hasil dan pembahasan · web viewuntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi...

22
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI ACARA III PERSEMAIAN DAN PINDAH TANAM PADI METODE KONVENSIONAL DAN THE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) Disusun oleh: Nama : 1.Muhammad Miftahussurur (12126) 2. Dhemas Adi Purwa (12131) 3. Zulham Aaron Mochammad (12172) 4. Rivandi Pranandita Putra (12175) 5. Nawang Wulandari (12177) 6. Ary Danar Kisworo (12184) Gol / Kel : A4 / 4 Asisten : 1. Ar Roufi Karina 2. Bagus Herwibawa 3. Devita Areifvia Ningsih LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AGRONOMI

ACARA III

PERSEMAIAN DAN PINDAH TANAM PADI

METODE KONVENSIONAL DAN THE SYSTEM OF RICE

INTENSIFICATION (SRI)

Disusun oleh:Nama : 1.Muhammad Miftahussurur (12126)

2. Dhemas Adi Purwa (12131) 3. Zulham Aaron Mochammad (12172) 4. Rivandi Pranandita Putra (12175) 5. Nawang Wulandari (12177) 6. Ary Danar Kisworo (12184)

Gol / Kel : A4 / 4Asisten : 1. Ar Roufi Karina

2. Bagus Herwibawa 3. Devita Areifvia Ningsih

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

ACARA III

PERSEMAIAN DAN PINDAH TANAM PADI METODE KONVENSIONAL DAN THE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Selama ini yang kita kenal adalah teknik pembudidayaan padi dengan metode sawah yang

tergenang banyak air walaupun sebenarnya dikenal pula metode budidaya padi dengan metode

lahan kering. Namun pada budidaya lahan kering produksi padi yang dihasilkan kurang

memuaskan sehingga sebagian besar petani lebih memilih menggunakan metode lahan basah

atau sawah tergenang. Metode ini membutuhkan air dalam jumlah banyak agar padi dapat

tumbuh. Metode ini sangatlah tidak efisien dalam penggunaan air. Untuk itu dewasa ini telah

dikembangkan metode pembudidayaan padi dengan penggunaan air yang lebih efisien yang

dikenal dengan metode The System of Rice Intensification. Dan praktikum ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana metode ini bekerja dan bagaimana hasil produksi yang dihasilkan dari

metode ini.

1.2 TUJUAN

a. Mengetahui pengaruh metode persemaian dan waktu pindah tanam terhadap pertumbuhan

bibit padi.

b. Mengetahui hubungan antara kualitas bibit dengan berat keringnya.

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penyebaran benih, benih dapat langsung ditebar di tempat tanam permanen (direct

seeding) atau mula-mula dalam wadah atau tempat dimana tanaman muda penyemaian dapat

dipindahkan (transplanting) sekali atau dua kali sebelum penanaman permanen. Penyemaian

atau pembibitan ditujukan untuk menanam bibit atau semai untuk memberikan pengaturan

pembibitan yang lebih cepat selama tahap perkembangan yang gawat dan awal pertumbuhan

bibit (Haryadi, 2002).

Pada umumnya bibit yang telah berumur 4-5 minggu terhitung dari tanggal penyebaran benih

dianggap telah cukup tua untuk dicabut dari persemaian dan siap untuk dipindahkan ke tempat

penanaman (sawah). Jika petani akan menggunakan varietas yang berumur pendek, umur bibit

yang terbaik untuk dipindahkan dari persemaian ke lapangan adalah 3 minggu. Sementara jika

petani ingin menggunakan varietas yang berumur setelah dalam atau dalam, umur yang tepat

dipindahkan dari persemaian adalah 4-5 minggu. Bibit yang telah tua daripada yang disebutkan

untuk masing-masing golongan umur varietas akan membawa pengaruh buruk terhadap

pertumbuhan anak atau tunas dari tanaman. Jadi anak atau tunas akan berkurang (Siregar, 1991).

Pada penyiapan lahan metode SRI berbeda dengan konvensional terutama dalam hal

penggunaan air (macak-macak) dan tidak adanya penggunaan pupuk karena SRI menggunakan

kompos. Metode konvensional disisi lain menggunakan air sampai pada tahap tanaman menjadi

tergenang oleh air serta pemupukan minimal dua kali dalam satu periode tanam. Tanah yang

tergenang air akan menyebabkan kerusakan pada struktur padi dikarenakan padi bukanlah

tanaman air (membutuhkan air tetapi tidak terlalu banyak). Hal ini yang ditimbulkan oleh proses

penggenangan adalah timbulnya hama (Robbins and Wilfred, 1966).

Komponen utama SRI adalah pindah tanam bibit padi pada usia dini, jarak tanaman yang

diperlebar, satu bibit tiap lubang tanam, manajemen air yang mempertahankan tanah pada

kondisi lembab tetapi tidak tergenang, pengendalian gulma sebelum menutupnya dengan kanopi,

dan penggunaan bahan organic sebagai pupuk (McDonald et al., 2005). Adanya SRI

dilatarbelakangi oleh pengalaman World Education (WE) dengan ke rabatnya dalam

mengembangkan program pertanian berkelanjutan berdasarkan IPM untuk mengurangi biaya

operasional petani-petani berat. Pengurangan dikarenakan adanya pengeluaran yang lebih rendah

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

pada input eksternal, seperti benih, pupuk, dan pestisida. Selainitu diharapkan pula SRI dapat

meningkatkan pendapatan saat biaya masih berada dalam kondisi relatif rendah (Sutoyo, 2003)

Peningkatan kerapatan tanam per satuan luas sampai pada suatu batas tertentu dapat

meningkatkan hasil biji, akan tetapi perkecambahan jumlah tanaman selanjutnya akan

menurunkan hasil karena akan terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari, dan ruang tumbuh,

sehingga mengurangi jumlah biji per tanaman (Mintarsih, 1990).

Metode konvensional di sisi lain menggunakan air sampai pada tahap tanahnya menjadi

tergenang oleh air serta pemupukan minimal dua kali dalam satu periode tanam. Tanah yang

tergenang air akan menyebabkan kerusakan pada struktur padi dikarenakan padi bukanlah

tanaman air (membutuhkan air tetapi tidak terlalu banyak). Hal lain yang ditimbulkan oleh

proses penggenangan adalah timbulnya hama. Secara alamiah, seperti padi liar yang tumbuh di

hutan-hutan, hama dari padi memiliki musuh alami. Untuk padi liar, karena tanahnya kering,

musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut.

Ketika padi hidup dalam suatu tanah yang tergenang, maka musuh alami hama padi tidak dapat

hidup sedangkan hama padi dapat hidup. Bahkan, hal ini memacu adanya hama padi baru yang

berasal dari lingkungan akuatik (Anonim, 2008).

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-dasar Agronomi Acara III yang berjudul Persemaian dan Pindah tanam

Padi Metode Konvensional dan The System of Rice Intensification (SRI) dilaksanakan pada

Kamis 10 Maret 2011 di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kegiatan dilaksakan di

salah satu rumah kaca dalam kawasan Fakultas Pertanian. Bahan-bahan yang digunakan adalah

biji padi (Oryza sativa) dan tanah. Sementara alat-alat yang digunakan antara lain polybag,

penggaris, ember, cetok, dan oven.

Pada percobaan ini pertama-tama disiapkan media persemaian. Tiga buah ember dengan

diameter yang sama diisi dengan tanah yang beratnya (± 2 cm dari permukaan atas ember). Lalu

air ditambahkan ke dalam ember hingga tanah menjadi macak-macak. Benih padi kemudian

disemai pada tiap-tiap ember dengan kerapatan sebar 75 gram.m-2. Bibit padi dari ember pertama

akan dipindah-tanamkan pada umur 7 hari setelah tanam (hst), ember kedua pada umur 14 hst,

dan ember ketiga 21 hst. Selanjutnya bibit dipelihara agar pertumbuhannya tidak menglami

gangguan.

Pada percobaan pindah tanam, pertama-tama disiapkan media tanam untuk pindah.

Polybag sebagai tempat media diisi dengan tanah. Tiga polybag disiapkan (2 untuk tanah macak-

macak, dan 1 untuk tanah tergenang). Tanah macak-macak untuk perlakuan pindah tanam 7 hst

dan 14 hst. Tanah tergenang untuk perlakuan pindah tanam 21 hst.

Untuk perlakuan pindah tanam 7 hst dan 14 hst ditanam 1 bibit perlubang tanam pada

polybag. Untuk perlakuan pindah tanam 21 hst ditanamkan 2 bibit untuk tiap lubang tanam.

Selanjutnya dilakukan pengamatan-pengamatan terhadap tanaman. Diamati tinggi tanaman dan

jumlah daun mulai umur 7 hst hingga 28 hst setiap minggunya. Tanaman kemudian dipanen pada

28 hst. Kemudian tanaman padi dioven pada suhu sekitar 65-70oC selama 48 jam, setelah

beratnya konstan ditimbang berat keringny. Summed Growth Ratio (SGR) dihitung, kemudian

dibuat grafik tinggi tanaman dan jumlah daun pada berbagai hari pengamatan serta histogram

berat segar dan berat kering. Terakhir kualitas bibit umur 28 hst dibandingkan akibat perbedaan

perlakuan pindah tanam.

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

Perlakuan Ulangan Hari

Berat Basah (gram)

Berat Kering (gram)

Ke-21 Ke-28

Tinggi Jumlah daun Tinggi Jumlah daun    (cm)   (cm)      

 7hss

ulangan 1 32.1 4 37.2 4 0,35 0,11ulangan 2 (mati) - (mati) - - -ulangan 3 29.4 4 35.75 4 0,29 0,07  rata-rata 30.75 4 36.45 4 0.32 0.09

14 hss

ulangan 1 22.3 3 27.4 4 0,74 0,13ulangan 2 22.8 3 25.4 4 0,75 0,15ulangan 3 29.9 3 32.8 4 0,85 0,17

   rata-rata 25 3 28.567 4 0.78 0.15

  21 hss

ulangan 1 22.3 3 23.5 3 1,21 0,21  15.2 3 18.5 4 1,12 0,17

ulangan 2 32.1 3 32.2 3 1,54 0,29  19.2 3 21.2 4 1,15 0,18

ulangan 3 26.4 3 31 4 1,32 0,24  25.6 2 25.9 3 1,22 0,23

   rata-rata 23.467 2.834 24.883 3.5 1.26 0.22

Nilai SGR hari ke-21

Perlakuan Pindah Tanam

7 hari hss 14 hari hss 21 hari hss

TT JD BB BK SGR TT JD BB BK SGR TT JD BB BK SGR

30.75 4 0.32 0.09 32.96 25 3 0.78 0.15 31.53 23.467 2.834 1.26 0.22 35.4

Nilai SGR hari ke-28

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

Perlakuan Pindah Tanam

7 hari hss 14 hari hss 21 hari hss

TT JD BB BK SGR TT JD BB BK SGR TT JD BB BK SGR

36.45 4 0.32 0.09 31.56 28.567 4 0.78 0.15 33.76 24.883 3.5 1.26 0.22 35.26

Contoh Penghitungan :

Tanaman 21 HSS

H`7 =

=

=

L`7 =

=

= = 0.406

W`7 =

=

=

= 0.195

SGR =

= 32.96%

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

4.2. Pembahasan

Praktikum Dasar-dasar Agronomi Acara III dengan judul Persemaian dan Pindah

Tanam Padi Metode Konvensional dan The System of Rice Intensification (SRI) bertujuan

untuk mengetahui pengaruh metode persemaian dan waktu pindah tanam terhadap

pertumbuhan bibit padi dan untuk mengetahui hubungan antara kualitas bibit dengan berat

keringnya. Pada percobaan ini diberikan perlakuan yang berbeda pada ketiga polybag dimana

polybag pertama diberi perlakuan pindah tanam 7 hari setelah tanam (hss) dengan tanah

macak-macak dan satu bibit perlubang tanam, polybag kedua dengan perlakuan pindah tanam

14 hss, tanah macak-macak dan satu bibit perlubang tanam, dan pindah tanam 21 hss dengan

tanah tergenag dan dua bibit untuk satu lubang tanam pada polybag ketiga.

Metode SRI adalah pindah tanam bibit padi pada usia dini (1 minggu), jarak tanaman

yang diperlebar, satu bibit tiap lubang tanam, manajemen air yang mempertahankan tanah

pada kondisi lembab tetapi tidak tergenang, pengendalian gulma sebelum menutupnya

dengan kanopi, dan penggunaan bahan organic sebagai pupuk. Metode persemaian SRI dapat

dikatakan berhasil karena menghasilkan kualitas benih yang baik pada benih 7 hss, tanah

macak-macak dan satu bibit perlubang tanam.

Metode SRI berbeda dengan metode konvensional. Pada metode SRI, air yang

digunakan kurang dari 1/2 air pada metode konvensional. Pada metode SRI, pemberian air

yang macak-macak bertujuan untuk efisiensi penggunaan air ini dikarenakan padi memang

bukanlah tanaman air. Pemberian air hanya perlu dijaga agar padi tetap lembab selama tahap

vegetatif. Perbedaan mendasar yang terdapat pada SRI dibandingkan dengan sistem

konvensional yaitu SRI sama sekali tidak menggunakan bahan kimia dalam perawatannya.

Mulai dari pupuk hingga pestisida menggunakan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan.

Sedangkan sistem konvensional menggunakan bahan kimia dalam perawatannya.

Persamaannya terdapat pada benih yang digunakan, tetapi perlakuan terhadap tanah dan

tanaman berbeda.

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

Perbedaan SRI dengan Konvensional :

Pembeda Metode Konvensional SRI

Dosis pupuk

anjuranPupuk anorganik dan organik Bahan organik 10 ton / ha

VarietasVarietas unggul baru dan varietas

unggul hibridaVarietas lokal/unggul baru

Seleksi benihPemilahan benih bernas dengan

air garam / ZA (3%)

Pemilahan benih bernas dengan

telur dan air garam

PersemaianPersemaian basah diaplikasi

kompos, sekam, dan pupukPersemaian kering

Jumlah

bibit/lubang1-3 bibit 1 bibit

Tanam bibit 10-21 hss 7-14 hss

Jarak tanamVUB/VUTB 20x20 cm

VUH 25x25 cm30x30 cm

Hama penyakit

Bila perlu berdasarkan hasil

monitoring dapat digunakan

pestisida kimia, hayati, dan

nabati, maupun kombinasinya

Pengendalian hayati

Pengelolaan gulmaMenggunakan landak dan

herbisida kimia atau penyiangan

Penyiangan mekanis/landak 4 kali

Pengairan Pengairan berselang

Tanah dipertahankan lembab

hingga retak-retak selama

vegetatif

Penanganan pasca

panen

Mesin perontok dan gebot

disesuaikan dengan kondisi petaniGebot

Metode pendekatan PRA Pemahaman ekologi tanah

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

Kelembagaan SIPT, KUAT, KUM Pemberdayaan kelompok

Pendekatan

desimenasi

Kelompok tani, hamparan,

demfarm

Kelompok studi petani, individu,

demplot

Hasil gabah 5,0-8,5 ton/ha GKG 6,9-8,5 ton/ha GKP

Peningkatan hasil 0,2-1,1 ton/ha 0,3-2,3 ton/ha

Dari data-data yang telah diperoleh dapat kita simpulkan bahwa metode yang paling baik

digunakan adalah dengan metode SRI .

Pindah tanam pada metode SRI dilakukan pada usia padi yang muda yang bertujuan untuk

mengoptimalkan pertumbuhan akar. Karena pada usia muda, akar memiliki potensi tumbuh

yang tinggi. Penanaman bibit pada usia 15 hari sesudah penyemaian akan membuat potensi

anakan menjadi tinggal 1/3 dari jumlah potensi anakan. Hal ini berarti, SRI menambah

potensi anakannya sekitar 64%. Penanaman satu bibit per lubang tanam bertujuan untuk

mengoptimalkan penyerapan nurisi oleh tanaman sehingga pertumbuhannya maksimal.

Dengan dua bibit perlubang tanam, akan menimbulkan kompetisi untuk memperoleh nutrisi

dengan demikian pertumbuhan kurang optimal. Selain itu, tanaman padi memerlukan tempat

tumbuh yang cukup untuk pertumbuhannya agar dan dapat memperoleh cahaya matahri yang

cukup.

Pengamatan terhadap berat kering tanaman dilakukan untuk memperoleh nilai SGR. Dari

hasil perhitungan apabila SGR bibit lebih tinggi maka bibit tersebut mempuyai kualitas yang

lebih baik daripada lainnya. SGR (Summed Growth Ratio) adalah penggunaan ukuran relatif

yang berfungsi untuk mengetahui apakah suatu bibit padi memiliki kualitas yang lebih baik

dari yang lain atau tidak dengan menghitung rasio jumlah daun, rasio berat kering dan rasio

tinggi tanaman. Perhitungan SGR mengindikasikan benih itu berkualitas baik apabila nilai

SGRnya lebih tinggi. Yaitu didapat ketika L’ (rasio jumlah daun), T’ (rasio berat kering),

dan H’ (rasio tinggi tanaman) menunjukkan nilai yang besar.

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

Berikut adalah rumus untuk mencari SGR :

SGR= L’ + T’ + H’

3

di mana :

L’ : ratio of the number of leaves / rasio jumlah daun

T’ : ratio of the number of dry weight / rasio berat kering

H’ : ratio of the height / rasio tinggi tanaman

Hubungan semua perlakuan dengan berat kering. Dalam metode SRI digunakan sistem

pengairan macak-macak (irit air), hingga dimungkinkan tanah mengalami peretakan yang akhirnya

memungkinkan aerasi tanah berjalan dengan lancar, begitupun dengan serapan nutrisi melalui

perakaran yang baik menjadi optimal. Karena akar bernafas dengan baik, maka bibit padi mempunyai

anakan lebih banyak. Karena anakannya banyak, dan adanya serapan air cukup (dalam artian

mencukupi untuk penyerapan nutrisi dan unsur hara tanah) dan air yang mengendap di tanaman padi

sedikit, maka berat kering (berat setelah di oven) menjadi lebih besar.

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tanaman padi tertinggi pada

pengamatan minggu ke-4 adalah padi dengan perlakuan 7 hss, kemudian diikuti padi dengan

perlakuan 14 hss lalu 21 hss. Pada minggu pertama dan kedua tanaman padi tertinggi adalah

dengan perlakuan 7 hss kemudian diikuti tanaman dengan perlakuan 14 hss. Selanjutnya pada

minggu ketiga tanaman dengan perlakuan 7 hss memiliki tinggi tanaman paling tinggi.

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman padi

terbanyak pada pengamatan minggu ke-4 adalah padi dengan perlakuan 7 hss dan 14 hss,

kemudian diikuti padi dengan perlakuan 14 hss 21 hss. Jumlah daun dapat digunakan sebagai

pengukur kualitas bibit yang tumbuh. Tanaman yang menghasilkan daun yang terbanyak

berarti tanaman tersebut mempunyai daya tumbuh yang baik karena tanaman tersebut mampu

menjalankan metabolisme yang terjadi dengan menumbuhkan organ-organ yang membantu

dalam proses asimilasi makanan bagi pertumbuhan tanaman tersebut. Dengan jumlah daun

yang banyak berarti sarana untuk asimilasi makanan melalui fotosintesis yang tersedia sangat

terpenuhi.

Berdasarkan histogram diatas, dapat diketahui bahwa berat basah dan berat kering

tanaman tertinggi adalah tanaman dengan perlakuan 21 hss. Pengamatan terhadap berat

kering tanaman dilakukan untuk mengetahui kualitas benih melalui hasil fotosintesis yang

dihasilkan. Pada saat dioven, air yang ada pada jaringan tanaman akan menguap sedangkan

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

hasil asimilasi berupa karbohidrat yang merupakan hasil pertumbuhan bersih tanaman tidak

ikut menguap. Semakin berat tanaman, maka kualitas pertumbuhannya semakin baik.

Pada hasil percobaan, pertumbuhan terbaik terjadi pada tanaman padi dengan

perlakuan 21 hss. Nilai SGR yang dihasilkan benih padi 21 hss paling tinggi dibanding

tanaman padi dengan perlakuan 7 hss dan 14 hss. Perbandingan kualitas biji dapat dilihat

dari perbandingan berat keringnya. Kualitas yang baik dapat dilihat dengan besarnya SGR

atau dengan penimbangan berat kering akar dan daunnya. Nilai SGR menunjukkan hasil

fotosintesis tanaman. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa proses fotosintesis yang

terjadi pada benih dengan 21 hss berjalan paling baik. Berdasarkan percobaan, perbedaan

perlakuan akan menyebabkan kualitas benih yang dihasilkan berbeda. Seharusnya padi yang

dipindah tanam pada usia muda memiliki kualitas benih yang lebih baik. Ini disebabkan pada

usia muda, pertumbuhan akar memiliki potensi tumbuh yang lebih baik. Perakaran padi akan

berkembang optimal pada usia muda. Selain itu dengan penanaman padi satu per lubang

tanam membuat benih tumbuh optimal karena padi membutuhkan tempat tumbuh yang cukup

besar untuk perkembangan optimal. Padi mendapatkan nutrisi, cahaya matahari, unsur hara

dan bahan-bahan lain yang dibutuhkannya dengan optimal karena tidak ada persaingan antar

tanaman yang terjadi. Pada percobaan, didapatkan berat kering dan berat basah pada tanaman

dengan perlakuan 21 hss lebih tinggi dari pada tanaman dengan perlakuan 7 hss dan 14 hss.

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

Berdasarkan percobaan, perbedaan perlakuan akan menyebabkan kualitas benih yang

dihasilkan berbeda. Padi yang dipindah tanamkan pada usia muda memiliki kualitas benih yang lebih

baik. Ini disebabkan pada usia muda, pertumbuhan akar memiliki potensi tumbuh yang lebih baik.

Perakaran padi akan berkembang optimal pada usia muda. Selain itu dengan penanaman padi satu per

lubang tanam membuat benih tumbuh optimal karena padi membutuhkan tempat tumbuh yang cukup

besar untuk perkembangan optimal. Padi mendapatkan nutrisi, cahaya matahari, unsur hara dan

bahan-bahan lain yang dibutuhkannya dengan optimal karena tidak ada persaingan antar tanaman

yang terjadi.

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

V. KESIMPULAN

1. Metode persemaian dan waktu pindah tanam mempengauhi kualitas benih yang

dihasilkan.

2. Penggunaan metode SRI dapat menghemat penggunaan air.

3. Semakin besar nilai SGR suatu tanaman, maka semakin baik kualitas bibit yang

digunakan.

4. Pada percobaan ini, kualitas benih paling baik pada tanaman dengan perlakuan 21 hss

dengan tanah tergenang, tiga bibit untuk tiap lubang tanam dengan nilai SGR 35.26%.

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN · Web viewUntuk padi liar, karena tanahnya kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup dalam

Referensi

Anonim. (2008). SRI. < http://www.himatek.che.itb.ac.id>, diakses pada tanggal 14 Maret

2011.

Haryadi, G.G. (2002). Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mc Donald, A.J.,P.R. Hobbs, dan S. J. Rina. (2005). Does the system of rice intensification outperform conventional best management? A synopsis of the empirical record. Field Crop Research Journal 96: 31-36.

Mintarsih, Yuliani, E. Hanasih, S. Widyatmoko J. (1990). Pengaruh jarak tanah dalam barisan tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung varietas Arjuna. Duta Farming Journal 8 : 5-7.

Robbins and Wilfred. (1966). Botany and Introduvition to Plant Science. John Wiey and Sons, New York.

Siregar. H. (1991). Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Gramedia. Jakarta.

Sutoyo. (2003). System of Rice Intensification SRI). WorkshopReport,P:2. <http://clifad.cornel.edu/SRI/countries/indonesia/indowedurep03.pdf.>, diakses tanggal 14 Maret 2011.