hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan...

Download Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua Dengan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8737/2/T1_802009012_Full... · dengan skala dukungan sosial orangtua dan skala prokrastinasi

If you can't read please download the document

Upload: buitruc

Post on 14-Sep-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN

    PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

    OLEH

    DEVI LISNA ADI PUTRI

    802009012

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai

    Gelar Sarjana

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2014

  • HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN

    PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

    Devi Lisna Adi Putri

    Berta E. A. P., S.Psi. MA.

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2014

  • 1

    ABSTRAK

    Mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu

    faktornya adalah dukungan sosial orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya

    hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik pada

    mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

    Salatiga sebanyak 89 orang, dipilih dengan teknik incidental sampling. Data dikumpulkan

    dengan skala dukungan sosial orangtua dan skala prokrastinasi akademik. Hubungan antara

    dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik diuji dengan menggunakan uji

    korelasi Product-moment Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan

    antara dukungan sosial orang tua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas

    Psikologi UKSW Salatiga, dengan r = -0,741 dengan sig.= 0,000 (p > 0,05).

    Kata kunci: dukungan sosial orangtua, prokrastinasi akademik, mahasiswa

    Fakultas Psikologi UKSW Salatiga

  • 2

    ABSTRACT

    Academic procrastination in university student were caused by many factors, one of many

    factors was parental social support. The aim of this study is to find out the relationship

    between parental social support and academic procrastination in students of Faculty

    Psychology of UKSW. This study was conducted towards 89 students of Psychology of

    UKSW Salatiga, that were selected by incidental sampling. The data was collected using

    parental social support scale and academic procrastination scale. The relationship

    between parental social support and academic procrastination in students of Faculty

    Psychology of UKSW tested with Pearson's product moment correlation. The obtained

    correlation coefficient is at -0,741 with a significance value of 0.000 (p > 0,05), thus it can

    be concluded that there is a significant negative correlation between parental social

    support and academic procrastination in students of Faculty Psychology of UKSW.

    Keywords: parental social support, academic procrastination, students of Faculty

    Psychology of UKSW

  • HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN

    PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

    OLEH

    DEVI LISNA ADI PUTRI

    802009012

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai

    Gelar Sarjana

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2014

  • HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN

    PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

    Devi Lisna Adi Putri

    Berta E. A. P., S.Psi. MA.

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2014

  • i

    ABSTRAK

    Mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu

    faktornya adalah dukungan sosial orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya

    hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik pada

    mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

    Salatiga sebanyak 89 orang, dipilih dengan teknik incidental sampling. Data dikumpulkan

    dengan skala dukungan sosial orangtua dan skala prokrastinasi akademik. Hubungan antara

    dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik diuji dengan menggunakan uji

    korelasi Product-moment Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan

    antara dukungan sosial orang tua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas

    Psikologi UKSW Salatiga, dengan r = -0,741 dengan sig.= 0,000 (p > 0,05).

    Kata kunci: dukungan sosial orangtua, prokrastinasi akademik, mahasiswa

    Fakultas Psikologi UKSW Salatiga

  • ii

    ABSTRACT

    Academic procrastination in university student were caused by many factors, one of many

    factors was parental social support. The aim of this study is to find out the relationship

    between parental social support and academic procrastination in students of Faculty

    Psychology of UKSW. This study was conducted towards 89 students of Psychology of

    UKSW Salatiga, that were selected by incidental sampling. The data was collected using

    parental social support scale and academic procrastination scale. The relationship

    between parental social support and academic procrastination in students of Faculty

    Psychology of UKSW tested with Pearson's product moment correlation. The obtained

    correlation coefficient is at -0,741 with a significance value of 0.000 (p > 0,05), thus it can

    be concluded that there is a significant negative correlation between parental social

    support and academic procrastination in students of Faculty Psychology of UKSW.

    Keywords: parental social support, academic procrastination, students of Faculty

    Psychology of UKSW

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Setiap perilaku manusia melibatkan pilihan-pilihan untuk melakukan suatu

    pekerjaan pada saat itu juga atau membiarkan suatu situasi berlalu begitu saja. Pekerjaan

    yang menjadi prioritas umumnya akan dilakukan lebih dulu daripada yang tidak. Namun,

    kondisi tersebut tidak selalu terjadi. Menunda suatu pekerjaan baik disadari maupun tidak

    telah menjadi perilaku yang sering dilakukan sehingga menjadi masalah dan menimbulkan

    kerugian.

    Mahasiswa berada pada jenjang pendidikan yang paling tinggi yaitu perguruan

    tinggi. Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan

    dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Monks, Knoers, & Haditono, 2002).

    Banyak masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh mahasiswa yang lebih

    kompleks daripada ketika dirinya masih bersekolah. Sehingga dua kriteria yang diajukan

    untuk menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan dari dewasa awal adalah

    kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan (Santrock, 2009).

    Mahasiswa diharapkan dapat menempuh masa studi minimal 3,5 tahun dan akhirnya akan

    melewati fase akhir studinya dengan menyusun skripsi. Skripsi merupakan bagian dari

    tugas akademik menulis pada mahasiswa.

    Salah satu tantangan yang mahasiswa hadapi di perguruan tinggi adalah

    mewujudkan disiplin untuk tetap fokus dan mengelola waktu dengan baik. Selain tugas

    yang beragam dan memiliki tingkat kesukaran yang kompleks, mahasiswa juga harus

    menghadapi tugas perkembangan yaitu transisi menjadi orang dewasa. Masalah yang

    muncul bisa berhubungan dengan akademik seperti perencanaan studi, cara belajar, dan

  • 2

    pengenalan peraturan serta permasalahan nonakademik seperti masalah keluarga,

    pengembangan diri, pergaulan, maupun penyesuaian terhadap lingkungan kampus. Apabila

    mahasiswa tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan baik, maka dapat

    menimbulkan kecenderungan menghindar atau menunda saat dihadapkan pada tugas

    akademis (Purwantika, 2013).

    Kebiasaan menunda dalam pembahasan psikologi disebut dengan prokrastinasi

    sedangkan pelakunya disebut prokrastinator. Prokrastinasi lebih dari sekedar keterlambatan

    melainkan suatu kecenderungan untuk menunda, memulai atau menyelesaikan tugas

    penting. Yaakub (2000) menyebut prokrastinator sebagai seseorang yang sebenarnya

    mengetahui apa yang ingin dilakukan, memiliki perlengkapan untuk mengerjakan tugas dan

    berencana untuk mengerjakan tugas tersebut, tetapi mengerjakan tugas setelah sangat

    mendekati batas waktu atau tidak melakukannya sama sekali. Prokrastinator justru

    membuang waktunya untuk terlibat dalam kegiatan yang kurang penting daripada

    mengerjakan kewajibannya terlebih dahulu.

    Prokrastinasi yang terjadi dalam konteks tugas-tugas akademik disebut prokrastinasi

    akademik. Prokrastinasi akademik ditandai dengan keinginan untuk menghindar dari tugas,

    menjanjikan untuk mengerjakan nanti, dan menggunakan berbagai alasan untuk

    membenarkan penundaan tersebut serta mencegah dirinya disalahkan oleh orang lain

    (Knaus, 2010). Individu sengaja menunda tugas penting yang ingin diselesaikan meskipun

    mengetahui konsekuensi negatif yang dapat muncul. Solomon dan Rothblum (1994)

    menyebutkan ada enam tugas akademik yang akan dilakukan mahasiswa selama menjalani

    proses pendidikannya, yaitu tugas menulis, membaca, belajar menghadapi ujian,

    menghadiri pertemuan, tugas administratif, dan kinerja akademiknya secara keseluruhan.

  • 3

    Boice (1996) menambahkan bahwa prokrastinasi mempunyai dua karakteristik.

    Pertama, prokrastinasi dapat berarti menunda sebuah tugas yang penting dan sulit daripada

    tugas yang lebih mudah, lebih cepat diselesaikan, dan menimbulkan lebih sedikit

    kecemasan. Kedua, prokrastinasi dapat juga berarti menunggu waktu yang tepat untuk

    bertindak agar hasil lebih maksimal dan resiko minimal dibandingkan apabila dilakukan

    atau diselesaikan seperti biasa, pada waktu yang telah ditetapkan.

    Mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan selalu menemui tenggat waktu terbatas

    berkaitan dengan penyelesaian tugas, administrasi akademik, belajar, ujian, dan tugas akhir

    maupun skripsi. Permasalahan yang sering terjadi adalah mahasiswa menunda-nunda

    menyelesaikan tugas maupun pekerjaan akademis lain tersebut. Menurut Ferrari (dalam

    Ghufron, 2003) prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif dengan melakukan

    penundaan, banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia, tugas-tugas menjadi terbengkalai

    bahkan bila diselesaikan hasilnya tidak maksimal. Selain itu, penundaan juga bisa

    mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang.

    Solomon dan Rothblum (1984) mengatakan juga bahwa tingkat prokrastinasi

    akademik seseorang akan semakin meningkat seiring dengan makin lamanya studi

    seseorang. Jika pada saat duduk di bangku sekolah seseorang sudah melakukan

    prokrastinasi akademik, maka dapat diasumsikan bahwa pada saat di bangku perkuliahan,

    tingkat prokrastinasi akademiknya akan semakin meningkat.

    Bentuk-bentuk prokrastinasi akademik menurut Solomon & Rothblum (1984)

    adalah terjadi pada area menulis, membaca, tugas administratif, mempelajari materi

    akademik, menghadiri pertemuan akademik, dan kinerja akademik secara keseluruhan.

    Prokrastinasi menyebabkan berbagai hal yang dapat merugikan bagi orang yang

  • 4

    melakukannya. Menurut Solomon dan Rothblum (1984) beberapa kerugian akibat

    kemunculan prokrastinasi adalah tugas tidak terselesaikan, terselesaikan tetapi hasilnya

    tidak memuaskan disebabkan karena individu terburu-buru dalam menyelesaikan tugas

    tersebut untuk mengejar batas waktu (deadline), menimbulkan kecemasan sepanjang waktu

    sampai terselesaikan bahkan kemunculan depresi, tingkat kesalahan yang tinggi karena

    individu merasa tertekan dengan batas waktu yang semakin sempit disertai dengan

    peningkatan rasa cemas sehingga individu sulit berkonsentrasi secara maksimal, waktu

    yang sama dan pada pelajar dapat merusak kinerja akademik seperti kebiasaan buruk dalam

    belajar, motivasi belajar yang rendah, serta rasa percaya diri yang rendah.

    Pada penelitiannya, Ellis dan Knaus (2011) menunjukkan bahwa 70% mahasiswa di

    Amerika melakukan prokrastinasi akademik. Selain itu Kurniawati (2010) melakukan

    penelitian dengan hasil sebesar 60,06% mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW cenderung

    melakukan prokrastinasi. Didukung dengan hasil pengamatan peneliti di lingkungan

    Fakultas Psikologi UKSW yang menemukan bahwa penundaan merupakan salah satu

    kebiasaan yang dilakukan. Beberapa mahasiswa yang melakukan penundaan itu menunda

    untuk mengerjakan tugas, menunda belajar untuk menghadapi ujian, maupun menunda

    mengerjakan skripsi dengan melakukan aktivitas lain yang tidak penting bagi mereka

    maupun yang lebih menyenangkan bagi mereka. Hal ini dilakukan oleh beberapa

    mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW karena mereka memiliki pemikiran bahwa tekanan

    waktu atau waktu yang hampir habis dapat membuat seseorang menjadi lebih produktif dan

    kreatif dalam mengerjakan tugas-tugas akademik mereka.

    Prokrastinasi yang diartikan sebagai proses penundaan ini disebabkan oleh beberapa

    faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya prokrastinasi akademik ada dua

  • 5

    kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor dari

    dalam individu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis seperti motivasi, kontrol diri,

    efikasi diri, dan locus of control. Faktor eksternal berasal dari luar diri individu berupa

    status sosial ekonomi, keluarga (dukungan sosial orangtua, pola asuh orangtua), peer

    group, sarana dan prasarana penyelesaian tugas tersebut, tugas yang terlalu banyak, dan

    kondisi lingkungan (Ghufron, 2003).

    Penelitian yang telah ada mengenai kecenderungan prokrastinasi akademik lebih

    banyak meninjau pengaruh faktor internal seperti kegagalan dalam regulasi diri, orientasi,

    pencapaian tujuan dan penggunaan strategi belajar yang tidak tepat, rendahnya efikasi diri,

    rendahnya kontrol diri, rendahnya aservitas, dan internal locus of control. Prokrastinasi

    akademik juga dapat dipengaruhi oleh ketakutan akan kegagalan dan ketakutan terhadap

    tugas. Ketakutan ini berkaitan dengan takut terhadap kelas dan ujian, takut meminta

    bantuan, dan takut terhadap pengajar (Onwuegbuzie, 2004). Sedangkan faktor eksternal

    yang berpengaruh terhadap kecenderungan prokrastinasi akademik adalah jenjang

    pendidikan orangtua, jumlah saudara kandung, dan lamanya pendidikan. Prokrastinasi

    akademik menurun ketika pendidikan orangtua lebih tinggi tetapi meningkat seiring dengan

    jumlah saudara kandung dan lamanya individu dalam menempuh pendidikan (Rosario,

    2009). Selain itu, keluarga seperti dukungan sosial orangtua dianggap berperan dalam

    membantu mencegah berkembangnya prokrastinasi akademik pada anak-anaknya (Vahedi,

    Mostatafi, Mortazanajad, dalam Yatminingsih 2006).

    Dukungan sosial adalah sebuah cara untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian,

    dan penghargaan untuk orang lain. Sarafino (1998) menyatakan bahwa individu yang

    memperoleh dukungan sosial akan meyakini bahwa ia dicintai, dirawat, dihargai, berharga,

  • 6

    dan merupakan bagian dari lingkungan sosialnya. Menurut Smet (1994) dukungan sosial

    (social support) mengacu pada bantuan emosional, instrumental, dan finansial yang

    diperoleh dari jaringan sosial seseorang. Dukungan sosial merupakan kenyamanan psikis

    dan emosional yang diberikan kepada individu oleh keluarga, teman, rekan, dan yang

    lainnya. Rook (dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah satu

    fungsi pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan

    interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres.

    Sarason (dalam Kuntjoro, 2002) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah

    keberadaan, kesediaan, kepedulian orang-orang yang dapat diandalkan. Menurut Sarason

    dukungan sosial selalu mencakup dua hal, yaitu jumlah dukungan sosial yang tersedia

    (kuantitas) dan tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima (kualitas).

    Dukungan keluarga merupakan dukungan sosial pertama yang diterima seseorang

    karena anggota keluarga adalah orang-orang yang berada di lingkungan paling dekat

    dengan diri individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat memberikan

    bantuan (Levitt, Webber, Grucci, 1983). Keluarga sebagai komunitas terkecil dari sebuah

    masyarakat memiliki tanggung jawab yang besar dalam pendidikan anak (Nasution, 1986).

    Lingkungan keluarga, khususnya orangtua diharapkan memilki komitmen dan kesadaran

    terhadap tugas dan tanggung jawab dalam pembentukan watak, perilaku, dan sejenisnya

    yang semuanya mengacu pada pembentukan kepribadian anak (Kartono, 1996). Argyle

    (dalam Rice, 1993) menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua mempunyai keterkaitan

    hubungan yang dekat antara anak dan orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan

    akademik dan perkembangan moral yang baik pada anak.

  • 7

    Stres pada mahasiswa dalam perkuliahan ataupun dalam pengerjaan tugas-tugas

    akademik dapat menyebabkan timbulnya perilaku penundaan pada mahasiswa yang

    bersangkutan (Burka & Yuen, 1983). Penundaan atau penghindaran (procrastination or

    avoidance) dilakukan individu sebagai suatu bentuk respon maladaptif dari problem-

    focused coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang

    dipersepsikan penuh stres (Kendall & Hammen, 1998). Penundaan atau yang lebih dikenal

    dengan istilah prokrastinasi merupakan salah satu bentuk coping stress yang tidak efektif

    karena pada akhirnya akan menyebabkan tingkat stres meningkat (Tice & Baumeister,

    1997).

    Dukungan sosial memengaruhi kesehatan individu dengan memberi perlindungan

    dalam melawan efek negatif dan stres tingkat tinggi (Sarafino, 1998). Ketika mahasiswa

    mengalami stres, dukungan dari orangtua akan mengembangkan buffers yang berguna

    untuk menghadapi stres. Sebuah penelitian menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua

    dapat mengurangi tekanan akibat aktivitas yang menimbulkan stres pada mahasiswa

    (Sarafino, 1998). Dukungan sosial yang diberikan orangtua memainkan peranan penting

    selama masa-masa transisi yang dihadapi oleh mahasiswa (Mounts, Valentiner, Anderson

    & Boswell, 2005). Dukungan sosial orangtua akan dapat melindungi anak dari stres akibat

    tekanan-tekanan permasalahan yang terjadi, khususnya terhadap stres yang berhubungan

    dengan tugas akademik yang dihadapi mahasiswa. Dukungan sosial orangtua dapat

    mengurangi stres pada mahasiswa yang diakibatkan oleh permasalahan yang dialami

    mahasiswa dalam tugas akademiknya sehingga dapat mengurangi terjadinya prokrastinasi

    akademik (Smith & Renk, 2007). Mahasiswa dengan dukungan sosial orangtua yang tinggi

    akan mempunyai pikiran lebih positif terhadap situasi yang sulit, seperti saat pengerjaan

  • 8

    tugas-tugas akademik bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat dukungan

    sosial orangtua rendah (Fibrianti, 2009). Berdasarkan penjelasan di atas, dukungan sosial

    yang diberikan orangtua berupa kasih sayang, kepedulian, bantuan, bimbingan, dan

    pengakuan dapat mengurangi serta mencegah terjadinya prokrastinasi pada mahasiswa.

    Banyaknya prokrastinasi akademik yang terjadi pada mahasiswa membuat peneliti

    tertarik untuk meneliti fenomena tersebut mengingat prokrastinasi akademik berdampak

    pada pencapaian prestasi mahasiswa. Sehingga peneliti tertarik mengambil penelitian

    dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik

    pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

    Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan negatif antara

    dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas

    Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, dirumuskan permasalahan yang akan

    diteliti adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua

    dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi niversitas Kristen Satya

    Wacana ?

  • 9

    TINJAUAN PUSTAKA

    Prokrastinasi Akademik

    Pengertian Prokrastinasi akademik

    Prokrastinasi adalah kecenderungan untuk menunda atau menghindari sepenuhnya

    tanggung jawab, keputusan, atau tugas yang perlu dilakukan (McCarthy dkk, dalam LaFoge

    2008). Prokrastinasi sering dialami oleh hampir setiap orang, termasuk para siswa yang

    sering menunda untuk menyelesaikan segala tanggung jawabnya dalam proses belajar di

    sekolah atau yang biasa disebut prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik adalah

    perilaku menunda-nunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas akademik (Ferrari dalam

    Ghufron, 2010), dan biasanya tugas baru mulai dikerjakan pada saat-saat terakhir batas

    pengumpulan tugas (Wolters, 2003).

    Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination yaitu terdiri dari pro

    yang berarti bergerak maju dan crastinus yang berarti keesokan hari. Prokrastinasi ialah

    menunda sesuatu hingga waktu berikutnya (Burka & Yuen, 2008). Kehati-hatian,

    kesabaran, dan membuat suatu prioritas sama-sama memiliki unsur penundaan di dalamnya

    tetapi tidak ada yang sama artinya dengan prokrastinasi (Steel, 2011). Prokrastinasi

    merupakan kebiasaan menunda pekerjaan yang sudah terjadwal dan penting serta yang

    seharusnya dapat diselesaikan tepat waktu sampai tiba waktu berikutnya sehingga

    menyebabkan berbagai akibat (Knaus, 2010).

    Solomon & Rothblum (1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik

    merupakan tindakan penundaan yang dilakukan secara sengaja terhadap tugas-tugas dalam

    lingkup akademik yang berguna untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

  • 10

    Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson, McCown, 1995) mendefinisikan

    prokrastinasi akademik sebagai penundaan dalam melengkapi penilaian akademik seperti

    mempersiapkan ujian, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menulis makalah.

    Berdasarkan pengertian di atas prokrastinasi akademik adalah tindakan penundaan

    yang dilakukan secara sengaja dalam memulai atau menyelesaikan tugas-tugas dalam

    lingkup akademik.

    Aspek Aspek Prokrastinasi Akademik

    Prokrastinasi akademik memiliki beberapa aspek yang dapat diukur dalam

    penelitian ini. Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995) menyebutkan

    aspek-aspek dari prokrastinasi akademik yaitu :

    a. Penundaan dalam memulai dan menyelesaikan tugas

    Individu mengetahui bahan tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna

    bagi dirinya tetapi menunda untuk memulai mengerjakannya atau menunda-nunda

    menyelesaikan sampai tuntas.

    b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas

    Prokrastinator memerlukan waktu yang lebih lama dalam mengerjakan suatu tugas. Waktu

    yang dimilikinya dihabiskan untuk mempersiapkan diri secara berlebihan maupun

    melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa

    memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang tindakan tersebut

    mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.

    c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

  • 11

    Prokrastinator sulit melakukan seuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan,

    baik oleh oranglain maupun rencana yang telah dilakukan sendiri. Ketika saatnya tiba, dia

    tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan sehingga

    menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara

    memadai.

    d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas

    Prokrastinator sengaja tidak segera melakukan tugasnya melainkan menggunakan waktu

    yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan

    mendatangkan hiburan, seperti membaca (Koran, majalah, atau buku cerita lainnya),

    menonton bioskop, berbincang dengan teman, berjalan-jalan atau mendengarkan musik

    sehingga menyita aktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus

    diselesaikannya.

    Dukungan Sosial Orangtua

    Pengertian Dukungan Sosial Orangtua

    Gottlieb (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari

    informasi atau nasehat verbal atau non verbal, saran, bantuan nyata, atau tindakan yang

    diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai

    manfaat atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dalam hal ini orang yang merasa

    memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat

    saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Pendapat senada dikemukakan oleh

    Sarason (dalam Smet, 1994) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan,

  • 12

    kesediaan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan

    menyayangi kita.

    Rook (dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi

    pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan

    interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres. Dukungan sosial yang

    diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri, dan

    kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai,

    dan menjadi bagian dari kelompok. Menurut Schwarzer dan Leppin (dalam Smet, 1994)

    dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi

    atau diberikan oleh orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kondisi

    individu yang mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support).

    Menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994) dukungan sosial terpenting berasal

    dari keluarga. Orangtua sebagai bagian dalam keluarga merupakan individu dewasa yang

    paling dekat dengan anak dan salah satu sumber dukungan sosial bagi anak dari keluarga.

    Dukungan sosial yang diberikan orangtua memainkan peran penting terhadap penyesuaian

    psikologis selama masa transisi yang dihadapi anak dalam bangku kuliah (Mounts,

    Valentiner, Anderson & Boswell, 2005). Orangtua yang mendorong anak mereka untuk

    mencoba aktivitas yang baru dan memberikan dukungan pada usaha mereka akan

    membantu mengembangkan perasaan mampu pada anak saat menjumpai tantangan

    (Bandura, dalam Schunk & Pajares, 2001).

    Berdasarkan uraian di atas dukungan sosial orangtua merupakan dukungan atau

    bantuan yang berasal dari orang yang memiliki hubungan akrab dengan individu yang

    menerima bantuan (dalam hal ini orangtua individu (ayah dan ibu)), baik secara verbal

  • 13

    maupun non-verbal yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan

    dicintai.

    Aspek-Aspek Dukungan Sosial Orangtua

    Mengembangkan Social Provisions Scale untuk mengukur ketersediaan dukungan

    sosial yang diperoleh dari hubungan individu dengan orang lain (Weiss, dalam Cutrona &

    Russell, 1987). Dukungan sosial terdapat enam aspek didalamnya yaitu:

    a. Attachment

    Dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang, cinta, perhatian dan kepercayaan

    yang diterima individu, yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang

    menerima. Kedekatan dan intimacy merupakan bentuk dari dukungan ini karena kedekatan

    dan intimacy dapat memberikan rasa aman.

    b. Social Integration

    Merupakan perasaan menjadi bagian dari keluarga, tempat orangtua berada dan tempat

    saling berbagi minat dan aktivitas, serta melakukan kegiatan bersama-sama.

    c. Reassurance of worth

    Dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan

    kualitas individu. Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan

    dihargai.

    d. Reliable alliance

    Merupakan pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat mengandalkan bantuan

    yang nyata ketika dibutuhkan. Meliputi kepastian atau jaminan bahwa anak dapat

    mengharapkan orangtua untuk membantu dalam semua keadaan. Individu yang menerima

  • 14

    bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan

    untuk menolongnya bila ia menghadapi masalah dan kesulitan.

    e. Guidance

    Dukungan sosial berupa nasihat, saran dan pemberian informasi oleh orangtua kepada anak

    yang dapat dipercaya, yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi

    permasalahan yang dihadapi.

    f. Opportunity for nurturance

    Merupakan perasaan dibutuhkan oleh orang lain. dukungan ini memungkinkan individu

    untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh

    kesejahteraan.

    Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik

    Dukungan sosial merupakan cara untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian dan

    penghargaan untuk orang lain. Individu yang menerima dukungan sosial akan merasa

    bahwa ia dicintai, dihargai, dan merupakan bagian dari lingkungan sosialnya (Cobb, dalam

    Sarafino, 1998). Dukungan sosial diperoleh dari hasil interaksi individu dengan orang lain

    dalam lingkungan sosialnya dan bisa berasal dari siapa saja, keluarga, pasangan

    (suami/istri), teman, maupun rekan kerja (Ritter, dalam Smet, 1994). Kenyamanan psikis

    maupun emosional yang diterima individu dari konsekuensi stres yang menimpanya.

    Sumber dukungan sosial yang terpenting dan paling pertama diterima individu adalah dari

    keluarga, sebab keluarga merupakan yang paling dekat dengan diri sendiri individu dan

    memiliki kemungkinan yang besar untuk memberikan dukungan (Levitt, Webber &

    Grucci.,1983).

  • 15

    Keluarga sebagai komunitas terkecil dalam sebuah Negara, dalam hal ini orangtua,

    memiliki tanggungjawab yang besar dalam pendidikan dan pembentukan kepribadian anak

    (Nasution, 1986). Dukungan sosial yang diberikan orangtua memainkan peran penting

    selama masa-masa transisi yang dihadapi oleh mahasiswa (Mounts, Valentiner, Anderson

    & Boswell, 2005). Dukungan sosial orangtua akan dapat melindungi anak dari stres akibat

    tekanan-tekanan permasalahan yang terjadi, khususnya terhadap stres yang berhubungan

    dengan perkuliahan, tugas-tugas akademik yang dihadapi mahasiswa (Smith & Renk,

    2007). Individu yang menerima dukungan sosial orangtua lebih mampu menyelesaiakan

    tugas yang sulit, tidak mengalami gangguan kognitif, lebih berkonsentrasi dan tidak

    menunjukkan kecemasan dalam melaksanakan tugas (Curtona & Russell., 1994).

    Mahasiswa dengan dukungan sosial orangtua yang tinggi akan mempunyai pikiran

    lebih positif terhadap situasi yang sulit, dibandingkan dengan individu yang memiliki

    tingkat dukungan sosial orangtua yang rendah. Mahasiswa juga meyakini bahwa orangtua

    selalu ada untuk membantu, serta dapat mengatasi peristiwa yang berpotensi menimbulkan

    stres dengan cara yang lebih efektif. Dukungan sosial orangtua mempunyai keterkaitan

    dengan hubungan yang dekat antara anak dan orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan

    akademik, dan perkembangan moral yang baik pada anak (Argyle dalam Rice, 1993).

    Perilaku penundaan pada mahasiswa dapat disebabkan karena stres dalam

    perkuliahan ataupun dalam pengerjaan tugas-tugas akademik (Burka & Yuen, 1983).

    Penundaan atau penghindaran (procrastination or avoidance) dilakukan individu sebagai

    suatu bentuk respon maladaptif dari problem-focused coping yang digunakan untuk

    menyesuaikan diri terhadap situasi yang dipersepsikan penuh stres (Kendall & Hammen,

    1998). Penundaan atau yang lebih dikenal dengan istilah prokrastinasi merupakan salah

  • 16

    satu bentuk coping stres yang tidak efektif karena pada akhirnya akan menyebabkan tingkat

    stres meningkat (Tice & Baumeister, 1997).

    Ada beberapa aspek dukungan sosial yang harus diberikan orangtua kepada anak

    untuk dapat mengatasi terjadinya prokrastinasi yang diakibatkan karena perkuliahan dan

    tugas-tugas akademik. Pertama adalah attachment (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987)

    merupakan kedekatan antara anak dengan orangtua, ketika mahasiswa merasakan

    kedekatan dengan orangtua, ia akan merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya. Hal ini

    dapat membuat seorang individu merasa nyaman, disayangi, dan diperhatikan oleh

    orangtuanya, anak dapat bersikap positif dalam menghadapi situasi yang sulit saat

    menghadapi tugas-tugas akademik. Sehingga dapat mencegah mahasiswa untuk melakukan

    prokrastinasi.

    Kedua social integration (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) yaitu perasaan

    menjadi bagian keluarga, tempat saling berbagi minat dan aktivitas, dengan sering

    melakukan aktivitas yang sama dengan orangtua dapat membuat seorang individu

    meluangkan bakat dengan pemantauan orangtua. Hal ini memungkinkan individu

    mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki oleh orangtuanya

    karena persamaan minat, sehingga apabila seorang mahasiswa mengalami kesulitan dalam

    akademik dan melakukan prokrastinasi orangtua dapat memantaunya.

    Ketiga reassurance of worth (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) adalah

    bentuk pengakuan atau penghargaan orangtua terhadap kemampuan individu. Seorang

    mahasiswa akan merasa dirinya dihargai oleh keluarganya ketika mahasiswa mendapat

    sebuah pengakuan dan penghargaan atas prestasi akademik dari orangtuanya. Pengakuan

    dan penghargaan yang diberikan oleh orangtua dapat mencegah terjadinya prokrastinasi

  • 17

    karena mahasiswa merasa percaya diri, diterima dan dihargai atas apa yang telah dikerjakan

    dan hasil prestasinya.

    Keempat reliable alliance (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) merupakan

    bantuan yang diberikan kepada individu dari orangtua. Hal ini akan membuat seorang

    individu tidak melakukan penundaan karena akan ada orang yang dapat diandalkan saat

    individu mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya sehingga dapat mencegah

    mahasiswa untuk melakukan prokrastinasi.

    Kelima guidance atau bimbingan (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) dari

    orangtua agar seorang individu dapat terarah dengan baik agar tidak melakukan hal-hal

    yang negatif ketika individu mengalami suatu masalah yang sulit. Keenam opportunity for

    nurturance (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) merupakan perasaan dibutuhkan oleh

    orangtua, hal ini sangatlah penting bagi individu karena ketika individu merasa bahwa

    diirinya dibutuhkan dan dipercaya oleh orangtua, misalnya untuk memberikan pendapat

    dalam sebuah diskusi keluarga, hal ini akan membuat individu lebih merasa percaya diri

    ketika menghadapi kesulitan. Fibrianti (2009), mengungkapkan bahwa terdapat hubungan

    yang signifikan antara dukungan social orang tua dengan prokratinasi akademik pada

    mahasiswa skripsi fakultas psikologi universitas Diponegoro Semarang.

    Berdasarkan uraian di atas, prokrastinasi akademik mempunyai hubungan dengan

    dukungan sosial orangtua. Berawal dari dukungan sosial orangtua yang dapat mengurangi

    tingkat stres akibat tekanan-tekanan tugas akademik, pada akhirnya dukungan sosial

    orangtua dapat mengurangi prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa.

  • 18

    HIPOTESIS

    Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan

    antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas

    Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

    METODE PENELITIAN

    Partisipan

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

    yang terdiri dari 3 angkatan mulai dari 2012-2014 yang berjumlah 796.

    Prosedur Sampling

    Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Yamane (dalam Sukandarrumidi,

    2006) yaitu :

    Keterangan :

    n = jumlah sampel

    N = jumlah populasi

    d = presisi

    Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 89 orang.

    Pengukuran

    Untuk memperoleh data dari penelitian ini menggunakan 2 skala yaitu:

  • 19

    1. Skala Prokrastinasi Akademik

    Skala prokrastinasi dalam penelitian ini mengacu pada alat ukur yang

    dikembangkan oleh Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson & McCown, 1995) yang

    tersusun dari 40 item pernyataan dalam bentuk skala Likert. Yang terdiri dari aspek

    penundaan dalam memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan

    tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas lain yang

    lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas. Skala tersebut memiliki nilai reliabilitas

    atau Alpha sebesar 0,80 (Schouwenburg, dalam Ferrari, Johnson & McCown, 1995). Skala

    psikologi ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu 20 item favorable dan 20 item unfavorable,

    menggunakan 4 tingkat penilaian (Skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4 untuk jenis

    pernyataan favorable subjek akan mendapat skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor

    3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk

    jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) dan untuk jenis pernyataan unfavorable subjek akan

    mendapatkan skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S),

    skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai

    (STS)

    Tabel 1

    Blueprint Skala Prokrastinasi Akademik

    No. Aspek Indikator

    Item

    Total

    F Uf

    1 Penundaan dalam

    memulai dan

    Menunda memulai pengerjaan tugas 1, 9,

    17

    5, 13 10

  • 20

    menyelesaikan tugas Menunda menyelesaikan tugas

    secara tuntas

    25, 32

    21,

    28, 34

    2 Keterlambatan

    dalam

    menyelesaikan tugas

    Menyelesaikan tugas melebihi batas

    waktu

    6, 14 ,

    22

    2, 10

    10

    Mempersiapkan diri secara

    berlebihan

    35, 38

    18,

    26, 29

    3 Kesenjangan waktu

    antara rencana dan

    kinerja actual

    Mengulur jadwal kegiatan yang telah

    disepakati

    3, 11,

    19

    7, 15,

    23

    10

    Sulit memenuhi rencana batas waktu

    yang telah ditentukan

    27, 33 30, 36

    4 Melakukan aktivitas

    lain yang lebih

    menyenangkan

    daripada

    mengerjakan tugas

    Mengerjakan tugas sambil

    melakukan aktivitas lain

    8, 16,

    24

    4, 12,

    20

    10 Mengganti aktivitas pengerjaan tugas

    dengan kegiatan lain yang lebih

    menyenangkan

    37, 39 31, 40

    Total 20 20 40

    Uji daya diskriminasi item dan reliabilitas alat ukur menggunakan try out terpakai

    yang berarti data dari subjek yang digunakan untuk try out juga digunakan untuk penelitian.

    Hasil uji daya diskriminasi item dan reliabilitas alat ukur menunjukkan bahwa jumlah item

    valid dalam Skala Prokrastinasi Akademik sebanyak 40 item. Sementara itu, nilai r item

    total correlation bergerak antara 0,281 sampai dengan 0,701 dengan nilai reliabilitas Alpha

  • 21

    Cronbach sebesar 0,939 berdasarkan kriteria reliabilitas menurut Guilford-Fuhcher (dalam

    Azwar, 2004) berarti reliabilitas sangat tinggi.

    2. Skala Dukungan Sosial Orangtua

    Untuk skala dukungan sosial orangtua dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-

    aspek dukungan sosial SPS (Social Provisions Scale) dari Weiss (dalam Cutrona & Russel,

    1987). Yang tersusun dari 24 item pernyataan dalam bentuk skala Likert. Yang terdiri dari

    aspek attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance, dan

    opportunity for nurturance. Skala tersebut memiliki nilai reliabilitas atau Alpha sebesar

    0,70 Weiss (dalam Cutrona & Russel, 1987). Skala psikologi ini terbagi menjadi 2 jenis,

    yaitu 12 item favorable dan 12 item unfavorable, menggunakan 4 tingkat penilaian (Skala

    Likert) yaitu nilai 1 sampai 4 untuk jenis pernyataan favorable subjek akan mendapat skor

    4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk

    jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) dan

    untuk jenis pernyataan unfavorable subjek akan mendapatkan skor 1 untuk jawaban Sangat

    Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan

    skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

    Tabel 2

    Blueprint Skala Dukungan Sosial Orangtua

    No. Aspek Indikator

    Item

    Total

    F Uf

    1 Attachment Merasakan kedekatan emosional

    dengan orang tua

    11 2 4

  • 22

    Merasakan perasaan aman dan

    terlindungi

    17 21

    2 Social integration Mempunyai kesempatan untuk

    berbagi minat dan kesenangan

    5 14

    4 Mempunyai kesempatan untuk

    melakukan aktivitas bersama

    orangtua

    8 22

    3 Reassurance of

    worth

    Penghargaan yang dirasakan dari

    orangtua

    13 6

    4

    Mendapat dorongan semangat dari

    orangtua

    20 9

    4 Reliable alliance Mendapatkan kesempatan untuk

    berbagi cerita suka dan duka dengan

    orangtua

    1 10

    4

    Mendapatkan bantuan dalam bentuk

    apapun dari orangtua tanpa meminta

    23 18

    5 Guidance Mendapatkan nasehat atau saran dari

    orangtua

    12 3

    4

    Mendapat umpan balik dari orangtua

    atas perilaku atau pendapat

    16 19

    6 Opportunity of Perasaan dibutuhkan oleh orangtua 4 15 4

  • 23

    nurturance Perasaan bahwa orangtua tergantung

    pada individu untuk memperoleh

    kesejahteraan

    7 24

    Total 12 12 24

    Uji daya diskriminasi item dan reliabilitas alat ukur menggunakan try out terpakai

    yang berarti data dari subjek yang digunakan untuk try out juga digunakan untuk penelitian.

    Hasil uji daya diskriminasi item dan reliabilitas alat ukur menunjukkan bahwa jumlah item

    valid dalam Skala Prokrastinasi Akademik sebanyak 24 item. Sementara itu, nilai r item

    total correlation bergerak antara 0,232 sampai dengan 0,793 dengan nilai reliabilitas Alpha

    Cronbach sebesar 0,858 berdasarkan kriteria reliabilitas menurut Guilford-Fuhcher (dalam

    Azwar, 2004) berarti reliabilitas tinggi.

    Desain Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif adalah penelitian dengan hasil data yang berbentuk angka-angka dan

    dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2005). Pendekatan ini dipilih karena peneliti

    mengolah data dalam bentuk angka-angka ke dalam analisis statistik. Metode yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Menurut Hadjar (1996)

    penelitian korelasional bertujuan untuk memahami suatu fenomena dengan cara

    menentukan tingkat atau derajat hubungan diantara variabel-variabel yaitu dukungan sosial

    orangtua dan prokrastinasi akademik.

  • 24

    Pengambilan sampel dilakukan selama 6 hari, yaitu pada tanggal 17 November

    sampai dengan tanggal 20 November dan tanggal 23 November dan tanggal 24 November

    2014. Sehingga didapat 89 sampel yang sesuai dengan kriteria. Peneliti menyiapkan 95

    skala psikologi yang akan digunakan dengan rincian 89 angket untuk digunakan dalam

    penelitian dan 6 angket digunakan sebagai cadangan apabila ada kesalahan dalam prosedur

    pengisian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Incidental Sampling atau

    sampling kebetulan, yaitu dimana hanya individu atau kelompok yang kebetulan dijumpai

    atau yang dapat dijumpai saja yang diselidiki sesuai karakteristik penelitian.

    Proses pengambilan sampel diawali dengan peneliti berada di lokasi penelitian dan

    peneliti mencoba mencari siapa saja responden pada lokasi penelitian yang memenuhi

    kriteria dan dapat dijadikan sebagai subjek pada penelitian ini. Saat responden yang ada di

    lokasi penelitian ini memenuhi kriteria untuk dijadikan subjek dari penelitian dan telah

    bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti mulai membagikan skala

    psikologi yang telah dipersiapkan, begitu seterusnya pada hari-hari selanjutnya.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Reponden

    dalam penelitian ini berjumlah 89 mahasiswa, dengan pembagian besar perempuan (61,80

    %) dan laki-laki (38,20 %). Sebagian besar mahasiswa berusia 22 tahun (38,20 %), dan usia

    17 tahun hanya sebesar 3,40 %. Sebagian besar mahasiswa angkatan 2012 (59, 60 %).

    Angkatan 2014 sebesar 21,30 % dan angkatan 2013 sebesar 19,10 %.

  • 25

    Sebelum dilakukannya uji analisis korelasi Product Moment-Pearson terlebih

    dahulu dilakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas dan linearitas. Data dari variabel

    penelitian diuji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test

    menggunakan SPSS for Windows 16.0. Diketahui pada variabel prokrastinasi akademik

    memiliki koefisien normalitas sebesar 0,504 (p > 0,05) dengan demikian variabel

    prokrastinasi akademik memiliki distribusi normal, sedangkan untuk variabel dukungan

    sosial orangtua memiliki koefisien normalitas sebesar 0,206 (p > 0,05) dengan demikian

    variabel dukungan sosial orangtua juga pada distribusi yang normal.

    Untuk uji linearitas menunjukan bahwa ada hubungan dukungan sosial orangtua dan

    prokrastinasi akademik adalah linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh F beda =

    0,481 dan nilai signifikansi 0,972 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

    hubungan dukungan sosial orangtua dan prokrastinasi akademik ini menunjukan korelasi

    yang linear.

    Hasil Analisis Deskrptif

    Hasil analisis deskriptif atas data yang diperoleh dibagi menjadi lima kategori, yaitu

    sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan

    dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya

    dengan jumlah kategori. Analisis deskriptif data diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:

  • 26

    Tabel 3

    Kriteria Skor Dukungan Sosial Orangtua

    No Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar

    deviasi

    1. 81,6 x 96 Sangat Tinggi 20 22,47%

    87,25

    15,89 2. 67,2 x

  • 27

    Hasil analisis deskrptif diatas menunjukkan bahwa perilaku prokrastinasi akademik

    pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW berada pada tingkat rendah.

    Kemudian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial

    orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW, maka

    digunakan uji korelasi Product moment-Pearson sebagai berikut:

    Tabel 5

    Variabel Korelasi

    Correlations

    Dso Pa

    dso Pearson Correlation 1 -.741**

    Sig. (1-tailed) .000

    N 89 89

    pa Pearson Correlation -.741** 1

    Sig. (1-tailed) .000

    N 89 89

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

    Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi didapatkan hubungan sebesar r = -0,741

    dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan

    korelasi negatif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi

    akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga.

  • 28

    Pembahasan

    Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Product Moment oleh Karl Pearson antara

    variabel dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik menunjukkan korelasi r

    = -0,741 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) dari perhitungan uji korelasi antara

    variabel dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik, didapatkan hasil

    penelitian yang menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara kedua

    variabel tersebut. Hal ini sejalan dengan Fibrianti (2009) mengungkapkan bahwa terdapat

    hubungan negstif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi

    akademik pada mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.

    Perilaku penundaan pada mahasiswa dapat disebabkan karena stres dalam

    perkuliahan dalam ataupun pengerjaan tugas-tugas akademik (Burka & Yuen, 1983).

    Penundaan atau penghindaran (procrastination or avoidance) dilakukan individu sebagai

    suatu bentuk respon maladaptif dari problem-focused coping yang digunakan untuk

    menyesuaikan diri terhadap situasi yang dipersepsikan penuh stres (Kendall & Hammen,

    1998). Penundaan atau yang lebih dikenal dengan prokrastinasi merupakan salah satu

    bentuk coping stres yang tidak efektif karena pada akhirnya akan menyebabkan tingkat

    stres meningkat (Tice & Baumeister, 1997).

    Smet (1994) menyebutkan sejumlah variabel yang diidentifikasi berpengaruh pada

    stres, yaitu variabel dalam kondisi individu (umur, jenis kelamin, faktor-faktor genetik,

    pendidikan, status ekonomi, kondisi fisik), karakteristik kepribadian (introvert-ekstrovert,

    stabilitas emosi secara umum, hardiness, locus of control), variabel sosial-kognitif

    (dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, kontrol pribadi yang dirasakan),

  • 29

    hubungan dengan lingkungan sosial (dukungan sosial yang diterima, integrasi dalam

    jaringan sosial), dan penanggulangan (coping).

    Dukungan sosial yang diberikan orangtua kepada mahasiswa menimbulkan

    perasaan dekat secara emosional, perasaan menjadi bagian dari keluarga, dihargai,

    mendapatkan bantuan, dibimbing, dan perasaan dibutuhkan oleh orangtua. Dukungan

    keluarga terutama dukungan dari orangtua merupakan dukungan sosial pertama yang

    diterima seseorang karena anggota keluarga adalah orang-orang yang berada dilingkungan

    paling dekat dengan diri individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat

    memberikan bantuan saat individu mengalami kesulitan (Levitt, Webber, & Grucci, 1983).

    Rice (1993) menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua mempunyai keterkaitan dengan

    hubungan yang dekat antara anak dengan orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan

    akademik, dan perkembangan moral yang baik pada anak. Mahasiswa dapat bersikap

    positif, percaya diri menghadapi kesulitan dalam perkuliahan ataupun saat menghadapi

    tugas-tugas akademik dengan adanya dukungan-dukungan dan bantuan yang diberikan oleh

    orangtua, sehingga prokrastinasi tidak terjadi pada mahasiswa.

    Dukungan sosial memengaruhi kesehatan individu dengan memberi perlindungan dalam

    melawan efek negatif dan stres tingkat tinggi (Sarafino, 1998). Ketika mahasiswa

    mengalami stres, dukungan dari orangtua akan mengembangkan buffers yang berguna

    untuk menghadapi stres. Sebuah penelitian menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua

    dapat mengurangi tekanan akibat aktivitas yang menimbulkan stres pada mahasiswa

    (Sarafino, 1998). Dukungan sosial yang diberikan orangtua memainkan peranan penting

    selama masa-masa transisi yang dihadapi oleh mahasiswa (Mounts, Valentiner, Anderson

    & Boswell, 2005). Lebih lanjut, dukungan sosial orangtua akan dapat melindungi anak dari

  • 30

    stres akibat tekanan-tekanan permasalahan yang terjadi, khususnya terhadap stres yang

    berhubungan dengan tugas akademik yang dihadapi mahasiswa (Smith & Renk, 2007).

    Dukungan sosial orangtua dapat mengurangi stres pada mahasiswa yang diakibatkan oleh

    permasalahan yang dialami mahasiswa dalam tugas akademiknya sehingga dapat

    mengurangi terjadinya prokrastinasi akademik.

    Dukungan sosial orangtua memberikan sumbangan efektif 54,90% terhadap

    prokrastinasi akademik, sedangkan sumbangan sebesar 45,10% diperoleh dari faktor lain,

    antara lain faktor yang dari dalam individu kondisi fisik dan kondisi psikologis, serta

    kondisi lingkungan (Ghufron, 2003).

    Rata-rata kategori dukungan sosial orangtua pada subjek penelitian masuk dalam

    kategori tinggi dengan mean sebesar 87,25, akan tetapi secara rinci terdapat 4 subjek

    (4,49%) penelitian berada dalam kategori rendah, 22 subjek (24,71%) kategori sedang, 43

    subjek (48,31%) kategori tinggi, dan 20 subjek (22,47%) kategori sangat tinggi. Adanya

    variasi kategori dukungan sosial orangtua pada subjek dipengaruhi oleh perbedaan persepsi

    individu dalam menerima dan merasakan dukungan sosial yang diberikan orangtua.

    Berdasarkan analisa data di atas, subjek penelitian merasa orangtua sudah

    memberikan dukungan sosial dengan sangat baik, antara lain diwujudkan dengan perhatian

    terhadap aktivitas yang dilakukannya, mempedulikan kondisi fisik dan psikis, memberikan

    arahan dan informasi yang dibutuhkan, memberikan fasilitas yang memadai, serta

    memberikan cukup waktu untuk mendampingi mereka. Peneliti tidak membedakan status

    tempat tinggal subjek, akan tetapi dilihat berdasarkan analisa data mereka memiliki

    hubungan yang sangat dekat dengan orangtua mereka.

  • 31

    Dukungan sosial orangtua yang tinggi artinya mahasiswa merasakan perhatian,

    kenyamanan, penghargaan dan pertolongan orangtua yang dirasakan sehingga mahasiswa

    merasa dicintai, diperhatikan, dan dihargai oleh orangtua serta merasa menjadi bagian dari

    keluarga. Mahasiswa dengan dukungan sosial yang tinggi akan mempunyai pikiran lebih

    positif terhadap situasi yang sulit, seperti saat pengerjaan tugas-tugas akademik bila

    dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat dukungan sosial orangtua yang

    rendah (Fibrianti, 2009). Mahasiswa juga meyakini bahwa orangtua selalu ada untuk

    membantu, serta dapat mengatasi peristiwa yang berpotensi menimbulkan stres dengan cara

    yang lebih efektif. Dukungan sosial orangtua mempunyai keterkaitan dengan hubungan

    yang dekat antara anak dan orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan akademik, dan

    perkembangan moral yang baik pada anak (Rice, 1993).

    Rata-rata kategori prokrastinasi akademik pada subjek penelitian masuk dalam

    kategori rendah yang ditunjukan dengan mean sebesar 71,4, akan tetapi secara rinci

    terdapat 4 subjek penelitian (4,49%) berada dalam kategori sangat rendah, 50 subjek

    (56,18%) kategori rendah, 26 subjek (29,21%) kategori sedang, 9 subjek (10,11%) kategori

    tinggi. Adanya variasi kategori prokrastinasi akademik pada subjek dipengaruhi oleh

    dukungan sosial orangtua yang juga bervariasi.

    Tingkat prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi yang masuk dalam

    kategori rendah, artinya penundaan dalam memulai dan menyelesaikan tugas yang

    dilakukan oleh mahasiswa sedikit. Berdasarkan analisa data subjek menyelesaikan tugas

    perkuliahan pada waktu yang tepat, subjek melakukan penundaan saat memulai

    mengerjakan tugas perkuliahan. Subjek cenderung tidak ada tekanan atau stres dalam

    menghadapi tugas-tugas perkulian. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat dukungan sosial

  • 32

    orangtua yang tinggi. Dukungan sosial orangtua dapat mengurangi stres pada mahasiswa

    yang diakibatkan oleh permasalahan yang dialami mahasiswa dalam tugas akademiknya

    (Smith & Renk, 2007).

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

    dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel dukungan sosial orangtua

    dengan variabel prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW,

    yang berarti semakin tinggi dukungan sosial orangtua yang dilakukan oleh mahasiswa

    Fakultas Psikologi UKSW maka semakin rendah prokrastinasi akademik yang

    dilakukan.

    2. Dukungan sosial orangtua memberikan kontribusi terhadap prokrastinasi akademik

    sebesar 54,90% sedangkan 45,10% dipengaruhi oleh faktor lain.

    3. Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW dalam penelitian ini memiliki tingkat dukungan

    sosial orangtua yang tergolong tinggi, dan mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

    memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang tergolong rendah.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, serta mengingat masih banyaknya

    keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai

    berikut:

    1. Saran bagi mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

  • 33

    Bagi mahasiswa sebaiknya selalu menjaga dan mengembangkan hubungan dengan orang

    tua, dengan cara terbuka dengan orang tua mengenai keluhan-keluhan yang dialami

    berhubungan dengan tugas-tugas akademik dan tidak segan meminta bantuan orang tua jika

    mengalami kesulitan. Mengingat pentingnya peranan dukungan sosial orang tua terhadap

    penurunan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan tugas pada mahasiswa dan

    kesuksesan akademis secara keseluruhan, hubungan yang dekat antara anak dan orang tua

    harus selalu dijaga dan dikembangkan.

    2. Saran bagi orangtua

    Diharapkan bagi orangtua untuk memberikan dukungan dalam hal memberikan kasih

    sayang, penghargaan atau pengakuan, bantuan, serta bimbingan yang dapat membantu

    mahasiswa sehingga berdampak positif bagi situasi maupun prestasi akademik dengan

    berkurangnya tingkat prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa.

    3. Saran bagi peneliti selanjutnya

    a. Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti hubungan dukungan sosial

    orangtua terhadap prokrastinasi akademik. Dengan demikian masih ada faktor-faktor

    lain yang turut memberi pengaruh pada prokrastinasi akademik mahasiswa yang

    belum dijelaskan dan diteliti. Sehingga disarankan untuk dapat mengkaji lebih dalam

    lagi faktor-faktor lain penyebab prokrastinasi akademik agar dapat meningkatkan

    kualitas penelitian selanjutnya.

    b. Bagi peneliti selanjutnya juga bisa memberikan variasi subjek tidak hanya di fakultas

    dan universitas yang sama sehingga bila penelitian ini dilakukan pada subjek yang

    berbeda akan menambah kualitas penelitian tersebut.

  • 34

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka

    Cipta.

    Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

    Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

    Burka, J.B., & Yuen, L.M. (2008). Procrastination: Why you do it, what to do about it now.

    Cambridge: Da Capo Press.

    Cutrona, C.E, & Russell, D. (1987). The provision of social relationships and adaptation

    to stress. Advances in Personal Relationships, 1, 36-37.

    Ferrari, J.R., Johnson, J. L., & McCown, W. (1995). Procrastination and Task Avoidance:

    Theory, Research, and Treatment. New York: Plenum Press.

    Fibrianti, I. D. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Prokrastinasi

    Akademik dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

    Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Ghufron, M. N., & Risnawita, R. (2010). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz

    Media.

    Hadjar, I. (1996). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. PT

    Raja Grafindo Persada.

    Hapsari, A. I. (2011). Hubungan Antara Emotion Focussed Coping dengan Prokrastinasi

    Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.

    Skripsi. Semarang : Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro.

    Kartono, K. (1996). Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.

    Kendall, P.C., & Hammen, C. (1998). Abnormal Psychology: Understanding Human

    Problems Second Edition. Boston: Houghton Miffin Companies.

    Knaus, W. (2010). End Procrastination Now! Get it done with a proven psychological

    approach. New York: The McGraw-Hill Companies.

    Kuntjoro. (2002). Dukungan Sosial. Diunduh dari http://www.e-psikologi.com, Pada

    tanggal 23 Juli 2014.

    http://www.e-psikologi.com/

  • 35

    Kurniawati, Emellima. (2010). Hubungan Self-Efficacy Sebagai Mahasiswa dengan

    Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Kristen Satya

    Wacana. Skripsi. Salatiga: Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.

    Levitt, M.J., Webber, R. A., & Grucci, N. (1983). Conveys of Social Support: Integrational

    Analysis. Journal of Psychology Aging. Vol.4, No. 3, 117.

    Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (2002). Psikologi Perkembangan

    Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University

    Press.

    Mounts, N.S., Valentiner, D.P., Anderson, K.L., & Boswell, M.K. (2005). Shyness,

    sociability, and parental support for the collage transition: relation to adolescents

    adjusment. Journal of Youth and Asolescence. Vol. 35, No.1, 71-80.

    Nasution, T. (1986). Peran Orangtua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta:

    PT. BPK Gunung Mulia.

    Onwuegbuzie, A.J. (2004). Academic Procrastination and Statistics Anxiety. Assessment &

    Evaluation in Higher Education, 29, 3-19.

    Purwantika, Widiantisari. (2013). Hubungan Antara Sense of Community dengan

    Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

    Diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Rice, F.P. (1993). The Adolescent: Development, Relationship, and Culture Seventh

    Edition. Boston: Allyn & Bacon.

    Rosario, P., Costa, M., Nunez, J.C., Gonzales-Pienda, J., Solano, P., & Valley, A. (2009).

    Academic procrastination: associations with personal, school, and family

    variables. The Spanish Journal of Psychology, 12, 118-127.

    Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.

    Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology. New York: Biopsychology Interaction.

    Schunk, D.H & Pajares, F. (2001). The Development of Academic Self Efficacy. PDF.

    Diunduh dari http://www.des.emory.edu/mfp/SchunkPajares2001. Pada tanggal

    23 Juli 2014.

    Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

    Smith, T & Renk, K. (2007). Predictors of academic related stress in collage students: an

    examination of coping, social support, parenting, and anxiety. NASA Journal,

    Vol.44, No.3, 405-431.

    http://www.des.emory.edu/mfp/SchunkPajares2001

  • 36

    Solomon, L.J., & Rothblum, E.D. (1984). Academic Procrastination: Frequency and

    Cognitive-behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology, Vol.31 No.4.

    503-509.

    Steel, P. (2007). The nature of procrastination: a metaanalytic and theoretical review of

    quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin of American

    Psychological Association, 133, 65-94.

    Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

    Sukandarrumidi. (2006). Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Semula.

    Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

    Tice, D.M & Baumeister, R.F. (1997). Longitudinal study of procrastination, performance,

    and health: the costs and benefit of dawdling. Psychological Science. Vol.8 No.6.

    454-458.

    Wijayani, K.S. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Prestasi

    Belajar Siswa di SMP Negeri 3 Jatipurno-Wonogiri. Skripsi. Salatiga: Fakultas

    Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.

    Wolters, C.A. (2003). Understanding Procrastination from a Self-Regulated Learning

    Perspective. Journal of Educational Psychology, 95, 179-187.

    Yaakub, N.F. (2000). Procrastination Among Students in Institute of Higher Learning:

    Challenge for K-Economy. Online Research Papers. Diunduh dari

    http://mahdzan.com/papers/procrastinate/. Pada tanggal 23 Juli 2014.

    Yatminingsih. (2006). Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan

    Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga. Skripsi. Salatiga:

    Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.

    http://mahdzan.com/papers/procrastinate/