hubungan dukungan sosial kelompok sebaya terhadap agresivitas verbal di media...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELOMPOK
SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS VERBAL DI
MEDIA SOSIAL
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Esti Rifmawati
1511414071
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto :
Masalah memang terlihat sulit untuk dihadapi. Namun sebenarnya kita tau
jawaban dari segala masalah itu. Jangan takut untuk berbuat hal yang benar karena
terkadang pertanyaan yang sangat rumit hanya butuh jawaban yang sederhana.
“Sometimes the questions are complicated and the answers are simple.”
(Dr.Seuss)
Peruntukan :
Penulis peruntukkan karya ini bagi
Bapak (alm), ibu, dan kakak-kakak
tersayang.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Hubungan Dukungan Sosial Kelompok Sebaya terhadap
Agresivitas Verbal di Media Sosial”. Skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan
lancar tanpa adanya dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu, dengan penuh
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Achmad Rifa’i RC, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan beserta
jajaran pimpinan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Sugeng Haryadi, S. Psi., M. S. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang dan selaku pembimbing skripsi atas
perhatian dan kesabarannya membimbing serta memberi saran dalam proses
dan penyelesaian skripsi ini.
3. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si sebagai Dosen Wali rombel 2 Psikologi
tahun 2014, yang selalu memberi motivasi dan senantiasa mendampingi
mahasiswanya selama mengikuti pembelajaran di Jurusan Psikologi.
4. Seluruh Dosen dan Staf di Jurusan Psikologi yang telah berkenan untuk
berbagi ilmu dan pengalaman kepada penulis.
5. Alm. Bapak Sugiyanto dan Ibu Muslimah sebagai orang tua penulis, yang
telah merawat dan mengasuh penulis dari kecil sampai saat ini, serta memberi
banyak pelajaran berharga untuk penulis.
vi
6. Kakak-kakakku Sri Mustoirowati, Anik Triyana, Agus Triyono, Nina
Musriyati, dan adik Dewi Supandari, terima kasih atas seluruh do’a, nasihat,
dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
7. Anang Choirul Huda S.H yang selalu menemani penulis di dalam suka
maupun duka dan tidak pernah lelah memberi dorongan semangat untuk
meraih cita-cita.
8. Teman-teman rombel 2 Psikologi tahun 2014 yang telah menemani hari-hari
penulis selama perkuliahan. Yang telah memberikan banyak motivasi,
semangat, dukungan, serta ide kepada penulis.
9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga segala kebaikan
dan keikhlasan mendapat balasan sari Allah SWT. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya dan bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 7 Agustus 2019
Penulis
vii
ABSTRAK
Rifmawati, Esti. Hubungan Dukungan Sosial Kelompok Sebaya terhadap
Agresivitas Verbal di Media Sosial. Skripsi.Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama : Drs. Sugeng
Haryadi, S. Psi., M. S.
Kata Kunci : Dukungan Sosial, Agresivitas Verbal
Penggunaan internet saat ini sangat tinggi, dalam kehidupan sehari-hari
tidak luput dengan menggunakan internet dan media sosial. Sifat media sosial
yang terbuka membuat penggunanya secara bebas memberikan opini, komentar
pada postingan serta memberikan informasi dengan cepat dan tak terbatas yang
dapat memunculkan perilaku agresivitas verbal di media sosial. Media sosial
menghubungkan individu dengan kelompok sebayanya. Kelompok sebaya dapat
memberikan nasehat dan dukungan agar individu melakukan hal-hal yang baik.
Dukungan sosial yang tinggi akan menurunkan agresivitas verbal. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan dukungan sosial
kelompok sebaya terhadap agresivitas verbal di media sosial.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif denga desain penelitian
korelasional. Populasi pada penelitian adalah remaja di SMA N 1 Gubug sebanyak
233 subjek. Variabel dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dan agresivitas
verbal. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala
psikologi, yaitu skala dukungan sosial dan skala agresivitas verbal. Teknik uji
validitas menggunakan product moment dan uji reliabilitas menggunakan alpha
cronbach dengan bantuan software pengolah data. Skala dukungan sosial
memiliki nilai reliabilitas 0.782 dengan jumlah aitem valid sebanyak 23 dari total
aitem 28. Skala agresivitas verbal memiliki nilai reliabilitas 0.648 dengan jumlah
aitem valid sebanyak 10 dari total aitem 10.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial berada pada
kategori sedang dan agresivitas verbal berada pada kategori rendah. Hasil analisis
korelasi menunjukkan bahwa nilai r = 0.075 dengan p = 0.255 (p > 0.05) yang
artinya tidak ada hubungan dukungan sosial kelompok sebaya terhadap agresivitas
verbal di media sosial.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERNYATAAN .................................................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... .viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
HALAMAN GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 13
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 13
2. LANDASAN TEORI ...................................................................................... 15
2.1 Agresivitas Verbal ...................................................................................... 15
2.1.1 Pengertian Agresivitas Verbal.................................................................... 15
2.1.2 Teori-Teori Agresivitas Verbal .................................................................. 16
ix
2.1.3 Jenis-Jenis Agresivitas Verbal ................................................................... 20
2.1.4 Dimensi Agresivitas Verbal ....................................................................... 21
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agresivitas Verbal ............................ 25
2.2 Dukungan Sosial Kelompok Sebaya .......................................................... 29
2.2.1 Pengertian Dukungan Sosial Kelompok Sebaya ....................................... 29
2.2.2 Aspek Dukungan Sosial ............................................................................. 31
2.3 Hubunga Dukungan Sosial Kelompok Sebaya Terhadap Agresivitas
Verbal di Media Sosial ............................................................................... 33
2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 37
3. METODE PENELITIAN ................................................................................ 38
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 38
3.2 Desain Penelitian ........................................................................................ 38
3.3 Variabel Penelitian ..................................................................................... 39
3.3.1 Identifikasi Variabel ................................................................................... 39
3.3.2 Definisi Operasional................................................................................... 39
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 40
3.4.1 Populasi ..................................................................................................... 40
3.4.2 Sampel ........................................................................................................ 41
3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data ......................................................... 42
3.5.1 Skala Agresivitas Verbal ............................................................................ 42
3.5.2 Skala Dukungan Sosial Kelompok Sebaya ................................................ 43
3.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .......................................................... 45
3.6.1 Validitas ..................................................................................................... 45
3.6.1.1 Uji Validitas Agresivitas Verbal ............................................................. 46
x
3.6.1.2 Uji Validitas Dukungan Sosial Kelompok Sebaya .................................. 47
3.6.2 Reliabilitas ................................................................................................. 48
3.6.2.1 Uji Reliabilitas Agresivitas Verbal ......................................................... 49
3.6.2.2 Uji Reliabilitas Dukungan Sosial Kelompok Sebaya .............................. 49
3.7 Metode Analisis Data ................................................................................ 50
3.7.1 Analisis Inferensial..................................................................................... 50
3.7.1.1 Uji Normalitas ......................................................................................... 50
3.7.1.2 Uji Linearitas .......................................................................................... 50
3.7.2 Uji Hipotesis .............................................................................................. 51
3.7.3 Analisis Diskriptif ...................................................................................... 51
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Orientasi Kancah Penelitian .......................................................................... 53
4.1.1 Perijinan Penelitian .................................................................................... 54
4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian ...................................................................... 55
4.1.3 Penyusunan Alat Ukur ............................................................................... 55
4.2 Pengambilan Data ......................................................................................... 57
4.2.1 Proses Pengumpulan Data .......................................................................... 57
4.2.2 Proses Skoring ............................................................................................ 57
4.3 Hasil Penelitian ............................................................................................. 58
4.3.1 Analisis Inferensial..................................................................................... 58
4.3.1.1 Hasil Uji Asumsi ..................................................................................... 58
4.3.1.2 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 58
4.3.1.3 Hasil Uji Linearitas ................................................................................ 59
xi
4.3.1.4 Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 60
4.3.2 Analisis Diskriptif ...................................................................................... 61
4.3.2.1 Gambaran Umum Agresivitas Verbal Di Media Sosial .......................... 62
4.3.2.2 Gambaran Khusus Agresivitas Verbal Di Media Sosial ......................... 64
4.3.2.2.1 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Menghina ...... 64
4.3.2.2.2 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Mengolok-olok ...................................................................................... 66
4.3.2.2.3Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Menyerang Karakter ............................................................................. 67
4.3.2.2.4 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Mengutuk ...... 68
4.3.2.2.5 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Umpatan ....... 70
4.3.2.2.6 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Menyerang Kompetensi ...................................................................... 71
4.3.2.2.7 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Lambang Non Verbal ........................................................................... 73
4.3.1.3 Gambaran Umum Dukungan Sosial Kelompok Sebaya......................... 76
4.3.1.3 Gambaran Khusus Dukungan Sosial Kelompok Sebaya ....................... 78
4.3.1.3.1 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Emosional ........................................................................... 79
4.3.1.3.2 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Penghargaan ...................................................................... 80
4.3.1.3.3 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Instrumental ....................................................................... 82
4.3.1.3.4 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Informasi ............................................................................ 83
4.3.1.3.5 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Jaringan Sosial ................................................................... 85
4.4 Pembahasan .................................................................................................. 87
xii
4.4.1 Pembahasan Hasil Analisis Inferensial Dukungan Sosial Kelompok Sebaya
terhadap Agresivitas Verbal di Media Sosial ............................................ 88
4.4.2 Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif Agresivitas Verbal di
Media Sosial .............................................................................................. 91
4.4.3 Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif Dukungan Sosial
Kelompok Sebaya ...................................................................................... 92
4.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 94
5. PENUTUP
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 97
5.2 Saran .............................................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 99
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Studi pendahuluan perilaku agresi verbal di media sosial ....................... 6
Tabel 3.1 Jumlah Siswa SMAN 1 GUBUG Tahun 2018-2019 ............................. 40
Tabel 3.2 Sampel Penelitian ................................................................................... 42
Tabel 3.3 Blue Print Agresivitas Verbal ................................................................ 43
Tabel 3.4 Skoring Item Skala Agresivitas Verbal .................................................. 43
Tabel 3.5 Blue Print Dukungan Sosial Kelompok Sebaya .................................... 44
Tabel 3.6 Skoring Item Skala Dukungan Sosial Kelompok Sebaya ...................... 45
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Agresivitas Verbal................................................... 46
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Dukungan Sosial Kelompok Sebaya ....................... 47
Tabel 3.9 Interpretasi Reliabilitas Alpha cronbach................................................ 49
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Skala Agresivitas Verbal ................................... 49
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Kelompok Sebaya ....... 49
Tabel 3.12 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritis ............... 52
Tabel 4.1 Sampel Penelitian ................................................................................... 55
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Teknik One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test ..................................................................... 59
Tabel 4.3 Hasil Uji Linieritas Agresivitas Verbal dan Dukungan Sosial .............. 60
Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis Agresivitas Verbal dan Dukungan Sosial ............... 60
Tabel 4.5 Penggolongan Distribusi Frekuensi ....................................................... 61
Tabel 4.6 Gambaran Umum Agresivitas Verbal di Media Sosial .......................... 63
xiv
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Agresivitas Verbal Di Media Sosial ....................... 63
Tabel 4.8 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Menghina .......... 65
Tabel 4.9 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Mengolok-olok .................................................................................... 66
Tabel 4.10 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Menyerang Karakter ............................................................................ 68
Tabel 4.11 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Mengutuk ........ 69
Tabel 4.12 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Umpatan.......... 71
Tabel 4.13 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Menyerang Kompetensi ........................................................................ 72
Tabel 4.14 Gambaran Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Mengutuk ........ 74
Tabel 4.15 Ringkasan Agresivitas Verbal di Media Sosial ................................... 75
Tabel 4.16 Ringkasan Penjelasan Deskriptif Tiap Indikator pada
Variabel Agresivitas Verbal ................................................................ 76
Tabel 4.17 Gambaran Umum Dukungan Sosial Kelompok Sebaya ...................... 77
Tabel 4.18 Statistik Deskriptif Dukungan Sosial Kelompok Sebaya .................... 78
Tabel 4.19 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok Sebaya berdasarkan
Dukungan Emosional .......................................................................... 79
Tabel 4.20 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok Sebaya berdasarkan
Dukungan Penghargaan....................................................................... 81
Tabel 4.21 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok Sebaya berdasarkan
Dukungan Instrumental ....................................................................... 82
Tabel 4.22 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok Sebaya berdasarkan
Dukungan Informasi ............................................................................ 84
Tabel 4.23 Gambaran Dukungan Sosial Kelompok Sebaya berdasarkan
Dukungan Jaringan Sosial ................................................................... 85
Tabel 4.24 Ringkasan Dukungan Sosial Kelompok Sebaya .................................. 86
xv
Tabel 4.25 Ringkasan Penjelasan Deskriptif Tiap Aspek pada Variabel
Dukungan Sosial ................................................................................. 87
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Layanan Internet yang Sering Diakses .............................................. 2
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................ 37
Gambar 4.1 Diagram Agresivitas Verbal di Media Sosial ................................... 64
Gambar 4.2 Diagram Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Menghina ....... 65
Gambar 4.3 Diagram Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Mengolok-olok .................................................................................. 67
Gambar 4.4 Diagram Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Menyerang Karakter .......................................................................... 68
Gambar 4.5 Diagram Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Mengutuk ....... 70
Gambar 4.6 Diagram Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator Umpatan ........ 71
Gambar 4.7 Diagram Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Menyerang Kompetensi .................................................................... 73
Gambar 4.8 Diagram Agresivitas Verbal Berdasarkan Indikator
Lambang Non Verbal ........................................................................ 74
Gambar 4.9 Diagram Analisis Agresivitas Verbal di Media Sosial..................... 75
Gambar 4.10 Diagram Dukungan Sosial Kelompok Sebaya ............................... 78
Gambar 4.11 Diagram Dukungan Sosial Kelompok Sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Emosional ...................................................................... 80
Gambar 4.12 Diagram Dukungan Sosial Kelompok Sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Penghargaan .................................................................. 81
Gambar 4.13 Diagram Dukungan Sosial Kelompok Sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Instrumental ................................................................... 83
Gambar 4.14 Diagram Dukungan Sosial Kelompok Sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Informasi ....................................................................... 84
xvii
Gambar 4.15 Diagram Dukungan Sosial Kelompok Sebaya Berdasarkan Aspek
Dukungan Jaringan Sosial ................................................................. 86
Gambar 4.16 Diagram Analisis Dukungan Sosial Kelompok Sebaya ................. 87
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Skala penelitian............................................................................... 105
Lampiran 2 Tabulasi Data Agresivitas Verbal ................................................... 113
Lampiran 3 Tabulasi Data Dukungan Sosial ..................................................... 119
Lampiran 4 Hasil Olah Data .............................................................................. 127
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ........................................................................ 137
Lampiran 6 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................... 138
Lampiran 7 Dokumentasi ................................................................................... 139
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Generasi Z atau generasi internet di era digital ini memiliki kebebasan
dalam mengakses informasi melalui media internet. Apapun yang dilakukan
kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil generasi ini sudah
mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap kepribadian. Bagi generasi Z informasi dan teknologi adalah
hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan karena mereka lahir dimana akses
terhadap informasi khususnya internet sudah menjadi budaya global. Penggunaan
smartphone pun meningkat dari tahun 2015 yang hanya 55 juta menjadi 100 juta
pada tahun 2018, hal ini menjadikan Indonesia peringkat ke 4 setelah Cina dalam
penggunaan smartphone terbanyak di dunia. Terdapat perbedaan karakteristik
generasi internet dengan generasi-generasi sebelumnya, salah satu faktor utama
yang membedakan adalah penguasaan informasi dan teknologi (Putra,2016).
Pada tahun 2017 lalu pengunaa internet di Indonesia menurut data survei
APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) mencapai 143,26 juta jiwa
dari total populasi penduduk Indonesia 262 juta orang. Angka tersebut naik dari
tahun sebelumnya yang hanya 132,7 juta jiwa. Pengguna internet terbesar
berdasarkan usia ditempati rentang usia 13-18 tahun atau usia remaja sebanyak
2
75,50 %. Para remaja menggunakan internet setiap hari dengan durasi lebih dari 7
jam sehari (www.apjii.or.id, 16/10/2018).
Layanan internet yang sering diakses oleh pengguna internet di Indonesia
yaitu
Gambar 1.1 Layanan internet yang sering diakses
Penggunaan layanan internet yang sering diakses yaitu chatting, media sosial, lihat
gambar/video, dll. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan internet di Indonesia
didominasi oleh aplikasi chatting dan media sosial. Kecanggihan teknologi
membuat semua aspek kehidupan dapat dipermudah menggunakan internet,
termasuk kebutuhan komunikasi yang dipermudah dengan media sosial.
Media sosial saat ini merupakan hal yang penting, tidak hanya sebagai
media komunikasi tetapi telah menjadi lifestyle atau gaya hidup. Masyarakat tidak
ingin ketinggalan karena tidak memiliki akun media sosial. Memanfaatkan media
sosial sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, berbagi segala hal mengenai
keseharian penggunanya ataupun momen-momen penting dalam hidup kepada
3
banyak orang terutama teman-temannya. Media sosial juga digunakan sebagai
media berbagi berita dan ilmu pengetahuan sehingga dapat menambah pengetahuan
bagi para penggunanya.
Media sosial memiliki beberapa jenis, seperti Facebook untuk mencari
teman, Twitter dan Blog sebagai tempat curhat, Line, BBM, dan WhatsApp yang
digunakan sebagai perantara komunikasi, hingga YouTube sebagai sarana untuk
menonton video. Media sosial yang paling sering diakses oleh masyarakat
Indonesia yaitu YouTube sebanyak 43% suara dari koresponden online, Facebook
sebanyak 41% suara, WhatsApp sebanyak 40% suara, Instagram sebanyak 38%
suara, Line sebanyak 33% suara, BBM sebanyak 28%, Twitter sebanyak 27% suara,
Google+ sebanyak 25% suara, Facebook Messenger dan LinkedIn sebanyak 16%
suara (www.brilio.net, 25/10/2018).
Sifat media sosial yang terbuka membuat penggunanya secara bebas
memberikan opini, komentar pada postingan serta memberikan informasi dengan
cepat dan tak terbatas. Menurut Tartila (2014) pengguna media sosial yang aktif
akan lebih memiliki kesempatan untuk melakukan agresif verbal di media sosial hal
ini dikarenakan sifat keterbukaan yang dimiliki media sosial menyebabkan individu
menjadi memiliki kebebasan untuk memposting opini mereka yang cenderung
berisi penghinaan dalam media sosial. Remaja sangat mudah melampiaskankan dan
mengeluarkan emosinya di social media tanpa memikirkan dampak kedepannya
(Daniel, 2009). Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai satu-satunya media yang
efektif bagi individu yang memiliki kepribadian malu,gugup, diam dan
4
mengantisipasi untuk tidk berinteraksi demi menghindari pandangan negatif dari
orang lain (Gecer & Gumus, 2010) .
Penggunaan media sosial memiliki dampak yang positif bagi penggunanya.
Dikutip dari laman Kompasiana.com dampak positif penggunaan media sosial
diantaranya yaitu sebagai tempat promosi murah, memperluas jaringan pertemanan,
media komunikasi yang mudah, tempat mencari informasi yang bermanfaat, serta
tempat berbagi foto yang bermanfaat (www.kompasiana.com, 17/01/2019). Namun
dengan bermain aktif di media sosial tidak hanya memberikan dampak positif tetapi
dampak negatif juga. Dampak negatif diantanya yaitu dapat mengganggu kegiatan
belajar, adanya bahaya kejahatan, bahaya penipuan, mengganggu kehidupan dan
komunikasi keluarga serta tidak semua pengguna media sosial bersifat sopan.
Dampak negatif dari penggunaan media sosial juga memunculkan perilaku
agresivitas. Agresivitas pada remaja sekarang ini meningkat baik dari segi kualitas
maupun kuantitas (Santoso, 2004). Seperti perilaku agresivitas di media sosial
dikarenakan sikap pengguna media sosial yang kurang baik. Agresivitas yang
dilakukan seperti mengeluarkan kata-kata kasar, menyebarkan berita bohong,
mencaci bahkan memfitnah orang lain di media sosial.
Perilaku agresivitas di media sosial sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan stress, depresi bahkan bunuh diri. Perilaku agresivitas di media sosial
juga dapat menyebabkan perilaku agresivitas secara fisik juga. Banyak kasus di
Indonesia yang menunjukkan perilaku agresivitas di media sosial seperti kasus AU
di Pontianak yang dikeroyok oleh beberapa 12 temannya yang masih pelajar,
pemicu awalnya adalah berbalas komentar di media sosial. Karena tak terima
5
teman-teman AU akhirnya melakukan kekerasan secara fisik
(https://www.jawapos.com, 12/8/2019).
Selain itu banyak kasus kenakalan remaja yang dilakukan melalui media
sosial seperti kasus dari pelajar kota Solo yang membuat grup WhatsApp untuk
janjian bolos dari sekolah. Dalam grup tersebut terdapat 12 siswa yang terdiri dari
8 siswa SMA dan 4 siswa SMP. Hal ini terungkap karena mereka tertangkap oleh
petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) ketika membolos sekolah
(https://news.okezone.com, 12/8/2019).
Fenomena-fenomena di atas merupakan contoh dari perilaku agresi.
Menurut Baron dan Byrne (2005:137) “bahwa agresi merupakan tingkah laku yang
diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari
perlakuan semacam itu”. Perilaku agresi di media sosial dilakukan untuk menyakiti
orang lain dengan menjelek-jelekkan orang lain lewat postingan-postingan di media
sosial.
Perilaku agresi yang banyak dilakukan di media sosial adalah agresi verbal.
Agresi verbal di media sosial apabila melakukan tindakan mengancam secara
verbal merupakan salah satu kategori agresi menurut Medinus dan Johnson (dalam
Dayaksini dan Hudaniah, 2015:197) “secara verbal atau simbolis yang termasuk di
dalamnya adalah mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap
mengancam dan sikap menuntut”. Artinya seseorang dapat dikatakan melakukan
agresivitas verbal, memburuk-burukkan bahkan mengancam orang lain melalui
media sosial.
6
Agresi verbal merupakan fenomena yang memprihatinkan mengingat
manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki dasar untuk berinteraksi dengan
orang lain terutama untuk berteman dan bergaul di lingkungan masing-masing
(Schneider, 2005). Perilaku agresivitas secara verbal sering dianggap hal yang
umum dilakukan didalam hubungan pertemanan.
Peneliti melakukan studi pendahuluan tentang perilaku agresi verbal di
media sosial kepada 30 remaja dengan rentang usia 16-18 tahun di SMA N 1
Gubug, hasil disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1.1 Studi Pendahuluan Perilaku Agresi Verbal di Media Sosial
No Pernyataan Ya Tidak
Jumlah % Jumlah %
1 Saya pernah berdebat dengan teman di
media sosial
28 93,33% 2 6,67%
2 Saya pernah menyebarkan gosip di media
sosial
14 46,67% 16 53,33
%
3 Saya pernah berkata kasar kepada teman
di media sosial
22 73,33% 8 26,67
%
4 Saya pernah berteriak kepada teman di
media sosial
10 33,33% 20 64,67
%
5 Saya pernah mencaci teman di media
sosial
13 43,33% 17 54,67
%
Hasil studi dari indikator-indikator perilaku agresi verbal di media sosial
menunjukan adanya perilaku agresi verbal di media sosial pada remaja. Hal ini
ditunjukan dengan adanya beberapa remaja yang pernah melakukan tindakan agresi
verbal di media sosial. Lebih dari 50% responden pernah berdebat dan berkata kasar
kepada teman di media sosial, indikator ini merupakan perilaku agresivitas verbal
yang sering dilakukan. Untuk beberapa indikator lainnya hampir mendekati 50%
dari responden. Meskipun tidak semua indikator bernilai tinggi tetapi hampir
7
setengah dari responden penah melakukan agresivitas verbal di media sosial.
Berdasarkan hal-hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya agresivitas verbal di
media sosial yang dilakukan remaja karena hampir sebagian besar responden
pernah melakukan agresivitas verbal di media sosial.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa remaja pengguna media sosial
dapat meningkatkan tingkat agresivitas ketika intensitas penggunaan media sosial
yang sering dilakukan melalui status facebook, melalui chatting, dan memberikan
identitas diri pada profil facebook serta mengunggah hal-hal yang berbau
kriminalitas maupun agresivitas (Istiqomah, 2017). Penelitian lain yang dilakukan
oleh Eliani dkk (2018) terhadap penggemar idola K-pop menunjukkan bahwa aktif
menggunakan media sosial dapat menimbulkan terjadinya perilaku agresif verbal
di media sosial. Perilaku agresivitas verbal yang dilakukan karena adanya
fanatisme. Hal ini menunjukkan bahwa penggemar yang memiliki fanatisme tinggi
dapat memunculkan perilaku agresivitas verbal di media sosial.
Pengguna media sosial terbesar yaitu pada rentang usia 13-18 tahun. Secara
kronologis berada pada tahap masa perkembangan remaja. “Masa remaja adalah
suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia, yang menjembatani masa
kanak-kanak dengan masa dewasa” (Santrock, 2011:402). Dibalik masa transisi itu
remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan dan kesulitan-kesulitan.
Perilaku agresivitas verbal sering muncul ketika para remaja meluapkan
permasalahan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di media sosial. Seperti
kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh salah satu murid di SMA Negeri 1
Gubug yang inisial AR.
8
“Saya pernah berdebat dengan teman di media sosial. Saat itu teman
saya membuat status menjelek-jelekkan saya yang membuat saya
dicap jelek sama teman-teman. Saya kan tidak terima karena saya
tidak seperti itu, kemudian saya buat status balasan buat menyindir
teman saya itu. Saya membuat status yang sedikit marah-marah
(AR,26/10/2018)
Perilaku agresi dipengaruhi oleh lingkungan sosial terutama oleh teman
sebaya. Menurut Bolman dalam (Dayaksini dan Hudaniah, 2015:196) perilaku
agresi yang timbul pada usia 6-14 tahun adalah berupa kemarahan, kejengkelan,
rasa iri, tamak, cemburu dan suka mengkritik. Mereka mengarahkan perilakunya
kepada teman sebaya, saudara sekandung dan juga kepada dirinya sendiri. Perilaku
ini dilatarbelakangi adanya keinginan untuk menang, bersaing, meyakinkan diri,
menuntut keadilan dan memuaskan perasaan.
Perilaku agresif yang terjadi pada remaja karena beberapa faktor seperti
regulasi emosi dan kontrol diri . Seperti penelitian yang dilakukan oleh Anggraini
dan Desiningrum (2018) “yang menjelaskan bahwa semakin tinggi regulasi emosi
mahasiswa suku Batak, maka semakin rendah intensi agresivitas verbal
instrumental dan hal sebaliknya semakin rendah regulasi emosi mahasiswa suku
Batak, maka semakin tinggi intensi agresivitas verbal instrumental”. Serta
penelitian Aulia dan Nurwidari (2014) yang menunjukan bahwa ketika remaja
memiliki kontrol diri yang tinggi maka ia tidak akan berperilaku secara agresif.
Sebaliknya remaja yang memiliki kontrol diri yang rendah memiliki kecenderungan
untuk memunculkan perilaku agresi yang tinggi.
Akan tetapi tidak jarang perilaku tersebut muncul dikarenakan kebutuhan
perhatian untuk mendapatkan pengakuan dari sesama dan ingin diterima dalam
kelompok teman sebayanya. Menurut Santrock (2011:448) “dibandingkan anak-
9
anak, remaja awal lebih banyak menyesuaikan diri terhadap standar kawan
sebayanya”. Menurut Mitchell Pristein dkk dalam Santrock (2011:448)
...telah melakukan riset yang telah mengungkapkan bahwa remaja
yang tidak yakin akan identitas sosialnya, cenderung lebih
menyesuaikan diri dengan kawan sebayanya. Ketidakyakinan ini
sering kali meningkat selama masa transisi, seperti transisi di sekolah
dan keluarga. Demikian halnya kawan sebaya cenderung lebih
menyesuaikan diri ketika ada seseorang yang menuntut mereka status
yang lebih tinggi.
Remaja ingin masuk dalam suatu kelompok karena beberapa alasan.
Menurut Vaughan dan Hogg (dalam Sarwono dan Meinarno, 2015:170)
mengemukakakn beberapa alasan individu menjadi anggota suatu kelompok antara
lain : (1). Proksimitas; (2). Kesamaan minat, sikap atau keyakinan; (3). Saling
tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu; (4). Dukungan timbal balik yang
positif (mutual positive suport); (5). Dukungan emosional dan identitas sosial.
Menurut Kusumastuti (2014) dampak mengikuti komunitas atau kelompok adalah
sebagai tempat tukar informasi, tempat menunjukkan eksistensi, dan tempat untuk
saling menguatkan.
Di SMA N 1 Gubug ini terdapat beberapa kegiatan dan ekstrakurikuler yang
membentuk suatu kelompok. Kegiatan tersebut seperti OSIS, pramuka, PMR,
ekstrakurikuler menari, sepakbola, paduan suara, dll. Dari kegiatan-kegiatan
tersebut murid akan membentuk kelompok sebaya yang dalam kehidupan sehari-
hari akan saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain ketika
mendapatkan masalah.
Dukungan emosional yang diberikan oleh teman sebaya (kelompok sebaya)
diperlukan ketika remaja mengalami masalah merupakan wujud dukungan sosial.
10
Menurut King (2012:226) dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari
orang lain yang menunjukan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan,
dihargai, dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang
timbal balik.
Dukungan sosial dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan baik
secara langsung maupun tidak langsung, dukungan sosial yang diterima seseorang
mempengaruhi perasaan seseorang sehingga mereka tidak merasa sendirian.
Menurut Goldsminth dalam Suryani (2017) mengatakan bahwa dukungan sosial
merupakan sumber dari bagaimana seseorang berbicara mengenai sebuah masalah
dan individu lain dapat membantunya, individu lain yang dimaksud dalam hal ini
adalah teman atau keluarga.
Menurut Broman dalam Taylor dkk (2012:555) “dukungan sosial bisa
afektif dalam mengatasi tekanan psikologis pada masa-masa yang sulit dan
menekan”. Penelitian yang dilakukan Wiyarti dan Imam (2017)
…Pada santri di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam
Surakarta yang menunjukan bahwa dukungan sosial teman sebaya
dapat mengurangi stres akibat tekanan-tekanan dalam menghafal
Al-Quran menjadi lebih ringan, sehingga pada akhirnya dukungan
sosial teman sebaya dapat mengurangi prokrastinasi menghafal Al-
Quran sebagai salah satu bentuk coping stres.
Para pelajar yang mendapatkan dukungan teman sebaya akan mendapatkan
motivasi untuk berprestasi yang tinggi (Ulfah & Ariati, 2017). Remaja
membutuhkan dukungan teman sebaya untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Namun dengan adanya media sosial yang memfasilitasi untuk
berkomunikasi dan mempermudahkan untuk berkomunikasi dengan teman
sebayanya. Dengan begitu kemungkinan mendapatkan dukungan sosial dapat
terjadi melalui komunikasi di media sosial. Menurut Rahmawati & Nurhamida
(2018)
11
...Dukungan sosial yang dilakukan di media sosial sama seperti
dukungan sosial di dunia nyata tetapi caranya yang berbeda seperti
menyebarkan informasi yang penting sesuai kebutuhan melalui
media sosial, bantuan secara materiil namun caranya
mendapatkannya berbeda, rekomendasi kenalan mengenai
kebutuhan yang dialami seperti online shop bagus dan terpercaya,
kenalan dokter gigi hingga rekomendasi yang lain.
Dukungan sosial di media sosial yang terjadi di media sosial menurut
Suryani (2017) adalah dukungan emosional dan dukungan informasional.
Dukungan emosional berupa komentar, dan simbol like disetiap postingan di media
sosial. Dukungan informasional adalah dukungan berupa informasi yang diperoleh
di postingan tersebut.
Seperti Timnas Indonesia U-15 yang saling dukung dengan U-18 di media
sosial. Kedua tim saling mendoakan prestasi terbaik, seperti unggahan video Fakhri
Husaini yang merekam bahwa Sutan Zico yang mewakili teman-temnnya
mengucapkan “kami keluarga besar Timnas U-18 mengucapkan selamat bertanding
untuk Timnas U-15. Selamat berjuang melanjutkan perjuangan semoga juara”(
https://www.cnnindonesia.com/12/8/2019). Dukungan dari kelompok akan
menumbuh rasa semangat dalam menjalankan suatu pekerjaan.
Selain itu dukungan sosial dari kelompok sebaya sangat membantu orang
yang mengalami kekerasan. Seperti pada kasus Audrey, di media sosial banyak
tagar Justice for Audrey, dukungan ini merupakan wujud dari dukungan emosional
yang diberikan teman-teman dan orang lain kepada Audrey melalui media sosial.
selain dari teman-temannya, Audrey bahkan mendapat dukungan dari beberapa
artis dan selebgram yang ikut mengunggah dukungan di media sosial meraka
(https://jateng.tribunnews.com/12/8/2019). Dukungan ini membuat orang tersebut
12
merasa diperhatikan dan disayangi. Dalam menghadapi masalah pun akan akan
terasa ringan.
Penelitian Margiani dan Ekayati (2013) menunjukkan bahwa dukungan
keluarga memberikan rasa aman bagi seorang istri yang menjalani pernikahan jarak
jauh dan meminimalisir timbulnya agresivitas dari stres yang dialami. Penelitian
tentang dukungan sosial kelompok sebaya di media sosial masih sedikit, berbeda
dengan dukungan sosial yang sudah banyak diteliti. Dari fenomena dan penelitian-
penelitian tentang agresivitas remaja di media sosial diatas menarik untuk diteliti
karena remaja sekarang merupakan remaja dengan penggunaan media sosial yang
tinggi. Banyak permasalahan yang akan dihadapi dengan adanya dukungan dari
teman sebaya (kelompok sebaya) melalui komunikasi di media sosial.
Penelitian ini memiliki keunikan untuk diteliti karena belum ada peneliti
yang mengaitkan pengaruh dukungan sosial kelompok sebaya di media sosial
terhadap agresivitas verbal di media sosial. Maka peneliti tertarik ingin melakukan
penelitian tentang pengaruh dukungan sosial kelompok sebaya terhadap agresivitas
verbal di media sosial pada remaja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut
1. Bagaimana hubungan dukungan sosial kelompok sebaya dengan agresivitas
verbal di media sosial?
2. Bagaimana agresivitas verbal remaja di media sosial?
3. Bagaimana dukungan kelompok sebaya di media sosial?
13
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial kelompok sebaya dengan
agresivitas verbal di media sosial
2. Untuk mengetahui agresivitas verbal remaja di media sosial.
3. Untuk mengetahui dukungan kelompok sebaya di media sosial.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah tentang
perilaku agresivitas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
bahan referensi yang memberikan informasi, khususnya bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Remaja
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pada remaja mengenai
manfaat dari penggunaan media sosial. Remaja diharapkan memahami
pentingnya penggunaan media sosial dan dapat menggunakan media sosial
dengan positif untuk pengembangan diri mereka.
b. Bagi Orang Tua
Penelitian ini diharapkan memberi gambaran pada orang tua tentang
pentingnya pengetahuan mengenai dinamika penggunaan media sosial di
kalangan remaja. Orang tua diharapkan mampu bersikap lebih bijak lagi
dalam mengawasi dan mendidik anaknya agar dapat membentuk
14
kepribadian positif pada anak sejak dini sehingga anak dapat terhindar dari
dampak negatif penggunaan media sosial.
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Agresivitas Verbal
2.1.1 Pengertian Agresivitas Verbal
Terdapat banyak tokoh yang mengemukakan pengertian tentang agresivitas
verbal. Agresivitas verbal merupakan salah satu wujud dari agresi. Pada dasarnya
semua agresivitas mempunyai satu kesamaan yaitu bertujuan untuk menyakiti
orang lain. Menurut Infante dan Wigley (1986) mengartikan agresivitas verbal
merupakan serangan terhadap konsep diri orang lain, atau posisi seseorang dalam
sebuah topik pembicaraan yang bertujuan untuk menyakiti secara psikologis agar
orang lain tersebut tidak disukai.
Menurut Barkowitz (2003;20) perilaku agresivitas verbal yaitu perilaku
yang diungkapkan dengan verbal yang dimaksudkan untuk menyakiti orang dalam
bentuk umpatan atau ancaman. Menurut Reitman dan Villa (2004) agresi verbal
dapat didefinisikan sebagai perilaku berbahaya yang sengaja dilakukan karena
penyalahgunaan kekuasaan seperti menggoda, mengejek atau mengancam,
biasanya dilakukan oleh individu dengan status kekuasaan yang tinggi (berdasarkan
jumlah atau ukurannya) terhadap individu yang lebih rendah status dan
kekuasaannya.
Menurut Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009:197) perilaku
agresivitas verbal adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti,
16
mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek yang menjadi
sasaran tersebut secara verbal atau melalui kata-kata secara langsung ataupun tidak
langsung, seperti memaki, menolak berbicara, menyebar fitnah, tidak memberi
dukungan. Menurut Viotti dkk (2015) agresivitas verbal merupakan bentuk agresi
psikologis secara langsung yang termasuk berteriak kepada orang lain atau berkata
sarkastik.
Menurut McCabe dan Lipscomb (dalam Poling dkk: 2019) mendefinisikan
agresivitas verbal sebagai kalimat yang dinilai sebagai teguran, perintah keras,
mengadu, menggunjung, menghina, menolak, pernyataan permusuhan, tuduhan,
kritikan dan sumpah serapah.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku agresivitas verbal adalah bentuk suatu perilaku yang sengaja dilakukan
untuk menyakiti, mencelakakan dan membahayakan orang lain atau objek yang
menjadi sasaran tersebut secara verbal atau melalui kata-kata secara langsung atau
tidak langsung, seperti memaki, mengejek, menghina, menyebar fitnah, tidak
memberi dukungan.
2.1.2 Teori-Teori Agresivitas Verbal
Teori tentang agresivitas verbal sama dengan teori agresi. Ada beberapa
teori yang menjelaskan mengenai timbulnya beberapa perilaku agresi. Banyak teori
agresi yang dikemukakan oleh ahli-ahli Psikologi yang masing- masing dilandasi
oleh keahliannya. Terdapat tiga teori yang masih berpengaruh yaitu teori insting,
teori frustasi agresi dan teori belajar sosial.
17
a. Teori Instink
Tokoh utama dari teori ini adalah Sigmund Freud, Konrad Lorez dan Robert
Ardrey. Menurut Freud (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2015:180) dengan teori
psikoanalisa berpandangan bahwa pada dasarnnya pada diri manusia terdapat dua
macam instink, yaitu instink untuk hidup dan instink untuk mati. Menurut Freud
agresi dapat dimasukkan dalam instink mati yang merupakan ekspresi dari hasrat
kepada kematian (death wish) yang berada pada taraf tidak sadar. Dalam
pegungkapan Death wish disini dapat berbentuk agresi yang ditunjukan kepada diri
sendiri (misalnya: bunuh diri) atau ditunjukan kepada orang lain. Dalam diri
individu terdapat agen pengendali atas pengungkapan instink kematian (juga
instink seksual), yakni super ego yang memainkan peranannnya sebagai wakil
orang tua dan masyarakat.
Menurut Lorenz (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2015:181) dengan teori
etologi berpandangan bahwa dorongan agresi ada di dalam diri setiap makhluk
hidup yang memiliki fungsi dan peranan penting bagi pemeliharaan hidup atau
dengan kata lain memiliki nilai survival. Lorenz merumuskan instink dengan
menggunakan konsep energi serta menggunakan model hidraulik untuk
menerangkan proses kemunculan atau mekanisme tingkah laku instinktif/naluriah.
Lorenz berasumsi bahwa setiap tingkah laku naluriah memiliki sumber energi yang
disebut energi tindakan spesifik (action specific energy) dan kemunculannya
dikunci oleh pelepasan bawaan (innate releasing mechanism).
18
b. Teori Frustasi Agresi
Dollar dkk (dalam Krahe, 2005:56) mengemukakan hipotesis bahwa
frustasi akan menyebabkan agresi, frustasi mengaktifkan keinginan bertindak
agresif terhadap sumber frustasi. Individu tidak selalu melakukan agresi kepada
yang menjadi sumber penyebab frustasi. Ketakutan akan hukuman atas tindakan
agresi atau ketiadaan penyebab frustasi mengakibatkan agresi diarahkan kepada
pihak lain yang sebenarnya bukan penyebab frustasi (Dayaksini & Hudaniah,
2015:188).
c. Teori Belajar Sosial (Social Learning)
Teori belajar sosial menekan bahwa perilaku agresif dihasilkan oleh pola
asuh (nurture), yaitu diperoleh melalui proses-proses belajar seperti kebanyakan
perilaku sosial lainnya (Bandura dalam Krahe, 2005:66). Perilaku agresi dilihat
dengan mengacu dua prinsip belajar yaitu pengondisian instrumental (instrumental
conditioning) dan meniru (modelling). Pengondisian instrumental dengan belajar
melalui hadiah dan hukuman untuk perilaku agresifnya. Meniru dengan belajar
mengamati perilaku orang lain yang bertindak agresif.
Sarwono dan Meinarno (2009:148-152) membagi teori agresi menjadi 3
bagian yakni biologis, psikoanalisis, dan behavioristik.
a. Biologis
Teori ini menekankan pada tingkah laku hewan sebagai rujukan tingkah
laku manusia karena agresivitas manusia sama halnya dengan agresivitas hewan
dan fungsi-fungsi alami organ tubuh. Salah satu faktornya adalah hormon, yakni
hormon androgen dan hormon tesosteron yang terdapat pada lelaki. Kedua hormon
19
tersebut menunjukkan hubungannya dengan kekerasan. Selain hormon terdapat
bagian otak yang disebut hipotalamus terkait dengan tingkah laku agresi.
Hipotalamus adalah bagian kecil dari otak yang terletak di bawah otak, berfungsi
untuk menjaga homeostatis serta membentuk dan mengatur tingkah-tinkah laku
vital seperti makan, minum, dan hasrat seksual. Penelitian yang dilakukan oleh
Albert (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009:150) menemukan bahwa tumor yang
tumbuh di bagian hipotalamus memicu munculnya tingkah laku agresi.
b. Psikodinamika
Teori ini melihat bahwa tingkah laku agresi merupakan bagian dari insting
yang merupakan bawaan alami manusia. Manusia memiliki dua insting dasar.
Pertama adalah insting hidup (eros) dan kedua adalah insing mati (thanatos/dead
insting). Insting mati ini yang membawa manusia pada dorongan agresif.
c. Behavioristik
Keinginan yang tidak tercapai menimbulkan perasaan tidak nyaman yang
kemudian menjadi frustasi. Kondisi frustasi menimbulkan kemarahan yang
kemudian menjadi tingkah laku agresif. Kemudian John Dollar dan Neal Miller
melakukan penelitian yang kemudian mengemukakan teori frustasi-agresi. Bandura
mengemukakan teori belajar sosial yang menjelaskan bagaimana agresivitas
sebagai tingkah laku sosial yang dipelajari. Tingkah laku agresi merupakan salah
satu bentuk tingkah laku yang rumit, agresivitas tidaklah alami oleh karena itu
dibutuhkan pembelajaran. Belajar agresi bisa secara langsung dan melalui media
massa. Tayangan-tayangan yang penuh dengan kekerasan tampaknya menjadi salah
20
satu hal yang memicu agresivitas. Peran orang tua juga penting dalam terbentuknya
tingkah laku agresi khususnya remaja.
Agresivitas verbal merupakan bagian dari perilaku agresi. Oleh karena teori
agresivitas verbal yaitu teori biologis, teori psikodinamika atau teori insting, teori
frustasi-agresi serta teori behavioristik.
2.1.3 Jenis-Jenis Agresivitas Verbal
Perilaku agresi menurut Myer (2012:69) dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Hostile Aggression
Agresi yang didorong oleh kemarahan dan dilakukan dengan tujuan
melampiaskan kemarahan itu sendiri seperti melukai, merusak, atau merugikan
orang lain.
b. Instrumental Aggression
Agresi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan oleh individu
kepada orang lain.
Buss (Dayakisni & Hudaniah, 2015:197) membagi jenis-jenis perilaku
agresivitas verbal kedalam beberapa bentuk yaitu:
a. Agresi verbal aktif langsung
Yaitu tindakan agresi secara verbal yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok
lain seperti menghina, memaki, marah, mengumpat.
b. Agresi verbal pasif langsung
Yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan individu atau kelompok dengan
cara berhadapan lagsung dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi
21
kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara, bungkam, dan gerakan tutup
mulut.
c. Agresi verbal aktif tidak langsung
Yaitu tindakan agresi secara verbal dan aktif yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung terhadap individu atau
kelompok lain yang menjadi targetnya seperti menyebar fitnah dan mengadu
domba, menggosip.
d. Agresi verbal pasif tidak langsung
Yaitu tindakan agresi verbal, pasif yang dilakukan oleh individu atau kelompok
dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi
targetnya seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
jenis agresivitas verbal yaitu agresi yang dilakukan secara simbolis atau secara
verbal seperti mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap
mengancam dan menunt. Perilaku agresivitas verbal memiliki jenis agresi verbal
aktif langsung, agresi verbal aktif tidak langsung, agresi verbal pasif langsung dan
agresi verbal pasif tidak langsung.
2.1.4 Dimensi Agresivitas Verbal
Buzz dan Perry (dalam Reyna dkk, 2011) membagi dimensi agresivitas
menjadi empat kelompok yaitu:
a. Physical agression (PA)
Merupakan agresi overt (terlihat). Physical agression yaitu tindakan menyakiti,
mengganggu, atau membahayakan orang lain melalui respon motorik dalam bentuk
22
fisik. Tendensi individu melakukan serangan secara fisik untuk mengekspresikan
kemarahan atau agresi. Bentuk serangan fisik tersebut seperti mendorong,
memukul, mencubit, menendang, dan lainnya.
b. Verbal agression (VA)
Verbal agression yaitu tindakan menyakiti, mengganggu, atau membahayakan
orang lain melalui respon motorik dalam bentuk verbal. Tendensi menyerang orang
lain atau memberikan stimulus yang merugikan dan menyakitkan secara verbal,
melalui kata-kata atau penolakan. Bentuk serangan verbal tersebut meliputi cacian,
makian, mengumpat, penolakan
c. Anger (A)
Anger merupakan suatu bentuk reaksi afektif berupa dorongan fisiologis
sebagai tahap persiapan agresi. Beberapa bentuk anger adalah perasaan marah,
kesal, sebal, dan bagaimana mengontrol hal tersebut. Termasuk di dalamnya adalah
irritability, yaitu mengenai temperamental, kecenderungan untuk cepat marah, dan
kesulitan mengendalikan amarah
d. Hostility (H)
Hostility yaitu tergolong kedalam agresi covert (tidak kelihatan). Hostility
mewakili komponen kognitif yang terdiri dari dua bagian, yaitu resenment yaitu
perasaan iri dan cemburu terhadap orang lain, dan supicion seperti adanya
ketidakpercayaan, kekhawatiran, dan proyeksi dari rasa permusuhan terhadap
orang lain.
23
Buss (Dayakisni & Hudaniah, 2015:197) mengkategorikan jenis-jenis
perilaku agresivitas dalam bentuk verbal-non verbal, langsung-tidak langsung,
aktif-pasif, kemudian disusun dimensinya berdasarkan kategori tersebut yaitu :
a. Agresivitas fisik aktif langsung
Tindakan agresivitas fisik yang dilakukan oleh suatu perbuatan oleh individu
atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau
kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung,
seperti memukul, mendorong atau menembak.
b. Agresivitas fisik pasif langsung
Tindakan agresi yang dilakukan dengan perbuatan oleh individu ataupun
kelompok dengan cara berhadapan secara langsung kepada individu atau kelompok
lain yang menjadi target, namun tanpa adanya kontak fisik secara langsung seperti
demonstrasi, aksi mogok, aksi diam.
c. Agresi fisik aktif tidak langsung
Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain dengan
cara tidak berhadapan secara langsung melainkan dengan menggunakan media
tertentu misalnya menyuruh orang lain untuk melakukan agresi terhadap individu
atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara
langsung seperti menyuruh orang lain untuk menjadi tidak peduli, apatis, masa
bodoh terhadap korban.
d. Agresi fisik pasif tidak langsung
Tindakan agresi yang dilakukan dengan perbuatan tanpa adanya kontak fisik
secara langsung yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain namun tidak
24
berhadapan secara langsung dengan yang menjadi targetnya, seperti merusak harta
korban, membakar rumah, menyewa tukang pukul.
e. Agresi verbal aktif langsung
Yaitu tindakan agresi secara verbal yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok
lain seperti menghina, memaki, marah, mengumpat.
f. Agresi verbal pasif langsung
Yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan individu atau kelompok dengan
cara berhadapan lagsung dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi
kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara, bungkam, dan gerakan tutup
mulut.
g. Agresi verbal aktif tidak langsung
Yaitu tindakan agresi secara verbal dan aktif yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung terhadap individu atau
kelompok lain yang menjadi targetnya seperti menyebar fitnah dan mengadu
domba, menggosip.
h. Agresi verbal pasif tidak langsung
Yaitu tindakan agresi verbal, pasif yang dilakukan oleh individu atau kelompok
dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi
targetnya seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.
Berdasarkan dimensi di atas dapat disimpulkan bahwa dimensi agresivitas
verbal yaitu agresi verbal aktif langsung, agresi verbal aktif tidak langsung, agresi
verbal pasif langsung dan agresi verbal pasif tidak langsung.
25
Untuk mengukur agresivitas, peneliti menggunakan Verbal Aggresiveness
Scale (VAS) yang dikembangkan oleh Infante dan Wigle pada tahun 1986, tetapi
dalam perkembangannya terdapat perdebatan apakah skala ini merupakan
multidimensional atau unidimensional (Crouncher dkk, 2013). Pada akhirnya
banyak peneliti yang hanya menggunakan 10 item yang menunjukkan jenis perilaku
agresi verbal dari 20 item di skala aslinya. Levine dkk (2004) menyarankan untuk
menggunakan 10 item jenis perilaku agresi verbal karena item tersebut lebih akurat
dalam mengukur, sedangkan 10 item lainnya kurang mendukung kriteria perilaku
agresi verbal. Beatty dkk (1999) menyatakan hanya setengah dari 20 item dari
Verbal Aggresiveness Scale (VAS) yang dikembangkan oleh Infante dan Wigle
yang dapat mengukur agresivitas verbal. Infante dkk (1990) menggunakan 10 item
tipe pesan agresi verbal yang diambil dari Verbal Aggresiveness Scale (VAS). Tipe
pesan agresi verbal seperti menghina, mengolok-olok, menyerang karakter,
mengutuk, umpatan, menyerang kompetensi dan lambang non verbal.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
pengukuran agresivitas verbal menggunakan 10 item tipe pesan agresi verbal yang
diambil dari Verbal Aggresiveness Scale (VAS) seperti menghina, mengolok-olok,
menyerang karakter, mengutuk, umpatan, menyerang kompetensi dan lambang non
verbal.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agresivitas Verbal
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresivitas verbal yaitu :
26
a. Sosial
Menurut Sarwono dan Meinarno (2009: 152) frustasi kerap menjadi penyebab
agresivitas verbal, orang yang mengalami frustasi kemungkinan akan melakukan
agresivitas verbal. Manusia akan cenderung untuk membalas dangan derajat agresi
yang sama atau sedikit lebih tinggi daripada yang diterimanya/balas dendam.
Menurut Berkowitz (2003:54) frustasi bisa mempengaruhi kemungkinan untuk
melakukan serangan terbuka, mereka bisa menjadi agresif meskipun hanya
menemui rintangan yang sifatnya legal atau tak sengaja. Dorongan agresif mungkin
tidak selalu tampak mata, akan tetapi bisa juga rintangan yang tidak bertentangan
dengan kaidah sosial menyebabkan kecenderungan agresi.
Pengaruh dari teman, teman merupakan salah satu agen sosialisasi yang
dijumpai anak-anak dalam kehidupan, dari waktu kecil hingga dewasa. Teman ini
mengajari cara bertindak dalam situasi tertentu, dengan berperan sebagai model dan
dengan memberi suatu penerimaan atau dukungan apabila mereka bertindak dengan
cara yang dianggap pas (Berkowitz, 2003:220).
Dalam kelompok atau geng, anak-anak merasa dapat penerimaan dan status,
mereka merasa penting dalam geng, sementara di tempat lain tidak berharga.
Mereka juga mendapatkan dukungan bahwa pandangan dan sikap mereka bersama
itu benar, bahkan bahaya yang mereka takuti dapat diatasi. Dukungan ini
memainkan peran penting pada perilaku agresif anak. Seorang anak yang
mengalami penyimpangan sosial mungkin tidak berani melanggar hukum, tetapi
jika bersama teman-teman anggota geng, ia merasa berani dan aman (Berkowitz,
2003:220).
27
Pengaruh model terhadap anak juga bisa mempengaruhi kecenderungan agresif
anak, tidak perduli apakah orang lain itu ingin ditiru atau tidak. Dalam psikologi,
fenomena ini disebut dengan modeling dan mendefinisikannya sebagai pengaruh
yang timbul ketika orang lain melihat orang lain (model) bertindak dengan cara
tertentu dan kemudian meniru perilaku model (Berkowitz, 2003:245). Media massa
televisi merupakan tontonan dan secara alami mempunyai kesempatan lebih bagi
penontonnya untuk mengamati apa yang disampaikan secara jelas sehingga terjadi
proses modeling pada anak (Sarwono dan Meinarno, 2009:156).
Kondisi tidak menyenangkan ini dapat berupa memberikan sikap dingin, acuh,
tidak konsisten terhadap apa yang diinginkan dari si anak, serta memberikan
hukuman yang brutal jika si anak tidak mematuhi perintah. Dari kondisi tidak
menyenangkan tersebut, dapat dipastikan bahwa anak akan menjadi relatif agresif
secara verbal apabila berada di luar lingkungan keluarga (Berkowitz, 2003:226).
Pengalaman pada waktu masih kecil memiliki kemungkinan untuk menjadikan
anak bertinda agresi emosional, sehingga waktu dewasa menjadi agresif dan anti
sosial (Berkowitz, 2003:212).
Konflik keluarga, banyak yang beranggapan bahwa banyak anak nakal
merupakan korban penyimpangan sosial dari kondisi keluarga abnormal. Hal
tersebut dikarenakan mereka tidak hanya tumbuh dalam kemiskinan tetapi juga
hanya mempunyai satu orang tua dan bukan dua sehingga mereka belajar untuk
tidak menerima norma dan nilai-nilai tradisional masyarakat (Berkowitz,
2003:241).
28
b. Personal
Menurut Sarwono dan Meinarno (2009: 153) pola tingkah laku berdasarkan
kepribadian. Orang dengan pola tingkah laku tipe A cenderung lebih agresivitas
verbal daripada orang dengan tipe B. Tipe A identik dengan karakter terburu-buru
dan kompetitif ( persaingan) dan cenderung melakukan hostile aggression,
sedangkan tipe B bersikap sabar, kooperatif, nonkompetisi, nonagresif dan sering
melakukan instrumental aggression. Perbedaan jenis kelamin juga membedakan
tingkat agresivitas. Laki-laki sering lebih agresif dibandingkan dengan perempuan.
Perasaan negatif merupakan akar dari agresi emosional. Salah satu bentuk dari
perasaan negatif adalah inferiority feeling. Inferiority feeling adalah suatu bentuk
perasaan negatif terhadap dirinya sendiri (Berkowitz, 2003:75).
Penilaian mungkin tidak begitu penting, tetapi jelas bisa mempunyai pengaruh
besar. Paling tidak, interpretasi bisa menentukan apakah kejadian emosional
menyenangkan atau tidak menyenangkan, seberapa kuat perasaan yang ditimbulkan
dan apakah faktor penahan memainkan peranan. Dengan demikian, pikiran dapat
mempengaruhi agresivitas seseorang dengan menentukan kejadian emosionalnya
terlebih dahulu (Berkowitz, 2003:137).
c. Kebudayaan
Menurut Sarwono dan Meinarno (2009: 154) lingkungan juga berperan
terhadap tingkah laku, maka salah satu penyebab perilaku agresif adalah
kebudayaan. Beberapa ahli dari berbagai bidang ilmu seperti antropoligi dan
psikologi menengarai faktor kebudayaan dengan agresif yaitu dengan melihat pada
lingkungan yang hidup dipantai/pesisir, menunjukkan karakter lebih keras daripada
29
masyarakat yang hidup diperdalaman. Nilai dan norma yang mendasari sikap dan
tingkah laku masyarakat juga berpengaruh terhadap agresivitas satu kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresivitas
verbal memiliki banyak faktor penyebab, yaitu faktor yang berasal dari diri individu
sendiri maupun dari luar diri individu. Adapun faktor yang berasal dari diri
individu, yaitu faktor perasaan frustrasi, perasaan negatif, pikiran atau kognisi, dan
pengalaman masa kecil. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu yaitu
pengaruh teman, pengaruh kelompok, kondisi tidak menyenangkan yang diciptakan
orang tua, konflik keluarga, dan pengaruh model.
2.2 Dukungan Sosial Kelompok Sebaya
2.2.1 Pengertian Dukungan Sosial Kelompok Sebaya
Menurut Schwarzer dan Leppin (dalam Smet, 1994:135) dukungan sosial
dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau
diberikan oleh orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi
individu yang mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima (received
support).
Menurut Baron & Byrne (2005:244) dukungan sosial adalah kenyamanan
fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman atau anggota keluarga. Menurut
King (2012:226) dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain
yang menunjukan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai, dihormati,
dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik.
Menurut Serafino (2011:182) dukungan sosial merupakan memberikan
perasaan nyaman kepada orang lain, merawat atau menghargainya. Albrecth dan
30
Adelman (dalam Junker, 2011:182) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
bentuk komunikasi baik verbal maupun non verbal antara pihak penerima dukungan
dan pemberi dukungan yang ditunjukan untuk mengurangi ketidakpastian tentang
situasi, diri, hubungan ataupun hal lain dengan tujuan untuk meningkatkan persepsi
kontrol individu dalam hidupnya.
Menurut Uchino (dalam Sarafino, 2011:81) “Social support refers to
comfort, caring, esteem, or help evailable to a person from other people or groups”.
Berdasarkan definisi di atas, dukungan sosial adalah kenyamanan, kepedulian,
penghargaan atau bantuan yang diterima oleh individu dari orang lain atau
kelompok. Dukungan sosial dapat membuat individu merasa dicintai, dihargai, dan
diaggap bagian dari suatu kelompok seperti keluarga atau komunitas yang dapat
membantu ketika dibutuhkan.
Sumber-sumber dukungan sosial yang diterima setiap individu berasal dari
dalam keluarga maupun lingkungan sekitar. Individu akan merasakan dukungan
yang lebih berarti apabila dukungan tersebut bersal dari individu yang memiliki
kedekatan emosional. Dukungan teman sebaya sebaya (kelompok sebaya)
merupakan bagian dari dukungan sosial. The National cancer institute (dalam
Junker, 2011:183) mengemukakan dukungan sosial sebagai jaringan yang berasal
dari keluarga, teman, tetangga maupun anggota masyarakat yang bersedia
memberikan bantuan, fisik, psikologis, keuangan maupun jaringan
Dari beberapa pendapat bebrapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku dukungan sosial kelompok sebaya yaitu dukungan yang diberikan kepada
individu secara fisik maupun verbal yang diberikan oleh teman sebayanya supaya
31
membuat individu merasa dicintai, dihargai, dan diaggap bagian dari suatu
kelompok seperti keluarga atau komunitas yang dapat membantu ketika
dibutuhkan.
2.2.2 Aspek dukungan sosial
Aspek-aspek dukungan sosial menurut Schaefer dkk (dalam Junker,
2011:185) membagi dukungan sosial ke dalam 5 aspek, yaitu :
a. Dukungan emosional (Emotional Support)
Dukungan emosional merupakan dukungan yang dilakukan dalam bentuk
ungkapan perhatian dan kepedulian kepada orang lain. Dukungan ini biasanya
untuk meningkatkan suasana hati seseorang. Individu yang menerima dukungan ini
akan merasa nyaman, merasa diperhatikan dan dicintai.
b. Dukungan penghargaan (Esteem Support)
Dukungan penghargaan merupakan bentuk dukungan yang diberikan oleh
seseorang untuk menunjukkan ekspresi positif terhadap kemampuan menangani
masalah atau melakukan tugas yang dibutuhkan dengan baik. Dukungan ini
bertujuan untuk membangkitkan perasaan berharga atas diri sendiri dan
meyakinkan bahwa individu tersebut memiliki kemampuan dalam menghadapi
masalah yang sulit.
c. Dukungan jaringan sosial (Network Support)
Dukungan jaringan sosial ini menunjukkan bahwa individu memiliki orang lain
atau kelompok yang dapat menjadi tempat berbagi segala hal, sehingga individu
tidak merasa sendirian ketika menghadapi situasi apapun.
32
d. Dukungan informasi (Informational Support)
Dukungan informasi merupakan bentuk dukungan yang memberikan informasi
yang berguna dan dibutuhkan. Seringkali individu membutuhkan informasi dalam
mengambil keputusan ketika menghadapi suatu masalah yang sulit.
e. Dukungan instrumental (Tangible Support)
Dukungan ini merupakan dukungan dalam bentuk instrumen atau materi.
Merupakan bantuan langsung atau bantuan fisik yang diberikan untuk memberi
solusi kepada orang lain ketika mengalami permasalahan.
House (dalam Smet, 1994:136-137) membedakan empat aspek dalam
dukungan sosial, yaitu :
a. Dukungan Emosional
Dukungan ini mencakup dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada
anaknnya yang diwujudkan dalam bentuk ungkapan empati, kepedulian, kasih
sayang, dan perhatian adanya kepercayaan.
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat orang tua terhadap prestasi yang
diraih oleh siswa dan penghargaan positif yang diberikan orang tua terhadap
anaknya.
c. Dukungan Instrumental
Dukungan ini mencakup bantuan langsung yang diberikan orang tua kepada
anak yang diwujudkan dalam bentuk uang, tenaga, waktu, dan pemberian hadiah.
33
d. Dukungan Informatif
Dukungan ini mencakup pemberian informasi, nasihat, petunjuk-petunjuk,
saran-saran, umpan balik, dan bimbingan yang diberikan orang tua untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh anak.
Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa aspek
dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
jaringan sosial, dukungan informatif dan dukungan instrumental.
2.3 Hubungan Dukungan Sosial Kelompok Sebaya Terhadap
Agresivitas Verbal di Media Sosial
Menurut Baron & Byrne (2005: 244) dukungan sosial adalah kenyamanan
fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman atau anggota keluarga. Dukungan
sosial yang diberikan dapat membantu kesulitan yang dialami remaja. Seperti
penelitian yang dilakukan Nurayni dan Supradewi (2017) yang nenunjukkan bahwa
dukungan sosial yang diberikan dapat mengurangi rasa kesepian yang dirasakan
akibat jauh dari rumah dan harus melalui hal-hal yang terkait dengan permasalahan
hidup jauh dari rumah dan harus melalui hal-hal yang terkait dengan permasalahan
kehidupan sebagai perantau.
Dukungan sosial dari kelompok sebaya juga dapat membantu permasalahan
yang dihadapi oleh anak remaja. Penelitian Wiryati dan Setyawan (2017)
menunjukkan dukungan dari kelompok sebaya ketika di pondok pesantren dalam
menghafal Al Quran, dukungan sosial kelompok sebaya dapat mengurangi stres
akibat tekanan-tekanan dalam menghafal Al Quran menjadi lebih ringan, sehingga
34
pada akhirnya dukungan sosial kelompok sebaya dapat mengurangi prokastinasi
menghafal Al Quran sebagai salah satu bentuk coping stres.
Selain itu dukungan sosial kelompok sebaya juga membantu siswa dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah. Penelitian yang dilakukan Hilmi (2015)
menunjukkan dukungan sosial kelompok sebaya dapat membantu meningkatkn
motivasi berprestasi siswa di SMKN II Malang. Bantuan nyata yang terjadi dapat
membantu dan mendukung siswa sehingga termotivasi untuk berprestasi.
Zaman sekarang merupakan era digital, semua yang dilakukan di dunia
nyata dapat dilakukan melalui internet. Termasuk dukungan sosial dapat dilakukan
melalui media sosial. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Lestaluhu (2017) yang
menunjukkan dukungan sosial melalui media sosial di halaman facebook Rumah
Zakat Official, dukungan sosial yang terjadi yaitu dukungan informasi dan
dukungan emosional. Dimana dengan informasi ini menunjukkan bahwa yang
awalnya belum mengetahui informasi mengenai zakat, infak maupun sedekah dan
dana sosial lainnya, dengan adanya dukungan informasi ini maka anggota
kelompok tersebut mendapatkan manfaat halaman facebook Rumah Zakat Official.
sedangkan dukungan emosional lebih memberikan dorongan maupun semangat
yang diberikan kepada anggota kelompok maupun yang disampaikan oleh Rumah
Zakat Official itu sendiri.
Dukungan sosial merupakan salah satu alasan kenapa individu masuk dalam
suatu kelompok. Di dalam kelompok individu tidak hanya mendapatkan dukungan
yang sosial yang berpengaruh positif tetapi negatif. Salah satunya yaitu perilaku
agresivitas. Menurut Barkowitz (2003:220) perilaku agresivitas dapat terjadi karena
35
pengaruh kelompok, individu merasa dapat penerimaan dan status, mereka merasa
penting dalam kelompok, sementara di tempat lain tidak berharga. Mereka juga
mendapatkan dukungan bahwa pandangan dan sikap mereka bersama itu benar,
Zaman sekarang merupakan era dimana semua kegiatan kehidupan sehari-
hari melalui internet. Kelompok atau geng juga memanfaatkan internet dengan
membuat akun grup kelompok mereka di media sosial. Mereka memanfaatkan
media sosial untuk memudahkan komunikasi dengan anggota kelompok lain ketika
saling berjauhan. Perilaku agresi di media sosial juga dilakukan, seperti penelitian
Dewi dan Savira (2017) agresi yang dilakukan di media sosial bersifat verbal
melalui tulisan atau visual, perilaku agresi semakin mudah dilakukan karena pelaku
agresi di media sosial dapat melibatkan pelaku dan korban yang tidak saling kenal
atau salah satu pihak tidak mengenali karena media internet memungkinkan
penggunanya menyembunyikan identitas dirinya. Tetapi ketika teman sebaya
mengingatkan dan memberikan penilaian yang positif maka perilaku agresi dapat
menurun.
Menurut Sarwono dan Meinarno (2015:156) perilaku agresif yang
dilakukan bisa dikarenakan juga oleh media massa. Seperti penelitian Puspitasari
(2017) yang menunjukkan semakin tinggi intensitas menonton tayangan kekerasan
di media sosial internet membuat semakin tinggi perilaku agresifnya. Tayangan
kekerasan di media sosial merupakan salah satu wujud dukungan informasional
yang membuat individu dapat mempelajari tindakan agresifitas. Tetapi ketika yang
ditayangkan adalah siaran yang mendidik, maka perilaku agresi akan dapat
dihindari.
36
Dari beberapa penelitian diatas dapat dihasilkan dugaan sementara bahwa
dukungan sosial kelompok sebaya berhubungan dengan perilaku agresivitas.
Dukungan sosial yang ada di media sosial dimungkinkan akan mengurangi perilaku
agresivitas di media sosial. Perilaku agresivitas di media sosial yang terjadi berupa
agresivitas verbal. Individu yang mendapat dukungan yang diberikan oleh
kelompok sebaya yang tinggi akan mendapat informasi yang banyak tentang
perilaku yang positif, maka dapat disimpulkan sementara bahwa individu tersebut
akan melakukan tindakan agresivitas verbal di media sosial. Sebaliknya individu
yang mendapatkan dukungan dari kelompok sebaya rendah akan mendapat
informasi yeng sedikit tentang perilaku yang positif, maka dapat disimpulkan
sementara bahwa individu tersebut akan melakukan tindakan agresivitas verbal di
media sosial.
Seluruh penjelasan mengenai pengaruh dukungan sosial kelompok sebaya
terhadap agresivitas verbal di media sosial sebagaimana disebutkan di atas dapat
divisualisasikan dalam bentuk gambar kerangka berfikir sebagai berikut
37
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada landasan teori dan analisa teoritik yang telah
dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
terdapat hubungan dukungan sosial kelompok sebaya terhadap agresivitas verbal di
media sosial. Artinya ketika dukungan sosial kelompok sebaya tinggi maka
Dukungan
Sosial
Kelompok
Sebaya Tinggi
Dukungan Sosial
1. Dukungan Emosional
2. Dukungan Penghargaan
3. Dukungan Jaringan Sosial
4. Dukungan Informatif
5. Dukungan Instrumental
Perilaku
Agresivitas
Verbal di
Media Sosial
Dukungan
Sosial
Kelompok
Sebaya
Rendah
Agresivitas
Verbal
Rendah
Agresivitas
Verbal Tinggi
38
perilaku agresivitas verbalnya rendah, dan sebaliknya jika dukungan sosial
kelompok sebaya rendah maka perilaku agresivitas verbalnya tinggi.
97
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada hubungan dukungan sosial peer group terhadap
agresivitas verbal di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa hipotetsis
penelitian ini ditolak, yang artinya bahwa tidak ada hubungan negatif
antara dukungan sosial kelompok sebaya terhadap agresivitas verbal di
media sosial. Semakin tinggi dukungan sosial kelompok sebaya belum
tentu agresivitas verbalnya menurun.
2. Gambaran umum agresivitas verbal di media sosial berada pada kategori
rendah.
3. Gambaran umum dukungan sosial kelompok sebaya berada pada kategori
sedang.
5.2 Saran
Berdasarkan pada hasil dan simpulan di atas, maka peneliti mengajukan
beberapa saran yang diharapkan bermanfaat untuk beberapa pihak. Saran-saran
tersebuat adalah sebagai berikut :
98
1. Bagi Sekolah
Bagi sekolah diharapkan dapat lebih mempertahankan pendidikan karakter
yang telah diberikan kepada para murid, sehingga para murid akan
perilaku baik dan tidak melakukan agresivitas verbal di media sosial.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih luas mencari beberapa variabel
yang terkait dengan masalah penggunaan media sosial yang banyak terjadi
sekarang ini. Lebih menyempurnakan skala penelitian dengan mengikuti
proses adaptasi yang benar sehingga subjek mudah mengerti dengan skala
penelitiannya. Menggunakan purposive sampling pada subjeknya sehingga
tidak terjadi salah sasaran dan hasil sesuai yang diinginkan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, L. N., & Desiningrum, D. R. (2018). Hubungan Antara Regulasi Emosi
dengan Intensi Agresivitas Verbal Instrumental Pada Suku Batak di Ikatan
Mahasiswa Sumatera Utara Universitas Diponegoro . Empati, 270-278.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Auliya, M., & Nurwidari, D. (2014). Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku
Agresi Pada Siswa Sma Negeri 1 Padangan Bojonegoro. Character.
Azwar, S. (2015). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. (2016). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. (2016). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barkowitz, L. (2003). Emotional Behavior : Mengenali Perilaku dan Tindak
Kekerasan di Lingkungan Sekitar Kita dan Cara Penanggulangannya .
Jakarta: Teruna Grafica.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Beatty, M., Rudd, J., & Valencie, K. (1999). A Re-examination of The Verbal
Aggresiveness Scale: One Factor or Two? Communication Research
Reports, 10-17.
Chaq, M., Suharnan, & Rini, A. (2018). Religiusutas, Kontrol Diri dan Agresivitas
Verbal Remaja. FENOMENA, 20-30.
Crouncher, S. M., DeMaris, A., Turner, J., & Spencer, A. T. (2013). Assesing the
Factorial Complexity of the Verbal Aggresiveness Scale. Human
Communication, 261-277.
Cohn, A., & Zeichner, A. (2006). Effects of masculine identity and gender role
stress on aggresion in men. Journal Psychology of Men & Masculinity,
179-190
Dayaksini, T., & Hudaniah. (2015). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Dewi, W., & Savira, S. (2017). Kecerdasan Emosi dan Perilaku Agresi di Social
Media Pada Remaja. Psikologi Teori dan Terapan, 82-87
Ekasari, A., & Andriyani, Z. (2013). Pengaruh Peer Group Support Dan Self-
Esteem Terhadap Resilience Pada Siswa Sman Tambun Utara Bekasi.
SOUL, 1-20.
100
Ekasari, A., & Yuliyana, S. (2012). Kontrol Diri dan Dukungan Teman Sebaya
dengan Coping Stres pada Remaja. SOUL, 55-66.
Eliani, J., Yuniardi, M. S., & Masturah, A. N. (2018). Fanatisme dan Perilaku
Agresif Verbal di Media Sosial pada Penggemar Idola K-Pop.
Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 59-72.
Gecer, A. K., & Gumus, A. E. (2010). Prediction of public and private university
students communication apprehension with lecturers. Procedia Sosial and
Behavioral Sciences, 3008-3014.
Hadi, S. (2015). Metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hafid, A. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dan Religiusitas
dengan Agresivitas Remaja Anggota Perguruan Pencak Silat Di
Bojonegoro. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 1-9.
https://apjii.or.id/survei.html (diunduh 16/10/2018)
https://www.brilio.net/wow/10-media-sosial-teraktif-di-indonesia-mana-yang-
sering-kamu-pakai-180214v.html (diunduh 25/10/2018)
https://www.kompasiana.com/kenanbangbang3325/5b4f3e546ddcae294259e9d4/
dampak-positif-dan-negatif-sosial-media (diunduh 17/01/2019)
https://jateng.tribunnews.com/2019/04/09/audrey-siswi-smp-pontianak-korban-
pengeroyokan-dapat-dukungan-dari-artis-hingga-selebgram (diunduh 12/8/2019)
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20190805120632-142-418454/timnas-
indonesia-u-15-dan-u-18-saling-dukung-di-media-sosial (diunduh 12/8/2019)
https://merahputih.com/post/read/perkembangan-teknologi-yang-menjadi-negatif-
di-tangan-remaja (diunduh 12/8/2019)
https://news.okezone.com/read/2019/01/15/512/2004726/pelajar-solo-ini-buat-
grup-whatsapp-khusus-untuk-janjian-bolos-sekolah (diunduh 12/8/2019)
https://www.jawapos.com/features/10/04/2019/bertengkar-di-media-sosial-au-
dianiaya-belasan-remaja-putri/ (diunduh 12/8/2019)
Hidayah, N. (2018). Self Control Remaja Dari Agresivitas Verbal (Studi Terhadap
Remaja Di Komunitas Futsal Desa Saren Kecamatan Kalijambe Kabupaten
Sragen). Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Hilmi, M. (2015). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Motivasi
Berprestasi Siswa SMKN II Malang. Skripsi, UIN Maulana.
Infante, D. A., & Wigley, C. J. (1986). Verbal aggressiveness: An interpersonal
model and measure. Communicatin Monographs, 61-69
101
Infante, D., Sabourin, T., Rudd, J., & Shannon, E. (1990). Verbal Aggression in
Violent and Nonviolent Marital Disputes. Communication Quarterly, 361-
371.
Istiqomah. (2017). Penggunaan Media Sosial Dengan Tingkat Agresivitas Remaja.
Insight, 96-112.
Juditha, C. (2011). Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook Terhadap
Perilaku Remaja Di Kota Makasar. Jurnal BAlai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makasar, 1-30
Junker. (2011). Linking Health Communication with : Social Support, dalam
Mattson’s Health as Communication Nexus. New York: Shutterstock, Inc.
King, L. A. (2012). Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika.
Krahe, B. (2005). Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusumadewi, S., Hardjajani, T., & Priyamana, A. N. (2012). Hubungan Antara
Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan terhadap
Peraturan pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
Sukoharjo. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 1-10.
Kusumastuti, A. (2014). Peran komunitas dalam interaksi sosial remaja di
komunitas angklung Yogyakarta. Jurnal Psikologi, 1-35
Lestaluhu, S. Y. (2017). Dukungan Sosial Melalui Media Sosial (Analisis Isi
Kualitatif Pesan Dukungan Sosial Pada Halaman Facebook Rumah Zakat
Official). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Levine, T., Beatty, M., Limon, S., Hamilton, M., Buck, R., & Chorry-Assad, R.
(2004). The Dimensionality of The Verbal Aggresiveness Scale.
Communication Monographs, 245-268
Margiani, K., & N., E. I. (2013). Stres, Dukungan Keluarga dan Agresivitas pada
Istri yang Menjalani Pernikahan Jarak Jauh. Persona, 191-193.
Munawaroh, N. S. (2018). Pengaruh Konformitas terhadap Agresi Verbal dan
Nonverbal pada Remaja Pendukung Persib. Skripsi, Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Nurayni, & Supradewi, R. (2017). Dukungan Sosial Dan Rasa Memiliki Terhadap
Kesepian Pada Mahasiswa Perantau Semester Awal Di Universitas
Diponegoro. Proyeksi, 35-42.
Octaviani, R., & Hutapea, B. (2017). Kontribusi Peran Gender dan Konformitas
Terhadap Agresivitas Remaja Putri Suporter Sepakbola. Jurnal Muara Ilmu
Sosial, Humaniora dan Seni, 221-228
102
Poling, D., Smith, S., Taylor, G., & Worth, M. (2019). Direct Verbal Aggression in
School Setting. Aggression and Violent Behavior, 1-60.
Puspitasari, C. D. (2017). Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Di Media
Sosial Internet Dengan Perilaku Agresif Anak Sekolah Di Sd Negeri 1
Tirtomoyo. SKRIPSI, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Putra, Y. S. (2016). Theoritical Review : Teori Perbedaan Generasi. Among
Makarti, 123-134.
Rachmawati, A., & Nurhamida, Y. (2018). Dukungan Sosial Teman Virtual
Melalui Media Instagram pada Remaja Akhir. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 111-130.
Reitman, D., & Villa, M. (2004). Verbal Aggression: Coping Strategies for
Children. Bethesda: National Association of School Psychologists.
Reyna, C., Lello, M., Sanchez, A., & Brussino, S. (2011). The Buss-Perry
Aggression Questionnaire: Construct validity and gender invariance among
Argentinean adolescents. International Journal of Psychological Research,
30-37.
Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup).
Jakarta: Erlangga.
Santoso, S. (2011). Keterlibatan, Keberhagaan, dan Kompetensi Sosial sebagai
Prediktor Kompetisi pad Remaja (Self Explosure). Jurnal Psikologi, 52-60.
Sarwono, S. W., & Meinanrno, E. A. (2015). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Schneider, K. M. (2005). Aggression and Cardivascular Response in Children.
Journal Of Pediatric Psychology, 565-573.
Serafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology Biopsychosocial
Interactions Seventh edition. United States of.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suryani, C. (2017). Dukungan Sosial di Media Sosial. Bunga Rampai Komunikasi
Indonesia, 251-261.
Tartila, P. L. (2014). Fanatisme fans Kpop dalam blog netizenbuzz. Journal
Universitas Airlangga, 190-205
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta:
Kencana.
103
Ulfah, A., & Ariati, J. (2017). Hubungan Dukungan Teman Sebaya dengan
Motivasi Berprestasi Pada Santri Pesantren Islam Al-Irsyad Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang. Empati, 297-301.
Viotti, S., Gilardi, S., Guglielmetti, C., & Converso, D. (2015). Verbal Aggression
from Care Reciepients as a Risk Factor among Nursing Staff: A Study on
Burnout in the JD-R Model Perspective. BioMed Research International, 1-
17.
Wahyudiono. (2012). Aktivitas Penggunaan Internet Berdasar Usia Komunika.
Jurnal Komunikasi, Media, dan Informatika, 1-78.
Wibisono, A., & Naryoso, A. (2019). Hubungan Antara Intensitas Bermain Game
Mobile Legend Dan Pengawasan Orang Tua Dengan Perilaku Agresif
Verbal Pada Anak Remaja. Ejurnal UNDIP.
Widodo, P., & Putri, N. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dengan Pengungkapan Diri Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 01 Kajen
Kabupaten Pekalongan. Empati, 1-10.
Winarlin, R., Lasan, B. B., & Widada. (2016). Efektivitas Teknik Sosiodrama
Melalui Bimbingan Kelompok Untuk Melalui Bimbingan Kelompok Untuk
Mengurangi Perilaku Agresif Verbal Siswa SMP. Jurnal Kajian Bimbingan
dan Konseling, 68-73.
Wiyarti, H. A., & Imam, S. (2017). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman
Sebaya Dengan Prokrastinasi Menghafal Al-Quran Pada Santri di Pondok
Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta. Empati, 33-36.