hubunga n tingka t kece masan denga n...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS
HEMODINAMIK PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO
CAESAREA DI RUANG IBS RSUD dr. SOEDIRAN
MANGUN SUMARSO WONOGIRI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Sukartinah
NIM. ST14062
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS
HEMODINAMIK PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO
CAESAREA DI RUANG IBS RSUD dr. SOEDIRAN
MANGUN SUMARSO WONOGIRI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Sukartinah
NIM. ST14062
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
i
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS HEMODINAMIK
PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG IBS RSUD
dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
Oleh :
Sukartinah
NIM. ST14062
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 30 Januari 2016 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Happy Indri Hapsari, S. Kep., Ns., M.Kep Galih Priambodo, S. Kep., Ns., M.Kep
NIK. 201284113 NIK. 201587142
Penguji,
bc. Yeti Nurhayati, M. Kes
NIK. 201378115
Surakarta, 13 Februari 2016
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
Atiek Murharyati, S. Kep., Ns., M. Kep
NIK. 200680021
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Sukartinah
NIM : ST14062
Dengan ini menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan
Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 8 Januari 2016
Yang membuat pernyataan,
(Sukartinah)
NIM. ST14062
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :
“Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Status Hemodinamik pada Pasien Pre
Operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak
mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M. Kep, selaku ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Atiek Murharyati, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Kepala Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Happy Indri Hapsari, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku pembimbing I yang telah
memberikan masukkan, motivasi, dorongan serta arahan dalam penyusunan
skripsi.
4. Galih Priambodo, S. Kep., Ns, M. Kep, selaku pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.
5. bc. Yeti Nurhayati, M. Kes, selaku penguji yang telah memberikan masukan,
kritik dan saran dalam penyusunan skripsi
6. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.
7. Pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang telah
memfasilitasi jalannya penelitian.
iv
8. Suami tercinta dan anak-anak tersayang yang selalu memberi semangat,
dukungan, motivasi, do’a dan dorongan dalam menempuh pendidikan ini.
9. Semua responden penelitian yang sudah bersedia membantu dan bekerja sama
dalam penyusunan skripsi ini.
10. Teman seangkatan Mahasiswa Program Studi S1 Transfer Keperawatan
STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan
memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan skripsi ini, dan penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak dan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
pelayanan keperawatan.
Surakarta, 8 Januari 2016
Peneliti
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ x
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Teori ...................................................................................... 5
2.1.1. Sectio Caesarea ....................................................................... 5
2.1.2. Kecemasan .............................................................................. 14
2.1.3. Hemodinamik .......................................................................... 19
2.2.Keaslian Penelitian .............................................................................. 23
vi
2.3.Kerangka Teori..................................................................................... 26
2.4.Kerangka Konsep ................................................................................
27
2.5.Hipotesis .............................................................................................
27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Jenis dan Rancangan Penelitan ............................................................ 28
3.2.Populasi dan Sampel ............................................................................ 28
3.3.Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 29
3.4.Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .......... 29
3.5.Alat Penelitian dan cara pengumpulan Data .......................................... 30
3.6.Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 31
3.7.Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ................................................... 32
3.8.Etika Penelitian .................................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Analisa Univariat ................................................................................. 37
4.2. Analisa Bivariat ................................................................................... 38
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden ...................................................................... 40
5.2. Hubungan tingkat kecemasan dengan RR dan TD ................................ 48
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 21
6.2. Saran ................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1.
Keaslian Penelitan
23
3.1.
Definisi Operasional
29
3.2
Rumus Odd Ratio
35
4.1
Karakteristik Responden Menurut Umur
37
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 37
4.3
Distribusi Tekanan Darah Saat Di IBS
37
4.4
Distribusi Respirasi Rate Saat Di IBS
38
4.5
Distribusi Tingkat Kecemasan
38
4.6
Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Tekanan Darah
38
4.7
Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Respirasi Rate
39
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1.
Kerangka Teori
26
2.2. Kerangka Konsep 27
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Keterangan
1 Jadwal Penelitian
2 Usulan Topik Penelitian
3 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi
4 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
5 Lembar Permohonan Menjadi Responden
6 Lembar Persetujuan Responden
7 Kuesioner Hamilton Anxiety (HAM A)
8 Pengajuan Ijin Penelitian
9 Surat Ijin Penelitian ke RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri
10 Pengajuan Ijin Penelitian Kesebangpol Wonogiri
11 Lembar Legalisir Kesbangpol Wonogiri
12 Hasil Analisis SPSS v.18.00
13 Dokumentasi Penelitian
14 Lembar Oppenent Ujian Sidang Proposal
15 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal
16 Surat Keterangan Selesai Penelitian
17 Lembar Konsultasi
x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Sukartinah
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS HEMODINAMIK
PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG IBS
RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
ABSTRAK
Kemajuan jaman membawa dampak pada estetika dalam hal melahirkan.
Kebanyakan wanita ingin melakukan operasi sectio caesarea karena menghindari
rasa sakit dan demi kemudahan proses kelahiran. Status hemodinamik yang tidak
baik dapat berpengaruh pada tindakan operasi yang akan dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan status
hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang IBS RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian
korelasional menggunakan cross sectional. Sampel di ambil di ruang IBS dengan
jumlah 61 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisa bivariat menggunakan uji
kendal tau diapatkan p value 0,009 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan
H1 diterima maka terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan darah
karena ansietas, takut, nyeri, dan emosi dapat merangsang saraf simpatis sehinga
menimbulkan penekanan denyut jantung, dan tahanan vena perifer. Perangsangan
saraf simpatis menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hasil analisa bivariat p
value 0,002 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima maka
terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan respirasi rate pada pasien pre
operasi sectio caesarea kareana Rasa cemas yang dialami dapat meningkatkan
respirasi rate (hiperventilasi) akibat rasa takut yang ditimbulkan oleh rasa cemas
yang dialaminya.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah adanya hubungan tingkat kecemasan
dengan status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang IBS
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
Kata Kunci : Sectio Caesarea, Status Hemodinamik, Kecemasan, Pre Op
Daftar Pustaka : 37 (2005-2015)
xi
BACHELOR OF NURSING PROGRAM
SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Sukartinah
The Relationship between Anxiety Level and Hemodynamic Status of Patients
at the Central Surgical Suite of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public
Hospital of Wonogiri before Caesarean Section
ABSTRACT
Development of era gives effect to aesthetics of baby delivery. Most of
women wish to have caesarean section to avoid pain and to ease the birth
process. A poor hemodynamic status may influence the surgical procedure which
will be performed. This research aims at finding out the relationship between
anxiety level and hemodynamic status of patients at the central surgical suite of
dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri before
undergoing caesarean section.
The research belongs to quantitative research with correlational study
using cross-sectional design. A number of 61 respondents staying at the central
surgery suite were selected as the samples.
The research findings indicate that the bivariate analysis using Kendall
Tau test results in the p value of 0.009 (p value < 0.05), and accordingly H0 is
rejected and H1 is accepted. It means that there is a relationship between anxiety
level and blood pressure due to anxiety, fear, pain, and emotion that can stimulate
suppression of heart rate and peripheral resistance. The stimulation of
sympathetic nervous system leads to high blood pressure. The bivariate analysis
results in p value of 0.002 (p value < 0.05), and thereby H0 is rejected and H1 is
accepted. This indicates that there is a relationship between anxiety level and
respiratory rate of patients before caesarean section since the anxiety which is
experienced can increase respiratory rate (hyperventilation) caused by the fear
resulted from the anxiety.
In other words, this proves that there exists the relationship between
anxiety level and hemodynamic status of patients at the central surgical suite of
dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri before
caesarean section.
Keywords : caesarean section, hemodynamic status, anxiety, pre-op
Bibliography : 37 (2005-2015)
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan jaman membawa dampak pada estetika dalam hal proses
melahirkan. Kebanyakan wanita ingin melakukan operasi Sectio Caesarea
karena mengindari rasa sakit dan demi kemudahan proses kelahiran.
Prevalensi tindakan operasi Sectio Caesarea di negara berkembang
mencapai 5-20% dan rata-rata tindakan operasi Sectio Caesarea di beberapa
negara mencapai 20-25% (WHO, 2009). Angka kejadian Sectio Caesarea di
Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin
dengan Sectio Caesarea 47,22% tahun 2001 sebesar 45,19% tahun 2002
sebesar 47,13% tahuh 2003 sebesar 46,87% tahun 2004 sebesar 53,2% tahun
2005 sebesar 51,59% dan tahun 2006 sebesar 53,68% (Grace dalam
Sumelang, Kundre dan Karundeng, 2014). Survei nasional pada tahun 2009
persalinan dengan Sectio Caesarea sekitar 22,8% dari seluruh persalinan
(Sumelang, Kundre dan Karundeng, 2014).
Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart dalam
Handayani, dkk, 2014). Taylor dalam Tailor Manifest Anxiety Sectio
Caesarea (TMAS) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu
perasaan subyektif mengenai ketegangan mental sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
1
2
Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis (misalnya panik, tegang,
bingung, tidak bisa berkonsentrasi) (Nau, 2013).
Tindakan pembedahan sering menimbulkan rasa takut yang berdampak
pada cemas mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi
uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta
timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls myeri bertambah banyak
(Sumarah dalam Handayani, dkk, 2014). Perubahan fisiologis pada berbagai
sistem tubuh akibat cemas seperti perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu
peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi
meningkat, tekanan nadi menurun, syok dan lain-lain. Sistem pernafasan
antara lainn nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik
(Mau, 2013).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr.Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri didapatkan hasil bahwa 2 dari 5 orang mengtakan merasa
deg-degan serta takut saat akan melakukan operasi dan sering bertanya
apakah nanti saat dioperasi masih merasa sakit atau tidak dan ada juga yang
mengatakan apakah nanti setelah operasi penyakitnya benar-benar sembuh
atau tidak sebab dulu sudah pernah operasi tetapi sekarang harus operasi lagi
sehingga saat akan melakukan operasi menjadi cemas dan terjadi peningkatan
tekanan darah dari 130/90 mmHg menjadi 140/90 mmHg.
Kecemasan yang timbul dari rasa takut pada pasien yang akan
menjalani operasi Sectio Caesarea dapat berpengaruh terhadap status
3
hemodinamik sehingga dapat membuat pembatalan operasi, maka peneliti
ingin melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Tingkat Kecemasan
dengan Status Hemodinamik pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di
Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri”.
1.2. Rumusan Masalah
Adakah Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Status Hemodinamik
pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalansi Bedah Sentral
(IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Status
Hemodinamik pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang
Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik responden penelitian.
2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sectio
caesarea di ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri.
3. Untuk mengetahui status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio
caesarea di ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri.
4
4. Untuk menganalisa hubungan tingkat kecemasan dengan status
hemodinamok pada pasien pre operasi Sectio Caesarea di Ruang
Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
mempersiapkan pasien Sectio Caesarea.
1.4.2. Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber pembelajaran tentang
keperawatan maternitas.
1.4.3. Peneliti
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai media pembelajaran dan
pengalaman bagi peneliti.
1.4.4. Masyarakat
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
pentingnya mengontrol kecemasan demi lancarnya operasi.
1.4.5. Ibu Hamil
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang kecemasan
yang dialami oleh ibu hamil sehingga dapat membuat rencana pencegahan
dalam mengatasi kecemasan yang dialaminya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Teori
2.1.1. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang
berarti memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut
mengacu pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan
membuka dinding perut dan rahim ibu (Lia et.al, 2010).
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin
dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007). Sectio Caesarea
adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus (Oxorn & Forte, 2010).
Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk
melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang
menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi)
untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi Y, 2007).
2. Tipe-tipe Sectio Caesarea
a. Sectio Caesarea segmen bawah
Insisi melintang dilakukan pada segmen bawah uterus. Segmen
bawah uterus tidak bagitu banyak mengandung pembuluh darah
dibandingkan segmen atas sehingga risiko perdarahan lebih kecil
5
6
karena segmen bawah terletak di luar kavum peritoneum,
kemungkinan infeksi juga tidak begitu besar. Disamping itu, risiko
ruptura uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih
kecil bilamana jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah
uterus. Kesembuhan luka biasanya baik karena segmen bawah
merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif (Fereer, 2001).
b. Sectio Caesarea klasik
Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Cara ini
dikerjakan kalau segmen bawah tidak terjangkau karena adanya
perlengketan atau jaringan plasenta, kalau terdapat vena varikosa
pada segmen bawah dan kadang-kadang juga dilakukan bagi janin
yang letaknya melintang serta untuk melakukan histerektomi
caesarea (Fereer, 2001).
3. Indikasi
Sectio Caesarea elektif dilakukan kalau sebelumnya sudah
diperkirakan bahwa kelahiran per vaginam yang normal tidak cocok
atau tidak aman. Pelahiran dengan Sectio Caesarea dilakukan untuk :
a. Plasenta previa
b. Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi
c. Riwayat obstetrik yang jelek
d. Disproporsi sefalopelvik
e. Infeksi herpesvirus tipe II (genital)
f. Riwayat Sectio Caesarea klasik
7
g. Presentasi bokong (kadang-kadang)
h. Diabetes (kadang-kadang)
i. Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritroblastosis
atau retardasi pertumbuhan yang nyata.
Sectio caeasarea emerjensi dilakukan untuk:
a. Induksi persalinan yang gagal
b. Kegagalan dalam kemajuan persalinan
c. Penyakit fetal atau maternal
d. Diabetes atau pre-eklamsia yang berat
e. Persalinan macet
f. Prolapsus funikuli
g. Perdarahan hebat dalam persalinan
h. Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan
Indikasi Sectio Caesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap
keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan tidak mungkin terlaksana
merupakan indikasi absolut untuk sectio abdominal. Diantaranya adalah
kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat
jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana
tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat Sectio
Caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya (Oxorn &
Forte, 2010).
8
4. Resiko Persalinan Sectio Caesarea
Persalinan melalui sectio caesarea memiliki beberapa bahaya
yang cukup umum dalam dunia kedokteran. Hal ini, tidak terlepas dari
penggunaan anestesi ketika operasi yang bisa terjadi pada ibu dan bayi
yang dilahirkan. Secara umum resiko ini meliputi (Dewi Y, 2007):
a. Hipoksia akibat sindroma hipotensi terlentang.
b. Depresi pernafasan akibat anastesi.
c. Sindroma gawat pernafasan, lazimnya pada bayi dilahirkan dengan
sectio caecarea.
Resiko ibu akibat sectio caecarea haruslah dianggap lebih serius,
karena mereka berhubungan langsung dengan tindakan operasi.
Komplikasi diantaranya:
a. Infeksi yang didapat di rumah sakit, terutama setelah dilakukan
sectio caecarea.
b. Ileus, terutama karena peritonitis dan kurang sering sering karena
dasar obstruksi.
c. Pembiusan ketika operasi atau yang lebih dikenal dngan anestesi,
dianggap sebagai alternatif untuk menghilangkan rasa sakit ketika
operasi tapi perlu pula diperhatikan bahwa penggunaan anestesi
tertentu dapat menimbulkan efek pada ibu dan bayi seperti syok,
trauma dan mual-mual serta hilang nafsu makan. Pada bayi yang
barua dilahirkan akan terlihat lemah akibat pengaruh anestesi.
Secara spesifik resiko sectio caesarea adalah sebagai berikut:
9
5. Resiko pada Ibu
a. Resiko Jangka Pendek
1) Infeksi pada Bekas Jahitan
Infeksi luka akibat persalinan cesar beda dengan luka
persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah
terlihat, sedangkan luka operasi cesar lebih besar dan berlapis-
lapis. Bila penyembuhan tak sempurna, kuman lebih mudah
menginfeksi sehingga luka jadi lebih parah. Bukan tak
mungkin dilakukan jahitan ulang.
2) Infeksi Rahim
Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi
sebelumnya, misal mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan
operasi, rahim pun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang
digunakan dalam operasi tak cukup kuat.
3) Keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu
karena pertumbuhan berlebihan sel-sel pembentuk organ
tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan
parut. Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap
mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas
operasinya (Dewi Y, 2007).
.
1010
4) Cedera Pembuluh Darah
Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko
mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat. Kadang cedera
terjadi pada penguraian pembuluh darah yang melengket. Ini
adalah salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada
persalinan cesar lebih banyak dibandingkan persalinan normal.
5) Cedera pada Kandung Kemih
Kandung kemih melekat pada dinding rahim. Saat
operasi cesar dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu
dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih
yang cedera tersebut.
6) Perdarahan
Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan.
Namun, darah yang hilang lewat operasi cesar dua kali lipat
dibanding lewat persalinan normal.
7) Air Ketuban Masuk ke Pembuluh Darah
Selama operasi cesar berlangsung pembuluh darah
terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya air
ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila embolus
mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary
embolism. Jantung dan pernapasan ibu bisa terhenti secara
tiba-tiba. Terjadilah kematian mendadak.
1111
8) Pembekuan Darah
Pembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus di
bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke
paru-paru, terjadilah embolus.
9) Kematian Saat Persalinan
Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu
pada operasi cesar lebih tinggi dibanding persalinan normal.
Kematian umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau
perdarahan yang tak ditangani dengan cepat.
10) Kelumpuhan Kandung Kemih
Usai operasi cesar, ada kemungkinan ibu tak bisa
buang air kecil karena kandung kemihnya kehilangan daya
gerak (lumpuh). Ini terjadi karena saat proses pembedahan
berlangsung, kandung kemih terpotong.
11) Hematoma
Hematoma adalah perdarahan dalam rongga tertentu.
Jika ini terjadi, selaput di samping rahim akan membesar
membentuk kantung akibat pengumpulan darah terus-menerus.
Akibatnya fatal, yaitu kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga
bisa terjadi pada persalinan normal. Tapi mengingat risiko
perdarahan pada operasi cesar lebih tinggi, risiko hematoma
pun lebih besar.
1212
12) Usus Terpilin
Operasi cesar mengakibatkan gerak peristaltik usus tak
bagus. Kemungkinan karena penanganan yang salah akibat
manipulasi usus, atau perlengketan usus saat
mengembalikannya ke posisi semula. Akibatnya ibu sulit
buang air besar dan buang angin karena ususnya seperti
terpilin. Rasanya sakit sekali dan harus dilakukan operasi
ulang.
13) Keracunan Darah
Keracunan darah pada operasi cesar dapat terjadi
karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang di
awal kehamilan mengalami infeksi rahim bagian bawah,
berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban
pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina
berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke
pembuluh darah ketika operasi berlangsung, dan menyebar ke
seluruh tubuh. Keracunan darah yang berat menyebabkan
kematian ibu (Dewi Y, 2007).
b. Risiko Jangka Panjang
1) Masalah Psikologis
Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami
operasi cesar punya perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa
memperhatikan kepuasan atas hasil operasi). Depresi
1313
pascapersalinan juga merupakan masalah yang sering muncul.
Beberapa mengalami reaksi stres pasca trauma berupa mimpi
buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa terhadap
kehamilan. Masalah psilokogis ini lama-lama akan
mengganggu kehidupan rumah tangga atau menyulitkan
pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa muncul jika ibu tak siap
menghadapi operasi.
2) Pelekatan Organ Bagian Dalam
Penyebab pelekatan organ bagian dalam pascaoperasi
cesar adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah.
Terjadilah pelengketan yang menyebabkan rasa sakit pada
panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan
hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi cesar lagi,
pelekatan bisa menimbulkan kesulitan teknis sehingga melukai
organ lain, seperti kandung kemih atau usus.
3) Pembatasan Kehamilan Dulu
Perempuan yang pernah menjalani operasi cesar hanya
boleh melahirkan tiga kali. Kini, dengan teknik operasi yang
lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu
(bahkan sampai lima kali). Tapi risiko dan komplikasinya
makin berat (Dewi Y, 2007).
1414
c. Risiko Persalinan Berikutnya
1) Sobeknya Jahitan Rahim
Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi cesar.
Yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut,
lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Jahitan
rahim ini bisa sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering
menjalani operasi cesar, makin tinggi risiko terjadinya
sobekan.
2) Pengerasan Plasenta
Jika setelah operasi cesar ibu hamil lagi, plasenta bisa
tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga sulit
dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel pada selaput lendir
rahim (endometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim
karena plasenta mengeras (Dewi Y, 2007).
2.1.2. Kecemasan
1. Pengertian
Menurut KBBI (2016), kecemasan berasal dari kata cemas yang
artinya tidak tentram hati, merasa gelisah dan takut. Kecemasan atau
anxiety berasal dari bahasa Jerman dari kata angst yang artinya ketakutan.
Secara konseptual, kecemasan berarti suatu perasaan emosional seperti
rasa takut Kata kecemasan berasal dari Bahasa Yunani “ango” berarti
sempit, berkaitan dengan rasa sesak, tercekik yang dialami penderita pada
saat mendapat serangan berat.
1515
Kecemasan adalah respon atau sinyal yang menyadarkan atau
memperingatkan terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui,
internal samar-samar atau konflitual sehingga memungkinkan seseorang
mengambil tindakan atau mengatasi ancaman (Sutandoyo, 2008).
Kecemasan adalah suatu keadaan tegangan atau perasaan tegang
yang disebabkan karena faktor-faktor luar bukan dari gangguan
kondisi-kondisi jaringan tubuh (Hall & Lindsey, 2009). Kecemasan
atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebanya.
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan
tingkah laku, baik tingkah laku normal maupun tingkah laku
menyimpang. Kecemasan juga diartikan sebagai masa-masa pelik
(Gunarsah & Gunarsah, 2008). Kecemasan merupakan simtom utama
atau penyebab dari simtom-simtom yang lain atau akibat dari masalah-
masalah lain, sebagai tanda gejala dari gangguan skizofrenia (Semiun,
2010).
2. Penyebab
Kecemasan yang dialami oleh seseorang dapat ditimbulkan dari
adanya sebuah ancaman yang dapat menimbulkan rasa ketakutan dan
akhirnyanya merasa cemas atau khawatir. Kecemasan atau ansietas
dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar dan dari dalam diri seseorang
yang sifat ancamannya itu samar-samar. Bahaya dari dalam bisa timbul
bila ada sesuatu hal yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran,
perasaan, keinginan, dan dorongan (Gunarsah & Gunarsah, 2008).
1616
3. Tanda dan gejala
Menurut Semiun (2010) kecemasan memiliki beberapa simtom antara
lain :
a. Simtom suasana hati
Simtom-simtom suasana hati dalam gangguan-gangguan
kecemasan adalah kecemasan, tegangan, panik, dan kekhawatiran.
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu
yang tidak diketahui. Simtom-simtom suasana hati yang lain adalah
depresi dan sifat mudah marah. Depresi dapat terjadi karena individu
mungkin tidak melihat suatu pemecahan terhadap masalahnya serta
cepat menyerah dan mengaku bersalah. Orang yang mengalami
kecemasan tidak bisa tidur dan dengan demikian dapat menyebakan
sifat mudah marah. Deperesi dan sifat mudah marah dilihat sebagai
simtom-simtom sekunder karena keduanya disebabakan oleh
kecemasan yang merupakan simtom primer.
b. Simtom kognitif
Simtom-simtom kognitif dalam gangguan –gangguan
kecemasan menunjukkan kekhawatiran dan keprihatinan mengenai
bencana yang diantisipasi oleh individu. Misalnya seseorang
individu yang merasa takut berada di tengah khalayak ramai
(agorafobia) menghabiskan banyak waktu untuk khawatir mengenai
hal-hal yang tidak menyenangkan (mengerikan) yang mungkin
1717
terjadi dan kemudian dia merencanakan bagaimana dia harus
menghindari hal-hal tersebut. Perhatian yang dipusatkan hanya pada
masalah-masalah tersebut menyebabkan seseorang tidak fokus
terhadap masalah-masalah nyata yang ada sehingga seseorang
merasa sering tidak bekerja atau belajar secara efektif dan akhirnya
merasa cemas.
c. Simtom somatik
Simtom-simtom somatik dari kecemasan dapat dibagi menjadi
dua kelompok. Pertama adalah simtom-simtom langsung yang terdiri
dari keringat, mulut kering, bernafas pendek, denyut nadi cepat,
tekanan darah meningkat, kepala terasa berdenyut-denyut, dan otot
terasa tegang. Simtom-simtom ini menunjukkan tingkat rangsangan
dari saraf otonomi tinggi dan respon-respon yang sama juga terjadi
pada ketakutan. Simtom-simtom tambahan dapat terjadi karena
orang tersebut mulai bernafas terlalu cepat (hiperventilasi).
Hiperventilasi menyebabkan kepala pusing, jantung berdenyut
dengan cepat, dada terasa sakit dan kehabisan nafas. Kedua, apabila
kecemasan itu berkepanjangan maka simtom-simtom tambahan
seperti tekanan darah meningkat secara kronis, sakit kepala, otot
melemah, dan gangguan fungsi usus (kesulitan pencernaan dan rasa
nyeri pada perut) mungkin dapat rerjadi. Tidak semua orang yang
mengalami kecemasan akan mengalami simtom-simtom fisik yang
1818
sama karena perbedaan-perbedaan individual dalam pemolaan
reaktivitas otonomi.
4. Macam-macam
Freud membedakan tiga macam kecemasan yakni kecemasan
realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral atau perasaan-
perasaan bersalah. Tipe pokoknya adalah kecemasan realitas atau rasa
takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, kedua tipe kecemasan
lain berasal dari realitas ini. Kecemasan neurotik adalah rasa takut
jangan-jangan insting-insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan
sang pribadi berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum.
Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap hukuman yang
mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan. Kecemasan neurotik
mempunyai dasar dalam kenyataan sebab dunia sebagaimana diwakili
oleh orang tua dan berbagai autoritas lain akan menghukum anak bila ia
melakukan tindakan-tindakan impulsif. Kecemasan moral adalah rasa
takut terhadap suara hati. Orang-orang yang superegonya berkembang
dengan baik cenderung merasa bersalah jika mereka yang bertentangan
dengan norma moral. Kecemasan moral juga mempunyai dasar dalam
realitas di masa lalu jika melanggar norma moral di dapat diberikan
hukuman (Hall & Lindsey, 2009).
5. Penilaian Kecemasan
Penilaian tingkat kecemasan menggunakan Hamilton Anxiety (HAM-A)
dengan total pernyataan 14 dan nilai total 56. Klasifikasi penilaian
1919
terdapat 5 klasifikasi dengan nilai 0 = tidak cemas, 1 = sedikit cemas, 2
= cukup cemas, 3 = cemas berat, 4 = cemas berat sekali. Pembagian
tingkat kecemasan terbagi menjadi 4 yaitu <17 = tidak cemas, 18-24 =
cemas ringan, 25-30 = cemas sedang, >30 = cemas berat.
2.1.3. Hemodinamik
1. Pengertian
Hemodinamik adalah keadaaan fungsi kerja dari sebuah organ
vital manusia seperti fungsi paru dan jantung. Hemodinamik sangat
mempengaruhi fungsi penghantaran oksigen dalam tubuh dan
melibatkan fungsi jantung. Pada kondisi gangguan hemodinamik,
diperlukan pemantauan dan penanganan yang tepat sesuai kondisi
pasien (Leksana, 2011).
2. Pemantauan Hemodinamik
Menurut Horne & Swearingen (2001) Pemantauan hemodinamik
dapat bermanfaat dalam mengevaluasi abnormalitas volume. Perubahan
pada tanda-tanda vital dapat menggangu keseimbangan cairan dan asam
basa. Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, pernafasan, suhu dan
nadi.
3. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Fungsi jantung adalah menghantarkan oksigen, nutrisi dan
substansi lainnya ke jaringan tubuh dan membuang produk sisa
metabolisme seluler melalui pompa jantung, sistem vaskuler sirkulasi
dan integrasi sistem lainnya seperti sistem pernafasan, pencernaan dan
2020
ginjal. Ventrikel kanan memompa darah melalui pulmonal sedangkan
ventrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistemik yang menyediakan
oksigen dan nutrisi ke jaringan dan membuang sampah dari tubuh.
Sistem sirkulasi mensuplai gas pernafasan dan nutrisi dan produk
sampah antara darah dan jaringan (Potter dan Perry, 2006).
Untuk mempertahankan aliaran darah yang adekuat ke sirkulasi
pulmonal dan sirkulasi sistemik maka aliran darah miokardium harus
mensuplai oksigen dan nutrisi yang cukup untuk miokardium itu
sendiri. Aliran darah satu arah melalui 4 katup jantung selama diastole
ventrikuler, katup atrioventrikular (mitral dan trikuspidialis) terbuka
dan darah mengalir dari atrium dengan tekanan yang lebih tinggi
kedalam ventrikel yang relaksasi. Setelah pengisian ventrikuler, maka
akan dimulai fase sistole. Saat tekanan intraventrikular sistolik
meningkat maka katup atrioventrikular akan menutup sehingga
mencegah aliran darah kembali ke dalam atrium dan kemudian
kontraksi ventikular dimulai. Selama fase sistolik, tekanan ventrikuler
meningkat dan menyebabkan katup semilunar (aorta dan pulmonal)
terbuka. Saat venrikular mengeluarkan darah, maka tekanan
intravaskuler menurun dan katup semilunar menutup sehingga
mencegah aliran balik kedalan ventrikel. Penghitungan tekanan darah
dapat dipermudah dengan Mean Arterial Pressure (MAP) yaitu dengan
rumus (Aoronson & Ward, 2007) :
MAP= (S+2D)/3
2121
Keterangan :
S : Tekanan Darah Sistole
D : Tekanan Darah Diastole
Klasifikasi nilai MAP sebagai berikut :
a. Hipotensi : <70 mmHg
b. Normal : 70-105 mmHg
c. Hipertensi : >105 mmHg
4. Fisiologis Sistem Pernafasan
Pernafasan merupakan proses pemindahan oksigen dari udara
menuju sel-sel jaringan dan pelepasan karbondioksida dari dalam sel
jaringan menuju udara luar (Punawan & Saryono, 2010). Fungsi utama
respirasi (pernafasan) adalah memperoleh oksigen untuk digunakan
oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan karbondioksida yang diproduksi
oleh sel (Sherwood, 2001).
Secara garis besar saluran pernafasan dibagi 2 yaitu saluran
pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Saluran pernafasan atas
terdiri dari hidung, nasofaring, orofaring dan laringofaring. Saluran
pernafasan bawah merupakan kelanjutan dari saluran pernafasan atas
yang terdiri dari laring, trakea, dan bronkus (Purnawan & Saryono,
2010). Saat inspirasi, udara akan melalui rongga hidung dan mengalami
proses penyaringan, penghangatan dan pelembapan. Proses ini
dilakukan oleh mukosa respirasi yang berfungsi sebagai penghasil
mukus yang melapisi permukaan epitel. Partikel-partikel debu yang
2222
kasar akan disaring oleh rambut-rambut pada lubang hidung sedangkan
yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus dan gerakan silia akan
mendorong lapisan mukus ke posterior dalam rongga hidung dan ke
superior di dalam saluran nafas bawah menuju faring. Pada tempat ini
partikel tersebut bisa tertelan atau dibatukkan ke luar. Selain sebagai
perangkap partikel debu, mukus juga berperan dalam melembabkan
udara respirasi sedangkan pembuluh darah rongga hidung berfungsi
untuk menghangatkan udara respirasi. Melalui tiga proses tersebut
maka udara inspirasi mencapai faring hampir bebas debu, memiliki
suhu mendekati suhu tubuh dan kelembapan mencpai 100% (Purnawan
& Saryono, 2010).
5. Kategori Umur menurut Depkes RI (2009):
a. Masa Balita = 0-5 Tahun b.
Masa Kanak-kanak = 5-11 Tahun c.
Masa Remaja Awal = 12-16 Tahun d.
Masa Remaja Akhir = 17-25 Tahun e.
Masa Dewasa Awal = 26-35 Tahun f.
Masa Dewasa Akhir = 36-45 tahun g.
Masa Lansia Awal = 46-55 Tahun h.
Masa Lansia Akhir = 56-65 Tahun i.
Masa Manula = > 65 Tahun
2.2. Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
No Nama Pengarang Judul Penelitian Metode penelitian Hasil Penelitian
1 Ma’wah Iqbal
Tanjung (2014)
Status Hemodinamik
Pada Pasien Sectio
Caesarea Bedah Di
Ruang ICU Sectio
Caesarea Bedah
Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik
Medan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui status hemodinamik
pasien Sectio Caesareaa bedah
Ruang ICU Sectio Caesarea
Bedah Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik dengan
menggunakan desain deskriptif
dan menggunakan instrumen
penelitian Checklist. Pengambilan
sampel dilalukan dengan jumlah
31 orang. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Juni 2014.
Data dianalisa menggunakan
komputerisasi dengan uji ststistik
deskriptif
Hasil penelitian mengambarkan
Status hemodinamik pasien
Sectio Caesarea bedah,
Frekuensi nafas pasien yang
normal 21 orang (68%),
Abnormal 10 orang (32%).
Saturasi Oksigen pasien yang
normal 23 orang (74%),
Abnormal 8 orang (26%). Suhu
tubuh pasien yang normal 26
orang (84%), Abnormal 5 orang
(16%). Haluaran Urin pasien
yang normal 25 orang (81%),
Abnormal 6 orang (19%).
Tekanan darah pasien yang
normal 21 orang (68%),
Abnormal 10 orang (32%).
Central Venous Pressure (CVP)
pasien yang normal 26 orang
(84%), Abnormal 5 orang
(16%). Hal ini dapat menuntun
perawat guna mengetahui
gambaran status hemodinamik
pasien Sectio Caesarea bedah.
23
Untuk peneliti selanjutnya
diharapkan untuk mencari faktor
mana yang paling
mempengaruhi status
hemodinamik pasien Sectio
Caesarea bedah
2 Aemilianus Mau
(2013)
Pengaruh terapi musik
terhadap kecemasan
pasien pre operasi di
ruang Anggrek.
Cempaka dan Asoka
RSU. Prof Dr. W. Z.
Johannes Kupang
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian Pra Experimen dengan
rancangan Pra-Paska Test dengan
Satu Kelompok (One Group Pra
Test-Posttest Design). Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah
60 orang Variabel independen/
intervensi dalam penelitian ini
adalah terapi musik dan variabel
dependennya adalah kecemasan
pasien. Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner dan
lembar observasi cek list untuk
mengukur tingkat kecemasan
pasien berdasarkan Hamilton
Sectio Caesarea Range for Anxiety
(HRS-A). Cara pengumpulan data
: sebelum pasien dioperasi. diukur
tingkat kecemasan. Jika pasien
cemas. maka dilakukan
1. Kecemasan pasien sebelum
terapi musik: 5 orang (8%)
mengalami kecemasan
ringan. 45 orang (75%)
mengalami kecemasan
sedang. dan 10 oran (17%)
mengalami kecemasan
berat.
2. Kecemasan pasien setelah
terapi musik : 27 orang
(45%) tidak mengalami
kecemasan sebelum
dioperasi. 30 orang (50%)
mengalami kecemasan
ringan. dan 3 oran (5%)
mengalami kecemasan
sedang.
3. Hasil uji statisitik
menggunakan Wilcoxon
Signed Ranks Test
intervensi mendengarkan musik menunjukan ada pengaruh
24
instrumen Kenny G. Dan musik
rohani sesuai pilihan pasien
menggunakan headset selama 2-
3x/hari. Data hasil penelitian
dianalisis dengan menggunakan
Uji Wilcoxon Siged Rank Test
yang signifikan terapi
musik terhadap penurunan
tingkat kecemasan pasien
sebelum operasi yang
ditunjukkan dengan nilai
p=0.000. dan Z=--6.952
3 Nuh Huda, Tujiana,
Retno Wardani
(2009)
Hubungan antara
Komunikasi Terapeutik
Perawat dan Tingkat
Kecemasan pada Klien
Pre Operasi Di Ruang
Pre Med ICU Anestesi
Rumah Sakit Dr.
Ramelan Surabaya
Penelitian kuantitaif dengan
pendekatan cross sectional yaitu
penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor –
faktor resiko efek, dengan cara
pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (PointTime Approach)
artinya setiap subjek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap
suatu karakter atau variabel subyek
pada saat pemeriksaan
Hasil Uji statistic korelasi
Spearman menunjukkan
terdapat hubungan yang
signifikan antara komunikasi
terapeutik perawat dan tingkat
kecemasan klien Pre Operasi di
Ruang Pre Med ICU Anestesi
Dr. Ramelan Surabaya.
Dari penelitian terdahulu memiliki kemiripan judul tetapi metode, alat ukur, cara pengumpulan data dan tempat penelitian
berbeda.
25
2626
2.3. Kerangka Teori
Indikasi SC
1. Plasenta previa
2. Letak janin tidak stabil
3. Disproporsi sefalopelvik
4. Riwayat sectio caesarea
5. Presentasi bokong
Pre Operasi SC
Status Hemodinamik
1. Tekanan Darah SC
2. Frekuensi Pernafasan
Kecemasan
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Tanda dan Gejala
Gambar 2.1 Kerangka Teori
(Sumber : Oxorn & Forte (2010), Potter & Perry (2006), Sherwood (2011) )
2727
2.4. Kerangka Konsep
Tekanan Darah
Tingkat Kecemasan Pre SC
Respirasi Rate
2.5. Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan status hemodinamik
pada pasien pre operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalansi Bedah
Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
H1 : Ada hubungan tingkat kecemasan dengan status hemodinamik pada
pasien pre operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalansi Bedah Sentral
(IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
penelitian korelasional menggunakan Cross Sectional. Penelitian Cross
Sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau
observasi dari variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu
saat. Pada penelitian ini variabel independen dan dependen dinilai secara
simultan pada satu saat sehingga tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2014).
Penelitian ini akan menghubungkan antara tingkat kecemasan dengan status
hemodinamik (tekanan darah dan frekuensi pernafasan).
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan subjek yang dijadikan sebagai responden
suatu penelitian (Nursalam, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien yang akan melakukan operasi Sectio Caesarea di Ruang
Instalansi Bedah Sentral (IBS) dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan data bahwa dalam bulan
Mei sampai Juli 2014 diperkirakan terdapat 61 pasien yang melakukan
operasi Sectio Caesarea.
28
2929
Sampel adalah beberapa subjek yang dijadikan sebagai responden
penelitian. Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
Total Sampling yaitu semua populasi penelitian dijadikan sebagai responden
penelitian (Nursalam, 2014).
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS)
dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri pada tanggal 23 September sampai
23 November 2015.
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi Alat ukur Penilaian Skala Tingkat
Kecemasan Suatu keadaan
tegangan atau
perasaan tegang
yang disebabkan
karena faktor-
faktor luar bukan
dari gangguan
kondisi-kondisi
jaringan tubuh
Kuesioner
HAM-A 0 = Tidak Cemas
<17
1 = Cemas Ringan
(18-24)
2 = Cemas Sedang
(25-30)
3 = Cemas Berat
(>30)
Total skor = 56
Ordinal
Status
Hemodinamik Keadaaan fungsi
kerja dari sebuah
organ vital
manusia seperti
Lembar
Observasi TD Berdasarkan MAP
1. Hipotensi <70
mmHg
2. Normal 70-105
Ordinal
fungsi paru dan
jantung seperti
frekuensi
pernafasan dan
tekanan darah
mmHg
3. Hipertensi
>105mmHg
RR
1. Bradipnea (<16
x/menit)
2. Normal (16-24
x/menit)
3. Takypnea (>24
x/menit)
3030
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Alat Penelitian
Alat penelitan yang digunakan meliputi kuesioner HAM-A yang
digunakan sebagai alat pengukur kecemasan, Hamilton Anxiety (HAM-A)
dengan total pernyataan 14 dan nilai total 56. Klasifikasi penilaian terdapat
5 klasifikasi dengan nilai 0 = tidak cemas, 1 = sedikit cemas, 2 = cukup
cemas, 3 = cemas berat, 4 = cemas berat sekali. Pembagian tingkat
kecemasan terbagi menjadi 4 yaitu <17 = tidak cemas, 18-24 = cemas
ringan, 25-30 = cemas sedang, >30 = cemas berat
Tensi Meter (Spigmomanometer) yang digunakan sebagai alat
pengukur tekanan darah, dan jam digital yang digunakan sebagai alat
pengukur frekuensi pernafasan.
3.5.2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari institusi
kepada Direktur RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
2. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari Direktur RSUD
dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, peneliti mengumpulkan data
tentang pasien yang pernah menjalani operasi Sectio Caesarea.
3. Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan penelitian dengan
memberikan informed consent sebagai pernyataan sah menjadi
responden.
3131
4. Peneliti membacakan kuesioner untuk menilai tingkat kecemasan
yang dialami responden menggunakan kuesioner HAM-A serta
melakukan pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter yang
sudah di kalibrasi dan frekuensi nafas menggunakan jam tangan. Jika
ditengah-tengah pengisian kuesioner responden mengalami HIS atau
nyeri, peneliti mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Waktu yang
dibutuhkan dalam pengisian kuesioner 5-10 menit.
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu pengukuran dan pengamatan yang
berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data
(Nursalam 2014). Kuesioner HAM-A sudah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas sehingga available atau layak untuk digunakan dimana saja
sebab kuesioner ini sudah diuji di China, Prancis, dan Spanyol dan
sudah dipublikasikan oleh Healthcare Technology Systems. Tensi meter
dilakukan kalibrasi sebelum dilakukan untuk pengukuran tekanan darah
dengan nomer seri 201311542416 oleh Kementerian Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Loka Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Surakarta tanggal kalibrasi 20 Oktober 2015.
3232
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap
sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat
kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari
responden. Editing ini dilakukan di tempat pengumpulan data
sehingga bila ada kekurangan segera dapat dilengkapi. Selama proses
penelitian ada beberapa data yang tidak terisi sehingga peneliti
meminta responden untuk melengkapinya sehingga didapatkan data
yang lengkap.
2. Coding
Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk
mempermudah mengolah data, hanya 1 variabel diberi kode yaitu
variabel dependen (Nursalam 2013). Tingkat kecemasan ada tiga
kategori yaitu 1 untuk kurang, 2 untuk sedang dan 3 untuk berat.
3. Entry data
Merupakan suatu proses pemasukan data kedalam komputer
untuk selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan
program komputer SPSS untuk analisa univariat dan bivariat
menggunakan Uji analisa Kendall Tau.
3333
4. Cleaning
Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang
dimasukkan kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan
sebenarnya atau proses pembersihan data. Proses ini peneliti
melakukan pengecekan ulang untuk memastikan bahwa semua data
yang dimasukkan dalam program komputer telah sesuai dengan data
asli yang didapat di lapangan.
5. Tabulating
Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel
kemudian diolah dengan bantuan komputer.
3.7.2. Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data
yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif
dengan menggunakan analisis unviariat dan bivariat. Pada penelitian ini
menggunakan sistem komputer dalam penghitungan data. Adapun analisa
yang digunakan sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan
untuk menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yang
menghasilkan suatu distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-
masing variabel (Nursalam, 2014).
Analisa univariat dalam penelitian ini adalah distribusi tentang
pendidikan, umur, pengalaman melahirkan.
3434
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Kendall Tau yang
bertujuan untuk menghubungkan dua variabel yang memiliki skala
ordinal. Pada penelitian ini akan menghubungkan dua variabel yaitu
variabel tingkat kecemasan (independen) dengan variabel status
hemodinamik (dependen) (Nursalam, 2014)
Analisa hasil uji statistik : Apabila p value > 0,05 maka Ho
diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada hubungan tingkat kecemasan
dengan status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di
Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri. Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1
terima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan status
hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di Ruang
Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri.
Odd Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)
dengan kejadian penyakit, dihitung dari angka kejadian penyakit pada
kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian
penyakit pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor
risiko). Odd ratio digunakan untuk mengetahui seberapa banyak
perubahan status hemodinamik ditemukan pada pasien yang akan
menjalani operasi Sectio Caesarea yang mengalami kecemasan.
3535
Rumus Odd Ratio
Tabel 3.2 Rumus Odd Ratio
Kecemasan Perubahan Status Hemodinamik
Ya Tidak
Ya a B
Tidak c D
OR = ad/bc
Nilai Odd ratio ditunjukkan dengan nilai "Estimate".Nilai Asymp. Sig
(2-Sided) menunjukkan nilai p value atau signifikansi nilai odds ratio.
Apabila < 0,05 maka pada taraf kepercayaan 95%, odds ratio
dinyatakan signifikan atau bermakna yang berarti dapat mewakili
keseluruhan populasi. Nilai Common Odd Ratio Lower Bound dan
Upper Bound menunjukkan batas atas dan batas bawah odds ratio.
3.8. Etika Penelitian
Ada beberapa etika yang dilakukan untuk mendukung kelancaran
penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Informed consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
calon responden dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti
menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden. Calon responden
bersedia menjadi responden maka dipersilahkan menandatangani lembar
persetujuan.
2. Anonimity (Kerahasiaan Identitas)
Anonimity merupakan etika penelitian dimana peneliti tidak
mencantumkan nama responden dan tanda tangan pada lembar alat ukur,
3636
tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Kode yang
digunakan berupa nama responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)
Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi atau
masalah lain yang menyangkut privacy klien. Hanya kelompok data
tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Analisa Univariat
4.1.1. Karakteristik Responden Menurut Umur
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Klasifikasi Umur Frekuensi Persen Remaja Akhir (17-25 Tahun) 17 27,9 Dewasa Awal (26-35 Tahun) 31 50,8 Dewasa Akhir (36-45 Tahun) 13 21,3
Total 61 100
Karakteristik responden berdasarkan umur yang paling banyak sesuai tabel
4.1 adalah usia dewasa awal sebanyak 31 orang (50,8%).
4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Klasifikasi Pendidikan Frekuensi Persen (%) SD 21 34,4 SMP 25 41,0 SMA 11 18,0 S1 4 6,6
Total 61 100
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling
banyak sesuai tabel 4.2 adalah SMP sebanyak 25 orang (41,0%).
4.1.3. Distribusi Tekanan Darah Saat Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)
Tabel 4.3 Distribusi Tekanan Darah Saat Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)
Klasifikasi TD Frekuensi Persen (%)
Hipotensi 0 0
Normal 9 14,8
Hipertensi 52 85,2
Total 61 100
37
3838
Tidak Cemas 0 0 4 Cemas Ringan 0 5 15 Cemas Sedang 0 2 15
Distribusi tekanan darah saat di Instalansi Bedah Sentral (IBS) yang paling
banyak sesuai tabel 4.3 adalah hipertensi sebanyak 52 orang (85,2%).
4.1.4. Distribusi Respirasi rate Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)
Tabel 4.4 Distribusi Respirasi rate Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)
Klasifikasi RR Frekuensi Persen (%) Bradipnea 0 0 Normal 61 100 Takypnea 0 0
Total 61 100
Distribusi respirasi rate sesuai tabel 4.5 semuanya dalah normal sebanyak
61 orang (100%).
4.1.5. Distribusi Tingkat Kecemasan
Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Kecemasan
Klasifikasi Tingkat Kecemasan Frekuensi Persen (%) Tidak cemas 4 6,6 Cemas ringan 20 32,8 Cemas sedang 17 27,9 Cemas berat 20 32,8
Total 61 100
Distribusi tingkat kecemasan yang paling banyak sesuai dengan tabel 4.5
adalah cemas ringan sebanyak 20 orang (32,8%) dan cemas berat sebanyak
20 orang (32,8%).
4.2. Analisis Bivariat
4.3.1. Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Tekanan Darah
Tabel 4.6 Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Tekanan Darah
Tingkat
Kecemasan
Tekanan Darah P Value
Hipotensi Normal Hipertensi
0,009
Cemas Berat 0 2 18
3939
Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau berdasarkan tabel 4.6
didapatkan nilai p value = 0,009 makap value < 0,05 sehingga H0 ditolak
dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan
darah.
4.3.2. Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Respirasi rate
Tabel 4.7 Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Respirasi rate
Tingkat
Kecemasan
Respirasi Rate P Value
Bradipnea Normal Takipnea
Tidak Cemas 0 4 0
Cemas Ringan 0 20 0
Cemas Sedang 0 17 0
0,002
Cemas Berat 0 20 0
Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau berdasarkan tabel 4.7
didapatkan nilai p value = 0,002 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak
dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan respirasi
rate.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
5.1.1. Karakteristik Responden Menurut Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur yang paling banyak
sesuai tabel 4.1 adalah usia dewasa awal sebanyak 31 orang (50,8%). Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Salfariani & Nasution
(2007) yang menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menjalani
sectio caesarea adalah umur 25-30 tahun sebanyak 14 orang. Menurut
BKKBN usia reproduktif yang sehat adalah 20-30 tahun. Lebih atau
kurang dari usia tersebut merupakan berisiko.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Milka, Hasifah
& Suryani (2013) menunjukkan bahwa dari 35 responden diketahui jumlah
responden yang terbanyak berada pada golongan umur 20-30 tahun yaitu
sebanyak 26 responden (74,3%). Hasil penelitian Khodijah, Siburian &
Sinaga (2014) menunjukkan bahwa umur mempengaruhi kejadian SC
yang mayoritas berusia 20-35 tahun sebanyak 184 ibu (80%).
Hasil penelitian di atas juga senada dengan penelitian Marisi
(2007) di RSUD Sidikalang yang menyatakan (78,7%) adalah ibu
melahirkan dengan umur 20-35 tahun. Komplikasi yang mungkin timbul
saat kehamilan juga dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga SC
dapat dianggap sebagai cara terbaik untuk melahirkan janin. Penelitian
40
4141
Nurhasannah (2010) pada tahun 2010 di RSU Bhakti Yudha Depok
didapatkan sebanyak 78% kasus terjadi pada usia 20-35 tahun. Hasil
tersebut disebabkan oleh perkembangan indikasi baik dari indikasi medis
yaitu faktor ibu dan janin maupun indikasi sosial. Selain itu, hal ini juga
dikarenakan jumlah ibu hamil yang melahirkan di usia >35 dan <20 tahun
memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang
melahirkan di usia kelompok 20-35 tahun.
Kehamilan dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun sangat berisiko
untuk persalinan patologis sebagai indikasi SC. Kehamilan ibu dengan
usia dibawah 20 tahun berpengaruh pada kematangan fisik dan mental
dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Rahim dan panggul ibu
sering kali belum tumbuh matang mencapai ukuran dewasa. Selain itu
mental ibu juga berpengaruh terhadap pada ketrampilan ibu dalam
merawat diri ibu dan bayinya. Sehingga pada usia ini ibu cenderung
mengalami persalinan SC walaupun tanpa indikasi dengan pertimbangan
kekhawatiran ibu pada dirinya dalam menghadapi proses persalinan dan
keselamatan janin dalam kandungannya (Hutabalian, 2011).
5.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yang
paling banyak sesuai tabel 4.2 adalah SMP sebanyak 25 orang (41,0%).
Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan
landasan seseorang dalam berbuat sesuatu. Pendidikan responden yang
4242
mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam pembentukan
sikap mereka tentang tindakan sectio caesarea.
Tingkat pendidikan berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap segala sesuatu yang datang dari luar, dimana pada seseorang
dengan pendidikan tinggi akan memberikan respon lebih rasional daripada
yang berpendidikan menengah atau rendah. Tingkat pendidikan
selanjutnya menunjukkan kesadaran dan usaha pencapaian atau
peningkatan derajat kesehatan yang lebih baik pada yang berpendidikan
tinggi daripada yang berpendidikan menengah atau rendah. Semakin
tinggi pendidikan pasien maka keyakinannya harus didukung oleh bukti –
bukti ilmiah yang rasional, karena persalinan bila dilakukan secara operasi
hal ini menunjukan adanya proses yang tidak normal, mereka
diharapkan dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya (Pratiwi, 2011).
5.1.3. Distribusi Tekanan Darah Pasien Saat Di Instalansi Bedah Sentral
(IBS)
Distribusi tekanan darah saat di IBS yang paling banyak sesuai
tabel 4.4 adalah hipertensi sebanyak 52 orang (85,2%).
Hasil penelitian Tampubolon, Lalenoh & Tambajong (2015)
menunjukan bahwa MAP pada jam ke-0 paling banyak 97 mmHg
berjumlah 8 pasien atau 40 %. Pada jam ke2 paling banyak 87 mmHg
Berjumlah 7 pasien atau 35 %. Pada jam ke-4 paling banyak 107 mmHg
berjumlah 10 pasien atau 50 %. Pada jam ke-6 paling banyak 107 mmHg
4343
berjumlah 13 pasien atau 65 % sehingga distribusi tekanan darah pada
pasien dalam ruang Instalansi Bedah Sentral paling banyak adalah
hipertensi pada jam ke-6 berjumlah 13 pasien (65%).
Tekanan psikologis merupakan faktor utama penyebab terjadinya
atau munculnya peningkatan tekanan darah pada mereka yang akan
memasuki kamar operasi. Menurut seorang ahli bedah gastroenterology di
RS Pertamina bahwa meningkatnya tekanan darah pada mereka yang di
ruang pre medikasi disebabkan karena tekanan psikologis yang tinggi
khususnya menjelang akan dioperasi. Adanya tekanan psikologis
menyebabkan munculnya gejala mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati
dan malas makan. Selain itu juga tekanan psikologis bisa menyebabkan
seseorang menjadi depresi yang menyebabkan menurunnya nafsu makan
(Ikhsan, Asdar & Suryani, 2012).
Hasil Penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh
Rondhianto dalam Ikhsan, Asdar & Suryani (2012) bahwa tindakan
operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk yang akan membahayakan
bagi pasien dapat saja terjadi sehingga diperlukan peran penting perawat
dalam setiap tindakan pembedahan dengan melakukan intervensi
keperawatan yang tepat untuk mempersiapkan klien baik secara fisik
maupun psikis.
4444
Menurut teori yang dikemukakan oleh Harry (2005), bahwa
ansietas, takut, nyeri, dan stres emosi menyebabkan stimulasi simpatik
yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular
perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah. Pada
dasarnya tekanan psikologis memberikan efek pada peningkatan tekanan
darah. Pada orang yang mengalami tekanan psikologis, maka pemompaan
darah ke jantung menjadi lebih cepat, paru-paru bekerja lebih cepat dan ini
juga menyebabkan timbulnya simptom-simptom pada aliran darah dan
akhirnya tekanan darah mengalami peningkatan (Ikhsan, Asdar & Suryani,
2012).
5.1.4. Distribusi Respirasi Rate Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)
Distribusi respirasi rate sesuai tabel 4.5 semuanya dalah normal
sebanyak 61 orang (100%). Hasil penelitian Tampubolon, Lalenoh &
Tambajong (2015) menunjukan bahwa laju napas pada jam ke-0 paling
banyak 20x/menit, 21x/menit, dan 22x/menit berjumlah masing-masing 4
pasien atau 20%. Pada jam ke-2 paling banyak 18x/menit dan 19x/menit
berjumlah masing-masing 4 pasien atau 20%. Pada jam ke-4 paling
banyak 20x/menit berjumlah 5 pasien atau 25%. Pada jam ke-6 paling
banyak 26x/menit berjumlah 5 pasien atau 25% sehingga distribusi
frekuensi pernafasan yang paling banyak di Instalansi Bedah Sentral pada
jam ke-4 adalah normal sebanyak 5 pasien (25%) dan takypne pada jam
ke-6 sebanyak 5 pasien (25%).
4545
Hasil Penelitian Fadllilah (2014) didapatkan sebanyak 4 responden
(13.3%) yang mengalami kecemasan berat dan panik mengalami frekuensi
napas dalam kategori takipneu. Hasil penelitian ini mendukung pendapat
yang dikemukanan oleh Debora (2012) bahwa ada beberapa faktor yang
bisa memengaruhi pernapasan, antara lain adalah fisik, misalnya kelainan
bentuk dada, penyakit pernapasan yang sudah menahun, serta adanya
gangguan pada fungsi dan struktur pernapasan. Psikologis, misalnya stres
dan cemas. Sosiokultural, misalnya merokok. Lingkungan, misalnya
adanya alergi dan polusi.
Tanda dan gejala pada kecemasan berat antara lain napas pendek,
nadi, dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan
kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman meningkat.
Tanda dan gejala pada kecemasan panik antara lain yaitu napas pendek,
rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, lapang persepsi sangat sempit,
marah, ketakutan, berteriak-teriak, dan persepsi kacau (Stuart, 2007).
5.1.5. Distribusi Tingkat Kecemasan
Distribusi tingkat kecemasan yang paling banyak sesuai dengan
tabel 4.6 adalah cemas ringan sebanyak 20 orang (32,8%) dan cemas berat
sebanyak 20 orang (32,8%).
Hasil penelitian Hastuti (2015) menunjukkan bahwa kecemasan
pada pasien pre operasi section caesarea mengalami kecemasan berat
sebanyak 18 orang (45%). Pasien sebelum dioperasi menganggap bahwa
4646
operasi merupakan tindakan yang menakutkan karena menggunakan
peralatan, ruangan dan tindakantindakan keperawatan khusus. Pasien pre
operasi mengalami perasaan cemas dan ketegangan yang ditandai dengan
rasa cemas, takut akan pikiran sendiri, otot terasa nyeri, rasa penuh atau
kembung, keringat dingin, pusing, tegang, lesu, tidak dapat istirahat
dengan tenang. Perasaan itu dapat terjadi karena pasien tidak mempunyai
pengalaman terhadap hal-hal yang akan dihadapi saat pembedahan seperti
anatesi, nyeri, perubahan bentuk dan ketidakmampuan mobilisasi post
operasi (Kasdu, 2008). Menurut sundari (2005), pasien yang akan
menjalani operasi atau pembedahan dapat mengalami kecemasan yang
merupakan reaksi umum terhadap kondisi yang dirasakan sebagai suatu
ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan
kehidupannya itu sendiri.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa distribusi kecemasan
ringan juga paling banyak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Qulsum ,dkk (2012) yang menyatakan bahwa kecemasan pasien
pre operasi sebelum diberikan intervensi terbanyak adalah kecemasan
ringan yang disebabkan oleh umur responden yang rata-rata dewasa. Ibu
yang akan bersalin mempunyai emosi berlebihan yang dapat menimbulkan
kecemasan. Tingkat kecemasan setiap orang berbeda-beda meskipun
menghadapi permasalahan yang sama karena faktor yang mempengaruhi
diantaranya pemahaman diri, kematangan dan pemahaman dalam
menghadapi tantangan (Stubrata, 2008).
4747
Hasil penelitian Gangka, Kadir & Semana (2013) menunjukkan
beberapa faktor yang dapat memepengaruhi tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
dan pendapatan. Faktor umur dapat mempengaruhi tingkat kecemasan
sesuai pendapat Soewadi (2006) yang mengatakan bahwa umur muda
lebih mengalami kecemasan dari pada umur tua, karena usia muda lebih
mudah mengetahui dan memahami tentang tindakan operasi yang
dilakukan.Kondisi tersebut juga berhubungan dengan tingkat kesiapan
pasien dalam menghadapi operasi. Berdasarkan hasil penelitian kecemasan
berat lebih banyak dialami oleh pasien perempuan, hal ini karena pasien
perempuan lebih emosional dan lebih responsive dari laki-laki.
Kecemasan yang dialami oleh pasien sebelum operasi lebih banyak
yang dialami oleh pasien yang tidak bekerja. Hal ini terjadi karena
kemungkinan pasien selalu memikirkan, biaya pengobatan maupun semua
biaya selama dia dalam perawatan, mulai masuk sampai keluar di rumah
sakit (Gangka, Kadir & Semana, 2013).
Kecemasan yang dialami oleh pasien sebelum operasi lebih banyak
dialami oleh pasien yang berpendidikan rendah dalam hal ini yang tingkat
pendidikannya SD dan SLTP karena pengetahuan atau pemahamannya
tentang prosedur, manfaat dan kerugian dari operasi tersebut masih kurang
sehingga mekanisme koping yang dimiliki kurang efektif dari pada pasien
yang pendidikannya cukup dalam hal ini pasien yang pendidikannya
SMU-Sarjana karena responden mampu memahami dan menganalisa
4848
tentang segala informasi yang diberikan sehingga memiliki tingkat
pemahaman yang bagus atau memiliki mekanisme koping yang lebih
bagus. Adanya hubungan antara pendapatan pasien pre operasi bedah
mayor digestif dengan tingkat kecemasan, disebabkan karena walaupun
tingkat pendapatan yang baik tetapi kurangnya persiapan biaya yang tidak
sedikit merupakan faktor dari permasalahan yang berdampak pada rasa
kekhawatiran dari keluarga ataupun pasien pre operasi bedah mayor
digestif itu sendiri, jika hal ini terus menerus terjadi dapat menyebabkan
kecemasan yang berkepanjangan pada pasien pre operasi bedah mayor
digestif (Gangka, Kadir & Semana, 2013).
5.2. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan RR dan TD
5.2.1. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Respirasi rate
Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan
nilai p value = 0,009 makap value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1
diterima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan darah.
Hasil penelitian Fadlilah (2014) menunjukkan hasil yang sama bahwa nilai
p-value didapatkan hasil 0.002. Yang berarti nilai p-value kurang dari 0,05
dapat juga diartikan Ho ditolak atau hipotesis diterima yang artinya ada
hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi napas
Rasa cemas yang dialami dapat meningkatkan respirasi rate
(hiperventilasi) akibat rasa takut yang ditimbulkan oleh rasa cemas yang
dialaminya (Aulawi, 2007). Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi
pernapasan, antara lain adalah fisik, misalnya kelainan bentuk dada,
4949
penyakit pernapasan yang sudah menahun, serta adanya gangguan pada
fungsi dan struktur pernapasan. Psikologis, misalnya stres dan cemas.
Sosiokultural, misalnya merokok. Lingkungan, misalnya adanya alergi dan
polusi. Tanda dan gejala pada kecemasan berat antara lain napas pendek,
nadi, dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan
kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman meningkat.
Tanda dan gejala pada kecemasan panik antara lain yaitu napas pendek,
rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, lapang persepsi sangat sempit,
marah, ketakutan, berteriak-teriak, dan persepsi kacau (Stuart, 2007).
5.2.2. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tekanan Darah
Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai
p value = 0,002 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima
artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan respirasi rate. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fadlilah (2014) yang
menunjukkan bahwa nilai p-value didapatkan hasil 0,002. yang berarti
nilai p-value kurang dari 0,05 dapat juga diartikan Ho ditolak atau
hipotesis diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat
kecemasandengan tekanan darah.
Kecemasan dapat menstimulasi sistem saraf pusat sehingga membuat
jantung berdebar disertai takikardi dan peningkatan tekanan darah
(Aulawi, 2007). Kecemasan yang dirasakan dapat meningkatkan kepekaan
terhadap stimulus sehingga stimulus bereaksi berlebihan dalam sistem
5050
peredaran darah yang menyebabkan urat-urat nadi dan pembuluh darah
kecil mengerut sangat kuat dan kemudian mengadakan respon terhadap
tekanan darah yang bertambah kuat serta mengeluarkan angiotamin (zat
yang menyebabkan pembuluh-pembuluh nadi dan menggiatkan kerja
jantung) maka terjadilah peningkatan tekanan darah (Semiun, 2010).
Hasil penelitian Ikhsan, Asdar & Suryani (2012) menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan dapat meningkatkan tekanan darah pada pasien
pre operasi. Peningkatan tekanan darah disebabkan karena pengetahuan
merupakan informasi yang diperlukan pasien untuk mengatasi masalah.
Pengetahuan pasien mengenai tindakan operasi seperti jenis operasi, jenis
anatesi, dan riwayat penyakit yang diderita dapat meningkatkan tekanan
darah. Semakin banyak informasi atau pengetahuan pasien mengenai
tindakan operasi yang akan dilakukan maka pasien akan lebih siap
sebelum memasuki ruang operasi sehingga mengurangi dampak terjadinya
peningkatan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi dapat terjadi
akibat adanya riwayat penyakit tekanan darah tinggi sehingga pada saat
akan melakukan operasi maka terjadi peningkatan tekanan darah. Pada
orang dengan riwayat hipertensi maka risiko untuk mengalami kondisi ini
semakin meningkat apalagi jika kondisi tersebut tidak diikuti dengan
dukungan dari keluarga pada saat masih berada di ruang perawatan
(Rondhianto, 2008).
5151
Tekanan psikologis merupakan faktor utama penyebab terjadinya
atau munculnya peningkatan tekanan darah pada mereka yang akan
memasuki ruang operasi. Menurut seorang ahli bedah gastroeneterolgy di
RS Pertamina bahwa meningkatnya tekanan darah pada mereka di pre
medikasi disebabkan karena tekanan psikologis yang tinggi khusunya
menjelang operasi. Menurut teori yang dikemukakan oleh Harry (2005)
bahwa ansietas, takut, nyeri dan stress emosi menyebabkan stimulasi
simpatik yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan
vaskular perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukanan oleh
Muttaqin & Sari (2011) yang menunjukkan bahwa ansietas, takut, nyeri,
dan emosi dapat merangsang saraf simpatis sehinga menimbulkan
penekanan denyut jantung, dan tahanan vena perifer. Perangsangan saraf
simpatis menyebabkan peningkatan tekanan darah. Pada panelitian ini juga
didapatkan responden dalam kategori cemas ringan mengalami
peningkatan tekanan darah atau hipertensi sebanyak 1 responden (3.3%)
dikarenakan faktor lain, pada saat penelitian peneliti mendapatkan bahwa
pasien mengalami nyeri di bagian yang mengalami penyakit. Hal ini
berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stuart (2007)
menunjukkan ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan tekanan
darah yaitu stresor psikologis dan fisik yang dapat mempengaruhi tekanan
darah yang tidak dikendalikan di kriteria inklusi dan eksklusi.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur yang paling
banyak sesuai tabel 4.1 adalah usia dewasa awal sebanyak 31 orang
(50,8%) dan berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak sesuai
tabel 4.2 adalah SMP sebanyak 25 orang (41,0%).
2. Tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang
Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri yang paling banyak sesuai dengan tabel 4.6 adalah cemas
ringan sebanyak 20 orang (32,8%) dan cemas berat sebanyak 20 orang
(32,8%), cemas sedang sebanyak 17 orang (27,9%), dan tidak cemas
sebanyak 4 orang (6,6%).
3. Status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang
IBS RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri berdasarkan
distribusi tekanan darah saat di IBS yang paling banyak sesuai tabel 4.4
adalah hipertensi sebanyak 52 orang (85,2%) dan distribusi respirasi
rate sesuai tabel 4.5 semuanya dalah normal sebanyak 61 orang
(100%).
4. Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p
value = 0,009 makap value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima
artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan darah dan
52
53
hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau berdasarkan tabel
4.7 didapatkan nilai p value = 0,002 maka p value < 0,05 sehingga H0
ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan
respirasi rate.
6.2. Saran
1. Rumah sakit
Hasil penelitian mampu dijadikan sebagai acuan dalam
pemeriksaan sebelum dilakukan operasi sectio caesarea.
2. Institusi
Hasil penelitian mampu dijadikan sumber pembelajaran tentang
keperawatan maternitas.
3. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memotivasi peneliti lebih mendalami
lagi tentang manajemen keperawatan maternitas dalam penanganan
kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea.
4. Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang
kecemasan yang dialami oleh pasien yang akan menjalani sectio
caesarea.
5. Ibu Hamil
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang
kecemasan yang dialami oleh ibu hamil sehingga dapat membuat
rencana pencegahan dalam mengatasi kecemasan yang dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.S. (2010). Prosedur Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Depkes.RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Depkes.RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Fadlilah, Siti. (2014). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Status
Tanda-Tanda Vital Pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi Di Ruang
Melati Iii Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Fareer, Hellen. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Gunarsah, Singgih D & Gunarsah, Ny.Singgih. D. (2008). Psikologi
Keperawatan. Jakarta: Gunung Mulia.
Gunawan, Adi W. (2007). Hypnosis The Art Of Subconscious Communication.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hall, Calvin S & Lindsey, Gardner. (2009). Teori-teori Psikodinamik (Klinis).
Yogyakarta: Kasinius.
Hastuti, Dwi. (2015). Hubungan Pengetahuan Tentang Sectio Caesarea dengan
Kecemasan Ibu Pre Operasi Di Ruang Catleya Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta. Skripsi S-1 keperawatan. Stikes Kusuma Husaada.
Surakarta.
Horne, Mima M & Swearingen, Pamela L. (2001). Keseimbangan Cairan
Elektrolit & Asam Basa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Ikhsan, Muhammad, Asdar, Faisal & Suryani, Sri. (2012). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Terjadinya Peningkatan Tekanan Darah Pada
Pasien Pre Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Umum Islam Faisal
Makassar. Jurnal Penelitian Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012. ISSN:
2302-2531.
Kasdu, Dini. (2008). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa
Swara.
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa indonesia. Diakses 3 Februari 2016 dari
http://kbbi.web.id/cemas.
Khodijah, Dodoh, Siburian, Yessika Rouli & Sinaga, Renny. (2014). Hubungan
Karakteristik Ibu Dengan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit TK IV
01.07.001 KESDAM I/BB Pematangsiantar. Jurnal Ilmiah
PANNMED. ISSN 1907– 3046 Vol.9 No.1.
Kusumawati, Farida dan Hartono, Yudi. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Leksana, Ery. (2011). Pengelolaan Hemodinamik. Jurnal CDK. No.38 Vol.7.
Semarang: RSUP Kariadi.
Marisi. (2009). Karakteristik Ibu Yang Mengalami Persalinan Dengan Seksio
Sesarea Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang
Tahun 2007: USU Repository 2009. Medan
Mau, Aemalinius. (2013). Pengaruh terapi musik terhadap kecemasan pasien pre
operasi di ruang Anggrek, Cempaka dan Asoka RSU Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang.
Milka, Maria Viane, Hasifah & Suryani, Sri. (2013). Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu Post Sectio Caesarea terhadap Mobilisasi Dini di RSIA
Pertiwi Makassar 2013. Jurnal Ilmiah.Vol.4 No.3.ISSN 2302-1721.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Oxorn, Harry & Forte, William R. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yem & Andi Offset.
Pawate, Inggriet. Pali, Cicila & Opod, Henri. (2013). Perbedaan Tingkat
Kecemasan pada Ibu Pre Sectio Caesarea di RSIA Kasih Ibu dan
RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas
dan Topik Vol 1 No 3.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (edisi 4).
Jakarta: Salemba Medika.
Pratiwi, A. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Edisi Pertama,
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Purnawan, I & Saryono. (2010). Mengelola Pasien dengan Ventilator Mekanik.
Jakarta: Rekatama.
Purwaningsih, Wahyu. (2010). Derajat Kecemasan Pasien dengan Tindakan
Operatif dapat Diminimalisir dengan Persiapan Preoperatif yang
Matang. Infokes. Vol 1.No.1. ISSN : 2086-2628.
Qulsum, dkk. (2012). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD.
Tugurejo Semarang. Diakses 28 Desember 2015 dari
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id.
Saifuddin. A. (2009). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo. Jakarta.
Salfariani, Intan M & Nasution, Siti Saidah. (2007). Faktor Pemilihan Persalinan
Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di RSU Bunda Thamrin
Medan. Karya Ilmiah S-1 Keperawatan. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Semiun, Yustinus. (2010). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kasinius
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi 6). Jakarta:
EGC.
Stuart, W.G. (2007). Buku Saku keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sumelung, Veibymiaty. Kundre, Rina & Karundeng, Michael. (2014). Faktor –
Faktor Yang Berperan Meningkatnya Angka Kejadian Sectio
Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna.
Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1
Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Sutandoyo. (2008). Mekanisme Kecemasan. Jakarta: EGC
Tampubolon, Triyatna R.A. Lalenoh, Diana & Tambajong, Harold. (2015). Profil
Nyeri Dan Perubahan Hemodinamik Pada Pasien Pasca Bedah Seksio
Sesarea Dengan Analgetik Petidin.Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 3, No.1.
Tanjung, Ma’wah Iqbal. (2014). Status Hemodinamik Pada Pasien PaSectio
Caesareaa Bedah Di Ruang ICU PaSectio Caesareaa Bedah Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.Artikel Ilmiah.
Universitas Sumatera Utara Jurnal Keperawatan. Vol.1 No.1 ISSN
2337-3830.
Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan.Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Yaeni, Muhamad. (2013). Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea
Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.Karya Publikasi.Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lia, X., Zhua, J., Dai, L., Li, M., Miao, L., Liang, J. and Wang, Y. (2010). Trends
in Maternal Mortality Due to Obstetric Hemorrhage in Urban, and
Rural China, 1996–2005. J. Perinat. Med. 39: 35–41.
Liu, David. (2007). Manual Persalinan. Jakarta : EGC.
Dewi, Yusmiati. (2007). Manajemen Stres, Cemas: Pengantar Dari A Sampai Z.
Jakarta: Edsa Mahkota.