hiperbilirubinemia neonatal
DESCRIPTION
anakTRANSCRIPT
THINAGARAYAN BRABU07120149
Hiperbilirubinemia Neonatal
fenomena klinis yang paling sering ditemukan
pada bayi baru lahir.
Lebih dari 85% bayi cukup bulan kembali
dirawat dalam minggu pertama kehidupan
Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna
kuning, keadaan ini disebabkan oleh
akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada sklera dan
kulit.
Definisi
adalah peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90.
ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih
Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl.
fisiologis
• Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula, kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dL pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama 1 sampai 2 minggu
Non fisiologis
• Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam
• Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi
• Peningkatan kadar bilirubin serum > 0,5 mg/dL/jam
• Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari
• Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan
Pembentukan bilirubin
Pemecahan hemoglobin heme dan globin
Heme mengalami oksidasi biliverdin reeduksi menjadi bilirubin
Pada bayi baru lahir, sekitar 75% produksi bilirubin berasal dari katabolisme heme hemeglobin dari eritrosit
Biliverdin bersifat larut dalam air dan bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat larut
Transportasi bilirubinPembentu
kan bilirubin
yang terjadi di
RES
dilepaskan ke sirkulasi akan
berikatan dengan albumin
Bilirubin yang terikat pada albumin serum ini
merupakan zat polar dan tidak larut dalam air dan
kemudian akan ditransportasi ke sel hepar
Bilirubin tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang
larut dalam air di retikulum endolaplasma
Setelah mengalami proses konjugasi,
bilirubin akan diekskresikan kedalam
kandung empedu, kemudian memasuki
saluran cerna dan diekskresikan melalui
feses.
di usus halus, bilirubin yang terkonjugasi tidak
dapat langsung diresorbsi, kecuali jika
dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak
terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang
terdapat dalam usus.
Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke
hati untuk dikonjugasi kembali disebut sirkulasi enterohepatik.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan ikterus fisiologis
Dasar PenyebabPeningkatan bilirubin yang tersedia
Peningkatan produksi bilirubin
Peningkatan sel darah merahPenurunan umur sel darah merahPeningkatan early bilirubin
Peningkatan resirkulasi melalui enterohepatik shunt
Peningkatan aktifitas β-glukoronidaseKurangnya adanya flora bakteriPengeluaran mekonium yang terlambat
Penurunan bilirubin clearance
Penurunan clearance dari plasma
Defisiensi protein karier
Penurunan metabolisme hepatik
Penurunan aktifitas UDPGT
Penyebab neonatal hiperbilirubinemia indirek
Dasar PenyebabPeningkatan produksi bilirubin Incompabilitas darah fetomaternal (Rh, ABO)Peningkatan penghancuran hemoglobin Defisiensi enzim kongenital (G6PD,
galaktosemia) Sepsis
Peningkatan jumlah hemoglobin Polisitemia (twin-to-twin transfusion, SGA) Keterlambatan klem tali pusat
Peningkatan sirkulasi enterohepatik Keterlambatan pasase meko-nium, ileus mekonium, meconium plug syndrome
Puasa atau keterlambatan minum Atresia atau stenosis intestinal
Perubahan clearance bilirubin hati ImaturitasPerubahan produksi atau aktifitas uridine diphosphoglucoronyl transferase
Gangguan metabolik/endokrine
Perubahan fungsi dan perfusi hati Asfiksia, hipoksia, hipotermi, hipoglikemi Sepsis Obat-obatan dan hormon
Obstruksi hepatik Anomali kongenital (atresia biliaris, fibrosis kistik)
Statis biliaris (hepatits, sepsis) Bilirubin load berlebihan
Diagnosis
Perlu penilaian pada bayi baru lahir terhadap berbagai resiko
Tampilan ikterus dapat ditentukan dengan memeriksa bayi dengan pencahayaan yang baik, dan menekan kulit dengan tekanan ringan untuk melihat warna kuning dan jaringan subkutan.Pemeriksaan fisik harus difokuskan pada identifikasi dari sala satu penyebab ikterus patologis.
Kondisi bayi harus diperiksa pucat, ptekie, ekstravasasi darah, memar kulit yang berlebihan, hepatosplenomegali, kehilangan berat badan, dan bukti adanya dehidrasi
perlu diketahui kadar bilirubin serum total.
Faktor resiko hiperbilirubinemia berat bayi usia kehamilan ≥ 35 minggu
Faktor resiko majorSebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau
bilirubin transkutaneus terletak pada daerah resiko tinggiIkterus yang muncul dalam 24 jam pertama kehidupanInkompatibilitas golongan darah dengan tes antiglobin
direk yang positif atau penyakit hemolitik lainnyaUmur kehamilan 35-36 mingguRiwayat anak sebelumnya yang mendapat fototerapiSefalhematom atau memar bermaknaASI eksklusif dengan cara perawatan tidak baik dan
kehilangan berat badan berlebihanRas Asia timur
Faktor resiko minorSebelum pulang, kadar bilirubin total atau
bilirubin transkutaneus terletak pada daerah resiko sedang
Umur kehamilan 37-38 mingguSebelum pulang, bayi tampak kuningRiwayat anak sebelumnya kuningBayi makrosomia dari ibu DMUmur ibu ≥ 25 tahunLaki-laki
Faktor resiko kurangKadar bilirubin serum total atau bilirubin
transkutaneus terletak pada daerah resiko rendah
Umur kehamilan ≥ 41 mingguBayi mendapat susu formula penuhKulit hitamBayi dipulangkan setelah 72 jam
Manajemen
Strategi mengelola bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia meliputi; pencegahan, penggunaan farmakologi, fototerapi dan transfusi tukar.
Strategi pencegahan hiperbirubinemiaPencegahan primer
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8-12 kali perhari untuk beberapa hari pertama
Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi
Pencegahan sekunderSemua wanita hamil harus diperiksa golongan darah
ABO dan rhesus serta penyaringan serum untuk antibodi isoimun yang tidak biasa. Jika golongan darah ibu tidak diketahui atau Rh negatif, dilakukan
pemeriksaan antibodi direk (tes coombs), golongan darah dan tipe Rh darah tali pusat bayi
Jika golongan darah ibu O, Rh positif, terdapat pilihan untuk dilakukan tes golongan darah dan tes coombs pada darah tali pusat bayi, tetapi hal itu tidak diperlukan jikan dilakukan pengawasan, penilaian terhadap resiko sebelum keluar RS dan tindak lanjut yang memadai.
memastikan bahwa semua bayi secara rutin dimonitor terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protokol terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8-12 jam.
Evaluasi laboraturiumPengukuran kadar bilirubin harus dilakukan
pada setiap bayi yang mengalami ikterus dalam 24 jam pertama setelah lahir.
Pengukuran kadar bilirubin harus dilakukan jika tampak ikterus yang berlebihan
Semua kadar bilirubin harus diintrepretasikan sesuai dengan umur bayi dalam jam
Penyebab kuningBayi yang mengalami peningkatan bilirubin direk atau
konjugasi harus dilakukan analisis dan kultur urinBayi sakit dan ikterus pada umur atau lebih dari 3 minggu
harus dilakukan pemeriksaan bilirubin total dan direk untuk mengidentifikasi adanya kolestatis
Jika kadar bilirubin direk meningkat, dilakukan evaluasi tambahan mencari penyebab kolestatis
Pemeriksaan kadar G6PD direkomendasikan untuk bayi ikterus yang mendapat fototerapi dan dengan riwayat keluarga atau ernis/asal geografis yang menunjukan kecenderungan defisiensi G6PD atau pada bayi dengan respon fototerapi buruk.
Foto Terapi dan Transfusi tukar Penatalaksaan fototerapi pada bayi dengan hiperbilirubinemia Lakukan pemeriksaan laboraturium Bilirubin total dan direk Golongan darah (ABO Rh) Tes antibodi direk (Coombs) Serum albumin Pemeriksaan darah tepi lengkap dengan hitung jenis dan morfologi Jumlah retikulosit ETCO (bila tersedia) G6PD (bila terdapat kecurigaan berdasarkan etnis dan geografis
atau respon terhadap terapi kurang) Urinalisis Bila anamnesis dan tampilan klinis menunjukan kemungkinan
sepsis lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, dan liquor untuk protein, glukosa, hitung jenis dan kultur
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI PASIENNama : By. FRUmur : 22 hariJenis Kelamin :Laki-lakiSuku Bangsa : MinangkabauAlamat : komp Mutiara Putih Blok M no 2
ALLOANAMNESIS (diberikan oleh ibunya) :Seorang pasien bayi laki-laki berumur 22 hari
dirawat di Bangsal Perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 16 November 2015 dengan :
Keluhan Utama :Tampak kuning sejak usia 3 hari
Riwayat Penyakit Sekarang
Tampak kuning sejak usia 3 hari, awalnya tampak di wajah, tambah lama sekmakin kuning.
Demam tidak ada, kejang tidak ada.Sesak napas tidak ada.Riwayat perdarahan tidak ada.Riwayat pemberian vitamin K saat lahir ada.Pasien hanya mendapat ASI sejak lahir frekuensi
12-15 x/hari, lama 15-20 min/kali, anakmenyusu kuat.
Pasienadalah anak kedua, riwayat kuning padaanak pertama tidak ada.
Ibu golongan darah B, ayah golongan darah 0.Buang air keciljumlah dan warna biasa, ganti popok 6-8 x/hari.Buabg air besar warna dan konsistensi biasa. Riwayat BAB
warna seperti dempul tidak ada.Riwayat ibu dirawat dengan demam tifoid selama 1 minggu
saat kehamilan trimester pertama, mendapat obat tetapi namaobat tidak diketahui.
Riwayat ibu menderita keputihan dan nyeri buang air kecil saat kehamilan dan menjelang persalinan disangkal.
Pasien merupakan rujukan dari Sp.A(K) dengan ketrangan prolonged joundice, telah dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil bilirubin total : 13,2 mg/dl, bilirubin I : 12,63 mg/dl, bilirubin II : 0,57 mg/dl
Riwayat penyakit keluargaTidak ada anggota keluarga yang memiliki
riwayar penyakit kuning Riwayat Kehamilan Ibu
Anak kedua dari dua bersaudara, lahir SC ai bekas SC, cukup bulan, BBL 3000 gr, PBL 45 cm, langsung menangis.
Riwayat imunisasi dasar lengkap. Hbo (uninject) Riwayat pertumbuhan dan perkenbangan belum bisa dinilai Hiegine dan sanitasi lingkungan baik
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign Keadaan umum: sakit sedangKesadaran : sadarFrekunsi nadi : 132 x /menitFrekuensi nafas : 46 x / menitSuhu: 37 0 CSianosis : tidak adaPucat : tidak adaIkterik : adaBerat Badan : 3400 gPanjang badan : 53 cm
Kulit : teraba hangat, skin smooting tidak ada
Kepala : bentuk , simetris, ubun-ubun besar datar wajah dismorfik tidak ada, lingkar kepala 34 cm ( normal standar nellhaus)
Rambut : hitam tidak mudak rontokMata : konjungtiva tidak anemis,sklera
ikterik, pupil isokor, diameter 2 mm,
reflek cahaya +/+Telinga : tidak ditemukan kelainanHidung : nafas cuping hidung ada
Tengggorokan : tonsil dan faring sulit dinilaiMulut : mukosa bibir basahLeher : JVP sukar dinilaiTorak Paru Ins : normochest, simetris
Pal : fremitus sukar dinilai Per : tidak dilakukanAus : bronkovesikuler, wheezing tidak
ada, ronkhi tidak ada
Jamtung : Ins : ictus cordis tidak terlihat Pal : ictus teraba pada LMCS RIC V Per : tidak dilakukanAus : irama teratur, bising tidak ada
Abdomen Ins : distensi tidak ada Pal : supel, hepar teraba ¼ - ¼ ,
pinggir tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal
Per : timpaniAus : bising usus (+) normal
Genitalia : phimosis (+)Anus : ada, colok dudur tidak dilakukanEkstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik,
Refleks fisoilogis +/+Refleks patologis -/-
Tulang-tulang: tidak ditemukan kelainanRefleks : Moro ada Isap ada
Rooting ada Pegang ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin : Hb :10,7gr %Leukosit : 6900 / mm3Hitung Jenis : 0 / 0 / 2 / 40 / 50 / 8Trombosit : 538000 / mm3HT : 30%Retikulosit :1,4 %
DIAGNOSIS KERJA : Prolonged jaundice ecs susp ISK
Dd defisiensi G6PDPhimosis
TERAPI ASI ON DEMAND Ampisilin sulbaktam 3 x 160 mg IV Gentamisin 1 x 16 mg IV
FOLLOW UP(16/11/15)
S / demam tidak ada, kejang tidak ada Sesak napas tidak ada
Tampak kuning sampai pahaAnak menyusu kuatBuang air kecil jumlah cukup
O/ cukup aktif, HR: 120 x/min RR: 42 x/min T : 36,7 oC
Kulit : teraba hangat, ikterik sampai pahaMata : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterikHidung : nafas cuping hidung (+), sekret tidak adaThoraks : cor dan pulmo tidak ditemukan kelainan
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normalEkstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A/ prolonged joundice ec susp ISKDd/ brest feeding joundice G6PD defisiensi
Terapi: ASI on demandKultur urinKultur darahFototerapi
FOLLOW UP (17/11/10)
S / demam tidak ada, kejang tidak ada Sesak napas tidak ada
Tampak kuning sampai pahaAnak menyusu kuatBuang air kecil jumlah cukup
O/ cukup aktif, HR: 132 x/min RR: 46 x/min T : 37 oCKulit : teraba hangat, ikterik sampai pahaMata : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterikHidung : nafas cuping hidung (+), sekret tidak adaThoraks : cor dan pulmo tidak ditemukan kelainanAbdomen : distensi (-), bising usus (+) normalEkstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Terapi: ASI on demand FototerapiSetelah kultur urin diambilAmpisilin sulbactam 3 x 160 mg IV
Gentamycin 1 x 16 mg IV
FOLLOW UP(18/11/10)
S / demam tidak ada, kejang tidak ada Sesak napas , kebiruan Anak menyusu kuat, toleransi baik
Buang air kecil jumlah cukup
O/ kurang aktif, HR: 144 x/min RR: 40 x/min T : 36,5 oCKulit : ikterik grad IIMata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterikHidung : nafas cuping hidung (+), sekret tidak adaThoraks : cor dan pulmo tidak ditemukan kelainanAbdomen : distensi (-), bising usus (+) normalEkstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Terapi: ASI on demand • Fototerapi• Ampisilin sulbactam 3 x 160 mg IV• Gentamycin 1 x 18 mg IV
FOLLOW UP(19/11/10)
S / demam tidak ada, kejang tidak ada Sesak napas , kebiruan Anak menyusu kuat, toleransi baik
Buang air kecil jumlah cukup
O/ kurang aktif, HR: 144 x/min RR: 40 x/min T : 36,5 oC
Kulit : ikterik grad IIMata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikHidung : nafas cuping hidung (+), sekret tidak adaThoraks : cor dan pulmo tidak ditemukan kelainanAbdomen : distensi (-), bising usus (+) normal Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
Terapi: • ASI on demand • Fototerapi• Ampisilin sulbactam 3 x 160 mg IV• Gentamycin 1 x 18 mg IV
Terima kasih