hnp
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI dan FISIOLOGI
Tulang Belakang
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang
dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Di bagian
dalam tulang terdapat rongga yang memanjang ke bawah yang berisi sumsum tulang
belakang yang merupakan jaringan saraf, bagian dari susunan saraf pusat. Saraf tersebut
mengatur gerakan otot dan organ lain, seperti usus, jantung dan lainnya.
Susunan anatomi atau struktur tulang belakang terdiri dari :
Gambar II.1
a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk daerah
tengkuk.
b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk bagian
belakang torax atau dada.
c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk daerah lumbal
atau pinggang.
d. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang yang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang.
e. Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging atau ekor yang membentuk tulang
ekor.
Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang dada ke
arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau kelangkang
lengkungannya kearah belakang.
Gambar II.2
vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil dibandingkan dengan
ruas tulang lainnya, ciri dari ruas tulang punggung adalah semakin ke bawah semakin
membesar dilihat dari segi ukurannya yang memuat persendian untuk tulang iga. Ruas
tulang pinggang adalah yang terbesar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya.
Sakrum atau tulang kelangkang terletak di bagian bawah tulang belakang dengan bentuk
segitiga, dan ruas tulang ekor terdiri dari 4 atau 5 vertebra yang bergabung menjadi satu
dan letaknya berada di bagian paling bawah dari tulang belakang atau spine. Ruas-ruas
tulang belakang diikat oleh serabut yang dinamakan dengan ligamen.
Fungsi Tulang Belakang
1. Tulang belakang memiliki fungsi sebagai pendukung tubuh yang kokoh untuk
dapat melakukan duduk, berdiri maupun berjalan.
2. Sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram ( di antara 2 ruas
tulang ) yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan
membongkok tanpa patah. Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan
yang terjadi pada saat menggerakan badan seperti pada saat berlari dan
meloncat.
3. Tulang belakang juga memikul berat badan
4. Sebagai permukaan untuk kaitan otot dan tulang iga dimana fungsi tulang iga
atau rusuk adalah sebagai pelindung organ tubuh vital seperti jantung dan paru-
paru.
II. HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
Definisi
Merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nucleus
pulposus menonjol (bulging)/ mengalami herniasi dan menekan akar saraf spinal,
menimbulkan nyeri dan defisit neurologis. (Hartwig,MS,Wilson LM,2006)
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis
pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono)
HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi dan
nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long,
1996).
Etiologi
1. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun): Kandungan air di dalam diskus
intervertebralis akan berkurang secara alamiah.
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk
(membungkuk), mengemudi dalam waktu lama. Misalnya pada saat
membungkuk menimbulkan beban pada otot, ligament dan diskus pada bagian
belakang bawah. Karena tekanan pada bagian diskus belakang bawah
meningkat, maka nucleus pulposus dipaksa untuk keluar sehingga bisa
menyebabkan HNP.
Klasifikasi
1. Hernia Lumbosacralis
2. Hernia Servikalis
3. Hernia Thorakalis
Mayoritas kasus herniasi diskus tulang belakang terjadi di daerah pinggang/lumbal (95%
di L4-L5 atau L5-S1). Daerah paling umum yang kedua adalah daerah leher/servikal
(C5-C6, C6-C7). Daerah thoraks hanya 0,15% - 4,0% dari kasus.
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi,
tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang
berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal
posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/
dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin,
gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong
ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit
sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan melintang
sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus
pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya
(kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau
beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf
melawan apophysis artikuler.
Herniasi biasanya terjadi pada bagian posterolateral, dimana fibrosis anulus
relatif tipis dan tidak diperkuat oleh ligamentum longitudinal posterior atau anterior.,
misalnya herniasi diskus antara L5 dan S1 vertebra akan menimpa pada saraf tulang
belakang S1, yang keluar antara vertebra S1 dan S2.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau
menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan
diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral
mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang
mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut
love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada
empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh
dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
Menurut gradasinya, HNP dibagi atas:
1. Protrusi Diskus Intervertebralis. Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan anulus fibrosus.
2. Prolaps Diskus Intervertebralis. Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran
anulus fibrosus.
3. Ekstrusi Diskus Intervertebralis. Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di
bawah ligamentum longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi Diskus Intervertebralis. Nukleus telah menembus ligamentum
longitudinal posterior.
Menurut lokasinya (HNP) dibagi menjadi:
1. HNP Sentral , akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine
2. HNP lateral, nyeri terletak pada punggung bawah. Ditengah-tengah, pinggul, betis
dan belakang tumit serta telapak kaki disertai nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V
kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan
didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan
di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif.
Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada
percobaan lasegue atau test mengangkat tungkai yang lurus (straigh leg raising) yaitu
mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri
disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava dab nafsinger akan
memberikan hasil posistif.
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot
sekitar lesi dan nyeri tekan .
HNP terbagi atas :
1. HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
2. HNP lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis,
belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan
ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5
rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai
bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang
dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks
yang terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai yang
lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di
sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue
positif). Valsava dab nafsinger akan memberikan hasil posistif .
1. Hernia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan
periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan
tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga
kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada
tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri
menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri
yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara
refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam
bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang
prolaps terdiri :
1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
1. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan
tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard
yang positif.
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan
bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus
ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
2. Hernia servicalis
- Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
- Atrofi di daerah biceps dan triceps
- Refleks biceps yang menurun atau menghilang
- Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.
3 Hernia thorakalis
- Nyeri radikal
- Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis
- Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
Foto X-ray, posisi dari depan, samping, dan serong untuk identifikasi ruang antar
vertebra menyempit. Meskipun X-ray memberikan hasil yang terbatas dalam
kemampuan mereka untuk memfoto jaringan lunak seperti diskus, otot, dan saraf,
mereka masih digunakan untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan kemungkinan
lain seperti tumor, infeksi, patah tulang, dll Meskipun keterbatasan ini, X-ray masih
dapat memainkan peran yang relatif murah dalam mengkonfirmasikan kecurigaan
adanya hernia diskus. Jika kecurigaan demikian diperkuat, metode lain dapat
digunakan untuk memberikan konfirmasi akhir.
Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi
dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya
penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
Elektroneuromiografi (ENMG) : Untuk menegetahui radiks mana yang terkena /
melihat adanya polineuropati.
CT-SCAN : Hal ini dapat menunjukkan bentuk dan ukuran dari kanal tulang
belakang, isinya, dan struktur di sekitarnya, jaringan lunak, termasuk diskusi
intervertebralis.. Namun, konfirmasi visual dari herniasi bisa sulit dengan CT-Scan.
Magnetic resonance imaging (MRI): Sebuah tes diagnostik yang menghasilkan
gambar tiga dimensi dari struktur tubuh menggunakan magnet kuat dan teknologi
komputer. Hal ini dapat menunjukkan sumsum tulang belakang, akar saraf, dan
daerah sekitarnya, serta pembesaran, degenerasi, dan tumor. Mampu menunjukkan
jaringan lunak bahkan lebih baik daripada CT-scan. MRI dilakukan dengan kekuatan
medan magnet yang tinggi biasanya menyediakan bukti yang paling meyakinkan
untuk diagnosis herniasi. Gambar T2-weighted memungkinkan visualisasi yang jelas
dari materi diskus yang menonjol dalam kanal tulang belakang.
Contoh :
Alignment vertebra L-S normal
Tak tampak listesis / kompresi
Tak tampak osteofit
Pedicle dan discus intervertebralis normal
Foramen intervertebralis L4-L5 sempit
Densitas tulang normal
Titik berat badan di depan promontorium
Kesan : Unstable pelvis
Foramen intervertebralis L4-L5 sempit
Catatan klinis: HNP shunt
Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
a. Tirah baring
Penderita hrus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik
adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi
panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikina
tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring
bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada
berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang
lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk
mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
2. Medikamentosa
a. Symtomatik
Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi
non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang
minor (diasepam, klordiasepoksid).
b. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
c. Rehabilitasi
- Traksi pelvis : dilakukan dengan memberikan beban tarikan tertentu, baik secara
intermiten maupun continue sepanjang sumbu panjang kolumna vertebralis yang
bermanfaat untuk relaksasi otot dan memperbaiki lordosis. Tipe traksi yaitu traksi statis,
traksi continue, traksi mekanik terputus-putus, traksi posisional, traksi manual dan traksi
gravitasional.Indikasi traksi yaitu LBP dan HNP yang perlu perawatan konservatif.
Kontraindikasi traksi yaitu infeksi spinal,osteoporosis, hipertensi maligna, penyakit
jantung koroner, kehamilan dan arthritis rematoid.
- Termoterapi (terpi panas): diindikasikan untuk efek analgesik dan terapi fisik sebelum
terapi latihan,peregangan atau stimulasi listrik.
- Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS): Bertujuan memberikan rangsangan
listrik terus menerus lewat elektroda yang dipasang pada kulit sehingga terjadi aliran
stimulasi yang melawan (counter stimulation) terhadap susunan saraf sehingga
mengurangi persepsi nyeri.
- Korset lumbal: untuk mengurangi nyeri pada HNP yang kronik
- Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan yang berlebih:
dianjurkan latihan ketahanan yang bersifat aerobik yang memberikan strees minimal pada
punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang yang dimulai setelah onset LBP.
Menurut jenisnya :
1. Hernia Lumbosacralis
Pada fase akut, pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan
dibawahnya. Traksi dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur
dinaikkan 10 Kg. pada hernia ini dapat diberikan analgetik salisilat
2. Hernia Servicalis
Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson, berat
beban mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat tidur
dibagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif.
Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah yang
rekuren. Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.
- Conditioning exercise: bertujuan untuk memperkuat otot- otot punggung dimulai
sesudah dua minggu karena bila dimulai sejak awal akan memperburuk keluhan penderita
(Ethical Digest No.52 tahun VI, Juni 2008).
3. Terapi operatif
Indikasi:
- Terapi konservatif gagal mengatasi rasa nyeri hebat sehingga mengakibatkan
aktifitas penderita terbatas.
- Kompresi radiks yang disertai gangguan motorik progresif
- Serangan berulang-ulang sehingga menggangu pekerjaan penderita
- Dijumpai tanda-tanda kompresi kauda equine
Jenis Operasi: Discectomy (membuang jaringan diskus intervertebra yang mengalami
herniasi yang menekan radiks saraf.