mengetahui posyandu dikarenakan responden tidak pernah mengikuti
kegiatan posyandu.
m) Keaktifan dalam posyandu
Gambar 4.50. Keaktifan Kegiatan Posyandu
90
Gambar 4.50 Menunjukan bahwa 87 responden (91,6%) menyatakan
ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu.
n) Partisipasi dalam program KB
Gambar 4.51. Partisipasi Program KB
Gambar 4.51. Menunjukan bahwa 67 responden (70,5%) menyatakan
ikut berpartisipasi dalam program KB dan 28 responden (29,5%)
menyatakan tidak mengikuti program KB.
o) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan
Gambar 4.52. Alat Kontrasepsi yang Digunakan
91
Gambar 4.52 Menunjukan bahwa 13 responden (13,7%) memakai alat
kontrasepsi pil, 32 responden (33,7%)memakai alat kontrasepsi suntik, 6
responden (6,3%) memakai alat kontrasepsi susuk (IUD), 15 responden
(15,8%) memakai alat kontrasepsi spiral, 1 responden (1,1%) memakai
tubektomi dan 28 responden (29,5%) menyatakan tidak KB.
p) Efek samping alat kontrasepsi
Gambar 4.53. Efek Samping dari Kontrasepsi
Gambar 4.53. Menunjukkan bahwa 36 responden (37,9%) merasakan
adanya efek samping dari kontrasepsi dan 59 responden (62,1%) tidak
ada efek samping dari kontrasepsi.
q) Efek Samping yang Dirasakan dari Alat Kontrasepsi
Gambar 4.54 Efek Samping yang Dirasakan dari Kontrasepsi
92
Gambar 4.54 Menunjukan bahwa 56 responden (58,9%) tidak
merasakan ada efek samping dari kontrasepsi.
r) Imunisasi
Gambar 4.55. Imunisasi Anak Terakhir
Gambar 4.55 Menunjukan bahwa 85 responden (89,5%) melakukan
imunisasi pada anak yang terakhir dan 10 responden (10,5%) tidak
melakukan imunisasi.
Gambar 4.56. Yakin Imunisasi Menjadikan Anak Kebal
Gambar 4.56 Menunjukan 89 responden (93,7%) yakin bahwa imunisasi
menjadikan anak kebal.
93
Gambar 4.57. Imunisasi yang Diberikan
Gambar 4.57. Menunjukan bahwa sebanyak 79 responden (83,2%)
memberikan imunisasi lengkap anaknya.
s) Usia menikah
Gambar 4.58. Usia Menikah
Gambar 4.58. Menunjukan bahwa sebanyak 32,6% atau 31 responden
menikah usia 21-25 tahun, umur tersebut merupakan umur yang cukup,
karena menurut kesehatan reproduksi umur di atas 20 tahun reproduksi
telah berkembang sempurna.
94
t) Usia kehamilan anak terakhir
Gambar 4.59 Umur Ibu Saat Hamil Anak Terakhir
Gambar 4.59 Menunjukan bahwa sebanyak 32 responden (33,7%) hamil
anak terakhir di bawah usia 30 tahun, 45 responden (47,4%) hamil usia
30-35 tahun, 13 responden (13,7%) hamil usia 35-40 tahun, 2 responden
(2,1%) hamil usia di atas 40 tahun, dan 3 responden belum hamil.
u) Pemeriksaan kehamilan
Gambar 4.60. Tempat Pelayanan Kesehatan untuk Memeriksakan
Kehamilan
95
Gambar 4.60. Menunjukan bahwa 58,9% atau sebesar 56 responden
memeriksakan kehamilan di puskesmas.
Gambar 4.61 Frekuensi Memeriksakan Kehamilan
Gambar 4.61 Menunjukan bahwa 84,2% atau 80 responden
memeriksakan kehamilan lebih dari dua kali. Tetapi 11,2% atau 11
responden tidak memeriksakan kehamilan karena ada beberapa
responden yang belum pernah hamil.
v) Keguguran
Gambar 4.62 Pengalaman Mengalami Keguguran
Gambar 4.62. Menunjukan bahwa sebanyak 29,5% atau 28 responden
mengalami keguguran.
96
Gambar 4.63 Alasan Terjadi Keguguran
Gambar 4.63. Menunjukkan 12,6% atau 12 responden tidak ada alasan
yang jelas dan sebanyak 67 responden (70,5%) tidak mengalami
keguguran.
1. Penolong persalinan
Gambar 4.64. Tenaga Penolong Persalinan
Gambar 4.64. Menunjukan bahwa sebanyak 48,4% persalinan dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
97
w) asuransi kesehatan
Gambar 4.65. Pengetahuan Tentang Asuransi Kesehatan
Gambar 4.65. Menunjukan sebanyak 58,9% atau 56 responden
mengetahui adanya asuransi kesehatan baik dari pemerintah maupun
swasta.
Gambar 4.66. Mengikuti Program Jaminan Kesehatan dari Pemerintah
Gambar 4.66. Menunjukan bahwa 64,2% atau 61 responden tidak
mengikuti jaminan kesehatan masyarakat karena sebagian responden
mengikuti program jaminan kesehatan lain atau tidak memiliki jaminan
kesehatan.
98
Gambar 4.67. Asuransi Kesehatan yang Didapatkan
Gambar 4.67. Menunjukan bahwa sebanyak 50,5% atau 48 responden
tidak mengikuti program asuransi kesehatan.
5) Genetik
Variabel genetik yang diteliti meliputi variabel penyakit genetik yang di
derita dan garis keturunan yang diturunkan. .Hasil yang diperoleh
selengkapnya ada pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.68 Penyakit genetik yang diderita
99
Gambar 4.68. Menunjukan bahwa Sebesar 85,3% atau sebesar 81
responden tidak memiliki garis keturunan riwayat penyakit genetik.
Gambar 4.69. Garis Keturunan yang Diturunkan
Gambar 4.69. Menunjukkan sebesar 85,3% atau 81 responden tidak
memiliki garis keturunan riwayat penyakit genetik.
Hasil yang diperoleh dari Profil Puskesmas Patikraja, keadaan lingkungan
yang terdapat di Kecamatan Patikraja 2010 terdapat 403 rumah yang memenuhi
syarat sehat dari 541 rumah yang diperiksa. Dan terdapat 44 atau 77,57%
tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan dari jumlah tempat umum
yang diperiksa. Puskesmas Patikraja mengembangkan program PHBS untuk
meningkatkan kualitas kesehatan seperti posyandu. Akses terhadap pelayanan
kesehatan sebesar 84,98% dari jumlah penduduk wilayah Kecamatan Patikraja,
100
hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk wilayah lain dana askses terhadap
pelayanan kesehatan di swasta atau Rumah Sakit.
Dari data profil Desa Sidabowa terdapat 10 besar penyakit yaitu ISPA,
Rheumatoid Athritis, Gastritis, hipertensi, febris, diare, dermatitis, cacar air,
konjungtivitis, rheumatoid artritis, sedangkan berdasarkan hasil wawancara pada
responden diperoleh beberapa penyakit yang diderita oleh masyarakat Desa
Sidabowa adalah ISPA, DBD, rheumatoid artritis, hipertensi, asma, diare, DM,
gastritis, asam urat, PJK, stroke, bronchitis, dan kanker payudara.
B. Pembahasan
1. Data sekunder
a. Gambaran umum Desa Sidabowa
Desa Sidabowa merupakan salah satu desa yang ada di wilayah
Kecamatan Patikraja, Banyumas. Desa Sidabowa terbagi menjadi 2 dusun,
8 RW , 35 RT, dan mempunyai 1997 Kepala Keluarga (KK). Jumlah
peduduk Desa Sidabowa pada tahun 2010 adalah 6.533 jiwa dengan
jumlah peduduk laki-laki 3,230 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
3.303 jiwa.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2005), jika jumlah
penduduk lebih dari 1.000.000 termasuk dalam kota metropolitan, jumlah
penduduk 500.000 hingga 1.000.000 termasuk dalam kategori kota besar,
jumlah penduduk 100.000 hingga 500.000 termasuk dalam kriteria kota
101
sedang, jumlah penduduk 20.000 hingga 100.000 termasuk kota kecil,
jumlah penduduk 3.000 hingga 20.000 termasuk kriteria kecamatan dan
jumlah penduduk kurang dari 3.000 tergolong dalam desa. Jika dilihat dari
jumlah penduduknya maka Desa Sidabowa dengan penduduk sejumlah
6.533 jiwa tergolong desa yang padat penduduknya.
b. Data sekunder dari PKD, laporan tahun 2011
Tabel 4.4 Jenis Penyakit Di Desa Sidabowa
Jenis penyakitBULAN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov JumlahFebrosis 5 1 4 6 5 2 - 3 9 5 2 42Ispa 12 10 11 18 12 15 9 30 28 26 20 191
Rheumatoid artritis
15 16 14 13 8 12 10 16 18 21 16 159
Hipertensi - 8 4 1 - - 7 1 1 5 5 32Diare - 2 1 2 1 2 2 3 11 2 1 27Gastritis 4 7 3 2 4 4 7 7 6 4 1 49Dermatitis 1 2 2 - - 1 - - 2 - - 8Cacar air - - - - - - - - 5 - 2 7Konjungtivitis - - - - 1 - 3 - 2 - - 6Pharingitis - - 3 1 1 3 - 1 1 - - 10
sumber : Profil PKD di Desa Sidabowa
Dari data PKD di peroleh 10 besar penyakit. Kesepuluh penyakit
tersebut selanjutnya diproses untuk dapat menentukan identifikasi masalah.
2. Identifikasi masalah
a. Lingkungan
1) Ukuran ventilasi
Sebagian besar responden telah mempunyai ventilasi rumah
yang telah memenuhi syarat (68, 4%) tetapi masih ada 31,6 % dari
total responden masih belum memenuhi syarat. Hal ini dapat
102
menimbulkan masalah karena menurut standar luas ventilasi rumah,
menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999, adalah minimal 10% luas
lantai. Menurut Frinck (1993) setiap ruang yang dipakai sebagai ruang
kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu jendela lubang ventilasi
yang langsung berhubungan dengan udara luar bebas rintangan dengan
luas 10% luas lantai.
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan
pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah
maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan
amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak
mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over acrowded maka akan
menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan (Gunawan et
al., 1982).
Rumah yang memenuhi syarat ventilasi baik akan
mempertahankan kelembaban yang sesuai dengan temperatur
kelembaban udara (Azwar, 1990). Ruangan yang ventilasinya kurang
baik akan membahayakan kesehatan khususnya saluran pernapasan.
Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya debu dan uap air.
Sesuai data PKD selama setahun terakhir, di Desa Sidabowa
kejadian ISPA pada balita menduduki urutan pertama, terdapat jumlah
191 kasus. Penyakit atau gangguan saluran pernapasan dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut
103
dapat berupa kondisi fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat
seperti ventilasi. Jumlah bakteri udara akan bertambah jika penghuni
ada yang menderita penyakit saluran pernapasan, seperti TBC,
Influenza, dan ispa.
2) Jenis jamban
Jenis jamban sebagian besar responden sudah menggunakan
jenis jamban leher angsa (77.9%), tetapi masih ada beberapa responden
yang menggunakan jenis jamban empang (22,1%). Membuang tinja
harus dilakukan secara bersih dan benar. Menurut (Wibowo, 2004),
syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,
3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,
4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat
lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,
5. Tidak menimbulkan bau,
6. Pembuatannya murah, dan
7. Mudah digunakan dan dipelihara.
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi
akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita
sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai
104
kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi
(Wibowo, 2004).
Dengan masih adanya responden yang menggunakan jamban
empang, memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit karena dapat
mencemari lingkungan sekitar sedangkan jamban yang berbentuk leher
angsa dapat mengurangi penyebaran penyakit secara langsung karena
akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk
dari kakus tidak tercium sehingga penyebaran penyakit dapat berkurang
(Azwar, 1998).
Tempat-tempat buang air seperti sungai/parit, empang/kolam,
kebun/pekarangan merupakan tempat yang tidak memenuhi syarat
kesehatan karena kotoran/tinja manusia dapat kembali bersentuhan atau
masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini dapat mencemari lingkungan
dan dapat dijangkau oleh tikus, serangga serta hewan lain sebagai
vektor penyakit sehingga dapat menimbulkan penyakit diare (Kamisah,
2009).
Berdasarkan data PKD Sidabowa, kejadian Diare menduduki
urutan ke-6 dengan jumlah jumlah penderita 27 orang.
3) Jarak septictank
Jarak septictank dengan sumber air bersih pada sebagian besar
responden sudah memenuhi syarat yaitu lebih dari atau sama dengan 15
105
meter (71,6%) tetapi masih ditemukan septictank dengan jarak kurang
dari 15 meter (28,4%) hal ini berdampak pada terjadinya pencemaran
sumber air bersih yang akan digunakan karena setiap struktur tanah
berbeda permeabilitas sehingga mempengaruhi terhadap kemampuan
dalam memfilter air limbah dari septictank (Azwar, 1998).
Septictank adalah suatu bangunan kedap air yang berfungsi
menampung dan mengolah air limbah rumah tangga dengan
memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan zat organik yang
terkandung dalam air limbah sehingga air yang keluar aman bagi
lingkungan (Chandra, 2007). Menurut DPU (2002), jarak septictank
dengan bidang resapan ke bangunan adalah 1,5 m, jarak septictank ke
sumur air bersih adalah 10 m dan 5 m untuk sumur resapan air hujan.
Berdasarkan data PKD Sidabowa, kejadian Diare menduduki urutan ke-
6 dengan jumlah jumlah penderita 27 orang.
4) Tempat pembuangan air limbah rumah tangga
Pembuangan air limbah pada beberapa responden sudah
diarahkan ke selokan (47,4%) akan tetapi masih banyak juga yang
pembuangan air limbahnya diarahkan ke sungai (21,1%) dan pekarangan
(20%). Dengan masih adanya rumah yang membuang air limbahnya di
atas tanah terbuka tanpa adanya saluran pembuangan limbah akan
membuat kondisi lingkungan di sekitar rumah menjadi sumber
penularan penyakit. Akibatnya tanah menjadi kotor, becek,
106
menyebarkan bau tidak sedap dan dapat menjadi tempat berkembang
biak serangga terutama nyamuk.
Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar
dan menggenang serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat dengan
sumur maka dapat mencemari sumur sehingga dapat menimbulkan
penyakit seperti diare, dermatitis dan mata. Hal ini dibuktikan dengan
data dari PKD yang menunjukan bahwa diare (27 orang), dermatitis (8
orang) dan sakit mata (60 orang) masuk 10 besar penyakit yang banyak
diderita oleh masyarakat di Desa Sidabowa (Kamisah, 2009).
5) Letak dan Jarak Kandang
Responden yang memiliki letak kandang yang berada di dekat
rumah sebesar (36,8%) dan hanya (7,4%) yang memilki letak kandang
jauh dari rumah. Sebagian besar jarak kandang responden dengan rumah
kurang dari 5 meter yaitu sebanyak 34,7%, sedangkan responden yang
memilki jarak kandang dengan rumah ≥ 5m sebanyak 9,5%. Sehingga
dapat disimpulkan jarak kandang yang dekat dengan rumah (<5 meter)
dapat menimbulkan penyakit diare karena dimungkinkan adanya
kontaminasi dengan lingkungan rumah. Hal ini dibuktikan dengan
masuknya penyakit diare sebanyak 27 orang ke 10 besar penyakit yang
ada di Desa Sidabowa.
107
6) Pembuangan sampah
Sampah rumah tangga pada sebagian responden sudah dibuang
ke tong sampah (32,8%) yang nantinya akan diangkut oleh petugas atau
ada pula yang dibakar. Akan tetapi masih ada responden yang
membuang sampah di kebun sebesar 36,8% dan sisanya 15,8%
membuang sampah dikubangan. Pembuangan sampah di kebun dan di
kubangan pada sebagian besar responden akan diolah dengan cara
ditimbun dan dibakar. Sampah yang ditimbun akan menjadi tempat
perindukan vektor bibit penyakit penyakit seperti lalat, kecoa, dan tikus.
Lalat dan kecoa dapat menjadi perantara dalam perpindahan penyakit
dari timbunan sampah ke makanan yang dikonsumsi manusia.
Makanan yang mengandung bibit penyakit akan masuk ke
saluran pencernaan manusia dan akan tersebar ke seluruh jaringan.
Sedangkan pembakaran sampah akan berdampak pada pencemaran
lingkungan sekitar seperti pencemaran udara. Asap hasil pembakaran
akan menyebabkan penyakit saluran pernafasan, pencemaran tanah dan
air akan terjadi akibat rembesan air sampah yang nantinya akan
mencemari sumber air bersih yang biasa digunakan oleh masyarakat
sekitar (Kamisah, 2009). Hal ini beresiko timbulnya penyakit Ispa (191
orang) dan diare (27 orang) yang masuk kedalam 10 besar penyakit yang
banyak diderita masyarakat desa Sidabowa.
108
7) Tempat MCK Responden
Tempat MCK yang paling banyak digunakan responden adalah
kamar mandi yaitu sebesar 79 orang (83,2%), sedangkan 10 responden
(10,5%) di sumur, dan 6 responden (6,3%) di sungai. Sebaiknya
masyarakat melakukan MCK ditempat yang sumber airnya tidak
tercemar karena apabila melakukan MCK di sungai dapat menyebabkan
terjadinya kejadian diare, dermatitis karena air sungai tercemar oleh
limbah hasil aktifitas masyarakat (Kamisah, 2009). Sebesar 21,1%
masyarakat Desa Sidabowa membuang air limbah dibuang ke sungai
sekitar yaitu seperti limbah detergen, kotoran maupun sampah sehingga
secara otomatis sungai yang dijadikan tempak melakukan MCK
tercemar. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka kejadian diare dan
dermatitis di Desa Sidabowa yang diperoleh dari PKD menduduki
peringkat enam untuk penyakit diare dengan jumlah penderita 27 orang
dan penyakit dermatitis menduduki peringkat ketujuh dengan jumklah
penderita 7 orang.
109
b. Perilaku
1) Pengolahan sampah
Pengolahan sampah yang paling banyak dilakukan oleh
responden dengan cara dibakar yaitu sebanyak 72,6%. Hasil
pembakaran sampah setiap harinya dapat menimbulkan debu partikel
yang tidak bisa disaring oleh hidung dan langsung masuk kedalam
paru-paru sehingga dapat menurunkan kualitas udara sampai taraf
yang membahayakan kesehatan dan akhirnya menimbulkan dan
meningkatkan gangguan penyakit saluran pernafasan seperti ispa
(Manik, 2003). Berdasarkan data PKD Sidabowa, kejadian Ispa
menduduki posisi pertama dengan jumlah penderita sebesar 191 orang.
2) ASI Esklusif
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner jumlah ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu 40 responden atau 42,1%. Tidak
memberikan ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan.
Baiknya ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan tanpa makanan
pendamping ASI. Sedangkan pada bayi yang tidak diberi ASI, risiko
untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI
penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai
daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI
yang disertai dengan susu formula (Depkes RI, 2005).
110
3. Prioritas masalah
Setelah mendapatkan data sekunder, diperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan yang sering dialami para penduduk Desa Sidabowa sebagai berikut :
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
b. Diare
c. TB Paru
d. ISPA
Selanjutnya dari empat penyakit tersebut akan dipilih dan dijadikan
prioritas masalah melalui metode Multiple Criteria Utility Assesment (MCUA).
Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang ada
meliputi:
1. Keseriusan masalah (dilihat dari bisa tidaknya menimbulkan KLB,
menimbulkan penyakit menular atau tidak, dan angka mortalitas).
2. Besar/ jumlah (dilihat dari jumlah morbiditas).
3. Kemampuan SDM memecahkan masalah (dilihat dari kualitas dan
kuantitas SDM).
4. Kemudahan memecahkan masalah (dilihat dari penyediaan sarana dan
prasarana, anggaran dana,serta partisipasi masyarakat)
Penentuan bobot masing-masing kriteria dipengaruhi oleh kesepakatan
anggota kelompok, dengan range nilai antara 1-5 dengan hasil sebagai berikut :
111
Tabel 4.5. Analisis Multiple Criteria Utility Assesment (MCUA).
Kriteria4 penyakit
DBD Diare TB Paru ISPA
Besarnya masalah
S 2 3 1 4B 3 3 3 3
Sxb 6 9 3 12
Keseriusan masalah
S 4 3 3 3B 5 5 5 5
Sxb 20 15 15 15Kemampuan
SDM memecahkan
masalah
S 4 4 2 3B 3 3 3 3
Sxb 12 12 6 9
Kemudahan memecahkan
masalah
S 3 4 1 3
B 4 4 4 4Sxb 12 16 4 12
Total 50 52 28 48
Hasil analisis dengan menggunakan metode Analisis Multiple Criteria
Utility Assesment ( MCUA) didapatkan 1 prioritas utama yaitu diare yang
merupakan penyakit berbasis lingkungan.
Berdasarkan hasil prioritas masalah dengan metode MCUA yang dikaitkan
dengan kuesioner yang telah disebarkan kepada responden di Desa Sidabowa
sehingga didapatkan dua faktor HL. Blum yang mempengaruhi prioritas
masalah utama (Diare) hasil dari metode MCUA yaitu sebagai berikut :
1. Keseriusan masalah
Kasus diare ditinjau dari keseriusan masalah karena kasus ini dapat
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Berdasarkan data
dariPuskesmas Patikraja diare merupakan peringkat ke 3 dari peristiwa
KLB yang terjadi pada wilayah Patikraja dengan kasus sebesar 755 kasus,
112
sehingga kasus ini dapat menjadi kejadian menular. Namun kasus diare
tidak menimbulkan kematian baik itu di wilayah Patikraja maupun di Desa
Sidabowa.
Besarnya masalah berdasarkan hasil observasi dipengaruhi oleh jarak
jamban yang terlalu dekat dengan sumber air minum, tempat pembuangan
air limbah yang masih ke sungai dan tempat pembuangan sampah ditempat
terbuka seperti pekarangan menyebabkan penyebaran penyakit menjadi
tinggi. Berdasarkan pembahasan diatas diare dapat dikategorikan menjadi
masalah kesehatan yang serius.
2. Besar/ jumlah masalah
Berdasarkan data yang diperoleh, diare merupakan salah satu masalah
kesehatan yang terdapat pada daerah Patikraja khususnya adalah Desa
Sidabowa. Hal ini dibuktikan dengan data 10 besar penyakit dari
Puskesmas Patikraja bahwa diare memasuki peringkat kedelapan dan pada
Desa Sidabowa diare menempati peringkat keenam. Selain itu angka
morbiditas pada data Puskesmas Patikraja untuk kasus diare sebanyak 908
kasus dan data dari Desa Sidabowa sebanyak 25 kasus. Sehingga diare
dikategorikan sebagai masalah kesehatan yang memiliki kasus besar .
3. Kemampuan SDM memecahkan masalah
Berdasarkan data Puskesmas Patikraja untuk kasus diare dilihat dari
kualitas dan kuantitas SDM kesehatan sudah memenuhi. Terlihat dari
jumlah tenaga paramedis dan nonmedis pada Puskesmas Patikraja yang
113
cukup untuk kebutuhan penanganan kasus diare yaitu dokter 3 orang,
perawat 21 orang, dan sanitasi 1 orang.
4. Kemudahan memecahkan masalah
Berdasarkan kemudahan pemecahan masalah untuk penanganan kasus
diare di Desa Sidabowa memiliki sarana dan prasarana yang cukup
memadai. Hal ini dilihat dari adanya program kegiatan pengawasan sanitasi
tempat-tempat umum, dengan tenaga pelatih masyarakat, TP2, TPAS, dan
perusahaan, kegiatan penyehatan, kegiatan penyehatan rumah, kegiatan
penyehatan kegiatan lingkungan pemukiman, kegaiatn integrasi program
Pamsimas, penyuluhan keamanan pangan, kegiatan pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan seperti posyandu, UKS, UKGS, UKK, desa
siaga, PSN, PHBS, dan melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan.
Sedangkan dilihat dari segi pendanaan untuk kasus diare tidak
membutuhkan dana yang terlalu besar.
Kemudahan memecahkan masalah berdasarkan hasil observasi
dipengaruhi oleh jenis jamban. Karena sebagian besar di Desa Sidabowa
masyarakatnya sudah menggunakan jamban jenis leher angsa.
Selain itu partisipasi masyarakat untuk kasus diare ini cukup besar. Hal
ini terlihat adanya kader sejumlah 8 orang yang aktif dalam melakukan
penyuluhan dan adanya dukungan dari toga toma seperti ketua RT, RW ,
kepala desa dalam penanganan kasus diare karena kasus diare di daerah
sidabowa cukup banyak sehingga membutuhkan perhatian khusus seperti
114
tindakan pencegahan dan penanganan. Untuk itu kasus diare dikategorikan
masalah yang cukup mudah ditangani.
Berdasarkan hasil MCUA diatas menunjukkan 4 besar masalah
kesehatan yang ada di Desa Sidabowa yaitu
Tabel 4.6. Ranking 4 Besar Masalah Kesehatan Rangking Penyakit
1. Diare
2. Demam Berdarah Dengue (DBD)
3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
4. Tubercullosis Paru (TB Paru)
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kondisi kesehatan masyarakat yang ada di desa Sidabowa sudah cukup baik.
2. Berdasarkan data sekunder sepuluh besar penyakit yang terdapat di Desa
Sidabowa antara lain ISPA, Rheumatoid Athritis, Gastritis, Hipertensi, Fibrosis,
Diare, Dermatitis, Cacar Air, Konjungtivitis, dan Rheumatoid artritis.
3. Identifikasi masalah yang menyebabkan timbulnya sepuluh besar penyakit yang
ada di desa Sidabowa dilihat dari teori H.L Blum adalah
a. Lingkungan
1) Ukuran ventilasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ventilasi yang tidak
memenuhi syarat yaitu sebanyak 31,6%.
2) Jenis jamban
Jenis jamban sebagian besar responden sudah menggunakan jenis jamban
leher angsa (77.9%), tetapi masih ada beberapa responden yang
menggunakan jenis jamban empang (22,1%).
3) Jarak septictank
Jarak septictank dengan sumber air bersih pada sebagian besar responden
sudah memenuhi syarat yaitu lebih dari atau sama dengan 15 meter (71,6%)
116
tetapi masih ditemukan septictank dengan jarak kurang dari 15 meter
(28,4%).
4) Tempat pembuangan air limbah rumah tangga
Pembuangan air limbah pada beberapa responden sudah diarahkan ke
selokan (47,4%) akan tetapi masih banyak juga yang pembuangan air
limbahnya diarahkan ke sungai (21,1%) dan pekarangan (20%).
5) Letak dan Jarak Kandang
Responden yang memiliki letak kandang yang berada di dekat rumah
sebesar (36,8%) dan hanya (7,4%) yang memilki letak kandang jauh dari
rumah. Sebagian besar jarak kandang responden dengan rumah kurang dari
5 meter yaitu sebanyak 34,7%, sedangkan responden yang memilki jarak
kandang dengan rumah ≥ 5m sebanyak 9,5%.
6) Pembuangan sampah
Sampah rumah tangga pada sebagian responden sudah dibuang ke tong
sampah (32,8%) yang nantinya akan diangkut oleh petugas atau ada pula
yang dibakar. Akan tetapi masih ada responden yang membuang sampah di
kebun sebesar 36,8% dan sisanya 15,8% membuang sampah dikubangan.
7) Tempat MCK Responden
Tempat MCK yang paling banyak digunakan responden adalah kamar
mandi yaitu sebesar 79 orang (83,2%), sedangkan 10 responden (10,5%)
di sumur, dan 6 responden (6,3%) di sungai.
117
b. Perilaku
1) Pengolahan sampah
Pengolahan sampah yang paling banyak dilakukan oleh responden dengan
cara dibakar yaitu sebanyak 72,6%.
2) ASI Esklusif
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner jumlah ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu 40 responden atau 42,1%. Tidak
memberikan ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan.
4. Prioritas masalah kesehatan yang ada di Desa Sidabowa yaitu penyakit Diare
5. Situasi masalah kesehatan masyarakat di Desa Sidabowa dilihat dari Teori H.L.
Blum yaitu masalah lingkungan dan perilaku.
6. Struktur organisasi puskesmas Patikraja :
a. Struktur Organisasi Puskesmas Patikraja dikepalai oleh seorang kepala
puskesmas .
b. Kepala pusekesmas membawahi kaur tata usaha.
c. Kaur tata usaha membawahi bendahara setor, bendahara puskesmas dan
sarana prasarana.
d. Terdapat lima koordinator, yaitu :
1) Seksi promkes dan kesling yang mengkoordinir program Imunisasi,
Posyandu Lansia/Balita, Program UKS dan P3K juga program Desa
Siaga.
118
2) Seksi P2M/Haji yang mengkoordinir P2TB, P2 Kusta, P2 ISPA/Flu
Burung, dan Penyakit Tidak Menular.
3) Seksi Gizi dan SIMPUS yang mengkoordinir Program Gizi, Profil, dan
POA.
4) PKD yang mengkoordinir PUSTU.
5) Seksi KIA dan KLB yang mengkoordinir Program KIA, Program KB,
Program Pembinaan Bides, dan Pembinaan Dukun Bayi.
6) Seksi Pengobatan yang mengkoordinir Pendaftaran, BP Umum, KIA/KB,
Gigi, Tindakan, Kamar Obat, Laboratorium, dan Gudang Obat.
7. Tugas pokok dan fungsi pada puskesmas Patikraja yaitu :
a. Survailan penyakit
1. Melaksanakan kegiatan pengamatan epidemiologi penyakit.
2. Melaksanakan kegiatan pelacakan KLB dan bencana.
3. Melaksanakan kegiatan pelacakan kesehatan haji.
4. Melaksanakan kegiatan intergrasi program penyuluhan penyakit
penyuluhan dan bencana.
b. Sanitasi atau penyehatan lingkungan
1. Melaksanakan kegiatan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum,
tenaga pelatih masyarakat, TP2, TPAS, dan perusahaan.
2. Melaksanakan kegiatan pembinaan institusi sehat.
3. Melaksanakan kegiatan klinik sanitasi.
4. Melaksanakan kegiatan penyehatan air.
119
5. Melaksanakan kegiatan penyehatan rumah.
6. Melaksanakan kegiatan penyehatan kegiatan lingkungan pemukiman.
7. Melaksanakan kegaiatn integrasi program Pamsimas, Penyuluhan
Keamanan Pangan.
c. Promosi kesehatan
1. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
seperti posyandu, UKS, UKGS, UKK, Desa Siaga, PSN, PHBS.
2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan.
3. Melaksanakan kegiatan integrasi program seperti JAMKEMSAS, PIN.
B. Saran
a. Bagi Desa Sidabowa
Adanya kerjasama yang baik antara pemerintah desa dengan pelayanan
kesehatan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan
masyarakat serta perlu adanya pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dan kesehatan lingkungan dalam upaya pencegahan untuk masalah
utama yaitu Diare.
b. Bagi Puskesmas Sidabowa
1. Optimalisasi puskesmas.
2. Peningkatan intensitas penyuluhan kesehatan kepada masyarakat secara
langsung.