hubungan antara faktor penghambat dengan …
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN
PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
MONIKHA INDRYANI SITANGGANG
NIM : 141000540
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN
PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
MONIKHA INDRYANI SITANGGANG
NIM : 141000540
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul
“HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN
PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Januari 2019
Monikha Indryani Sitanggang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 8 Januari 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Ir. Kalsum, M.Kes
Anggota : 1. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes
2. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi, M.Psi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
Abstrak
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan faktor
yang memegang peranan penting dalam pelayanan rumah sakit. Dengan adanya
SMK3, diharapkan pihak rumah sakit menyelenggarakan upaya-upaya kesehatan
dan keselamatan kerja yang dapat mengendalikan dan meminimalisasi potensi-
potensi bahaya yang mungkin timbul dan mengancam jiwa dan kehidupan para
karyawan rumah sakit, para pasien, maupun para pengunjung yang ada di
lingkungan rumah sakit. Namun, sampai saat ini pelaksanaan SMK3 di rumah
sakit masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai
faktor penghambat yang memengaruhi pelaksanaan program SMK3 di rumah
sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor
penghambat dengan pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional dengan besar
sampel adalah 87 orang yang diambil dengan teknik stratified random sampling.
Data yang diolah berupa data primer menggunakan angket yang dibagikan kepada
pekerja. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dilakukan uji statistik menggunakan korelasi somers’d. Hasil uji
statistik dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) menunjukkan terdapat hubungan
yang bermakna antara variabel kualitas SDM, komitmen manajemen dan pekerja,
pengawasan K3, dan pelaksanaan law enforcement dengan variabel pelaksanaan
SMK3 dengan nilai p-value yang diperoleh dari setiap variabel < 0,05. Saran
kepada pihak manajemen rumah sakit untuk lebih meningkatkan pengawasan
terhadap K3 di rumah sakit, agar pengawasan terhadap K3 dapat dilaksanakan
secara kontinyu dan dilaksanakan di semua unit kerja rumah sakit dan juga pihak
rumah sakit untuk menerapkan dengan tegas peraturan atau ketentuan K3
sehingga pelaksanaan law enforcement lebih meningkat.
Kata kunci : Faktor penghambat, pelaksanaan SMK3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
Abstract
Occupational Health and Safety Management System (OHSMS) is an important
role in medical treatment at the hospital. By means of OHSMS, the hospital is
expected to make efforts health and safety to control and minimize the dangerous
potential that may happen and threaten the safety of the patients and employees in
the hospital. However, the implementation of OHSMS in the hospital has not yet
been carried out well. This is caused by a variety of inhibiting factors that
obstructs the implementation of OHSMS. The purpose of study is to look the
connection between the inhibiting factor with the implementation of OHSMS in
Elisabeth hospital. This study is an analytical with cross sectional draft with 87
samples were taken with stratified random sampling. The processed data was
obtained of primary data using a questionnaire that distributed to the worker. To
determine the correlation between independent variables with dependent variable
tested using the somers’d correlation statistic. The result with statistic with a
significance level of 5% (α = 0,05) mean there was a significant association
between quality of human resources, commitment of management and worker,
supervision OHS, and implementation law enforcement with implementation
OHSMS with p-value obtained from each variables < 0,05. Recommended for
management of hospital, that supervision OHS carried out continuously and
carried out in all work units and management of hospital firmly apply regulation
or rules of OHS so that implementation of OHSMS more increase.
Key words : Inhibiting factor, implementation of OHSMS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Hubungan antara Faktor Penghambat dengan
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018, guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak
mendapat bimbingan, doa dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini dan
juga menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, yaitu kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sebagai anggota
Penguji I yang telah membimbing dan memberikan saran serta
kritikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
4. Ir. Kalsum, M.Kes. sebagai Dosen Pembimbing dan Ketua
Penguji yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu,
mendidik, membimbing dan memberikan saran serta kritikan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
5. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi, M.Psi. sebagai anggota Penguji II
yang telah membimbing dan memberikan saran serta kritikan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
6. Isyatun Mardiyah Syahri, SKM, M.Kes. sebagai Dosen
Penasehat Akademik selama penulis menjalani perkuliahan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Para Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, terkhusus Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
8. Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, Kepala Unit
PPSDM dan seluruh staf, khususnya Tim P2K3 yang telah
membantu penulis dalam proses pengumpulan data.
9. Kedua orang tua terkasih, Ayahanda Drs. Rellus Sitanggang,
M.Kes dan Ibunda Melinda Situmorang yang telah mendidik
penulis hingga menjadi seperti sekarang ini serta memberikan
semangat, doa, dukungan kepada penulis terutama dalam
penyelesaian skripsi ini.
10. Saudara-Saudari penulis Naslina Klarita Juliana Sitanggang,
SP, Ricky Andy Jeremia Sitanggang, S.Pd, Deasy Maria
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
Natalia Sitanggang, SP, dan Dewi Evelyn Maria Sitanggang,
S.Pd. yang memberikan dukungan, semangat, serta doa
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.
11. Seluruh sahabat-sahabat penulis yang memberikan semangat,
bantuan, dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan kepada pembaca. Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas
segala kesalahan dan kekurangannya penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Medan, Januari 2019
Monikha Indryani Sitanggang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
Daftar Isi
Halaman
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i
Halaman Pengesahan ii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Istilah xvi
Riwayat Hidup xvii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 9
Tujuan Penelitian 9
Tujuan umum 9
Tujuan khusus 9
Manfaat Penelitian 10
Tinjauan Pustaka 11
Faktor Penghambat Pelaksanaan SMK3 11
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 18
Definisi K3 18
Tujuan K3 20
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS 20
Definisi, tujuan, manfaat, dan sasaran 20
Penetapan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan 22
Kerja Rumah Sakit (K3RS)
Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 22
Rumah Sakit (K3RS)
Pelaksanaan rencana Keselamatan dan Kesehatan 23
Kerja Rumah Sakit (K3RS)
Pemantauan dan evaluasi kinerja Keselamatan dan 25
Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
Peninjauan dan peningkatan kinerja Keselamatan dan 26
Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
Langkah-Langkah Penyelenggaraan Sistem Manajemen 26
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit
Rumah Sakit 29
Definisi rumah sakit 29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
Jenis dan klasifikasi rumah sakit 30
Tugas dan fungsi rumah sakit 34
Kewajiban rumah sakit 34
Kerangka Konsep 36
Hipotesis Penelitian 37
Metode Penelitian 38
Jenis Penelitian 38
Lokasi dan Waktu Penelitian 38
Populasi dan Sampel Penelitian 38
Populasi 38
Sampel 38
Variabel dan Definisi Operasional 40
Metode Pengumpulan Data 41
Metode Pengukuran 42
Metode Analisis Data 45
Hasil Penelitian 46
Gambaran Umum 46
Profil rumah sakit 46
Sejarah singkat RS Santa Elisabeth Medan 47
Visi dan misi rumah sakit 48
Struktur organisasi RS Santa Elisabeth Medan 49
Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan 49
Gambaran Umum Karakteristik Responden 51
Gambaran umum responden berdasarkan usia 51
Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin 52
Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan 52
Gambaran umum responden berdasarkan lama kerja 53
Analisis Univariat 53
Distribusi responden berdasarkan variabel independen 54
(faktor penghambat SMK3)
Distribusi responden berdasarkan variabel dependen 56
(pelaksanaan SMK3)
Analisis Bivariat 57
Hubungan kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 57
Hubungan komitmen manajemen dan pekerja dengan 58
pelaksanaan SMK3
Hubungan pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 59
Hubungan pelaksanaan law enfoecement dengan 60
pelaksanaan SMK3
Pembahasan 61
Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan 61
Hubungan antara Faktor Penghambat dengan Pelaksanaan 63
SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
Hubungan kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 63
Hubungan komitmen manajemen dan pekerja dengan 65
pelaksanaan SMK3
Hubungan pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 67
Hubungan pelaksanaan law enfoecement dengan 69
pelaksanaan SMK3
Kesimpulan dan Saran 72
Kesimpulan 72
Saran 72
Daftar Pustaka 74
Lampiran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Jumlah Sampel Tiap Strata (Sub Populasi) 40
2 Jumlah Tempat Tidur di RS Santa Elisabeth Medan 46
3 Jumlah Tenaga Kerja di RS Santa Elisabeth Medan 46
4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 51
Berdasarkan Usia Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan
5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan 52
Jenis Kelamin Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan
6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan 52
Pendidikan Terakhir Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan
7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan 53
Lama Kerja Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan
8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas SDM 54
di RS Santa Elisabeth Medan
9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Komitmen 55
Manajemen dan Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan
10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengawasan K3 55
di RS Santa Elisabeth Medan
11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan 56
Law Enforcement di RS Santa Elisabeth Medan
12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan 57
SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan
13 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Kualitas SDM dengan 57
Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan
14 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Komitmen Manajemen 58
dan Pekerja dengan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth
Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
15 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pengawasan K3 59
dengan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan
16 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pelaksanaan Law 60
Enforcement dengan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth
Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiv
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka Konsep 36
2 Bagan Struktur Organisasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xv
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Surat Izin Penelitian 77
2 Surat Keterangan Balasan Izin Penelitian 78
3 Surat Selesai Penelitian 79
4 Angket Penelitian 80
5 Master Data 86
6 Hasil Uji Korelasi Somers’d dengan SPSS 99
7 Struktur Organisasi P2K3 103
8 Program-Program K3 104
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xvi
Daftar Istilah
ILO International Labour Organization
K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KAK Kecelakaan Akibat Kerja
PAK Penyakit Akibat Kerja
SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
RS Rumah Sakit
SDM Sumber Daya Manusia
Kemenkes Kementrian Kesehatan
Depkes Departemen Kesehatan
UU Undang-Undang
K3RS Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
P2K3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
APD Alat Pelindung Diri
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xvii
Riwayat Hidup
Penulis bernama Monikha Indryani Sitanggang berumur 22 tahun,
dilahirkan di Deli Tua pada tanggal 7 Juni 1996. Penulis beragama Katolik, anak
kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Rellus Sitanggang, M.Kes
dan Ibu Melinda Situmorang.
Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Katolik Budi Murni Deli Tua
tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Deli Tua tahun 2008-
2011, sekolah menengah atas di SMAN 1 Deli Tua tahun 2011-2014, selanjutnya
penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Januari 2019
Monikha Indryani Sitanggang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah kesehatan yang
semakin penting. Menurut data yang diperoleh dari International Labour
Organization (ILO) pada tahun 2013, didapat setiap 15 detik, 160 pekerja
mengalami kecelakaan terkait dengan pekerjaan. Setiap hari rata-rata 6.000 orang
meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait kerja dan lebih dari 2,2
juta kematian per tahun.
Undang-Undang RI No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 164
menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja
agar hidup sehat dan terbebas dari ga ngguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja tersebut meliputi pekerja di
sektor formal dan informal, serta berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang
berada di lingkungan tempat kerja. Jika memerhatikan isi dari UU tersebut, maka
jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk salah satu dalam pekerjaan sektor
formal yang perlu mendapat perhatian.
Menurut Mauliku (2011) yang mengutip pendapat Wicaksana, rumah sakit
sebagai industri jasa merupakan sebuah industri yang mempunyai beragam
persoalan tenaga kerja yang rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat
kerja bahkan kecelakaan akibat kerja sesuai dengan jenis pekerjaannya, sehingga
rumah sakit berkewajiban menerapkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3RS). Upaya pembinaan K3RS dirasakan semakin mendesak mengingat
beberapa perkembangan. Perkembangan tersebut antara lain dengan makin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
meningkatnya pendayagunaan obat atau alat dengan risiko bahaya kesehatan
tertentu untuk tindakan diagnosis, terapi maupun rehabilitasi di sarana kesehatan.
Terpaparnya tenaga kerja (medis & non medis) di sarana kesehatan pada
lingkungan tercemar bibit penyakit yang berasal dari penderita yang berobat atau
dirawat, adanya transisi epidemiologi penyakit dan gangguan kesehatan, oleh
karena itu upaya keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit tidak dilihat
sebagai sesuatu yang mahal, tapi seharusnya menjadi nilai tambah bagi rumah
sakit itu sendiri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit menyatakan bahwa potensi
bahaya yang terdapat di rumah sakit disebabkan oleh faktor fisik, kimia, biologi,
ergonomi, psikososial, mekanikal, elektrikal, dan limbah yang menyebabkan
risiko tinggi terjadi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) sehingga perlu adanya standar perlindungan bagi pekerja yang ada di
rumah sakit. Standar keselamatan dan keamanan di rumah sakit bertujuan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera serta mempertahankan kondisi yang
aman bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) melaporkan bahwa pada
tahun 2015 dari 98 rumah sakit terdapat 2.947 pekerja rumah sakit mengalami
kejadian luka tusuk akibat jarum suntik atau needle stick injury (NSI), terkilir,
sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain.
Hasil laporan Bureau Labor Statistics USA (2009) bahwa tingkat kejadian hilang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
hari kerja di rumah sakit terjadi akibat cedera terpeleset (slip), tersandung (trip),
dan terjatuh (fall). Slip, trip, and fall terjadi 38,2 per 10.000 pekerja rumah sakit.
Dalam aktivitas pekerjaannya, tenaga kesehatan di rumah sakit mengalami slip,
trip, and fall sering terjadi cedera yang serius hingga berakibat hari kerja hilang,
produktivitas menurun, kompensasi yang mahal, dan kemampuan berkurang
dalam merawat pasien (Putri, dkk, 2018).
Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) 2007, diketahui risiko bahaya
yang dialami oleh pekerja di rumah sakit adalah infeksi HIV (0,3%), risiko
pajanan membran mukosa (1%), risiko pajanan kulit (<1%) dan sisanya tertusuk
jarum, terluka akibat pecahan gigi yang tajam, dan bor metal ketika melakukan
pembersihan gigi, low back pain akibat mengangkat beban melebihi batas,
gangguan pernafasan, dermatitis, dan hepatitis (Putri, dkk, 2018). Hasil penelitian
Sarastuti (2016), di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada Yogyakarta didapat
bahwa karakterisitik SDM yang mengalami kecelakaan kerja terbanyak yaitu di
usia 26-35 tahun, jenis kelamin perempuan, dengan masa kerja ≤ 1 tahun.
Kecelakaan kerja yang sering terjadi menurut jenis cedera terbanyak yaitu kontak
dengan benda tajam seperti jarum suntik, pisau, dan benda tajam lainnya sebanyak
69,6%.
Berbagai potensi bahaya dan risiko tersebut, perlu upaya-upaya untuk
mengendalikannya, meminimalisasinya, dan bila mungkin meniadakannya, oleh
karena itu K3RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3RS lebih
efektif, efisien dan terpadu maka diperlukan sebuah manajemen K3 di rumah sakit
baik bagi pengelola maupun pekerja rumah sakit. SMK3 merupakan faktor yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
memang tidak berhubungan langsung dengan pasien, tetapi memegang peranan
penting dalam pelayanan rumah sakit. Pelayanan rumah sakit dapat dikatakan
bermutu apabila memerhatikan kesehatan dan keselamatan pasien, pengunjung
rumah sakit, tenaga pemberi pelayanan kesehatan, pelaksana serta pengelola
rumah sakit (Kemenkes, 2007).
SMK3 sudah dianggap penting dalam setiap aspek kegiatan namun
didalam pelaksanaannya masih ditemui hambatan yang menyebabkan pelaksanaan
SMK3 tidak berjalan dengan baik. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
terdapat hubungan antara faktor penghambat dengan pelaksanaan SMK3 yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Awuy, dkk (2017) tentang faktor-faktor
penghambat pelaksanaan SMK3 pada proyek konstruksi kota Manado diperoleh
bahwa, terdapat beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan SMK3 seperti,
kurangnya kesadaran diri pekerja menggunakan APD dengan baik, tidak
dilaksanakannya UU K3 secara konsisten, kurangnya pelatihan mengenai K3, dan
tidak ada unit yang mengurusi K3. Hasil ini menunjukkan bahwa, dengan adanya
faktor penghambat tersebut menyebabkan pelaksanaan SMK3 tidak berjalan
optimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Taufani (2007) tentang hubungan antara
faktor penghambat SMK3 dengan pelaksanaan SMK3 di RSUD Balung
Kabupaten Jember didapatkan hasil variabel faktor penghambat yang meliputi
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), tingkat upah dan jaminan sosial, data dan
informasi yang berkaitan dengan K3 dan pelaksanaan law enforcement, memiliki
nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya faktor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
penghambat tersebut menyebabkan pelaksanaan SMK3 tidak berjalan baik.
Keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit sampai saat ini belum menjadi
prioritas penting bagi rumah sakit. Rumah sakit masih lebih mementingkan
kelangsungan usaha, keuntungan, pemenuhan kebutuhan logistik, sumber daya
manusia, dan pengembangan jenis pelayanan baru.
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang dideklarasikan pada tanggal 19
November 1930 merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan, yang selain
melaksanakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif, juga melaksanakan
pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
kuratif dan rehabilitatif, tentunya Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan
salah satu tempat yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, tidak hanya bagi
pasien dan pengunjung rumah sakit, melainkan juga bagi tenaga kesehatan di
rumah sakit, sehingga sangat diperlukan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang baik di rumah sakit untuk meminimalisasi potensi bahaya
yang ada di rumah sakit dan meningkatkan derajat kesehatan pasien, pengunjung
rumah sakit, dan tenaga kesehatan di rumah sakit.
Data awal yang diperoleh peneliti saat survei pendahuluan, Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan sudah mempunyai Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3). Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan juga sudah ada.
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berpedoman pada beberapa peraturan
perundangan seperti Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan RI No 66
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, dan
beberapa peraturan yang lainnya. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan juga
memiliki program-program atau kegiatan yang terkait dengan K3, namun
program-program tersebut tidak terlaksana dengan baik, karena kurang
terkoordinir dan tidak tertata sebagai suatu manajemen K3RS. Mekanisme kerja
tim P2K3 rumah sakit bekerja secara tim dan bekerja secara fungsional atau
bekerja secara rangkap jabatan. Tim P2K3 rumah sakit bekerja secara rangkap
jabatan dalam arti bahwa tim P2K3 tidak fokus dalam menangani K3, sehingga
pekerjaan Tim P2K3 dalam melaksanakan kerjanya hampir tidak terlihat.
Kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan pada tahun 2017 yaitu tertusuk jarum pada perawat sebanyak 3 orang
perawat, sedangkan sampai pada Maret 2018 terdapat 1 kecelakaan kerja yang
terjadi pada dokter yaitu tersayat pisau saat melakukan operasi. Dari wawancara
yang dilakukan dengan Tim P2K3 kecelakaan kerja tersebut terjadi karena
beberapa faktor diantaranya kelalaian dari karyawan, kurangnya konsentrasi
karyawan dalam bekerja, dan tidak menggunakan APD saat bekerja. Menurut Tim
P2K3 masih terdapat beberapa kecelakaan kerja yang lainnya terjadi pada
karyawan, namun tidak pernah dilaporkan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan tim P2K3, dalam
pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan berupa program-program atau
kegiatan K3 tidak berjalan dengan baik. Beberapa pelaksanaan K3 seperti
penyuluhan K3 kepada semua karyawan dengan tujuan untuk menambah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
pengetahuan K3 pada karyawan tidak berjalan, karena tidak semua karyawan
mendapatkan penyuluhan tentang K3 yang menyebabkan pengetahuan karyawan
terhadap K3 rendah. Pelatihan K3 yaitu mengikutsertakan karyawan dalam
pelatihan atau seminar K3 sebagai upaya update pengetahuan di bidang K3 juga
tidak konsisten dilakukan. Pemeriksaan dan pengawasan tidak dilakukan oleh tim
P2K3 (karena memiliki jabatan lain). Pelaksanaan SMK3 tidak berjalan dengan
baik di Rumah Sakit Santa Elisabeth tersebut, disebabkan oleh faktor penghambat.
Menurut Konradus (2012), faktor-faktor penghambat pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah, tidak ada/rendahnya komitmen
manajemen dan pekerja terhadap pelaksanaan K3, pengawasan terhadap K3 yang
rendah, kurang optimalnya law enforcement terhadap pelanggaran K3, sikap dan
perilaku pekerja yang enggan menggunakan APD, fasilitas K3 yang tidak
memadai, fasilitas K3 tidak memenuhi standar K3 nasional, pimpinan masih
terjebak pada paradigma berpikir yang salah. Dari faktor-faktor penghambat
pelaksanaan SMK3 yang dikemukakan oleh Konradus (2012), faktor penghambat
yang menyebabkan pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
tidak berjalan dengan baik yaitu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
relatif rendah, tidak ada/rendahnya komitmen manajemen dan pekerja terhadap
pelaksanaan K3, pengawasan terhadap K3 yang rendah, kurang optimalnya law
enforcement terhadap pelanggaran K3.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan relatif rendah, masih ada beberapa pekerja bekerja tidak sesuai dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
kemampuan mereka. Pada saat survei pendahuluan, peneliti mendapatkan pekerja
pada bagian pelayanan umum tidak puas dengan pekerjaannya. Komitmen
manajemen dan pekerja terhadap pelaksanaan K3 rendah. Komitmen dari
manajemen yang rendah dilihat dari Tim P2K3 yang dibentuk untuk mengurusi
hal-hal yang berkaitan dengan K3 tidak bekerja dengan baik, Tim P2K3 memiliki
rangkap jabatan, dimana fokus utama bekerja bukan mengurus K3. Komitmen
dari pekerja yang rendah, peneliti lihat dari pekerja dalam bekerja tidak sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang sudah ditetapkan dalam
pekerjaannya, seperti pada pekerja di gudang farmasi pada bagian pencampuran
obat, pekerja wajib menggunakan APD tetapi tidak menggunakannya.
Pengawasan K3 yang rendah dilihat dari pemantauan dan pemeriksaan
yang dilakukan oleh Tim P2K3. Pemantauan yang setiap hari wajib dilakukan
oleh Tim P2K3 tidak terlaksana dan tidak menyeluruh di setiap unit kerja.
Pelaksanaan law enforcement kurang optimal, dilihat dari tidak adanya sanksi
yang diberikan kepada pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan aturan yang
ditetapkan. Sanksi yang diberikan berupa teguran dan nasihat, dan berlanjut pada
surat peringatan jika teguran dan nasihat tidak didengar oleh pekerja.
Peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara faktor
penghambat dengan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, karena pelaksanaan SMK3
belum berjalan dengan baik di rumah sakit tersebut yang disebabkan oleh faktor
penghambat. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana
atau pandangan awal terhadap faktor penghambat pelaksanaan SMK3 di Rumah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Sakit Santa Elisabeth Medan dapat diminimalisir sehingga SMK3 dapat
diterapkan dan dikelola dengan baik. Pelaksanaan/penyelenggaraan SMK3 yang
terkelola dengan baik, diharapkan upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja
yang diselenggarakan dapat mengendalikan, meminimalisasi, dan mungkin
meniadakan potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul dan mengancam jiwa
dan kehidupan para karyawan RS, para pasien, maupun para pengunjung yang ada
di lingkungan rumah sakit.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara
faktor penghambat dengan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan?”
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Untuk mengetahui hubungan antara faktor penghambat
dengan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
Tujuan khusus. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan,
untuk mengetahui hubungan antara komitmen manajemen dan pekerja dengan
pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan, untuk mengetahui hubungan
antara pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan,
untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan law enforcement dengan
pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Untuk memperluas wawasan dan pengalaman peneliti terhadap situasi lingkungan
terutama di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
sekaligus sebagai bekal untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, dalam rangka
mengembangkan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Bagi peneliti lain
Sebagai referensi/acuan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji masalah yang sama
untuk ditingkatkan lebih lanjut.
3. Bagi pihak manajemen rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi, saran, dan
masukan bagi pihak pengurus rumah sakit untuk lebih meningkatkan pelaksanaan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan.
4. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber referensi bagi
institusi yang menaungi penelitian, yaitu Perguruan Tinggi Universitas Sumatera
Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Tinjauan Pustaka
Faktor Penghambat Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3)
Menurut Fahmi (2014), kinerja (performance) dari pekerja merupakan
resultant dari tiga komponen keselamatan dan kesehatan kerja yaitu kapasitas
kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja yang dapat menjadi beban tambahan pada
pekerja.
Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
Kemampuan pekerja tersebut bergantung pada status kesehatan sebelum bekerja,
postur tubuh, tinggi badan, gender, umur, status gizi, dan lain sebagainya. Beban
kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik dan non fisik
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kondisi tersebut dapat diperberat oleh
kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik. Kondisi
yang membebani pekerja secara fisik seperti mengungkit, mendorong, mengebor,
memikul, mengangkat, menurunkan, mengendalikan mesin, dan lain-lain. Kondisi
yang membebani pekerja secara non fisik seperti berpikir, rapat, diskusi,
pekerjaan kantor, dan lain-lain. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan
tempat kerja yang meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial
yang memengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Lingkungan kerja fisik
seperti pencahayaan, kebisingan, radiasi pengion, kelembapan, suhu lingkungan.
Lingkungan kerja kimia seperti gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, H2S,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
H2SO4, toksin binatang maupun tumbuhan. Lingkungan kerja biologi seperti
bakteri, mikroorganisme, virus, jamur, cacing tambang, dan parasit lainnya.
Bila ketiga komponen tersebut berinteraksi dan serasi maka bisa dicapai
suatu kesehatan pekerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya
bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa
penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas kerja. Menurut Konradus (2012), penerapan SMK3 masih belum
dapat berjalan dengan baik disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat
antara lain :
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah. Sumber
Daya Manusia (SDM) adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik,
perilaku dan sifat, ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Menurut Ndraha
yang dikutip oleh Rachmawati (2008) menyatakan bahwa kualitas sumber daya
manusia yang memiliki kualitas yang tinggi adalah sumber daya manusia yang
mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif tetapi juga nilai kompetitif, dan
inovatif dengan menggunakan energi seperti intelligence, creativity, dan
imagination.
Kualitas Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting dalam
keberhasilan suatu organisasi, semakin tinggi kualitas SDM manusia semakin baik
prestasi kerja yang dihasilkan. Sumber daya manusia yang cukup memiliki
kemampuan menciptakan dan menghasilkan gagasan, memiliki kreativitas,
berinisiatif, berkemampuan memecahkan masalah, memiliki wawasan ke depan,
keterampilan dan keahlian merupakan wujud dari manusia yang potensial dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
berkualitas, yang harus dimiliki oleh organisasi agar dapat mewujudkan organisasi
yang sudah ditetapkan (Leuheri dan Rensya, 2018).
Menurut Matutina yang dikutip oleh Leuheri dan Rensya (2018), kualitas
sumber daya manusia mengacu pada :
a. Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki oleh pekerja yang
lebih berorientasi pada intelejensi dan daya fikir serta penguasaan ilmu yang
luas dimiliki pekerja.
b. Keterampilan (skill), kemampuan dan pengetahuan teknis operasional di
bidang tertentu yang dimiliki pekerja.
c. Abilities yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang
dimiliki seorang pekerja y ang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerja sama,
dan tanggung jawab.
Kualitas SDM merupakan masalah utama yang patut mendapat perhatian
organisasi, karena kualitas SDM dipandang mampu untuk meningkatkan peran
serta anggota atau pekerja terhadap organisasi. Kualitas SDM mempunyai
pengaruh dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Adanya kualitas SDM juga
menumbuhkan keinginan para pekerja untuk tetap tinggal dalam organisasi.
Kualitas SDM (pekerja) dapat dinilai dari kinerjanya. Menurut Robbins (2015),
faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas dan efisiensi kinerja pekerja dalam
organisasi secara keseluruhan yaitu sebagai berikut :
a. Kemangkiran yaitu ketidakhadiran di kantor tanpa izin.
b. Perputaran pekerja yaitu kemunduran diri permanen pekerja dari suatu
organisasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
c. Perilaku menyimpang di tempat kerja yaitu perilaku yang melanggar norma
organisasi yang signifikan dan mengancam kesejahteraan anggotanya.
d. Kepuasaan kerja yaitu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
merupakan hasil dari evaluasi karakteristik-karakteristiknya.
Sumber daya manusia yang jumlahnya besar, apabila dapat diberdayakan
secara efektif dan efisien, akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya
organisasi. Melimpahnya sumber daya manusia saat ini mengharuskan
perusahaan/tempat kerja berpikir bagaimana agar dapat memanfaatkannya secara
optimal, sehingga terwujud sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk
menjamin ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas di tempat kerja,
diperlukan pendidikan yang berkualitas, fasilitas sosial, dan lapangan kerja yang
memadai. Saat ini kualitas sumber daya manusia dinilai masih rendah baik dari
segi kemampuan intelektual maupun keterampilan teknis. Persoalan kini yang
dihadapi adalah bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
sehingga menghasilkan kinerja yang optimal dan tujuan dari organisasi/tempat
kerja dapat tercapai (Sholihah dan Wahyudi, 2011).
Rendahnya komitmen manajemen dan pekerja. Komitmen adalah
tekad yang kuat, yang mendorong seseorang untuk mewujudkannya. Komitmen
dapat dikatakan sebagai ujung tombak terlaksananya suatu sistem manajemen,
karena inti dari pelaksanaan program-program yang dibuat adalah komitmen.
Komitmen harus dimulai dari direktur utama (manajemen puncak). Komitmen
diwujudkan dalam bentuk kebijakan tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta
diketahui oleh seluruh karyawan (Ivana, dkk, 2014).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Berdasarkan penelitian Siagian yang dikutip oleh Noviandini, dkk (2015)
komitmen manajemen dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain keterlibatan
pimpinan, adanya kebijakan K3 secara tertulis, serta kebijakan yang
disosialisasikan kepada seluruh pekerja, sehingga jika manajemen puncak sudah
memiliki komitmen yang baik terhadap pelaksanaan K3, maka pekerja juga akan
memiliki komitmen yang baik dalam bekerja.
Berdasarkan Penelitian Mowday at al yang dikutip oleh Adhi (2015),
pengukuran komitmen pekerja menggunakan empat indikator yaitu sebagai
berikut :
Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota. Pekerja bangga berkerja di
perusahaan, dan menganggap perusahaan tersebut sebagai tempat yang baik untuk
bekerja.
Keinginan berusaha keras dalam bekerja. Adanya perasaan nyaman yang
dirasakan pekerja membuat pekerja termotivasi untuk selalu berprestasi lebih baik
lagi.
Penerimaan nilai organisasi. Pekerja merasa nilai-nilai yang diterapkan
dan berlaku di perusahaan sama dengan yang dianut oleh pekerja tersebut.
Penerimaan tujuan organisasi. Keinginannya untuk tetap berada di
perusahaan membuat pekerja berusaha keras dalam melaksanakan tugas supaya
tujuan perusahaan tercapai.
Komitmen direktur utama (manajemen puncak) terhadap pelaksanaan
SMK3 di perusahaan/tempat kerja masih dalam prioritas yang rendah dan
dianggap tidak penting dalam perusahaan/tempat kerja. Pelaksanaan SMK3 hanya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
dilakukan apabila ada dana sisa setelah program yang lain selesai, padahal
pelaksanaan SMK3 akan mampu untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan
(Sholihah dan Wahyudi, 2011).
Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang rendah.
Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan. Fungsi pengawasan dalam sistem manajemen K3
merupakan fungsi untuk mengetahui sejauh mana pekerja mematuhi
kebijakan/peraturan yang telah ditetapkan oleh pimpinan untuk meningkatkan
kinerja dari pekerja, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan kerja serta
dijadikan dasar penilaian untuk sertifikasi (Fahmi, 2014). Penerapan
kebijakan/peraturan yang tidak disertai dengan pengawasan dan sanksi yang ketat
dan kontinu, maka kebijakan/peraturan tersebut tidak akan bisa berjalan sesuai
dengan yang diharapkan (Sholihah dan Wahyudi, 2011). Banyak kasus
kecelakaan kerja terjadi atau indikasi kemungkinan terjadinya bencana kerja tidak
dilaporkan karena lemahnya pengawasan internal perusahaan/tempat kerja.
Pengawasan harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), namun
pengawasan K3 yang dilakukan masih belum menyeluruh, sehingga menyebabkan
pelaksanaan K3 tidak berjalan dengan baik.
Kurang optimalnya law enforcement terhadap pelanggaran
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Berdasarkan ketentuan UU No 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ditetapkan bagi yang melanggar ketentuan
K3 dapat diancam hukuman pidana. Penegakan law enforcement dapat mendidik,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
menyehatkan, dan mendisiplinkan baik perusahaan/tempat kerja, pimpinan, dan
pekerja yang secara bersama untuk mendukung K3. Namun pada nyatanya
penegakan law enforcement kurang optimal, sehingga perusahaan/tempat kerja,
pimpinan, dan pekerja bekerja tidak berdasarkan prosedur/peraturan K3 yang
telah ditetapkan.
Sikap dan perilaku pekerja yang enggan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD). Sikap dan perilaku pekerja yang enggan menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) yaitu sikap dan perilaku dari pekerja yang enggan
menggunakan APD yang disediakan oleh perusahaan/tempat kerja disebabkan
karena tingkat pendidikan pekerja rendah, mental dan budaya K3 belum dihayati
oleh pekerja.
Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang tidak
memadai. Fasilitas K3 yang tidak memadai yaitu penyediaan fasilitas K3 belum
dipahami oleh perusahaan/tempat kerja. Padahal, sarana dan prasarana itu mampu
memperpanjang usia kerja para pekerja perusahaan/tempat kerja dan
meningkatkan produktivitas kerja. Penyebab lain adalah belum diperhatikannya
faktor oleh sejumlah perusahaan/tempat kerja, karena berkaitan dengan biaya
(cost). Biaya untuk membeli peralatan K3 relatif mahal.
Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak memenuhi
standar nasional. Fasilitas K3 tidak memenuhi standar nasional yaitu alat-alat
atau fasilitas perlindungan kerja yang digunakan sudah tidak aman lagi atau
kadaluwarsa dan tidak memenuhi standar K3 nasional.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Pimpinan perusahaan/tempat kerja masih terjebak pada berpikir
yang salah. Pimpinan perusahaan/tempat kerja masih terjebak pada berpikir yang
salah yaitu bahwa pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
merupakan komponen biaya dan bukan investasi. Mereka belum melihat manfaat
dari pelaksanaan program K3.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Definisi K3. Menurut Sholihah dan Wahyudi (2011), keselamatan kerja
adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan atau kerusakan atau
kondisi dengan risiko yang relatif sangat kecil, di bawah tingkat tertentu.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 66 Tahun 2016,
pengertian keselamatan kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan
pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
Menurut Widayana (2014) kesehatan kerja adalah suatu ilmu yang
penerapannya dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja yang diwujudkan
melalui pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan makanan yang bergizi.
Menurut Notoatmodjo (2011), kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan
masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat
pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya atau pemikiran serta
penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja (Sunaryo,
2014). Berdasarkan penelitian oleh Lovita (2016) yang mengutip pendapat
Tasliman, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang
berhubungan semua unsur yang berada dalam aktivitas kerja, diantaranya
melibatkan orang yang melakukan pekerjaan, bahan kerja atau benda-benda atau
barang-barang yang dikerjakan, alat-alat kerja yang digunakan berupa mesin dan
peralatan lainnya. Selain itu K3 juga menyangkut lingkungan kerja baik manusia
maupun benda dan barang di area pekerjaan.
Berdasarkan Kemenkes (2007), keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan
derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan, dan rehabilitasi.
Pada prinsipnya dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menekankan
pada beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
a. Setiap pekerja berhak memperoleh jaminan atas keselamatan kerja, agar
terhindar dari kecelakaan.
b. Setiap orang yang berada di tempat kerja harus dijamin keselamatannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
c. Tempat pekerjaan dijamin selalu dalam keadaan aman.
Tujuan K3. Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
menurut Sunaryo (2014) adalah sebagai berikut :
a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai input, proses sampai
dengan output. Kegiatan yang dimaksud bisa kegiatan produksi di dalam
industri maupun di luar industri seperti di sektor publik dan lainnya.
b. Penerapan program keselamatan kerja juga diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan (well-being).
Menurut Suma’mur (2009), hakekat dan tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yaitu :
a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal
mungkin, pada pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, dan
pengusaha; dengan dimaksud untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja.
b. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, yang
berlandaskan pada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia
dalam produksi.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (SMK3)
Definisi, tujuan, manfaat, dan sasaran. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 66 tahun 2016, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen rumah sakit secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di
rumah sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
nyaman bagi sumber daya rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan rumah sakit.
Tujuan dari Sistem Manajemen K3RS adalah terciptanya cara kerja,
lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan karyawan RS (Kemenkes, 2007). Sedangkan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016, tujuan umum dari sistem manajemen
K3RS adalah terwujudnya penyelenggaraan K3RS secara optimal, efektif, efisien,
dan berkesinambungan. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
a. Menciptakan tempat kerja yang sehat, selamat, aman, dan nyaman bagi
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan rumah sakit sehingga proses pelayanan berjalan baik dan
lancar.
b. Mencegah timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), Penyakit Akibat Kerja
(PAK), penyakit menular dan penyakit tidak menular bagi seluruh sumber
daya rumah sakit.
Manfaat dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Rumah Sakit (Pedoman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Rumah Sakit, Depkes 2007) adalah sebagai berikut :
a. Bagi rumah sakit
1. Meningkatkan mutu pelayanan.
2. Mempertahankan kelangsungan operasional RS.
3. Meningkatkan citra RS.
b. Bagi karyawan rumah sakit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
1. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
2. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).
c. Bagi pasien dan pengunjung
1. Mutu layanan yang baik.
2. Kepuasan pasien dan pengunjung.
Sasaran dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS yaitu :
a. Pimipinan dan manajemen rumah sakit.
b. SDM rumah sakit.
c. Pasien.
d. Pengunjung/pengantar pasien.
Penetapan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit (K3RS). Dalam pelaksanaan K3RS, pimpinan rumah sakit harus
berkomitmen untuk merencanakan, melaksanakan, meninjau dan meningkatkan
pelaksanaan K3RS secara tersistem dari waktu ke waktu dalam setiap aktivitasnya
dengan melaksanakan manajemen K3RS yang baik. Adapun komitmen rumah
sakit dalam melaksanakan K3RS diwujudkan dalam bentuk :
a. Penetapan kebijakan dan tujuan dari program K3RS secara tertulis.
b. Penetapan organisasi K3RS.
c. Dukungan pendanaan, sarana dan prasarana.
Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS). Rumah sakit harus membuat perencanaan K3RS yang efektif agar
tercapai keberhasilan penyelenggaraan K3RS dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur. Perencanaan K3RS dilakukan untuk menghasilkan perencanaan strategi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
K3RS, yang diselaraskan dengan lingkup manajemen rumah sakit. Perencanaan
K3RS tersebut disusun dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan
mengacu pada kebijakan pelaksanaan K3RS yang telah ditetapkan dan selanjutnya
diterapkan dalam rangka mengendalikan potensi bahaya dan risiko K3RS yang
telah teridentifikasi dan berhubungan dengan operasional rumah sakit. Dalam
rangka perencanaan K3RS perlu mempertimbangkan peraturan perundang-
undangan, kondisi yang ada serta hasil identifikasi potensi bahaya keselamatan
dan kesehatan kerja.
Pelaksanaan rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit (K3RS). Program K3RS dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan dan merupakan bagian pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan
kerja. Adapun pelaksanaan K3RS meliputi :
a. Manajemen risiko K3RS.
b. Keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
c. Pelayanan kesehatan kerja.
d. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja.
e. Pencegahan dan pengendalian kebakaran.
f. Pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja.
g. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
Pelaksanaan rencana K3RS harus didukung oleh sumber daya manusia di
bidang K3RS, sarana dan prasarana, dan anggaran yang memadai. Sumber Daya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Manusia di bidang K3RS merupakan suatu komponen penting dalam pelaksanaan
K3RS karena sumber daya manusia sebagai pelaksana dalam aktivitas manajerial
dan operasional pelaksanaan K3RS. Elemen lain di rumah sakit, seperti sarana,
prasarana, dan modal lainnya tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya
campur tangan dari sumber daya manusia K3RS. Oleh karena itu sumber daya
manusia K3RS menjadi faktor penting agar pelaksanaan K3RS dapat berjalan
secara efisien, efektif, dan berkesinambungan. Adapun sumber daya K3RS
meliputi :
a. Tenaga manusia dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, atau S2 dibidang
kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan tambahan tentang K3RS atau
jabatan fungsional pembimbing kesehatan kerja.
b. Tenaga dokter spesialis okupasi atau dokter kesehatan kerja atau dokter umum
terlatih kesehatan kerja dan diagnosis penyakit akibat kerja.
c. Tenaga kesehatan masyarakat S1 jurusan/peminatan keselamatan dan
kesehatan kerja atau tenaga kesehatan lain yang terlatih K3RS atau jabatan
fungsional pembimbing kesehatan kerja.
d. Tenaga S1 di bidang lainnya yang terlatih keselamatan dan kesehatan kerja
konstruksi, keselamatan dan kesehatan kerja radiasi, dan keselamatan dan
kesehatan kerja kelistrikan, dan lain-lain.
e. Tenaga DIII/DIV jurusan/peminatan keselamatan dan kesehatan kerja atau
tenaga kesehatan lain yang terlatih K3RS atau jabatan fungsional pembimbing
kesehatan kerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Pemantauan dan evaluasi kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS). Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan
program K3RS, selanjutnya untuk mencapai sasaran harus dilakukan pencatatan,
pemantauan, evaluasi serta pelaporan. Penyusunan program K3RS difokuskan
pada peningkatan kesehatan dan pencegahan gangguan kesehatan serta
pencegahan kecelakaan yang dapat mengakibatkan kecelakaan personil dan
cedera, kehilangan kesempatan berproduksi, kerusakan peralatan dan
kerusakan/gangguan lingkungan dan juga diarahkan untuk memastikan bahwa
seluruh personil mampu menghadapi keadaan darurat. Kemajuan program K3RS
ini dipantau secara periodik guna dapat ditingkatkan secara berkesinambungan
sesuai dengan risiko yang telah teridentifikasi dan mengacu pada rekaman
sebelumnya serta pencapaian sasaran K3RS yang lalu. Penerapan inspeksi tempat
kerja dengan persyaratan, antara lain :
a. Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.
b. Inspeksi dilaksanakan bersama oleh dan wakil organisasi/unit yang telah
memperoleh orientasi dan/atau workshop dan/atau pelatihan mengenai
identifikasi potensi bahaya.
c. Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas ditempat yang
diperiksa.
d. Daftar periksa tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat inspeksi.
e. Laporan inspeksi diajukan pada organisasi/unit yang bertanggung jawab di
bidang K3RS sesuai dengan kebutuhan.
f. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
g. Pimpinan rumah sakit atau organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang
K3RS menetapkan penanggung jawab untuk pelaksanaan tindakan perbaikan
dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi.
Peninjauan dan peningkatan kinerja Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit (K3RS). Hasil peninjauan dan kaji ulang ditindaklanjuti
dengan perbaikan berkelanjutan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Kinerja K3RS dituangkan dalam indikator kinerja yang akan dicapai dalam setiap
tahun. Indikator kinerja K3RS yang dapat dipakai antara lain :
a. Menurunkan absensi karyawan karena sakit.
b. Menurunkan angka kecelakaan kerja.
c. Menurunkan prevalensi penyakit akibat kerja.
d. Meningkatkan produktivitas kerja rumah sakit.
Langkah-Langkah Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit
Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di rumah sakit, maka perlu
langkah-langkah penerapannya (Kemenkes,2007) yaitu :
a. Tahap persiapan
1. Menyatakan Komitmen
Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur rumah sakit
(manajemen puncak). Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak
hanya dalam kata-kata, tetapi juga harus tindakan nyata , agar dapat
diketahui, dipelajari, dihayati, dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
petugas RS.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
2. Menetapkan cara penerapan K3 di RS
Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunakan jasa konsultan
jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan
dan mengarahkan orang.
3. Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3RS
4. Membentuk kelompok kerja penerapan K3
Anggota kelompok kerja biasanya terdiri atas seorang wakil dari setiap
unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas
anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi
dan jumlah anggota kelompok disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.
5. Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
Sumber daya di sini mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana,
waktu, dan dana.
b. Tahap pelaksanaan
1. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS.
2. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok
didalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu dengan perilaku
tertentu agar berprilaku sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya
sebagai produk akhir dari pelatihan.
3. Melaksanakan program K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku
diantaranya :
a) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala, khusus).
b) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
c) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.
d) Penempatan pekerja pada pekerjaan sesuai dengan kondisi kesehatan.
e) Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
f) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dan hazard yang ada.
g) Melaksanakan biological monitoring.
h) Melaksanakan surveilans kesehatan pekerja.
c. Tahap pemantauan dan evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RS adalah satu fungsi
manajemen K3RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan
menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3RS itu berjalan, dan
mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3RS
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi meliputi :
1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS :
a) Pencatatan dan pelaporan K3
b) Pencatatan semua kegiatan K3
c) Pencatatan dan pelaporan KAK
d) Pencatatan dan pelaporan PAK
2. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara
umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di RS dilakukan secara
berkala, terutama oleh petugas rumah sakit sehingga kejadian PAK dan
KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja berisiko
seperti biological monitoring (pemantauan secara biologi).
3. Melaksanakan audit K3
Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan
pengendalian. Tujuan audit K3:
a) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.
b) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 sudah dilaksanakan sesuai
ketentuan.
c) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak.
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan
untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan
tujuan K3.
Rumah Sakit
Definisi rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem
pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat
berupa pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medis, pelayanan penunjang
medis, rehabilitasi medis dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap
(Herlambang dan Arita, 2012).
Menurut UU RI Nomor 44 tahun 2009 menyebutkan bahwa rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
Rumah sakit (RS) sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan
menyelenggarakan dua jenis pelayanan, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan
administrasi. Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medis, penunjang medis,
rehabilitasi medis, dan layananan keperawatan. Keempat jenis pelayanan tersebut
dilaksananakan Unit Pelayanan Teknis (UPT), seperti Unit Gawat Darurat, Unit
Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit Transfusi darah, Unit Farmasi, dan
sebagainya. Pelayanan administratif mencakup semua jenis pelayanan yang
bersifat administratif, termasuk administrasi keuangan yang fungsi utamanya
adalah membantu kelancaran pelaksanaan pelayanan kesehatan (Muninjaya,
2010).
Jenis dan klasifikasi rumah sakit. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi
berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan. Berdasarkan jenis
pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Rumah sakit umum. Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah sakit khusus. Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya. Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit
dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat.
Rumah sakit publik . Sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
sakit publik yang dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang
dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat dialihkan menjadi
rumah sakit privat.
Rumah sakit privat. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.
Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
umum diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis
penunjang medis, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis
penunjang medis, 8 (delapan) spesialis lain, dan 2 (dua) subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat)
spesialis penunjang medis.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Klasifikasi rumah sakit khusus terdiri atas :
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis subspesialis sesuai
kekhususan yang lengkap.
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis subspesialis sesuai
kekhususan yang terbatas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis subspesialis sesuai
kekhususan yang minimal.
Menurut Herlambang dan Arita (2012), di Indonesia dikenal 3 jenis
rumah sakit sesuai dengan kepemilikannya, jenis pelayanan dan kelasnya.
a. Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari :
a) Rumah sakit pusat
b) Rumah sakit provinsi
c) Rumah sakit kabupaten
2. Rumah sakit BUMN/ABRI
3. Rumah sakit swasta yang menggunakan dana investasi dari sumber dalam
negeri (PMDN) dan sumber dana luar negeri (PMA)
b. Berdasarkan jenis pelayanannya rumah sakit dibedakan menjadi :
1. Rumah sakit umum
2. Rumah sakit jiwa
3. Rumah sakit khusus (mata, paru, rehabilitasi, kanker, dan sebagainya)
c. Berdasarkan jenis kelasnya rumah sakit dibedakan menjadi :
1. Rumah sakit kelas A
2. Rumah sakit kelas B (pendidikan dan non kependidikan)
3. Rumah sakit kelas C
4. Rumah sakit kelas D
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Tugas dan fungsi rumah sakit. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44
Tahun 2009, tugas rumah sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Sedangkan fungsi rumah sakit menurut UU RI No
44 Tahun 2009, adalah sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memerhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Kewajiban rumah sakit. Ada dua kewajiban rumah sakit (Herlambang
dan Arita, 2012) yaitu :
a. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan rumah sakit melalui
hospital by laws agar tercipta “Good Corporate Governance”.
b. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen klinis yang baik sesuai standar
pelayanan medis dan standard operating procedure yang telah ditetapkan agar
tercipta “Good Clinical Governance”.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,
rumah sakit memiliki beberapa kewajiban yaitu sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada
masyarakat.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya.
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai
dengan kemampuan pelayanannya.
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin.
f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan
pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,
ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti
sosial bagi misi kemanusiaan.
g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
h. Menyelenggarakan rekam medis.
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,
anak-anak, dan lanjut usia.
j. Melaksanakan sistem rujukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan.
l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kewajiban
pasien.
m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.
n. Melaksankan etika rumah sakit.
o. Memiliki sitem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.
p. Melaksanakan program pemerintah dibidang kesehatan baik secara regional
maupun nasional.
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka konsep
Gambar 1 menunjukkan bahwa faktor penghambat merupakan indikator
yang dapat memengaruhi secara langsung terhadap pelaksanaan SMK3 RS. Faktor
penghambat tersebut dapat menyebabkan pelaksanaan SMK3 RS tidak dapat
Faktor penghambat 1. Kualitas SDM
2. Komitmen
manajemen dan
pekerja
3. Pengawasan K3
4. Pelaksanaan law
enforcement
Pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
berjalan optimal atau sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Faktor-faktor
penghambat yang menyebabkan tidak optimalnya pelaksanaan SMK3 RS yaitu :
kualitas SDM, komitmen manajemen dan pekerja, pengawasan K3, dan
pelaksanaan law enforcement.
Peneliti hanya meneliti empat faktor penghambat sebagai variabel bebas
dari beberapa faktor penghambat menurut Konradus (2012), dikarenakan
informasi yang tersedia untuk empat variabel yang diteliti lebih banyak sehingga
kemungkinan memperoleh data lebih lengkap dan peneliti berasumsi empat faktor
penghambat yang diteliti lebih erat kaitannya dengan pelaksanaan SMK3 pada
rumah sakit yang diteliti. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan SMK3 RS.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian
sehingga memerlukan bukti-bukti dan faktor-faktor untuk dapat dinyatakan
kebenarannya. Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Adanya hubungan antara kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 di RS
Santa Elisabeth Medan.
b. Adanya hubungan antara komitmen manajemen dan pekerja dengan
pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan.
c. Adanya hubungan antara pengawasan K3 yang berkaitan dengan pelaksanaan
SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan.
d. Adanya hubungan antara pelaksanaan law enforcement dengan pelaksanaan
SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan penelitian
dimana datanya berupa angka lalu diolah dengan menggunakan rumus statistik
tertentu, dan diintrepetasikan dalam rangka menguji hipotesis yang sudah
disiapkan lebih dulu, serta lazim bertujuan mencari sebab akibat (kausalitas)
sesuatu. Berdasarkan desainnya, penelitian ini adalah penelitian survei analitik
yang merupakan suatu analisis korelasi, sehingga dapat diketahui seberapa jauh
kontribusi dari sebuah faktor risiko, untuk dapat menimbulkan faktor efek (Imron
dan Amrul, 2010). Menurut waktu, penelitian ini bersifat cross sectional yaitu
penelitian yang dilakukan pada suatu saat yang bersamaan pada jangka waktu
yang telah ditetapkan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang
berlokasi di JL. Haji Misbah Nomor 7 Medan. Sedangkan untuk waktu penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai dengan selesai.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja (tetap dan
honorer) RS Santa Elisabeth Medan baik petugas medis dan nonmedis yang
berjumlah 682 orang.
Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan yang diambil dengan teknik stratified random sampling, dimana
populasi sasaran pertama-tama dibagi dalam strata yang berbeda menurut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
karakteristik tertentu. Anggota sampel ditarik dari setiap strata (sub populasi).
Untuk besar sampel yang diambil adalah dengan perhitungan sebagai berikut
menurut Taro Yamane yang dikutip oleh Imron dan Amrul (2010) :
N
n =
Nd2 + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan (presisi yang ditetapkan 10%)
Sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebesar :
682 682
N = = = 87,2 = 87
682 x 0,12 + 1 7,82
Menurut Sugiyono yang dikutip oleh Imron dan Amrul (2010), rumus untuk
teknik penarikan sampel pada tiap strata (sub populasi) dengan menggunakan
metode proporsional yakni :
Ni
ni = . n
N
Keterangan :
ni = jumlah sampel menurut stratum
n = Jumlah sampel seluruhnya
Ni = jumlah populasi menurut stratum
N = jumlah populasi seluruhnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Sehingga jumlah sampel tiap strata (sub populasi) yang diperoleh adalah sebesar :
Tabel 1
Jumlah Sampel Tiap Strata (Sub Populasi)
Unit Kerja RS Elisabeth Medan Jumlah Jumlah Sampel
Pelayanan darah
Laboratorium
Farmasi
Fisioterapi
Radiologi
Rekam medis
Instalasi gizi
Maternal perinatal
Ruang Operasi
ICU
Hemodialisa
Pelayanan keperawatan
Pelayanan keuangan
Pelayanan umum
6
19
37
13
15
15
48
30
28
36
11
262
38
124
1
2
5
2
2
2
6
4
4
4
1
33
5
16
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel. Variabel dalam penelitian ini, terdiri dari variabel independen
dan variabel dependen.
Variabel independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kualitas sumber daya manusia, komitmen manajemen dan pekerja terhadap
pelaksanaan K3, pengawasan K3, pelaksanaan law enforcement.
Variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Definisi operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
a. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kapasitas dan atau kemampuan
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya di rumah sakit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
b. Komitmen manajemen dan pekerja adalah tanggung jawab manajemen untuk
menetapkan sasaran yang strategis serta sebagai faktor pendorong untuk
memotivasi pekerja agar berupaya meningkatkan kualitas yang
berkesinambungan.
c. Pengawasan K3 adalah kegiatan yang dilakukan oleh personel yang terlibat
langsung dan berinteraksi dengan pekerjaan di lapangan, termasuk masalah
yang berkaitan dengan K3.
d. Pelaksanaan law enforcement adalah ketentuan/peraturan terkait K3 serta
sanksi yang bersifat mengikat terhadap setiap pelanggaran
ketentuan/perundangan tersebut.
e. Pelaksanaan SMK3 adalah pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit sesuai dengan standar/aturan yang ditetapkan.
Metode Pengumpulan Data
Data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
objek yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu
instansi yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi
atau badan lainnya untuk keperluan penelitian dari pengguna (Sugiyono, 2010).
Data primer pada penelitian ini, mengenai hubungan faktor penghambat dengan
pelaksanaan SMK3 diperoleh langsung dari responden menggunakan angket.
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan
tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Daftar pertanyaan sudah
disusun sedemikian rupa, sehingga responden hanya memberikan jawaban dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
memberikan tanda-tanda atau simbol atau mencontreng dari pilihan jawaban yang
telah disediakan.
Data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan, berupa profil kelembagaan Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan, data pekerja, data Tim P2K3, dan data lainnya yang
mendukung.
Metode Pengukuran
Kualitas sumber daya manusia. Pengukuran kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) terhadap pelaksanaan SMK3 pada pekerja dengan menggunakan
angket yang sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Terdiri dari 8
pertanyaan.
Untuk pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, pemberian skor pada tiap item
adalah sebagai berikut :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :
a. Nilai tertinggi : 8
b. Nilai terendah : 0
Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009) :
a. Jumlah skor ≥ 6 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)
b. Jumlah skor < 6 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)
Komitmen manajemen dan pekerja. Pengukuran komitmen manajemen
dan pekerja terhadap pelaksanaan SMK3 diukur dengan menggunakan angket
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
yang sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Terdiri dari 3 pertanyaan.
Untuk pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, pemberian skor pada tiap item
adalah sebagai berikut :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :
a. Nilai tertinggi : 3
b. Nilai terendah : 0
Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009):
a. Jumlah skor ≥ 2 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)
b. Jumlah skor < 2 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)
Pengawasan K3. Pengukuran pengawasan K3 terhadap pelaksanaan
SMK3 diukur dengan menggunakan angket yang sudah dilakukan pada penelitian
sebelumnya. Terdiri dari 3 pertanyaan. Untuk pertanyaan dengan 2 pilihan
jawaban, pemberian skor pada tiap item adalah sebagai berikut :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :
a. Nilai tertinggi : 3
b. Nilai terendah : 0
Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009):
a. Jumlah skor ≥ 2 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)
b. Jumlah skor < 2 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Pelaksanaan law enforcement. Pengukuran pelaksanaan law enforcement
terhadap pelaksanaan SMK3 diukur dengan menggunakan angket yang sudah
dilakukan pada penelitian sebelumnya. Terdiri dari 3 pertanyaan. Untuk
pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, pemberian skor pada tiap item adalah
sebagai berikut :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :
a. Nilai tertinggi : 3
b. Nilai terendah : 0
Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009):
a. Jumlah skor ≥ 2 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)
b. Jumlah skor < 2 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)
Pelaksanaan SMK3. Terdiri dari 15 pertanyaan. Untuk pertanyaan
dengan 2 pilihan jawaban, pemberian skor pada tiap item adalah sebagai berikut :
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :
a. Nilai tertinggi : 15
b. Nilai terendah : 0
Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009):
a. Jumlah skor ≥ 11,25 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)
b. Jumlah skor < 11,25 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini melalui tahapan
sebagai berikut :
Analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian seperti distribusi
frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian
ini gambaran karakteristik berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja,
faktor penghambat, dan pelaksanaan SMK3.
Analisis bivariat. Analisis bivariat dapat dilakukan setelah analisis
univariat. Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan karena diduga ada
hubungan atau korelasi antara dua variabel yaitu variabel independen (faktor
penghambat) dengan variabel dependen (pelaksanaan SMK3). Berdasarkan jenis
data pada penelitian ini merupakan jenis data ordinal, maka untuk menguji
hubungan dua variabel tersebut digunakan uji somers’d. Variabel faktor
penghambat dan pelaksanaan SMK3, dapat disimpulkan memiliki hubungan yang
bermakna jika pada interval kepercayaan 95% nilai p < 0,05.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Hasil Penelitian
Gambaran Umum
Profil rumah sakit. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan diresmikan pada
tanggal 19 November 1930. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jl.
Haji Misbah Nomor 7 Medan, Kecamatan Medan Maimun, Provinsi Sumatera
Utara dan merupakan rumah sakit kelas madya dengan tipe B. Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan merupakan rumah sakit yang dikelola oleh Kongregasi
Fransiskanes Santa Elisabeth Medan. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
menyediakan 289 tempat tidur, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2
Jumlah Tempat Tidur di RS Santa Elisabeth Medan
Jenis Ruang Jumlah (Tempat Tidur)
Ruang eksekutif 1
Ruang inap super VIP + VIP 45
Ruang inap kelas I 33
Ruang inap kelas II 44
Ruang inap kelas III 115
Ruang bayi baru lahir 12
Ruang stroke 11
Ruang ICU + ICCU + PICU 19
Ruang isolasi 1
Ruang intermediate 8
Jumlah 289
Tenaga kerja di RS Santa Elisabeth Medan terdiri dari tenaga medis dan
tenaga non medis. Rincian tenaga kerja di RS Santa Elisabeth sebagai berikut :
Tabel 3
Jumlah Tenaga Kerja di RS Santa Elisabeth Medan
Kategori Tenaga Kerja Jumlah (orang)
Dokter 30
Tenaga kerja medis dan paramedis 400
Tenaga kerja non medis 252
Jumlah 682
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Sejarah singkat RS Santa Elisabeth Medan. Sejarah berdirinya Rumah
Sakit Santa Elisabeth tidak dapat dipisahkan dari kehadiran Suster FSE di
Indonesia dengan tujuan untuk mengembangkan pelayanan sosial. Pada tanggal
29 Agustus 1925, empat suster (Sr.Pia, Sr.Philothea, Sr.Gonzaga dan
Sr.Antonette) berangkat dari negeri Belanda dan tiba di Medan 29 September
1925. Rencana semula mereka akan membantu di rumah sakit pemerintah, tetapi
karena tidak diterima akhirnya mereka melayani penderita sakit dan menolong
persalinan dari rumah ke rumah. Pelayanan ini kurang efektif karena sangat
terbatas, sehingga diputuskan membeli sebuah rumah unuk tempat suster-suster
sekaligus tempat merawat orang sakit dari rumah ke rumah.
Pelayanan ini semakin berkembang, karena itu diputuskan mendirikan
sebuah rumah sakit di daerah Polonia dan pada tanggal 11 Februari 1929 diadakan
peletakan batu pertama. Pembangunan rumah sakit berjalan lancar dan sejak Mei
1930 sebagian rumah sakit mulai difungsikan untuk menampung 25 pasien yang
dirawat pertama sekali. Pada tanggal 19 November 1930 pembangunan rumah
sakit rampung, dan saat itu juga rumah sakit diresmikan dan diberi nama :
“Rumah Sakit Santa Elisabeth”.
Rumah sakit yang sudah berjalan dengan baik, terpaksa harus dikosongkan
karena situasi perang. Jepang meminta agar suster-suster menyerahkan rumah
sakit untuk dijadikan markas tentara. Suster-suster meninggalkan rumah sakit dan
ada yang ditawan. Pada tanggal 14 Agustus 1945, suster-suster dibebaskan dari
tahanan dan dikembalikan ke Medan, tapi mereka tidak dapat kembali ke rumah
sakit, karena rumah sakit sudah dikuasai Badan Pemerintah Belanda yang disebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Diens van Volks Gezondheid (DVG). Suster-suster hanya dibenarkan bekerja di
rumah sakit sebagai karyawan. Akhirnya atas kesepakatan dr.T.Mansur dengan
Diens van Volks Gezondheid (DVG) secara resmi rumah sakit diserahkan kembali
kepada suster-suster pada tanggal 4 Mei 1950.
Kemudian tahun 1950 mulai dikenal istilah direktur seorang dokter yang
pertama sekali dijabat oleh dr.T.Mansur, tugasnya hanya menandatangani surat
yang bersifat teknis medis. Tahun 1966 terjadi perubahan besar, dengan
terbentuknya struktur kepemimpinan yang baru di rumah sakit dan adanya
pemisahan yang jelas antara pimpinan rumah sakit dan pemimpin kongregasi
(biara). Pada tanggal 28 September 1970 dibentuk Badan Pengurus Yayasan yang
disebut “Yayasan Eksploitasi Rumah Sakit Santa Elisabeth”. Yayasan inilah yang
mengelola rumah sakit, sedangkan untuk pengelola harian rumah sakit diangkat
Badan Direksi. Pada tanggal 25 November 1977 Anggaran Dasar diperbaharui
dan disahkan. Nama Yayasan dirubah menjadi: “ Yayasan Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan” dan sekarang menjadi “ Yayasan Santa Elisabeth”.
Visi dan misi rumah sakit. Visi RS Santa Elisabeth Medan adalah
“Menjadi tanda kehadiran Allah di tengah dunia dengan membuka tangan dan hati
untuk memberikan pelayanan kasih yang menyembuhkan orang-orang sakit dan
menderita sesuai dengan tuntutan zaman”. Misi RS Santa Elisabeth Medan
adalah:
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas atas dasar kasih.
b. Meningkatkan sumber daya manusia secara professional untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
c. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai dengan tetap
memerhatikan masyarakat lemah.
Struktur organisasi RS Santa Elisabeth Medan. Struktur organisasi
adalah susunan yang terdiri atas bagian-bagian di dalam perkumpulan untuk
mencapai tujuan tertentu. Kegunaannya adalah untuk menggambarkan
kepemimpinan dan komando kerja atau tata kerja dalam suatu kelembagaan dan
untuk menggambarkan prosedur kerja dan batas-batas uraian tugas dan
wewenang. Struktur organisasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dapat dilihat
pada Gambar 2.
Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan. Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan sudah melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3). Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berpedoman pada
beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan K3, yaitu diantaranya
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit,
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, dan beberapa peraturan
lainnya. Pengelola K3 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berupa tim yang
disebut Tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Tim
P2K3 RS Santa Elisabeth terdiri dari ketua, wakil ketua, koordinator dari setiap
seksi serta anggotanya. Setiap Tim P2K3 mempunyai tugas dan wewenang
masing-masing. Secara umum tugas dari Tim P2K3 di rumah sakit yaitu saling
bekerja sama mengusahakan pelaksanaan K3 dapat berjalan dengan baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Bagan Struktur Organisasi
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Keterangan :
Bagian yang diarsir merupakan bagian yang diteliti oleh peneliti
Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Lampiran: Surat Keputusan Nomor : 009-
A/YSE/SK/III/2014
Tanggal : 01 Maret 2014
Pembina Yayasan Santa
Elisabeth
Pengawas Yayasan
Santa Elisabeth
Pengurus Yayasan Santa Elisabeth
Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Sekretariat
Informasi
Marketing Komite
Keperawatan
Komite
Medik
Wa.Dir.Pel
Medis
Wa.Dir.Pel
Keperawatan
Wa.Dir.Pel
Keuangan
Wa.Dir.Pel
Umum &
Operasional
S M F
Panitia Mutu dan
Keselamatan
Pasien
Panitia Penelitian
Dan
Pengembangan
Panitia
Pencegahan dan
Pengendalian
Infeksi PanitiaKeselamatandan
KesehatanKerja
Panitia
RekamMedik
Panitia
Farmasi Terapi
Panitia
Transfusi
Darah
Panitia
Rekam
Medik
Panitia
Farmasi
Terapi
Panitia
Transfusi
Darah
Panitia
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Menurut PMK RI No 66 Tahun 2016, SMK3 rumah sakit meliputi penetapan
kebijakan K3RS, perencanaan K3RS, pelaksanaan rencana K3RS, pemantauan
dan evaluasi kinerja K3RS serta peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS.
Pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berupa program-
program K3 yang sudah ditetapkan dan ditandatangani oleh direktur rumah sakit,
seperti pencegahan dan pengendalian kebakaran, keamanan pasien, pengunjung,
dan karyawan, pemeriksaan kesehatan karyawan, pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3), sertifikasi kalibrasi sarana & prasarana, serta pendidikan &
pelatihan K3.
Gambaran Umum Karakteristik Responden
Gambaran umum responden berdasarkan usia. Berdasarkan data-data
angket yang telah disebarkan kepada 87 orang pekerja, diperoleh data mengenai
gambaran umum responden penelitian. Jumlah dan persentase gambaran umum
responden berdasarkan usia pekerja dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pekerja di RS
Santa Elisabeth Medan
Usia (tahun) Frekuensi (F) Persentase (%)
≤ 32 45 51,7
>32 42 48,3
Jumlah 87 100
Karakteristik responden berdasarkan usia pekerja pada tabel 4
dikategorikan menjadi usia ≤ 32 tahun dan > 32 tahun berdasarkan nilai median.
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa mayoritas pekerja berada pada tingkat
usia ≤ 32 tahun yaitu sebanyak 45 orang atau sebesar 51,7% .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan
data-data angket yang telah disebarkan kepada 87 orang pekerja, diperoleh data
mengenai gambaran umum responden penelitian. Jumlah dan persentase
gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin pekerja dapat dilihat pada
tabel 5 berikut ini
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan
Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)
Laki-laki 20 23
Perempuan 67 77
Jumlah 87 100
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pekerja pada tabel 5
dapat diketahui bahwa dari 87 responden yang menjadi sampel penelitian,
frekuensi jenis kelamin pekerja perempuan lebih besar yaitu sebanyak 67 orang
atau sebesar 77%. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja di RS Santa Elisabeth
Medan didominasi oleh perempuan.
Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan terakhir.
Berdasarkan data-data angket yang telah disebarkan kepada 87 orang pekerja,
diperoleh data mengenai gambaran umum responden penelitian. Jumlah dan
persentase gambaran umum responden berdasarkan pendidikan terakhir pekerja
dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan
Pendidikan Terakhir Frekuensi (F) Persentase (%)
SMA/Sederajat 24 27,6
Diploma 49 56,3
Sarjana 14 16,1
Jumlah 87 100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir pekerja pada
tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas pekerja di RS Santa Elisabeth telah
menempuh pendidikan diploma yaitu sebanyak 49 orang atau sebesar 56,3%
diikuti pekerja dengan pendidikan terakhir SMA/Sederajat sebanyak 24 orang
atau sebesar 27,6%.
Gambaran umum responden berdasarkan lama kerja. Lama kerja
dihitung sejak awal kerja sampai dengan pada saat penelitian dilakukan.
Berdasarkan data-data angket yang telah disebarkan kepada 87 orang pekerja,
diperoleh data mengenai gambaran umum responden penelitian. Jumlah dan
persentase gambaran umum responden berdasarkan lama kerja pekerja dapat
dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja Pekerja
di RS Santa Elisabeth Medan
Lama Kerja (Tahun) Frekuensi (F) Persentase (%)
≤ 8 46 52,9
> 8 41 47,1
Jumlah 87 100
Karakteristik responden berdasarkan lama kerja pada tabel 7
dikategorikan menjadi umur ≤ 8 tahun dan > 8 tahun berdasarkan nilai median.
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki lama kerja ≤ 8
tahun sebanyak 46 orang (52,9%) dan > 8 tahun sebanyak 41 orang (47,1%).
Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
distribusi frekuensi dan persentase dari variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen yang meliputi faktor penghambat SMK3 (kualitas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
sumber daya manusia, komitmen manajemen dan pekerja, pengawasan K3,
pelaksanaan law enforcement), dan variabel dependen yaitu pelaksanaan SMK3.
Distribusi responden berdasarkan variabel independen (faktor
penghambat SMK3). Distribusi responden berdasarkan variabel independen
(faktor penghambat SMK3) meliputi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),
komitmen manajemen dan pekerja, pengawasan K3, dan pelaksanaan law
enforcement.
Distribusi responden berdasarkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM). Dalam penelitian ini kualitas Sumber Daya manusia (SDM) dikategorikan
menjadi dua yaitu baik dan tidak baik. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
kualitas SDM dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas SDM di RS Santa
Elisabeth Medan
Kualitas SDM Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 79 90,8
Tidak baik 8 9,2
Jumlah 87 100
Pengukuran kualitas SDM pada pekerja dikategorikan menjadi kualitas
SDM baik apabila hasil jawaban dari angket kualitas SDM ≥ 6 dan kualitas SDM
tidak baik apabila hasil jawaban dari angket kualitas SDM < 6. Berdasarkan tabel
8 dapat diketahui bahwa mayoritas distribusi frekuensi kualitas SDM berada pada
kategori baik sebesar 90,8%.
Distribusi responden berdasarkan komitmen manajemen dan pekerja.
Dalam penelitian ini komitmen manajemen dan pekerja dikategorikan menjadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
dua yaitu baik dan tidak baik. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
komitmen manajemen dan pekerja dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini :
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Komitmen Manajemen dan Pekerja
di RS Santa Elisabeth Medan
Komitmen Manajemen dan Pekerja Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 74 85,1
Tidak baik 13 14,9
Jumlah 87 100
Pengukuran komitmen manajemen dan pekerja dikategorikan menjadi
komitmen manajemen dan pekerja baik apabila hasil jawaban dari angket
komitmen manajemen dan pekerja ≥ 2 dan komitmen manajemen dan pekerja
tidak baik apabila hasil jawaban dari angket komitmen manajemen dan pekerja <
2. Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas distribusi frekuensi
komitmen manajemen dan pekerja berada pada kategori baik sebesar 85,1%.
Distribusi responden berdasarkan pengawasan K3. Dalam penelitian ini
pengawasan K3 dikategorikan menjadi dua yaitu baik dan tidak baik. Distribusi
frekuensi responden berdasarkan pengawasan K3 dapat dilihat pada tabel 10
berikut ini :
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengawasan K3 di RS Santa
Elisabeth Medan
Pengawasan K3 Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 55 63,2
Tidak baik 32 36,8
Jumlah 87 100
Pengukuran pengawasan K3 dikategorikan menjadi pengawasan K3 baik
apabila hasil jawaban dari angket pengawasan K3 ≥ 2 dan pengawasan K3 tidak
baik apabila hasil jawaban dari angket pengawasan K3 < 2. Berdasarkan tabel 10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan pengawasan K3 baik
sebanyak 55 orang (63,2%) dan tidak baik sebanyak 32 orang (36,8%).
Distribusi responden berdasarkan pelaksanaan law enforcement. Dalam
penelitian ini pelaksanaan law enforcement dikategorikan menjadi dua yaitu baik
dan tidak baik. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelaksanaan law
enforcement dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini :
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Law Enforcement di
RS Santa Elisabeth Medan
Pelaksanaan law enforcement Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 43 49,4
Tidak baik 44 50,6
Jumlah 87 100
Pengukuran pelaksanaan law enforcement dikategorikan menjadi
pelaksanaan law enforcement baik apabila hasil jawaban dari angket pelaksanaan
law enforcement ≥ 2 dan pelaksanaan law enforcement tidak baik apabila hasil
jawaban dari angket pelaksanaan law enforcement < 2. Berdasarkan tabel 11 dapat
diketahui bahwa responden yang menyatakan pelaksanaan law enforcement baik
sebanyak 43 orang (49,4%) dan pelaksanaan law enforcement tidak baik sebanyak
44 orang (50,6%).
Distribusi responden berdasarkan variabel dependen (pelaksanaan
SMK3). Dalam penelitian ini tingkat pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dikategorikan menjadi dua yaitu baik
dan tidak baik. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dapat dilihat pada tabel
12 berikut ini :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa
Elisabeth Medan
Pelaksanaan SMK3 Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 56 64,4
Tidak baik 31 35,6
Jumlah 87 100
Pengukuran pelaksanaan SMK3 dikategorikan menjadi pelaksanaan
SMK3 baik dan tidak baik. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa
responden yang menyatakan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 56 orang (64,4%)
dan pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 31 orang (35,6%).
Analisis Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara faktor penghambat (kualitas SDM,
komitmen manajemen dan pekerja, pengawasan K3, dan pelaksanaan law
enforcement) dengan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3), peneliti menggunakan Uji Korelasi Somers’d dikarenakan jenis
data pada penelitian ini merupakan jenis data ordinal.
Hubungan kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3. Hasil penelitian
mengenai hubungan antara kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 dapat dilihat
pada tabel 13 berikut ini :
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Hubungan antara Kualitas SDM dengan Pelaksanaan SMK3
di RS Santa Elisabeth Medan
Kualitas
SDM
Pelaksanaan SMK3 Jumlah r p
Baik Tidak baik
Baik n
%
56
64,4
23
26,4
79
90,8
0,258 0,001
Tidak baik n
%
0
0
8
9,2
8
9,2
Jumlah n %
56 64,4
31 35,6
87 100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
Berdasarkan tabel 13 di atas, dari 87 pekerja diperoleh responden yang
menyatakan kualitas SDM baik dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 56
orang (64,4%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 23 orang
(26,4%). Hasil uji statistik antara kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3
diperoleh p = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kualitas SDM dengan
pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan (Ho ditolak). Koefisien korelasi
antara kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 yaitu r = 0,258 yang artinya
memiliki hubungan yang lemah.
Hubungan komitmen manajemen dan pekerja dengan pelaksanaan
SMK3. Hasil penelitian mengenai hubungan antara komitmen manajemen dan
pekerja dengan pelaksanaan SMK3 dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini :
Tabel 14
Distribusi Frekuensi Hubungan antara Komitmen Manajemen dan Pekerja
dengan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan
Komitmen
Manajemen
dan Pekerja
Pelaksanaan SMK3 Jumlah r p
Baik Tidak baik
Baik n
%
54
62,1
20
23,0
74
85,1
0,319 0,001
Tidak baik n
%
2
2,3
11
12,6
13
14,9
Jumlah n
%
56
64,4
31
35,6
87
100
Berdasarkan tabel 14 di atas, dari 87 pekerja diperoleh responden yang
menyatakan komitmen manajemen dan pekerja baik dengan pelaksanaan SMK3
baik sebanyak 54 orang (62,1%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik
sebanyak 20 orang (23,0%). Hasil uji statistik antara komitmen manajemen dan
pekerja dengan pelaksanaan SMK3 diperoleh p = 0,001. Hasil tersebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
menunjukkan bahwa p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara komitmen manajemen dan pekerja dengan pelaksanaan
SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan (Ho ditolak). Koefisien korelasi antara
komitmen manajemen dan pekerja dengan pelaksanaan SMK3 yaitu r = 0,319
yang artinya memiliki hubungan yang lemah.
Hubungan pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3. Hasil
penelitian mengenai hubungan antara pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3
dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini :
Tabel 15
Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pengawasan K3 dengan Pelaksanaan
SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan
Pengawasan
K3
Pelaksanaan SMK3 Jumlah r p
Baik Tidak baik
Baik n
%
40
46,0
15
17,2
55
63,2
0,230 0,035
Tidak baik n
%
16
18,4
16
18,4
32
36,8
Jumlah n
%
56
64,4
31
35,6
87
100
Berdasarkan tabel 15 di atas, dari 87 pekerja diperoleh responden yang
menyatakan pengawasan K3 baik dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 40
orang (46,0%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 15 orang
(17,2%). Hasil uji statistik antara pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3
diperoleh p = 0,035. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengawasan K3 dengan
pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan (Ho ditolak). Koefisien korelasi
antara pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 yaitu r = 0,230 yang artinya
memiliki hubungan yang lemah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
Hubungan pelaksanaan law enfoecement dengan pelaksanaan SMK3.
Hasil penelitian mengenai hubungan antara pelaksanaan law enforcement dengan
pelaksanaan SMK3 dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini :
Tabel 16
Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pelaksanaan Law Enforcement dengan
Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan
Pelaksanaan
Law
Enforcement
Pelaksanaan SMK3 Jumlah r p
Baik Tidak baik
Baik n
%
38
43,7
5
5,7
43
49,4
0,517 0,0001
Tidak baik n
%
18
20,7
26
29,9
44
50,6
Jumlah n
%
56
64,4
31
35,6
87
100
Berdasarkan tabel 16 di atas, dari 87 pekerja diperoleh responden yang
menyatakan pelaksanaan law enforcement baik dengan pelaksanaan SMK3 baik
sebanyak 38 orang (43,7%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak
5 orang (5,7%). Hasil uji statistik antara pelaksanaan law enforcement dengan
pelaksanaan SMK3 diperoleh p = 0,0001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p <
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pelaksanaan law enforcement dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth
Medan (Ho ditolak). Koefisien korelasi antara pelaksanaan law enforcement
dengan pelaksanaan SMK3 yaitu r = 0,517 yang artinya memiliki hubungan yang
sedang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Pembahasan
Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan
Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan yang meliputi program-
program K3 yang sudah ditetapkan dan ditandatangani oleh Direktur RS belum
semuanya terlaksana dengan optimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
pekerja mengenai pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan didapatkan
hasil pada tabel 12 bahwa pelaksanaan SMK3 rumah sakit dalam kategori baik
yaitu sebesar 64,4% dan sisanya pekerja menyatakan pelaksanaan SMK3 masuk
dalam kategori tidak baik sebesar 35,6%. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan
SMK3 pada rumah sakit tersebut belum terlaksana dengan dengan baik. Dari
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pekerja melalui angket, ada
beberapa pertanyaan dimana rata-rata pekerja memberikan nilai paling rendah
pada pertanyaan pelaksanaan SMK3, antara lain dalam penggunaan APD,
mengikuti seminar/diklat di bidang K3, mengikuti pelatihan K3, pemeriksaan
kesehatan, pemeriksaan kondisi lingkungan kerja dan pengawasan kondisi
lingkungan kerja.
Pekerja memberikan nilai terendah berdasarkan kondisi yang mereka
alami. Pekerja rata-rata menjawab tidak sering menggunkan APD dalam bekerja,
padahal APD sudah tersedia lengkap dan mencukupi untuk semua pekerja serta
sudah tertuang dalam kebijakan-kebijakan K3 yang ditetapkan di rumah sakit agar
pekerja menggunakan APD setiap bekerja. Pada pertanyaan mengenai pernah
mengikuti seminar/diklat K3, beberapa pekerja juga menjawab tidak pernah
mengikuti seminar/diklat K3, yang menyebabkan pengetahuan serta keterampilan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
pekerja dalam bekerja rendah. Dalam kebijakan K3 yang ditetapkan, tertuang
bahwa setiap pekerja minimal satu kali dalam satu tahun mengikuti seminar/diklat
tentang K3. Namun, pada nyatanya ada beberapa pekerja yang tidak mengikuti
seminar/diklat di bidang K3 pada pekerja di rumah sakit. Hal ini juga menjadi
salah satu faktor penyebab banyak pekerja yang tidak menggunakan APD saat
bekerja, karena kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
dalam bekerja dan pentingnya APD digunakan saat bekerja.
Pada pertanyaan mengenai pemeriksaan kesehatan, beberapa pekerja rata-
rata menjawab tidak pernah ikut dalam pemeriksaan kesehatan, terutama
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus. Dalam
peraturan perundangan tertuang bahwa pemeriksaan kesehatan berkala pada
pekerja sekurang-kurangnya dilakukan 1x dalam setahun, namun ada beberapa
pekerja menjawab mereka tidak ikut dalam pemeriksaan kesehatan berkala dalam
1 tahun terakhir. Begitu juga dalam pemeriksaan kesehatan khusus, yang
dilakukan terhadap pekerja yang terkena bahaya yang tinggi, seperti pada pekerja
di laboratorium, radiologi, hemodialisis, dan instalasi gizi. Unit kerja tersebut
merupakan unit kerja yang mempunyai bahaya yang tinggi, sehingga pekerja yang
bekerja pada unit tersebut, umumnya harus sering mendapatakan pemeriksaan
kesehatan secara khusus. Misalnya pekerja yang bekerja di unit radiologi, sebelum
bekerja harus diperiksa dahulu kesehatannya lalu setelah selesai bekerja diperiksa
lagi kesehatannya.
Pengawasan kondisi lingkungan kerja, beberapa pekerja memberikan
jawaban bahwa pengawasan tidak kontinyu dilakukan. Hal ini juga yang menjadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
penyebab pekerja dalam bekerja tidak menggunakan APD, karena pengawasan
yang tidak ada, sehingga pekerja dalam bekerja tidak mengikuti ketentuan yang
sudah ditetapkan. Pengawasan K3 yang tidak dilakukan berkaitan dengan kinerja
dari Tim P2K3, karena yang menangani K3 pada rumah sakit tersebut yaitu Tim
P2K3. Tim P2K3 tidak melaksanakan tugasnya secara maksimal dalam K3 karena
setiap personil P2K3 memiliki jabatan atau pekerjaan masing-masing di rumah
sakit yang menjadikan tiap personil P2K3 memiliki rangkap jabatan sehingga
mereka tidak fokus dalam melaksanakan tugasnya sebagai Tim P2K3. Akibat
tidak dilaksanakannya beberapa kegiatan-kegiatan pelaksanaan SMK3 tersebut
akan menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Hubungan antara Faktor Penghambat dengan Pelaksanaan SMK3 di RS
Santa Elisabeth Medan Tahun 2018
Hubungan kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3. Kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) adalah kemampuan terpadu dari daya fikir dan daya fisik,
perilaku dan sifat, ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Kualitas SDM yang
diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan dan keterampilan dari pekerja
yang memengaruhi pekerja tersebut dalam bekerja. Sumber daya manusia yang
berkualitas adalah sumber daya manusia yang mempunyai nilai kompetitif dan
inovatif dengan menggunakan energi seperti intelligence, creativity, dan
imagination (Rachmawati, 2008). Kualitas SDM juga sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan yang ditempuh oleh pekerja. Semakin tinggi tingkat
pendidikan pekerja maka semakin tinggi juga kemampuan dan keterampilan
pekerja tersebut dalam bekerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas responden
yaitu sebanyak 79 dari 87 orang sudah menyatakan bekerja sesuai dengan
keterampilan, kemampuan, dan pendidikan mereka, sehingga kualitas SDM di RS
Santa Elisabeth Medan termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan analisis
bivariat menunjukkan bahwa dari 87 pekerja diperoleh responden yang
menyatakan kualitas SDM baik dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 56
orang (64,4%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 23 orang
(26,4%). Berdasarkan hasil uji korelasi somers’d yang dilakukan didapat hasil
yang signifikan untuk terjadinya hubungan p = 0,001 lebih kecil dari titik kritis (p
< 0,05) hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kualitas SDM
dengan pelaksanaan SMK3, nilai r = 0,258 yang berarti hubungan tersebut lemah.
Kualitas Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting dalam
keberhasilan suatu organisasi, semakin tinggi kualitas SDM manusia semakin baik
prestasi kerja yang dihasilkan (Leuheri dan Rensya, 2018). Hal ini berarti bahwa
jika pekerja mempunyai kualitas SDM tinggi, maka akan semakin baik pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya termasuk dalam melaksanakan SMK3. Hasil
penelitian kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan
menunjukkan bahwa kualitas SDM berpengaruh terhadap pelaksanaan SMK3.
Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan sudah ditempatkan bekerja pada posisi
sesuai dengan kemampuan dan keterampilan mereka, pekerja puas dengan posisi
kerja yang mereka tempati sehingga memengaruhi pekerja untuk bekerja dengan
nyaman dan melaksanakan semua pekerjaanya dengan baik, termasuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
melaksanakan SMK3 seperti akan patuh terhadap semua peraturan dan ketentuan
yang sudah diberlakukan dalam pekerjaannya.
Kualitas SDM juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditempuh
oleh pekerja, dengan pendidikan yang tinggi maka pengetahuan pekerja akan
bertambah, begitu juga pekerja di RS Santa Elisabeth Medan umumnya sudah
memiliki tingkat pendidikan terakhir yang cukup baik, dan posisi pekerja dalam
bekerja semua disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang mereka tempuh,
sehingga pekerja dapat menikmati dan puas akan pekerjaannya. Dengan tingkat
pendidikan yang baik tersebut maka kualitas SDM dari pekerja baik, dan dalam
pelaksanaan SMK3 seharusnya akan semakin baik, walaupun masih ada pekerja
dengan kualitas SDM yang baik namun tidak melaksanakan SMK3 dengan baik.
Penelitian Ivana, dkk (2014) di RS Prima Medika Pemalang didapatkan hasil
bahwa kualitas SDM di rumah sakit memengaruhi pekerja dalam hal pengetahuan
untuk melaksanakan K3 dengan baik. Pada penelitian ini, kualitas SDM di rumah
sakit tersebut masih rendah, sehingga pekerja juga dalam melaksanakan K3 masih
rendah.
Hubungan komitmen manajemen dan pekerja dengan pelaksanaan
SMK3. Komitmen adalah tekad yang kuat yang mendorong seseorang untuk
mewujudkannya. Komitmen dapat dikatakan sebagai ujung tombak terlaksananya
suatu sistem manajemen, karena inti dari pelaksanaan program-program yang
dibuat adalah komitmen. Komitmen harus dimulai dari manajemen puncak
(direktur utama). Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas
responden yaitu sebanyak 74 dari 87 orang sudah menyatakan mempunyai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
komitmen yang baik terhadap pelaksanaan SMK3, baik dari komitmen
manajemen puncak (direktur utama) dan pekerja. Komitmen manajemen puncak
(direktur utama) rumah sakit terlihat dari adanya kebijakan-kebijakan K3 yang
ada di rumah sakit. Menurut Ivana, dkk (2014) bahwa komitmen diwujudkan
dalam bentuk kebijakan tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh
seluruh karyawan.
Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 87 pekerja
diperoleh responden yang menyatakan komitmen manajemen dan pekerja baik
dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 54 orang (62,1%) dan terhadap
pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 20 orang (23,0%). Berdasarkan hasil uji
korelasi somers’d yang dilakukan didapat hasil yang signifikan untuk terjadinya
hubungan p = 0,001 lebih kecil dari titik kritis (p < 0,05) hal ini menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara komitmen manajemen dan pekerja dengan
pelaksanaan SMK3, dan nilai r = 0,319 yang berarti hubungannya lemah.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lovita, A (2016)
menunjukkan bahwa ada hubungan antara komitmen K3 dengan pelaksanaan
SMK3 di PT. Kubota Indonesia dimana p = 0,013 (< 0,05). Hasil ini menunjukkan
bahwa perusahaan yang sudah mempunyai komitmen K3 akan melaksanakan
SMK3 dengan baik sehingga termasuk dalam kategori yang memuaskan. Hasil
penelitian yang lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Toding, dkk (2016) di
RSIA Kasih Ibu Manado, dimana komitmen manajemen memengaruhi
pelaksanaan SMK3 di rumah sakit tersebut. Komitmen manajemen di rumah sakit
tersebut masih lemah dan belum menyeluruh, dimana keputusan-keputusan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
tentang K3 secara tertulis belum ada, sehingga pelaksanaan SMK3 oleh pekerja
juga tidak baik dan belum menyeluruh kepada semua pekerja. Pekerja hanya
melaksanakan SMK3 yang memang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen
seperti mewajibkan setiap pekerja menggunakan APD dalam bekerja karena
adanya sosialisasi kepada pekerja, Pelaksanaan SMK3 yang lainnya belum
dilaksanakan karena belum ada komitmen dari manajemen rumah sakit.
Komitmen manajemen puncak (direktur utama) di RS Santa Elisabeth
Medan baik. Pemimpin rumah sakit mempunyai keterlibatan dan kebijakan-
kebijakan K3 secara tertulis ada di rumah sakit serta disosialisasikan kepada
setiap unit kerja rumah sakit, sehingga pekerja mengetahui apa saja yang harus
mereka lakukan dalam bekerja dan apa yang harus mereka tidak lakukan dalam
bekerja. Adanya komitmen dari direktur utama rumah sakit akan memengaruhi
pekerja, sehingga pekerja juga akan berkomitmen untuk melaksanakan semua
kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan. Dengan komitmen manajemen
puncak (direktur utama) RS Santa Elisabeth yang sudah baik, maka pelaksanaan
SMK3 oleh pekerja di rumah sakit secara keseluruhan juga sudah baik, walaupun
masih ada beberapa hal yang belum dilaksanakan sepenuhnya oleh pekerja.
Hubungan pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3. Pengawasan
adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan untuk menjamin
agar semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan. Fungsi pengawasan dalam sistem manajemen K3 merupakan fungsi
untuk mengetahui sejauh mana pekerja mematuhi kebijakan/peraturan yang telah
ditetapkan oleh pimpinan untuk meningkatkan kinerja dari pekerja, khususnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
yang berkaitan dengan kesehatan kerja serta dijadikan dasar penilaian untuk
sertifikasi (Fahmi, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas responden
yaitu sebanyak 55 orang dari 87 orang jumlah pekerja menyatakan pengawasan
K3 sudah dalam kategori baik. Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa
dari 87 pekerja diperoleh responden yang menyatakan pengawasan K3 baik
dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 40 orang (46,0%) dan terhadap
pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 15 orang (17,2%). Berdasarkan hasil uji
korelasi somers’d yang dilakukan didapat hasil yang signifikan untuk terjadinya
hubungan yaitu p = 0,035 lebih kecil dari titik kritis (p < 0,05) hal ini
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengawasan K3 dengan
pelaksanaan SMK3 dan r = 0,230 yang berarti hubungan lemah.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan, A
(2012) pada pembangunan jalan rawa menyatakan bahwa lemahnya pengawasan
yang dilakukan oleh perusahaan seperti masih terdapat beberapa rambu K3 tidak
terpasang dengan baik memengaruhi pekerja dalam melaksanakan SMK3. Karena
tidak ada rambu-rambu K3, maka pekerja juga tidak akan berhati-hati dalam
bekerja sehingga dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan kerja.
Hasil penelitian pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa
Elisabeth Medan menunjukkan bahwa pengawasan K3 berpengaruh terhadap
pelaksanaan SMK3. Pelaksanaan SMK3 masuk dalam kategori baik, namun
masih ada beberapa pekerja yang belum melaksanakan SMK3 dengan baik,
seperti masih ada pekerja yang tidak menggunakan APD, pekerja tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
mendapatkan seminar/pelatihan bidang K3, dan pekerja tidak ikut dalam
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan. Hal tersebut terjadi salah satu
penyebabnya adalah karena pengawasan K3 yang lemah. Pengawasan K3 tidak
dilakukan secara kontinyu dan tidak diterapkan dengan baik, sehingga pekerja
dalam bekerja sesuai dengan kemauannya sendiri tanpa mematuhi kebijakan yang
sudah ditetapkan.
Hubungan pelaksanaan law enforcement dengan pelaksanaan SMK3.
Pelaksanaan law enforcement adalah penegakan sanksi yang tegas kepada setiap
orang yang melanggar/tidak mematuhi aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
Pelaksanaan law enforcement dapat mendidik dan mendisiplinkan baik
perusahaan/tempat kerja, pimpinan, dan pekerja yang secara bersama untuk
mendukung K3. Pemberian sanksi yang tegas kepada setiap pekerja yang
melanggar aturan akan mendisiplinkan pekerja tersebut, karena mendapatkan
sanksi sehingga akan memberikan efek jera kepada pekerja untuk tidak melanggar
aturan lagi yang sudah ditetapkan, dan kepada pekerja yang belum melanggar
aturan akan menjadi peringatan agar mematuhi semua aturan K3.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa sebanyak 44 orang
menyatakan pelaksanaan law enforcement tidak baik dan 43 orang menyatakan
pelaksanaan law enforcement baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pelaksanaan law enforcement di RS Santa Elisabeth Medan masih lemah.
Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 87 pekerja diperoleh
responden yang menyatakan pelaksanaan law enforcement baik dengan
pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 38 orang (43,7%) dan terhadap pelaksanaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
SMK3 tidak baik sebanyak 5 orang (5,7%). Berdasarkan hasil uji korelasi
somers’d yang dilakukan didapat hasil yang signifikan untuk terjadinya hubungan
yaitu p = 0,0001 lebih kecil dari titik kritis (p < 0,05) hal ini menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara pelaksanaan law enforcement dengan
pelaksanaan SMK3 dan r = 0,517 yang berarti hubungan sedang.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Awuy, T (2017)
pada proyek konstruksi di Kota Manado yang menyatakan bahwa tidak
diberikannya sanksi kepada pekerja yang tidak melaksanakan K3 seperti tidak
diberikannya sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD termasuk
merupakan faktor penghambat pelaksanaan SMK3. Karena pelaksanaan law
enforcement tidak tegas maka pekerja akan bekerja sesuai dengan kemauannya
sendiri tanpa mengikuti aturan yang sudah ditetapkan.
Hasil penelitian pelaksanaan law enforcement dengan pelaksanaan SMK3
di RS Santa Elisabeth Medan menunjukkan bahwa pelaksanaan law enforcement
berpengaruh terhadap pelaksanaan SMK3. Secara keseluruhan pelaksanaan SMK3
masuk dalam kategori baik, namun masih ada beberapa pekerja yang belum
melaksanakan SMK3 dengan baik, seperti masih ada pekerja yang tidak
menggunakan APD, pekerja tidak mendapatkan seminar/pelatihan bidang K3, dan
pekerja tidak ikut dalam pemeriksaan kesehatan yang dilakukan.Hal tersebut salah
satunya disebabkan karena tidak ada sanksi yang tegas dari pihak manajemen
terhadap kebijakan yang sudah berlaku. Pengaruh pengawasan K3 dan
pelaksanaan law enforcement terhadap pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth
Medan cukup kuat, dibanding dengan faktor penghambat lainnya. Hal ini sesuai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
dengan yang peneliti dapatkan pada rumah sakit tersebut, dimana pengawasan K3
yang tidak dilakukan oleh Tim P2K3 dan pemberian sanksi yang tegas terhadap
pelanggaran kebijakan K3 belum terlaksana. Pekerja yang melakukan pelanggaran
terhadap kebijakan K3 pada hari ini akan melakukan pelanggaran yang sama
secara berulang-ulang di kemudian hari, karena tidak adanya sanksi yang
diberlakukan, sehingga tidak menimbulkan efek jera pada pekerja tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan
antara faktor penghambat dengan pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2018, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas SDM dengan pelaksanaan
SMK3
b. Terdapat hubungan yang bermakna antara komitmen manajemen dan pekerja
dengan pelaksanaaan SMK3
c. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan K3 dengan
pelaksanaan SMK3
d. Terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan law enforcement
dengan pelaksanaan SMK3
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat
diberikan oleh peneliti yaitu :
a. Bagi pihak manajemen rumah sakit untuk menerapkan dengan tegas peraturan
atau ketentuan K3 untuk meningkatkan pelaksanaan law enforcement di RS
Santa Elisabeth Medan sehingga diharapkan pada akhirnya kesadaran
karyawan untuk melaksanakan semua aturan yang sudah ditetapkan semakin
meningkat.
b. Bagi pihak manajemen rumah sakit untuk lebih meningkatkan pengawasan
terhadap K3 di rumah sakit, agar pengawasan terhadap K3 dilakukan secara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
kontinyu dan dilakukan di seluruh unit kerja rumah sakit, tidak hanya di unit
tertentu saja, sehingga tingkat kepatuhan semua pekerja untuk melaksanakan
peraturan/ketentuan K3 semakin meningkat.
c. Bagi pihak manajemen rumah sakit untuk meningkatkan kinerja dari Tim
P2K3 yang bertugas menangani K3 di rumah sakit, agar Tim P2K3 lebih
fokus untuk menangani program-program K3 sehingga pelaksanaannya dapat
berjalan dengan baik.
d. Bagi pihak manajemen rumah sakit untuk faktor kualitas sumber daya
manusia serta komitmen manajemen dan pekerja, yang sudah cukup baik,
perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjadi lebih baik di masa yang
akan datang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
Daftar Pustaka
Adhi, G. (2015). Pengaruh kepuasan kerja dan komitmen karyawan terhadap
kinerja karyawan PT. Kusuma Yogyakarta (Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta). Diakses dari
eprints.uny.ac.id/27715/1/GilangAdhiPrabowo_09408144044.pdf.
Arikunto, S. (2009). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Awuy, dkk. (2017). Faktor-faktor penghambat penerapan sistem manajemen K3
pada proyek konstruksi di Kota Manado. Jurnal Sipil Statistik, 5 (4), 187-
194. https://media.neliti.com/media/publications/132097-ID-faktor-faktor-
penghambat-penerapan-siste.pdf.
Fahmi, U. (2014). Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Herlambang, S & Arita. (2012). Manajemen kesehatan dan rumah sakit.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Imron & Amrul. (2010). Metodologi penelitian bidang kesehatan. Jakarta: CV
Sagung Seto.
Ivana, dkk. (2014). Analisa komitmen manajemen Rumah Sakit (RS) terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada RS Prima Medika Pemalang.
Jurnal Kesehatan Masyyarakat, 2 (1), 35-41.
https://www.scribd.com/document/359903299/ipi173840-pdf.
Konradus, D. (2012). Keselamatan kesehatan kerja membangun SDM pekerja
yang sehat, produktif dan kompetitif edisi revisi. Jakarta: Bangka Adinatha
Mulia.
Leuheri, F & Rensya. (2018). Pengaruh kualitas sumber daya manusia, disiplin
kerja, dan pengembangan karir terhadap prestasi kerja pegawai dinas
perhubungan Provinsi Maluku. Jurnal, 5 (2), 119-129.
https://ojs.unpatti.ac.id/index.php/sosoq/article/download/307/231.
Lovita, A. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Kubota
Indonesia (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang). Diakses dari
repository.unimus.ac.id/25/1/Full%20Skripsi%201.pdf.
Mauliku, N. E. (2011). Kajian analisis penerapan sistem manajemen K3RS di
Rumah Sakit Immanuel Bandung. Jurnal Kesehatan.
stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/files/2011/201104/201104-005.pdf.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2009). Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Anonim.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2009). Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit. Jakarta: Anonim.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit. Jakarta: Anonim.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit. Jakarta: Anonim.
Muninjaya, A.A.G. (2010). Manajemen kesehatan edisi ketiga. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan masyarakat: Ilmu & seni edisi revisi 2011.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Noviandini, dkk. (2015). Analisis komitmen pimpinan terhadap penerapan Sistem
Manajemen K3 (SMK3) di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 3 (3), 640-650.
https://media.neliti.com/media/publications/18591-ID-analisis-komitmen-
pimpinan-terhadap-penerapan-sistem-manajemen-k3-smk3-di-pt-kra.pdf.
Putri, dkk. (2018). Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
kejadian kecelakaan kerja perawat rumah sakit. Jurnal Endurance, 3 (2),
271-277.
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/view/2686.
Rachmawati, I. (2008). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: Andi
Publisher.
Ramadhan, A. (2012). Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan jalan rawa,
Cengkareng (skripsi, Universitas Indonesia). Diakses dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-
Penerapan%20sistem.pdf.
Republik Indonesia. (1970). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan kerja. Jakarta: Anonim.
Robbins, S. (2015). Perilaku organisasi 2 edisi 16. Jakarta: Salemba Empat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
Sarastuti, D. 2016. Analisis kecelakaan kerja di Rumah Sakit Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Diakses dari eprints.ums.ac.id/46459/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
Sholihah, Q & Wahyudi. (2011). Keselamatan kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian endidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suma’mur. (2009). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: PT Toko
Gunung Agung.
Sunaryo, W. (2014). Ergonomi dan K3: kesehatan keselamatan kerja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Taufani, T. (2007). Hubungan antara faktor penghambat Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan pelaksanaan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (Skripsi, Universitas
Jember). Diakses dari
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/17692/gdl%20%2
83%29aa.pdf?sequence=1.
Toding, dkk. (2016). Analisis penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) di RSIA Kasih Ibu Manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi, 5 (1), 284-289.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/11317.
Widayana, I. (2014). Kesehatan dan keselamatan kerja. Singaraja: Graha Ilmu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
Lampiran 2. Surat Keterangan Balasan Izin Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
Lampiran 4. Angket Penelitian
ANGKET PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN PELAKSANAAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI
RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2018
Nomor Responden :
Tanggal Pengisian :
Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
3. Umur : tahun
4. Unit kerja :
5. Pendidikan terakhir :
6. Lama bekerja :
PETUNJUK : Isilah pertanyaan berikut sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
dengan memberi tanda (X) pada jawaban yang sesuai dan mengisi pertanyaan
yang disediakan oleh peneliti.
A. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Apakah menurut anda pekerjaan anda saat ini sudah sesuai dengan
kemampuan, keterampilan dan pendidikan anda?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan anda
dengan baik dan tepat waktu?
a. Ya
b. Tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
3. Apakah dalam menyelesaikan tugas, anda selalu mencari cara yang paling
mudah dan cepat?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda selalu masuk kerja selain hari libur dan cuti dalam kurun waktu
1 tahun terakhir?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda tidak mempunyai keinginan untuk bekerja di tempat lain?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda puas dengan pekerjaan anda?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda dapat mengoperasikan berbagai peralatan terkait dengan
pekerjaan anda sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda selalu melaksanakan program-program K3 (seperti ikut
pemeriksaan kesehatan, ikut simulasi pencegahan dan penggulangan
kebakaran, dan lainnya) yang ada di RS?
a. Ya
b. Tidak
B. Komitmen Manajemen dan Pekerja
1. Apakah menurut anda Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah tempat
kerja yang baik dan bagus untuk anda?
a. Ya
b. Tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
2. Apakah anda setuju dengan aturan-aturan K3 yang sudah ditetapkan di RS
Santa Elisabeth Medan ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah aturan-aturan K3 yang ada di RS memotivasi anda untuk selalu
berusaha untuk bekerja dengan baik ?
a. Ya
b. Tidak
C. Pengawasan K3
1. Apakah selalu dilakukan pengawasan dari pihak rumah sakit terhadap
penerapan K3 (seperti pengawasan terhadap penggunaan APD) di unit kerja
anda ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah pengawas selalu menegur anda jika ada pekerjaan anda yang salah
atau anda bekerja tidak sesuai dengan prosedur ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda merasa lebih diperhatikan dan dihargai oleh pemimpin, dengan
adanya pengawasan yang dilakukan terhadap pekerjaan anda oleh tim
pengawas ?
a. Ya
b. Tidak
D. Pelaksanaan Law enforcement
1. Apakah ketentuan atau aturan tertulis tentang K3 di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan telah disosialisasikan/disebarluaskan di unit kerja anda?
a. Ya
b. Tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
2. Apakah ketentuan atau aturan tertulis tersebut mudah untuk anda mengerti dan
pahami?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah ada sanksi yang diberlakukan kepada pekerja apabila melanggar
setiap ketentuan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) atau prosedur terkait
K3?
a. Ya
b. Tidak
E. Pelaksanaan SMK3
1. Apakah di RS Santa Elisabeth Medan pernah dilakukan penyuluhan, diklat/
seminar dibidang K3?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda pernah mengikuti diklat/seminar dibidang K3 di lingkungan RS
Santa Elisabeth Medan maupun di luar rumah sakit?
a. Ya
b. Tidak
3. Sebelum diterima bekerja di RS Santa Elisabeth Medan ini, apakah anda
melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu?
a. Ya
b. Tidak
4. Selama bekerja di RS Santa Elisabeth Medan ini, apakah anda melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala?
a. Ya
b. Tidak
5. Selama bekerja di RS Santa Elisabeth Medan ini, bila terjadi Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK) atau Penyakit Akibat Kerja (PAK) apakah anda
melakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus?
a. Ya
b. Tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
6. Apakah di tempat anda tersedia Alat Pelindung Diri (APD)?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) tersebut?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda dalam bekerja sesuai dengan jadwal kerja anda?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah ada kebijakan rolling (pertukaran tugas antara karyawan satu dengan
karyawan lain) ketika anda berada dalam kondisi tertentu seperti hamil, tinggi
kadar radiasi dalam tubuh melebihi batas untuk petugas radiologi, dsb?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda tidak pernah mengalami Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) seperti
terpeleset, tertusuk jarum, dll?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah anda mendapatkan pengobatan dari rumah sakit atas KAK yang anda
alami?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah anda tidak pernah mengalami Penyakit Akibat Kerja (PAK) seperti
infeksi saluran nafas, TBC, atau tertular penyakit lain selama bekerja di rumah
sakit?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah anda mendapatkan pengobatan dari rumah sakit atas PAK yang anda
alami?
a. Ya
b. Tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
14. Apakah di unit kerja anda dilakukan pemeriksaan kondisi lingkungan kerja (
seperti pemeriksaan alat/mesin yang digunakan untuk berkerja, pemeriksaan
APAR, pemeriksaan hydrant, pemeriksaan lantai, pemeriksaan suhu ruangan,
pemeriksaan pencahayaan ruangan, pemeriksaan tata letak alat/mesin untuk
kerja, dan lainnya) untuk mencegah terjadinya PAK dan KAK?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah di unit kerja anda dilakukan pengawasan kondisi lingkungan kerja (
seperti pengawas melakukan pengawasan terhadap penggunaan APD,
pengawas melakukan pengawasan terhadap cara kerja sudah sesuai dengan
standart operasional pelaksanaan, pengawas menegur anda jika melakukan
pekerjaan tidak sesuai aturan, dan lainnya) untuk mencegah terjadinya PAK
dan KAK?
a. Ya
b. Tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
Lampiran 5. Master Data
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P Total Kategori
1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
2 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Baik
3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
4 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Baik
5 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Baik
6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
7 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
8 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
9 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
11 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
12 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
13 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
14 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
15 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
16 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
17 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
18 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
19 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
20 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
21 1 1 1 1 0 1 1 0 6 Baik
22 1 1 1 1 0 1 1 0 6 Baik
23 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
24 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
25 1 1 0 1 1 1 1 1 7 Baik
26 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
27 1 1 1 1 1 1 0 1 7 Baik
28 1 1 1 0 1 0 1 1 6 Baik
29 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
30 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
31 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
32 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
33 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
34 1 1 1 0 0 1 1 1 6 Baik
35 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
36 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
37 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
38 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
39 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
40 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
41 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
42 1 1 1 0 0 0 0 0 3 Tidak baik
43 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
44 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
45 1 1 1 0 0 1 1 1 6 Baik
46 1 1 1 0 0 1 1 1 6 Baik
47 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
48 1 1 1 1 1 0 1 1 7 Baik
49 1 0 0 0 0 1 1 1 4 Tidak baik
50 1 1 1 0 0 0 1 1 5 Tidak baik
51 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
52 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
53 1 1 0 1 1 1 1 1 7 Baik
54 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
55 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
56 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
57 1 1 0 1 1 1 1 1 7 Baik
58 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Baik
59 1 1 1 1 1 0 1 1 7 Baik
60 0 1 0 1 1 1 1 1 6 Baik
61 0 1 1 1 0 1 1 1 6 Baik
62 1 1 1 0 0 1 1 1 6 Baik
63 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
64 0 1 0 0 0 0 0 0 1 Tidak baik
65 1 1 1 1 0 0 1 0 5 Tidak baik
66 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik
67 1 1 1 1 1 1 1 0 7 Baik
68 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
69 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
70 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
71 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
72 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
73 0 1 1 1 0 0 1 1 5 Tidak baik
74 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
75 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
76 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik
77 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
78 1 0 1 1 1 1 1 1 7 Baik
79 1 1 1 1 1 1 0 1 7 Baik
80 1 1 1 0 0 0 0 1 4 Tidak baik
81 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
82 0 1 1 1 0 1 1 1 6 Baik
83 0 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik
84 1 1 1 1 0 1 0 1 6 Baik
85 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
86 1 1 1 0 1 1 0 1 6 Baik
87 0 0 1 0 0 0 0 1 2 Tidak baik
Komitmen Manajemen dan Pekerja
NO P1 P2 P3 P Total Kategori
1 1 1 1 3 Baik
2 0 1 1 2 Tidak baik
3 1 1 1 3 Baik
4 1 1 1 3 Baik
5 1 1 1 2 Tidak baik
6 1 1 1 2 Tidak baik
7 1 1 1 3 Baik
8 1 1 1 3 Baik
9 1 1 1 3 Baik
10 1 1 1 3 Baik
11 1 1 1 3 Baik
12 1 1 1 3 Baik
13 1 1 1 3 Baik
14 1 1 1 3 Baik
15 1 1 1 3 Baik
16 1 1 1 3 Baik
17 1 1 1 3 Baik
18 1 1 1 3 Baik
19 1 1 1 3 Baik
20 1 1 1 3 Baik
21 1 1 1 3 Baik
22 1 1 1 3 Baik
23 1 1 1 3 Baik
24 1 1 1 3 Baik
25 1 1 1 3 Baik
26 1 1 1 3 Baik
27 1 1 1 2 Tidak baik
28 1 0 0 3 Baik
29 1 0 1 3 Baik
30 1 1 1 3 Baik
31 1 0 1 3 Baik
32 1 0 0 3 Baik
33 1 1 1 3 Baik
34 1 1 1 3 Baik
35 1 1 1 3 Baik
36 1 1 1 3 Baik
37 1 1 1 3 Baik
38 1 1 1 3 Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
Komitmen Manajemen dan Pekerja
39 1 1 1 3 Baik
40 1 1 1 3 Baik
41 1 1 1 3 Baik
42 0 0 0 0 Tidak baik
43 1 1 1 3 Baik
44 1 1 1 3 Baik
45 1 1 1 3 Baik
46 1 1 1 3 Baik
47 1 1 1 3 Baik
48 1 1 1 3 Baik
49 1 0 0 1 Tidak baik
50` 0 0 0 0 Tidak baik
51 1 1 1 3 Baik
52 1 1 1 3 Baik
53 1 1 1 3 Baik
54 1 1 1 3 Baik
55 1 1 1 3 Baik
56 1 1 1 3 Baik
57 1 1 1 3 Baik
58 1 1 1 3 Baik
59 1 1 1 3 Baik
60 1 1 1 3 Baik
61 1 1 1 3 Baik
62 1 1 1 3 Baik
63 1 1 0 2 Tidak baik
64 1 0 0 1 Tidak baik
65 1 1 0 2 Tidak baik
66 1 1 1 3 Baik
67 1 0 0 1 Tidak baik
68 1 1 1 3 Baik
69 1 1 1 3 Baik
70 1 1 1 3 Baik
71 1 1 1 3 Baik
72 1 1 1 3 Baik
73 1 1 1 3 Baik
74 1 1 1 3 Baik
75 1 1 1 3 Baik
76 1 1 1 3 Baik
77 1 1 1 3 Baik
78 1 1 1 3 Baik
79 1 1 1 3 Baik
80 0 1 1 2 Tidak baik
81 1 1 1 3 Baik
82 1 1 1 3 Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
Komitmen Manajemen dan Pekerja
83 1 1 1 3 Baik
84 1 1 1 3 Baik
85 1 1 1 3 Baik
86 1 1 1 3 Baik
87 1 0 0 1 Tidak baik
Pengawasan K3
NO P1 P2 P3 P Total Kategori
1 1 1 1 3 Baik
2 1 1 0 3 Baik
3 1 1 0 2 Tidak baik
4 1 1 1 3 Baik
5 0 0 1 3 Baik
6 1 1 0 3 Baik
7 1 1 0 2 Tidak baik
8 1 1 0 2 Tidak baik
9 0 0 1 1 Tidak baik
10 0 0 1 1 Tidak baik
11 1 1 1 3 Baik
12 1 1 1 1 Tidak baik
13 0 0 1 1 Tidak baik
14 0 0 1 1 Tidak baik
15 1 1 1 3 Baik
16 0 0 1 1 Tidak baik
17 1 1 1 3 Baik
18 1 1 1 3 Baik
19 1 1 1 3 Baik
20 0 0 1 1 Tidak baik
21 1 1 0 2 Tidak baik
22 1 1 0 2 Tidak baik
23 1 1 1 3 Baik
24 1 1 1 3 Baik
25 0 1 1 2 Tidak baik
26 1 1 1 3 Baik
27 1 1 1 3 Baik
28 0 0 0 1 Tidak Baik
29 1 1 1 3 Baik
30 1 1 1 3 Baik
31 1 1 1 3 Baik
32 1 1 1 3 Baik
33 0 1 1 2 Tidak baik
34 1 1 1 3 Baik
35 1 1 1 3 Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
Pengawasan K3
36 1 1 1 3 Baik
37 1 1 1 3 Baik
38 1 1 1 3 Baik
39 1 1 1 3 Baik
40 1 1 1 3 Baik
41 0 0 0 0 Tidak baik
42 0 0 1 3 Baik
43 1 1 1 3 Baik
44 1 1 1 3 Baik
45 1 1 1 3 Baik
46 1 1 1 3 Baik
47 1 1 1 3 Baik
48 1 1 1 3 Baik
49 0 0 1 1 Tidak baik
50 0 0 1 3 Baik
51 1 1 1 3 Baik
52 1 1 1 3 Baik
53 1 1 1 3 Baik
54 0 1 0 1 Tidak baik
55 0 1 1 3 Baik
56 1 1 1 3 Baik
57 1 1 1 3 Baik
58 1 1 1 3 Baik
59 0 1 1 2 Tidak baik
60 1 1 1 1 Tidak baik
61 1 1 1 3 Baik
62 1 1 1 1 Tidak baik
63 1 1 1 3 Baik
64 0 0 1 1 Tidak baik
65 0 0 1 1 Tidak baik
66 1 1 1 3 Baik
67 0 0 1 1 Tidak baik
68 1 1 1 3 Baik
69 1 1 1 3 Baik
70 1 1 1 3 Baik
71 1 1 1 3 Baik
72 1 1 1 3 Baik
73 0 0 0 2 Tidak baik
74 1 1 1 3 Baik
75 1 1 1 3 Baik
76 1 1 1 3 Baik
77 1 1 1 2 Tidak baik
78 1 1 1 3 Baik
79 1 1 1 3 Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
Pengawasan K3
80 1 1 0 2 Tidak baik
81 0 1 1 2 Tidak baik
82 0 1 1 2 Tidak baik
83 1 1 1 3 Baik
84 1 1 1 3 Baik
85 1 1 1 2 Tidak baik
86 1 1 1 2 Tidak baik
87 0 0 1 1 Tidak baik
Pelaksanaan law enforcement
No P1 P2 P3 P Total Kategori
1 1 1 0 2 Tidak baik
2 1 1 0 2 Tidak baik
3 1 1 0 2 Tidak baik
4 1 1 0 2 Tidak baik
5 1 1 0 2 Tidak baik
6 1 1 1 3 Baik
7 1 1 0 2 Tidak baik
8 1 1 0 2 Tidak baik
9 1 1 1 2 Tidak baik
10 1 1 1 3 Baik
11 1 1 1 3 Baik
12 1 1 1 2 Tidak baik
13 1 0 0 1 Tidak baik
14 1 0 0 0 Tidak baik
15 1 1 1 3 Baik
16 1 0 0 1 Tidak baik
17 1 1 1 3 Baik
18 0 1 0 1 Tidak baik
19 1 1 1 3 Baik
20 1 1 1 3 Baik
21 1 1 1 2 Tidak baik
22 1 1 1 2 Tidak baik
23 1 1 1 3 Baik
24 1 1 1 3 Baik
25 0 0 1 1 Tidak baik
26 1 1 0 2 Tidak baik
27 1 1 1 2 Tidak baik
28 1 0 0 1 Tidak baik
29 1 1 1 3 Baik
30 1 1 1 3 Baik
31 1 1 1 3 Baik
32 1 1 1 3 Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
Pelaksanaan law enforcement
33 1 1 0 2 Tidak baik
34 1 1 1 3 Baik
35 1 1 1 3 Baik
36 1 1 1 3 Baik
37 1 1 1 3 Baik
38 1 1 1 3 Baik
39 1 1 1 3 Baik
40 1 1 1 3 Baik
41 1 1 1 3 Baik
42 1 0 0 1 Tidak baik
43 1 1 1 2 Tidak baik
44 1 1 1 3 Baik
45 1 1 1 3 Baik
46 1 1 1 3 Baik
47 1 1 1 3 Baik
48 1 1 0 2 Tidak baik
49 1 0 0 1 Tidak baik
50 1 0 0 1 Tidak baik
51 1 1 1 3 Baik
52 0 0 0 0 Tidak baik
53 1 1 0 2 Tidak baik
54 1 1 0 2 Tidak baik
55 1 1 0 2 Tidak baik
56 1 1 1 3 Baik
57 1 1 1 3 Baik
58 1 1 1 2 Tidak baik
59 1 1 0 2 Tidak baik
60 1 1 1 3 Baik
61 1 1 1 2 Tidak baik
62 1 1 1 2 Tidak baik
63 1 1 1 3 Baik
64 1 0 0 1 Tidak baik
65 1 0 0 1 Tidak baik
66 1 1 1 3 Baik
67 1 0 0 1 Tidak baik
68 1 1 1 3 Baik
69 1 1 1 3 Baik
70 1 1 1 3 Baik
71 1 1 1 3 Baik
72 1 1 0 2 Tidak baik
73 1 1 0 2 Tidak baik
74 1 1 1 3 Baik
75 1 1 1 3 Baik
76 1 1 0 2 Tidak baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
Pelaksanaan law enforcement
77 1 1 0 2 Tidak baik
78 1 1 1 3 Baik
79 1 1 1 3 Baik
80 1 1 0 2 Tidak baik
81 1 1 1 3 Baik
82 1 1 0 2 Tidak baik
83 1 1 1 3 Baik
84 1 1 1 3 Baik
85 1 1 0 2 Tidak baik
86 1 1 1 3 Baik
87 1 0 0 1 Tidak baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pelaksanaan SMK3
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
P11 P12
P13 P14 P15 P Total P14
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
2 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 10 Tidak baik
3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 13 Baik
5 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 11 Tidak baik
6 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 11 Tidak baik
7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik
8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 12 Baik
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 11 Tidak baik
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
14 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 12 Baik
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik
18 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Baik
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
21 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 8 Tidak baik
22 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 8 Tidak baik
23 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik
24 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 12 Baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 12 Baik
26 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 9 Tidak baik
27 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 10 Tidak baik
28 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 12 Baik
29 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik
30 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 12 Baik
31 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
35 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik
42 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4 Tidak baik
43 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 10 Tidak baik
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 Baik
49 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 Tidak baik
50 1 0 0 0 `1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 4 Tidak baik
51 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 10 Tidak baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 12 Baik
54 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 Tidak baik
55 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 Tidak baik
56 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 12 Baik
57 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 12 Baik
58 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 9 Tidak baik
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 12 Baik
60 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 10 Tidak baik
61 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 10 Tidak baik
62 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 10 Tidak baik
63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 Baik
64 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 7 Tidak baik
65 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 5 Tidak baik
66 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik
67 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6 Tidak baik
68 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik
70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik
71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik
72 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 11 Tidak baik
73 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 7 Tidak baik
74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Baik
75 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 12 Baik
76 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 11 Tidak baik
77 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11 Tidak baik
78 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 11 Tidak baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik
80 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 8 Tidak baik
81 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik
82 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12 Baik
83 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik
84 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 12 Baik
85 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 8 Tidak baik
86 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 10 Tidak baik
87 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 5 Tidak baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
99
Lampiran 6. Hasil Uji Korelasi Somers’d Menggunakan SPSS
Hubungan antara Kualitas SDM dengan Pelaksanaan SMK3
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kualitas SDM *
Pelaksanaan SMK3
87 100.0% 0 .0% 87 100.0%
Kualitas SDM * Pelaksanaan SMK3 Crosstabulation
Pelaksanaan SMK3
Total baik tidak baik
Kualitas SDM Baik Count 56 23 79
% of Total 64.4% 26.4% 90.8%
Tidak baik Count 0 8 8
% of Total .0% 9.2% 9.2%
Total Count 56 31 87
% of Total 64.4% 35.6% 100.0%
Directional Measures
Value
Asymp. Std.
Errora
Approx.
Tb
Approx.
Sig.
Ordinal by
Ordinal
Somers'
d
Symmetric .378 .065 3.213 .001
Kualitas SDM
Dependent
.258 .079 3.213 .001
Pelaksanaan SMK3
Dependent
.709 .051 3.213 .001
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
100
Hubungan antara Komitmen Manajemen dan Pekerja dengan Pelaksanaan
SMK3
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Komitmen manajemen
dan pekerja *
Pelaksanaan SMK3
87 100.0% 0 .0% 87 100.0%
Komitmen manajemen dan pekerja * Pelaksanaan SMK3 Crosstabulation
Pelaksanaan SMK3
Total baik tidak baik
Komitmen manajemen dan
pekerja
Baik Count 54 20 74
% of Total 62.1% 23.0% 85.1%
Tidak baik Count 2 11 13
% of Total 2.3% 12.6% 14.9%
Total Count 56 31 87
% of Total 64.4% 35.6% 100.0%
Directional Measures
Value
Asymp. Std.
Errora
Approx.
Tb
Approx.
Sig.
Ordinal by
Ordinal
Somers'
d
Symmetric .411 .091 3.478 .001
Komitmen manajemen
dan pekerja
Dependent
.319 .089 3.478 .001
Pelaksanaan SMK3
Dependent
.576 .113 3.478 .001
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
101
Hubungan antara Pengawasan K3 dengan Pelaksanaan SMK3
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengawasan K3 *
Pelaksanaan SMK3
87 100.0% 0 .0% 87 100.0%
Pengawasan K3 * Pelaksanaan SMK3 Crosstabulation
Pelaksanaan SMK3
Total baik tidak baik
Pengawasan K3 Baik Count 40 15 55
% of Total 46.0% 17.2% 63.2%
Tidak baik Count 16 16 32
% of Total 18.4% 18.4% 36.8%
Total Count 56 31 87
% of Total 64.4% 35.6% 100.0%
Directional Measures
Value
Asymp. Std.
Errora
Approx.
Tb
Approx.
Sig.
Ordinal by
Ordinal
Somers'
d
Symmetric .229 .107 2.110 .035
Pengawasan K3
Dependent
.230 .108 2.110 .035
Pelaksanaan SMK3
Dependent
.227 .107 2.110 .035
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
102
Hubungan antara Pelaksanaan Law Enforcement dengan Pelaksanaan SMK3
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pelaksanaan law
enforcement *
Pelaksanaan SMK3
87 100.0% 0 .0% 87 100.0%
Pelaksanaan law enforcement * Pelaksanaan SMK3 Crosstabulation
Pelaksanaan SMK3
Total baik tidak baik
Pelaksanaan law enforcement Baik Count 38 5 43
% of Total 43.7% 5.7% 49.4%
Tidak baik Count 18 26 44
% of Total 20.7% 29.9% 50.6%
Total Count 56 31 87
% of Total 64.4% 35.6% 100.0%
Directional Measures
Value
Asymp. Std.
Errora
Approx.
Tb
Approx.
Sig.
Ordinal by
Ordinal
Somers'
d
Symmetric .495 .088 5.345 .000
Pelaksanaan law
enforcement
Dependent
.517 .091 5.345 .000
Pelaksanaan SMK3
Dependent
.475 .089 5.345 .000
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
103
Lampiran 7. Struktur Organisasi P2K3
Struktur Organisai
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Ketua (Direktur)
Sekretaris
1. dr. Tumbur, SpAn
2. dr. Michael, SpRad
3. Sr.M.Gratia Danul FSE
Seksi SDM dan Umum
1. Koord : Sr. Ruth
FSE
2. Lisbeth Tarigan
3. Imelda S
Seksi Penangguilangan Bencana dan Kebakaran
1. Koord : Sumber
2. Datorius T
3. Anton M
Seksi Pelayanan Kesehatan Kerja dan Pencegahan
Pencegahan Akibat Kerja
1. Koord : dr. Adrian
2. dr. Lukas
3. dr. Thomas
4. Imelda S
Seksi Pengawasan
Sanitasi Sarana
Kesehatan
1. Koord : Novriska
2. Yolanda
3. Martha P
4. Sunardi
Seksi Pengamanan Peralatan
Non Medis, Pengamanan &
Keselamatan Bangunan
1. Koord : Johannes
2. Gregorius
3. Tahan S
4. Eddy
Seksi Pengamanan Peralatan Medis, Pengamanan Radiasi
& Limbah
1. Koord : Fr. Robertus
CMM
2. Alfian
3. Posman Manalu
Wakil Ketua
( Wa.Dir.Pel.Medis)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
104
Lampiran 8. Program-Program K3
PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA
Disaster Plan 1. Pemeliharaan lampu
darurat / emergency
lamp & rambu
evakuasi
Agar peralatan emergency
siap pakai bila terjadi
bencana
2x setahun RSE Tim K3
2. Latihan evakuasi
pasien
Agar peralatan emergency
siap pakai bila terjadi
bencana
1x setahun RSE Tim K3
Karyawan RSE
3. Sosialisasi Disaster
Plan / BLS
Agar seluruh karyawan
dapat melakukan BLS
2x setahun RSE Karyawan RSE
Pencegahan dan
Pengendalian
Kebakaran
1. Tindakan
pencegahan
kebakaran: tersedia
buku panduan, SPO,
dan juklak
Untuk keselamatan untuk
kewaspadaan terhadap
kebakaran
1x setahun RSE Tim K3
2. Pelatihan
penanggulangan
kebakaran
Agar semua karyawan
mengetahui dan mengerti
cara penanggulangan
kebakaran
1x setahun RSE Tim K3
Karyawan
3. Perawatan &
pengisian APAR
Agar tersedianya APAR
yang memadai & siap pakai di seluruh unit kerja
1x setahun RSE Tim K3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
105
PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA
4. Perawatan hydrant Agar tersedianya peralatan
hydrant yang memadai &
siap pakai di RS
1x setahun RSE Tim K3
5. Pengadaan APD Untuk melindungi petugas
dari bahaya kebakaran
1x setahun RSE Tim K3
Karyawan
6. Perawatan fire alarm
dan smoke detector
Agar peralatan fire alarm
dan smoke detector layak
dipakai
1x setahun RSE Tim K3
7. Penambahan APAR
& aksesoris
Agar peralatan APAR
tersedia di setiap unit
kerja
1x setahun RSE Pengadaan
8. Safety briefing
(pengarahan /
sosialisasi
keselamatan)
Agar setiap pengunjung /
peserta mengetahui dan
mengerti upaya
keselamatan bila terjadi
bencana atau kebakaran
Disesuaikan Aula RSE Tim K3
PPSDM
Keamanan
pasien,
pengunjung &
karyawan
1. Pemeliharaan
fasilitas keamanan
pasien, pengunjung,
dan karyawan
Untuk menjamin
keselamatan pasien,
pengunjung, dan
karyawan
1x setahun RSE Tim K3
2. Melengkapi rambu-
rambu K3
Agar petugas /
pengunjung mengetahui
area berisiko
1x setahun RSE Tim K3
Pengadaan
3. Pembuatan poster Di tempat yang berisiko 1x setahun RSE Tim K3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
106
dan himbauan K3 berbahaya
4. Pasang sign (tanda)
kawasan bebas asap
rokok
Agar dipatuhi seluruh
petugas dan pengunjung
1x setahun RSE Tim K3
PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA
5. Pemantauan
pemakaian APD
Menjamin keselamatan
petugas
1x setahun RSE Tim K3
Kesehatan
karyawan
1. Pemeriksaan
kesehatan pra
karyawan
Melaksanakan promosi
dan memelihara kesehatan
fisik, mental, dan sosial
semua pekerja yang
setinggi-tingginya
2x setahun RSE SDM
2. Pemeriksaan
kesehatan berkala
Mendapatkan tenaga kerja
berstatus kesehatan
optimal, semangat kerja
tinggi sehingga efisiensi
dan produktif
1x setahun RSE SDM
3. Pemeriksaan
kesehatan khusus
Mendapatkan tenaga kerja
berstatus kesehatan
optimal pada unit yang
berisiko tinggi
1x setahun RSE SDM
4. Penanganan
kecelakaan kerja
Agar karyawan dapat
melakukan P3K kerja dan
tindak lanjut
Jan - Des RSE SDM
Unit Kerja
Pengelolaan 1. Menyusun kebijakan Agar pengelolaannya Jan Kantor K3 Tim K3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
107
bahan berbahaya
dan beracun (B3)
B3 sesuai dengan standar /
ketentuan yang berlaku
2. Identifikasi B3 Untuk memudahkan
dalam pengelolaan B3
Jan - Farmasi
- K. Operasi
- Radiologi
- Lab
- Laundry
Tim K3
PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA
3. Penyimpanan dan
penanganan B3
Agar B3 tersimpan
ditempat yang aman dan
sesuai dengan standar
Jan - Des - Farmasi
- K. Operasi
- Radiologi
- Lab
- Laundry
Tim K3
Unit Kerja
4. Penanggulangan
kontaminasi B3:
melengkapi MSDS
dan pembuatan SPO
Agar karyawan di unit
terkait mengetahui cara
penanggulangan bila
terkontaminasi B3
Jan - Des - Farmasi
- K. Operasi
- Radiologi
- Lab
- Laundry
Tim K3
Unit Terkait
Program Sanitasi 1. Penyediaan air bersih Menyediakan air yang
sesuai dengan standar
Nosokomial sehingga
tidak menimbulkan infeksi
baru bagi penderita
Jan - Des RSE Kesling
2. Penyediaan toilet Tersedia toilet yang bersih
dan memenuhi standar
2x sehari RSE CS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
108
3. Penyediaan kamar
mandi
Tersedia fasilitas kamar
mandi yang aman bagi
pasien
2x sehari RSE CS
4. Penyediaan fasilitas
pembuangan sampah
Agar penanganan sampah
memenuhi standar
2x sehari RSE Kesling
CS
5. Fasilitas
pengendalian tikus
dan serangga
Upaya untuk mengurangi
populasi serangga, tikus,
dan binatang pengganggu
lainnya sehingga
keberadaannya tidak
menjadi vektor penularan
penyakit
1x sebulan RSE Kesling
PT. Anugerah
Bestari
PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA
Sertifikasi /
kalibrasi sarana
& prasarana
1. Kalibrasi alat Agar peralatan layak
pakai
1x setahun RSE BPFK, Bapeten
2. Program dan
prosedur
pemeliharaan
peralatan kesehatan
dan non kesehatan
Agar peralatan layak
pakai
1x setahun Teknik
Pemeliharaan
Biomedical
3. Manual penggunaan
alat
Agar mudah di
implementasikan oleh petugas
1x setahun Disetiap alat Biomedical
4. Kelengkapan Untuk kelayakan peralatan 1x setahun RSE Depnaker
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
109
sertifikasi peralatan:
- Izin HO
- Izin IMB
- Izin Hydrant /
proteksi kebakaran
- Izin Penangkal
Petir
- Izin Genset
- Izin Ketel Uap /
Boiler
- Izin Radiasi
- Izin Instalasi
Listrik
- Izin diesel
PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA
Pengelolaan
limbah padat,
cair & gas
1. Pemeliharaan
instalasi pengelolaan
limbah
Agar pengolahan limbah
memenuhi standar
1x setahun IPAL Kesling
2. Pemantauan IPAL Agar pengolahan limbah
memenuhi standar
Setiap hari IPAL Kesling
Pendidikan &
pelatihan K3
Mengikuti pelatihan /
seminar / uji
kompetensi bidang K3
Agar tersedia SDM yang
professional
1x setahun RSE
Luar RSE
PPSDM
Pengumpulan,
pengelolaan, dan
1. Rekapitulasi dan
evaluasi kecelakaan
Untuk dapat mengambil
keputusan dan upaya
1x setahun Kantor P2K3 SDM
Sekretaris P2K3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
110
pelaporan data kerja / incident
report
tindak lanjut
2. Evaluasi program
dan upaya tindak
lanjut
Untuk dapat mengambil
keputusan dan upaya
tindak lanjut
1x setahun Kantor P2K3 Tim K3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA