hemoragic ante partum
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
PLASENTA PREVIA
1) DEFINISI
a. Plasenta yang letaknya pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir ( Kapita Selekta Kedokteran Fakultas
Kedokteran UI edisi ke Tiga )
b. Plasenta previa adalah implantasinya tidak normal sehingga menutupi seluruh atau
sebagian ostium internum ( Obsetri Patologi Fakultas padjadjaran Bandung)
c. Placenta praevia adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Pada keadaan normal placenta terletak dibagian atas uterus.
(Sarwono,2007). Implantasi placenta yang normal ialah pada dinding depan atau
belakang rahim di daerah fundus uteri. Kita membagi membagi placenta praevia
menjadi tiga tingkat:
1) Placenta Praevia Totalis : Seluruh ostium internum tertutup oleh placenta.
2) Placenta Praevia Lateralis : Hanya sebagian dari ostium tertutup oleh placenta
3) Placenta Praevia Marginalis: Hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan
placenta
2) ETIOLOGI
Placenta praevia mungkin terjadi kalau keadaan endometrium kurang baik misalnya
karena atrofi endometrium. Keadaan ini misalnya terdapat pada :
1) Multiparae, terutama kalau jarak antara kehamilan – kehamilan pendek.
2) Pada mioma uteri
3) Curettage yang berulang – ulang
4) Bekas operasi rahim
5) Sering mengalami infeksi rahim (radang panggul)
6) Kelainan bawaan rahim
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
Keadaan endokrin yang kurang baik menyebabkan bahwa placenta harus tumbuh
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin karena luasnya mendekati atau menutup
ostium internum.Menurut Kloosterman (1973), frekuensi placenta praevia pada
primigravida yang berumur lebih dari 35 th kira – kira 10 kali lebih sering dibandingkan
dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 th, pada grande multiparae yang
berumur > 35 th kira – kira 4 kali lebih sering dibandingkan dengan grande multiparae
yang berumur < 25 th.
3) PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI
KEHAMILAN SETELAH BULAN KE-4
ISI RAHIM TUMBUH >CEPAT DARI RAHIM
PEREGANGAN PADA DINDING RAHIM
ISTHMUS TERTARIK MENJADI DINDING OVUM UTERI
PERGESERAN ANTARA PLACENTA DAN DINDING RAHIM
PLACENTA MELEKAT DI DEPAN JLN LAHIR
APB
(Ante Partum Bleeding adalah perdarahan yang terjadi selama kehamilan 28 minggu)
TANPA DISADARI
PERDARAHAN
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
KEHILANGAN DARAH PERDARAHAN TERUS KONTRAKSI UTERUS
Gg. KESEIMBANGAN CAIRAN SUPLAI DARAH KE Gg RASA NYAMAN
NYERI JANIN TERGANGGU
Gg PERFUSI JARINGAN JANIN
Gg PSIKOLOGIS CEMAS
4) TANDA DAN GEJALA
a. Perdarahan tanpa nyeri.
b. Kepala anak sangat tinggi : karena placenta pada kutup bawah rahim, kepala tidak
dapat mendekati PAP.
c. Ukuran panjang rahim berkurang, maka pada placenta praevia lebih sering
terdapat kelainan letak.
d. Terjadi perdarahan post partum, karena.
e. Kadang – kadang placenta lebih erat melekat pada dinding rahim (placenta
accereta).
f. Daerah perlekatan luas.
g. Daya berkontraksi segmen bawah rahim berkurang
5) KOMPLIKASI
a. Perdarahan dan syok
b. Infeksi
c. Laserasi serviks
d. Plancenta accereta
e. Prematuritas atau lahir mati
f. Prolaps tali pusar
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
g. Prolaps placenta
6) PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan inspekulo
b. Pemeriksaan radio isotop
c. Usg
d. Pemeriksaan dalam
e. Pemeriksaan darah
7) PENATALAKSANAAN
Placenta praevia merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang baik :
1. Pemasangan infus ;pasang infuse cairan NaCl fisiologis. Bila tidak
memungkinkan beri cairan per oral. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi
pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok
akibat perdarahan. Pantau DJJ dan pergerakan janin.
- Memecahkan ketuban ; dapat dilakukan pada placenta letak rendah,
placenta praevia marginalis dan placenta praevia lateralis yang menutup
ostium kurang dari setengah bagian.
- Metode Cunam Willet Gausz ; maksudnya tamponade placenta dengan
kepala. Kulit kepala anak dijepit dengan Cunam Willet dan diberati
dengan timbangan 500 gr.
- Versi Braxton Hicks ; maksudnya tamponade placenta dengan bokong.
Biasanya dilakukan pada janin yang sudah mati karena kalau dilakukan
pada janin yang masih hidup janin akan lahir mati. Bahayanya robekan
pada servik dan pada segmen bawah rahim. Syarat melakukan versi ini
ialah pembukaan harus dapat dilalui oleh dua jari (supaya dapat
menurunkan kaki).
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
SOLUSIO PLASENTA
A. DEFINISI
a. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya ( Kapita
Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran UI edisi ke Tiga )
b. Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian / seluruhnya plasenta yang normal
implantasinya antara 22 mimggu dan lahirnya anak ( Obsetri Patologi Fakultas
padjadjaran Bandung )
B. ETIOLOGI
Etiologi dari solusio belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang mungkin
ialah hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, defisiensi gizi, merokok,
konsumsi alkohol, penyalah gunaan kokain, umur ibu yang tua.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang
kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium
sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi
dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta
yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta
makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan
adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh
darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput
ketuban.
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
PATHWAY
Faktor Predisposisi
( Hipertensi Kronik, Trauma Eksternal, Tali Pusat Pendek, Defisiensi Gizi,
Merokok, Konsumsi Alkohol, Penyalahgunaan Kokain, Umur Ibu Yang Tua )
↓
Perdarahan ke dalam desidualbasalis
↓
Terbelah & meninggal lapisan tipis pada miometrium
↓
Terbentuk hematoma desidual
↓
Penghancuran plasenta
↓
Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua
↓
Resiko Infeksi
Hematoma retroplasenta
↓
Pelepasan plasenta lebih banyak
↓
Gangguan Rasa Nyaman
↓
Uterus tidak mampu berkontraksi optimal
↓
Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban
↓
Kurang Pengetahuan
Resiko Defisit Volume Cairan
↓
Perdarahan Pervaginam Meningkat
↓
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
suplai O2
↓
Resti fetal Disstres
↓
Resti gangguan keb. nutrisi
↓
Gg. perfusi jaringan
D. KLASIFIKASI
Menurut derajat lepasnya plasenta
1. Solusio Plasenta Partsialis : Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat
pelekatnya.
2. Solusio Plasenta Totalis : Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat
pelekatnya.
3. Prolapsus Plasenta : Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam.
Menurut derajat solusio plasenta dibagi menjadi :
1. Solusio Plasenta Ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman
dan sedikit. Perut terasa agk sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin
masih mudah diraba
2. Solusio Plasenta Sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul
perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan
pervaginan. Dinding uterus teraba tegang.
3. Solusio Plasenta Berat
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock.
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna
kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang
disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan
kematian janin intra uterin.
2. Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
3. Pemeriksaan Obstetri
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut
jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena
tercampur darah.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu
protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan
elektrolit plasma.
2. Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
3. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.
G. KOMPLIKASI
Langsung (immediate)
1. perdarahan
2. infeksi
3. emboli dan syok abtetric.
Tidak langsung (delayed)
1. Couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan
Post partum.
2. Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
3. Nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
4. Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati konsumtif (kadar fibrinogen kurang
dari 150 mg % dan produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat
janin, kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila janin dapat
diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah da sindrom
gagal nafas.
H. PENATALAKSANAAN
1. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi .
2. Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap
ke kiri , tidak melakukan senggama , menghindari peningkatan tekanan rongga
perut.
3. Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan . berikan cairan
peroral .
4. Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi / syok akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan janin .
5. Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah, bila
tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila teratsi perhatikan keadaan
janin .Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih
hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila
renjatan tidak dapat diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal
6. Setelah syok teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm
pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio
sesarea .
7. Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran
berat janin kurang dari 2.500 gr .
Penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit yaitu :
Solusi plasenta ringan .
Ekspektatif , bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti , kontraksi uterus
tidak ada , janin hidup ) dengan tirah baring atasi anemia , USG & KTG
serial , lalu tunggu persalinan spontan .
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
Aktif , bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus , uterus
berkontraksi , dapat mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam
dengan amnintomi / infus oksitosin bila memungkinan . jika terus
perdarahan skor pelvik kurang dari 5 / ersalinan masih lama , lakukan seksi
sesarea .
Slusio plasenta sedang / berat .
1. Resusitasi cairan .
2. Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah .
3. Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam
perabdominam bila tidak dapat renjatan , usia gestasi 37 minggu /
lebih /taksiran berat janin 2.500 gr / lebih , pikirkan partus
perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung
lama .
I. PROGNOSIS
a. Terhadap ibu. Mortalitas ibu 5 – 10 % hal ini karena adanya perdarahan sebelum
dan sesudah partus.
b. Terhadap anak. Mortalitas anak tinggi mencapai 70 – 80 % hal ini tergantung
derajat pelepasan dari plasenta.
c. Terhadap kehamilan berikutnya. Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler
dengan solusio plasenta, maka kehamilan berikutnya sering terjadi solusio
plasenta yang lebih hebat.
PERBEDAAN SOLUSIO PLASENTA DAN PREVIA PLASENTA
SOLUSIO PLASENTA PREVIA PLASENTA
1. Pendarahan dengan nyeri
2. Warna pendarahan gelap
3. Kondisi buruk
4. Kondisi janin meninggal
1. Pendarahan tanpa nyeri
2. Warna darah terang
3. Kondisi baik
4. Kondisi janin baik
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
5. Palpasi sukar 5. Palpasi gampang
J. ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS)
KASUS B.
Ny. Ellin, 36 tahun, G5P3A1. Klien sering mengeluh keluar flek-flek darah
sedikit-sedikit sejak usia kehamilan 3 bulan, pada awalnya klien tidak menghiraukan hal
tersebut. Setelah bertambahnya usia kehamilan, darah yang keluar semakin banyak.
Sehingga klien memberitahukan suaminya dan suaminya langsung mengantarkan ellin
untuk control. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan warna darah yang keluar kehitaman
dan klien tidak merasakan nyeri yang sangat saat darah tersebut keluar. Tekanan darah
100/60 mmhg, Hr 80x/mnt, turgor baik, capillary refill .3 detik. Setelah ditanya saat
berhubungan badan biasanya darah lebih banyak keluar. Setelah dilakukan pemeriksaan
USG didapatkan letak plasenta berada dibawah dan menutupi jalan lahir sebagian. Pasien
didiagnosis plasenta previa. Disarankan untuk tirah baring sampai usia kehamilan matur
dan diprediksi akan di SC. Pasien yang satu ruangan dengan Ny. Ellin yaitu Ny. Ibet
mengalami hal yang sama yaitu perdarahan mendadak namun disertai nyeri yang sangat
serta abdomen kram seperti papan dan harus SC cyto. Keluarga ny. Ellin bertanya kepada
Ners Timon : Apakah perbedaan kasus Ellin dengan Ibet?
ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Sering mengeluh keluar flek-flek darah
sedikit-sedikit sejak usia kehamilan 3
bulan
2. Setelah bertambahnya usia kehamilan,
klien mengeluh darah yang keluar
semakin banyak.
1. Ny. Ellin, 36 tahun, G5P3A1
2. Darah yang keluar kehitaman
3. Tekanan darah 100/60 mmhg, Hr
80x/mnt, turgor baik, capillary refill .3
detik.
4. Pemeriksaan USG didapatkan letak
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
3. Klien tidak merasakan nyeri yang
sangat saat darah tersebut keluar
4. Saat berhubungan badan biasanya darah
lebih banyak keluar
5. Klien bertanya tentang kondisinya saat
ini
plasenta berada dibawah dan menutupi
jalan lahir sebagian
5. Pasien didiagnosis plasenta previa
6. Disarankan untuk tirah baring sampai
usia kehamilan matur dan diprediksi
akan di SC.
7. Klien tampak cemas dengan keluarnya
darah.
8. Klien tampak bingung tentang
kondisinya
DATA FOKUS
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS:
1. Sering mengeluh
keluar flek-flek darah
sedikit-sedikit sejak
usia kehamilan 3 bulan
2. Setelah bertambahnya
usia kehamilan, klien
mengeluh darah yang
keluar semakin
banyak.
DO:
1. Ny. Ellin, 36 tahun,
g5p3a1
2. Darah yang keluar
kehitaman
3. Tekanan darah 100/60
Kekurangan Volume Cairan Hilangnya cairan (perdarahan)
yang berlebihan
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
mmhg, hr 80x/mnt,
turgor baik, capillary
refill .3 detik.
DS:
1. Sering mengeluh
keluar flek-flek darah
sedikit-sedikit sejak
usia kehamilan 3 bulan
2. Setelah bertambahnya
usia kehamilan, klien
mengeluh darah yang
keluar semakin
banyak.
3. Klien tidak merasakan
nyeri yang sangat saat
darah tersebut keluar
4. Saat berhubungan
badan biasanya darah
lebih banyak keluar
DO:
1. Ny. Ellin, 36 tahun,
g5p3a1
2. Darah yang keluar
kehitaman
3. Tekanan darah 100/60
mmhg, hr 80x/mnt,
turgor baik, capillary
refill .3 detik.
4. Pemeriksaan usg di
dapatkan letak plasenta
berada dibawah dan
Gangguan perfusi jaringan
pada janin
Adanya perdarahan
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
menutupi jalan lahir
sebagian
5. Pasien didiagnosis
plasenta previa
6. Disarankan untuk tirah
baring sampai usia
kehamilan matur dan
diprediksi akan di sc.
DS :
1. Klien bertanya tentang
kondisinya saat ini
DO :
1. Klien tampak cemas
dengan keluarnya
darah.
2. Klien tampak bingung
tentang kondisinya
Ansietas Ancaman kematian (dirasakan
atau actual) pada diri sendiri,
janin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan (perdarahan)
yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan pada janin berhubungan dengan adanya perdarahan
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian (dirasakan atau actual) pada diri
sendiri, janin
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1. Kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan hilangnya
cairan (perdarahan)
yang berlebihan
Setelah
dilakukkanya
tindakan
keperawatan 2x24
jam diharapkan
menunjukkan
perbaikan
keseimbangan
cairan dengan
kriteria hasil :
1. Tanda-tanda
vital stabil
2. Pengisian
kapiler cepat
3. Berat jenis
urin adekuat
secara
individual
Mandiri :
1. Evaluasi,
laporkan, dan
catat jumlah serta
jumlah
kehilangan darah,
lakukan
perhitungan
pembalut
2. Lakukan tirah
baring.
Instuksikan klien
untuk
menghindari
Valsalva manover
dan koitus
3. Posisikan klien
dengan tepat,
telentang dengan
panggul
ditinggikan atau
posisi semi–
fowler. Hindari
posisi
1. Perkiraan kehilangan
darah membantu
membedakan diagnosa,
setiap gram
peningkatan berat
pembalut sama dengan
kehilangan kira-kira 1
ml darah
2. Perdarahan dapat
berhenti dengan reduksi
aktivitas. Peningkatan
tekanan abdomen atau
orgasme (yang
meningkatkan aktivitas
uterus) dapat
meransang perdarahan
3. Menjamin keadekuatan
darah yang tersedia
untuk otak; peninggian
panggul menghindari
kompresi vena kava.
Posisi semi- fowler
memungkinkan janin
bertindak sebagai
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
trendelenburg
4. Catat tanda –
tanda vital,
pengisian kapiler
pada dasar kuku,
warna membrane
mukosa/ kulit dan
suhu.
5. Hindari
pemeriksaan
rectal atau vagina
Kolaborasi :
1. Berikan larutan
intravena,
ekspander plasma,
darah lengkap,
atau sel-sel
kemasan, sesuai
indikasi
2. Siapkan untuk
kelahiran sesaria
tanpon
4. Membantu menentukan
beratnya kehilangan
darah, meskipun
sianosis dan perubahan
pada tekanan darah,
nadi adalah tanda-tanda
lanjut dari kehilangan
sirkulasi atau terjadinya
syok
5. Dapat meningkatkan
hemoragi, khususnya
bila plasenta previa
marginal atau total
terjadi
1. Meningkatkan volume
darah sirkulasi dan
mengatasi gejala-gejala
syok.
2. Hemoragi berhenti bila
plasenta diangkat dan
sinus-sinus vena
tertutup
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
2. Perubahan perfusi
jaringan pada janin
berhubungan
dengan adanya
perdarahan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x24
jam, diharapkan
menunjukkan
perfusi adekuat,
dengan kriteria
hasil:
1. DJJ dan aktivitas
dalam batas
normal serta tes
nonstres reaktif
(NST)
1. Perhatikan status
fisiologis ibu,
status sirkulasi,
dan volume darah
2. Auskultasi dan
laporkan DJJ,
catat bradikardia
atau takikardia.
Catat perubahan
pada aktivitas
janin
(hipoaktivitas
atau hiperaktivitas
3. Anjurkan tirah
baring pada posisi
miring kiri.
1. Kejadian perdarahan
potensial merusak
hasil kehamilan,
kemungkinan
menyebabkan
hipovolemia atau
hipoksia
uteroplasenta.
2. Mengkaji
berlanjutnya
hipoksia janin . Pada
awalnya ,janin
berespon pada
penurunan kadar
oksigen dengan
takikardia dan
peningkatan
gerakan. Bila tetap
defisit, bradikardia
dan penurunan
aktivitas terjadi.
3. Menghilangkan
tekanan pada vena
kava inferior dan
meningkatkan
sirkulasi
plasenta/janin dan
pertukaran oksigen.
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
4. Berikan suplemen
oksigen pada
klien
5. Ganti kehilangan
darah/cairan ibu
6. Siapkan klien
untuk
intervensi
bedah dengan
tepat.
4. Meningkatkan
ketersediaan oksigen
untuk ambilan janin.
5. Mempertahankan
volume sirkulasi
yang adekuat untuk
transport oksigen.
6. Pembedahan perlu
bila terjadi pelepasan
plasenta yang berat,
atau bila perdarahan
berlebihan, terjadi
penyimpangan
oksigen janin, dan
kelahiran vagina
tidak mungkin.
4. Ansietas
berhubungan
dengan ancaman
kematian
(dirasakan atau
actual) pada diri
sendiri, janin
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 diharapkan
ansietas dapat
berkurang dengan
kriteria hasil :
Pasangan dapat
mengungkapkan
harapannya dengan
kata-kata tentang
manajemen yang
1. Diskusikan situasi
dan pemahaman
tentang situasi
dengan klien dan
pasangan.
2. Pantau respon
verbal dan
nonverbal
klien/pasangan.
3. Dengarkan
1. Memberikan
informasi tentang
reaksi individu
terhadap apa yang
terjadi.
2. Menandakan tingkat
rasa takut yang
sedang dialami
klien/pasangan.
3. Meningkatkan rasa
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”
sudah direncanakan,
sehingga dapat
mengurangi
kecemasan
pasangan.
masalah klien dan
dengarkan secara
aktif.
4. Berikan informasi
dalam bentuk
verbal dan tertulis
dan beri
kesempatan klien
untuk
mengajukan
pertanyaan.Jawab
pertanyaan
dengan jujur.
5. Jelaskan prosedur
dan arti gejala-
gejala.
control terhadap
situasi dan
memberikan
kesempatan pada
klien untuk
mengembangkan
solusi sendiri.
4. Pengetahuan akan
membantu klien
mengatasi apa yang
sedang terjadi
dengan lebih efektif.
5. Pengetahuan dapat
membantu
menurunkan rasa
takut dan
meningkatkan rasa
control terhadap
situasi.
S1Keperawatan UPNVJ “Sistem Reproduksi 2”