hplc (rabu 13.00-16.00) kelompok 2

25
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMA II HPLC Kelompok 2 Rabu/ 13.00-16.00 Rara Faya Kuntari 260110110135 Tujuan, Prinsip, Kesimpulan Mareetha Zahra S 260110110136 Teori Dasar Arwa 260110110138 Pembahasan Fersty Andini 260110110140 Pembahasan Nur Chumaira 260110110141 Data Pengamatan Devia Ardhya 260110110142 Alat dan Bahan Ratih Wijayanti P.P 260110110143 Editor Indah Khairunnisa H 260110110144 Pembahasan Lastari K 260110110145 Prosedur Sarah Annisaa 260110110146 Teori Dasar

Upload: ratih-wijayanti-purnomo-putri

Post on 18-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

TRANSCRIPT

Page 1: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMA II

HPLC

Kelompok 2

Rabu/ 13.00-16.00

Rara Faya Kuntari 260110110135 Tujuan, Prinsip, Kesimpulan

Mareetha Zahra S 260110110136 Teori Dasar

Arwa 260110110138 Pembahasan

Fersty Andini 260110110140 Pembahasan

Nur Chumaira 260110110141 Data Pengamatan

Devia Ardhya 260110110142 Alat dan Bahan

Ratih Wijayanti P.P 260110110143 Editor

Indah Khairunnisa H 260110110144 Pembahasan

Lastari K 260110110145 Prosedur

Sarah Annisaa 260110110146 Teori Dasar

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

I. TUJUAN

1. Memahami instrumen HPLC untuk analisis kuantitatif.

2. Memahami cara melakukan preparasi sampel makanan snack pedas

3. Menganalisis kadar Capsaicin dalam makanan snack pedas menggunakan

metode analisis HPLC

II. PRINSIP

Pemisahan absoprsi dan desorpsi yang berulang kali dari komponen yang

dipisahkan. Pada saat komponen tersebut dibawa oleh fase gerak mengalir

sepanjang kolom. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan kecepatan

migrasi dari masing-masing komponen yang didasarkan oleh adanya

perbedaan koofisien distribusi dari komponen tersebut antara kedua fasa.

Dengan bantuan detektor serta integrator kita akan mendapatkan

kromatogram. Kromatogram memuat waktu serta tinggi puncak suatu

senyawa. Pemisahkan setiap komponen dalam sample untuk selanjutnya

diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing

komponen tersebut (kuantitatif). Sebetulnya hanya ada dua hal utama dalam

metode HPLC, pertama adalah proses separasi/pemisahan dan yang kedua

adalah proses identifikasi.

III. TEORI DASAR

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas

perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase,

yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile).Fase diam dapat

berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair

atau gas.Dalam kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan

fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair (Acun, dkk, 2010).

Banyaknya macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah

kromatografi gas, yang merupaka metode kromatografi pertama yang

Page 3: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas

dapat dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya

mempunyai tekanan uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk

proses pemisahan. Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen

menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas

(Acun, dkk, 2010).

Kromatografi gas metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan

campuran yang sangat rumit.Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari

beberapa detik untuk campuran yang sederhana sampai berjam-jam untuk

campuran yang mengandung 500-1000 komponen.Metode ini sangat baik

untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon

dan eter.Analisis minyak mentah dan atsiri dalam buah telah dengan sukses

dilakukan dengan tehnik ini.Efisien pemisahan ditentukan ditentukan dengan

besarnya interaksi antara sampel dan cairan, dengan menggunakan fase cair

standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa (Acun, dkk, 2010).

HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari

kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah

grafitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini

membuatnya lebih cepat. HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang

berukuran sangat kecil untuk material terpadatkan dalam kolom yang mana

akan memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi antara fase diam

dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan

yang lebih baik dari komponen-komponen dalam campuran. Perkembangan

yang lebih luas melalui kromatografi kolom mempertimbangkan metode

pendeteksian yang dapat digunakan. Metode-metode ini sangat otomatis dan

sangat peka (Clark,2007).

Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit

berdasarkankepolarannya, artinya komponen pada suatu analit (sampel) akan

terpisahberdasarkan sifat kepolaran masing-masing komponen dalam sampel,

apakahkepolarannya lebih mirip dengan fasa diam, maka dia akan tertinggal

di fasadiam atau bergerak lebih lambat, ataukah kepolarannya lebih mirip

Page 4: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

dengan fasagerak sehingga dia akan bergerak terdistribusi lebih jauh dan

lebih cepat.Dengan bantuan pompa, fasa gerak cair dialirkan melalui kolom

detector.Cuplikan (sampel) dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan

carapenyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-

komponencampuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut

terhadapfasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa

diam, makakomponen tersebut akan keluar lebih lama. Setiap campuran

(komponennya)yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam

dalam bentuk kromatogram. Kromatogram HPLC serupa dengan

kromatogram kromatografi gas, dimana jumlah peak menyatakan jumlah

kompenen, sedangkan luas peak meyatakan konsentrasi komponen dalam

campuran. Komputer digunakanuntuk mengontrol kerja sistem HPLC dan

mengumpulkan serta mengolah datahasil pengukuran. (Hendayana, Sumar.

(2006): 69).

Dalam penggunaan HPLC, ada 2 teknik yang sering dilakukan yaitu elusi

secara isokratik dan gradien. Kromatografi isokratik cenderung lebih sensitif

terhadap perubahan fase gerak, temperatur, kecepatan pompa dan komposisi

sampel. Sedangkan kromatografi gradien biasanya kurang sensitif terhadap

variasi kecil faktor-faktor diatas, tetapi sangat sensitif terhadap kolom, waktu

ekuilibrasi dan preparasi gradien. Parameter teoritis dari kromatografi

isokratik digambarkan dengan model lempeng (plate). Senyawa yang

dianalisis akan terdistribusi antara fase diam dan fase gerak. Pada saat

tertentu, suatu molekul akan ditransfer pada fase diam dalam kolom.

Kemudian, molekul tersebut akan lepas dari kolom dan terbawa kembali oleh

fase gerak sampai pada tempat dimana molekul tersebut terikat lagi pada fase

diam. Proses ini terjadi secara kontinyu. Lokasi dimana analit ditransfer ke

fase diam secara teoritis disebut lempeng (plate) dan jarak antara lempeng

satu dengan yang lain disebut tinggi lempeng (plate height). Parameter yang

digunakan untuk menentukan kemampuan pemisahan dalam penggunaan

HPLC adalah faktor kapasitas, waktu retensi, lebar pada tinggi setengah

Page 5: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

puncak, jumlah lempeng teoritis, resolusi dan  faktor selektivitas (Swadesh,

2000).

Komponen utama HPLC adalah :

a. Reservoir pelarut : zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi

tergantung dari senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah

bahwa tempat pelrut tersebut harus memungkinkan untuk proses

menghilangkan gas atau udara yang ada dalam pelarut

b. Pompa : digunakan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobile

dengan kecepatan dan tekanan yang tetap

c. Injektor : saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan agar

pelarut tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam

kolom. Injeksi dapat menggunakan syringe.

d. Kolom krmatografi : kolom yang dipakai memiliki panjang 10 – 25 cm

dan diameter 4,5 – 5 mm yang diisi dengan fase stasioner beukuran 5-10

mikrometer dan terbuat dari logam atau stainlessteel.

e. Detektor : digunakan untuk mendeteksi sampel. Detektor dibutuhkan

untuk mempunyai sinsitivitas yang tinggi, linear untuk jangka

konsentrasi tertentu dan dapat mendekati eluen tanpa mempengaruhi

resolusi kromatografi (Adnan,1997).

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Alat Sentrifugasi

b. Corong

c. Gelas Ukur

d. HPLC

e. Kertas Saring

f. Mikropipet

g. Mortir

h. Spatel

Page 6: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

i. Stamper

j. Tabung reaksi

k. Tabung sentrifugasi

l. Timbangan Analitik

m. Tip

n. Vial Injektor

2. Bahan

a. Kloroform

b. Tiga macam snack pedas

3. Gambar Alat

Alat Sentrifugasi Corong Gelas ukur

HPLC Mikropipet dan tip

mortir dan stamper tabung reaksi tabung sentrifugasi

Page 7: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

Timbangan analitik vial injector

V. PROSEDUR

Disiapkan 3 sampel berbeda berupa cemilan pedas kemudian masing-

masing sampel digerus halus menggunakan mortir dan stamper. Ditimbang

setiap sampel sejumlah 1 gr sebanyak 3 kali kemudian masing-masing

dimasukan ke dalam tabung sentrifugasi. Ditambahkan kloroform 4 ml

kemudian dilakukan sentrifugasi selama 5 menit. Dipipet lapisan atas lalu

disaring dengan kertas saring dan ditampung ke dalam tabung reaksi, jika

terbentuk 3 lapisan maka diambil lapisan tengah lalu disaring dengan kertas

saring dan ditampung ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya masing-masing

hasil saringan dimasukan ke dalam vial hingga penuh. Vial dimasukkan ke

alat HPLC untuk diolah dengan menggunakan fase gerak metanol:air (70:30).

Didapatkan data hasil olahan.

Page 8: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

VI. DATA PENGAMATAN

1. Sampel 1

Minutes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Vol

ts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

0.0050

Vol

ts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

0.0050

1.09

2 1

361

1.69

2 1

9997

1.93

3 1

2318

2.10

0 1

0757

3.10

8 1

385

3.33

3 3

680

3.56

7 1

543

3.95

8 4

396

4.86

7 1

5083

2 9.30

8 3

660

Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 1_1 kadar001

Retention TimeArea

Minutes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Vol

ts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

Vol

ts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

0.65

0 3

60

1.03

3 5

62

1.69

2 1

742 1.90

8 6

926

2.05

8 1

0400

3.29

2 2

942

3.62

5 1

698

3.90

8 1

961

4.82

5 1

4377

5 9.23

3 2

744

Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 1_2 kadar001

Retention TimeArea

Page 9: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

2. Sampel 2

Minutes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Vol

ts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

0.0050

Vol

ts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

0.0050

0.65

0 6

00.

792

41

1.05

8 6

86

1.69

2 2

205

2.05

8 3

9519

2.87

5 3

169

3.30

8 3

9449

3.88

3 7

218

4.81

7 1

6121

3

6.75

0 8

65 9.17

5 1

6674

Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 2_1 kadar001

Retention TimeArea

Minutes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Vo

lts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

Vo

lts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

0.67

5 1

70

1.02

5 7

62

1.69

2 1

448

2.02

5 4

1306

2.87

5 5

856

3.35

0 3

6269

3.94

2 8

414

4.90

0 1

6615

7

9.30

8 1

8965

9.96

7 9

4Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 2_2 kadar001

Retention TimeArea

Page 10: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

3. Sampel 3

Minutes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Vo

lts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

0.0050

Vo

lts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

0.0050

1.01

7 4

41

1.66

7 9

26

1.99

2 5

3453

2.80

8 4

093

3.20

8 3

3136

3.87

5 6

467

4.79

2 1

5373

1

6.72

5 4

635

9.21

7 2

4412

Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 1000.4 kadar001

Retention TimeArea

Minutes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Vo

lts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

Vo

lts

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

0.0015

0.0020

0.0025

0.0030

0.0035

0.0040

0.0045

1.02

5 4

05

1.67

5 8

02

2.01

7 3

7019

3.29

2 3

6414

3.90

8 5

772

4.85

0 1

5566

1

6.69

2 5

542

9.23

3 1

6754

Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 1003.3 kadar001

Retention TimeArea

VII. PEMBAHASAN

Percobaan kali ini bertujuan untuk menganalisis kadar Capsaicin dalam

makanan snack pedas menggunakan metode analisis Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi (KCKT/HPLC). Alat ini digunakan untuk memisahkan

komponen berdasarkan dua fase yaitu fase gerak dan fase diam dengan

metode kolom. Pemisahan ini dapat digunakan untuk proses secara kualitatif

Page 11: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

maupun kuantitatif. Pengukuran yang didasarkan secara kualitatif

ditunjukkan oleh waktu retensi. Waktu retensi yaitu waktu yang dibutuhkan

komponen dari mulai diinjeksikan hingga sampel terbaca detektor.

Sedangkan pengukuran yang didasarkan secara kuantitatif dapat dilihat

dengan menggunakan Area Under Curve (AUC) atau Area Bawah Kurva.

Luas area yang dihasilkan berhubungan atau erat kaitannya dengan

konsentrasi komponen yang dianalisis. Semakin besar konsentrasi maka

semakin besar juga luas areanya. Atau dapat dikatakan bahwa luas area

sebanding dengan konsentrasi.

Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan

metode untuk menentukan konsentrasi dan pemisahan suatu senyawa

dengan mudah, cepat, dan teliti, dimana dalam sistem ini merupakan sistem

kromatografi cair yang juga merupakan gabungan sistem antara High Speed

Liquid Chromatography, High Eficiency Liquid Cromatography, High

Pressure Liquid Cromatography. HPLC yang merupakan gabungan dari 3

sistem ini, memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

kromatografi cair lainnya, diantaranya adalah kolom HPLC yang dapat

dipakai berulang tanpa perlu diregenerasi, pemisahan yang memuaskan

dapat tercapai pada kolom, peralatan HPLC dapat dioperasikan secara

otomatis dan kuantitatif, serta waktu analisis yang relatif singkat dan dapat

dilakukan dalam skala besar.

Kapsaisin (8-metil-N-vanilil-6-nonenamida) termasuk di dalam

Kapsaisinoid, yaitu zat kimia yang menimbulkan rasa pedas yang ada dalam

tumbuh-tumbuhan, seperti cabai. Senyawa ini memiliki massa molar 305,41

g/mol. Senyawa ini mudah larut dalam eter, kloroform, benzena, air panas,

dan sedikit larut dalam CS2. Bentuk kristal senyawa ini adalah segiempat

monoklin.

Page 12: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

Struktur molekul Capsaicin

Prosedur pertama yang dilakukan adalah preparasi sampel. Sampel yang

digunakan dalam percobaan ini adalah 3 macam snack pedas. Masing-

masing sampel ditimbang sebanyak satu gram dan dibuat duplo. Sampel

tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan direndam

oleh kloroform. Kloroform ini berfungsi sebagai larutan yang dapat

mengekstraksi Capsaicin dari makanan pedas karena sifat fisikokimia

Capsaicin yang mudah larut dalam kloroform. Volume kloroform yang

ditambahkan harus diketahui agar sentrifugasi dapat dilakukan secara

seimbang. Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan suatu campuran,

mempercepat proses pengendapan dengan memberikan gaya sentrifugasi

pada partikel-partikelnya. Hasil sentrifugasi disaring (diambil

supernatannya) agar larutan yang kemudian akan diinjeksikan ke dalam

kolom HPLC benar-benar bebas partikel, supaya kolom tidak tersumbat dan

tidak menganggu waktu retensi. Setelah itu, dilakukan pengenceran

terhadap supernatan sampel agar volume saat penginjeksian pada kolom

mencukupi. Pengenceran dilakukan dengan pelarut kloroform, dengan

perbandingan sampel:kloroform (1:9). Selanjutnya sampel yang telah

diencerkan disimpan dalam keadaan tertutup di dalam refrigerator agar

sampel tidak menguap.

Komponen-komponen HPLC terdiri dari tempat pelarut, injection port,

kolom, detektor, dan terhubung ke komputer untuk output data. Fase gerak

yang dipakai adalah dengan perbandingan 70:30. Solven harus di degassing

atau dihilangkan gasnya dengan cara sonikasi (menggunakan sonikator)

agar gelembung udara yang terperangkap dalam fase gerak tidak

mengganggu kecepatan alir fase gerak dan tidak menyebabkan aliran

menjadi diskontinu.

Page 13: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

Detektor yang digunakan adalah detektor UV visible dengan panjang

gelombang 256 nm. Detektor ini dapat digunakan pada percobaan ini karena

dalam Capsaicin terdapat gugus kromofor dan auksokrom.

Hasil dari proses analisis menggunakan HPLC adalah

kromatogram. Kromatogram adalah grafik yang

menunjukkan hubungan antara waktu retensi dengan

absorbansi senyawa dalam sampel. Dalam kromatogram

akan muncul puncak-puncak (peak) yang menggambarkan

banyaknya jenis komponen dalam sampel. Dari

kromatogram dapat dilakukan analisis kualitatif dengan

mengamati waktu retensi senyawa yang ada dalam sampel.

Selain itu, dapat dilakukan analisis kuantitatif dengan

menghitung luas puncak (area under curve) sampel dan

membandingkannya dengan senyawa murni standar. Hasil

percobaan ini didapatkan 6 kromatogram dengan 2

kromatogram untuk masing-masing sampel. Puncak

pertama yang dihasilkan pada masing-masing kromatogram

adalah puncak pelarut kloform.

Kromatogram sampel 1.1 terdiri dari 10 puncak dengan

puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini

menunjukkan bahwa sampel memiliki 9 senyawa yag

berbeda. Puncak 9 merupakan puncak senyawa tertinggi

dengan waktu retensi 4,867 menit dan absorbansi 150832.

Puncak 5 merupakan puncak senyawa terendah dengan

waktu retensi 3,108 menit dan absorbansi 1385.

Kromatogram sampel 1.2 terdiri dari 10 puncak dengan

puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini

menunjukkan bahwa sampel memiliki 9 senyawa yag

berbeda. Puncak 9 merupakan puncak senyawa tertinggi

dengan waktu retensi 4,825 menit. Puncak 2 merupakan

Page 14: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 1.033

menit.

Kromatogram sampel 2.1 terdiri dari 11 puncak dengan

puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini

menunjukkan bahwa sampel memiliki 10 senyawa yag

berbeda. Puncak 9 merupakan puncak senyawa tertinggi

dengan waktu retensi 4,817 menit. Puncak 2 merupakan

puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 0,792

menit.

Kromatogram sampel 2.2 terdiri dari 10 puncak dengan

puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini

menunjukkan bahwa sampel memiliki 9 senyawa yag

berbeda. Puncak 9 merupakan puncak senyawa tertinggi

dengan waktu retensi 4,900 menit. Puncak 10 merupakan

puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 9,967

menit.

Kromatogram sampel 3.1 terdiri dari 9 puncak dengan

puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini

menunjukkan bahwa sampel memiliki 8 senyawa yag

berbeda. Puncak 7 merupakan puncak senyawa tertinggi

dengan waktu retensi 4,792 menit. Puncak 2 merupakan

puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 1,667

menit.

Kromatogram sampel 3.2 terdiri dari 8 puncak dengan

puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini

menunjukkan bahwa sampel memiliki 7 senyawa yag

berbeda. Puncak 6 merupakan puncak senyawa tertinggi

dengan waktu retensi 4,850 menit. Puncak 2 merupakan

puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 1,675

menit.

Page 15: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

Berdasarkan kromatogram, dapat dievaluasi efisiensi

pemisahan dan kinerja kolomnya. Evaluasinya adalah faktor

kapasitas (k’), selektifitas (α), jumlah plat teoritis (N),

resolusi (Rs), dan jarak setara plat teoritis (HETP).

Profil konsentrasi solut yang bermigrasi akan simetris jika

rasio distribusi solut (D) konstan selama di kisaran

konsentrasi keseluruhan puncak. Tailing dan fronting pada

puncak akan menunjukkan puncak yang asimetris. Hal ini

menyebabkan pemisahan yang kurang baik dan data retensi

yang reprodusibel. Adanya puncak yang asimetri apat

disebabkan oleh hal hal berikut:

1. Ukuran sampel yang dianalisis terlalu besar. Jika sampel

terlalu besar maka fase gerak tidak mampu membawa

solut dengan sempurna karenanya akan terjadi

pengekoran atau tailing.

2. Interaksi yang kuat antara solut dengan fase diam dapat

menyebabkan solut sukar terelusi sehingga dapat

menyebabkan terbentuknya puncak yang mengekor.

3. Adanya kontaminan dalam sampel yang dapat muncul

terlebih dahulu sehingga menyebabkan puncak

mendahului (fronting).

Tujuan umum kromatografi adalah pemisahan yang cukup

dari suatu campuran yang akan dipisahkan. Menurut

Gandjar (2007), ada dua parameter yang digunakan untuk

menilai kualitas pemisahan kromatografi yaitu ukuran

banyaknya pelebaran puncak dari masing masing puncak

solut (efisiensi) dan tingkat pemisahan puncak puncak yang

berdekatan (resolusi).

Untuk kolom kromatografi, jumlah lempeng atau plate

number (N) yang didasarkan pada konsep lempeng teoritis

Page 16: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

pada distilasi kolom yang digunakan sebagai ukuran

efisiensi, selain dengan N, efisiensi kolom dalam

kromatografi secara umum berkaitan dengan waktu retensi,

yakni lamanya waktu komponen atau molekul yang akan

dianalisis dalam kolom.

Tinggi setara plat teori atau HETP dalam kromatografi

menggunakan kolom merupakan panjang kolom

kromatografi yang diperlukan sampai terjadinya satu kali

keseimbangan molekul solut dalam fase gerak dan fase

diam.

Resolusi (Rs) adalah perbedaan antara waktu retensi 2

puncak yang saling berdekatan dibagi rata rata lebar

puncak. Waktu retensi masing masing solut dan lebar

puncak masing masing komponen yang dipisahkan sangat

berpengaruh terhadap pemisahan suatu komponen. Nilai

resolusi (Rs) harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena

akan memberikan pemisahan puncak yang baik (base line

resolution).

Karena tidak terdapat standar capsaicin dan

kromatogramnya, praktikan tidak mengetahui peak

capsaicin pada kromatogram dari sampel yang di uji

sehingga tidak dilakukan perhitungan evaluasi efisiensi

(tidak dapat dibandingkan).

VIII. KESIMPULAN

1. Instrumen HPLC untuk analisis Kuantitatif dapat dipahami dengan

mengetahui terdapat komponen HPLC (tempat pelarut, injection port,

kolom, detektor, dan terhubung ke komputer untuk output data), Fase

gerak dengan perbandingan 70:30, Detektor yang digunakan adalah

detektor UV visible dengan panjang gelombang 256 nm. Detektor ini

dapat digunakan pada percobaan ini karena dalam Capsaicin terdapat

Page 17: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

gugus kromofor dan auksokrom. Hasil dari proses analisis menggunakan

HPLC adalah kromatogram.

2. Preparasi sampel makanan snack pedas dapat dilakukan dengan

mengambil 3 snack yang dibuat duplo dan dilarutkan ke dalam

kloroform dengan disentrifugasi kemudian ambil fase supernatan

(capsaicin akan terlarut di dalam kloroform)

3. Kadar capsaicin dalam makanan snack pedas menggunakan analisis

HPLC tidak dapat diketahui karena tidak terdapat standar capsaicin dan

kromatogramnya, praktikan tidak mengetahui peak capsaicin pada

kromatogram dari sampel yang di uji sehingga tidak dilakukan

perhitungan evaluasi efisiensi (tidak dapat dibandingkan).

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2

Acun, Sodiyc. 2010. Kromatografi Gas. Available online at http://sodiycxacu.com

[Diakses pada tanggal: 25 November 2013].

Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.

Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Clark, Jim. 2007. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Available online at

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatogra

fi1/kromatografi_cair_kinerja_tinggi_hplc/ [Diakses pada tanggal: 25

November 2013].

Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan

Elektroforesis Modern. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Swadesh JK. 2000. HPLC:Practical and Industrial Applications. Second Ed.

Washington: CRC Press.