hhf referat cetak
TRANSCRIPT
HIPERTENSI HEART FAILURE
Pembimbing :
dr. Rio Herdyanto, Sp.JP
Oleh :
WIDYA ASTRI LINTERA 08700212
EKA NUR ASIA 08700332
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO
BOJONEGORO
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hipertensi menyumbangkan angka mortalitas yang bermakna di seluruh dunia, baik di
negara berkembang maupun di negara maju.Prevalensi hipertensi di Asia sangat tinggi.Diper-
kirakan 10-20% dari populasi menyandang hipertensi. Di sisi lain, angka keberhasilan
pengendalian hipertensi masih tetap rendah, hanya sekitar 6-37% pasien yang mencapai
target tekanan darah.[1]
Penyebab penyakit jantung hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang berlangsung
kronis, namun penyebab tekanan darah tinggi dapat beragam. Esensial hipertensi
menyumbang 90% dari kasus hipertensi pada orang dewasa, hipertensi sekunder berjumlah
10% dari sisa kasus kronis hipertensi.[2]
Hipertensi dan tak terkontrol dan berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai
perubahan dalam struktur miokard, pembuluh darah koroner, dan sistem konduksi jantung.
Perubahan ini pada gilirannya dapat menyebabkan perkembangan hipertrofi ventrikel kiri
(LVH), penyakit arteri koroner (CAD), berbagai penyakit sistem konduksi, serta disfungsi
sistolik dan diastolik dari miokardium, yang bermanifestasi klinis sebagai angina atau infark
miokard, aritmia jantung ( terutama fibrilasi atrium), dan gagal jantung kongestif (CHF).
Dengan demikian, penyakit jantung hipertensi adalah istilah yang diterapkan secara umum
untuk penyakit jantung, seperti LVH, penyakit arteri koroner, aritmia jantung, dan CHF, yang
disebabkan oleh efek langsung atau tidak langsung dari hipertensi.[3]
Terapi hipertensi pada gagal jantung harus memperhitungkan tipe gagal jantung yang
muncul: disfungsi sistolik, dimana kelainan primernya berupa gangguan kontraktilitas
jantung; atau disfungsi diastolic dimana terjadi keterbatasan pengisian ventrikel akibat
gangguan relaksasi dan menurunnya compliance ventrikel kiri. Memastikan tipe dan gagal
jantung yang muncul sangat pentingkarena akan menentukan pilihan obat hipertensi yang
akan digunakan. Outcome dari penderita hipertensi pada gagal jantung akan meningkat
dengan memberikan terapi hipertensi yang tepat. [4]
2
1.2 DEFINISI
Penyakit jantung hipertensif merujuk kepada suatu keadaan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (hipertensi).Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkendali
dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan-
perubahan ini dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri koroner,
gangguan sistem konduksi, disfungsi sistolik dan diastolik yang nantinya bermanifestasi
klinis sebagai angina (nyeri dada), infark miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium)
dan gagal jantung kongestif.[3]
1.3 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10% sedangkan tercatat pada
tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensif sekitar 14,3% dan meningkat menjadi
sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab penyakit jantung di Indonesia. Sebanyak 85-
90% hipertensi tidak diketahui penyababnya (hipertensi primer/hipertensi idiopatik/hipertensi
esensial) dan hanya sebagian kecil yang dapat ditetapkan penyebabnya(hipertensi
sekunder).Tidak ada data akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder dan sangat
tergantung dimana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien hipertensi
sekunder sedangkan dipusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%.[5]
Obesitas juga telah dilaporkan memiliki keterkaitan dengan hipertensi dan LVH pada
studi epidemiology, dengan 50% pasien obesitas memiliki derajat hipertensi dan sekitar 60-
70% dari penderita hipertensi obesitas.Tekanan darah (BP) sistol meningkat seiring
pertambahan usia; ini mengalami peningkatan bermakna pada pria dibanding wanita sampai
wanita tersebut menopause. Dengan demikian, prevalensi hipertensi lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita yang lebih muda dari 55 tahun, tetapi pada wanita lebih dari 55
tahun, wanita memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi dari pada pria.Prevalensi penyakit
jantung hipertensi mungkin mengikuti pola yang sama dan dipengaruhi oleh tingkat
keparahan peningkatan BP.
Studi berbasis masyarakat telah menunjukkan bahwa hipertensi dapat berkontribusi
bagi perkembangan gagal jantung sebanyak 50-60% dari pasien.Pada pasien dengan
hipertensi, risiko gagal jantung meningkat sebesar 2kali lipat pada laki-laki dan 3kali lipat
pada wanita.
3
Meskipun frekuensi tepat LVH tidak diketahui, berdasarkan temuan EKG adalah
sekitar 2,9% pada pria dan 1,5% pada perempuan. Tingkat LVH berdasarkan temuan
echocardiography adalah 15-20%. Dari data pasien tanpaLVH, 33% memiliki bukti disfungsi
diastolik LV tanpa gejala.[2]
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari PJH adalah hal yang kompleks dari faktor hemodinamik, struktural,
neuroendokrin, sellular, dan molekular. Di satu sisi, faktor-faktor tersebut memainkan
peranan penting pada munculnya hipertensi dan komplikasinya. Di sisi lain, peningkatan
tekanan darah itu sendiri dapat memodulasi faktor-faktor ini. Peningkatan tekanan darah
dapat menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi jantung melalui 2 jalan, yaitu secara
langsung dengan meningkatkan afterload dan tidak langsung dengan perubahan vaskular dan
neurohormonal.
2.1.1 Left Ventricular Hypertrophy (LVH)
Pada pasien dengan hipertensi, 15-20% memiliki LVH. Risiko LVH meningkat 2 kali
lipat diasosiasikan dengan obesitas. Penelitian telah menunjukkan hubungan langsung antara
level dan durasi peningkatan tekanan darah dan LVH.LVH, didefinisikan sebagai
peningkatan massa di ventrikel kiri, disebabkan oleh respon myosit pada stimulus yang
bermacam-macam yang ‘menemani’ peningkatan tekanan darah. Hipertrofi myosit dapat
muncul sebagai respon kompensasi pada peningkatan afterload. Stimulus mekanik dan
neurohormonal yang muncul seiring dengan hipertensi dapat menyebabkan aktivasi
dari myocardial cell growth, ekspresi gen, dan karena itu menimbulkan LVH. Sebagai
tambahan, aktivasi sistem renin-angiotensin, melalui kerja angiotensin II pada reseptor
angiotensin I, menyebabkan pertumbuhan interstitium dan komponen sel matriks.
Kesimpulannya, timbulnya LVH dikarakterisasi dengan hipertrofi myosit dan
ketidakseimbangan antara myosit dan interstitium dari struktur miokardium.
Pola bervariasi dari LVH telah dideskripsikan, termasuk remodeling konsentrik, LVH
konsentrik, dan LVH eksentrik. LVH konsentrik adalah peningkatan ketebalan dan massa
ventrikel kiri disertai peningkatan volume dan tekanan diastolik ventrikel kiri, biasa
ditemukan pada orang dengan hipertensi. LVH eksentrik adalah peningkatan ketebalan
ventrikel kiri tidak menyeluruh tetapi pada tempat tertentu seperti septum. LVH awalnya
memainkan peran protektif sebagai respon dari peningkatan tekanan dinding untuk
mempertahankan cardiac output yang adekuat. Namun setelah itu, perkembangan ini
menyebabkan disfungsi diastolik dan sistolik miokardium.
5
Gambar 1: Hipertrofi Ventrikel kiri[6]
2.1.2 Atrium kiri yang abnormal
Perubahan struktural dan fungsional dari atrium kiri sangat sering ditemui padapasien
hipertensitetapi tidak terlaludiperhatikan.Peningkatan afterloadmempengaruhiatrium kiri,
yaitu karena peningkatan tekanan end-diastolic ventrikel kiri sekunder dari peningkatan
tekanan darah menyebabkan gangguan atrium kiri, penambahakan ukuran dan ketebalan
atrium.Sebagai tambahan dari perubahan-perubahan struktural tersebut, pasien memiliki
faktor risiko terhadap fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium dengan hilangnya kontribusi atrium
pada keadaan disfungsi diastolik akan menyebabkan gagal jantung.
2.1.3 Penyakit katup jantung (valvular disease)
Walaupun penyakit katup jantung tidak menyebabkan PJH, hipertensi yang kronik
dan parah dapat menyebabkan dilatasi aorta, menuju pada insuffisiensi signifikan dari aorta.
Selain menyebabkan regurgitasi aorta, hipertensi juga diperkirakan mempercepat proses
sklerosis pada aorta dan menyebabkan regurgitasi mitral.
2.1.4 Gagal jantung
Gagal jantung adalah komplikasi yang biasa terjadi pada peningkatan tekanan darah
kronik. Pasien dengan hipertensi ada yang asimtomatik tetapi memiliki risiko untuk menjadi
gagal jantung (stage A atau B menurut klasifikasi ACC/AHA tergantung apakah pasien
memiliki penyakit jantung struktural sebagai konsekuensi hipertensi), ada juga yang
simtomatik gagal jantung (stage C atau D menurut klasifikasi ACC/AHA). Hipertensi sebagai
penyebab gagal jantung kronik biasanya tidak disadari, karena pada saat terjadi gagal jantung,
disfungsi ventrikel kiri tidak mampu untuk menaikkan tekanan darah, karena itu
mengaburkan etiologi gagal jantung.
6
Disfungsi diastolik biasa ditemukan pada orang dengan hipertensi. Sering juga
disertai oleh LVH. Selain peningkatan afterload, faktor lain yang berkontribusi pada
disfungsi diastolic termasuk koeksistensi CAD, penuaan, disfungsi sistolik, dan struktur
abnormal seperti fibrosis dan LVH.
2.1.5Myocardial ischemia
Pasien dengan angina mempunyai prevalensi hipertensi yang tinggi. Hipertensi adalah
faktor risiko yang melipatgandakan kemungkinan munculnya CAD. Munculnya iskemi pada
pasien hipertensi adalah multifaktorial. Shear stress yang berasosiasi dengan hipertensi dan
hasilnya adalah disfungsi endotel, menyebabkan gangguan sintesis dan pelepasan poten
vasodilator nitric oxide (NO). Penurunan level NO memicu timbulnya dan mempercepat
arteriosclerosis dan pembentukan plaque. Morfologi plaque nya identik dengan pada pasien
tanpa hipertensi.
2.1.6 Aritmia jantung
Aritmia jantung biasa ditemukan pada pasien dengan hipertensi termasuk fibrilasi
atrium, kontraksi ventrikel prematur, dan takikardia ventrikel. Risiko kematian jantung
mendadakmeningkat. Berbagai macam mekanisme diperkirakan memainkan peran pada
patogenesis aritmia, termasuk gangguan struktur selular dan metabolisme, perfusi yang
buruk, fibrosis miokardium, dan fluktuasi afterload. Semua hal tersebut dapat meningkatkan
risiko takiaritmia ventrikel. Fibrilasi atrium (paroxysmal, kronik rekuren, atau kronik
persisten) biasa ditemukan pada pasien hipertensi. Walaupun penyebab pastinya tidak
diketahui, abnormalitas struktur atrium kiri, CAD, dan LVH ikut berperan penting. Kontraksi
prematur ventrikel, aritmia ventrikel, dan kematian jantung mendadak lebih sering ditemukan
pada pasien dengan LH daripada tanpa LVH. Etiologi aritmia ini diperkirakan
adalah CAD dan fibrosis miokardium.
7
Gambar 2: Progresi dari hipertensi menjadi gagal jantung. Tampak 2 mekanisme: (panah
kebawah) hipertensi merupakan factor resiko infark miokard yang dihubungkan
dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri dan gagal jantung, dan (panah keatas)
hipertensi mendorong terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang dihubungkan
dengan disfungsi diastolic dan meningkatkan resiko gagal jantung. MI:
Myocardial Infarction; LVH: Left Ventricular Hyperthrophy; HF: Heart
Failure; LV: Left Ventricular; CHF: Chronic Heart Failure.[4]
Evaluasi pasien hipertensi atau penyakit jantung hipertensi ditujukan untuk:
Meneliti kemungkinan hipertensi sekunder
Menetapkan keadaan pra pengobatan
Menetapkan factor-faktor yang mempengaruhi pengobatan atau factor yang akan
berubah karenapengobatan
Menetapkan kerusakan organ target
Menetapkan factor risiko PJK lainnya
2.2 Keluhan dan Gejala
Gejala dari penyakit jantung hipertensi bergantung dari durasi, keparahan dan tipe
dari penyakit. Bagaimanapun, penderita hipertensi dapat atau tidak dapat mengetahui
bahwa ia menderita hipertensi, itulah sebabnya mengapa hipertensi disebut sebagai “the
silent killer”.[2]
8
Awalnya, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak memiliki
keluhan. Bila simtomatik, biasanya disebabkan oleh:
1. Peningkatan tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy), dan
impoten
2. Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada (iskemia
miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan vaskular lainnya
adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena pendarahan retina, transient
serebral ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder, yaitu polidipsia, poliuria, dan kelemahan
otot pada aldosteronisme primer, peningkatan BB dengan emosi yang labil pada sindrom
Cushing. Peokromositoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitas,
banyak keringat, dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).[5]
Pasien dengan yang hanya mengalami LVH biasanya asimtomatik, sampai LVH
berkembang menjadi disfungsi diastole dan gagal jantung.Gejala Gagal jantung meliputi
exertional and nonexertional dyspnea (New York Heart Association [NYHA] kelas I-IV);
ortopnea; paroksismal nokturnal dispnea, kelelahan (lebih sering terjadi pada disfungsi
sistolik), edema pergelangan kaki; sakit perut akibat sekunder dari congesti, distensi
hepar.Pasien dapat juga dijumpai dengan edema paru akut akibat dekompensasi tiba-tiba dari
disfungsi LV sistolik atau diastolik disebabkan oleh faktor seperti kenaikan akut pada BP,
ketidakbijaksanaan diet, atau iskemia miokard. Pasien dapat mengalami aritmia jantung,
terutama fibrilasi atrium, atau mereka dapat mengembangkan gejala gagal jantung secara
diam - diam dari waktu ke waktu.[2,5]
9
Gambar 3: Patofisiologi gagal jantung[7]
2.3 PEMERIKSAAN/TANDA FISIK
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum; memperhatikan keadaan
khusus seperti Cushing, peokromasitoma, perkembangan tidak proporsionalnya tubuh atas
dibanding bawah yang sering ditemukan pada koarktasio aorta.
Tanda fisik yang ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Pulsasi
Pulsasi arteri normal pada stage awal penyakit
Ritme
Regular: jika pasien pada sinus rhythm
Irregularly: irregular jika pasien pada fibrilasi atrium
Denyut
Normal pada pasien dengan sinus rhythm dan tidak gagal jantung
Takikardia pada pasien dnegan gagal jantung dan pada pasien dengan fibrilasi
atrium
Volume
10
Normal
Menurun pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri
2. Tekanan darah
Sistolik dan atau diastolic meningkat (>140/90 mmHg). Tekanan darah rata-rata dan
tekanan pulsasi juga meningkat.
3. Vena
Pada pasien dengan gagal jantung, vena jugular meningkat.
4. Jantung
Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk menilai
tanda-tnada gagal jantung. Bunyi jantung S2 yang meningkat akibat kerasnya
penutupan katup aorta. Kadang ditemukan murmur 11ensitive akibat regurgitasi aorta.
Bunyi S4 (gallop atrial atau presistolik) dapat ditemukan akibat dari peninggian
tekanan atrium kiri. Sedangkan bunyi S3 (gallop ventrikel atau protodiastolik)
ditemukan bila tekanan akhir 11ensitive ventrikel kiri meningkat akibat dilatasi
ventrikel kiri. Bila S3 dan S4 ditemukan bersama disebut summation gallop.
5. Paru
Pada pemeriksaan dada mungkin normal atau mungkin termasuk tanda pulmonary
congestion, seperti menurunnya suara napas,atau rasa tumpul pada perkusi karena
efusi pleura.
6. Abdomen
Pemeriksaan abdomen meungkin menemukan bruit arteri renal pada pasien dengan
hipertensi sekunder terhadap renal artery stenosis.
7. Ekstremitas
Edema ankle mungkin ada pada pasien dengan gagal jantung parah. Arteri radialis,
arteri femoralis, dan arteri dorsalis pedia harus diraba. Tekanan darah di betis harus
diukur minimal sekali pada hipertensi umur muda (kurang dari 30 tahun).
2.4 STUDI LABORATORIUM
2.4.1 Evaluasi fungsi ginjal
Blood urea nitrogen (BUN) dan kadar kreatinin yang meningkat pada pasien dengan
gagal ginjal. Studilainnya termasuk urine, GFR, dan ekskresi albumin urin atau
albumin / pengukuran rasio kreatinin.[2]
2.4.2 Elektrokardiografi (EKG)
11
Hipertrofi ventrikel kiri dapat dinilai dari pemeriksaan EKG dengan berbagai metode.
Hal lain yang perlu dinilai pada EKG adalah iskemia miokard, infark miokard atau
aritmia yang dapat mencetuskan timbulnya gagal jantung.[8]
2.4.3 Transthoracic Echocardiography
Transthoracic echocardiography (TTE) dapat sangat berguna dalam mengidentifikas
ciri penyakit jantung hipertensi (lihat gambar di bawah).TTE lebih 12ensitive dan
spesifik daripada EKG untuk mendiagnosis adanya LVH – 57% untuk ringandan 98%
untuk LVH berat.LVH simetris, sedangkan hipertrofi kardiomiopati hipertrofik
adalahasimetris. Definisi dariLVH berdasarkan temuan echocardiography agak
controversial dengan tidak adanya kriteria standar.Pada pemeriksaan 2-dimensi (2-D)
dan pemeriksaan M-mode, dapat menunjukkan penebalan pada septum
interventricular, seperti pada dinding posterior (> 1.1 cm). LVH kuantitatif
didefinisikansebagai peningkatan massa LV atau LVMI. Berbagai formula telah
digunakan untuk menghitungmassa LV.[2]
Gambar 4: Echocardiography[8]
2.5 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
2.5.2 Coronary Artery Atherosclerosis
2.5.3 Hypertrophic cardiomyopathy
2.5.4 Jantung atlet (dengan LVH)
2.5.5 Fibrilasi atrium karena etiologi lain
2.5.6 Disfungsi diastolic karena etiologi lain
2.5.7 Sleep apnea
2.6 PENATALAKSANAAN
12
Pengobatan ditujukan selain pada tekanan darah juga pada komplikasi-komplikasi yang
terjadi yaitu :
Menurunkan tekanan darah menjadi normal, Sistolik 130-140 mmHG, dan diastolic
60-90 mmHg
Mengobati payah jantung karena hipertensi
Mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit kardiovaskuler
Menurunkan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah dapat ditinjau dari 3 faktor fisiologis yaitu :
Menurunkan isi cairan intravaskuler dan Na darah dengan diuretic.
Menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovaskuler terhadap
rangsangan adrenergic dengan obat dari golongan anti simpatis.
Menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator.
1. Diuretik :
Menurunkan kadar Na ekstra maupun intra seluler
Menurunkan reaktivitas kardiovaskuler terhadap nor-adrenalin
Terbukti dapat menurunkan insiden stroke
Dosis kecil, sebaiknya secara berkala (intermitten)
Efektif, sekali pemberian
Efek samping:
Gangguan keseimbangan air dan elektrolit
Intoleransi glukosa
Meningkatkan kadar asam urat
Dislipidemia
Alkalosis metabolic
Yang sering digunakan:
13
a. Hidrochlortiazid (HCT)
Dosis 6,25-12,5 mg/hari
Dapat dikombinasi dengan ACE inhibitor atau angiotensin reseptor blocker
(ARB), beta blocker dan alfa blocker
b. Furosemide
Dosis 20-40 mg/hari
Diberikan pada hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal, hiperurisemia, gagal
jantung, DM yang belum teregulasi, dan dyslipidemia
Dapat dikombinasi terutama dengan ACE inhibitor/ARB, dapat juuga dengan
beta blocker dan alfa blocker
c. Spironolacton
Dosis 25-100 mg/hari
Dapat dikombinasi dengan HCT maupun furosemide
Merupakan diuretika yang lemah
Hindari pada gangguan fungsi ginjal (krreatinin serum > 2,5 mg/dl) dan hati-
hati bila dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB, akan menyebabkan
hyperkalemia
Disfungsi seksual pada pria
2. Beta Blocker
Menurunkan aktivitas simpatis
Kardioprotektiv dan anti angina
Pemberiannya dapat satu kali sehari
Efek samping:
Dapat mengganggu homeostasis glukosa
Dislipidemia terutama trigliserida
Dapat menurunkan aliran darah ke ginjal. Kecuali golongan pindolol dan
carvedilol
Klaudikasio intermitten
Bradikardia dan gagal jantung
Yang sering digunakan
14
a. Atenolol :
Dosis 1x25-100 mg/hari
Dapat dikombinasi dengan diuretika (terutama HCT dosis rendah),
kalsium antagonis (golongan dihidropiridin, terutama yang long acting),
alfa blocker
Pada kondisi tertentu dapt dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB
meskipun secara farmakodinamis kurang rasional
b. Bisoprolol
Dosis 1x5-10 mg/hari
Seperti halnya atenolol, dapat dikombinasi dengan antihipertensi lainnya
Efek simpatolitiknya lebih besar dari pada atenololkarena dapat menembus
blood brain barier.
c. Propanolol
Dosis 2x20-40mg/hari
Dapat dikombinasi dengan antihipertensi lainnya
Efek simpatolitiknya paling besar
3. KalsiumAntagonis
Menurunkan tahanan perifer, meningkatkan aliran darah ke ginjal, tidak
mempengaruhi aktivitas system RAA (golongan non dihidropiridin atau
dihidropiridin yang long acting)
Mempunyai efek renoprotektif yaitu dengan menurunkan tekanan di
glomerulus
Tidak mempunyai efek metabolic dan keseimbangan elektrolit
Dapat diberikan satu kali sehari pada yang long acting
Sering diggunakan pada hipertensi dengan COPD
Efek samping:
Inotropik dan khronotropik negative
Golongan dihidropiridin yang bekerjanya pendek dapat meningkatkan
aktivitas simpatis dan retensi Na
Berdebar, sakit kepala, dan edema perifer
Yang sering digunakan:
15
a. Nifedipine (Golongan dihidropiridin)
Dosis 3x5-10 mg/hari
Dosis yang long acting (OROS/GITS) 1x20-30 mg/hari
Sering dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB, beta blocker
b. Amlodipin (golongan dihidropiridin) :
Dosis 3x5-10mg/hari
Sering dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB atau beta blocker
c. Diltiasem (golongan nondihiropiridin)
Dosis 3x30-60 mg/hari
Sering digunakan pada hipertensi dengan angina pectoris
Dosis yang long acting 2x60-90 mg/hari atau 1x80 mg/hari
Dapat dikombinasi denhan ACE inhibitor/ARB
d. Verapamil (golongan non dihidropiridin)
Dosis 2x40-80 mg/hari
Dosis yang long acting 1x360 mg/hari
Sering digunakakn pada hipertensi dengan angina pectoris. Tachicardi
supraventrikuler, atau COPD.
4. ACE inhibitor/ARB
Menghambat bekerjanya ACE yang merubah Angiotensin 1 menjadi
Angiotensin II
Mempunyai sifat renoprotektif dan memperbaiki resistensi insulin
Meningkatkan kemampuan fungsi jantungdan mempunyai sifat
kardioprotektif
Tidak menurunkan aliran darah ke otak, arteri koroner maupun ginjal
Tidak berpengaruh pada kecepatan denyut jantung dan curah jantung
Dapat menurunkan tahanan perifer
Efek Samping:
Batuk, sakit kepala, dan hipotensi
Skin rash dan gagal ginjal akut (jarang, terutama pada stenosis arteri renalis
bilateral, dan pemberian dosis tinggi yang tergesa-gesa pada gagal jantung)
Yang sering digunakan:
a. Captopril :
16
Dosis 2-3x12,5-25 mg/hari
Pemberiannya 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
Sering dikombinasi dengan HCT atau kalsium antagonis
Pada kondisi tertentu dapat dikombinasi dengan beta blocker meskipun kurang
rasional
b. Lisinopril:
Dosis 1-2x5-10 mg/hari
Pemberiannya tidak dipengaruhi oleh makanan
Hal yang lain sama dengan captopril
5. Alfa Blocker
Menghambat reseptor alfa 1 diotot polos pembuluh darah
Terutama untuk menurunkan tekanan diastolic
Sering dikombinasi dengan diuretika atau beta blocker
Jarang digunakan sebagai pilihan utama karena mempunyai efek samping yang
sering mengganggu yaitu hipotensi postural, palpitasi dan sakit kepala
Dapat memperbaiki profil lipid, memperbaiki toleransi glukosa, memperbaiki
keluhan prostat pada glukosa
Yang sering digunakan:
a. Prazosin:
Dosis 2 – 3 x 1 – 4 mg/hari
Dosis awal ½ - 1 mg/hari sebelum tidur malam dinaikkan secara fitrasi untuk
mencegah terjadinya hipotensi postural
b. Doxazosin:
Dosis 1 x 1 – 6 mg/hari
Dosis dinaikkan secara fitrasi untuk mencegah hipotensi postural
c. Terazosin:
Dosis 1 x 1 – 6 mg/hari
Untuk mencegah terjadinya hipotensi postural dosis dinaikkan secara titrasi
BAB III
KESIMPULAN
17
Hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya gagal jantung.Pertama karena
hipertensi menyebabkan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang dihubungkan dengan
disfungsi diastoik, dan kedua karena merupakan factor resiko terjadinya infark miokard akut
yang menyebabkan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri. Mekanisme yang bertanggung
jawab terhadap terjadinya hipertrofi dan fibrosis ventrikel tidak hanya akibat respon stress
mekanik akibat peningkatan tekanan darah, tetapi juga karena pengaruh neuro hormonal.
Faktor pertumbuhan dan sitokin seperti system renin angiotensin-aldosteron, norephinefrin,
insulin like growth factor I (IGFI), IL-6, TGF-β, dan endotelin-1.Hipertrofi ventrikel kiri
konsentrik akibat hipertensi selanjutnya menurunkan compliance ventrikel kiri yang
bermanifestasi sebagai disfungsi diastolic dan akhirnya terjai gagal jantung
diastolik.Hipertrofi ventrikel kiri eksentrik pada penderita hipertensi sebagian besar
disebabkan karena adanya interval infark miokard pada penderita tersebut.Ventrikel kiri yang
mengalami infark miokard selanjutnya mengalami remodeling eksentrik dan disfungsi
sistolik.Sehingga akhirnya terjadi gagal jantung sistolik.Adanya hipertrofi ventrikel kiri dapat
dideteksi melalui EKG dan echocardiografi.Sebagai tambahan echocardiografijuga apat
mendeteksi pola giometri, disfungsi sistolik dan diastolic pada ventrikel kiri.
Terapi hipertensi pada gagal jantung tidak hanya bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah (<130/80 mmHg), tetapi juga untuk memperbaiki remodeling ventrikel,
meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita hipertensi
dengan gagal jantung.ACE-Inhibitor, β-blocker dan MRA adalah obat-obat yang terbukti
dapat menurunkan hospitalisasi dan mortalitas gagal jantung.Sementara penggunaan diuretik
terutama bertujuan memperbaiki gejala akibat retensi cairan dan sebagai obat tambahan
apabila tekanan darah belum terkontrol dengan menggunakan ACE-Inhibitor, β-blocker dan
MRA.ARB terutama digunakan apabila penderita tidak tolerir dengan ACE-Inhibitor.CCB
non dihydropyridine (diltiazem dan verapamil) dikontraindikasikan pada gagal jantung
sistolik, tetapi pemberian obat ini dapat dipertimbangkan pada gagal jantung diastolik.CCB
non dihydropyridine (amlodipine atau felodipine) dapat diberikan pada penderita gagal
jantung sistolik yang tekanan darahnya belum terkontrol dengan pemberian ACE-Inhibitor, β-
blocker dan MRA pada dosis yang optimal.Akhirnya kombinasi hidralasin dan isosorbit
dinitrat dapat diberikan apabila ACE-I dan ARB menjadi kontraindikasi.
Daftar pustaka
18
1. http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2012/edisi-no-05-vol-xxxvii-2012/452-
kegiatan/933-dari-hipertensi-sampai-gagal-jantung-kronik (diakses 26 Maret 2013)
2. Riaz K, Ahmed A, Talavera F, Ali YS, Hypertensive Heart Disease. Medscape
reference drug, disease and procedure. 2011 available at
http://emedicine.medscape.com/article/162449-overview (diakses 26 Maret 2013)
3. Diamond JA, PhillipsRA. Hypertensive Heart Disease. Hypertens Res Vol. 28, No. 3
(2005). On International journal of obesity. Hypertension research available at
http://www.nature.com/hr/journal/v28/n3/abs/hr200525a.html (diakses 15 April 2013)
4. Prawisanthhi GAR, Pratanu I, Hipertensi pada Gagal Jantung. Seri Buku Ilmiah
Kardiologi SMF Kardiologi da Kedokteran Vaskular, Universitas Airlangga-RSUD
Soetomo.
5. Sudoya AW, Setoyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid III edisi 5; Panggambean MM. penyakit jantung hipertensi. Pusat penerbit
ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2009; 1777-1778
6. http://dwiherawanners.blogspot.com/2009/04/hipertensi-heart-failure.html (diakses 2
April 2013)
7. http://dewisitoresmi.blogspot.com/2012/10/penyakit-jantung-hipertensi.html (diakses
15 April 2013)
8. http://www.hhfoundation.com/color_2d_echo.php (diakses 16 April 2013)
9. http://www.cardionet.vn/Ban_tin_tieng_Anh/
The_Burden_of_Heart_Failure_in_the_Asia_Pasific.pdf (diakses 16 April 2013)
19