hubungan antara faktor pendukung
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDUKUNG CLINICAL RISK MANAGEMENT (CRM) DENGAN
IMPLEMENTASI CRM, MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
Ira Prasanti1, Viera Wardhani1, A. Rudijanto1 1Program Pendidikan Magister Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang
Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Clinical Risk Management (CRM) sangat penting dalam manajemen rumah sakit dalam
menghadpi berbagai risiko organisasi yang kompleks seperti; risiko finansial, politik, operasional dan legal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendukung CRM terhadap implementasi CRM dan
hubungan antara implementasi CRM dengan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Metode: survei cross-sectional dilakukan di 20 unit pelayanan klinis di rumah sakit swasta yang dimiliki
oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan 234 tempat tidur. Implementasi CRM dievaluasi
menggunakan kuesioner dan pelaksanaan mitigasi risiko berdasarkan data laporan. Kuesioner
menggunakan skala Likert 1-5 disebarkan kepada 225 responden yang tersebar dalam 20 unit. Mutu
pelayanan diukur dengan menggunakan persentase capaian indikator mutu, begitu pula dengan
keselamatan pasien diukur dengan menggunakan persentase capaian indikator sasaran keselamatan
pasien. Untuk mengidentifikasi faktor pendukung CRM digunakan independent t-test, sedangkan
hubungan antara implementasi CRM dengan mutu dan keselamatan dianalisis dengan tabulasi silang.
Untuk memperkuat hasil penelitian dilakukan Focus Group Discussion (FGD).
Hasil: Tingkat implementasi CRM di rumah sakit belum mapan yang ditunjukkan dengan hasil kuesioner
dan capaian mitigasi risiko. Tidak semua unit melakukan prosedur risk register dan dari seluruh unit yang
telah melakukan risk register, hanya 9 unit yang melakukan mitigasi risiko. Uji t menunjukkan hasil bahwa
faktor sistem organisasi; kepemimpinan; pemahaman dan budaya; komunikasi dan sistem informasi;
pelatihan; dan pemantauan analisis, evaluasi dan pengendalian risiko mendukung pelaksanaan CRM.
Faktor pendukung yang memiliki skor terendah adalah kepemimpinan dan komunikasi dan yang tertinggi
adalah faktor pemantauan analisis, evaluasi dan pengendalian risiko. Analisis tabulasi silang menunjukkan
unit dengan implementasi CRM baik memiliki capaian mutu yang baik pula. Tingkat implementasi CRM
tidak menunjukkan adanya hubungan dengan capaian sasaran keselamatan pasien karena pengaruh dari
jumlah indikator yang berbeda-beda.
Kesimpulan: Belum mapannya implementasi CRM berhubungan dengan lemahnya faktor kepemimpinan
dan komunikasi. Tingkat implementasi CRM berhubungan dengan tingkat capaian mutu tetapi hubungan
antara implementasi CRM dengan capaian keselamatan pasien perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Kata Kunci: Clinical Risk Management, Faktor pendukung, Indikator Mutu, Sasaran Keselamatan Pasien
2
PENDAHULUAN
Kompleksnya tipe pekerjaan membuat rumah sakit menghadpai berbagai macam risiko sehingga
disebut “high hazard industry”1,2. Secara spesifik, risiko yang dihadapi rumah sakit adalah risiko klinis yang
timbul akibat proses pelayanan klinis sehingga berdampak kepada pasien maupun rumah sakit3. Untuk
mengatasi risiko klinis yang muncul, diperlukan pendekatan sistematik yaitu manajemen risiko yang
bertujuan memberikan pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien3–6. Manajemen risiko klinis
merupakan bentuk spesifik dari manajemen risiko yang berfokus pada proses klinis secara langsung
maupun tidak langsung. Manajemen risiko klinis berhubungan dengan pasien, serta bertujuan untuk
mengendalikan dan mengurangi dampak risiko terhadap pasien dan rumah sakit2,3,7. Penelitian di Teheran
menyebutkan bahwa penerapan manajemen risiko di Instalasi Gawat Darurat berdampak pada
penurunan angka kejadian kesalahan medis dan peningkatan mutu pelayanan1,4.
Rumah Sakit X merupakan rumah sakit tipe B di Surabaya dengan kapasitas 234 tempat tidur. RS
X telah lulus akreditasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2012 pada tahun 2016 dengan tingkat
paripurna. RS X telah memenuhi ke lima belas standar akreditasi termasuk sistem manajemen mutu dan
keselamatan pasien yang mencakup manajemen risiko8. Pemilik RS X memandatkan pelaksanaan
Enterprise Risk Management (ERM) atau manajemen risiko secara holistik untuk menghadapi risiko-risiko
yang mungkin muncul. Salah satu bagian dari ERM yang terkait dengan pelayanan klinis di rumah sakit
adalah Clinical Risk Management (CRM).
Berdasarkan studi pendahuluan, implementasi CRM di RS X belum menyeluruh dan masih dalam
tahap awal. Meskipun belum banyak diterapkan, pelaksanaan manajemen risiko di Indonesia merupakan
suatu keharusan karena manajemen risiko masuk dalam standar akreditasi, begitu juga di negara lain
seperti di Jerman2,9. Selain itu, kajian tentang CRM masih kurang bila dibandingkan dengan kajian tentang
implementasi dan kematangan sistem manajemen mutu6. Tujuan penelitian ini diharapkan dapat
memperkuat bukti ilmiah tentang keterkaitan antara faktor pendukung dan implementasi CRM, serta
menjadi dasar bagi rumah sakit untuk menyusun peningkatan berkelanjutan dalam implementasi CRM
guna meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit.
METODE
Penelitian menggunakan survei dengan pendekatan cross sectional tentang hubungan antara
faktor-faktor pendukung Clinical Risk Management (CRM) dengan implementasi CRM, serta mutu dan
keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian dilakukan pada 20 unit pelayanan di RS X selama bulan April
2019. Variabel penelitian ini yaitu implementasi CRM, faktor-faktor pendukung CRM (sistem organisasi,
kepemimpinan, pemahaman dan budaya, pelatihan, komunikasi serta pemantauan analisis, evaluasi dan
3
pengendalian risiko), mutu pelayanan dan insiden keselamatan pasien yang dianalisis menggunakan uji t
dan analisis deskriptif. Data yang diambil berupa data primer dari kuesioner dan data sekunder yang
berasal dari laporan dari tiap unit berupa data risk register dan mitigasi risiko tiap unit, capaian indikator
mutu klinis dan jumlah insiden keselamatan pasien di tiap unit. Untuk memperkuat temuan, dilakukan
Focus Group Discussion (FGD) oleh unit terkait dan Risk and Quality Management Department.
HASIL
Tingkat Implementasi CRM di RS X
Tingkat implementasi CRM di RS X yang masih belum mapan dapat dilihat dari hasil kuesioner yang masih
berada dalam kisaran 3,96. Tingkat implementasi CRM di 20 unit analisis sangat bervariasi namun masih
dalam kisaran cukup atau sedang hingga baik (Tabel 1).
Tabel 1. Tingkat Implementasi Clinical Risk Management (CRM) Unit
Unit
Implementasi Manajemen Risiko
Persentase Mitigasi Aspek Implementasi Proses Manajemen
Risiko Total Implementasi
Medical
IGD 3,84 3,85 3,85 43%
Rawat Jalan 3,94 3,80 3,87 0%
Gizi 3,94 3,70 3,82 0%
Hemodialisa 4,09 4,16 4,13 83%
Rehab medis 3,33 3,39 3,36 0%
Kamar Operasi 3,32 3,42 3,37 0%
Cathlab 3,90 3,83 3,87 14%
Medical Support
Radiologi 3,71 3,55 3,63 100%
Laboratorium 4,20 4,13 4,16 36%
Inpatient
IRNA ICU 4,08 4,04 4,06 -
IRNA Zamrud 3,92 3,96 3,94 -
IRNA Mirah 4,21 4,33 4,27 21%
IRNA Mutiara 4,07 4,00 4,04 -
IRNA Intan 3,86 3,92 3,89 0%
IRNA Pyrus 4,12 4,08 4,10 0%
IRNA Safir 4,45 4,54 4,50 8%
IRNA Ruby 4,14 4,25 4,20 0%
IRNA Emerald 3,98 4,29 4,13 0%
IRNA Berlian 3,90 4,17 4,04 100%
Pharmacy
Farmasi 3,90 4,02 3,96 99%
Rerata 3,96 Keterangan tabel:
Skor 1: sangat rendah / kurang 2: rendah / kurang 3: cukup 4: tinggi / baik 5: sangat tinggi / baik ; (-) tidak ada risk register dan mitigasi risiko
4
Gambaran faktor pendukung CRM di Rumah Sakit
Hasil analisis pada seluruh unit penelitian di rumah sakit menunjukkan bahwa faktor pendukung CRM
berada pada posisi cukup dengan rentang skor 3,78 – 3,91. Faktor pendukung CRM yang terendah adalah
kepemimpinan serta komunikasi dan sistem informasi (mean 3,78). Faktor pendukung CRM yang tertinggi
adalah pemantauan analisis, evaluasi dan pengendalian risiko dengan mean 3,91 (Tabel 2).
Tabel 2. Rerata Skor Faktor Pendukung CRM dan Implementasi CRM
Variabel Mean SD
Sistem organisasi 3,87 0,51
Kepemimpinan 3,78 0,63
Pemahaman dan budaya 3,88 0,44
Pelatihan 3,89 0,50
Komunikasi dan Sistem Informasi 3,78 0,62
Pemantauan analisis, evaluasi dan pengendalian risiko 3,91 0,54
Hasil analisis faktor pendukung CRM di tiap unit analisis menunjukkan hasil yang bervariasi. Tabel 3
menggambarkan faktor pendukung CRM dengan item yang diukur dari faktor pendukung tersebut. Dari
Tabel 3 dapat diketahui bahwa total skor faktor pendukung yang paling baik adalah di kelompok inpatient
dan yang terendah adalah kelompok medical.
5
Tabel 3. Skor Faktor Pendukung CRM di Tiap Unit
Unit Sistem Organisasi Kepemimpinan Pemahaman dan Budaya Pelatihan
Komunikasi dan Sistem Informasi
Pemantauan analisis,
evaluasi dan pengendalian
risiko Total Status pengorganisasian manajemen risiko
Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko
Pemahaman staf terhadap manajemen risiko
Partisipasi staf
Budaya Keselamatan
Status Pelatihan Manejemen Risiko
Sistem Pelaporan Insiden
Pendidikan berkelanjutan
Medical IGD 4,00 3,90 3,92 3,83 3,81 4,02 3,88 4,05 3,93 3,78 3,95 3,91 Rawat Jalan 3,76 3,75 3,76 3,68 3,80 4,02 3,88 3,90 4,04 3,99 4,03 3,87 Gizi 3,84 3,80 3,76 3,97 3,94 3,93 3,32 3,82 3,90 3,50 3,60 3,76 Hemodialisa 4,00 3,96 3,96 3,91 3,84 3,98 3,80 4,13 4,13 4,02 4,13 3,99 Rehab medis 3,53 3,43 3,16 3,52 3,69 3,18 3,19 3,55 3,40 3,30 3,28 3,38 IKO 3,54 3,38 3,15 3,53 3,60 3,42 3,31 3,50 3,52 3,32 3,34 3,42 Cathlab 3,90 3,83 3,70 3,95 3,76 3,92 3,80 3,85 3,81 3,79 3,90 3,84 Medical Support Radiologi 3,82 3,76 3,64 3,87 3,73 3,73 3,65 3,72 3,92 3,50 3,74 3,74 Laboratorium 4,04 4,30 4,19 4,24 4,09 4,34 3,91 4,17 4,21 4,20 4,26 4,18 Inpatient IRNA ICU 3,77 3,91 4,14 4,12 4,12 3,90 3,94 4,04 3,88 4,04 4,11 4,00 IRNA Zamrud 4,06 3,94 3,97 3,94 3,84 4,17 3,91 3,73 4,24 3,71 4,04 3,96 IRNA Mirah 4,03 4,17 4,07 4,05 4,14 4,25 4,30 4,35 4,64 4,13 4,23 4,21 IRNA Mutiara 3,67 3,97 3,63 3,64 3,67 3,86 3,67 3,97 3,86 3,54 3,90 3,76 IRNA Intan 3,83 4,10 3,73 3,74 3,81 3,83 3,63 3,76 4,11 3,75 3,81 3,83 IRNA Pyrus 4,03 4,17 4,10 4,19 4,07 4,11 3,97 4,06 4,22 4,00 4,08 4,09 IRNA Safir 4,37 4,43 4,30 4,36 4,31 4,61 4,37 4,32 4,42 4,29 4,46 4,38 IRNA Ruby 4,20 3,93 3,83 3,88 3,62 3,86 3,87 3,85 4,17 3,58 3,90 3,88 IRNA Emerald 3,91 4,14 3,97 3,69 3,92 4,17 4,09 4,17 4,05 3,93 3,98 4,00 IRNA Berlian 4,00 4,27 4,07 4,02 4,00 4,19 4,10 4,14 4,08 4,08 4,08 4,09 Pharmacy Farmasi 3,77 3,89 3,67 3,67 3,97 3,90 3,91 3,98 4,01 3,87 3,96 3,87
6
Hubungan antara Faktor Pendukung CRM dengan Implementasi CRM
Dua puluh unit analisis dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok unit dengan implementasi CRM
rendah dan tinggi. Kemudian dilakukan uji t antara faktor pendukung CRM dengan implementasi CRM.
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa semua faktor pendukung CRM memiliki hubungan dengan tingkat
implementasi CRM di rumah sakit (p < 0,05).
Tabel 4. Uji t Faktor Pendukung CRM
Faktor
Mean
t p Unit dengan
implementasi
rendah (<3,99)
Unit dengan
implementasi
tinggi (>3,99)
Status pengorganisasian manajemen risiko 3,82 4,00 -2,35 0,03
Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko 3,78 4,12 -4,00 0,00
Kepemimpinan 3,67 4,03 -3,30 0,00
Pemahaman staf terhadap manajemen risiko 3,79 4,01 -2,41 0,03
Partisipasi staf 3,80 3,99 -2,47 0,02
Budaya Keselamatan 3,83 4,13 -2,51 0,02
Status Pelatihan Manejemen Risiko 3,65 4,00 -3,33 0,00
Sistem Pelaporan Insiden 3,80 4,12 -4,45 0,00
Pendidikan berkelanjutan 3,88 4,17 -2,70 0,01
Posisi manajemen risiko 3,66 3,99 -3,23 0,00
Pemantauan analisis, evaluasi dan
pengendalian risiko 3,79 4,11 -3,23 0,00
Gambaran Implementasi CRM, Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien
Hasil analisis deskriptif terhadap implementasi CRM, mutu pelayanan dan keselamatan pasien tersaji
dalam Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa capaian indikator mutu di seluruh unit berkisar 70% -
100%. Skor mutu tiap unit sangat bervariasi tergantung dari capaian indikator dan jumlah indikator mutu
yang digunakan. Begitu pula dengan indikator keselamatan pasien yang memiliki skor yang bervariasi.
Skor mutu pada unit dengan implementasi CRM rendah lebih rendah (83,22%) dibandingkan dengan skor
mutu pada unit dengan implementasi CRM tinggi (89,14%). Skor keselamatan pasien berbanding terbalik
dengan implementasi CRM di unit. Skor keselamatan pasien di unit dengan implementasi rendah adalah
90,87% sedangkan unit dengan implementasi tinggi adalah 80,87%.
Tabel 5. Gambaran Implementasi CRM, Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien
Implementasi Rendah Implementasi Tinggi
Unit Skor
mutu
n Skor
ISKP
n Unit Skor
mutu
n Skor
ISKP
n
Medical Medical
IGD 95% 5 100% 1 Hemodialisa 100% 2 - -
Rawat Jalan 100% 4 100% 1
Gizi 97,22% 3 95,83% 2
7
Implementasi Rendah Implementasi Tinggi
Unit Skor
mutu
n Skor
ISKP
n Unit Skor
mutu
n Skor
ISKP
n
Rehabilitasi
Medis
100% 4 83,33% 1
IKO 98,15% 11 94,21% 9
Cathlab - - - -
Medical Support Medical Support
Radiologi 100% 3 100% 1 Laboratorium 100% 2 100% 1
Inpatient Inpatient
IRNA Zamrud 84,26% 9 77,78% 3 ICU 100% 2 77,78% 3
IRNA Intan 84,26% 9 77,78% 3 IRNA Mirah 84,26% 9 77,78% 3
IRNA Mutiara 84,26% 9 77,78% 3
IRNA Pyrus 85,83% 10 77,78% 3
IRNA Safir 84,26% 9 77,78% 3
IRNA Ruby 84,26% 9 77,78% 3
IRNA Emerald 84,26% 9 77,78% 3
IRNA Berlian 84,26% 9 77,78% 3
Pharmacy
Farmasi 73,28% 4 88,89% 3
TOTAL 83,22% 90,87% 89,14% 80,87%
DISKUSI
Tingkat Implementasi CRM di RS X
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi CRM masih belum mapan. Studi terdahulu
menunjukkan bahwa implementasi CRM yang belum mapan dikarenakan CRM merupakan program yang
baru di rumah sakit, dan tingkat pengetahuan dan pemahaman staf pelaksana yang rendah terhadap
konsep CRM3,10. Hasil analisis implementasi CRM di unit sangat bervariasi. Hal serupa ditemukan pada
penelitian di Swiss yang menemukan bahwa 2/3 rumah sakit yang berpartisipasi memiliki tingkat
implementasi yang tinggi, namun di tingkat unit memiliki tingkat implementasi yang bermacam-macam6.
Penelitian ini juga menemukan bahwa masih terdapat 3 unit yang tidak memiliki risk register dan
8 unit yang telah melakukan risk register namun belum melakukan mitigasi. Keadaan ini diperkuat dengan
hasil FGD yang menyebutkan bahwa terdapat tingkat pemahaman staf yang masih kurang terhadap
penyusunan risk register dan tindak lanjutnya. Unit Radiologi memiliki risk register dan mitigasi yang baik
yaitu 100% dan sesuai dengan hasil FGD bahwa terdapat keharusan untuk mendata risk register setiap
minggu karena banyaknya risiko yang dihadapi, dan risiko-risiko tersebut terkait langsung dengan individu
yang berada di unit tersebut serta adanya kewajiban pelaporan kepada Badan Pengawas tenaga Nuklir
(Bapeten). IRNA Berlian juga telah melakukan risk register mitigasi risiko 100% dikarenakan jumlah pasien
di IRNA Berlian relatif lebih sedikit sehingga waktu tenaga medis yang relatif lebih banyak untuk
melakukan pendataan.
8
Ketersediaan risk register dan mitigasi risiko terkait dengan persepsi individu tentang risiko
(perception of risk). Pada Unit Radiologi yang memiliki risk register dan mitigasi 100% dapat disebabkan
karena persepsi akan risiko dan dampak risiko yang dihadapi lebih besar dibanding unit yang lain.
Penelitian di Jepang menemukan bahwa ada perbedaan persepsi risiko pada kelompok experts dan non-
experts. Perbedaan persepsi ini berkaitan dengan pengalaman yang dihadapi individu dalam praktek klinis
di rumah sakit. Individu memiliki pertimbangan yang berbeda tentang risiko yang dihadapinya sesuai
dengan besarnya dampak yang akan dialami11. Fakta lain yang ditemukan saat FGD adalah beberapa unit
belum memiliki risk register dikarenakan kurangnya pemahaman staf terhadap tindak lanjut setelah
menyusun atau menilai suatu risiko. Penelitian terdahulu menemukan bahwa staf lebih mementingkan
penilaian dan pendataan risiko (risk assessment) daripada melakukan mitigasi risiko, padahal risk
assessment yang ideal juga harus melakukan mitigasi risiko12.
Gambaran faktor pendukung CRM di Rumah Sakit
Faktor sistem organisasi di RS X memiliki skor rerata yang cukup. Dari penelitian terdahulu
diketahui adanya hubungan antara sistem organisasi yang baik dengan tingkat maturasi CRM di rumah
sakit6. Penanggungjawab risiko berperan dalam pengembangan CRM terutama dalam
mengimplementasikan proses manajemen risiko dan menyebarkan informasi atau melakukan komunikasi
dengan staf pelaksana serta memiliki hubungan yang signifikan dengan pelaksanaan proses manajemen
risiko5,6. Status pengorganisasian, kebijakan dan prosedur yang berada di tingkat sedang menggambarkan
bahwa kegiatan pelatihan, program kerja dan regulasi yang terkait dengan manajemen risiko masih
kurang3.
Faktor kepemimpinan memiliki nilai rerata terendah pada penelitian ini. Dari FGD diketahui
bahwa manajemen risiko masih terpusat di tingkat rumah sakit dan belum tersebar secara merata di tiap
unit. Faktor kepemimpinan memiliki peran yang paling penting dalam pelaksanaan CRM sama seperti
pada kegiatan keselamatan pasien5,13. Seluruh kegiatan dan keputusan berada di tangan pemimpin13.
Faktor pemahaman dan budaya dilihat dari pemahaman, partisipasi dan budaya keselamatan staf.
Faktor pemahaman dan budaya berada pada tingkat cukup. Dari FGD yang dilakukan yang ditemukan
bahwa pemahaman dan partisipasi staf masih rendah. Staf tidak mengetahui tindak lanjut dari
penyusunan risk register. Pemahaman dan pengenalan tentang CRM merupakan tahap terpenting dalam
perkembangan CRM di rumah sakit agar CRM dapat berjalan terus menerus dan menjadi suatu budaya3,13.
Faktor pelatihan juga memiliki rerata yang cukup baik. Pelatihan diperlukan untuk menyebarkan
informasi dan pengetahuan kepada seluruh staf yang terkait dalam pelaksanaan proses manajemen risiko
9
di rumah sakit. Penyebaran informasi dan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara melakukan diskusi
antara penanggungjawab risiko dan staf pelaksana13,14.
Faktor komunikasi mencakup penggunaan pelaporan di unit, ketersediaan sistem komunikasi
manajemen risiko di unit, dan hasil menunjukkan faktor ini memiliki nilai rerata terendah seperti faktor
kepemimpinan. Rendahnya komunikasi disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya fasilitas, staf
kurang kompeten dan rendahnya dukungan dari pemimpin3. Komunikasi merupakan aspek terpenting
dalam pelaksanaan CRM di rumah sakit dikarenakan kompleksnya permasalahan dalam melaksanakan
CRM2.
Faktor pemantauan analisis, evaluasi dan pengendalian risiko memiliki rerata yang paling baik
diantara keenam faktor yang lain. Hasil ini juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan di Teheran3.
Pemantauan manajemen risiko di RS X masih terpusat di Risk and Quality Management Department dan
belum berdifusi di tingkat unit. Pemantauan risiko yang rutin diikuti dengan tindak lanjutnya akan
mengurangi ancaman yang dihadapi organisasi sehingga kerugian dapat dicegah15.
Faktor sistem organisasi, kepemimpinan, pemahaman dan budaya, pelatihan, komunikasi, serta
pemantauan analisis, evaluasi dan pengendalian risiko memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat
implementasi CRM. Pelaksanaan yang baik dari faktor-faktor tersebut akan mendukung implementasi
CRM. Penelitian yang dilakukan Briner juga mengemukakan bahwa adanya hubungan antara faktor
pendukung CRM dengan implementasi CRM6.
Implementasi Clinical Risk Management (CRM), Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien
Hasil menunjukkan bahwa unit dengan implementasi CRM rendah memiliki skor capaian indikator
mutu yang lebih rendah dibandingkan dengan unit yang memiliki implementasi tinggi. Namun sebaliknya,
unit dengan implementasi CRM rendah memiliki skor capaian indikator sasaran keselamatan pasien lebih
tinggi daripada unit dengan implementasi CRM tinggi.
Dari hasil tersebut tidak dapat diujikan korelasi antara implementasi CRM dan capaian mutu.
Namun, dalam penelitian terdahulu disebutkan bahwa implementasi CRM yang baik akan mempengaruhi
mutu pelayanan dan keselamatan pasien1,16. Pencapaian mutu pelayanan dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu pasien, penyedia layanan dan lingkungan17. Keselamatan pasien dan manajemen risiko tidak dapat
dipisahkan18,19. Manajemen risiko dan keselamatan pasien memiliki persamaan yaitu memiliki komponen
pencegahan18, proses yang sama dalam menganalisis suatu kemungkinan error20, dan memiliki tujuan
yang sama untuk menciptakan lingkungan yang aman18,21. Sehingga dengan mengurangi dan
mengendalikan risiko, mengenali kemungkinan risiko, memantau dan mengelola risiko yang ada maka
keselamatan pasien akan tercapai22. Penghitungan skor indikator dengan jumlah indikator yang berbeda-
10
beda menyebabkan unit dengan jumlah indikator hanya satu akan lebih baik dan dapat mencapai 100%
dibandingkan dengan unit yang memiliki jumlah indikator yang lebih banyak dan kompleks serta tidak ada
satu indikator keselamatan pasien yang sama yang digunakan oleh seluruh unit. Pencapaian keselamatan
pasien tidak hanya dipengaruhi oleh pelaksanaan manajemen risiko yang baik, namun juga dipengaruhi
oleh faktor lain seperti sikap dan persepsi individu serta keterlibatan pasien19,23.
KESIMPULAN
Implementasi CRM di RS X masih belum mapan, begitu pula dengan faktor-faktor pendukungnya.
Pelaksanaan faktor pendukung CRM yang baik akan mendukung implemenatasi CRM yang baik pula.
Tingkat implementasi CRM sejalan dengan capaian mutu pelayanan dan berbanding terbalik dengan
capaian indikator mutu. Dengan demikian, tingkat implementasi CRM mendukung tercapainya mutu
pelayanan namun belum tampak pada keselamatan pasien.
Ada beberapa saran yang dapat dilakukan oleh rumah sakit. Rumah sakit perlu mengembangkan
dan menyempurnakan instrumen CRM yang dapat digunakan di seluruh rumah sakit. Perlu dilakukan
pelatihan berupa workshop dan pendampingan terkait dengan implementasi manajemen risiko. Rumah
sakit perlu mengembangkan indikator yang sama untuk tiap unit. Diperlukan studi lebih lanjut tentang
implementasi CRM di rumah sakit yang memiliki karakteristik berbeda serta faktor lain yang
mempengaruhi capain sasaran keselamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Verbano C, Turra F. A Human Factors and Reliability Approach to Clinical Risk Management: Evidence from Italian Cases. Saf Sci [Internet]. 2010;48(5):625–39. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ssci.2010.01.014
2. Manser T, Frings J, Heuser G, Mc Dermott F. The German Clinical Risk Management Survey for Hospital: Implementation levels and Areas for Improvement in 2015. Z Evid Fortbild Qual Gesundhwes [Internet]. 2016;114:28–38. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.zefq.2016.06.017
3. Farokhzadian J, Dehghan Nayeri N, Borhani F. Assessment of Clinical Risk Management System in Hospitals: An Approach for Quality Improvement. Glob J Health Sci [Internet]. 2015;7(5):294–303. Available from: http://www.ccsenet.org/journal/index.php/gjhs/article/view/43448
4. Zaboli R, Karamali M, Salem M, Rafati H. Risk Management Assessment in Selected Wards of Hospitals of Tehran. Iran J Mil Med. 2011;12(4):197–202.
5. Adibi H, Khalesi N, Ravaghi H, Jafari M, Jeddian AR. Development of an Effective Risk Management System in a Teaching Hospital. J Diabetes Metab Disord. 2012;11(1):1–7.
6. Briner M, Manser T, Kessler O. Clinical Risk Management in Hospitals: Strategy, Central Coordination and Dialogue as Key Enablers. J Eval Clin Pract. 2013;19(2):363–9.
7. Briner M, Kessler O, Pfeiffer Y, Wehner T, Manser T. Assessing Hospitals’ Clinical Risk Management: Development of a Monitoring Instrument. BMC Health Serv Res [Internet]. 2010;10(1):337. Available from: http://www.biomedcentral.com/1472-6963/10/337
8. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Standar Akreditasi Rumah Sakit [Internet]. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; 2011. Available from:
11
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/STANDAR_AKREDITASI_RS_2012.pdf 9. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Edisi 1. Garna H, editor.
Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS); 2017. 236–238 p. 10. Daud A, Ayuningtyas D, Junadi P. Pengetahuan, Persepsi dan Pelaksanaan Manajemen Risiko
Klinis di Lima Rumah Sakit di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Banten Tahun 2005. J Manaj Pelayanan Kesehat. 2007;10(01):11–9.
11. Adachi Y, Kikuchi Y. Nurses’ and students’ perception of risk from medical practices. Int J Nurs Sci [Internet]. 2017;4(2):142–51. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnss.2017.03.002
12. Kaya GK, Clarkson J. Risk Management in Hospital Settings: Understanding and Improving the Current Practice. Proc Glob Jt Conf Ind Eng Its Appl Areas 2016. 2016;
13. Sendlhofer G, Brunner G, Tax C, Falzberger G, Smolle J, Leitgeb K, et al. Systematic Implementation of Clinical Risk Management in a Large University Hospital : The Impact of Risk Managers. 2015;1–11.
14. Young PC, Tomski M. An Introduction to Risk Management. Phys Med Rehabil Clin N Am [Internet]. 2002;13(2):225–46, viii. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12122845
15. Herrscher P, Goepfert A. Implementation of Risk Management in Hospital. In: Merkle W, editor. Risk Management in Medicine. 1st ed. Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2016. p. 133–40.
16. Chiozza ML, Plebani M. Clinical Governance: From Clinical Risk Management to Continuous Quality Improvement. Clin Chem Lab Med. 2006;44(6):694–8.
17. Mosadeghrad AM. Factors Influencing Healthcare Service Quality. Int J Heal Policy Manag [Internet]. 2014;3(2):77–89. Available from: http://www.ijhpm.com/article_2864_607.html
18. Youngberg BJ. Principles Of Risk Management and Patient Safety_The Integration of Risk Management and Patient Safety. Canada: Jones & Bartlett Learning; 2011. 1–12 p.
19. TAŞ Y, AKPINAR AT, İŞÇİ E. The Effects of Quality Management System on Patient Safety Culture in Hospitals. Hastan Kalite Yönetim Sist Hast Güvenliği Kültürüne Etkisi [Internet]. 2016;4(2):239–54. Available from: http://esc-web.lib.cbs.dk/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=bth&AN=115347081&site=ehost-live
20. Sharma G, Dixit A, Awasthi S, Sharma G. Patient Safety Risk Assessment and Risk Management: A Review on Indian Hospitals. Chronicles Young Sci. 2012;2(4):186.
21. Kassim PNJ, Manaf NHA. Integrating patient safety and risk management: the role of law and healthcare organisations. J Glob Bus Soc Entrep [Internet]. 2017;1(2):115–25. Available from: http://irep.iium.edu.my/55880/
22. Vincent C, Amalberti R. Safety Strategies in Hospitals. In: Safer Healthcare [Internet]. Cham: Springer International Publishing; 2016. p. 73–91. Available from: http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-25559-0_7
23. Huerta TR, Walker C, Murray KR, Hefner JL, McAlearney AS, Moffatt-Bruce S. Patient Safety Errors: Leveraging Health Information Technology to Facilitate Patient Reporting. J Healthc Qual. 2016;38(1):17–23.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN JalanVeteran Malang – 65145, Jawa Timur - Indonesia
Telp.(0341) 551611 Pes.213.214; 569117, 567192 – Fax. (62) (0341) 564755
e-mail :[email protected] http://www.fk.ub.ac.id
Kop Surat RS
SURAT KETERANGAN
TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ..............................................................................
Jabatan :...............................................................................
Rumah Sakit : .............................................................................
menyatakan bahwa mahasiswa PS MMRS FKUB berikut ini:
Nama : .........................................................................................................................
NIM :..........................................................................................................................
Judul Penelitian : ..........................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
...................................................................................................................
Waktu : ................................... s/d .....................................
Kami menyetujui bahwa penelitian ini dipublikasikan ke jurnal ilmiah dengan memperhatikan
etika penelitian dan publikasi, dengan catatan sebagai berikut:
1. ...........................................................
2. ...........................................................
3. ...........................................................
4. ...........................................................
........................, .....................................
(Jabatan)
Ttd & stempel rs
(nama)
(Nomor Induk Pegawai)