hplc (rabu 13.00-16.00) kelompok 2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
HPLC (Rabu 13.00-16.00) Kelompok 2TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMA II
HPLC
Kelompok 2
Rabu/ 13.00-16.00
Rara Faya Kuntari 260110110135 Tujuan, Prinsip, Kesimpulan
Mareetha Zahra S 260110110136 Teori Dasar
Arwa 260110110138 Pembahasan
Fersty Andini 260110110140 Pembahasan
Nur Chumaira 260110110141 Data Pengamatan
Devia Ardhya 260110110142 Alat dan Bahan
Ratih Wijayanti P.P 260110110143 Editor
Indah Khairunnisa H 260110110144 Pembahasan
Lastari K 260110110145 Prosedur
Sarah Annisaa 260110110146 Teori Dasar
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013

I. TUJUAN
1. Memahami instrumen HPLC untuk analisis kuantitatif.
2. Memahami cara melakukan preparasi sampel makanan snack pedas
3. Menganalisis kadar Capsaicin dalam makanan snack pedas menggunakan
metode analisis HPLC
II. PRINSIP
Pemisahan absoprsi dan desorpsi yang berulang kali dari komponen yang
dipisahkan. Pada saat komponen tersebut dibawa oleh fase gerak mengalir
sepanjang kolom. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan kecepatan
migrasi dari masing-masing komponen yang didasarkan oleh adanya
perbedaan koofisien distribusi dari komponen tersebut antara kedua fasa.
Dengan bantuan detektor serta integrator kita akan mendapatkan
kromatogram. Kromatogram memuat waktu serta tinggi puncak suatu
senyawa. Pemisahkan setiap komponen dalam sample untuk selanjutnya
diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing
komponen tersebut (kuantitatif). Sebetulnya hanya ada dua hal utama dalam
metode HPLC, pertama adalah proses separasi/pemisahan dan yang kedua
adalah proses identifikasi.
III. TEORI DASAR
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase,
yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile).Fase diam dapat
berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair
atau gas.Dalam kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan
fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair (Acun, dkk, 2010).
Banyaknya macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah
kromatografi gas, yang merupaka metode kromatografi pertama yang

dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas
dapat dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya
mempunyai tekanan uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk
proses pemisahan. Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen
menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas
(Acun, dkk, 2010).
Kromatografi gas metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan
campuran yang sangat rumit.Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari
beberapa detik untuk campuran yang sederhana sampai berjam-jam untuk
campuran yang mengandung 500-1000 komponen.Metode ini sangat baik
untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon
dan eter.Analisis minyak mentah dan atsiri dalam buah telah dengan sukses
dilakukan dengan tehnik ini.Efisien pemisahan ditentukan ditentukan dengan
besarnya interaksi antara sampel dan cairan, dengan menggunakan fase cair
standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa (Acun, dkk, 2010).
HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari
kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah
grafitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini
membuatnya lebih cepat. HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang
berukuran sangat kecil untuk material terpadatkan dalam kolom yang mana
akan memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi antara fase diam
dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan
yang lebih baik dari komponen-komponen dalam campuran. Perkembangan
yang lebih luas melalui kromatografi kolom mempertimbangkan metode
pendeteksian yang dapat digunakan. Metode-metode ini sangat otomatis dan
sangat peka (Clark,2007).
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit
berdasarkankepolarannya, artinya komponen pada suatu analit (sampel) akan
terpisahberdasarkan sifat kepolaran masing-masing komponen dalam sampel,
apakahkepolarannya lebih mirip dengan fasa diam, maka dia akan tertinggal
di fasadiam atau bergerak lebih lambat, ataukah kepolarannya lebih mirip

dengan fasagerak sehingga dia akan bergerak terdistribusi lebih jauh dan
lebih cepat.Dengan bantuan pompa, fasa gerak cair dialirkan melalui kolom
detector.Cuplikan (sampel) dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan
carapenyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-
komponencampuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut
terhadapfasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa
diam, makakomponen tersebut akan keluar lebih lama. Setiap campuran
(komponennya)yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam
dalam bentuk kromatogram. Kromatogram HPLC serupa dengan
kromatogram kromatografi gas, dimana jumlah peak menyatakan jumlah
kompenen, sedangkan luas peak meyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran. Komputer digunakanuntuk mengontrol kerja sistem HPLC dan
mengumpulkan serta mengolah datahasil pengukuran. (Hendayana, Sumar.
(2006): 69).
Dalam penggunaan HPLC, ada 2 teknik yang sering dilakukan yaitu elusi
secara isokratik dan gradien. Kromatografi isokratik cenderung lebih sensitif
terhadap perubahan fase gerak, temperatur, kecepatan pompa dan komposisi
sampel. Sedangkan kromatografi gradien biasanya kurang sensitif terhadap
variasi kecil faktor-faktor diatas, tetapi sangat sensitif terhadap kolom, waktu
ekuilibrasi dan preparasi gradien. Parameter teoritis dari kromatografi
isokratik digambarkan dengan model lempeng (plate). Senyawa yang
dianalisis akan terdistribusi antara fase diam dan fase gerak. Pada saat
tertentu, suatu molekul akan ditransfer pada fase diam dalam kolom.
Kemudian, molekul tersebut akan lepas dari kolom dan terbawa kembali oleh
fase gerak sampai pada tempat dimana molekul tersebut terikat lagi pada fase
diam. Proses ini terjadi secara kontinyu. Lokasi dimana analit ditransfer ke
fase diam secara teoritis disebut lempeng (plate) dan jarak antara lempeng
satu dengan yang lain disebut tinggi lempeng (plate height). Parameter yang
digunakan untuk menentukan kemampuan pemisahan dalam penggunaan
HPLC adalah faktor kapasitas, waktu retensi, lebar pada tinggi setengah

puncak, jumlah lempeng teoritis, resolusi dan faktor selektivitas (Swadesh,
2000).
Komponen utama HPLC adalah :
a. Reservoir pelarut : zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi
tergantung dari senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah
bahwa tempat pelrut tersebut harus memungkinkan untuk proses
menghilangkan gas atau udara yang ada dalam pelarut
b. Pompa : digunakan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobile
dengan kecepatan dan tekanan yang tetap
c. Injektor : saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan agar
pelarut tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam
kolom. Injeksi dapat menggunakan syringe.
d. Kolom krmatografi : kolom yang dipakai memiliki panjang 10 – 25 cm
dan diameter 4,5 – 5 mm yang diisi dengan fase stasioner beukuran 5-10
mikrometer dan terbuat dari logam atau stainlessteel.
e. Detektor : digunakan untuk mendeteksi sampel. Detektor dibutuhkan
untuk mempunyai sinsitivitas yang tinggi, linear untuk jangka
konsentrasi tertentu dan dapat mendekati eluen tanpa mempengaruhi
resolusi kromatografi (Adnan,1997).
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Alat Sentrifugasi
b. Corong
c. Gelas Ukur
d. HPLC
e. Kertas Saring
f. Mikropipet
g. Mortir
h. Spatel

i. Stamper
j. Tabung reaksi
k. Tabung sentrifugasi
l. Timbangan Analitik
m. Tip
n. Vial Injektor
2. Bahan
a. Kloroform
b. Tiga macam snack pedas
3. Gambar Alat
Alat Sentrifugasi Corong Gelas ukur
HPLC Mikropipet dan tip
mortir dan stamper tabung reaksi tabung sentrifugasi

Timbangan analitik vial injector
V. PROSEDUR
Disiapkan 3 sampel berbeda berupa cemilan pedas kemudian masing-
masing sampel digerus halus menggunakan mortir dan stamper. Ditimbang
setiap sampel sejumlah 1 gr sebanyak 3 kali kemudian masing-masing
dimasukan ke dalam tabung sentrifugasi. Ditambahkan kloroform 4 ml
kemudian dilakukan sentrifugasi selama 5 menit. Dipipet lapisan atas lalu
disaring dengan kertas saring dan ditampung ke dalam tabung reaksi, jika
terbentuk 3 lapisan maka diambil lapisan tengah lalu disaring dengan kertas
saring dan ditampung ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya masing-masing
hasil saringan dimasukan ke dalam vial hingga penuh. Vial dimasukkan ke
alat HPLC untuk diolah dengan menggunakan fase gerak metanol:air (70:30).
Didapatkan data hasil olahan.

VI. DATA PENGAMATAN
1. Sampel 1
Minutes
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Vol
ts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
0.0050
Vol
ts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
0.0050
1.09
2 1
361
1.69
2 1
9997
1.93
3 1
2318
2.10
0 1
0757
3.10
8 1
385
3.33
3 3
680
3.56
7 1
543
3.95
8 4
396
4.86
7 1
5083
2 9.30
8 3
660
Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 1_1 kadar001
Retention TimeArea
Minutes
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Vol
ts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
Vol
ts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
0.65
0 3
60
1.03
3 5
62
1.69
2 1
742 1.90
8 6
926
2.05
8 1
0400
3.29
2 2
942
3.62
5 1
698
3.90
8 1
961
4.82
5 1
4377
5 9.23
3 2
744
Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 1_2 kadar001
Retention TimeArea

2. Sampel 2
Minutes
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Vol
ts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
0.0050
Vol
ts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
0.0050
0.65
0 6
00.
792
41
1.05
8 6
86
1.69
2 2
205
2.05
8 3
9519
2.87
5 3
169
3.30
8 3
9449
3.88
3 7
218
4.81
7 1
6121
3
6.75
0 8
65 9.17
5 1
6674
Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 2_1 kadar001
Retention TimeArea
Minutes
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Vo
lts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
Vo
lts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
0.67
5 1
70
1.02
5 7
62
1.69
2 1
448
2.02
5 4
1306
2.87
5 5
856
3.35
0 3
6269
3.94
2 8
414
4.90
0 1
6615
7
9.30
8 1
8965
9.96
7 9
4Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 2_2 kadar001
Retention TimeArea

3. Sampel 3
Minutes
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Vo
lts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
0.0050
Vo
lts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
0.0050
1.01
7 4
41
1.66
7 9
26
1.99
2 5
3453
2.80
8 4
093
3.20
8 3
3136
3.87
5 6
467
4.79
2 1
5373
1
6.72
5 4
635
9.21
7 2
4412
Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 1000.4 kadar001
Retention TimeArea
Minutes
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Vo
lts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
Vo
lts
-0.0005
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
0.0035
0.0040
0.0045
1.02
5 4
05
1.67
5 8
02
2.01
7 3
7019
3.29
2 3
6414
3.90
8 5
772
4.85
0 1
5566
1
6.69
2 5
542
9.23
3 1
6754
Detector A - 2 (256nm)cefocefa(21-11-13) sampel 1003.3 kadar001
Retention TimeArea
VII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini bertujuan untuk menganalisis kadar Capsaicin dalam
makanan snack pedas menggunakan metode analisis Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT/HPLC). Alat ini digunakan untuk memisahkan
komponen berdasarkan dua fase yaitu fase gerak dan fase diam dengan
metode kolom. Pemisahan ini dapat digunakan untuk proses secara kualitatif

maupun kuantitatif. Pengukuran yang didasarkan secara kualitatif
ditunjukkan oleh waktu retensi. Waktu retensi yaitu waktu yang dibutuhkan
komponen dari mulai diinjeksikan hingga sampel terbaca detektor.
Sedangkan pengukuran yang didasarkan secara kuantitatif dapat dilihat
dengan menggunakan Area Under Curve (AUC) atau Area Bawah Kurva.
Luas area yang dihasilkan berhubungan atau erat kaitannya dengan
konsentrasi komponen yang dianalisis. Semakin besar konsentrasi maka
semakin besar juga luas areanya. Atau dapat dikatakan bahwa luas area
sebanding dengan konsentrasi.
Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan
metode untuk menentukan konsentrasi dan pemisahan suatu senyawa
dengan mudah, cepat, dan teliti, dimana dalam sistem ini merupakan sistem
kromatografi cair yang juga merupakan gabungan sistem antara High Speed
Liquid Chromatography, High Eficiency Liquid Cromatography, High
Pressure Liquid Cromatography. HPLC yang merupakan gabungan dari 3
sistem ini, memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan
kromatografi cair lainnya, diantaranya adalah kolom HPLC yang dapat
dipakai berulang tanpa perlu diregenerasi, pemisahan yang memuaskan
dapat tercapai pada kolom, peralatan HPLC dapat dioperasikan secara
otomatis dan kuantitatif, serta waktu analisis yang relatif singkat dan dapat
dilakukan dalam skala besar.
Kapsaisin (8-metil-N-vanilil-6-nonenamida) termasuk di dalam
Kapsaisinoid, yaitu zat kimia yang menimbulkan rasa pedas yang ada dalam
tumbuh-tumbuhan, seperti cabai. Senyawa ini memiliki massa molar 305,41
g/mol. Senyawa ini mudah larut dalam eter, kloroform, benzena, air panas,
dan sedikit larut dalam CS2. Bentuk kristal senyawa ini adalah segiempat
monoklin.

Struktur molekul Capsaicin
Prosedur pertama yang dilakukan adalah preparasi sampel. Sampel yang
digunakan dalam percobaan ini adalah 3 macam snack pedas. Masing-
masing sampel ditimbang sebanyak satu gram dan dibuat duplo. Sampel
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan direndam
oleh kloroform. Kloroform ini berfungsi sebagai larutan yang dapat
mengekstraksi Capsaicin dari makanan pedas karena sifat fisikokimia
Capsaicin yang mudah larut dalam kloroform. Volume kloroform yang
ditambahkan harus diketahui agar sentrifugasi dapat dilakukan secara
seimbang. Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan suatu campuran,
mempercepat proses pengendapan dengan memberikan gaya sentrifugasi
pada partikel-partikelnya. Hasil sentrifugasi disaring (diambil
supernatannya) agar larutan yang kemudian akan diinjeksikan ke dalam
kolom HPLC benar-benar bebas partikel, supaya kolom tidak tersumbat dan
tidak menganggu waktu retensi. Setelah itu, dilakukan pengenceran
terhadap supernatan sampel agar volume saat penginjeksian pada kolom
mencukupi. Pengenceran dilakukan dengan pelarut kloroform, dengan
perbandingan sampel:kloroform (1:9). Selanjutnya sampel yang telah
diencerkan disimpan dalam keadaan tertutup di dalam refrigerator agar
sampel tidak menguap.
Komponen-komponen HPLC terdiri dari tempat pelarut, injection port,
kolom, detektor, dan terhubung ke komputer untuk output data. Fase gerak
yang dipakai adalah dengan perbandingan 70:30. Solven harus di degassing
atau dihilangkan gasnya dengan cara sonikasi (menggunakan sonikator)
agar gelembung udara yang terperangkap dalam fase gerak tidak
mengganggu kecepatan alir fase gerak dan tidak menyebabkan aliran
menjadi diskontinu.

Detektor yang digunakan adalah detektor UV visible dengan panjang
gelombang 256 nm. Detektor ini dapat digunakan pada percobaan ini karena
dalam Capsaicin terdapat gugus kromofor dan auksokrom.
Hasil dari proses analisis menggunakan HPLC adalah
kromatogram. Kromatogram adalah grafik yang
menunjukkan hubungan antara waktu retensi dengan
absorbansi senyawa dalam sampel. Dalam kromatogram
akan muncul puncak-puncak (peak) yang menggambarkan
banyaknya jenis komponen dalam sampel. Dari
kromatogram dapat dilakukan analisis kualitatif dengan
mengamati waktu retensi senyawa yang ada dalam sampel.
Selain itu, dapat dilakukan analisis kuantitatif dengan
menghitung luas puncak (area under curve) sampel dan
membandingkannya dengan senyawa murni standar. Hasil
percobaan ini didapatkan 6 kromatogram dengan 2
kromatogram untuk masing-masing sampel. Puncak
pertama yang dihasilkan pada masing-masing kromatogram
adalah puncak pelarut kloform.
Kromatogram sampel 1.1 terdiri dari 10 puncak dengan
puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini
menunjukkan bahwa sampel memiliki 9 senyawa yag
berbeda. Puncak 9 merupakan puncak senyawa tertinggi
dengan waktu retensi 4,867 menit dan absorbansi 150832.
Puncak 5 merupakan puncak senyawa terendah dengan
waktu retensi 3,108 menit dan absorbansi 1385.
Kromatogram sampel 1.2 terdiri dari 10 puncak dengan
puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini
menunjukkan bahwa sampel memiliki 9 senyawa yag
berbeda. Puncak 9 merupakan puncak senyawa tertinggi
dengan waktu retensi 4,825 menit. Puncak 2 merupakan

puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 1.033
menit.
Kromatogram sampel 2.1 terdiri dari 11 puncak dengan
puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini
menunjukkan bahwa sampel memiliki 10 senyawa yag
berbeda. Puncak 9 merupakan puncak senyawa tertinggi
dengan waktu retensi 4,817 menit. Puncak 2 merupakan
puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 0,792
menit.
Kromatogram sampel 2.2 terdiri dari 10 puncak dengan
puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini
menunjukkan bahwa sampel memiliki 9 senyawa yag
berbeda. Puncak 9 merupakan puncak senyawa tertinggi
dengan waktu retensi 4,900 menit. Puncak 10 merupakan
puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 9,967
menit.
Kromatogram sampel 3.1 terdiri dari 9 puncak dengan
puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini
menunjukkan bahwa sampel memiliki 8 senyawa yag
berbeda. Puncak 7 merupakan puncak senyawa tertinggi
dengan waktu retensi 4,792 menit. Puncak 2 merupakan
puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 1,667
menit.
Kromatogram sampel 3.2 terdiri dari 8 puncak dengan
puncak pertama adalah puncak pelarut. Hasil ini
menunjukkan bahwa sampel memiliki 7 senyawa yag
berbeda. Puncak 6 merupakan puncak senyawa tertinggi
dengan waktu retensi 4,850 menit. Puncak 2 merupakan
puncak senyawa terendah dengan waktu retensi 1,675
menit.

Berdasarkan kromatogram, dapat dievaluasi efisiensi
pemisahan dan kinerja kolomnya. Evaluasinya adalah faktor
kapasitas (k’), selektifitas (α), jumlah plat teoritis (N),
resolusi (Rs), dan jarak setara plat teoritis (HETP).
Profil konsentrasi solut yang bermigrasi akan simetris jika
rasio distribusi solut (D) konstan selama di kisaran
konsentrasi keseluruhan puncak. Tailing dan fronting pada
puncak akan menunjukkan puncak yang asimetris. Hal ini
menyebabkan pemisahan yang kurang baik dan data retensi
yang reprodusibel. Adanya puncak yang asimetri apat
disebabkan oleh hal hal berikut:
1. Ukuran sampel yang dianalisis terlalu besar. Jika sampel
terlalu besar maka fase gerak tidak mampu membawa
solut dengan sempurna karenanya akan terjadi
pengekoran atau tailing.
2. Interaksi yang kuat antara solut dengan fase diam dapat
menyebabkan solut sukar terelusi sehingga dapat
menyebabkan terbentuknya puncak yang mengekor.
3. Adanya kontaminan dalam sampel yang dapat muncul
terlebih dahulu sehingga menyebabkan puncak
mendahului (fronting).
Tujuan umum kromatografi adalah pemisahan yang cukup
dari suatu campuran yang akan dipisahkan. Menurut
Gandjar (2007), ada dua parameter yang digunakan untuk
menilai kualitas pemisahan kromatografi yaitu ukuran
banyaknya pelebaran puncak dari masing masing puncak
solut (efisiensi) dan tingkat pemisahan puncak puncak yang
berdekatan (resolusi).
Untuk kolom kromatografi, jumlah lempeng atau plate
number (N) yang didasarkan pada konsep lempeng teoritis

pada distilasi kolom yang digunakan sebagai ukuran
efisiensi, selain dengan N, efisiensi kolom dalam
kromatografi secara umum berkaitan dengan waktu retensi,
yakni lamanya waktu komponen atau molekul yang akan
dianalisis dalam kolom.
Tinggi setara plat teori atau HETP dalam kromatografi
menggunakan kolom merupakan panjang kolom
kromatografi yang diperlukan sampai terjadinya satu kali
keseimbangan molekul solut dalam fase gerak dan fase
diam.
Resolusi (Rs) adalah perbedaan antara waktu retensi 2
puncak yang saling berdekatan dibagi rata rata lebar
puncak. Waktu retensi masing masing solut dan lebar
puncak masing masing komponen yang dipisahkan sangat
berpengaruh terhadap pemisahan suatu komponen. Nilai
resolusi (Rs) harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena
akan memberikan pemisahan puncak yang baik (base line
resolution).
Karena tidak terdapat standar capsaicin dan
kromatogramnya, praktikan tidak mengetahui peak
capsaicin pada kromatogram dari sampel yang di uji
sehingga tidak dilakukan perhitungan evaluasi efisiensi
(tidak dapat dibandingkan).
VIII. KESIMPULAN
1. Instrumen HPLC untuk analisis Kuantitatif dapat dipahami dengan
mengetahui terdapat komponen HPLC (tempat pelarut, injection port,
kolom, detektor, dan terhubung ke komputer untuk output data), Fase
gerak dengan perbandingan 70:30, Detektor yang digunakan adalah
detektor UV visible dengan panjang gelombang 256 nm. Detektor ini
dapat digunakan pada percobaan ini karena dalam Capsaicin terdapat

gugus kromofor dan auksokrom. Hasil dari proses analisis menggunakan
HPLC adalah kromatogram.
2. Preparasi sampel makanan snack pedas dapat dilakukan dengan
mengambil 3 snack yang dibuat duplo dan dilarutkan ke dalam
kloroform dengan disentrifugasi kemudian ambil fase supernatan
(capsaicin akan terlarut di dalam kloroform)
3. Kadar capsaicin dalam makanan snack pedas menggunakan analisis
HPLC tidak dapat diketahui karena tidak terdapat standar capsaicin dan
kromatogramnya, praktikan tidak mengetahui peak capsaicin pada
kromatogram dari sampel yang di uji sehingga tidak dilakukan
perhitungan evaluasi efisiensi (tidak dapat dibandingkan).
DAFTAR PUSTAKA

Acun, Sodiyc. 2010. Kromatografi Gas. Available online at http://sodiycxacu.com
[Diakses pada tanggal: 25 November 2013].
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Clark, Jim. 2007. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Available online at
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatogra
fi1/kromatografi_cair_kinerja_tinggi_hplc/ [Diakses pada tanggal: 25
November 2013].
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Swadesh JK. 2000. HPLC:Practical and Industrial Applications. Second Ed.
Washington: CRC Press.