hubungan antara keterlibatan ayah dan penyesuaian akademis
TRANSCRIPT
1
Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Penyesuaian Akademis Siswa
SMA di Jakarta Pusat
Rahmadhita Maulida & Nathanael Elnadus Johanes Sumampouw
Program Studi S1 Reguler Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan penyesuaian akademis remaja. Dalam penelitian ini, keterlibatan ayah diukur dari remaja sebagai anak dan ayah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas sepuluh sejumlah 403 orang dan ayah sejumlah 133 orang. Keterlibatan ayah diukur menggunakan skala keterlibatan ayah yang terdiri dari tiga komponen keterlibatan ayah yaitu: engagement, accessibility, dan responsibility. Penyesuaian akademis diukur melalui dua indikator utama yaitu: dukungan sosial dan performa akademis. Dukungan sosial terdiri dari empat sumber yaitu, ayah, ibu, guru, dan teman. Performa akademis diukur melalui nilai rapor siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan penyesuaian akademis.
Kata Kunci: keterlibatan ayah, penyesuaian akademis, dukungan sosial, performa akademis, remaja
Relationship Between Father Involvement and High School Student Academic
Adjustment in Central Jakarta
Abstract
This study aims to determine the relationship between father involvement and adolescent academic adjustment. In this study, measured father involvement of adolescents as a child and the father. The sample used in this study is 403 tenth grade high school students and 133 fathers. Father involvement is measured using a scale consisting of father involvement father involvement three components namely: engagement, accessibility, and responsibility. Academic adjustment was measured through two main indicators, namely: social support and academic performance. Social support consists of four sources, namely, father, mother, teacher, and friend. Academic performance is measured through student grades. The results showed that there are no significant relationship between father involvement academic adjustment.
Keywords: Father involvement, academic adjustment, social support, academic performance, adolescent.
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
2
PENDAHULUAN
Banyak negara di dunia menganut konsep keluarga patriarki, termasuk Indonesia.
Keluarga patriarki merupakan konsep dimana ayah merupakan kepala keluarga yang memiliki
otoritas dan menjadi sosok yang dominan (Berns, 2010). Dalam menjalani perannya, ayah
memiliki pengaruh yang kuat dalam tumbuh kembang anak. Dewasa ini, penelitian mengenai
peran ayah terhadap anak sudah semakin banyak. Menariknya, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa peran ayah memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan ibu
dalam beberapa aspek. Sebuah studi literatur yang dilakukan oleh Gonzalez-DeHass, Willems,
dan Holbein (2005) menyatakan bahwa keterlibatan ayah berhubungan langsung dengan
motivasi dan prestasi anaknya di sekolah. Schunk, Pintrich, dan Meece (2008) menambahkan
bahwa keterlibatan ayah menjadi penting bagi anak karena ayah memiliki keterbatasan waktu
untuk terlibat langsung dalam hal akademis anaknya, tidak seperti ibu yang biasanya selalu
mengurus hal akademis anaknya. Secara keseluruhan, keterlibatan ayah membawa dampak
positif bagi perkembangan anak di seluruh aspek. Hal ini dijelaskan oleh Sarkadi,
Kristiansson, Oberklaid, dan Bremberg (2007) pada penelitian longitudinalnya yang
menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dapat mengurangi masalah perilaku pada remaja,
mampu membangun hubungan sosial yang baik di lingkungannya (berlaku pada masa kanak-
kanak, remaja, hingga dewasa), dan mampu menunjukkan performa akademis yang baik.
Pentingnya peran ayah juga dikemukakan oleh Amato dan Dorius (2010), yang
menyatakan bahwa keterlibatan ayah berhubungan dengan penyesuaian diri remaja di sekolah
dan lebih sedikit mengalami masalah emosi dan perilaku. Hasil yang sama pada studi lain
juga diperoleh dari penelitian King dan Sobolewski (2006), dimana remaja yang dekat dengan
ayahnya cenderung memiliki performa akademis yang baik di sekolah.
Remaja sebagai pelajar lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah
dibandingkan tempat lain di luar rumah (Eccles, 2004). Tidak jarang remaja mendapatkan
tugas sekolah yang harus dikerjakan di rumah, baik dilakukan secara individu atau kelompok
bersama teman satu kelas. Selain itu, remaja juga dapat mengembangkan bakatnya melalui
ekstrakurikuler yang diadakan sekolah. Sekolah juga merupakan tempat remaja dalam
bersosialisasi dengan guru dan karyawan sekolah lainnya, dan mendapatkan banyak teman.
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
3
Menurut Scott dan Scott (2005), penyesuaian diri remaja dipengaruhi oleh tiga aspek
utama yaitu keluarga, sekolah, dan teman. Dalam penyesuaian diri, terdapat istilah
penyesuaian akademis yang selalu dihadapi remaja sebagai pelajar. Terlebih ketika memasuki
sekolah dan tahun ajaran baru, dari siswa SMP menjadi siswa SMA, kemudian menjadi
mahasiswa ketika memasuki dunia perkuliahan. Menurut Rao (2002), penyesuaian akademis
merupakan keberhasilan siswa dalam memenuhi tuntutan akademis yang mencakup:
kurikulum, target yang ditetapkan siswa, dan faktor lingkungan lain yang sewaktu-waktu
dapat mengganggu siwa. Contohnya adalah organisasi dan ekstrakurikuler yang diikuti siswa.
Penyesuaian akademis dilihat dari faktor lingkungan dan hasil yang dapat dicapai oleh siswa
(Rao, 2002). Kemampuan siswa dalam menyesuaikan dirinya dengan kurikulum yang berlaku
dan memenuhi target yang sudah ditetapkan dapat dilihat dari perolehan performa
akademisnya. Kemudian kemampuan dalam mengatur kegiatan organisasinya dapat dilihat
dari segi dukungan sosial. Siswa yang dapat menyesuaikan diri secara akademis mampu
melakukan hal-hal diatas secara seimbang, artinya ia dapat memperoleh performa akademis
yang baik dan juga memiliki hubungan baik dengan guru, teman, dan orang tua (Rao, 2002).
Penyesuaian akademis dapat disimpulkan dari dua indikator utama yaitu kepuasan
terhadap dukungan sosial yang diterima dan performa akademis. Orang tua, teman, dan guru
merupakan dukungan sosial yang berhubungan dengan penyesuaian akademis (Scott & Scott,
2005; Malecki & Demaray, 2002). Berhasilnya penyesuaian akademis remaja ditandai dengan
tingginya perolehan nilai rapor dan kepuasan terhadap dukungan yang berasal dari orang tua,
guru, dan teman (Rao, 2002).
Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya sering kali menyertakan orang tua
sebagai satu unit dalam pengukuran penyesuaian akademis. Untuk mengetahui hubungan
antara keterlibatan ayah dan penyesuaian akademis, orang tua hendaknya dilihat secara
terpisah sebagai kelompok yang terdiri dari ayah dan ibu. Berdasarkan penelitian yang telah
dijelaskan sebelumnya juga telah diketahui bahwa keterlibatan ayah berhubungan dengan
penyesuaian diri remaja di seluruh aspek, termasuk akademis. Oleh karena itu, penting untuk
dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah
dan penyesuaian akademis remaja. Penyesuaian akademis dilihat dari tingkat kepuasan
dukungan sosial yang dirasakan remaja serta performa akademis remaja di sekolah (Rao,
2002). Selain itu peneliti belum menemukan studi mengenai hubungan keterlibatan ayah dan
penyesuaian akademis pada remaja di Indonesia.
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
4
Peneliti juga mengukur sejauh mana keterlibatan ayah yang dilakukan ayah terhadap
anaknya, sehingga peneliti mendapatkan gambaran mengenai persepsi keterlibatan ayah dari
dua pihak. Keterlibatan ayah diukur menggunakan kuesioner keterlibatan ayah yang
dikembangkan oleh Carlson (2006). Kemudian penyesuaian akademis diukur dari dukungan
sosial yang berasal dari ayah, ibu, guru, dan teman, serta performa akademis yaitu nilai rapor
siswa SMA pada semester pertama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas
sepuluh di Jakarta Pusat.
Jakarta pusat merupakan kota megapolitan yang ditandai dengan angka kepadatan
penduduk paling tinggi dibandingkan wilayah Jakarta lainnya (Badan Pusat Statistik, 2010).
Kepadatan penduduk didalam suatu kota mempengaruhi kualitas hidup setiap masyarakat
yang tinggal di wilayah tersebut. Kualitas hidup masyarakat dapat dilihat dari segi ekonomi,
pendidikan, dan sosial (Ziegler, 2009). Perkembangan ekonomi di kota megapolitan biasanya
tumbuh dengan cepat. Hal tersebut membuat setiap individu yang bekerja memiliki daya
saing yang tinggi agar dapat memenuhi tuntutan ekonomi. Biasanya individu yang bekerja
adalah ayah yang menjalani perannya sebagai kepala keluarga. Kesibukan ayah dalam
pekerjaan dapat menurunkan intensitas keterlibatan ayah terhadap anak, terutama remaja
(Lamb, 1997).
TINJAUAN TEORITIS
Keterlibatan Ayah
Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine (1985, dalam Pleck, 2010) menjelaskan pengertian
keterlibatan ayah dengan “direct rearing activities”, dimana ayah melibatkan anak secara
langsung dalam kegiatan bersama serta fokus pada konsistensi dan jumlah waktu yang
dihabiskan oleh ayah dan anak. Pada dasarnya, ayah berperan sebagai penyedia keuangan. Hal
tersebut membawa pengaruh secara tidak langsung namun penting bagi keluarga, karena
dengan begitu, ayah mendukung kesehatan emosional keluarga (Parke, Power, & Gottman,
1979 dalam Lamb, 1997). Dukungan emosional yang diberikan oleh ayah akan meningkatkan
kesejahteraan psikologis ibu dan anak. Tetapi peran ayah dalam menjalin hubungan langsung
dengan anak melalui aktivitas bersama, seperti bermain dan mengajar, juga penting dan
mempengaruhi tumbuh kembang anak di aspek sosial, emosional, dan kognitif (Lamb, 1997).
Menurut Cabrera, Catherine, Le-Monda, Bradley, Hofferth, dan Lamb (2000), ayah
dapat terlibat dalam mengasuh anak dengan berbagai acara, selain penyedia finansial.
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
5
Contohnya merawat dan memberikan perhatian, berinteraksi dengan bermain bersama anak,
memberi dukungan emosional kepada ibu, juga menjadi panutan yang menuntun keluarga
dalam aspek moral. Ayah juga berperan dalam penetapan tujuan dan kompetensi.
Keterlibatan ayah terdiri dari tiga komponen yaitu (Lamb et al., 1985, dalam Pleck,
1997: Pleck, 2010):
- Paternal engagement merupakan kegiatan bersama yang positif, dimana ayah
berhubungan langsung dengan anaknya melalui kegiatan yang dilakukan bersama. Hal
yang penting dari paternal engagement adalah seberapa sering ayah melakukan suatu
kegiatan bersama anak dan bagaimana cara mereka menghabiskan waktu dalam
kegiatan tersebut. Dengan begitu, interaksi yang terjalin antara ayah dan anak semakin
kuat dan akan membentuk engagement (Lamb, 1997). Misalnya, ketika ayah
berolahraga bersama anaknya, membacakan buku cerita sebelum tidur, dan
mengenalkan anak pada hobi ayah.
- Accessibility merupakan kehadiran ayah yang dapat dirasakan oleh anak sebagai sosok
yang dapat didatangi dan ditemui dengan mudah.
- Responsibility yaitu bentuk perhatian ayah kepada anaknya, salah satu contohnya
melalui dukungan finansial. Responsibilty bukan menekankan pada seberapa banyak
waktu yang dihabiskan oleh ayah bersama anak, melainkan peran ayah yang
memastikan bahwa anaknya mendapatkan perhatian yang cukup, kebutuhannya
terpenuhi, memiliki kesehatan yang baik, dan hal lain yang terkait dengan
kesejahteraan anak. Contoh lain dari responsibility yaitu, ketika ayah memilih sekolah
untuk anak. Dengan begitu, ayah berarti menunjukkan rasa tanggung jawabnya dalam
memberikan yang pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Proses responsibility
memerlukan inisiatif dan keinginan ayah untuk selalu mengetaui apa yang dibutuhkan
oleh anak.
Menurut Carlson (2006), komponen-komponen keterlibatan ayah tidak dilihat secara
terpisah, melainkan dilihat sebagai satu unit (uni dimensi).
Penyesuaian Akademis
Menurut Rao (2002), penyesuaian akademis merupakan keberhasilan siswa dalam
memenuhi tuntutan akademis yang mencakup kurikulum, target yang ditetapkan siswa, dan
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
6
faktor lain yang sewaktu-waktu dapat mengganggu siswa. Faktor lain tersebut misalnya,
organisasi atau kegiatan ektrakurikuler yang diikuti siswa di sekolah. Kemampuan siswa
dalam menyesuaikan dirinya dengan kurikulum yang berlaku dan memenuhi target yang
sudah ditetapkan, dapat dilihat dari perolehan performa akademisnya. Kemudian kemampuan
dalam mengatur kegiatan organisasinya dapat dilihat dari segi dukungan sosial. Siswa yang
dapat menyesuaikan diri secara akademis mampu melakukan hal-hal diatas secara seimbang,
artinya ia dapat memperoleh performa akademis yang baik dan juga memiliki hubungan baik
dengan guru, teman, dan orang tua (Rao, 2002). Penyesuaian akademis dapat dilihat
berdasarkan dua indikator utama, satisfaction dan satisfactoriness (Rao, 2002). Ketika siswa
sudah merasa puas dengan lingkungan sekolah, maka siswa akan mendapatkan performa
akademis yang baik sebagai bukti ia mampu menyesuaikan dirinya dalam kehidupan
akademis.
Menurut Reddy (1978, dalam Rao, Vijaya, & Sridevi, 2003) bahwa penyesuaian
akademis berhubungan dengan dukungan yang dirasakan siswa dari orang tua, guru, dan
teman. Dukungan yang dirasakan siswa, khususnya remaja, akan membantu dirinya dalam
menyesuaikan diri dengan tuntutan akademis di sekolah. Jika siswa mendapatkan dukungan
dari orang tua, guru, dan teman, dapat dikatakan lingkungan sekitar sudah kondusif untuk
membantu siswa dalam penyesuaian diri, sehingga siswa mampu mendapatkan performa
akademis yang baik. Performa akademis yang baik merupakan salah satu wujud kepuasan dan
keberhasilan siswa dalam menyesuaikan diri di bidang akademis (Rao, 2002; Scott & Scott,
2005).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan
penyesuaian akademis pada remaja SMA di Jakarta Pusat yang akan diukur melalui dukungan
sosial dan performa akademis sebagai indikator penyesuaian akademis. Berdasarkan hal
tersebut, masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1.) Apakah terdapat
hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial pada siswa SMA di Jakarta Pusat? 2.)
Apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan performa akademis pada siswa SMA
di Jakarta Pusat? Penelitian ini mempunyai pendekatan tipe kuantitatif, dan partisipan dengan
karakteristik siswa SMA yang memiliki ayah kandung, ayah tiri, atau ayah angkat.
Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling, khususnya combined-strategy
dalam metode pengambilan sampel.. Pertama, peneliti menentukan populasi penelitian yaitu
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
7
siswa SMA di Jakarta Pusat. Kedua, peneliti mengumpulkan daftar SMA di Jakarta Pusat.
Ketiga, peneliti mengundi sekolah mana yang akan dijadikan sampel penelitian. Terakhir,
peneliti menentukan kelas berapa yang akan dijadikan sampel penelittianpada sekolah dengan
mendiskusikannya dengan pihak sekolah. Peneliti menggunakan teknik simple random
sampling pada tahap pertama hingga tahap ketiga. Kemudian peneliti menggunakan teknik
cluster sampling pada tahap terakhir. SMA yang terpilih menjadi responden dalam penelitian
ini adala SMAN 1, SMAN 68, dan SMA Santa Theresia.
Penelitian ini mempunyai hipotesis yaitu, terdapat hubungan antara keterlibatan ayah
dan dukungan sosial pada siswa SMA di Jakarta Pusat. Kemudian, terdapat hubungan antara
keterlibatan ayah dan performa akademis pada siswa SMA di Jakarta Pusat.
Kuesioner Keterlibatan Ayah
Alat ukur keterlibatan ayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
keterlibatan ayah yang disusun oleh Pleck dan Masciadrelli pada tahun 2004, kemudian
dikembangkan lagi oleh Carlson pada tahun 2006. Kuesioner keterlibatan ayah ini terdiri dari
tujuh item yang mengukur tiga komponen utama keterlibatan ayah, yaitu: engagement,
responsibility, dan accessibility. Reliabilitas alat ukur ini ditampilkan dalam satuan standar
deviasi untuk membuat indeks berkelanjutan dengan koefisian alpha sebesar 0,85. Kemudian
untuk validitas, peneliti menggunakan nilai konsistensi internal sebesar 0,85 yang
menunjukkan bahwa item-item dari alat ukur bersifat homogen dan berkorelasi satu sama lain
dalam mengukur konstruk.
Kuesioner keterlibatan ayah kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.
Kuesioner ini diberikan kepada remaja dan ayah, sehingga peneliti dapat mengetahui persepsi
keterlibatan ayah dari kedua pihak. Pada alat ukur penelitian, responden diminta menjawab
pertanyaan dari item untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan ayah pada remaja dan sejauh
mana ayah merasa terlibat. Kuesioner keterlibatan ayah berbentuk skala Likert berkisar 1
sampai 4. Skala 1 berarti hampir tidak pernah, kurang dekat, dan kurang baik. Skala 4 berarti
sangat sering, sangat dekat, dan sangat baik. Kuesioner keterlibatan ayah terdiri dari item
yang bersifat favorable dan unfavorable. Dari tujuh item dalam kuesioner, terdapat tiga
nomor yang bersifat unfavorable.
Penyesuaian Akademis
Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS)
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
8
Pengukuran dukungan sosial pada penelitian ini menggunakan alat ukur Child and
Adolescent Social Support Scale (CASSS) yang disusun oleh Malecki dan Demaray pada
tahun 2000 berisi enam puluh item yang mengukur empat jenis dukungan sosial yaitu
emosional, informasional, appraisal, dan instrumental dari lima sumber (subskala) yaitu,
orang tua, guru, teman sekelas, teman dekat, dan sekolah (Malecki & Demaray, 2002; 2003).
Alat ukur ini berbentuk skala Likert yang terdiri dari enam skala yang menilai frekuensi.
Skala 1 sampai 6 berarti tidak pernah sampai selalu untuk menilai frekuensi. Alat ukur
CASSS yang digunakan pada penelitian ini merupakan revisi dari alat ukur CASSS
sebelumnya yang disusun oleh Malecki, Demaray, Elliott, dan Nolten pada tahun 1999.
Sebelumnya, alat ukur CASSS berisi empat puluh item yang terdiri dari empat sumber yaitu,
orang tua, guru, teman sekelas, dan teman dekat. Reliabilitas alat ukur CASSS diketahui
berdasarkan test-retest reliability selama delapan hingga sepuluh minggu dan didapatkan
koefisien alpha 0,78, validitas alat ukur didapatkan dengan menggunakan teknik konsistensi
internal dengan koesfien alpha berkisar 0,92-0,93 (Malecki & Demaray, 2002b).
Pada penelitian ini, alat ukur CASSS diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia yang
terdiri dari empat sumber dukungan sosial yaitu ayah, ibu, guru, teman. Peneliti memisahkan
bagian orang tua menjadi ayah dan ibu karena perannya yang berbeda dan tidak dilihat
sebagai satu unit (Lamb, 1997). Kemudian peneliti juga memilih teman sekelas dalam salah
satu subskala alat ukur karena dirasa cukup relevan. CASSS subskala teman sekelas secara
signifikan berkorelasi dengan skor frekuensi teman sekelas dari Social Support Scale for
Children r = 0,36 (Malecki & Demaray, 2003). Sementara untuk subskala sekolah tidak
digunakan dalam penelitian ini karena dukungan sekolah direpresentasikan oleh guru,
kemudian secara objektif dilihat dari performa akademis siswa.
Performa Akademis
Performa akademis diukur dari nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran IPA terdiri dari Matematika khusus, Biologi, Fisika,
dan Kimia. Mata pelajaran IPS terdiri dari Geografi, Sejarah khusus, Sosiologi, dan Ekonomi.
Peneliti menghitung nilai rata-rata mata pelajaran per-individu yang telah disesuaikan dengan
jurusan masing-masing Peneliti mendapatkan data nilai dari pihak sekolah yang berisi daftar
nama dan nilai seluruh siswa kelas sepuluh yang terbagi kedalam empat kelas jurusan IPA
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
9
dan empat kelas jurusan IPS dari SMAN 1, tiga kelas jurusan IPA dan dua kelas jurusan IPS
dari SMA Santa Theresia.
Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik statistik mulitiple correlation untuk
mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan penyesuaian akademis yang terdiri diukur
dari dukungan sosial dan performa akademis. Adapun teknik statistik lainnya seperti distribusi
frekuensi untuk mengetahui gambaran demografis responden, analisis item melalui index-item
endorsement untuk melihat proporsi item yang paling banyak dijawab setuju oleh responden,
dan independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan persepsi keterlibatan ayah yang
dirasakan remaja dan ayah. Peneliti juga menggunakan program SPSS 10.1 sebagai alat bantu
dalam pengolahan data.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum
Pada proses pengambilan data, peneliti menyebarkan kuesioner sejumlah 713 pasang
kuesioner untuk ayah dan remaja kepada seluruh siswa kelas sepuluh di SMAN 1, SMAN 68,
dan SMA Santa Theresia. Dari 713 pasang kuesioner yang disebarkan, peneliti mendapatkan
536 kuesioner (403 kuesioner remaja, 133 kuesioner ayah) yang kembali dan dapat diolah,
dan 330 nilai siswa dari dua sekolah. Kemudian untuk nilai, SMAN 1 dan SMA Santa
Theresia dapat memberikan data nilai kepada peneliti, sementara SMAN 68 tidak bisa
memberikan data nilai karena terdapat perubahan sistem penilaian pada siswa, sehingga data
yang diminta belum tersedia.
Sebagian besar responden remaja (58%) adalah perempuan, responden sebagian besar
tinggal bersama ayah dan ibu kandung, dengan rentang usia berkisar 13 sampai dengan 18
tahun (M = 15,3, SD = 0,57). Kemudian untuk responden ayah sebagian besar memiliki
pekerjaan dengan pendapatan bervariasi, dalam status menikah, dan memiliki rentang usia
berkisar 35 sampai dengan 60 tahun (M = 46,36, SD = 4, 82).
Gambaran Umum Keterlibatan Ayah dan Penyesuaian Akademis
Peneliti melakukan analisis item untuk melihat proporsi item yang paling banyak
dijawab setuju. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh persamaan persepsi antara ayah
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
10
dan remaja dalam komponen responsibility sebesar 89,5% yang menggambarkan kedekatan
antara ayah dan remaja. Ayah dan remaja sama-sama mempersepsikan bahwa mereka
memiliki hubungan yang dekat. Kemudian untuk komponen accessibility diperoleh proporsi
sebesar 63,2% yang menggambarkan keterlibatan ayah dalam membicarakan keputusan
penting dengan anaknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ayah dan remaja sama-sama
memiliki persepsi bahwa mereka jarang membicarakan keputusan penting bersama.
Kemudian berdasarkan hasil penghitungan rata-rata dukungan sosial yang terdiri dari
empat sumber yaitu, ayah, Ibu, teman, dan guru, dapat diperoleh hasil bahwa ibu memiliki
skor mean paling tinggi dibandingkan dengan ayah, teman, dan guru. Hal tersebut
menunjukkan bahwa responden remaja merasa sumber dukungan sosial yang paling tinggi
berasal dari ibu dibandingkan dengan ayah, guru, dan teman. Selanjutnya, dilihat berdasarkan
persebaran nilai rapor yang diperoleh responden di dua sekolah, yaitu SMAN 1 dan SMA
Santa Theresia, dapat dilihat bahwa persebaran nilai rata-rata responden cukup bervariasi.
Nilai rata-rata terendah yaitu 50.2 dan nilai rata-rata tertinggi yaitu 91.3, dengan jumlah
responden masing-masing satu orang. Dilihat secara keseluruhan, sebagian besar responden
memiliki nilai rata-rata berkisar 75 hingga 79, diatas batas nilai kelulusan mata pelajaran dari
masing-masing sekolah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa responden remaja mampu
menyesuaikan diri dengan kurikulum yang berlaku di sekolah dan berhasil menampilkan
performa akademis melebihi batas yang diberlakukan di sekolah.
Analisis Hubungan Keterlibatan Ayah dan Penyesuaian Akademis
Berdasarkan data dari kedua variabel, bisa didapatkan hasil korelasi skor antara
keterlibatan ayah dan penyesuaian akademis yang terdiri dari dukungan sosial dan performa
akademis melalui uji statistik multiple correlation.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial, dengan
koefisien korelasi sebesar r = 0.18 dan p = 0.740, hipotesis ditolak. Kemudian, tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan performa akademis, dengan koefisien
korelasi sebesar r = -0.20 dan p = 0.720, hipotesis ditolak. Dari kedua hasil diatas, dapat
diinterpretasikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan
penyesuaian akademis.
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
11
DISKUSI
Penyesuaian akademis dilihat dari dua indikator utama yaitu dukungan sosial dan
performa akademis (Rao, 2002). Penyeuaian akademis tidak hanya dilihat dari perolehan
performa akademi siswa, tapi juga dari dukungan sosial yang diperoleh siswa. Siswa yang
dapat menyesuaikan diri secara akademis mampu menyeimbangkan waktunya antara belajar
dan bergaul bersama teman-teman dan guru, serta dapat menjalin hubungan yang baik dengan
orang tua (Rao, 2002).
Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada penelitian ini, diketahui bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial pada siswa
SMA di Jakarta Pusat. Dukungan sosial berasal dari empat sumber, yaitu: ayah, ibu, guru, dan
teman.
Dilihat berdasarkan hubungan ayah dan remaja, Hosley dan Montemayor (1997)
menjelaskan bahwa keterlibatan ayah dapat merenggang ketika anak berada di masa remaja
karena masing-masing (ayah dan anak) memasuki tahap perkembangan baru, dimana remaja
lebih sering bersama dengan teman-temannya dan ayah fokus pada pencapaian karir,
perubahan fisik, dan evaluasi tujuan hidup. Hal ini didukung oleh wawancara sederhana yang
dilakukan oleh peneliti dengan beberapa responden yang menyatakan bahwa dirinya tinggal
satu rumah bersama ayahnya, tapi sering ditinggal ayah ke luar kota karena dinas, atau hanya
bertemu di akhir pekan karena ayahnya bekerja di luar kota. Selain itu, apabila dilihat dari tiga
komponen keterlibatan ayah, yaitu engagement, accessibility, dan responsibility (Lamb et al.,
1985, dalam Pleck, 1997: Pleck, 2010), komponen yang dirasa paling terlihat adalah
responsibility, dimana ayah menunjukkan keterlibatannya dengan memenuhi kebutuhan anak
secara tidak langsung, contohnya dengan membiayai sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Hal
ini dapat terjadi karena ayah tidak memiliki banyak waktu untuk berinteraksi secara langsung
dengan remaja karena sibuk bekerja.
Kemudian, dilihat dari karakteristik remaja menurut Nurmi (2004), remaja merupakan
masa dimana individu mulai mencoba berbagai macam hal menarik yang berada di
sekelilingnya. Remaja belajar untuk mencoba menyelesaikan masalah sendiri dan remaja
mulai mengetahui siapa dirinya. Dalam melalui proses tersebut, remaja membutuhkan
bantuan dari orang tua, terutama ayah yang biasanya menjadi panutan dan acuan dalam
berperilaku. Apabila dikaitkan dengan hasil penelitian ini, peneliti menduga bahwa tidak
adanya korelasi antara keterlibatan ayah dengan dukungan sosial disebabkan oleh interaksi
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
12
yang terbatas antara ayah dan remaja. Kesibukan ayah membuat hubungan antara ayah dan
remaja menjadi renggang, kemudian remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah
dan teman-teman, sehingga keterlibatan ayah tidak dirasakan secara langsung oleh remaja.
Selain itu, dukungan sosial dapat dilihat dari ayah, ibu, teman-teman, dan guru. Apabila
keterlibatan dan dukungan ayah berkurang, terdapat tiga sumber lain yang lebih mendominasi.
Selain meneliti hubungan keterlibatan ayah dan dukungan sosial, peneliti juga meneliti
hubungan keterlibatan ayah dan performa akademis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan performa akademis. Hal ini dapat terjadi
karena terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap performa akademis. Menurut
beberapa penelitian, performa akademis berhubungan dengan tingkat inteligensi, kepribadian,
dan school engagement (Heaven & Ciarrochi, 2012; Wang & Eccles, 2011). Heaven dan
Ciarrochi (2012) meneliti hubungan antara performa akademis dan kepribadian berdasarkan
teori the Big Five yang terdiri dari lima dimensi yaitu, agreeable, conscientiousness,
neuroticism, intellect, dan extraversion. Hasilnya menunjukkan bahwa performa akademis
berhubungan dengan conscientiousness dan intellect. Conscientousness berhubungan dengan
kedisiplinan individu ketika belajar yang meliputi manajemen waktu, usaha, dan strategi
individu agar dapat meraih performa akademis yang tinggi. Sementara intellect berhubungan
dengan kemampuan individu dalam mengelaborasi dan mengevaluasi. Individu yang memiliki
conscientiousness dan intellect yang tinggi biasanya akan memiliki skor IQ yang tinggi,
sehingga akan menampilkan performa akademis yang baik. Selain itu, penelitian Wang dan
Eccles (2011) menunjukkan bahwa performa akademis berkorelasi positif dengan school
engagement, semakin tinggi school engagement siswa maka performa akademisnya juga
semakin tinggi.
Pada penelitian ini, peneliti hanya melihat hubungan keterlibatan ayah dengan
indikator penyesuaian akademis yaitu dukungan sosial dan performa akademis. Ada
kemungkinan bahwa IQ, kepribadian, dan school engagement merupakan faktor-faktor yang
memiliki hubungan lebih kuat dengan performa akademis, namun tidak diikutsertakan dalam
pengukuran penelitian. Terlebih, jika dilihat dari rata-rata nilai mata pelajaran yang dicapai
oleh siswa yang sebagian besar mampu mencapai bahkan melibihi batas nilai kelulusan yang
diberlakukan oleh sekolah. Kemudian berdasarkan latar belakang sekolah, SMAN 1, SMAN
68, dan SMA Santa Theresia dapat dikatakan sebagai sekolah yang unggul di wilayah Jakarta
Pusat. Peneliti menduga bahwa siswa sebenarnya telah memiliki penyesuaian akademis yang
baik, sehingga keterlibatan ayah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
13
penyesuaian akademis. Selain itu, peneliti juga menduga bahwa bidang akademis remaja
merupakan urusan ibu (Bjornberg, 1992), sehingga ibu yang lebih mengawasi dan mengetahui
perkembangan nilai remaja di sekolah.
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan
penyesuaian akademis. Penyesuaian akademis diukur melalui dua indikator utama yaitu,
dukungan sosial dan performa akademis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial, hipotesis ditolak.
Kemudian, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan performa
akademis, hipotesis ditolak. Apabila dilihat secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan penyesuaian akademis.
SARAN
Terdapat beberapa saran yang dapat dilakukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya
yang ingin membahas mengenai hubungan keterlibatan ayah dan penyesuaian akademis,
sebaiknya peneliti juga mengukur school engagement dan tingkat inteligensi karena dapat
mempengaruhi performa akademis sebagai hasil atau penentu apakah individu memiliki
penyesuaian akademis yang tinggi atau rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Amato, P. R., & Dorius, C. (2010). Father, children, and divorce. In M. E. Lamb, The role of
the father in child development (pp. 177-191). New Jersey: Jonh Wiley & Sons, Inc.
Berns, R. (2010). Child, family, school, and community. Belmont: Wadsworth Cengage
Learning.
Bjornberg, U. (1992). Europian parents in 1990s. New Brunswick: Transaction Publisher.
Booth, A., Scott, M. E., & King, V. (2010). Father residence and adolescent problem
behavior: are youth always better off in two-parent families? J Marriage Ham, 585-
605.
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
14
Cabrera, N., Catherine, S., Le-Monda, T., Bradley, R., Hofferth, S., & Lamb, M. (2000).
Fatherhood in the twenty-first century. Child Development, 127-136.
Carlson, M. (2006). Family structure, father involvement, and adolescent behavioral
outcomes. Journal of Marriage and Family, 137-154.
DAPODIKMEN. (2013). Data Sekolah. Retrieved May 13, 2014, from Data Pokok
Pendidikan Menengah: http://203.171.221.242/dapodikmen2013/data.php
Demaray, M. K., & Malecki, C. K. (2002a). Critical levels of perceived social support
associated with students adjustment. School Psychology Quarterly, 213-241.
Demaray, M. K., & Malecki, C. K. (2002b). Measuring perceived social support:
Development of the child and adolescent social support scale. Psychology in Schools,
1-18.
Demaray, M. K., & Malecki, C. K. (2005). The relationship between social support and
student adjustment: A longitudinal study analysis. Psychology in the Schools, 691-
705.
Eccles, J. (2004). Schools, academic motivation, and stage-environment fit. In R. Lerner, & L.
Steinberg, Handbook of adolescent psychology (pp. 125-153). Hoboken: John Wiley
& Sons, Inc.
Gonzales-DeHass, A. R., Willems, P. P., & Doan Holbein, M. F. (2005). Examining the
relationship between parental involvement and student motivation. Educational
Psychology Review, 99-123.
Heaven, P., & Ciarrochi, J. (2012). When IQ is not everything: Intelligence, personality, and
academic performance at school. Personality and Individual Diffrences, 1-5.
Hosley, C., & Montemayor, R. (1997). Fathers and Adolescents. In M. Lamb, The role of the
father in child development (pp. 162-178). John Wiley & Sons, Inc.
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
15
King, V., & Sobolewski, J. M. (2006). Nonresident fathers' contributions to adolescent well-
being. J Marriage Fam, 537-557.
Lamb, M. (1997). Fathers and child development: An introductory overview and guide. In M.
Lamb, The role of father in child development (pp. 1-18). John Wiley & Sons, Inc.
Lamb, M. (2010). How do father influence children's development? Let me count the ways. In
M. Lamb, The role of the father in child development (pp. 1-26). Hoboken: John
Wiley & Sons, Inc.
Malecki, C. K., & Demaray, M. K. (2006). Social support as a buffer in the relationship
between socioeconomic status and academic performance. School Psychology
Quarterly, 375-395.
Malecki, C. K., & Michelle, K. D. (2003). What type of support do they need investigating
students adjustment as related to emotional, informational, appraisal, and instrumental
support? School Psychology Quarterly, 231-252.
Nurmi, J.-E. (2004). Socialization and self development. In R. Lerner, & L. Steinberg,
Handbook of adolescent psychology (pp. 85-139). Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Pleck, J. (1997). Paternal involvement: Levels, sources, and consequences. In M. Lamb, The
role of the father in child development (pp. 66-103). John Wiley & Sons, Inc.
Pleck, J. (2007). Why could father involvement benefit children? Theoritical Perspectives.
Applied Develeopment Science, 1-7.
Pleck, J. (2010). Paternal involement: Revised conceptualization and theoritical linkages with
child outcomes. In M. Lamb, The role of the father in child development (pp. 58-93).
Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Pleck, J. H., & Hofferth, S. (2008). Mother involvement as an influence on father
involvement with early adolscents. Fathering, 267-286.
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014
16
Pleck, J., & Masciadrelli, B. (2004). Paternal involvement by U.S. residential fathers: Level,
sources, and consequences . In M. Lamb, The role of the father in child development
(pp. 222-271). Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Rao, D., & Harshitha, D. (2006). Adjustment of adolescents. New Delhi: Discovery
Publishing House.
Rao, D., Vijaya, K., & Sridevi, C. (2003). Achievement in social studies. New Delhi:
Discovery Publishing House.
Rao, S. (2002). Educational psychology. New Delhi: New Age International .
Sarkadi, A., Kristiansson, R., Oberklaid, F., & Bremberg, S. (2007). Father involvement and
children's developmental outcomes: A systematic review of longitudinal studies. Acta
Peadiatrica, 153-158.
Sensus Penduduk. (2010, Juli 12). Peta Sebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Propinsi
DKI Jakarta Hasil Sensus Penduduk 2000 dan 2010. Retrieved March 15, 2014, from
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta:
http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT0yMzA0JnBhZ2U9ZGF0YSZzdWI9MDQ
maWQ9NTg=
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Scott, R., & Scott, W. (2005). Adjustment of adolescents: Cross cultural similarities and
differences. New York City: Taylor & Francis e-library.
Wang, M.-T., & Eccles, J. (2012). Social support matters: Longitudinal effects of social
support on three dimensions of school engagements from middle to high school. Child
Development, 877-895.
Ziegler, E. (2009). The case for megapolitan growth management in 21st Century: Regional
urban planning and sustainable development in the united states.
Hubungan antara…, Rahmadhita Maulida, FPsi UI, 2014