hepatitis b pada kehamilan.docx

Upload: nancy-zhang

Post on 06-Jul-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    1/35

    HEPATITIS B PADA KEHAMILAN

    Oleh:

    Nancy Edison 030.11.0!

    Pe"#i"#in$:

    d%. Pa%d&i'o S(.O)

    Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    2/35

    Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kandungan dan Kebidanan

    Rumah Sakit Umum Kardinah

    Tegal, Periode 7 Maret !"# $ "% Mei !"#

    2

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    3/35

    HALAMAN PEN)ESAHAN

     &'M' ( &an)* +dison

    F'KUT'S ( Kedokteran

    -UDU ( .epatitis / pada kehamilan

    /'0I'& ( Ilmu Kebidanan dan Pen*akit Kandungan

    P+M/IM/I&0 ( dr1 Pard2ito, Sp30

    Dia2ukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Dan Melengkapi Salah Satu

    S*arat Menempuh Program Pendidikan Pro4esi Dokter /agian

    Ilmu Kebidanan dan Pen*akit Kandungan

    Di RSUD Kardinah tegal

    Tegal, 'pril !"#

    Pe"#i"#in$

    1

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    4/35

    * d%. Pa%d&i'o+ S(O) ,

    2

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    5/35

    KATA PEN)ANTA- 

    Segala pu2i dan s*ukur penulis pan2atkan atas kehadirat Tuhan 5ang Maha +sa, karena

    atas rahmat dan i6in&*a penulis dapat men*elesaikan re4erat *ang ber2udul 8.epatitis /

     pada kehamilan9 tepat pada :aktun*a1 Re4erat ini disusun untuk memenuhi tugas

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Pen*akit Kandungan di RSUD Kardinah Tegal1

    Penulis mengu)apkan terima kasih *ang sebesar $ besarn*a kepada dr1 Pard2ito, Sp30

    *ang telah membimbing penulis dalam men*usun re4erat ini, serta kepada seluruh dokter *ang telah membimbing penulis selama di kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Pen*akit

    Kandungan di RSUD Kardinah Tegal1 U)apan terima kasih 2uga ditu2ukan kepada semua

     pihak *ang telah membantu, baik se)ara langsung maupun tidak langsung dalam proses

     pen*usunan re4erat ini1

    Penulis men*adari masih terdapat ban*ak kekurangan dalam re4erat ini1 'khir kata,

     penulis mengharapkan semoga re4erat ini dapat memberikan man4aat1

    Tegal, 'pril !"#

     &an)* +dison

    2

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    6/35

    DATA- ISI

    HALAMAN PEN)ESAHAN11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111i

    KATA PEN)ANTA- 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111ii

    DATA- ISI11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111iii

    BAB I PENDAH/L/AN1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111"

    BAB II TINA/AN P/STAKA111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111

    1" .epatitis /11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111

    1"1" +tiologi111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111

    1"1 Siklus Replikasi ;./1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111%

    1"1< +pidemiologi111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111#

    1"1% =ara Penularan111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111>

    1"1? Patogenesis111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111>

    1"1# Mani4estasi klinis11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111"!

    1"17 Diagnosis111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111"

    1"1> Pen)egahan111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111"%

    1"1@ Penanganan11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111"?

    1 .epatitis / pada kehamilan11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111"#

    11" Pengaruh In4eksi ;./ pada kehamilan1111111111111111111111111111111111111111111111"#

    11 Pengaruh Kehamilan pada In4eksi ;./111111111111111111111111111111111111111111111"7

    11< Transmisi ;./ Perinatal11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111">

    11% Penanganan In4eksi ;./ saat Kehamilan111111111111111111111111111111111111111111!

    11? Imunopro4ilaksis111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111

    11# Penanganan 'nak dan Ibu dengan ./s'g ABC11111111111111111111111111111111111%

    BAB III KESIMP/LAN1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111? 

    DATA- P/STAKA1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111#

    1

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    7/35

    BAB I

    PENDAH/L/AN

    Pen*akit hepatitis merupakan masalah kesehatan mas*arakat di negara berkembang didunia, termasuk di Indonesia1 ;irus hepatitis / A;./C telah mengin4eksi se2umlah mil*ar 

    orang di dunia dan sekitar %! 2uta merupakan pengidap virus hepatitis / kronis1 Indonesia

    merupakan negara dengan pengidap .epatitis / nomor terbesar sesudah M*anmar diantara

    negaranegara anggota .3 S+'R ASouth East Asian RegionC1 Sekitar < 2uta penduduk 

    Indonesia telah terin4eksi .epatitis /1 Menurut hasil Riskesdas !!7, hasil pemeriksaan

    /iomedis "!1

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    8/35

    BAB II

    TINA/AN P/STAKA

    .1 He(a'i'is B

    .1.1 E'iolo$i

    Pen*ebab pen*akit adalah virus .epatitis / A;./C *ang termasuk 4amil*

    .epadnavirus dan berukuran sangat ke)il A%nmC1 ;./ merupakan virus D&' dan sampai

    saat ini terdapat > genotip ;./ *ang telah teridenti4ikasi, *aitu genotip '.1 ;./ memiliki

    < mor4ologi dan mampu mengkode % 2enis antigen, *aitu ./s'g, ./e'g, ./)'g, dan

    ./'g1", 

    )a"#a% 1. i%2s He(a'i'is B

    /agian luar ;irus ini terdiri dari ./s'g sedangkan bagian dalam adalah nukleokapsid

    *ang terdiri dari ./)'g1 Dalam nukleokapsid didapatkan kode genetik ;./ *ang terdiri dari

    2

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    9/35

    D&' untai ganda Adouble stranded C dengan pan2ang

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    10/35

    )a"#a% 3. S'%24'2% )eno"e HB

    0en G tersebut ber4ungsi mema)u ekspresi seluruh genom virus dengan )ara

     berinteraksi pada daerah gen tertentu pada genom inang1 Dengan demikian, ./'g

    mempun*ai si4at transakti4ator *ang mungkin penting untuk e4isiensi replikasi ;./1

    In4eksi ;./ ter2adi bila partikel utuh ;./ berhasil masuk ke dalam hepatosit,

    kemudian kode genetik ;./ akan masuk ke dalam inti sel hati dank ode genetik itu akan

    memerintahkan sel hati untuk membuat proteinprotein *ang merupakan komponen ;./1

    -adi, sebenarn*a virus *ang ada di dalam tubuh penderita itu dibuat sendiri oleh hepatosit

     penderita *ang bersangkutan dengan genom ;./ *ang pertama masuk sebagai )etak biru1

    .1. Si4l2s -e(li4asi HB

    Replikasi adalah suatu bentuk aktivitas perkembangan virus di dalam sel hati *ang

    terin4eksi *ang dapat berupa bahanbahan genom dan protein virus, *ang men*usun progen*

    virus dan mengeluarkann*a dari sel1 Replikasi ;./ ter2adi di dalam sel hati dan berlangsung

    melalui suatu perantara R&'1 Siklus replikasi ;./ dibagi men2adi beberapa tahap, *aitu(

    a1 Penempelan Aattachment C ;./ pada sel hepatosit1 Penempelan tersebut dapat

    ter2adi dengan perantaraan protein  preS", protein  preS, dan pol* .'S

    A Polymerized Human Serum AlbuminC serta dengan perantara S./s1

    4

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    11/35

    )a"#a% 5. i%2s He(a'i'is B "ene"(el (ada sel ha'i den$an (e%an'a%aan

    (oly HSA

     b1 ;./ masuk ApenetrasiC ke dalam hepatosit dengan mekanisme endositosis1

    )1 Pelepasan partikel )ore *ang terdiri dari ./)'g, en6im pol*merase dan D&' ;./

    ke dalam sitoplasma1 Partikel )ore tersebut selan2utn*a ditransportasikan menu2u

    nu)leus hepatosit1

    d1 Karena ukuran lubang pada dinding nu)leus lebih ke)il dari partikel )ore, sebelum

    masuk nu)leus akan ter2adi genome uncoating  Alepasn*a ./)'gC, dan selan2utn*a

    genom ;./ *ang masih terbentuk  partially double stranded masuk ke dalam

    nu)leus Apenetrasi genom ke dalam nu)leusC1

    e1 Selan2utn*a partially double stranded  D&' tersebut akan mengalami proses D&'

    repair  men2adi double stranded covalently close circle D&' A))) D&'C

    41 Transkripsi )))D&' men2adi pregenom R&' dan beberapa messenger R&'

    AmR&' ./s, mR&' M./s dan mR&' S./sC1

    g1 Pregenom R&' dan messenger R&' akan keluar dari nu)leus melalui nucleus

     pore1 Translasi pregenom R&' dan messenger R&' akan menghasilkan protein

    )ore A./)'gC, ./e'g dan en6im pol*merase, sedangkan translasi mR&' ./s,

    mR&' M./s dan mR&' S./s akan menghasilkan komponen protein ./s'g,

    *aitu large protein A./sC, middle protein AM./sC dan small protein AS./sC1

    h1 +nkapsidasi pregenom R&', ./)'g dan en6im pol*merase men2adi partikel )ore1

    Proses ini disebut 2uga proses assembly dan ter2adi di dalam sitoplasma1

    i1 Proses maturasi genom di dalam partikel )ore dengan bantuan en6im pol*merase

     berupa transkripsi balik pregenom R&'1 Proses ini dimulai dengan proses  priming 

    sintesis untai D&' AC *ang ter2adi bersamaan dengan degradasi pregenom R&',

    dan akhirn*a sintesa untai D&' ABC1

     21 Karena masa paruh hidup )))D&' di dalam nu)leus han*a < hari, untuk 

    mempertahankan persistensi perlu suplai genom terus menerus1 Suplai D&'

    5

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    12/35

    tersebut bisa berasal dari in4eksi baru hepatosit oleh ;./ atau proses re-entry

     partikel )ore *ang dihasilkan di dalam sitoplasma1

    k1 Selan2utn*a ter2adi proses coating   partikel )ore *ang telah mengalami proses

    maturasi genom oleh protein ./s'g1 Proses coating   tersebut ter2adi di dalam

    reti)ulum endoplasmi)1 Disamping itu di dalam reti)ulum endoplasmi) 2uga ter2adi

    sintesa partikel ;./ lainn*a partikel tubuler dan partikel s4erik *ang han*a

    mengandung ./s, M./s, S./s Atidak mengandung partikel )oreC1

    l1 Selan2utn*a melalui apparatus 0olgi disekresi partikelpartikel ;./ *aitu partikel

    Dana, partikel tubuler, dan partikel s4erik1 .epatosit 2uga akan men*ekresikan

    ./e'g langsung ke dalam sirkulasi darah karena ./e'g bukan merupakan bagian

    struktural partikel ;./1

    )a"#a% 6. Si4l2s -e(li4asi HB

    .1.3 E(ide"iolo$i

    Hepatitis B tersebar di seluruh dunia, WHO memperkirakan lebih dari 2 milyar orang

    terinfeksi HBV (termasuk 240 juta dengan infeksi kronis). Setiap tahun diperkirakan sekitar

    6

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    13/35

    1.000.000 orang meninggal akibat infeksi HBV. Pada negara dengan VHB endemis tinggi

    (prevalensi HBsAg berkisar di atas 8%), infeksi dapat terjadi pada semua golongan usia.

    Prevalensi terjadinya infeksi Hepatitis B kronik pada anak-anak jauh lebih tinggi

    dibandingkan pada orang dewasa. Penularan Hepatitis B terutama terjadi selama masakehamilan dari ibu dengan Hepatitis B ke anak (penyebaran perinatal).1,2,3

    Menurut tingginya prevalensi infeksi VHB, WHO membagi dunia menjadi 3 macam

    daerah yaitu daerah dengan endemisitas tinggi, sedang, dan rendah.2

    a1 Daerah +ndemisitas Tinggi

    Di daerah dengan endemisitas tinggi, penularan utama ter2adi pada masa perinatal

    dan kanakkanak1 /atas terendah 4rekuensi ./s'g dalam populasi berkisar "!"?E1

    Daerah *ang termasuk kelompok ini adalah '4rika, negara 'sia sebelah timur India

    termasuk =ina, pulaupulau di autan Pasi4ik, embah 'ma6on, daerah pesisir 'rti),

    sebagian negara Timur Tengah dan 'sia ke)il serta kepulauan Karibia1

     b1 Daerah +ndemisitas Sedang

    Di daerah dengan endemisitas sedang penularan ter2adi pada masa perinatal dan

    kanakkanak 2arang ter2adi1 Frekuensi ./s'g dalam populasi berkisar "!E1

    Daerah dengan endemisitas sedang adalah +ropa Selatan, +ropa Timur, sebagian

    Rusia, sebagian negara Timur Tenga, 'sia /arat, India, -epang, 'merika Tengah,

    'merika Selatan1

    )1 Daerah +ndemisitas Rendah

    Di daerah dengan endemisitas rendah penularan utama ter2adi masa de:asa1

    Penularan pada masa perinatal masa perinatal dan kanakkanak sangat 2arang1

    Frekuensi ./s'g dalam populasi berkisar kurang E1 Daerah ini meliputi 'merika

    Utara, dan +ropa /arat, sebagian Rusia, dan sebagian '4rika Selatan, 'ustralia dan

    Selandia /aru1

    TABEL 1. Pola $eo$%ai4 (%e7alensi ine4si he(a'i'is B di d2nia

    7

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    14/35

    Pada negara dengan endemisitas Hepatitis B rendah (prevalensi HBsAg kurang dari

    2%), sebagian besar infeksi terjadi pada dewasa muda, khususnya pada kelompok berisiko.

    Tingkat prevalensi Hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi yaitu berkisar dari 2,5% di

    daerah Banjarmasin hingga 25,61% di Kupang, sehingga Indonesia termasuk dalam

    kelompok negara dengan endemisitas sedang hingga tinggi.1

    Sebelum kebijakan skrining terhadap darah donor ditetapkan, penderita yang menerima

    darah dari donor carrier Hepatitis B mempunyai risiko tinggi tertular penyakit ini. Namun

    saat ini sebagian besar negara di dunia menyediakan fasilitas skrining untuk HBsAg terhadap

    darah donor sebelum diberikan kepada penderita yang memerlukan.1

    .1.5 8a%a (en2la%an

    'da golongan )ara penularan in4eksi ;./, *aitu penularan hori6ontal dan penularan

    vertikal1 =ara penularan hori6ontal ter2adi dari seorang pengidap in4eksi ;./ kepada

    individu *ang masih rentan di sekelilingn*a1 Penularan hori6ontal dapat ter2adi melalui kulit

    atau melalui selaput lender, sedangkan penularan vertikal ter2adi dari seorang pengidap *ang

    hamil kepada ba*i *ang dilahirkann*a1

    'da ma)am penularan melalui kulit, *aitu penularan melalui kulit *ang disebabkan

    tusukan *ang 2elas Apenularan parenteralC, misaln*a melalui suntikan, trans4usi darah atau

     pemberian produk berasal dari darah, dan tato1 Kelompok kedua adalah penularan melalui8

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    15/35

    kulit tanpa tusukan *ang 2elas, misaln*a masukn*a bahan in4ekti4 melalui goresan atau abrasi

    kulit dan radang kulit1

    Selaput lender *ang dapat men2adi tempat masuk in4eksi ;./ adalah selaput lender 

    mulut, mata, hidung, saluran makanan bagian ba:ah dan selaput lender genitalia1

    Penularan in4eksi dari ibu hamil kepada ba*i *ang dilahirkann*a1 Dapat ter2adi pada

    masa sebelum kelahiran atau prenatal AinuteroC, selama persalinan atau perinatal dan setelah

     persalinan atau postnatal1 Dulu diperkirakan bah:a penularan inutero han*a ter2adi pada ?

    "?E ba*i *ang dilahirkan oleh ibu ./s'g dan ./e'g positi41 &amun, teradapat bukti

     bah:a sebenarn*a penularan inutero ter2adi lebih tinggi dari angkaangka tersebut1 Penelitian

    menun2ukkan bah:a sebagian besar ba*i *ang tertular ;./ se)ara vertikal mendapat

     penularan pada masa perinatal *aitu pada saat ter2adi proses persalinan1 Karena itu ba*i *ang

    mendapat penularan vertikal sebagian besar mulai terdeteksi ./s'g positi4 pada usia

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    16/35

    asimptomatik respons imun tersebut sama sekali tidak e4ekti4 sehingga tidak ada nekrosis sel

    hati *ang terin4eksi dan virus tetap mengadakan replikasi tanpa adan*a ge2ala klinik1

    Setelah ;./ masuk dalam tubuh dan akhirn*a masuk ke dalam sel hati ;./ akan

    mengalami replikasi1 Pertama kali ;./ akan berhubungan dengan respons imun nonspesi4ik 

    *ang mampu beker2a dalam :aktu beberapa menit atau 2am *ang kemudian diikuti oleh

    naikn*a kadar IF&1 Proses eliminasi nonspesi4ik ini tidak disertai restriksi .' dan

    melibatkan &K dan KT *ang dirangsang oleh IF&1 Selan2utn*a akan ter2adi respons imun

    spesi4ik, baik *ang bersi4at seluler maupun humoral1 Respons imun seluler berupa proses

    sitolitik *ang akan men*ebabkan pe)ahn*a selsel hati *ang terin4eksi1 Proses sitolitik 

    tersebut disebabkan oleh aktivitas sel T sitolitik *ang telah diakti4kan1 Di samping itu, 2uga

    ter2adi eliminasi virus intraseluler tanpa menimbulkan pe)ahn*a selsel *ang terin4eksi1

    Proses itu disebut proses eliminasi nonsitolitik *ang ter2adi karena aktivitas sitokin1 Respons

    imun humoral ter2adi melalui proses terbentukn*a anti./s *ang ikut membantu eliminasi

    ;./1

    /ila proses *ang ter2adi pada .epatitis / akut tidak e4ekti4 sehingga sel *ang terin4eksi

    tidak berhasil dihilangkan seluruhn*a, akan ter2adi in4eksi .epatitis / kronik1 Pada .epatitis

    / kronik antigen viral *ang diekspresikan pada membran hepatosit adalah ./)'g dan

    ./e'g1 Perlu diketahui bah:a antara ./)'g dan .be'g ter2adi reaksi imunologik silang

     pada tingkat sel T1

    Proses eliminasi ;./ oleh respons imun *ang tidak e4isien dapat disebabkan oleh

    4aktor viral ataupun 4aktor inang1 Faktor viral antara lain(

    • Ter2adin*a toleransi imun terhadap produk ;./

    • .ambatan terhadap =T *ang ber4ungsi melakukan lisis selsel terin4eksi

    • Ter2adin*a mutan ;./ *ang tidak memproduksi ./e'g

    • Integrasi genom ;./ dalam genom sel hati1

    Faktor inang antara lain(

    • Faktor genetik 

    • Kurangn*a produksi IF&

    • 'dan*a antibod* terhadap antigen nukleokapsid

    • Kelainan 4ungsi lim4osit

    10

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    17/35

    • Respons antiidiotipe

    • Faktor kelamin atau hormonal

    Perbedaan respons sitolitik sel T terhadap protein ;./ sangat menentukan mani4estasi

    klinik *ang timbul1 /ila respons sel T )ukup kuat, akan timbul hepatitis akut dan tubuh dapat

    men*ingkirkan virus1 /ila respons sel T ini sangat hebat dapat timbul .epatitis / akut

    4ulminant1 &amun, hubungan antara respons sel T dan mani4estasi klinik rupan*a tidak 

    mutlak1 Sebagai )ontoh, pada penderita *ang mengidap in4eksi ;./ dengan mutan precore

    karena tidak ter2ad penampilan antigen nukleokapsid pada membran sel *ang terin4eksi,

    respons sel T berkurang1 &amun, 2ustru pada kasuskasus tersebut sering ter2adi .epatitis

     berat dan bahkan .epatitis 4ulminant1 Diduga dalam keadaan ini 4aktor *ang berpengaruh

    adalah patogenesitas ;./1 Pentingn*a 4aktor patogenesitas virus 2uga tampak pada in4eksi

    ;./ bersamaan dengan ;.D A;irus .epatitis DeltaC1 0e2ala klinik pada in4eksi ;./ dan

    ;.D lebih hebat dibandingkan dengan in4eksi ;./ sa2a :alaupun respons sel T pada in4eksi

    ;./ dan ;.D tidak ban*ak berbeda dengan in4eksi ;./ sa2a1

    .1.9 Manies'asi 4linis

    Mani4estasi klinis in4eksi ;./ pada :anita hamil tidak berbeda dengan in4eksi ;./

     pada umumn*a1 Teradapat % ma)am gambaran klinik in4eksi ;./, *aitu ( asimtomatik, akut,

    kronis dan karsinoma hepatoseluler1

    a1 'simtomatik 

    0ambaran klini pada pengidap asimtomatik tidak menun2ukkan ge2ala klinik *ang khas1

    Penderita tampak sehat han*a sa2a dalam darahn*a didapati ./s'g positi41 /ila dalam

    tubuhn*a terdapat ./e'g makan pengidap ini tergolong in4eksius sebab ./e'g positi4 

    menggambarkan proses replikasi *ang masih akti4 beker2a1

     b1 .epatitis / akut

    Per2alanan klinis pen*akit hepatitis akut dibagi men2adi % tahap *aitu(

    "1 Masa inkubasiMasa inkubasi adalah masa antara penularan in4eksi dengan ter2adin*a ge2ala1

    Masa inkubasi ;./ berkisar

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    18/35

    Fase praikterik adalah :aktu antara timbuln*a ge2ala pertama dengan timbuln*a

    ikterus1 Keluhan paling a:al adalah lemas, malas, anoreksia, mual, muntah, panas

    dan rasa tidak enak daerah perut kanan atas1 Muntah pada kehamilan muda dapat

    dibedakan dengan muntah pada hepatitis dari a:al ter2adin*a1 Pada hepatitis,

    semakin sore hari muntah semakin berat sedangkan pada kehamilan muda muntah

     paling sering dirasakan pada pagi hari1 Pada akhir masa inkubasi, beberapa

    individu berkembang ge2ala seperti hipersensitivitas *ang berupa atralgia, ruam

    kulit dan vaskulitis1 Keadaan ini ter2adi karena kompleks antigenantibodi *ang

    ikut dalam sirkulasi darah1

     pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, hiponatremia, h*pokalemia,

    kurang dari "!E mengalami hioglikemia serta peningkatan bilirubin dan

    transaminase serum1

    %1 Fase pen*embuhan

    Fase pen*embuhan adalah 4ase antara hilangn*a ikterus sampai kesembuhan dari

    hepatitis1 Pada pemeriksaan laboratorium terlihat ./s'g, ./e'g dan D&' ;./menghilang1 'nti./) mulai timbul disertai IgM anti./) meningkat sedangkan

    Ig0 anti.b) timbul kemudian dan menetap1 Pada 4ase ini pula sebelum ./s'g

    menghilang akan timbul anti./e *ang berarti ter2adi pengurangan replikasi virus

    dan mulai ter2adi resolusi1 Dalam :aktu # bulan akan timbul anti./s setelah

    ./s'g menghilang pada

    )1 .epatitis / kronis

    12

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    19/35

    0ambaran klinis pada .epatitis / kronis dapat berma)amma)am, mulai dari tanpa ge2ala

    sampai ge2ala *ang khas1 0e2ala tersebut se)ara klinis sering kali sulit dibedakan apakah

    seseorang menderita hepatitis kronis persisten A.KPC atau hepatitis kronis akti4 A.K'C1

    Keluhan *ang sering ter2adi pada .K' adalah mudah lelah, na4su makan menurun dan

     berat badan turun, kadangkadang terdapat panas sub4ebril1

    d1 Karsinoma .epatoseluler primer AK.PC

    0e2ala klinis K.P akan timbul dan perlu di)urigai bila penderita sirosis memburuk1

    Keluhan umum berupa malaise, rasa penuh daerah perut, anoreksia, berat badan menurun

    dan panas sub4ebril1 Pada pemeriksaan terlihat perut *ang membengkak karena asites dan

     pembesaran hepar1 0ambaran *ang men)urigakan ke arah kanker hati adalah bila

     pembesaran hepar ke atas dank e ba:ah disertai ben2olan keras tak teratur di daerah

    kuadran kanan atas1 Kadangkadang teraba tidak n*eri atau bahkan n*eri tekan dengankeadaan umum parah1

    .1. Dia$nosis

    Diagnosis pen*akit hepatitis / ditegakkan berdasarkan ge2ala klinis, pemeriksaan

    laboratorium klinik, pemeriksaan serologis hepatitis /, dan pemeriksaan penun2ang berupa

    US01 .epatitis kronis umumn*a tidak menimbulkan ge2ala atau tidak menun2ukka ge2ala

    *ang khas berupa tidak ada na4su makan, kelelahan, mual, muntahmuntah, n*eri daerah

     perut sebelah kanan atas dan ikterus1 /agaimanapun 2uga anamnesis *ang teliti seperti lahir 

    dan hidup didaerah endemis, keluargan*a ada *ang sakit hepatitis / dan sebagain*a akan

    membantu tegakn*a diagnosis hepatitis /1

    Pemeriksaan en6im transaminase seperti S0PT dan S03T akan meningkat *ang

    menun2ukka ter2adi kerusakan dan nekrosis sel hati1 Pada kerusakan hepatosis 2uga

    didapatkan gama 0T meningkat disamping peningkatan bilirubin1

    Petanda serum merupakan kun)i dalam menegakkan diagnosis hepatitis /1 Tiga petanda

    *ang penting untuk diagnosis, *aitu(

    "1 Petanda in4eksi ( ./s'g adalah sebagai tanda ada in4eksi hepatitis / dan bila

    dalam # bulan tidak hilang berarti men2adi kronis1 IgM anti./) adalah salah satu

    antibod* *ang terlihat selama masa akut sedangkan Ig0 anti./) tetap positi4 

    seumur hidup1

    13

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    20/35

    1 Petanda replikasi ( petanda untuk mengetahui adan*a replikasi virus adalah ./e'g

    dan D&' ;./

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    21/35

    .1.! Pence$ahan

    Seperti pada pen*akit in4eksi lainn*a, pen)egahan in4eksi .epatitis / bisa berupa

     pen)egahan nonspesi4ik maupun pen)egahan spesi4ik1" 

    Pen)egahan nonspesi4ik in4eksi .epatitis / dapat dilakukan dengan menerapkan

     pen)egahan universal *ang baik dan melakukan penapisan pada kelompok resiko tinggi1

    Prinsipprinsip ke:aspadaan universal, seperti menggunakan sarung tangan ketika beker2a

    dengan )airan tubuh penderita, penanganan limbah 2arum suntik *ang benar, sterilisasi alat

    dengan )ara *ang benar sebelum melakukan prosedur invasi4, dan men)u)i tangan sebelum

    menangani penderita dapat mengurangi risiko penularan, terutama pada tenaga medis, salah

    satu kelompok *ang paling berisiko tertular .epatitis /1 Selain itu, penapisan pada kelompok 

    risiko tinggi Aorang *ang lahir di daerah dengan endemisitas ;./ tinggi, orang dengan

     pasangan seksual multipel, homoseksual, semua :anita hamil, penderita .I; dan .epatitis

    =, pengguna 2arum suntik, penderita hemodialisis, penderita dengan terapi imunosupresan,

    serta orang dengan kadar 'TH'ST *ang tinggi dan menetapC sebaikn*a dilakukan1 Penderita

    *ang terbukti menderita .epatitis / sebaikn*a diberi edukasi perubahan perilaku untuk 

    memutus rantai in4eksi .epatitis /1" 

    Bagi orang yang tidak diimunisasi dan terpajan dengan Hepatitis B, pencegahan

     postexposure berupa kombinasi HBIG (untuk mencapai kadar anti-HBs yang tinggi dalam

    waktu singkat) dan vaksin Hepatitis B (untuk kekebalan jangka panjang dan mengurangi

    gejala klinis) harus diberikan. Untuk pajanan perinatal (bayi yang lahir dari ibu dengan

    Hepatitis B), pemberian HBIG single dose, 0,5 mL secara intra muskular di paha harus

    diberikan segera setelah persalinan dan diikuti 3 dosis vaksin Hepatitis B (imunisasi), dimulai

    pada usia kurang dari 12 jam setelah persalinan. Pemberian HBIG dan Vaksin Hepatitis B

    dilakukan pada paha yang berbeda. Untuk mereka yang mengalami inokulasi langsung atau

    kontak mukosa langsung dengan cairan tubuh penderita Hepatitis B, maka profilaksis yang

    digunakan adalah HBIG single dose 0,06 mL/kg BB, yang diberikan sesegera mungkin.

    Penderita lalu harus menerima imunisasi Hepatitis B, dimulai dari minggu pertama setelah

    pajanan. Bila pajanan yang terjadi adalah kontak seksual, maka pemberian dosis HBIG 0,06

    mL/kg BB harus diberikan sebelum 14 hari setelah pajanan, dan tentu diikuti dengan

    imunisasi. Pemberian vaksin Hepatitis B dan HBIG bisa dilakukan pada waktu bersamaan,

    15

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    22/35

    namun di lokasi injeksi yang berbeda.1 

    Pencegahan spesifik  pre-exposure dapat dilakukan dengan memberikan vaksin

    Hepatitis B pada kelompok risiko tinggi. Vaksin Hepatitis B yang tersedia saat ini merupakan

    vaksin rekombinan HBsAg yang diproduksi dengan bantuan ragi. Vaksin diberikan sebanyak 

    4 kali dengan cara injeksi intra muskular (di deltoid, bukan gluteus) pada 0, 2, 3 dan 4 bulan.

    (program imunisasi nasional). Indonesia telah memasukkan imunisasi Hepatitis B dalam

    program imunisasi rutin Nasional pada bayi baru lahir pada tahun 1997.1 

    Imunisasi Hepatitis B mampu memberikan perlindungan terhadap infeksi Hepatitis B

    selama lebih dari 20 tahun. Keberhasilan imunisasi dinilai dari terdeteksinya anti-HBs di

    serum penderita setelah pemberian imunisasi Hepatitis B lengkap (3-4 kali). Tingkat

    keberhasilan imunisasi ditentukan oleh faktor usia penderita, dengan lebih dari 95% penderita

    mengalami kesuksesan imunisasi pada bayi, anak dan remaja, kurang dari 90% pada usia 40

    tahun, dan hanya 65-70% pada usia 60 tahun. Penderita dengan sistem imun yang terganggu

     juga akan memberikan respons kekebalan yang lebih rendah. Bayi dari ibu dengan HBsAg (-)

    tidak akan terpajan virus Hepatitis B selama proses persalinan, namun risiko bayi tersebut

    untuk terpajan virus Hepatitis B tetap tinggi, mengingat endemisitas penyakit ini di

    Indonesia. Seperti telah disebutkan di atas, infeksi virus Hepatitis B pada anak memiliki

    risiko perkembangan kearah Hepatitis B kronis yang lebih besar. Maka setiap bayi yang lahir

    di Indonesia diwajibkan imunisasi Hepatitis B. Vaksin yang digunakan adalah vaksin

    rekombinan yang mengandung HBsAg yang diproduksi ragi.1 

    Vaksin ini diberikan secara intramuskular pada saat bayi lahir dan dilanjutkan minimal

    pada bulan ke-1 dan ke-6. Namun panduan imunisasi yang berlaku di Indonesia menyarankan

    pemberian imunisasi pada saat bayi lahir, pada bulan ke-2, bulan ke-3, dan bulan ke-4.

    Pemberian imunisasi dilakukan oleh tenaga medis terlatih di masing-masing daerah.1 

    2.1.9 Penanganan

    Orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap Hepatitis B atau tidak diketahui status

    imunitasnya dan terpajan cairan tubuh penderita Hepatitis B, baik secara perkutan maupun

    secara seksual harus mendapatkan profilaksis pasca pajanan secepatnya. Pada kasus pajanan

    pada cairan tubuh penderita yang tidak diketahui status HBsAg-nya, sebaiknya sumber16

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    23/35

    pajanan diperiksa dahulu status HBsAg-nya. Apabila sumber pajanan tidak mengidap

    Hepatitis B (HBsAg negatif), maka profilaksis pasca pajanan tidak diperlukan, namun apabila

    status HBsAg sumber pajanan (+) atau tidak dapat diketahui, maka profilaksis wajib

    diberikan. Profilaksis yang digunakan adalah HBIG single dose 0,06 mL/kg BB, yangdiberikan sesegera mungkin (maksimal 48 jam setelah pajanan). Penderita lalu harus

    menerima imunisasi Hepatitis B, paling lambat pada minggu pertama setelah pajanan. Bila

    pajanan yang terjadi adalah kontak seksual, maka pemberian dosis HBIG 0,06 mL/kg BB

    harus diberikan sebelum 14 hari setelah pajanan, dan tentu diikuti dengan imunisasi.

    Pemberian vaksin Hepatitis B dan HBIG bisa dilakukan pada waktu bersamaan, namun di

    lokasi injeksi yang berbeda. Status HBsAg dan anti-HBs penderita lalu diperiksa kembali 1

    bulan setelah pajanan. Apabila orang yang terpajan terbukti memiliki kadar anti-HBs > 10

    IU/L, maka profilaksis pasca pajanan tidak perlu diberikan.1

    Penderita dengan HBsAg (+) harus segera dikonsultasikan dengan dokter untuk 

    evaluasi lebih lanjut. Penderita juga harus diperiksakan status HBeAg, anti-HBe, DNA VHB,

    SGOT, dan SGPT-nya untuk menentukan tingkat keparahan penyakit dan saat terapi yang

    tepat. Pilihan terapi yang bisa digunakan mencakup Interferon, Lamivudin, Adefovir,

    Telbivudin, Entecavir, atau Tenofovir.1 

    2.2 Hepatitis B pada Kehamilan

    2.2.1 Pengaruh infeksi VHB pada kehamilan

    Infeksi VHB kronis atau akut pada kehamilan sama dengan populasi pada umumnya.

    Infeksi VHB tidak menyebabkan peningkatan mortalitas maupun menyebabkan efek 

    teratogenik. Namun, pada infeksi VHB akut insidensi untuk terjadinya berat bayi lahir rendah

    dan prematur lebih tinggi. Dimana diabetes gestasional, perdarahan antepartum dan

    persalinan prematur lebih sering terjadi pada infeksi VHB kronik.3 

    Kelahiran prematur meningkat sebesar 15-35%, yang kemungkinan disebabkan karena

    keadaan penyakitnya yang berat, pengaruh virus pada janin atau plasenta. Diperkirakan

    bahwa kenaikan kadar asam empedu dan asam lemak bebas bersama dengan timbulnya

    ikterus dapat meningkatkan tonus otot uterus dan memulai persalinan. 3

    17

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    24/35

    Tidak didapatkan adanya efek teratogenik maupun kondisi akut pada janin, sehingga

    dianggap outcome bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi VHB sama dengan bayi yang

    dilahirkan dari ibu yang tidak terinfeksi. Pada umumnya yang menjadi permasalahan di sini

    adalah penularan vertikalnya saja. Bila ibu hamil terinfeksi VHB pada kehamilan trimester Idan II maka penularan vertikal hanya kurang dari 10%. Tetapi bila infeksi VHB terjadi pada

    kehamilan trimester III, penularan vertikal menjadi lebih tinggi yaitu 76%.3

    Infeksi akut VHB pada kehamilan trimester III sering berkembang

    menjadi/menyebabkan hepatitis fulminant dan persalinan prematur sedangkan pada

    persalinan dapat menyebabkan perdarahan postpartum terutama bila terjadi gangguan fungsi

    hati. Dikarenakan adanya gangguan pada fungsi hati maka terjadi perpanjangan waktu

    protrombin dan waktu aktivasi parsial tromboplastin yang dapat menyebabkan

    kecenderungan perdarahan, terutama perdarahan post partum. 3

    2.2.2. Pengaruh kehamilan pada infeksi VHB

    Pada ibu hamil normal sering terlihat tanda-tanda seperti yang kita dapatkan pada

    penderita sirosis hati misalnya spider angioma dan eritema palmaris. Hal ini wajar pada

    kehamilan sebagai akibat meningkatnya kadar estrogen. Selama kehamilan masih dalam

    batas normal, fungsi hati tidak akan terganggu. Pada tes laboratorium faal hati sering

    didapatkan nilainya yang berubah pada kehamilan trimester III. Hal ini mungkin disebabkan

    karena meningkatnya volume plasma darah sehingga terjadi hemodilusi yang digambarkan

    dengan menurunnya protein total, albumin, gama globulin dan asam urat. Plasenta yang

    sedang berkembang menghasilkan alkali fosfatase sehingga kadar alkali fosfatase meningkat

    dalam darah. Demikian juga kolesterol, globulin dan fibrinogen akan meningkat. Bilirubin,

    transaminase, asam empedu tidak berubah atau bila berubah meningkat sedikit dan akan

    menurun lagi pada saat aterm. 3

    Resiko infeksi VHB pada kehamilan adalah sama dengan pada wanita yang tidak hamil.

    Bahaya infeksi tersebut adalah sama pada semua trimester kehamilan. Pada masyarakat

    dengan gizi yang baik, angka kematian dari infeksi VHB pada wanita hamil maupun wanita

    tidak hamil adalah sama. Tetapi pada masyarakat dengan masalah malnutrisi, angka

    kematiannya adalah lebih tinggi tetapi tetap sama pada wanita hamil maupun tidak. Bila

    18

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    25/35

    infeksi VHB terjadi pada kehamilan trimester I atau permulaan trimester II, maka gejala-

    gejalanya akan sama dengan gejala infeksi VHB pada wanita tidak hamil. Sedangkan infeksi

    VHB yang terjadi pada ibu hamil trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih

    berat bahkan dapat menunjukkan gejala-gejala hepatitis fulminant. Hal ini disebabkan karenapada kehamilan trimester III terdapat defisiensi faktor lipotrofik disertai kebutuhan janin akan

    nutrisi yang meningkat. Hal ini menyebabkan ibu mudah jatuh ke dalam akut hepatic

    nekrosis. Angka kejadian hepatitis fulminant pada wanita hamil berkisar 10-20%, terutama

    terjadi pada kehamilan trimester III.

    Selama kehamilan terjadi beberapa perubahan pada sistem imun ibu, seperti pergeseran

    pada keseimbangan Th1-Th2 ke respon Th2, peningkatan jumlah dari regulator sel T, dll,

    yang berkontribusi terhadap penurunan respon imun terhadap HBV. Tujuan dari perubahan

    ini adalah untuk mencegah terjadinya penolakan terhadap fetus yang sebagian bersifat

    alogenik terhadap sistem imun ibu. Perubahan ini menyebabkan peningkatan DNA HBV dan

    penurunan level aminotransferase. Setelah persalinan terjadi perbaikan kembali sistem imun

    yang menyebabkan hal yang sebaliknya. Terjadi peningkatan alanine aminotransferase (ALT)

    yang signifikan dan penurunan DNA HBV pada saat itu.3

    2.2.3 Transmisi VHB perinatal

    Transmisi perinatal merupakan cara yang paling umum terjadi pada transmisi HBV.

    Sekitar sepertiga infeksi HBV didapatkan melalui transmisi perinatal. Infeksi HBV pada

    neonatus di definisikan sebagai didapatkan HBsAg positif 6 bulan setelah lahir. Antibodi

    untuk anti-HBe dan anti-hepatitis B core antigen dapat melewati sawar plasenta dan

    menghilang sebelum usia 12 dan 24 bulan. Jadi, itu merupakan antibodi ibu transplasenta dan

    bukan merupakan indikator infeksi HBV.3,4

    Infeksi perinatal dimediasi melalui tiga cara utama: 1) transmisi intrauterine; 2)

    transmisi intrapartum atau labor; 3) transmisi postnatal. Mekanisme transmisi intrauterine

    masih belum banyak diketahui tapi terdapatnya infeksi intrauterine diperlihatkan dalam

    beberapa studi, diindikasikan dengan ditemukannya HBsAg dan HBV DNA pada bayi baru

    lahir dan dari plasenta dan studi PCR. Faktor resiko untuk terjadinya infeksi intrauterine

    adalah ibu dengan HBeAg positif, DNA HBV yang terdeteksi, mutasi spesifik allel pada

    19

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    26/35

    HBV ibu, riwayat partus prematurus iminens, dan infeksi hepatitis B akut didapat saat hamil,

    terutama saat trimester akhir. HBeAg negatif pada ibu dengan viral load yang tinggi (DNA

    HBV load >108  IU/mL) merupakan resiko yang tinggi untuk terjadinya transmisi virus

    kepada janin di intrauterine.3,4

    Sejak lama para ahli berpendapat bahwa partikel VHB utuh (partikel Dane) dalam

    keadaan biasa tidak dapat menembus plasenta. Dahulu diduga lewatnya partikel Dane melalui

    plasenta hanya terjadi bila terdapat kebocoran plasenta, misalnya bila terjadi robekan dan

    lain-lain. Namun, banyak bukti menunjukka bahwa dalam keadaan tertentu tanpa kebocoran

    plasenta juga dapat terjadi perpindahan virus. Bukti-bukti tersebut antara lain 43,8% dari

     jaringan hati dan serum bayi yang dilahirkan oleh ibu HBsAg positif yang mengalami abortus

    ternyata menunjukkan DNA VHB yang positif dan bahkan 33,3% bayi-bayi tersebut telah

    mengalami integrasi DNA VHB dalam genom sel hati. Disamping itu, banyak neonatus yang

    menunjukka HBsAg positif dengan titer yang sangat tinggi pada darah tali pusat ataupun

    darah bayi yang diambil pada hari-hari pertama setelah lahir. Hal ini menunjukkan bahwa

    VHB telah mengalami replikasi sebelum bayi dilahirkan.

    Sampai saat ini seorang bayi dikatakan telah mendapat infeksi VHB inutero bila dalam

     jangka waktu kurang dari 6 minggu (yang merupakan masa tunas terpendek VHB) bayi

    tersebut telah menunjukkan HBsAg yang positif. Untuk mudahnya bila seorang bayi sudah

    HBsAg positif pada usia 1 bulan, bayi tersebut telah mendapat infeksi VHB inutero. Sampai

    sekarang belum diketahui bagaimana VHB dapat melewati plasenta. Salah satu teori

    mengatakan bahwa pada keadaan tertentu yang menyebabkan kontraksi uterus terjadi

    maternofetal micro perfusion. Hal ini dapat terjadi pada trimester 2 dan 3.

    Transmisi intrapartum atau labor dapat terjadi jika terdapat transfusi darah ibu ke fetus

    saat kontraksi; akibat dari ketuban pecah; dari darah ibu yang terkontaminasi HBV atau

    cairan ketuban atau cairan vagina yang tertelan bayi atau masuk ke sirkulasi darah bayi

    melalui ruptur plasenta; atau melalui kontak langsung fetus dengan darah atau cairan yang

    terinfeksi melalui jalan lahir ibu. Jumlah HBV sebanyak 108  IU/mL dari darah ibu yang

    masuk ke janin dapat menyebabkan infeksi HBV pada janin.3,4

    Transmisi postpartum terjadi dalam jumlah yang sedikit dan mekanismenya masih

    20

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    27/35

    belum diketahui dengan jelas. Mekanisme yang mungkin terjadi adalah terdapat kontak 

    langsung dari bayi terhadap sekret ibu yang terkontaminasi infeksi HBV. Dapat juga terjadi

    melalui: kontak langsung dari ibu ke bayi sepertu mencium bayi dengan mulut ke mulut,

    selain itu juga dapat terjadi akibat infeksi nosocomial yaitu kurangnya higenitas tenagakesehatan yang berhubungan dengan bayi dan ibu.3,4

    Tanpa profilaksis resiko transmisi ibu ke bayi sangat tinggi. Bervariasi tergantung dari

    status HBeAg/anti-HBe ibu. 70%-90% pada ibu dengan HBeAg positif, 25% pada ibu dengan

    HBeAg negatif/HBeAb negatif, dan 12% pada ibu dengan HBsAg negatif/anti-HBe positif.

    Program skrining pada ibu hamil bertujuan untuk mengidentifikasi HBsAg positif pada ibu

    merupakan pemeriksaan yang umumnya di lakukan pada kehamilan di kebanyakan negara.

    Saat HBsAg positif teridentifikasi maka bayi akan mendapatkan imunoprofilaksis aktif dan

    pasif untuk mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke bayi. Imunoprofilaksis pasif 

    adalah dengan memberikan imunoglobulan Hepatitis B (HBIG) dan imunoprofilaksis aktif 

    adalah dengan memberikan vaksin hepatitis B.3,4

    Meskipun dengan pemberian profilaksis ini efektif dalam mencegah penularan HBV

    melalui ibu, namun beberapa anak (3%-13%) yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif,

    terutama dengan HBeAg akan menjadi karier HBsAg meskipun telah diberikan

    imunoprofilaksis baik secara aktif maupun pasif.3,4

    HBeAg ibu dapat melewati plasenta dari ibu ke fetus dan merangsang toleransi sel T

    dalam uterus. Mekanisme infeksi HBV intrauterine masih belum diketahui dengan jelas

    namun penyebab utamanya adalah gagalnya blockade imun. Serum DNA HBV yang tinggi

    pada wanita hamil merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya infeksi HBV intrauterine,

    berhubungan dengan kadar DNA HBV dalam darah umbilical dan titer HBsAg. HBV dapat

    menginfeksi semua sel pada plasenta (desidua, trofoblastik, mesenkimal villi, sel endotel

    kapiler vili) dan DNA HBV terdapat pada semua generasi sel spermatogenik dan sperma

    pada laki-laki dengan infeksi HBV, cairan folikular dan pada ovarium. Adanya virus pada sel

    sperma dapat menjadi salah satu penyebab transmisi infeksi HBV pada neonatus.3,4

    2.2.4 Penanganan infeksi VHB saat kehamilan

    Penanganan infeksi VHB pada kehamilan harus mempertimbangan semua resiko dan21

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    28/35

    keuntungan pada ibu dan fetus. Masalah utama pada fetus adalah mengenai bahaya

    teratogenik dari obat saat embryogenesis. Tujuh obat yang telah disetujui oleh Food and 

     Drug Administration (FDA) untuk pengobatan hepatitis B adalah PEG-interferon alpha 2a,

    Interferon alpha 2b, lamivudine, adefovir, entecavir, telbivudine dan tenofovir.5,6

    Interferon kontraindikasi diberikan saat hamil, dapat digunakan pada wanita usia subur

    karena biasanya diberikan pada periode tertentu (48-96 minggu). Pemberian interferon

    direkomendasikan diberikan bersama penggunaan kontrasepsi selama pengobatan.5,6

    Agen antivirus oral seperti nukleosida atau anolog nukleosida bekerja dengan

    menginhibisi polymerase virus, biasanya digunakan dalam jangka waktu yang lama. Obat ini

    dapat mempengaruhi replikasi DNA mitokondria sehingga berpotensi untuk menyebabkan

    toksisitas pada mitokondria yang berpengaruh terhadap perkembangan fetus.5,6

    Tabel 2. Kategori obat antiviral untuk hepatitis B pada kehamilan

    Obat Kategori kehamilan

    Lamivudin C

    Entecavir C

    Telbivudin B

    Adefovir C

    Tenofovir B

    Interferon alpha 2a C

    Pegylated-Interferon alpha 2a C

    FDA mengklasifikasi obat menjadi 5 kategori (A,B,C,D dan X) tergantung dari

    kemungkinan efek teratogenik pada manusia maupun hewan. 5 obat oral analog nukleotida

    untuk terapi HBV diklasifikasikan sebagai kategori B atau kategori C. Obat yang tergolong

    dalam kategori C adalah lamivudine, adefovir, dan entecavir merupakan obat yang

    memperlihatkan efek teratogenik atau embriosidal pada binatang percobaan dan tidak ada

    studi terkontrol pada wanita hamil.5,6 

    22

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    29/35

    Obat yang tergolong dalam kategori B adalah telbivudine dan tenofovir dimana obat ini

    tidak memperlihatkan adanya resiko pada janin pada studi terhadap binatang percobaan dan

    tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau pada binatang percobaan memperlihatkan

    adanya efek samping yang tidak terjadi pada studi terkontrol terhadap wanita hamiltrisemester 1 dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trisemester selanjutnya. 5,6

    Pemilihan terapi anti-HBV pada wanita hamil sangat sulit. Terdapat beberapa

    parameter yang biasanya digunakan untuk menentukan terapi pada hepatitis B (usia, stadium

    penyakit, komobiditas, jumlah virus, genotype, kekuatan dari agen, barrier genetik, dll),

    pemilihan obat pada wanita usia subur dipertimbangkan juga keamanan obat selama

    kehamilan, menyusui dan lamanya terapi. 5,6

    Pada kasus dimana perempuan yang tidak mendapat pengobatan HBV dan berencana

    untuk hamil, maka terapi dapat ditunda setelah persalinan. Contohnya, jika perempuan

    tersebut berada pada fase imuntoleransi saat infeksi (tingginya kadar DNA HBV dengan ALT

    normal dan biopsi hepar inaktif) terapi dapat ditunda setelah persalinan. Namun, perempuan

    dengan HBeAg positif dan viral load yang tinggi maka profilaksis harus diberikan pada

    trisemester ketiga untuk mengurangi transmisi. 5,6

    Pada perempuan yang dalam pengobatan dan hamil, jika terdapat fibrosis yang

    signifikan makan terapi harus tetap dilanjutkan untuk mengurangi resiko terjadinya

    dekompensasio dari penyakit hepar. Ini memiliki efek yang negatif terhadap kesehatan fetus.

    Jika memungkinkan dapat diganti dengan agen antiviral yang lebih aman untuk kehamilan.

    Kesimpulannya, pemilihan terapi anti-HBV pada perempuan hamil tergantung dari

    tujuan pengobatan apakah untuk menangani penyakit hepat akut dimana terapi tidak dapat

    ditunda atau untuk mencegah transmisi infeksi pada fetus dari tingginya viremia pada ibu

    tanpa kelainan hepar yang signifikan. Pada perempuan yang sedang dalam pengobatan dan

    hamil makan obat dapat dilanjutkan atau dihentikan atau diganti dengan obat kategori B. 5,6

    Semua perempuan hamil pada trisemester pertama harus melakukan skrining terhadap

    infeksi HBV. Jika hasilnya negatif, tidak diperlukan vaksinasi yang rutin selama hamil,

    meskipun aman dan harus diberikan pada mereka dengan resiko tinggi: berganti-ganti

    pasangan (lebih dari dua dalam waktu 6 bulan terakhir), riwayat penyakit menular seksual

    23

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    30/35

    atau terinfeksi penyakit menular seksual, Intravenous drug users, tinggal di daerah endemik 

    HBV, dan mereka dengan pasangan HBsAg positif. Pada bayi diberikan vaksinasi terhadap

    hepatitis B dan vaksinasi lainnya. Jika pada perempuan hamil didapatkan hasil yang positif 

    pada awal kehamilan, perlu diketahui status dari penyakit tersebut. Jika perempuan tersebutdidapatkan infeksi HBV yang sangat aktif (peningkatan ALT yang signifikan dengan viral

    load yang tinggi), atau dengan suspek sirosis, terapi harus diberikan tanpa melihat usia

    gestasi. Jika perempuan tersebut terinfeksi dalam keadaan yang inaktif (ALT rendah dan

    Viral load rendah) terapi tidak diperlukan dan pengawasan berlanjut tetap dilakukan untuk 

    mencegah resiko terjadi peningkatan VHB nantinya pada kehamilan dan beberapa bulan

    setelah postpartum. 5,6

    Kuantitas dari DNA HBV direkomendasikan pada semua perempuan yang terinfeksi

    pada akhir trisemester kedua (usia kehamilan 26-28 minggu) : jika viral load >106 kopi/mL,

    profilaksis antiviral untuk transmisi HBV pada neonatus dapat diberikan pada awal

    trisemester ketiga (28-30 minggu). 5,6

    Gambar 7. Algoritma penangangan infeksi VHB saat kehamilan

    2.2.5 Imunoprofilaksis

    Pada juli 2004, WHO merekomendasikan vaksin HBV dimasukkan dalam program

    imunisasi nasional dan neonatus pada daerah endemik HBV untuk diberikan vaksin HBV saat

    24

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    31/35

    lahir dan diikuti 2-3 dosis selanjutnya. Pemberian vaksin dalam 3 dosis memperlihatkan

    konsentrasi antibody proteksi pda 95% bayi dan anak dan 90% pada masa dewasa. 5,6

    Di Australia di rekomendasikan untuk memberikan dosis awal vaksin HBV dalam

    waktu 24 jam setelah lahir, di ikuti dengan 3 dosis berturut-turut pada bulan ke 2, 4, dan 6

    atau 12 bulan. Pada bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi HBV kronik diberikan

    imunoprofilaksis secara aktif dan pasif yaitu satu dosis awal vaksin HBV dan satu dosis

    HBIG segera setelah lahir, dan diikuti dengan 3 dosis vaksin HBV pada dalam tahun pertama

    kehidupan. Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi saat

    masa nifas, infeksi akut pada usia ini dapat menyebabkan resiko tinggi untuk menjadi infeksi

    kronik karena toleransi imun pada sistem imun bayi yang imatur. Setelah serangkaian vaksin

    lengkap diberikan maka pemeriksaan terhadap HBsAG dan antibody terhadap HBsAg (anti-

    HBs) harus dilakukan pada usia 9 sampai 18 bulan. HBsAg negatif dengan kadar anti-HBs

    lebih dari 10 mIU/mL dianggap sebagai imun dan tidak diperlukan managemen terapi

    lanjutan. Jika anti-HBs kurang dari 10mIU/mlL maka perlu dilakukan vaksin ulang (3 dosis)

    diikuti dengan pemeriksaan ulang dalam waktu 1 sampai 2 bulan setelah dosis akhir. 5,6

    Adanya anti-HBs ibu pada bayi yang lahir dari ibu dengan imunitas terhadap hepatitis

    B (melalui plasenta dan ASI) walaupun dalam konsentrasi yang besar, tidak menunjukkan

    efek yang panjang terhadap HBV. Pemberian vaksin HBV tetap harus diberikan. 5,6

    25

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    32/35

    Gambar 8. Algoritma pencegahan transmisi infeksi HBV prenatal

    2.2.6 Penanganan anak dan ibu dengan HBsAg (+)

    Di negara berkembang, termasuk Indonesia, penularan virus Hepatitis B secara vertikal

    masih memegang peranan penting dalam penyebaran virus Hepatitis B. Selain itu, 90% anak 

    yang tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) akan berkembang mengalami

    Hepatitis B kronis. Maka pencegahan penularan secara vertikal merupakan salah satu aspek 

    yang paling penting dalam memutus rantai penularan Hepatitis B.1

    26

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    33/35

    Langkah awal pencegahan penularan secara vertikal adalah dengan mengetahui status

    HBsAg ibu hamil. Langkah ini bisa dilakukan dengan melakukan penapisan HBsAg pada

    setiap ibu hamil. Metode penapisan HBsAg bisa menggunakan pemeriksaan cepat (rapid

    test). Penapisan ini sebaiknya diikuti oleh semua wanita hamil pada trimester pertamakehamilannya. Hal ini dimaksudkan agar ibu, keluarga, dan tenaga medis memiliki

    kesempatan untuk mempersiapkan tindakan yang diperlukan apabila ibu memiliki status

    HBsAg (+). Pelayanan pemeriksaan penapisan Hepatitis B ini dapat dilaksanakan dan

    disediakan pada sarana pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih. 1

    Apabila ibu yang akan melahirkan memiliki status HBsAg (+) dan HBeAg (+), maka

    persalinan ibu tersebut wajib dilakukan/didampingi oleh tenaga medis yang terlatih. Bayi

    yang lahir dari ibu dengan HBsAg (+) dan HBeAg (+) disarankan segera mendapat suntikan

    HBIG 0,5 mL dan vaksin Hepatitis B. Kedua suntikan ini diberikan segera setelah bayi

    dilahirkan (kurang dari usia 12 jam). Pemberian imunisasi selanjutnya sesuai Program

    Imunisasi Hepatitis B Nasional (pada bulan ke-2, 3 dan 4). Selanjutnya perlu diketahui status

    HBsAg dan anti HBsnya pada saat bayi berusia 9-12 bulan. 1

    Ibu dengan HBsAg (+) dan HBeAg (+) harus dirujuk ke dokter ahli untuk berkonsultasi

    mengenai kemungkinan terapi penyakitnya. Penderita juga sebaiknya diperiksakan status,

    anti-HBe, DNA VHB, dan ALTnya. Ibu yang positif Hepatitis B disarankan untuk tetap

    menyusui bayinya. 1

    Apabila ibu yang akan melahirkan memiliki status HBsAg (+) dan HBeAg (-), maka

    persalinan ibu tersebut wajib dilakukan/didampingi oleh tenaga medis yang terlatih. Sesuai

    anjuran program imunisasi, bayi segera mendapatkan imunisasi HB0, sedangkan ibunya

    sebaiknya mendapat konseling dari dokter ahli Penyakit Dalam atau dokter yang telah dilatih

    tentang Hepatitis B virus. 1

    BAB III

    27

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    34/35

    KESIMP/LAN

    Infeksi VHB tidak menyebabkan peningkatan mortalitas maupun menyebabkan efek 

    teratogenik. Namun, pada infeksi VHB akut insidensi untuk terjadinya berat bayi lahir rendah

    dan prematur lebih tinggi. Transmisi perinatal merupakan cara yang paling umum terjadi

    pada transmisi HBV. Sekitar sepertiga infeksi HBV didapatkan melalui transmisi perinatal.

    Infeksi HBV pada neonatus di definisikan sebagai didapatkan HBsAg positif 6 bulan setelah

    lahir.

    Pemeriksaan ./s'g dian2urkan pada semua perempuan hamil, baik *ang sudah pernah

    melakukan pemeriksaan sebelumn*a maupun *ang telah melakukan vaksinasi1

    Mengidenti4ikasi ;./ positi4 pada perempuan hamil merupakan )ara *ang paling e4ekti4 untuk men)egah transmisi pada ba*i baru lahir dengan pemberian pro4ilaksis se)ara akti4 

    maupun pasi4 segera setelah lahir1 Pada perempuan dengan kadar viremia *ang sangat tinggi

    tetap dapat men*ebabkan ba*i baru lahir tertular in4eksi se)ara in utero meskipun telah

    diberikan pro4ilaksis se)ara akti4 maupun pasi41 Untuk itu, dian2urkan pemberian terapi

    antiviral pada trimester ketiga1

    28

  • 8/16/2019 Hepatitis B pada kehamilan.docx

    35/35

    DATA- P/STAKA

    "1 Mul2ono D., Kandun &, Sulaiman ', 0ani R', 3s:ari ., .asan I, et al 1 PedomanPengendalian .epatitis ;irus1 -akarta(Kementerian Kesehatan RI!"1p1"??1

    1 Soemohar2o S1 .epatitis ;irus /1 nd ed1 -akarta(Penerbit /uku Kedokteran

    +0=!!>1p1"1