hubungan antara secure attachment dan dukungan
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DAN DUKUNGAN
SOSIAL DENGAN SELF DISCLOSURE PADA SANTRI PONDOK
PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi
Oleh :
SITI ROHMAHWATI
G 0106091
Pembimbing:
1. Dra. Makmuroch, M.S.
2. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa apa yang ada
dalam skripsi ini, sebelumnya belum pernah terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, sepanjang
pengamatan dan sepengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
dipergunakan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat
hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk
dicabut derajat kesarjanaan saya.
Surakarta, Desember 2010
Siti Rohmahwati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Barang siapa ingin bahagia di dunia, maka capailah dengan ilmu......
Barang siapa ingin bahagia di akhirat, maka capailah dengan ilmu......
Barang siapa ingin bahagia di dunia dan di akhirat,
maka juga capailah dengan ilmu.....
(Al Hadits)
Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil
(Al Hadits)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ini untuk kedua orang tuaku, yang tak
pernah berhenti menyayangi dan mendoakanku serta orang-orang yang
aku cintai, yang selalu mendampingiku dalam meraih mimpi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala karunia-Nya yang
dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai
syarat guna memperoleh gelar sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikhlas dan setia mendukung baik materi maupun spritual dalam penyelesaian
skripsi ini. Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku penguji I, yang
telah memberikan pemikiran kritis serta masukan‐masukan yang membangun
dalam penyelesaian skripsi ini
2. Ibu Dra. Makmuroch, M.S., selaku dosen pembimbing I atas bimbingan,
kepercayaan, kesabaran, serta perhatiannya yang sangat besar kepada penulis.
3. Bapak Aditya Nanda Priyatama, M.Si., selaku pembimbing II atas bimbingan,
serta saran‐sarannya yang membangun selama ini.
4. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi. selaku dosen penguji I yang telah
memberikan pemikiran kritis serta masukan‐masukan yang membangun
dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Bagus Wicaksono, M.Si. selaku pembimbing akademik atas
bimbingannya selama penulis menempuh studi di Program Studi Psikologi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Bapak K.H. Abdul Rozak Shofawi, selaku pimpinan Pondok Pesantren Al-
Muayyad Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian pada penulis,
Bapak Drs. Masrokan selaku Kepala Madrasah Diniyyah Wustha yang telah
memberikan ijin penelitian dan banyak membantu penulis. Terima kasih atas
informasi yang telah diberikan.
7. Seluruh siswa Madrasah Diniyyah Wustha Al-Muayyad Surakarta kelas X,
atas kesediannya dalam proses pengambilan data.
8. Orangtuaku tercinta, ibu, bapak, atas dukungan, perhatian, dan doa kepada
kepada penulis dalam meraih cita-cita dan harapan.
9. Kakak-kakakku tercinta atas perhatian, dukungan dan kritikannya selama ini
kepada penulis dalam meraih mimpi.
10. K.H. Abdul Karim, Ust. Muhammad Khoiri, S. Ag., dan Ibu Arifah Billah
selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Quraniyy, atas bimbingannya selama
penulis mondok.
11. Teman-teman di Pondok Pesantren Al-Quraniyy, khususnya teman satu
kamar yang telah mengajarkan arti persahabatan dan kebersamaan kepada
penulis.
12. Semua teman di kampus Psikologi UNS tercinta, khususnya Psikologi’06
yang telah mengajarkan penulis arti kebersamaan.
13. Rekan-rekan guru SDIT Al-Anis Kartasura yang telah memberikan dorongan
semangat kepada penulis.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN SECURE ATTACHMENT AND SOCIAL
SUPPORT WITH SELF DISCLOSURE TO STUDENTS OF AL-
MUAYYAD BOARDING SCHOOL SURAKARTA
Siti Rohmahwati
G0106091
Self-disclosure is the needed factors in interpersonal relationships, because
with self-disclosure, person can express his opinions, feelings, ideals and so on, so
can make opened relationship. Opened relationship will make a positive reciprocal
relationship that produces a sense of security, self-acceptance, so can solve
various problems of life. Self-disclosure is very important for students to to build
close relationships with their friends, with ustadzs, as well as with staffs of
boarding school. There are many things that can increase self-disclosure to
students who have secure attachment and social support students who obtained.
This study aims to determine the relationship between secure attachment
and social support with self-disclosure to students of Pondok Pesantren Al-
Muayyad Surakarta. Research subjects taken by cluster random sampling
technique. This study used scale of self-disclosure, scale of secure attachment, and
social support scale to collect data. Analysis of data used multiple regression
analysis techniques.
The results showed that the value of the F-reg = 7.616, p <0.05, and the
value of R = 0.503. From these results we can conclude that the hypothesis in this
study received, and there is significant relationship between secure attachment and
social support with self-disclosure to students of Pondok Pesantren Al-Muayyad
Surakarta. The value of R ² in this study for 0.253 or 25.3%, where the effective
contribution of 21.9% secure attachment and social support 3.39%.
Key words: self disclosure, secure attachment, and social support.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DAN DUKUNGAN
SOSIAL DENGAN SELF DISCLOSURE PADA SANTRI PONDOK
PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA
Siti Rohmahwati G0106091
Self disclosure merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan dalam
hubungan interpersonal, karena dengan adanya pengungkapan diri seseorang
dapat mengungkapkan pendapatnya, perasaannya, cita-citanya dan sebagainya,
sehingga memunculkan hubungan keterbukaan. Hubungan keterbukaan ini akan
memunculkan hubungan timbal balik positif yang menghasilkan rasa aman,
adanya penerimaan diri, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah hidup.
Self disclosure sangat penting bagi santri agar dapat membina hubungan akrab
dengan sesama santri, dengan ustadz, maupun dengan pengasuh. Ada banyak hal
yang bisa meningkatkan self disclosure santri di antaranya secure attachment
yang dimiliki santri dan dukungan sosial yang didapatkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara secure
attachment dan dukungan sosial dengan self disclosure pada santri Pondok
Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Subjek penelitian diambil dengan teknik cluster
random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala self
disclosure, skala secure attachment, dan skala dukungan sosial. Analisis data
menggunakan teknik analisis regresi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F-reg = 7,616, p < 0,05, dan
nilai R = 0,503. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara secure
attachment dan dukungan sosial dengan self disclosure pada santri Pondok
Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Nilai R² dalam penelitian ini sebesar 0,253 atau
25,3%, dimana sumbangan efektif secure attachment sebesar 21,9% dan
dukungan sosial 3,39%.
Kata kunci: self disclosure, secure attachment, dan dukungan sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
ABSTRAK ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN .... ..................................................................... 1
1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
2. Perumusan Masalah ................................................................ 7
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 9
A. Self Disclosure ......................................................................... 9
1. Pengertian Self Disclosure .................................................... 9
2. Aspek-aspek Self Disclosure ................................................ 10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Disclosure ............. 12
4. Manfaat Self Disclosure ........................................................ 14
B. Secure Attachment ..................................................................... 15
1. Pengertian Secure Attachment .............................................. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
2. Aspek-aspek Secure Attachment .......................................... 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Secure Attachment ........ 19
4. Manfaat Secure Attachment .................................................. 20
C. Dukungan Sosial ....................................................................... 21
1. Pengertian Dukungan Sosial ................................................. 21
2. Aspek-aspek Dukungan Sosial ............................................ 22
3. Fungsi Dukungan Sosial ....................................................... 24
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Pemberian
Dukungan Sosial ................................................................... 25
D. Santri Pondok Pesantren ........................................................... 26
E. Hubungan antara Secure Attachment dan Dukungan Sosial
dengan Self Disclosure pada Santri Pondok Pesantren Al-
Muayyad Surakarta ................................................................. 27
F. Kerangka Pikir .......................................................................... 31
G. Hipotesis .................................................................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 32
A. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................. 32
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 32
C. Populasi, Sampel, dan Sampling ............................................... 34
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 34
E. Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 43
A. Persiapan Penelitian .................................................................. 43
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................... 43
2. Persiapan Penelitian ......................................................................... 45
3. Pelaksanaan Uji Coba (try out) ............................................. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
4. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................ 46
5. Penyusunan Alat Ukur Penelitian ......................................... 49
B. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 52
1. Penentuan Subjek Penelitian ................................................ 52
2. Pengumpulan Data ................................................................ 52
3. Pelaksanaan Skoring ............................................................. 53
C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi .......................................... 53
1. Uji Asumsi Dasar .................................................................. 54
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 56
3. Uji Hipotesis ......................................................................... 59
4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ......................... 63
5. Analisis Deskriptif ................................................................ 64
D. Pembahasan ............................................................................... 67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 72
A. Kesimpulan ............................................................................... 72
B. Saran.............. ............................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75
LAMPIRAN ................................................................................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Self Disclosure ....................................................... 36
Tabel 2. Blue Print Skala Secure Attachment ................................................. 37
Tabel 3. Blue Print Skala Dukungan Sosial .................................................... 38
Tabel 4. Jumlah santri Madrasah Diniyyah Wustha Kelas X Pondok Pesantren
Al-muayyad Surakarta ...................................................................... 44
Tabel 5. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Self Disclosure ........................... 47
Tabel 6. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Secure Attachment ............ 48
Tabel 7. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Dukungan sosial .............. 49
Tabel 8. Sebaran Aitem Skala Self Disclosure................................................ 50
Tabel 9. Sebaran Aitem Skala Secure Attachment .......................................... 51
Tabel 10. Sebaran Aitem Skala Dukungan Sosial .......................................... 52
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 54
Tabel 12. Hasil Uji Linearitas antara Variabel Secure Attachment dengan Self
Disclosure ......................................................................................... 55
Tabel 13. Hasil Uji Linearitas antara Variabel Dukungan Sosial dengan Self
Disclosure ......................................................................................... 56
Tabel 14. Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................. 57
Tabel 15. Hasil Uji Otokorelasi ...................................................................... 58
Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ......................................... 59
Tabel 17. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ......................................... 60
Tabel 18. Korelasi antara Secure Attachment dengan Self Disclosure dimana
Dukungan Sosial dikendalikan ....................................................... 62
Tabel 19. Korelasi antara Dukungan Sosial dengan Self Disclosure dimana
Secure Attachment dikendalikan .................................................... 63
Tabel 20. Statistik Deskriptif .......................................................................... 63
Tabel 21. Kriteria Kategori Skala Self Disclosure dan Distribusi Skor Subjek 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
Tabel 22. Kriteria Kategori Skala Secure Attachment dan Distribusi Skor
Subjek ............................................................................................... 65
Tabel 23. Kriteria Kategori Skala Dukungan Sosial dan Distribusi Skor Subjek 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Alat Ukur Penelitian. ................................................................. 80
1. Skala Penelitian Sebelum Uji Coba ...................................... 81
2. Skala Penelitian Setelah Uji Coba ........................................ 96
Lampiran B: Data Uji Coba Skala Penelitian ................................................. 107
1. Data Uji Coba Skala Self Disclosure .................................... 108
2. Data Uji Coba Skala Secure Attachment .............................. 112
3. Data Uji Coba Skala Dukungan Sosial ................................. 117
Lampiran C : Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala Penelitian .............. 120
1. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala Self Disclosure . 121
2. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala Secure Attachment 123
3. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial 126
Lampiran D : Data Penelitian .......................................................................... 128
1. Data Skala Self Disclosure ................................................... 129
2. Data Skala Secure Attachment .............................................. 135
3. Data Skala Dukungan Sosial ................................................ 143
Lampiran E : Analisis Data Penelitian ............................................................ 149
1. Hasil Analisis Deskriptif ...................................................... 150
2. Uji Normalitas ...................................................................... 151
3. Uji Linearitas ........................................................................ 153
4. Uji Multikolinearitas ............................................................. 154
5. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 155
6. Uji Otokorelasi ..................................................................... 156
7. Uji Hipotesis Analisis Regresi .............................................. 157
8. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif ......................... 158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
Lampiran F: F-tabel dan t-tabel
1. F-tabel ................................................................................... 165
2. T-tabel ................................................................................... 166
Lampiran G : Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian.............. 167
Lampian H : Dokumentasi .............................................................................. 171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan arus globalisasi yang begitu cepat telah membawa dampak
pada perkembangan teknologi dan modernisasi yang semakin pesat.
Perkembangan tersebut juga membawa berbagai macam perubahan dalam hidup
manusia. Mulai dari gaya hidup, realitas sosial yang terjadi saat ini, maraknya
kriminalitas dengan kekerasan, pergaulan bebas remaja, penyalahgunaan
narkotika dan obat terlarang membuat kekhawatiran orang tua semakin besar
terhadap masa depan putra putrinya dan mendorong orang tua untuk mencari
sebuah bentuk pendidikan yang bisa menyelamatkan putra putri mereka dari
dampak negatif modernisasi serta mampu mengembangkan kepribadian dan
karakter putra-putri mereka.
Pondok pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan keagamaan yang
populer di Indonesia yang dianggap mampu mengembangkan kepribadian santri
dan ikut serta dalam mencerdaskan bangsa. Pesantren yaitu suatu lembaga
pendidikan yang menyediakan asrama atau pondok sebagai tempat tinggal
bersama sekaligus tempat belajar para santri dibawah bimbingan kyai (Maksum,
2003). Selain sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren juga berfungsi
sebagai tempat penyiaran agama Islam dan pusat pengembangan masyarakat.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam
yang di dalamnya terjadi interaksi antara kyai atau ustadz sebagai guru dan para
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
santri sebagai murid. Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama
Islam dengan sistem asrama atau kampus dimana santri-santri menerima
pendidikan agama islam melalui sistem madrasah yang sepenuhnya berada di
bawah pimpinan seorang atau beberapa orang kyai (Tim peneliti mahasiswa FIAI-
UMS, 1990). Sebagai lembaga pendidikan dengan sistem asrama, maka para
santri diharuskan untuk tinggal 24 jam di lingkungan pondok pesantren.
Pondok pesantren Al-Muayyad merupakan pesantren yang menerapkan
sistem asrama. Para santri diwajibkan untuk tinggal di pesantren selama 24 jam
untuk menerima pelajaran. Selain pelajaran agama, santri juga diberikan pelajaran
umum, yaitu SMP, SMA, dan MA. Kegiatan santri dimulai setelah sholat Subuh,
yaitu mengaji Al-Qur’an yang diasuh oleh ustadz dan ustadzah, kemudian sekolah
mulai jam tujuh pagi sampai jam dua belas siang, setelah itu masuk madrasah
diniyyah sampai jam empat sore, santri juga diberi kesempatan untuk
mengembangkan bakat dan minatnya dengan memilih kegiatan ekstrakurikuler
yang mereka sukai. Setelah sholat maghrib santri mengaji Al-Qur’an lagi.
Pengajian kitab dimulai setelah sholat isya’ sampai jam sembilan malam, setelah
itu santri diwajibkan belajar. Setelah belajar santri istirahat di kamar masing-
masing dan dibangunkan untuk melakukan sholat tahajjud berjamaah jam tiga
pagi.
Sistem pendidikan pesantren yang berlangsung sepanjang waktu secara
terus menerus sangat memungkinkan terjadinya komunikasi antara sesama santri
maupun dengan ustadz yang lebih dari cukup. Dengan kondisi semacam itu, di
pesantren Al-Muayyad terasa sekali kekentalan hubungan dan interaksi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
hangat antara sesama santri maupun antara santri dengan ustadz. Agar dapat
membina hubungan yang akrab dan interaksi yang hangat tersebut santri perlu
melakukan self disclosure. Menurut Altman dan Taylor self disclosure merupakan
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi mengenai diri kepada
orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab (dalam Gainau,
2009). Self disclosure merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan dalam
hubungan interpersonal, karena dengan adanya pengungkapan diri seseorang
dapat mengungkapkan pendapatnya, perasaannya, cita-citanya dan sebagainya,
sehingga memunculkan hubungan keterbukaan. Hubungan keterbukaan ini akan
memunculkan hubungan timbal balik positif yang menghasilkan rasa aman,
adanya penerimaan diri, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah hidup.
Self disclosure merupakan salah satu hal yang dipelajari oleh anak dari
keluarga. Dalam keluarga orang tualah yang berperan mengasuh, membimbing,
dan mengarahkan anak. Di lingkungan keluarga biasanya individu mempunyai
seorang figur attachment yaitu seseorang dimana individu mempunyai hubungan
emosional yang erat dengan figur tersebut. Pada umumnya figur attachment yang
dimiliki individu adalah orang yang mengasuhnya, dalam hal ini adalah ibu atau
orang tua. Menurut Jones (dalam Bashori, 2003) kualitas kelekatan atau
attachment individu dengan figur attachment memiliki pengaruh jangka panjang
terhadap perkembangan gejala-gejala psikopatologi, kompetensi sosial dan
performansi anak di sekolah.
Kelekatan atau attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat
yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua (Ervika, 2005). Berdasarkan
kualitas hubungan anak dengan orang tua, maka anak akan mengembangkan
konstruksi mental mengenai diri dan orang lain yang akan akan menjadi
mekanisme penilaian terhadap penerimaan lingkungan (Bowlby dalam Ervika,
2005).
Anak yang merasa yakin terhadap penerimaan lingkungan akan
mengembangkan kelekatan yang aman dengan figur lekatnya (secure attachment)
dan mengembangkan rasa percaya tidak saja pada ibu juga pada lingkungan. Hal
ini akan membawa pengaruh positif dalam proses perkembangannya. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa anak yang memiliki secure attachment akan
mampu mengatasi tekanan dalam hidupnya (Schore, 2001) dan menunjukkan
kompetensi sosial yang baik pada masa kanak-kanak serta bisa melakukan
penyesuaian dengan baik di sekolah (Wilkinson dan Kraljevic, 2004). Anak-anak
ini juga lebih mampu membina hubungan persahabatan yang intens, interaksi
yang harmonis, lebih responsif dan tidak mendominasi. Sementara itu Grosman
dan Grosman (dalam Ervika, 2005) menemukan bahwa anak dengan kualitas
kelekatan aman lebih mampu menangani tugas yang sulit dan tidak cepat berputus
asa. Kelekatan yang terbentuk pada diri anak sangat penting karena merupakan
titik permulaan dari hubungan individu dengan individu lainnya. Apa yang
dipelajari dari hubungan attachment antara ibu dan anak akan mempengaruhi
kemampuan anak dalam menjalin hubungan dengan orang lain di kemudian hari.
Masuk dalam pesantren berarti harus berpisah dengan orang tua dan tinggal
dipondok dalam waktu yang lama. Hal ini akan menyebabkan individu merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
stres dan merasa kesepian karena berpisah dengan keluarganya. Individu yang
mengalami stres dan kesepian tidak memiliki ketrampilan sosial dan kompetensi
sosial yang diperlukan untuk memulai dan mengembangkan hubungan yang akrab
dengan orang lain (Wei dkk., 2005). Agar dapat membina hubungan akrab dengan
orang lain santri perlu mengurangi rasa kesepian dan depresi, salah satu cara yang
dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan depresi adalah dengan melakukan
pengungkapan diri. Tidak semua santri dapat dengan mudah melakukan self
disclosure. Santri yang memiliki secure attachment memiliki rasa percaya kepada
orang lain dan tidak merasa takut dekat dengan orang lain (Yessy, 2003). Hal itu
akan membuat santri lebih mudah untuk melakukan self disclosure.
Sebagian besar santri pondok pesantren Al-Muayyad berusia remaja, yang
merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini remaja
dihadapkan pada perubahan-perubahan yang membuatnya bingung. Menurut
Hurlock (1993) pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan
orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak ia akan diajari untuk
bertindak sesuai umurnya, sedangkan apabila berperilaku seperti orang dewasa ia
seringkali dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Perubahan-
perubahan ini membuat remaja mengalami kebingungan. Sehingga sebagian besar
remaja menghadapi masalah baik itu dengan orang tua, teman, pacar maupun
dengan kehidupan di sekolah.
Seperti remaja pada umumnya, santri juga mengalami masalah, bahkan
lebih dari remaja yang lain karena santri hidup di lingkungan yang berbeda
dengan lingkungan di rumah. Di pesantren santri jauh dari orang tua dan saudara-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
saudaranya dan harus hidup mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Masalah-
masalah tersebut bisa membuat santri mengalami stres atau merasa tertekan
sehingga akan mengganggu kehidupannya. Dalam menghadapi masalahnya santri
membutuhkan bantuan dari orang lain misalnya orang tua, teman, guru, dan
ustadz atau kyai. Keberadaan orang lain membuat individu merasa lebih mudah
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Seseorang yang mendapatkan
banyak dukungan dari orang disekitarnya akan lebih kecil kemungkinannya untuk
mengalami depresi, serta lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam
perilaku menyimpang seperti mengkonsumsi obat-obatan terlarang, minum-
minuman beralkohol dan melakukan tindakan kriminal (Rahardjo dkk., 2008).
Self disclosure merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal yang
pelaksanaannya melibatkan orang lain. Kehadiran orang lain didalam kehidupan
pribadi seseorang begitu diperlukan untuk saling memberi perhatian, membantu,
mendukung, dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan kehidupan. Bantuan
sekelompok individu terhadap individu atau kelompok disebut dukungan sosial.
Individu membutuhkan dukungan sosial baik yang berasal dari teman maupun
keluarga. Dukungan sosial diartikan sebagai kesenangan, bantuan, yang diterima
seseorang melalui hubungan formal dan informal dengan yang lain atau kelompok
(Gibson dalam Andarika, 2004).
Melalui dukungan sosial individu merasakan adanya kedekatan, perasaan
memiliki, penghargaan, serta adanya ikatan yang dapat dipercaya yang dapat
memberikan bantuan dalam berbagai keadaan (Ruwaida dkk., 2006). Santri yang
mendapatkan banyak dukungan akan merasa bahwa dirinya diperhatikan, dicintai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dan dihargai (Hartanti, 2002). Self disclosure dapat dilakukan jika individu mau
membuka daerah tersembunyi dengan cara memberikan informasi yang bersifat
pribadi dan rahasia kepada orang lain. Kesediaan membuka diri tersebut berawal
dari adanya penilaian positif terhadap orang lain. Dengan adanya dukungan sosial
yang diterimanya diharapkan akan membantu santri melakukan self disclosure
karena memiliki rasa percaya kepada orang lain untuk berbagi perasaan dan
masalah yang santri alami, serta bersedia membantunya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan rumusan
masalah sebagai berikut: apakah ada hubungan antara secure attachment dan
dukungan sosial dengan self disclosure pada santri pondok pesantren Al-Muayyad
Surakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara secure
attachment dan dukungan sosial dengan self disclosure pada santri pondok
pesantren Al-Muayyad Surakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
perkembangan teori bidang psikologi khususnya bidang sosial dan
perkembangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Manfaat Praktis
1) Bagi santri
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat disosialisasikan kepada
santri, sehingga dapat membantu santri agar dapat mempertahankan
secure attachment pada figur utama yaitu orang tua dan
mengembangkan secure attachment pada figur pengganti yaitu guru
atau teman serta mencari dukungan sosial yang dapat membantunya
mengembangkan self disclosure yang dimilikinya.
2) Bagi para orang tua
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat disosialisasikan kepada
orang tua, sehingga dapat membantu orang tua dalam mempertahankan
secure attachment dan memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan
santri agar dapat mengembangkan self disclosure yang dimiliki santri.
3) Bagi ustadz atau guru
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat disosialisasikan kepada
ustadz atau guru, sehingga dapat membantu ustadz atau guru agar
menjadi figur attachment pengganti yang bisa memberikan dukungan
sosial kepada santri sehingga bisa mengembangkan self disclosure
santri.
4) Bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi yang
dibutuhkan mengenai penelitian dengan topik yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Self Disclosure
1. Pengertian Self Disclosure
Self disclosure merupakan proses yang dilakukan individu untuk
mengenalkan diri kepada orang lain dengan mengungkapkan informasi
tentang dirinya (Mikulincer dan Nachshon, 1991). Culbert (dalam Burgoon
dan Ruffner, 1977) mendefinisikan self disclosure sebagai sebuah komunikasi
individu tentang informasi secara eksplisit kepada satu atau lebih individu lain
yang dipercaya memperoleh informasi itu. DeVito (1997) juga menyebutkan
bahwa self disclosure adalah jenis komunikasi dimana kita mengungkapkan
informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan.
Taylor dkk. (2009) mengemukakan pengertian self disclosure yaitu
mengungkapkan informasi atau perasaan terdalam kepada orang lain.
Sedangkan menurut Johnson (1993) pengertian self disclosure yaitu
mengungkapkan reaksi atau tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi
serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna
untuk memahami tanggapan di masa kini tersebut. Dengan berbagi informasi,
individu menjadi lebih akrab dengan orang lain dan hubungan menjadi lebih
erat. Pengungkapan diri harus dengan kejujuran dan keterbukaan bukan hanya
menampilkan kebaikan-kebaikan saja seperti tuntutan norma yang ada.
Pengungkapan diri dapat berupa tentang berbagai informasi seperti perasaan,
sikap, perilaku, keinginan, motivasi dan ide.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Person (dalam Gainau, 2009) mengartikan self disclosure sebagai
tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada
orang lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberi informasi
yang akurat tentang dirinya. Sedangkan menurut Morton (dalam Sears, 1985)
self disclosure merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang
akrab dengan orang lain.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa self
disclosure adalah kemampuan mengungkapkan informasi yang bersifat
pribadi, pikiran dan perasaan kepada orang lain agar mengetahui tentang
dirinya.
2. Aspek-aspek Self Disclosure
Menurut Wheeless (dalam Adams, 2004) aspek-aspek self disclosure
antara lain:
a. Intent, merupakan kesungguhan dalam melakukan self disclosure. Individu
menyadari apa yang di katakan dan diungkapkan kepada orang lain.
b. Amount, merupakan kuantitas dalam melakukan self disclosure. Semakin
akrab hubungan individu dengan orang lain maka semakin sering pula
individu melakukan self disclosure.
c. Positiveness, individu dapat mengungkapkan hal-hal yang positif dan
negatif tentang dirinya tergantung kepada siapa individu tersebut
mengungkapkan diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
d. Depth, merupakan kedalaman individu dalam mengungkapkan informasi
tentang dirinya. Bila individu terbuka kepada orang lain maka akan
mengungkapkan segala sesuatu tentang dirinya secara mendalam.
e. Honesty, merupakan kejujuran individu dalam mengungkapkan tentang
dirinya kepada orang lain. Semakin akrab hubungan individu dengan
orang lain maka akan semakin jujur pula individu tersebut dalam
mengungkapkan tentang dirinya.
Menurut Carpenter dan Freese (1979) aspek-aspek self disclosure antara
lain:
a. Retrospective self report, yaitu mengungkapkan informasi tentang diri
sendiri kepada orang lain.
b. Intimacy, merupakan keintiman dalam menyampaikan informasi.
c. Inwardness, yaitu keluasan individu dalam mengungkapkan pengalaman
pribadi.
Jourard (dalam Sari dkk., 2006) menyebutkan tiga dimensi self
disclosure yaitu:
a. Breadth, mengacu pada keluasan materi yang diungkap dan semua materi
tersebut dijabarkan dalam enam kategori informasi tentang diri sendiri,
yaitu sikap dan pendapat, rasa dan minat, pekerjaan, uang, kepribadian dan
tubuh.
b. Depth, mengacu pada empat tingkatan pengungkapan diri, yaitu tidak
pernah bercerita kepada orang lain tentang dirinya, berbicara secara
umum, bercerita secara penuh dan sangat mendetail, dan berbohong atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
salah mengartikan diri sendiri sehingga yang diberikan kepada orang lain
berupa gambaran diri yang salah.
c. Target person, mengacu pada sasaran mengungkapkan diri yaitu kepada
ibu, ayah, teman pria, teman wanita, dan pasangan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat diketahui bahwa aspek-
aspek self disclosure meliputi: intent, amount, positiveness, depth, dan honesty
mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Wheeless (dalam Adams,
2004).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Disclosure
Menurut DeVito (1997) ada beberapa faktor yang mempengaruhi self
disclosure yaitu:
a. Besar kelompok, pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok
kecil daripada dalam kelompok besar. Kelompok yang terdiri dari dua
orang merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapan
diri.dengan satu pendengar, pihak yang melakukan pengungkapan diri
dapat meresapi tanggapan dengan dengan cermat.
b. Perasaan menyukai, individu membuka diri kepada orang-orang yang
disukai atau cintai, dan tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak
disukai.
c. Efek diadik, individu melakukan pengungkapan diri bila orang yang lain
juga melakukan pengungkpan diri. Pengungkapan diri menjadi lebih akrab
apabila dilakukan sebagai tanggapan atas pengungkapan diri orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
d. Kompetensi, orang yang kompeten lebih banyak melakukan
pengungkapan diri daripada orang yang kurang kompeten. Orang yang
kompeten mempunyai rasa percaya diri yang diperlukan untuk lebih
memanfaatkan pengungkapan diri. Orang yang kompeten memiliki lebih
banyak hal positif tentang diri mereka sendiri untuk diungkapkan daripada
orang-orang yang tidak kompeten.
e. Kepribadian, orang-orang yang pandai bergaul dan ekstrovert melakukan
pengungkapan diri lebih banyak daripada mereka yang kurang pandai
bergaul dan lebih introvert.
f. Topik, individu lebih cenderung membuka diri tentang topik tertentu
daripada topik yang lain. Sebagai contoh individu lebih mungkin
mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaan atau hobinya daripada
tentang kehidupan seks atau situasi keuangannya.
g. Jenis kelamin, faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri
adalah jenis kelamin. Umumnya pria lebih kurang terbuka daripada
wanita.
Sari dkk. (2006) juga menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan diri yaitu: pengungkapan dari orang lain, ukuran kelompok,
topik, valensi, hubungan dengan penerima, jenis kelamin, kebudayaan, dan
harga diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4. Manfaat Self Disclosure
Self disclosure merupakan hal yang sangat penting dalam interaksi sosial.
Menurut Johnson (1993) beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri
terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:
a. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua
orang.
b. Semakin individu bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang
tersebut menyukai diri individu tersebut. akibatnya, orang lain akan
semakin membuka diri kepadanya.
c. Membuka diri dapat memenuhi kebutuhan individu yaitu untuk dikenal
secara intim dan membentuk dasar bagi dukungan dan perhatian.
d. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang
memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri sendiri maupun dengan
orang lain
e. Membuka diri meningkatkan kesadaran diri dan pemahaman diri melalui
perspektif objektif dari pengalaman dan dari umpan balik individu lain.
Derlega dan Grzelak (dalam Sears, 1985) mengajukan lima fungsi
pengungkapan diri yaitu :
a. Ekspresi
Perasaan senang, kecewa, kesal tentang suatu hal pasti pernah dirasakan.
Untuk mengeluarkan perasaan itu lebih senang pada seseorang yang sudah
dikenal. Dengan pengungkapan diri akan mendapat kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Penjernihan diri (self clarification)
Dengan saling berbagi perasaan pada orang lain tentang masalah yang
dihadapi, berharap mendapat penjelasan dan pemahaman dari orang lain
sehingga pikiran akan menjadi jernih dan tenang untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadapi.
c. Keabsahan sosial (social validation)
Dengan sudut pandang sendiri akan cenderung menggunakan ukuran yang
idealistis menurut diri sendiri, dengan mengkomunikasikannya pada orang
lain akan mendapatkan informasi tentang kebenaran dari pandangan diri
sendiri, persetujuan, dukungan atau sebaliknya.
d. Kendali sosial (social control)
Seseorang dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang
keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan kontrol sosial.
e. Perkembangan hubungan (relationship development)
Saling berbagi rasa dan informasi tentang diri pribadi kepada orang lain
dan saling percaya adalah usaha yang penting dalam merintis suatu
hubungan sehingga akan semakin meningkatkan keakraban.
B. Secure Attachment
1. Pengertian Secure Attachment
Attachment adalah ikatan emosional yang kuat antara anak dan
pengasuhnya (Santrock, 2002). Sedangkan secure attachment adalah pola
kelekatan yang terbentuk dari interaksi antara pengasuh dan anak, dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
anak merasa percaya pada pengasuh sebagai figur yang selalu siap
mendampingi, sensitif dan responsif, penuh cinta dan kasih sayang ketika anak
mencari perlindungan atau kenyamanan, dan selalu menolong atau
membantunya dalam menghadapi situasi yang mengancam dan menakutkan
(Bowlby dalam Yessy, 2003).
Menurut Bee (1992) secure attachment adalah sebuah konstruksi mental
dalam hubungan dimana anak menggunakan orang tua sebagai sebuah
landasan rasa aman dan ketersediaan menghibur setelah berpisah, ketika takut,
atau ketika stress. Sejalan dengan pendapat tersebut Santrock (2003)
menyebutkan bahwa secure attachment merupakan pola attachment dimana
bayi menggunakan pengasuhnya, biasanya ibu, sebagai landasan rasa aman
untuk memulai mengeksplorasi lingkungan. Secure attachment merupakan
landasan yang penting bagi perkembangan psikologis berikutnya pada masa
kanak-kanak, remaja, dan dewasa.
Menurut Beckett (2002) secure attachment yaitu pola attachment dimana
anak menunjukkan rasa suka kepada ibunya atau pengasuhnya daripada orang
lain. Ibu sensitif, responsif terhadap usaha anak untuk berkomunikasi. Anak
yakin bahwa pengasuhnya siap memberi dukungan dan membawa kesenangan
padanya, dan menunjukkan kesedihannya ketika berpisah dengan ibunya.
Menurut Mikulincer (1995) secure attachment adalah kepercayaan pada
kesediaan figur attachment disaat dibutuhkan, nyaman dengan kedekatan,
saling membutuhkan dan saling percaya. Papalia (2003) juga mengemukakan
pengertian secure attachment yaitu pola attachment dimana anak menangis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
atau protes ketika pengasuhnya pergi dan dengan aktif mencari pengasuhnya
sampai pengasuhnya itu kembali.
Stewart dan Friedman (1987) menjelaskan pengertian secure attachment
yaitu pola attachment di mana bayi mencoba untuk dekat dengan ibunya dan
memberi perhatian lebih pada ibunya daripada kepada orang baru. Kehadiran
ibunya di kamar menawarkan mereka landasan rasa aman untuk
mengeksplorasi ruangan itu dan mainan. Ketika ibunya kembali ke kamar
setelah perpisahan singkat, bayi senang, menyambutnya, dan bermain di
dekatnya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
secure attachment adalah pola attachment yang terbentuk dari interaksi antara
pengasuh dan anak, dimana anak merasa percaya pada pengasuh sebagai figur
yang selalu siap mendampingi, sensitif dan responsif, penuh cinta dan kasih
sayang ketika anak mencari perlindungan atau kenyamanan, dan selalu
menolong atau membantunya dalam menghadapi situasi yang mengancam dan
menakutkan.
2. Aspek-aspek Secure Attachment
Menurut Brennan dan Shaver (1995) aspek secure attachment yaitu:
a. Frustration with partners, yaitu kemarahan yang individu rasakan
terhadap temannya yang tidak membuat mereka merasa dicintai dan
dihargai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Proximity seeking, merupakan usaha yang dilakukan individu untuk
mencari kedekatan dengan temannya setelah berpisah, bertukar pikiran dan
berita dengan temannya, dan mendampingi teman di saat diperlukan.
c. Self reliance, yaitu tidak mau meminta bantuan atau kenyamanan kepada
teman walaupun ketika membutuhkan.
d. Ambivalence, yaitu konflik dalam perasaan mengenai temannya, disatu sisi
memerlukan dan menyayangi temannya disisi lain tidak mampu merasa
nyaman dengan temannya.
e. Trust/confidence in others, yaitu kemampuan mempercayai orang lain.
f. Jealousy/fear of abandonment, yaitu ketakutan tidak dicintai oleh orang
lain.
g. Anxious clinging to partners, yaitu kecemasan bergantung pada orang lain.
Robert, dkk. (1996) mengemukakan aspek secure attachment yaitu:
a. Close, merupakan kenyamanan yang dirasakan oleh individu atas
kedekatannya dengan orang lain, cenderung mudah untuk dekat dengan
orang lain.
b. Depend, merupakan perasaan bahwa orang lain akan selalu ada ketika
dibutuhkan.
c. Anxiety, merupakan kekhawatiran tidak dicintai oleh orang lain atau
ditinggalkan oleh orang lain.
Menurut Backstrom dan Holmes (2007) aspek secure attachment
meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
a. Avoidance, yaitu tidak nyaman dengan kedekatan dan ketergantungan
dengan orang lain. Individu dengan secure attachment menunjukkan
rendahnya avoidance.
b. Anxiety, yaitu merasa takut terhadap penolakan dan ditinggalkan oleh
orang lain. Individu dengan secure attachment menunjukkan rendahnya
anxiety.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas peneliti menyimpulkan
bahwa aspek secure attachment dari Brennan dan Shaver (1995) yang akan
digunakan pada penelitian ini yaitu: frustration with partners, proximity
seeking, self reliance, ambivalence, trust, jealousy, dan anxious clinging to
partners. Hal ini dikarenakan peneliti menilai bahwa aspek-aspek ini sudah
mewakili aspek-aspek yang lain.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Secure Attachment
Menurut Bowlby (dalam Steward dan Friedman, 1987) faktor-faktor
yang mempengaruhi secure attachment adalah:
a. Kasih sayang
Secure attachment tidak tumbuh secara otomatis dalam diri bayi dengan
kehadiran pengasuh yang menyediakan makanan yang cukup dan
perawatan fisik. Kualitas interaksi dengan pengasuh merupakan hal yang
sangat penting untuk menumbuhkan secure attachment. Bayi yang
memiliki pola secure attachment memiliki ibu yang memberi bayinya
kesenangan dan dukungan yang lebih, bersedia membantu, penuh kasih
sayang, dan bermain dengan anaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Perhatian yang berlanjut
Bayi yang tumbuh lekat dengan ibunya mengalami stres ketika mereka
berpisah terlalu lama. Misalnya ketika berada di rumah sakit mereka
menangis dan menolak orang lain yang berusaha menenangkannya. Orang
tua tidak bisa melindungi bayinya dari reaksi emosi akibat perpisahan,
tetapi mereka bisa mengambil langkah untuk mengurangi rasa sakit akibat
perpisahan itu. Jika bayi berada di rumah sakit, orang tua bisa sering
mengunjunginya atau tinggal di rumah sakit sebanyak waktu yang di
ijinkan oleh pihak rumah sakit. Orang tua yang tidak bisa tinggal dan
harus pergi, saat mereka kembali, mereka bisa membuat usaha khusus
untuk menyenangkan dan merawat anaknya.
c. Temperamen bayi
Bayi dengan pola secure attachment umur satu tahun relatif lebih sedikit
menangis dibandingkan bayi dengan pola insecure attachment. Penelitian
lain membuktikan bahwa ada hubungan antara bayi dengan temperamen
yang sulit dengan insecure attachment.
4. Manfaat Secure Attachment
Santrock (2003) menyebutkan beberapa manfaat secure attachment,
antara lain:
a. Kelekatan pada masa remaja bisa memfasilitasi kecakapan dan
kesejahteraan sosial seperti yang dicerminkan dalam beberapa ciri seperti
harga diri, penyesuaian emosi, dan kesehatan fisik. Remaja dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
hubungan yang aman dengan orang tua mempunyai harga diri yang lebih
tinggi dan kesejahteraan emosi yang lebih baik.
b. Sebagai fungsi adaptif untuk menyediakan dasar rasa aman terhadap
remaja agar dapat mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru serta
dunia sosial yang semakin luas dalam kondisi psikologi yang sehat.
c. Membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan
atau ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-
kanak menuju ke masa dewasa.
d. Membantu keberhasilan remaja dalam hubungan intim dan harga diri pada
awal masa dewasa.
e. Membantu remaja untuk menghasilkan hubungan positif dan dekat di luar
keluarga dengan teman sebaya.
C. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran manusia lain
untuk berinteraksi. Kehadiran orang lain di dalam kehidupan pribadi
seseorang begitu diperlukan. Hal ini terjadi karena seseorang tidak mungkin
memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya sendirian. Individu
membutuhkan dukungan sosial baik yang berasal dari teman maupun
keluarga. Dukungan sosial diartikan sebagai kesenangan, bantuan, yang
diterima seseorang melalui hubungan formal dan informal dengan yang lain
atau kelompok (Gibson dalam Andarika, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Menurut Rahardjo dkk. (2008) dukungan sosial yaitu bantuan yang
diterima seseorang dari lingkungannya (orang lain) untuk mengatasi masalah
yang dihadapinya. Semakin dewasa, individu dituntut untuk dapat lebih
mandiri, namun bagaimanapun individu masih membutuhkan bantuan dari
orang lain untuk mengatasi masalahnya.
Gottlieb (dalam Smet 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
informasi atau nasehat verbal dan/atau nonverbal, bantuan nyata, atau
tindakan yang yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena
kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi
pihak penerima. Rook (dalam Smet, 1994) menganggap dukungan sosial
sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial yang mencakup
dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, pemberian
nasehat atau informasi, pemberian bantuan material. Sedangkan Sarafino
(1990) mengatakan dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang
dirasakan, penghargaan akan kepedulian, atau membantu orang menerima dari
orang-orang atau kelompok-kelompok lain.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dukungan sosial adalah bantuan yang diterima seseorang dari
orang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
2. Aspek-aspek Dukungan Sosial
Neergaard (dalam Rahardjo dkk., 2008) membagi dukungan sosial
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
a. Emotional support
Dukungan ini berkaitan dengan berbagi pengalaman hidup. Tipe dukungan
emosional dapat membuat seseorang merasa dihargai apa adanya dan
merasa diterima. Perilaku yang mencerminkan penghargaan, afeksi,
kepercayaan, dan perhatian termasuk dalam dukungan emosional.
b. Companionship support
Dukungan ini berfungsi untuk mengalihkan perhatian seseorang dari
masalah yang sedang dihadapinya atau untuk membangkitkan suasana hati
yang positif. Aktivitas seperti berkumpul dan mengobrol di waktu
senggang serta berekreasi termasuk dalam kategori ini. Sumber dukungan
tipe ini bisaanya adalah teman dekat dan tetangga.
c. Tangible (or material) support
Dukungan ini meliputi bantuan keuangan, barang, dan semua kebutuhan
konkret yang diperlukan.
d. Informational support
Bantuan berupa penyediaan informasi atau pengetahuan yang dapat
membantu seseorang untuk meningkatkan efisiensi dalam menyelesaikan
suatu masalah. Hal ini dapat menambah kepercayaan diri seseorang
mengenai kemampuannya dalam menghadapi tantangan. Perilaku yang
dapat ditampilkan berupa memberi saran, balikan, dan pengarahan.
House dan Kahn (1985) membedakan jenis dukungan sosial sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a. Dukungan emosional, mencakup penghargaan, afeksi, kepercayaan,
perhatian, dan mendengarkan. Dukungan emosional merupakan pemberian
dukungan berupa ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap
orang-orang yang bersangkutan.
b. Dukungan penilaian, mencakup pengakuan, umpan balik, dan
perbandingan sosial. Dukungan penilaian adalah ungkapan hormat secara
positif kepada seseorang, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan
atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain.
c. Dukungan informatif, mencakup nasehat, saran, petunjuk-petunjuk dan
informasi.
d. Dukungan instrumental, mencakup pertolongan berupa uang, tenaga, dan
waktu yang bersifat langsung.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, aspek-aspek dukungan
sosial dalam penelitian ini mengacu pada pendapat House dan Kahn (1985)
meliputi: dukungan emosional, dukungan penilaian, dukungan informatif, dan
dukungan instrumental.
3. Fungsi Dukungan Sosial
Menurut Orford (2000) dukungan sosial mempunyai fungsi sebagai
berikut:
a. Materi, dukungan nyata, bantuan, atau dukungan instrumental. Misalnya
menyediakan barang atau layanan yang bisa membantu mengatasi masalah
praktis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Emosional, ekspresif, dukungan afeksi, atau perhatian. Misalnya bantuan
dalam bentuk dorongan semangat, kehangatan, cinta, atau dukungan
emosional.
c. Penghargaan, penegasan, dukungan penilaian, atau pengakuan. Dukungan
penghargaan, yaitu informasi bahwa seseorang dihargai dan diterima.
Misalnya ekspresi persetujuan atau pengakuan atas kelayakan atau
kebenaran dari beberapa perbuatan atau pernyataan orang lain.
d. Informasional, nasihat, dukungan kognitif, atau petunjuk. Dukungan
informasional berarti memberi informasi atau mengajarkan ketrampilan
yang bisa menyediakan pemecahan masalah, dan dukungan penilaian yang
melibatkan informasi yang membantu seseorang dalam mengevaluasi
penampilan pribadi.
e. Persahabatan, atau interaksi sosial yang positif. Misalnya menghabiskan
waktu bersama orang lain ketika waktu luang dan kegiatan rekreasi, hal ini
bisa mengurangi stres dengan memenuhi kebutuhan berafiliasi dan
berhubungan dengan orang lain dengan membantu mengalihkan seseorang
dari ketakutan atas masalah, atau dengan memunculkan suasana hati yang
positif.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Pemberian Dukungan
Sosial
Menurut Cohen dan Syme (1985) terdapat enam faktor yang
mempengaruhi keefektifan pemberian dukungan sosial, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
a. Pemberi dukungan sosial, dukungan yang diterima melalui sumber yang
sama akan memilki arti daripada yang berasal dari sumber yang berbeda
b. Jenis dukungan. Jenis dukungan yang diterima akan memberikan arti
berbeda, dukungan itu bermanfaat dan sesuai, atau tepat dengan situasi
yang ada.
c. Penerima dukungan, karakteristik penerima dukungan akan menentukan
keefektifan dukungan. Karakteristik ini seperti kepribadian, kebisaaan dan
peran sosial. Proses yang terjadi dalam dukungan ini dipengaruhi oleh
kemampuan penerima dukungan untuk mencari dan mempertahankan
dukungan.
d. Permasalahan yang dihadapi, dukungan sosial yang tepat dipengaruhi oleh
kesesuaian antara jenis dukungan yang diberikan dan masalah yang ada.
e. Waktu pemberian dukungan, dukungan sosial akan optimal di satu situasi,
tetapi akan menjadi tidak optimal dalam situasi lain.
f. Lama pemberian dukungan, lama atau singkatnya penberian dukungan
tergantung pada kapasitasnya. Kapasitas adalah kemampuan dari pemberi
dukungan untuk memberi dukungan yang ditawarkan selama satu periode
tertentu.
D. Santri Pondok Pesantren
Santri pondok pesantren yaitu peserta didik yang haus akan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pondok
pesantren (Ghazali, 2003). Sedangkan menurut Dhofier (1982) santri adalah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang biasanya hidup mondok di asrama-asrama yang berada di lingkungan
pondok pesantren. Ada dua tipe santri yang belajar di pondok pesantren yaitu:
1. Santri mukim
Santri mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama kyai dan secara
aktif menuntut ilmu dari seorang kyai.
2. Santri kalong
Santri kalong yaitu seorang murid yang berasal dari sekitar pondok pesantren
yang pola belajarnya tidak dengan jalan menetap di dalam pondok pesantren,
melainkan semata-mata belajar dan secara langsung pulang ke rumah setelah
belajar di pesantren.
E. Hubungan antara Secure Attachment dan Dukungan Sosial dengan Self
Disclosure pada Santri Pondok Pesantren
Self disclosure adalah aspek yang sangat penting yang digunakan untuk
mengetahui orang lain dan bisa digunakan untuk membangun persahabatan di
lingkungan baru. Self disclosure atau pengungkapan diri merupakan salah satu
aspek penting dalam hubungan sosial yang menentukan keberhasilan dalam
interaksi sosial santri. Menurut Jourard (dalam Tubbs, 2001) self disclosure
merupakan gejala pribadi yang sehat, orang yang menampakkan banyak sifat
dirinya yang mencerminkan kepribadian yang sehat akan menunjukkan
kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara terbuka kepada orang lain.
Pembentukan mental yang sehat harus diawali dari usia kanak-kanak antara
lain dengan memunculkan situasi-situasi yang mendukung terbentuknya mental
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
yang sehat seperti adanya perhatian yang cukup, rasa kasih sayang, rasa aman,
solidaritas, dan loyalitas terhadap keluarga sehingga anak merasa dirinya aman
dan mendapat rangsangan yang cukup untuk mengeksplorasi lingkungan dan
mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya (Kartono, 1983). Situasi
seperti ini dapat membuat anak bahagia dan mampu menyesuaikan diri dengan
mental yang stabil, tanpa banyak konflik dan frustrasi dan hal tersebut dapat
menjadi landasan kokoh bagi sikap hidup positif pada masa dewasa.
Attachment mempunyai kontribusi penting dalam pembentukan kemampuan
sosial santri. Menurut Santrock (2002) keterikatan sejak dini dengan pengasuh
berkaitan dengan perilaku sosial anak dikemudian hari dalam perkembangannya,
secure attachment pada masa remaja dapat membantu mengatasi perasaan cemas
dan kemungkinan perasaan gagal selama masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Secure attachment menghasilkan hubungan dengan teman sebaya
yang positif dan dekat di luar keluarga. Individu yang memiliki pola secure
attachment lebih mampu menjalin relasi pertemanan dibandingkan yang memiliki
pola anxious resistant attachment dan pola anxious avoidant attachment (Yessy,
2003). Remaja dengan pola secure attachment mempunyai tingkat kooperatif
tinggi, konformitas tinggi, tidak mengasingkan diri, dan memperhatikan
kepentingan orang lain. Allen dan Bell (Santrock, 2002) menjelaskan bahwa
attachment remaja dengan orang tuanya dapat memiliki fungsi adaptif untuk
menyediakan rasa aman dimana remaja dapat mengeksplorasi dan menguasai
lingkungan baru serta dunia sosial yang semakin luas dalam kondisi yang sehat
secara psikologis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Penelitian yang dilakukan oleh Hazan dan Shaver (dalam Mikulincer dan
Orbach, 1995) menyebutkan bahwa individu yang memiliki pola secure
attachment mendeskripsikan hubungan mereka sebagai hubungan yang hangat,
lebih stabil, dan lebih memuaskan daripada orang yang memiliki pola insecure
attachment. Lebih lanjut Mikulincer dan Nachshon (1991) meneliti bahwa
individu dengan secure attachment menunjukkan self disclosure yang lebih tinggi
dibandingkan individu dengan insecure attachment. Santri dengan secure
attachment akan mengutamakan keintiman dan keakraban dalam hubungan
dengan orang lain karena tujuan mereka berinteraksi adalah menjadi lebih intim
dan dekat secara emosional dengan orang lain. Mereka cenderung mudah untuk
membuka diri kepada orang lain dan responsif terhadap pembukaan diri orang
lain.
Self disclosure merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal yang
pelaksanaannya melibatkan orang lain. Kehadiran orang lain di dalam kehidupan
pribadi santri begitu diperlukan untuk saling memberi perhatian, membantu,
mendukung, dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan kehidupan. Bantuan
sekelompok individu terhadap individu atau kelompok disebut dukungan sosial.
Individu membutuhkan dukungan sosial baik yang berasal dari teman maupun
keluarga. Dukungan sosial diartikan sebagai ketersediaan untuk membantu orang
lain yang memiliki hubungan sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan itu
(Leavy, dalam Ganster dkk., 1986)
Dukungan sosial dapat memfasilitasi santri agar memiliki kompetensi sosial
yang tinggi. Individu dengan kompetensi sosial yang tinggi akan mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mengatasi stress dan menghadapi masalahnya (Cohen dkk., 1986). Melalui
dukungan sosial individu merasakan adanya kedekatan, perasaan memiliki,
penghargaan, serta adanya ikatan yang dapat dipercaya yang dapat memberikan
bantuan dalam berbagai keadaan (Ruwaida dkk., 2006). Individu yang
mendapatkan banyak dukungan akan merasa bahwa dirinya diperhatikan, dicintai
dan dihargai (Hartanti, 2002) sehingga mereka akan mudah membuka diri kepada
orang lain, sehingga semakin besar dukungan sosial yang diperoleh individu akan
membuatnya lebih mudah untuk melakukan self disclosure.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa santri dengan secure
attachment dan dukungan sosial dari lingkungan akan mempengaruhi kemampuan
mereka dalam melakukan self disclosure. Santri yang memiliki secure attachment
dan dengan dukungan sosial yang tinggi akan meningkatkan kemampuan mereka
untuk melakukan self disclosure.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
F. Kerangka Pikir
Hubungan antara secure attachment dan dukungan sosial dengan self
disclosure pada santri pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta dapat
digambarkan dengan kerangka pikiran sebagai berikut:
Bagan kerangka pikir hubungan antara secure attachment dan dukungan sosial
dengan self disclosure pada santri pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta.
Keterangan : Santri yang memiliki secure attachment dan mendapat dukungan
sosial yang tinggi, akan memiliki kemampuan self disclosure yang
tinggi pula.
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah: ada hubungan
positif antara secure attachment dan dukungan sosial dengan self disclosure pada
santri pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta.
Secure attachment
Dukungan sosial
Self disclosure Santri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel tergantung : Self disclosure
2. Variabel bebas : a. Secure attachment
b. Dukungan Sosial
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Self Disclosure
Self disclosure adalah kemampuan mengungkapkan informasi yang
bersifat pribadi, pikiran, dan perasaan kepada orang lain agar mengetahui
tentang dirinya. Variabel ini diungkap dengan skala self disclosure yang
disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh
Wheeless (dalam Adams, 2004) meliputi: intent, amount, positiveness, depth,
dan honesty. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian, berarti
memberikan indikasi bahwa semakin tinggi pula tingkat self disclosure yang
dimiliki individu. Semakin rendah skor yang diperoleh subjek penelitian,
maka memberikan indikasi semakin rendah pula tingkat self disclosure yang
dimiliki individu.
2. Secure Attachment
Secure attachment adalah pola kelekatan yang terbentuk dari interaksi
antara orang tua dan anak, di mana anak merasa percaya pada orang tua
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
sebagai figur yang selalu siap mendampingi, sensitif, responsif, penuh cinta
dan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan atau kenyamanan, dan
selalu menolong atau membantunya dalam menghadapi situasi yang
mengancam dan menakutkan. Variabel ini diungkap dengan skala secure
attachment modifikasi dari Brennan dan Shaver (1995) berdasarkan aspek-
aspek yaitu: frustration with partners, proximity seeking, self reliance,
ambivalence, trust, jealousy, dan anxious clinging to partners.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian, berarti
memberikan indikasi bahwa semakin tinggi pula secure attachment yang
dimiliki individu. Semakin rendah skor yang diperoleh subjek penelitian,
maka memberikan indikasi semakin rendah pula secure attachment yang
dimiliki individu.
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah bantuan yang diterima seseorang dari orang lain
untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Variabel ini diungkap dengan
skala dukungan sosial modifikasi dari Sandhaningrum (2009) berdasarkan
aspek-aspek yang dikemukakan oleh House dan Kahn (1985) yang meliputi:
dukungan emosional, dukungan penilaian, dukungan informatif, dan dukungan
instrumental yang diperoleh individu. Semakin tinggi skor yang diperoleh
subjek penelitian, berarti memberikan indikasi bahwa semakin tinggi pula
tingkat dukungan sosial yang diperoleh individu. Semakin rendah skor yang
diperoleh subjek penelitian, maka memberikan indikasi semakin rendah pula
dukungan sosial yang diperoleh individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri kelas I Madrasah
Diniyah Wustho Almuayyad Surakarta yang terbagi dalam 4 kelas tiap-tiap
kelas terdiri dari 15-30 santri dengan jumlah keseluruhan 99 santri.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah santri kelas I Madrasah Diniyah
Wustho Almuayyad Surakarta, dengan pertimbangan bahwa tingkat I atau
kelas I merupakan tahun awal berlangsungnya proses menjalin hubungan
dengan orang lain di lingkungan baru. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 2 kelas.
3. Sampling
Sampling dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kelas-kelas yang dipilih secara acak
berdasarkan undian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
D. Metode Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi yang
terdiri atas skala secure attachment, skala dukungan sosial, dan skala self
disclosure. Skala yang digunakan merupakan model skala Likert yang
dimodifikasi, yaitu tiap-tiap skala memiliki ciri-ciri empat alternatif jawaban yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dipisahkan menjadi pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable. Skor
tiap aitem akan bergerak satu sampai empat.
Aitem favourable nilainya :
Sangat sesuai (SS) : skor 4
Sesuai (S) : skor 3
Tidak sesuai (TS) : skor 2
Sangat tidak sesuai (STS) : skor 1
Aitem unfavourable nilainya :
Sangat sesuai (SS) : skor 1
Sesuai (S) : skor 2
Tidak sesuai (TS) : skor 3
Sangat tidak sesuai (STS) : skor 4
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Skala Self Disclosure
Skala self disclosure dalam penelitian ini adalah skala self disclosure
yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh
Wheeless (dalam Adams, 2004) meliputi: intent, amount, positiveness, depth,
dan honesty yang terdiri atas 50 butir aitem dengan 25 aitem pernyataan
favourable dan 25 item pernyataan unfavourable.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 1
Blue Print Skala Self Disclosure
No Aspek Indikator No item Jumlah
Fav Unfav F %
1. Intent
Menyadari apa
yang
diungkapkan
dan dirasakan
1, 16, 24, 40 6, 8, 17, 30 8 16
2. Amount
Sering
berbicara
tentang diri
sendiri
5, 11, 15 12, 21, 23 6 12
Lamanya
individu dalam
membicarakan
tentang dirinya
35, 43 4, 49 4 8
3. Positiveness
Membicarakan
tentang hal-hal
yang baik
tentang diri
sendiri
18, 25, 39, 45 36, 42, 44,
47 8 16
4. Depth
Membicarakan
tentang diri
secara
mendalam
10, 26, 31, 33 3, 14, 38, 46 8 16
5. Honesty
Memiliki rasa
percaya diri 2, 19, 22 7, 9, 13 6 12
Berbicara apa
adanya tentang
diri sendiri
27, 32, 37 29, 34, 48 6 12
Berbicara
dengan tulus
tentang diri
sendiri
28, 41 20, 50 4 8
Frekuensi (f) 25 25 50 100
2. Skala Secure Attachment
Skala secure attachment dalam penelitian ini merupakan skala modifikasi
dari Brennan dan Shaver (1995) berdasarkan aspek-aspek yaitu: frustration
with partners, proximity seeking, self reliance, ambivalence, trust, jealousy,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dan anxious clinging to partners, yang terdiri atas 70 butir aitem dengan 35
aitem pernyataan favourable dan 35 aitem pernyataan unfavourable.
Tabel 2
Blue Print Skala Secure Attachment
No Aspek Indikator No item Jumlah
Fav Unfav f %
1. Frustration
with Partners
Merasa tidak
dimengerti 11, 16, 18 2, 34, 36 6 8.57
Merasa tidak
diperhatikan 3, 10 12, 33 4 5.71
2. Proximity
Seeking
Mencari
kedekatan
dengan orang
lain
9, 13, 17 7, 20, 37 6 8.57
Terbuka
dengan orang
lain
15, 58 35, 39 4 5.71
3. Self Reliance
tidak mau
minta bantuan
kepada orang
lain
22, 38, 67 31, 50 5 7.14
Tidak mau
menerima
kenyamanan
dari orang lain
21, 63 25, 40, 59 5 7.14
4. Ambivalence
Merasa ragu
dengan
perasaannya
sendiri tentang
orang lain
28, 44, 55,
65, 70
4, 27, 49,
51, 61 10 14.3
5. Trust Mempercayai
orang lain
1, 8, 14, 42,
56,
5, 6, 24, 30,
68 10 14.3
6. Jealousy Merasa takut
tidak dicintai
32, 43, 45,
53, 66
26, 46, 48,
54, 62 10 14.3
7.
Anxious
Clinging to
Partners
Merasa orang
lain tidak ada
untuknya
ketika
dibutuhkan
29, 41, 52,
64, 69
19, 23, 47,
57, 60 10 14.3
Frekuensi (f) 35 35 70 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Skala Dukungan Sosial
Skala dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
dukungan sosial modifikasi dari Sandhaningrum (2009) yang disusun
berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh House dan Kahn (1985), yang
terdiri atas 40 butir aitem dengan 20 aitem pernyataan favourable dan 20
aitem pernyataan unfavourable yang terdiri atas aspek: dukungan emosional,
dukungan penilaian, dukungan informatif, dan dukungan instrumental.
Tabel.3
Blue Print Skala Dukungan Sosial
No Aspek Indikator No item Jumlah
Fav. Unfav. f %
1. Dukungan
Emosional
Empati 11, 15, 29 12, 14 5 12.5
Perhatian 26, 32 17, 21, 24 5 12.5
2. Dukungan
Penilaian
Penilaian
positif 1, 23 5, 8, 9 5 12.5
Dorongan
untuk maju 18, 25, 40 27, 38 5 12.5
3. Dukungan
Informatif
Pemberian
nasehat,
petunjuk dan
saran
2, 4, 30,
33, 37
3, 7, 10,
35, 39 10 25
4. Dukungan
Instrumental
Bantuan
langsung
6, 13, 16,
34, 36
19, 20, 22,
28, 31 10 25
Frekuensi (f) 20 20 40 100
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi alat ukurnya
(Azwar, 2008). Suatu tes atau instrumen pengukur mempunyai validitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tinggi apabila tes atau instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud.
Salah satu cara sederhana untuk melihat validitas isi yang telah terpenuhi
adalah dengan melihat butir-butir dalam skala telah ditulis sesuai dengan blue
print-nya, yaitu telah sesuai dengan batasan kawasan ukur yang telah
ditetapkan semula dan memeriksa tiap-tiap butir telah sesuai dengan indikator
perilaku yang akan diungkap (Azwar, 2008). Analisis rasional ini juga
dilakukan oleh pihak yang berkompeten untuk menganalisis skala tersebut.
Prosedur validitas skala melalui pengujian isi skala dengan menganalisis
secara rasional oleh professional judgement, yaitu pembimbing.
Pengujian validitas skala secure attachment, skala dukungan sosial, dan
skala self disclosure dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi
Corrected Item-Total Correlation, yaitu mengkorelasikan antara skor yang
diperoleh masing-masing item dengan skor total.
Langkah selanjutnya adalah prosedur seleksi aitem berdasarkan data
empiris dengan melakukan analisis kuantitatif terhadap parameter-parameter
item. Pada tahap ini akan dilakukan seleksi aitem berdasarkan daya
diskriminasinya. Daya diskriminasi item adalah item yang mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang
tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan
indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan skala secara
keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem total (Azwar, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan komputasi koefisien
korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu
distribusu skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien
korelasi item total (rix) yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda
aitem. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor
skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala
secara keseluruhan yang berarti makin tinggi daya bedanya. Bila koefisien
korelasi rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok
dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik. Bila kofisien korelasi
yang dimaksud ternyata berharga negatif, artinya terdapat cacat serius pada
aitem yang bersangkutan.
Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total
biasanya digunakan batasan koefisien validitas (rbt) ≥0,25 (Azwar, 2007).
Dengan demikian semua pernyataan yang memiliki korelasi dengan skor skala
kurang dari 0,25 dapat disisihkan dan pernyataan-pernyataan yang akan
diikutkan dalam skala sikap diambil dari item-item yang memiliki korelasi
0,25 keatas dengan pengertian semakin tinggi koefisien korelasi itu mendekati
angka 1,00 maka semakin baik pula konsistensinya. Guna mempermudah
perhitungan, maka akan digunakan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 17.0. kevalidan tiap-tiap butir aitem dapat dilihat dari
nilai corrected item-totalcorelation tiap-tiap butir aitem tersebut pada hasil
output SPSS pada tabel item-total statistics.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Reliabilitas
Istilah reliabilitas pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran
itu dapat menunjukkan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan
pengukuran kembali terhadap subjek yang sama (Azwar, 2008). Untuk
menguji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan koefisien
korelasi alpha Cronbach.
Tidak ada batasan mutlak yang menunjukkan angka koefisien terendah
yang harus dicapai agar suatu pengukuran dapat disebut reliabel. Semakin
tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang semakin rendah
mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2005).
F. Teknik Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk
menganalisis data hasil penelitian untuk diuji kebenarannya, sehingga diperoleh
satu kesimpulan dari penelitian tersebut (Hadi, 2000).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
dengan dua prediktor, dengan alasan karena pada penelitian ini terdapat dua
variabel bebas, yaitu secure attachment dan dukungan sosial. Jadi analisis regresi
dua prediktor digunakan untuk mengetahui korelasi antara secure attachment dan
dukungan sosial dengan self disclosure pada santri pondok pesantren.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam analisis regresi dua prediktor
adalah uji asumsi klasik, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
a. Uji normalitas, bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian
berdistribusi normal atau tidak.
b. Uji linearitas, untuk mengetahui apakah data dari variabel bebas berkorelasi
linear dengan data dari variabel tergantung.
c. Uji otokorelasi, untuk mendeteksi bahwa variabel dependen tidak berkorelasi
dengan dirinya sendiri
d. Uji heteroskesdastisitas, untuk mengetahui terjadinya perbedaan variance
residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain.
e. Uji multikolinearitas, untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen
yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu mode.
Keseluruhan perhitungan dalam penelitian ini, yang meliputi uji validitas,
uji reliabilitas, dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer
menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi
17.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
a. Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta
Pondok pesantren Al-Muayyad berlokasi di Jl. KH. Samanhudi No. 64
Surakarta. Al-Muayyad dirintis tahun 1930 oleh Simbah K.H. Abdul
Mannan di atas tanah seluas 3.500 m yang dijariyahkan oleh K.H. Ahmad
Shofawi di kampung Mangkuyudan, kelurahan Purwosari, kecamatan
Laweyan, kota Surakarta. Semula merupakan pondok pesantren dengan
corak tasawuf; pesantren dengan kegiatan utama latihan pengamalan syari’at
Islam dan belum melakukan pendalaman ilmu-ilmu agama secara teratur.
Titik beratnya melatih para santri dengan perilaku keagamaan. Pengajian
yang diselenggarakan berkisar pada akhlak.
Pada tahun 1937 kepemimpinan pesantren diserahkan kepada
putranya, K.H. Ahmad Umar Abdul Mannan. Mulailah Al-Muayyad sebagai
sebuah pondok pesantren dengan kurikulum yang menitikberatkan pada
pendalaman ilmu-ilmu agama Islam. Pada tahun 1939, pengajian Al-Quran
dan kitab kuning makin teratur, sehingga dipandang perlu
mendirikan Madrasah Diniyyah.
Setelah K.H. Ahmad Umar Abdul Mannan wafat tahun 1980, dalam
usia 63 tahun, kepemimpinan Al-Muayyad diserahkan kepada K.H. Abdul
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Rozaq Shofawi. Dalam generasi ketiga inilah, Al-Muayyad melestarikan
sistem kepesantrenan yang diidamkan dan dikembangkan oleh dua generasi
pendahulu. Yayasan yang menjadi tulang punggung manajemen pesantren
diaktifkan, sehingga pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab
para pengelola bisa dibakukan. Dengan pola semacam itu, Al-Muayyad
berkeinginan mampu mewadahi dukungan masyarakat luas bagi penyiapan
generasi muda dalam wadah pesantren dengan manajemen terbuka, karena
pesantren sesungguhnya milik masyarakat.
Di pondok pesantren Al-Muayyad terdapat Madrasah Diniyyah
Wustha dan Madrasah Diniyyah Ulya. Madrasah Diniyyah Ulya untuk
santri setingkat SMP, sedangkan Madrasah Diniyyah Wustha untuk santri
setingkat SMA. Santri madrasah Diniyyah Wustha dibagi menjadi tiga
program, yaitu program A, program B, dan program C. Pembagian program
ini berdasarkan kitab yang diajarkan. Program A mempelajari kitab Alfiah,
program B mempelajari kitab Imriti, dan program C merupakan program
khusus untuk santri yang berminat menghafalkan Al-Qur’an
Tabel 4
Jumlah santri Madrasah Diniyyah Wustha Kelas X Pondok Pesantren
Al-muayyad Surakarta
Kelas Jumlah
Program A 25
Program B 60
Program C 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, perlu adanya persiapan yang berkaitan
dengan perijinan dan penyusunan alat ukur yang digunakan dalam penelitian.
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan
yang diajukan pada pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.
Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada
Pimpinan Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta, dengan nomor
786/H27.1.17.3/TU/2010 agar bisa melakukan penelitian di Pondok
Pesantren Al Muayyad Surakarta. Setelah mendapatkan persetujuan dari
pihak pesantren, peneliti baru bisa melakukan penelitian sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
b. Persiapan Alat Ukur
Penelitian ini menggunakan tiga skala psikologi, yaitu skala self
disclosure, skala secure attachment, dan skala dukungan sosial. Persiapan
mengenai alat ukur sendiri telah melalui proses professional judgement oleh
pembimbing..
3. Pelaksanaan Uji Coba (try out)
Pelaksanaan uji coba dilakukan sebelum skala penelitian digunakan
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas skala penelitian. Menurut Azwar
(2008), uji coba terhadap aitem skala psikologi bertujuan untuk mengetahui
apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sebagaimana yang diinginkan oleh penulis aitem, dan sebagai salah satu cara
praktis untuk memperoleh data jawaban dari responden yang akan digunakan
untuk penskalaan.
Uji coba (try out) dilaksanakan selama satu hari, yaitu tanggal 11
Oktober 2010. Uji coba diberikan kepada siswa Madrasah Diniyah Wustha
Almuayyad Surakarta kelas X sebanyak 2 kelas yang berjumlah 33 siswa,
jumlah siswa sebenarnya 39 siswa tetapi ada 6 siswa yang tidak masuk,
sehingga tinggal 33 siswa. Namun, jumlah ini sudah memenuhi syarat untuk
dilakukan skoring yang kemudian dapat dianalisis nilai validitas dan
reliabilitasnya.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah dilakukan uji coba, selanjutnya dilakukan seleksi aitem skala
psikologi. Menurut Azwar (2008) dalam seleksi aitem skala psikologi,
dilakukan dengan pengujian daya diskriminasi aitem yang menghendaki
adanya komputasi. Hal tersebut nantinya akan menghasilkan koefisien korelasi
aitem total (rix) yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda aitem.
Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total biasanya digunakan
batasan 0,30. Namun dalam penelitian ini, batasan korelasi aitem total yang
digunakan adalah ≥ 0,25. Hal ini menurut Crocker dan Algina (Azwar, 2007)
umumnya koefisien rix di atas 0,25 sudah dianggap mengindikasikan daya
diskriminasi yang baik. Hasil uji daya beda dan reliabilitas masing-masing
skala diuraikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
a. Skala Self Disclosure
Aitem skala self disclosure yang diujicobakan berjumlah 50 aitem.
Setelah dilakukan analisis seleksi aitem diperoleh 36 aitem valid yang
terdiri dari 18 aitem favorable dan 18 aitem unfavorable dengan indeks daya
beda aitem sebesar 0,250 sampai dengan 0,715 dan nilai reliabilitas sebesar
0,874. Rincian distribusi butir aitem valid dan gugur skala self disclosure
dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5 Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Self Disclosure
No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Jumlah
Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur
1. Intent
Menyadari apa
yang diungkapkan
dan dirasakan
1, 40 16, 24 8, 17 6, 30 4 4
2. Amount
Sering berbicara
tentang diri
sendiri
5, 11,
15 -
12, 21,
23 - 6 -
Lamanya individu
dalam
membicarakan
tentang dirinya
43 35 4 49 2 2
3. Positiveness
Membicarakan
tentang hal-hal
yang baik tentang
diri sendiri
18, 45 25, 39 36 42, 44,
47 3 5
4. Depth
Membicarakan
tentang diri secara
mendalam
10, 26,
31, 33 -
3, 14,
38, 46 - 8 -
5. Honesty
Memiliki rasa
percaya diri
2, 19,
22 - 7, 9, 13 - 6 -
Berbicara apa
adanya tentang
diri sendiri
32, 37 27 29, 34,
48 - 5 1
Berbicara dengan
tulus tentang diri
sendiri
28 41 20 50 2 2
Frekuensi (f) 18 7 18 7 36 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. Skala Secure Attachment
Aitem skala secure attachment yang diujicobakan berjumlah 70 aitem.
Setelah dilakukan analisis seleksi aitem diperoleh 47 aitem valid yang
terdiri dari 23 aitem favorable dan 24 aitem unfavorable dengan indeks daya
beda aitem sebesar 0,252 sampai dengan 0,752 dan nilai reliabilitas sebesar
0,845. Rincian distribusi butir aitem valid dan gugur skala secure
attachment dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6
Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Secure Attachment
No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Jumlah
Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur
1. Frustration with
Partners
Merasa tidak
dimengerti
11, 16,
18 -
2, 34,
36 - 6 -
Merasa tidak
diperhatikan 3, 10 - 12, 33 - 4 -
2. Proximity Seeking
Mencari kedekatan
dengan orang lain 9 13, 17 20, 37 7 3 3
Terbuka dengan
orang lain 58 15 35, 39 - 3 1
3. Self Reliance
tidak mau minta
bantuan kepada
orang lain
22, 67 38 31, 50 - 4 1
Tidak mau
menerima
kenyamanan dari
orang lain
63 21 25, 40,
59 - 4 1
4. Ambivalence
Merasa ragu
dengan
perasaannya
sendiri tentang
orang lain
44, 55,
70 28, 65
27, 49,
51 4, 61 6 4
5. Trust Mempercayai
orang lain
1, 8, 14,
42, 56, -
5, 24,
30, 68 6 9 1
6. Jealousy Merasa takut tidak
dicintai 43, 53
32, 45,
66 26, 48
46, 54,
62 4 6
7. Anxious Clinging
to Partners
Merasa orang lain
tidak ada untuknya
ketika dibutuhkan
29, 52,
69 41, 64 19
23, 47,
57, 60 4 6
Frekuensi (f) 23 12 24 11 47 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c. Skala Dukungan Sosial
Aitem skala dukungan sosial yang diujicobakan berjumlah 40 aitem.
Setelah dilakukan analisis seleksi aitem diperoleh 35 aitem valid yang
terdiri dari 18 aitem favorable dan 17 aitem unfavorable dengan indeks daya
beda aitem sebesar 0,254 sampai dengan 0,680 dan nilai reliabilitas sebesar
0,901. Rincian distribusi butir aitem valid dan gugur skala dukungan sosial
dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7
Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Dukungan sosial
No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Jumlah
Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur
1. Dukungan
Emosional
Empati 15, 29 11 12, 14 - 4 1
Perhatian 26, 32 - 17,
21, 24 - 5 -
2. Dukungan
Penilaian
Penilaian
positif 1 23 5, 8 9 3 2
Dorongan
untuk maju
18, 25,
40 - 27, 38 - 5 -
3. Dukungan
Informatif
Pemberian
nasehat,
petunjuk dan
saran
2, 4,
30, 33,
37
- 3, 10,
39 7, 35 8 2
4. Dukungan
Instrumental Bantuan
langsung
6, 13,
16, 34,
36
-
19,
20,
22,
28, 31
- 10 -
Frekuensi (f) 18 1 17 3 35 5
5. Penyusunan Alat Ukur Penelitian
Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya
adalah menyusun kembali butir-butir aitem yang sahih dan dipergunakan untuk
mengambil data yang sesungguhnya. Adapun distribusi ulang skala penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
untuk skala self disclosure, secure attachment, dan dukungan sosial dapat
dilihat pada tabel 8, 9 dan 10 berikut ini
Tabel 8
Sebaran Aitem Skala Self disclosure
No Aspek Indikator No item Jumlah
F Fav Unfav
1. Intent
Menyadari apa
yang diungkapkan
dan dirasakan
1, 40 (27) 8, 17 4
2. Amount
Sering berbicara
tentang diri
sendiri
5, 11, 15 12, 21, 23 6
Lamanya individu
dalam
membicarakan
tentang dirinya
43 (25) 4 3
3. Positiveness
Membicarakan
tentang hal-hal
yang baik tentang
diri sendiri
18, 45 (24) 36 3
4. Depth
Membicarakan
tentang diri secara
mendalam
10, 26, 31, 33 3, 14, 38 (30),
46 (16) 8
5. Honesty
Memiliki rasa
percaya diri 2, 19, 22 7, 9, 13 6
Berbicara apa
adanya tentang
diri sendiri
32, 37 (35) 29, 34, 48 (6) 5
Berbicara dengan
tulus tentang diri
sendiri
28 20 2
Frekuensi (f) 18 18 36
Keterangan : nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor aitem baru untuk
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 9
Sebaran Aitem Skala Secure attachment
Keterangan : nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor aitem baru untuk
penelitian
No Aspek Indikator No item
Jumlah Fav Unfav
1. Frustration
with Partners
Merasa tidak
dimengerti 11, 16, 18 2, 34, 36 6
Merasa tidak
diperhatikan 3, 10 12, 33 4
2. Proximity
Seeking
Mencari
kedekatan
dengan orang
lain
9 20, 37 3
Terbuka
dengan orang
lain
58 (21) 35, 39 3
3. Self Reliance
tidak mau
minta bantuan
kepada orang
lain
22, 67 (13) 31, 50 (45) 4
Tidak mau
menerima
kenyamanan
dari orang lain
63 (15) 25, 40, 59
(17) 4
4. Ambivalence
Merasa ragu
dengan
perasaannya
sendiri tentang
orang lain
44, 55 (28),
70 (4)
27, 49 (46),
51 (41) 6
5. Trust Mempercayai
orang lain
1, 8, 14, 42,
56 (23)
5, 24, 30,
68 (7) 9
6. Jealousy Merasa takut
tidak dicintai 43, 53 (32) 26, 48 (47) 4
7.
Anxious
Clinging to
Partners
Merasa orang
lain tidak ada
untuknya
ketika
dibutuhkan
29, 52 (38),
69 (6) 19 4
Frekuensi (f) 23 24 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 10
Sebaran Aitem Skala Dukungan Sosial
No Aspek Indikator No item
Jumlah Fav. Unfav.
1. Dukungan
Emosional
Empati 15, 29 12, 14 4
Perhatian 26, 32 17, 21, 24 5
2. Dukungan
Penilaian
Penilaian
positif 1 5, 8 3
Dorongan
untuk maju
18, 25, 40
(7) 27, 38 (11) 5
3. Dukungan
Informatif
Pemberian
nasehat,
petunjuk dan
saran
2, 4, 30,
33, 37 (23)
3, 10, 39
(9) 8
4. Dukungan
Instrumental
Bantuan
langsung
6, 13, 16,
34, 36 (35)
19, 20, 22,
28, 31 10
Frekuensi (f) 18 17 35
Keterangan : nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor aitem baru untuk
penelitian.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Al-Muayyad
Surakarta kelas X Madrasah Diniyyah Wustha sejumlah 2 kelas yang telah
memenuhi kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random dengan
cluster random sampling.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 18 Oktober 2010. Sebelumnya,
peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada Pimpinan Pondok Pesantren Al-
Muayyad Surakarta dan Kepala Madrasah Diniyyah Wustha, kemudian kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
madrasah tersebut mengatur waktu yang tepat bagi peneliti untuk membagikan
skala. Dari 60 eksemplar skala yang disiapkan peneliti sebelumnya, jumlah
yang dibagikan sebanyak 48 eksemplar, karena 12 santri tidak masuk, sehingga
skala yang terkumpul hanya 48 eksemplar. Skala yang telah terkumpul
selanjutnya dapat dilakukan skoring.
3. Pelaksanaan Skoring
Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan pemberian skor
pada hasil pengisian skala untuk keperluan analisis data. Ketiga skala
menggunakan sistem penilaian dengan kategori Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),
Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Aitem-aitem dalam ketiga skala
ini terdiri aitem yang favorable dan aitem unfavorable. Skor untuk aitem yang
favorable yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Skor untuk aitem yang
unfavorable yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Skor total setiap aitem yang
diperoleh dari subjek penelitian dijumlahkan untuk tiap-tiap skala. Total skor
setiap aitem dari setiap skala yang diperoleh subjek ini akan digunakan dalam
analisis data.
C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji
asumsi dasar (uji normalitas dan uji linieritas), serta uji asumsi klasik (uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi). Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan bantuan komputer seri program statistik SPSS versi
17.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode
parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal
dari distribusi yang normal. Dalam penelitian ini akan digunakan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau
0,05 Priyatno (2009)
Tabel 11
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Self disclosure .086 48 .200* .986 48 .815
Secure
attachment
.108 48 .200* .965 48 .155
Dukungan sosial .093 48 .200* .967 48 .196
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel di atas, diperoleh nilai K-S
sebesar 0,200. Karena 0,200 > 0,05 maka uji normalitas dalam penelitian ini
dapat mewakili populasi. Hal tersebut bahwa sampel dalam penelitian dapat
mewakili populasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian
pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan taraf
signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier
bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2009).
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di bawah ini, menunjukkan
bahwa hubungan antara variabel secure attachment dan self disclosure
menghasilkan nilai signifikansi linearity sebesar 0,001. Karena signifikansi
0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel secure
attachment dan self disclosure terdapat hubungan yang linear.
Tabel 12
Hasil Uji Linearitas antara Variabel Secure Attachment dengan Self
Disclosure
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
selfdisclosure
*
secureattach
ment
Between
Groups
(Combined) 3930.750 25 157.230 1.773 .089
Linearity 1442.915 1 1442.915 16.269 .001
Deviation
from
Linearity
2487.835 24 103.660 1.169 .358
Within Groups 1951.250 22 88.693
Total 5882.000 47
Sedangkan hubungan antara variabel dukungan sosial dengan self
disclosure menghasilkan nilai signifikansi linearity sebesar 0,018. Karena
signifikansi 0,018 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dukungan sosial dengan self disclosure terdapat hubungan yang linier. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 13
Hasil Uji Linearitas antara Variabel Dukungan Sosial dengan Self
Disclosure
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
selfdisclosure
* dukungan
sosial
Between
Groups
(Combined) 3338.905 22 151.768 1.492 .167
Linearity 649.955 1 649.955 6.389 .018
Deviation
from
Linearity
2688.950 21 128.045 1.259 .289
Within Groups 2543.095 25 101.724
Total 5882.000 47
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikoliearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan
linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus
terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Dalam
uji multikolinearitas ini akan melihat nilai variance inflation factor (VIF)
pada model regresi. Menurut Priyatno (2009), pada umumnya jika VIF lebih
besar dari 5, maka terjadi multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.
Dari hasil perhitungan, dapat diketahui nilai VIF kedua variabel, yaitu
variabel secure attachment dan variabel dukungan sosial adalah 1,373 yang
kurang dari 5, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa antarvariabel secure
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
attachment dan dukungan sosial tidak terjadi persoalan multikolinearitas.
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 14
Hasil Uji Multikoliniearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 19.734 21.025 .939 .353
Secure
attachment
.503 .172 .442 2.929 .005 .728 1.373
Dukungan
sosial
.123 .182 .102 .675 .503 .728 1.373
a. Dependent Variable: self disclosure
b. Uji Otokorelasi
Uji otokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah variabel
dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, baik nilai periode
sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Pengujian otokorelasi dalam
penelitian ini menggunakan uji DW (Durbin-Watson). Cara membaca hasil
analisis yaitu dengan kriteria pengambilan jika DW = 2, maka tidak terjadi
otokorelasi sempurna sebagai rule of tumb (aturan ringkas). Jika nilai DW
antara 1,5 sampai 2,5 maka data tidak mengalami otokorelasi. Namun jika
nilai DW < 1,5 disebut memiliki otokorelasi positif, dan jika DW > 2,5
sampai 4 disebut otokorelasi negatif (Priyatno, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,687. Hasil
tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat masalah otokorelasi dalam
penelitian ini. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 15
Hasil Uji Otokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .503a .253 .220 9.882 1.687
a. Predictors: (Constant), dukungansosial, secureattachment
b. Dependent Variable: selfdisclosure
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidak
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi. Prasyaratan yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya gejala heteroskedastisitas (Priyatno, 2009).
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat
pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola
yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas
Dari hasil analisis pola gambar scatterplot pada lampiran dapat dilihat
bahwa pola gambar tersebut tidak menunjukkan adanya gejala
heteroskedastisitas sehingga model dalam penelitian ini terbebas dari
heteroskedastisitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi, langkah selanjutnya adalah melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik analisis
regresi linier berganda.
a. Uji Koefisien Regresi secara Bersama-sama (Uji-F)
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan Uji-F, yang bertujuan
untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama
berhubungan secara signifikan terhadap variabel dependen. Hasil F-test
menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berhubungan
terhadap variabel dependen jika F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F
tabel (Priyatno, 2009).
Hasil Uji-F dalam penelitian ini adalah:
Tabel 16
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1487.471 2 743.735 7.616 .001a
Residual 4394.529 45 97.656
Total 5882.000 47
a. Predictors: (Constant), dukungansosial, secureattachment
b. Dependent Variable: selfdisclosure
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 7,616 dan F
tabel (dilihat dalam lampiran tabel F) sebesar 3,20. Karena F hitung > F
tabel (7,616 > 3,20) maka ada hubungan secara signifikan antara variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
secure attachment dan dukungan sosial secara bersama-sama dengan self
disclosure.
b. Analisis Korelasi Ganda (R)
Selanjutnya, untuk menunjukkan seberapa besar hubungan yang
terjadi antara variabel independen secara serentak terhadap variabel
dependen, dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi ganda (R). Menurut
Sugiyono (dalam Priyatno, 2009) pedoman untuk memberikan interpretasi
koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat
Dari hasil analisis regresi, diperoleh nilai koefisien korelasi ganda (R)
adalah:
Tabel 17
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .503a .253 .220 9.882 1.687
a. Predictors: (Constant), dukungansosial, secureattachment
b. Dependent Variable: selfdisclosure
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0,503. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara secure
attachment dan dukungan sosial dengan self disclosure.
c. Analisis Determinasi
Pada tabel 17 dapat dilihat persentase sumbangan hubungan variabel
independen secara serentak dengan variabel dependen, yaitu dengan melihat
kolom R square (determinasi). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar
persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variabel dependen (Priyatno, 2009). Dari tabel tersebut
diperoleh nilai R square sebesar 0,253 atau 25,3%. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase sumbangan hubungan variabel independen (secure
attachment dan dukungan sosial) dengan variabel dependen (self disclosure)
sebesar 25,3%. Atau variasi variabel independen (secure attachment dan
dukungan sosial) mampu menjelaskan sebesar 25,3% variasi variabel
dependen (self disclosure). Sedangkan sisanya sebesar 74,7% dipengaruhi
atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian
ini.
d. Analisis Korelasi Parsial
Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel sedangkan variabel lainnya yang dianggap berpengaruh
dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). Nilai korelasi (r)
berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti
hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif
menunjukkan hubungan searah dan nilai negatif menunjukkan hubungan
terbalik.
Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial didapat nilai korelasi antara
secure attachment dengan self disclosure dimana dukungan sosial
dikendalikan (dibuat tetap) adalah 0,400 dengan taraf signifikansi 0,003
(p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang dan
signifikan antara secure attachment dengan self disclosure jika dukungan
sosial tetap. Sedangkan arah hubungan adalah positif artinya semakin tinggi
secure attachment maka semakin meningkatkan self disclosure. Hasil
penghitungan dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.
Tabel 18
Korelasi antara Secure Attachment dengan Self Disclosure dimana
Dukungan Sosial dikendalikan
Correlations
Control Variables secureattachment selfdisclosure
dukungansosial secureattachment Correlation 1.000 .400
Significance (1-
tailed)
. .003
df 0 45
selfdisclosure Correlation .400 1.000
Significance (1-
tailed)
.003 .
df 45 0
Selanjutnya, korelasi antara dukungan sosial dengan self disclosure
dimana secure attachment dikendalikan (dibuat tetap) adalah 0,100 dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
taraf signifikansi 0,251 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
hubungan yang sangat rendah dan tidak signifikan antara dukungan sosial
dengan self disclosure jika secure attachment tetap. Sedangkan arah
hubungan adalah positif artinya semakin tinggi dukungan sosial maka
semakin meningkatkan self disclosure. Hasil penghitungan dapat dilihat
pada tabel 19.
Tabel 19
Korelasi antara Dukungan Sosial dengan Self Disclosure dimana Secure
Attachment dikendalikan
Correlations
Control Variables dukungansosial selfdisclosure
secureattachment dukungansosial Correlation 1.000 .100
Significance (1-
tailed)
. .251
df 0 45
selfdisclosure Correlation .100 1.000
Significance (1-
tailed)
.251 .
df 45 0
4. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
Setelah dilakukan perhitungan secara manual, sumbangan relatif secure
attachment dengan self disclosure sebesar 86,6% dan sumbangan relatif
dukungan sosial dengan self disclosure sebesar 13,4%. Sumbangan efektif
secure attachment dengan self disclosure sebesar 21,9% dan sumbangan efektif
dukungan sosial dengan self disclosure sebesar 3,39%. Total sumbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
efektif ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,253 atau
25,3%.
5. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum
mengenai self disclosure, secure attachment, dan dukungan sosial pada subjek
yang diteliti. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 20
Statistik Deskriptif
Skala Jum
Subjek
Data hipotetik
M SD
(σ)
Data empirik
M SD
(σ) Skor
Min
Skor
Maks
Skor
Min
Skor
Maks
Self
Disclosure 48 36 144 90 18 76 129 99,50 11,187
Secure
attachment 48 47 188 117,5 23,5 106 150 131,71 9,830
Dukungan
sosial 48 35 140 87,5 17,5 90 126 109,69 9,272
Keterangan:
M : Mean SD (σ) : Standar Deviasi
a. Skala self disclosure
Skala self disclosure akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi
rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan
mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,
sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2003).
Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 36 x 1 = 36 dan skor maksimal
yang dapat diperoleh subjek adalah 36 x 4 = 144, maka jarak sebarannya
adalah 144 – 39 = 108 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 108 :
6,0 = 18, sedangkan rerata hipotetiknya 36 x 2,5 = 90. Apabila subjek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
digolongkan dalam 3 kategorisasi, maka akan diperoleh kategorisasi serta
distribusi skor subjek seperti pada tabel 21.
Tabel 21
Kriteria Kategori Skala Self disclosure
dan Distribusi Skor Subjek
Standar Deviasi Skor Kategorisasi
Subjek Rerata
empirik Frek
(N)
Presentase
(%)
(MH+1,0σ)≤ X 108 ≤ X Tinggi 10 20,83 (MH-1,0σ)≤ X
<(MH+1,0σ)
72 ≤ X < 108 Sedang 38 79,17 99,50
X < (MH-1,0σ) X < 72 Rendah - -
Jumlah 48 100
Dari kategori skala self disclosure seperti terlihat pada tabel, dapat
diambil kesimpulan bahwa 20,83% santri pondok pesantren Al-Muayyad
Surakarta memiliki self disclosure yang tinggi dan 79,17% santri pondok
pesantren MDW Al-Muayyad Surakarta tergolong memiliki tingkat self
disclosure yang sedang. Jadi secara umum, subjek memiliki self disclosure
yang sedang.
b. Skala Secure Attachment
Skala secure attachment akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi
rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan
mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,
sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2003).
Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 47 x 1 = 47 dan skor maksimal
yang dapat diperoleh subjek adalah 47 x 4 = 188, maka jarak sebarannya
adalah 188–47 = 141 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 141:6,0 =
23,5, sedangkan rerata hipotetiknya 47 x 2,5 = 117,5. Apabila subjek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
digolongkan dalam 3 kategorisasi, maka akan diperoleh kategorisasi serta
distribusi skor subjek seperti pada tabel 22.
Tabel 22
Kriteria Kategori Skala Secure Attachment
dan Distribusi Skor Subjek
Standar Deviasi Skor Kategorisasi
Subjek Rerata
empirik Frek
(N)
Presentase
(%)
(MH+1,0σ)≤ X 141 ≤ X Tinggi 11 22,92
(MH-1,0σ)≤ X
<(MH+1,0σ)
94 ≤ X < 141 Sedang 37 77,08 131,71
X < (MH-1,0σ) X < 94 Rendah - -
Jumlah 48 100
Dari kategori skala secure attachment seperti terlihat pada tabel.
Dapat diambil kesimpulan bahwa 22,92% santri pondok pesantren Al-
Muayyad Surakarta memiliki secure attachment yang tinggi dan 77,08%
santri pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta tergolong memiliki secure
attachment yang sedang. Jadi secara umum, subjek memiliki secure
attachment yang sedang.
c. Skala dukungan sosial
Skala dukungan sosial akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi
rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan
mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,
sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2003).
Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 35 x 1 = 35 dan skor maksimal
yang dapat diperoleh subjek adalah 35 x 4 = 140, maka jarak sebarannya
adalah 140 – 35 = 105 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 105 :
6,0 = 17,5, sedangkan rerata hipotetiknya 35 x 2,5 = 87,5. Apabila subjek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
digolongkan dalam 3 kategori, maka akan diperoleh kategorisasi serta
distribusi skor subjek seperti pada tabel 23.
Tabel 23
Kriteria Kategori Skala Dukungan Sosial
dan Distribusi Skor Subjek
Standar Deviasi Skor Kategorisasi
Subjek Rerata
empiri
k Frek
(N)
Presentas
e (%)
(MH+1,0σ)≤ X 105 ≤ X Tinggi 35 72,92 109,69
(MH-1,0σ)≤ X <
(MH+1,0σ)
70 ≤ X < 105 Sedang 13 27,08
X < (MH-0,6σ) X < 70 Rendah - -
Jumlah 48 100
Dari kategori skala dukungan sosial seperti terlihat pada tabel, dapat
diambil kesimpulan bahwa 72,92% santri pondok pesantren Al-Muayyad
Surakarta mendapat dukungan sosial yang tinggi, dan 27,08% santri pondok
pesantren Al-Muayyad Surakarta mendapat dukungan sosial yang sedang.
Jadi secara umum, subjek mendapat dukungan sosial yang tinggi.
D. Pembahasan
Hasil uji hipotesis penelitian menunjukkan diterimanya hipotesis yang
diajukan, yaitu adanya hubungan yang signifikan antara secure attachment dan
dukungan sosial dengan self disclosure pada santri Pondok Pesantren Al-Muayyad
Surakarta. Hal tersebut didasarkan atas hasil output SPSS, dimana nilai p-value
0,001 < 0,05 sedangkan F hitung > dari F tabel (7,616 > 3,20) serta R sebesar
0,503. Hasil tersebut berarti bahwa secure attachment dan dukungan sosial dapat
digunakan sebagai prediktor untuk memprediksi self disclosure pada santri
Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Semakin tinggi secure attachment dan
dukungan sosial, maka semakin tinggi pula self disclosure. Sebaliknya, semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
rendah secure attachment dan dukungan sosial, maka semakin rendah juga self
disclosure. Nilai R sebesar 0,503 menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
sedang antara secure attachment dan dukungan sosial dengan self disclosure.
Secara parsial dengan menggunakan analisis korelasi parsial, ternyata
secure attachment berhubungan dengan self disclosure dengan korelasi 0,400 dan
taraf signifikansi 0,003 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan
yang sedang dan signifikan antara secure attachment dengan self disclosure jika
dukungan sosial tetap. Sedangkan arah hubungan adalah positif artinya semakin
tinggi secure attachment maka semakin meningkatkan self disclosure. Hasil ini
memperkuat apa yang sudah dikatakan oleh Keelan, dkk. (dalam Myers, 2002)
bahwa semakin tinggi secure attahment maka semakin tinggi pula self disclosure
yang dimiliki oleh individu. Menurut Baron dan Byrne (2005) individu dengan
secure attachment memiliki self esteem yang tinggi dan positif terhadap orang
lain, sehingga ia mencari kedekatan interpersonal dan merasa nyaman dalam
hubungan dengan orang lain.
Berdasarkan analisis deskriptif juga diperoleh bahwa secara umum secure
attachment santri pondok pesantren Al-muayyad Surakarta berada pada kategori
sedang. Santrock (2003) menyatakan bahwa secure attachment yang dimiliki
individu menghasilkan hubungan dengan teman sebaya yang cakap, positif dan
dekat. Jika individu dapat membina hubungan akrab dengan orang lain maka akan
meningkatkan self disclosure yang dimilikinya. Dalam penelitian yang dilakukan
Helmi (1999) menyebutkan bahwa individu dengan secure attachment
mempunyai skema diri positif sehingga memiliki pandangan positif terhadap diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Hubungan yang hangat dan responsif dari figur lekat pada masa bayi dan anak-
anak akan menyebabkan anak merasa aman dan merasa tidak disingkirkan,
sehingga mudah untuk membina hubungan akrab dengan orang lain dan pada
akhirnya akan mudah untuk terbuka kepada orang lain.
Selanjutnya, secara parsial dengan menggunakan analisis korelasi parsial,
ternyata dukungan sosial berhubungan dengan self disclosure dengan korelasi
0,100 dan taraf signifikansi 0,251 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan antara dukungan sosial dengan self disclosure menunjukkan hubungan
yang sangat rendah dan tidak signifikan jika secure attachment tetap. Sedangkan
arah hubungan adalah positif artinya semakin tinggi dukungan sosial maka
semakin meningkatkan self disclosure. Hubungan yang sangat rendah ini dapat
dipengaruhi banyak faktor, menurut Cohen dan Syme (1985), dukungan sosial
yang tersedia bisa dianggap tidak membantu dikarenakan dukungan yang
diberikan tidak cukup atau tidak merasa perlu dibantu, selain itu faktor lain yang
mempengaruhi efektivitas dukungan sosial adalah permasalahan yang dihadapi
yaitu kesesuaian antara dukungan yang diberikan dan permasalahan yang
dihadapi. Dukungan yang diterima akan memiliki arti jika dukungan itu
bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang ada. Faktor yang lain adalah pemberi
dukungan, dukungan yang diterima melalui sumber yang sama akan memilki arti
daripada yang berasal dari sumber yang berbeda. Hal lain yang juga
mempengaruhi adalah penerima dukungan, karakteristik penerima dukungan akan
menentukan keefektifan dukungan. Karakteristik ini seperti kepribadian,
kebisaaan dan peran sosial. Proses yang terjadi dalam dukungan ini dipengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
oleh kemampuan penerima dukungan untuk mencari dan mempertahankan
dukungan. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh adalah waktu pemberian
dukungan, dukungan sosial akan optimal di satu situasi, tetapi akan menjadi tidak
optimal dalam situasi lain. Walaupun santri telah mendapatkan dukungan sosial
yang tinggi, tetapi jika dukungan sosial itu tidak efektif maka self disclosure santri
akan menunjukkan tingkat yang rendah
Berdasarkan analisis deskriptif juga diperoleh bahwa secara umum
dukungan sosial pada santri pondok pesantren Al-muayyad Surakarta berada pada
kategori tinggi. Melalui dukungan sosial, individu merasakan adanya kelekatan,
perasaan memiliki, penghargaan, serta adanya ikatan yang dapat dipercaya yang
dapat memberikan bantuan dalam berbagai keadaan (Ruwaida dkk., 2006). Dalam
penelitian yang dilakukan Maharani dan Andayani (2003) mengemukakan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial ayah dengan penyesuaian
sosial remaja laki-laki, artinya semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh
remaja laki-laki dari ayah, makin tinggi pula penyesuaian sosialnya.
Analisis deskriptif menunjukkan bahwa tingkat self disclosure santri pondok
pesantren Al-muayyad Surakarta berada pada kategori sedang. Johnson (1993)
menjelaskan bahwa hubungan yang sehat dibangun melalui self disclosure. Self
disclosure memberikan kesempatan kepada individu untuk mengidentifikasikan
cita-citanya, kebutuhannya, kegiatannya, ketertarikan, penilaian dan persepsinya
terhadap sesuatu. Hal ini akan menumbuhkan dan mengembangkan hubungan
dengan orang lain. DeVito (1997) menjelaskan bahwa self disclosure akan terjadi
jika individu mau mengungkapkan informasi tentang dirinya kepada orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Hal ini akan meningkatkan kesempatan untuk mengembangkan dialog yang
bermakna dan akrab. Melalui interaksi yang akrab dengan orang lain, individu
akan lebih terbuka dan mengungkapkan informasi yang lebih banyak tentang
dirinya.
Berdasarkan dari nilai koefisien determinasi (R2) diketahui besarnya
sumbangan efektif kedua variabel bebas (secure attachment dan dukungan sosial)
terhadap variabel tergantung (self disclosure) sebesar 25,3%, artinya sebesar
25,3% self disclosure dapat dijelaskan oleh variabel secure attachment dan
dukungan sosial, sedangkan sisanya sebesar 74,7% dipengaruhi oleh beberapa
variabel lainnya, antara lain harga diri, perasaan menyukai, efek diadik,
kompetensi, kepribadian, dan jenis kelamin.
Penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain
keterbatasan alat ukur dan ruang lingkup penelitian, sehingga penelitian ini hanya
dapat digeneralisasikan secara terbatas pada populasi penelitian saja, sedangkan
penerapan penelitian untuk populasi yang lebih luas dengan karakteristik yang
berbeda memerlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau menambah
variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini, seperti harga
diri, perasaan menyukai, efek diadik, kompetensi, kepribadian, dan jenis kelamin.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan hasil yang lebih baik dengan
perubahan dan penyempurnaan dalam pemakaian alat ukur, prosedur, serta
memperluas ruang lingkup penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara secure attachment dan dukungan
sosial dengan self disclosure pada santri Pondok Pesantren Al-Muayyad
Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis regresi berganda, yaitu
diperoleh nilai p-value 0,001 < 0,05 sedangkan F hitung > dari F tabel (7,616 >
3,20) serta R sebesar 0,503.
2. Secara parsial ada hubungan yang sedang dan signifikan antara secure
attachment dengan self disclosure jika dukungan sosial tetap (dikendalikan)
dengan korelasi 0,400 dan taraf signifikansi 0,003 (p<0.05), arah hubungan
adalah positif artinya semakin tinggi secure attachment maka semakin
meningkatkan self disclosure.
3. Secara parsial, antara dukungan sosial dengan self disclosure menunjukkan
hubungan yang sangat rendah dan tidak signifikan jika secure attachment tetap
(dikendalikan) dengan korelasi 0,100 dan taraf signifikansi 0,251 (p>0,05),
arah hubungan adalah positif artinya semakin tinggi dukungan sosial maka
semakin meningkatkan self disclosure.
4. Sumbangan efektif secure attachment dengan self disclosure sebesar 21,9%
dan sumbangan efektif dukungan sosial dengan self disclosure sebesar 3,39%.
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Total sumbangan efektif ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R²)
sebesar 0,253 atau 25,3%.
5. Self disclosure pada santri pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta tergolong
sedang, secure atachment santri tergolong sedang, dan dukungan sosial santri
tergolong tinggi.
B. Saran
Dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan di atas, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi santri
Bagi santri disarankan untuk mempertahankan secure attachment pada
figur utama yaitu orang tua dan mengembangkan secure attachment pada figur
pengganti yaitu guru atau teman dengan menjalin kedekatan dengan mereka,
serta mencari dukungan sosial yang dapat membantunya mengembangkan self
disclosure yang dimilikinya. Jika santri memiliki self disclosure yang tinggi,
maka akan banyak dampak positif yang akan dimunculkan, seperti santri dapat
melakukan penyesuaian sosial dengan baik, terjalinnya hubungan yang akrab
dengan sesama teman, dan mengurangi frustrasi ketika menghadapi masalah.
2. Bagi para orang tua
Bagi para orang tua disarankan untuk mempertahankan secure
attachment dengan tetap menjalin kedekatan dengan santri dan memberikan
dukungan sosial yang dibutuhkan santri agar dapat mengembangkan self
disclosure yang dimiliki santri. Selanjutnya orang tua diharapkan bisa lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
memberi kesempatan bagi santri untuk dapat mengemukakan apa yang mereka
rasakan, ide, maupun pendapatnya, sehingga dapat terjalin suasana yang
nyaman agar dapat meningkatkan self disclosure yang dimiliki santri.
3. Bagi ustadz atau guru
Bagi ustadz atau guru diharapkan dapat menjadi figur attachment pengganti
bagi santri ketika berada di pondok pesantren yang bisa memberikan dukungan
sosial kepada santri ketika santri membutuhkan bantuan sehingga bisa
mengembangkan self disclosure santri.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain khususnya ilmuwan psikologi yang tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan tema yang sama, diharapkan penelitian ini
dapat digunakan sebagai informasi dalam penelitian. Peneliti menyarankan
untuk meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut, diharapkan lebih
memperluas ruang lingkup. Misalnya dengan memperluas populasi atau
menambah variabel-variabel lain, seperti: harga diri, perasaan menyukai, efek
diadik, kompetensi, kepribadian, dan jenis kelamin. Dengan demikian, hasil
yang didapat lebih bervariasi dan beragam, sehingga kesimpulan yang
diperoleh lebih komprehensif.