hubungan emotional quotient (eq) dengan kemampuan .../hubungan...bermakna antara emotional quotient...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
HUBUNGAN EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DENGAN KEMAMPUAN
PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA TINGKAT PERTAMA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DESTIA WINDI DAMAYANTI
G0008205
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 02 Desember 2011
Destia Windi Damayanti NIM G0008205
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ABSTRAK
Destia Windi Damayanti, G0008205, 2011. Hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa Tingkat Pertama Universitas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan penelitian: Membuktikan adanya hubungan positif antara Emotional Quotient (EQ) dengan Kemampuan Penyesuaian Diri, sehingga dapat dilakukan pengembangan tentang manajemen penyesuaian diri melalui optimalisasi kualitas Emotional Quotient (EQ) seseorang.
Metode Penelitian: Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan teknik sampling random klaster. Jumlah sampel adalah 120 mahasiswa dari 3 fakultas yang berbeda. Instrumen penelitian berupa Skala Inventori L-MMPI, Skala Inventory EQ, dan Skala Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri (PKPD). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman melalui program SPSS 17.0 for Windows.
Hasil Penelitian: Jumlah sampel valid adalah 106 dari 120 mahasiswa. Analisis data dengan uji korelasi Spearman didapatkan bahwa ada hubungan positif yang bermakna antara Emotional Quotient (EQ) dengan Kemampuan Penyesuaian Diri dengan nilai significancy 0,000 (p < 0,05) dan nilai koefisien korelasi r = 0,749.
Simpulan Penelitian: Penelitian ini signifikan, terdapat korelasi positif antara Emotional Quotient (EQ) dengan Kemampuan Penyesuaian Diri.
Kata kunci : Emotional Quotient (EQ), Kemampuan Penyesuaian Diri, Skala Inventory L-MMPI, Skala Inventory EQ, Skala Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ABSTRACT
Destia Windi Damayanti, G0008205, 2011. The Relation between Emotional Quotient (EQ) with Self Adjustment Ability at the First Grade Students of Sebelas Maret University Surakarta, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
Objective: Proving the existence of positive relationship between Emotional Quotient with Self Adjustment Ability, so the development about Self Adjusment management through the optimization of Emotional Quotient (EQ) quality can be used.
Methods: This is a observational analytic research with cross sectional approach using random cluster. The number of samples is 120 students from three different faculties. The research conducted using L-MMPI Inventory Scale, EQ Inventory Scale, and Scale Assessment of Self Adjustment Ability as research instruments. The obtained data is analyzed with Spearman Rank Correlation using SPSS 17.0 for Windows.
Results: The number of valid samples is 106 from 120 students. Based on analyzed data with the Spearman Rank Correlation, we have the evident of positive relation between Emotional Quotient with Self Adjustment Ability with significancy score 0,000 (p < 0,05) and correlation coefficient r = 0,749.
Conclusion: The research is significant, there is a positive correlation between Emotional Quotient and Self Adjustment Ability.
Keywords : Emotional Quotient (EQ), Assessment of Self Adjustment Ability, L-MMPI Inventory Scale, EQ Inventory Scale, Scale Assessment of Self Adjustment Ability
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PRAKATA
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Sungguh segala kekuatan dan karunia hanyalah berasal dari Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Emotional Quotient (EQ) dengan Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa Tingkat Pertama Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2. Prof. Dr. Much. Syamsyulhadi, dr., Sp.KJ (K) selaku Pembimbing Utama yang telah memberi bimbingan, saran, dan petunjuk guna penyusunan skripsi ini;
3. Bagus Wicaksono, Drs., M.Si selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberi bimbingan dan saran;
4. Prof. Dr. M. Fanani, dr., Sp.KJ (K) selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini;
5. Novi Primadewi, dr., Sp.THT, M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini;
6. Seluruh dokter dan staf bagian Jiwa RSUD Dr. Moewardi; 7. Muthmainah, dr., MKes. selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS beserta staf yang
telah memberi pengarahan; 8. Papa H. Mawardi, mama Hj. Darmawati, serta segenap keluarga yang
senantiasa memberikan semangat dan doa hingga selesainya skripsi ini; 9. Rudi Irawan, yang selalu memberi dukungan, semangat dan membantu
penulis dalam penulisan skripsi ini; 10. Teman dan sahabat penulis yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan
doanya selama ini: Faliqul, Lanny, Vera, Rere, Cilla, Deborah, Okti, Albertus, Erickson, Deliza, dan seluruh teman-teman angkatan 2008 lainnya;
11. Mahasiswa FT, FMIPA, FK UNS yang juga telah memberikan partisipasinya dalam penelitian ini;
12. Semua pihak lainnya yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 02 Desember 2011
Destia Windi Damayanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
DAFTAR ISI
PRAKATA............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka................................................................................. 5
1. Emotional Quotient (EQ)............................................................... 5
2. Penyesuaian Diri............................................................................ 8
3. Hubungan EQ dengan Penyesuaian Diri....................................... 11
4. Skala Pengukuran.......................................................................... 12
B. Kerangka Pemikiran........................................................................... 17
C. Hipotesis............................................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 19
A. Jenis Penelitian................................................................................... 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 19
C. Subjek Penelitian................................................................................ 19
D. Teknik Sampling................................................................................ 20
E. Identifikasi Variabel Penelitian.......................................................... 21
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................... 21
G. Alat dan Bahan Penelitian................................................................. 22
H. Cara Kerja.......................................................................................... 24
I. Skema Penelitian............................................................................... 26
J. Analisis Data..................................................................................... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................................... 27
A. Subjek Penelitian............................................................................... 27
B. Hasil Distribusi Sampel..................................................................... 27
C. Hasil Uji Normalitas.......................................................................... 30
D. Hasil Analisis Data............................................................................ 30
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................... 32
A. Hasil Penelitian................................................................................. 32
B. Keterbatasan Penelitian..................................................................... 34
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 36
A. Simpulan........................................................................................... 36
B. Saran................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 37
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sebaran Aitem Skala Inventori Emotional Quotient (EQ).................... 14
Tabel 2. Sebaran Aitem Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri (PKPD)....... 16
Tabel 3. Frekuensi Distribusi Data Sampel Berdasarkan Usia dan Jenis
Kelamin................................................................................................. 27
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kecerdasan Emosi.............................. 28
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Penilaian Kemampuan Penyesuaian
Diri......................................................................................................... 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan 1. Emotional Quotient (EQ)
Singkatan 2. Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri (PKPD)
Singkatan 3. Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)
Singkatan 4. Fakultas Kedokteran (FK)
Singkatan 5. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Singkatan 6. Fakultas Teknik (FT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dan Penyebaran Kuesioner
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory
(L-MMPI)
Lampiran 4. Kuesioner Emotional Quotient (EQ)
Lampiran 5. Kuesioner Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri (PKPD)
Lampiran 6. Hasil Uji Distribusi dan Uji Korelasi Analisis Data SPSS
Lampiran 7. Hasil Pengisian Skala Inventory Emotional Quotient (EQ)
Lampiran 8. Hasil Pengisian Skala Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri
(PKPD)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyesuaian diri merupakan hal penting bagi terciptanya kesehatan
jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam
penyesuaian diri dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan
dalam masyarakat pada umumnya (Mutadin, 2002).
Manusia sebagai makhluk yang dinamis akan terus mengalami
perkembangan dan perubahan. Salah satunya adalah perubahan menjadi
mahasiswa baru. Istilah mahasiswa baru menurut Kamus Oxford (Hornby,
1995) adalah pada masa tingkat pertama di universitas, sehingga pada
penelitian ini mahasiswa baru selanjutnya disebut sebagai mahasiswa
tingkat pertama.
Mahasiswa tingkat pertama umumnya berusia antara 18 sampai 20
tahun. Rentang usia tersebut menurut Sarwono (2001) masih termasuk
kategori remaja. Remaja digambarkan oleh Hurlock (1997) sebagai masa
yang penuh masalah dan membutuhkan banyak penyesuaian diri karena
pada masa tersebut banyak terjadi perubahan sosial, peran, dan perilaku.
Perubahan eksternal dan internal remaja yang menjadi mahasiswa
memerlukan penyesuaian diri yang tepat. Mahasiswa tingkat pertama
Universitas Sebelas Maret berasal dari beberapa daerah yang berbeda, dari
keanekaragaman bahasa dan budaya terdapat keterbatasan komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
antarmahasiswa. Mahasiswa yang mempunyai kontrol emosi baik dan
terbiasa aktif dalam segala hal dapat memulai interaksi dan adaptasi
dengan lingkungan baru. Sedangkan mahasiswa yang mempunyai kontrol
emosi buruk dan terbiasa pasif, biasanya tidak mempunyai keberanian
yang cukup untuk memulai interaksi dan adaptasi dengan lingkungan baru.
Gangguan penyesuaian diri ini berpengaruh dalam fungsi sosial,
pekerjaan, dan akademis. Gangguan penyesuaian diri dapat teratasi bila
stresor dipindahkan atau mahasiswa belajar mengatasi stresor. Bila reaksi
ini masih berlangsung lebih dari 6 bulan, diagnosis terhadap gangguan
penyesuaian diri perlu diubah (Nevid, dkk, 2005).
Metode penyesuaian diri mahasiswa tingkat pertama dapat
dilakukan melalui interaksi yang di dalamnya juga melibatkan
komunikasi. Menurut Cangara (2000) komunikasi adalah proses
pertukaran informasi dengan menyampaikan gagasan atau perasaan agar
mendapat tanggapan dari orang lain dan dapat mengekspresikan dirinya
yang unik. Informasi yang disampaikan dalam komunikasi dapat berupa
identitas diri, pikiran, perasaan, penilaian terhadap keadaan sekitar,
pengalaman masa lalu dan rencana masa depan yang sifatnya rahasia
maupun yang tidak.
Berdasarkan penelitian Voitkane (2001) terhadap 607 mahasiswa
tingkat pertama Universitas Latvia didapatkan hasil bahwa 52,6 persen
mahasiswa mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Istilah Emotional Quotient (EQ) pertama kali dikemukakan oleh
Salovey dan Meyer adalah untuk menjelaskan kemampuan mengenali
perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam
sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Emotional
Quotient (EQ) atau kecerdasan emosi bertumpu pada jalur emosi dalam
otak manusia. Sistem limbik yang secara evolusi jauh lebih tua daripada
bagian korteks otak (cortex cerebri) memainkan peran penting dalam
tatanan emosi. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai Alam Bawah
Sadar atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik
seperti menolong orang, dan perilaku tulus lainnya. Ledoux
mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu
manusia, tempat bermuaranya cinta, respek dan kejujuran. Dalam hal ini
emosi memiliki peranan yang sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan
dalam proses penyesuaian diri (Afifah, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa tingkat penyesuaian diri
dipengaruhi keadaan emosi. Pada penelitian sebelumnya terdapat
gangguan penyesuaian diri yang menyebabkan kesulitan berinteraksi dan
membentuk hubungan baru. Keterkaitan antara penyesuaian diri dan emosi
membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui
adanya hubungan penyesuaian diri dengan Emotional Quotient (EQ).
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan
kemampuan penyesuaian diri?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan antara Emotional Quotient (EQ) dengan
kemampuan penyesuaian diri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan Psikiatri mengenai apakah ada hubungan
antara Emotional Quotient (EQ) dengan penyesuaian diri.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding atau pustaka
bagi para peminat masalah yang berhubungan dengan Emotional
Quotient (EQ) ataupun kemampuan penyesuaian diri, atau sebagai
bahan penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Emotional Quotient (EQ)/Kecerdasan Emosi
a. Pengertian Emosi
Sistem limbik yang secara evolusi jauh lebih tua daripada
bagian korteks otak (cortex cerebri) memainkan peran penting
dalam tatanan emosi (Afifah, 2007). Sistem limbik yang terdiri dari
Amigdala, Thalamus dan Hipothalamus ini berperan sangat penting
dan berhubungan langsung dengan sistem otonom maupun bagian
otak lainnya. Oleh karena adanya hubungan langsung sistem
limbik dengan sistem otonom, maka bila ada stimulus emosi
negatif yang masuk dan diterima oleh sistem limbik dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan jantung, dan
hipertensi. Tidak heran saat seseorang marah, maka jantung akan
berdetak lebih cepat dan lebih keras, dan tekanan darah dapat
meninggi (Purnomo, 2010).
Emosi adalah reaksi spontan manusia yang bila tidak
diaksikan atau diikuti perilaku, maka tidak dapat dinilai baik
buruknya (Maramis, 2009). Goleman (2003) menyebutkan emosi
mengandung arti setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan,
nafsu, dan setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.
Goleman membagi bentuk emosi menjadi delapan, yaitu amarah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan
malu. Emotional Quotient (EQ) menurut Goleman (2003) merujuk
pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain.
Istilah Emotional Quotient (EQ) pertama kali dikemukakan
oleh Salovey dan Meyer adalah untuk menjelaskan kemampuan
mengenali perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan
secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan
intelektual. Selanjutnya disebut kecerdasan emosi sebagai
kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,
koneksi, dan pengaruh manusiawi (Agustian, 2005).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emotional Quotient
(EQ)/Kecerdasan Emosi
Leduox (dalam Goleman, 2003) membagi faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan Emotional Quotient menjadi
dua yaitu:
1) Faktor Fisik
Kecerdasan emosi seseorang ditentukan oleh hubungan
antara korteks (berpikir) dan sistem limbik (pengendali emosi).
Komponen selanjutnya yang berhubungan dengan kecerdasan
emosi adalah neuropeptida (dalam otak emosional) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dikirim ke seluruh tubuh ketika seorang merasakan suatu
emosi, lalu memberitahukan bagaimana tubuh harus bereaksi.
2) Faktor Psikis
Kecerdasan emosi ditentukan pula oleh temperamen
yaitu ciri-ciri kepribadian yang dimiliki oleh seseorang.
Menurut Breadbarry dan Greaves (2007) terdapat empat skill
yang secara bersama-sama membentuk kecerdasan emosi,
yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan
manajemen hubungan sosial. Kesadaran diri dan manajemen
diri adalah lebih mengenai diri seseorang, dua skill ini
membentuk kompetisi seseorang dalam menyadari keberadaan
emosi serta mengelola perilaku dan kecenderungan dirinya.
Sedangkan kesadaran sosial dan manajemen hubungan sosial
adalah lebih mengenai bagaimana seseorang berinteraksi
dengan orang lain, keduanya akan membentuk kompetensi
seseorang dalam memahami perilaku dan alasan orang lain
serta kemampuannya dalam mengelola konflik interpersonal.
c. Aspek-Aspek Emotional Quotient (EQ)/Kecerdasan Emosi
Aspek-aspek Emotional Quotient (EQ) sama pentingnya
dengan nalar dan seringkali lebih penting daripada nalar karena
kecerdasan tidak berarti apa-apa bila emosi sedang berkuasa.
Kecerdasan emosi bukan didasarkan pada intelejensi, melainkan
pada sesuatu yang dahulu disebut karakteristik pribadi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
karakter (Budiyanto, 2004). Wilayah kecerdasan emosi menurut
Salovey meliputi 5 wilayah sebagai berikut: (1) mengenali emosi
diri, yakni kemampuan memantau perasaan membuat seseorang
berada dalam kekuasaan perasaan sehingga sulit mengambil
keputusan, (2) mengelola emosi, sehingga perasaan dapat
terungkap dengan tepat, ini merupakan sebuah kecakapan yang
tergantung pada kesadaran diri, (3) memotivasi diri sendiri, kendali
diri dari emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, (4) mengenali emosi orang lain,
kemampuan ini bermanfaat untuk membina networking dan
menunjang keberhasilan dalam setiap upaya, (5) membina
hubungan, dibutuhkan keterampilan mengelola emosi dalam
membina hubungan (Goleman, 2003).
2. Penyesuaian Diri
a. Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah suatu proses di mana seorang
individu mendapatkan pembentukan sifat untuk berperilaku yang
sesuai dengan lingkungannya atau usaha seseorang yang bersifat
dinamis untuk menyelaraskan diri dengan lingkungan sehingga
dapat mencapai keseimbangan dan keharmonisan dalam hidupnya
untuk memenuhi tuntutan sosial (Rejeki, 2010).
Penyesuaian diri tidak bisa dikatakan baik atau buruk, maka
dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan respon-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu
berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-
tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin. Perbedaan
jenis kelamin berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu, teori
ini didukung oleh pernyataan Middlebrook bahwa laki-laki lebih
mudah menyesuaikan diri daripada perempuan (Semiun, 2010).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
antara lain:
1) Kondisi, meliputi:
a) Keturunan, menurut Allport, kepribadian merupakan
organisasi dinamis dari aitem fisik dalam individu yang
turut menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri.
b) Keadaan Fisik, seseorang yang sehat dan kuat serta normal
akan dapat mengikuti setiap aktifitas sesuai dengan
perkembangannya.
c) Koordinasi Motorik, pada umumnya individu akan merasa
senang apabila unggul dalam kegiatan yang menggunakan
motorik.
d) Gangguan Psikis, individu yang kurang mendapat kasih
sayang dari orang tua akan menyebabkan emosinya
terganggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Situasi, meliputi:
a) Lingkungan Keluarga, keluarga memegang peranan penting
dalam pembentukan kepribadian anak.
b) Lingkungan Pendidikan, staf pengajar beserta semua yang
ada di lingkungan pendidikan harus memberikan
kemudahan belajar dan mengajar, fasilitas yang membantu
individu dalam pertumbuhan dan perkembangan.
c) Bangunan yang Tidak Memenuhi Standar, misal gelap,
tidak ada ventilasi, tidak ada kamar mandi dan WC, dan
sikap pengajar yang tidak simpatik.
(Rizky, 2009).
c. Tingkatan Penyesuaian Diri
Beberapa tingkatan dari penyesuaian diri, yaitu: (1)
Perkembangan sifat sosial individu, sifat sosial adalah sifat kodrati
yang biasanya dibawa individu sejak lahir, (2) Perkembangan
bahasa, semakin individu tumbuh dan berkembang maka semakin
luas pula pergaulan individu dan tata bahasanya, (3) Perkembangan
aestetika, aestetika merupakan kemampuan jiwa yang
dipergunakan untuk menentukan sesuatu dengan ukuran bagus atau
tidak bagus, baik atau tidak baik (Rejeki, 2010).
d. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Aspek-aspek penyesuaian diri meliputi: (1) Persepsi
terhadap realitas, individu mengubah persepsinya tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kenyataan hidup dan menginterpretasikannya, sehingga mampu
menentukan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuannya
serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat
menuntun pada perilaku yang sesuai, (2) Kemampuan mengatasi
stres dan kecemasan, individu mampu mengatasi masalah-masalah
yang timbul dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang
dialami, (3) Gambaran diri yang positif, individu mempunyai
gambaran diri yang positif baik melalui penilaian pribadi maupun
melalui penilaian orang lain, sehingga individu dapat merasakan
kenyamanan psikologis, (4) Kemampuan mengekspresikan emosi
dengan baik, individu dapat mengekspresikan emosi dengan baik
dan mampu melakukan kontrol emosi yang baik, dan (5) Hubungan
interpersonal yang baik, individu mampu membentuk hubungan
dengan orang lain, dengan cara yang berkualitas dan bermanfaat
(Runyon dan Haber, 1984).
3. Hubungan Emotional Quotient (EQ) dengan Penyesuaian Diri
Bagaimana cara seorang menyesuaikan dirinya terhadap segala
hal tergantung pada emosi, intelejensi, dan kepribadiannya. Jika
terjadi ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri akan terjadi dampak
berupa masalah emosi dan gangguan psikososial yang merupakan
wujud dari ketidakmampuan penyesuaian diri.
Ketidakmampuan ini dikarenakan kurangnya tingkat
kecerdasan emosi/Emotional Quotient mengingat Reuven Bar-on
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
membagi kecerdasan emosi menjadi lima area, yaitu (a) Area
intrapersonal yang terkait dengan kemampuan diri untuk mengenal
dan mengendalikan diri sendiri, (b) Area interpersonal, berkaitan
dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, (c) Area
penyesuaian diri yang menggambarkan kemampuan untuk bersikap
lentur dan realistis, dan untuk menyelesaikan masalah yang muncul,
(d) Area pengendalian stres terkait dengan kemampuan diri untuk
tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls, (e) Suasana hati
umum yang di dalamnya mencakup optimisme dan bahagia (Agustian,
2005).
Telah diteliti bahwa tipe emosi dan pola pikir akan penerimaan
suatu keadaan berpengaruh signifikan dalam tingkat resistensi
seseorang terhadap suatu keadaan (Agustian, 2005).
4. Skala Pengukuran
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Oleh
karena penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian
kuantitatif maka kuesioner yang digunakan merupakan skala psikologi
sehingga setiap respon terhadap jawaban dapat diberi skor melalui
proses penskalaan (Saifuddin, 2003).
Skala sebagai alat ukur aspek afektif mempunyai karakteristik
pertanyaan tidak langsung sehingga jawaban akan tergantung pada
interpretasi subjek dan bersifat proyektif terhadap perasaan atau
kepribadiannya. Skala psikologi selalu berisi banyak aitem, jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
subjek terhadap satu aitem baru merupakan sebagian dari banyak
indikasi mengenai atribut yang diukur, dan simpulan akhir sebagai
suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua aitem telah direspon.
Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau
“salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara
jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan
diinterpretasikan berbeda pula (Saifuddin, 2003).
Kuesioner yang akan dipakai adalah kuesioner langsung dan
tertutup. Kuesioner langsung adalah bila aitem pertanyaan bersifat
menggali informasi mengenai diri responden itu sendiri. Kuesioner
tertutup adalah bila pertanyaan pada angket disertai kemungkinan
jawaban yang nilainya paling sesuai (Faisal, 1981).
a. Skala Inventori Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (L-MMPI)
Instrumen ini digunakan untuk menguji kejujuran
responden dalam menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner
penelitian. Nomor pernyataan cenderung mencerminkan perilaku
yang dianggap diharapkan secara sosial tetapi jarang dipraktekkan
(Kaplan dan Sadock, 1997). Skala L-MMPI berisi 15 butir
pernyataan untuk dijawab responden dengan “ya” bila butir
pernyataan dalam L-MMPI sesuai dengan perasaan dan keadaan
responden, dan “tidak” bila tidak sesuai dengan perasaan dan
keadaan responden. Responden dapat dipertanggungjawabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kejujurannya bila jawaban “tidak” berjumlah kurang dari 10 (Salan,
1981).
b. Skala Inventori EQ
Pada subjek penelitian digunakan skala inventori EQ yang
telah divalidasi dan disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan
emosi (EQ) oleh Salovey dan Meyer dalam Goleman (2003), yaitu
meliputi kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina
hubungan. Skala ini telah digunakan Afifah (2007) dalam
penelitiannya dengan aitem valid sebanyak 46 aitem.
Kuesioner ini terdiri dari dua macam penyataan yaitu
penyataan favourable dan unfavourable. Favourable adalah
pertanyaan yang mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri
adanya atribut yang diukur. Aitem favourable sebanyak 22
pernyataan dan unfavourable sebanyak 24 pernyataan.
Adapun Blue Print skala inventori EQ adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Sebaran Aitem Skala Inventori EQ
Jenis Aitem Nomor Aitem Jumlah
Favourable 1, 3, 4, 6-9, 16, 18, 20, 21, 24, 27-29,
32, 34, 35, 37, 38, 40, 45
22
Unfavourable 2, 5, 10-15, 17, 19, 22, 23, 25, 26, 30,
31, 33, 36, 39, 41-44, 46
24
Total 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pembuatan alat ukur digunakan skala: Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Pemberian skor untuk tiap subjek didasarkan atas sifat pernyataan
dan alternatif jawaban yang dipilih. Untuk pernyataan yang bersifat
favourable adalah Sangat Setuju bernilai 4, Setuju bernilai 3, Tidak
Setuju bernilai 2, dan Sangat Tidak Setuju bernilai 1. Sedangkan
untuk pernyataan yang bersifat unfavourable adalah Sangat Setuju
bernilai 1, Setuju bernilai 2, Tidak Setuju bernilai 3, dan Sangat
Tidak Setuju bernilai 4.
c. Skala Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri (PKPD)
Instrumen ini digunakan sebagai penilai derajat
kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan sekitar.
Instrumen ini telah divalidasi dan disusun oleh Runyun dan Haber
berdasarkan mekanisme penyesuaian diri psikologik yang meliputi
persepsi terhadap realitas, kemampuan mengatasi stres dan
kecemasan, gambaran diri yang positif, kemampuan
mengekspresikan emosi dengan baik, dan hubungan interpersonal
yang baik.
Kuesioner ini terdiri dari dua macam pernyataan yaitu
pernyataan favourable dan unfavourable. Favourable adalah
pernyataan yang mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri
adanya atribut yang diukur. Aitem favourable sebanyak 19
pernyataan dan unfavourable sebanyak 18 pernyataan. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bergerak dari 0 sampai 4 untuk aitem favourable dan 4 sampai 0
untuk aitem unfavourable. Adapun Blue Print Penilaian
Kemampuan Penyesuaian Diri (PKPD) adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Sebaran Aitem Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri
(PKPD)
Jenis Aitem Nomor Aitem Jumlah
Favourable 1-9, 17, 18, 20, 26, 29, 30-33, 36 19
Unfavourable 10-16, 19, 21-25, 27, 28, 34,35,37 18
Total 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
B. Kerangka Pemikiran
Mahasiswa Tingkat Pertama
Universitas Sebelas Maret
EQ Rendah EQ Tinggi
Instrumen
Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri
PKPD Rendah PKPD Tinggi
Sulit Menyesuaikan diri Mudah menyesuaikan diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan positif antara
Emotional Quotient (EQ) dengan kemampuan penyesuaian diri Mahasiswa
Tingkat Pertama Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam studi ini,
variabel bebas dan tergantung dinilai secara simultan pada suatu saat. Jadi
tidak ada follow up pada studi ini (Sudigdo, 2002).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Universitas Sebelas Maret Surakarta pada
tanggal 10 Mei 2011 sampai 2 Juni 2011.
C. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada Mahasiswa Tingkat Pertama Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Sampel pada penelitian ini melibatkan 3 fakultas
yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas MIPA, Fakultas Teknik yang dipilih
secara random klaster dengan 40 sampel dari masing-masing fakultas,
sehingga total sampel yang digunakan adalah 120. Penentuan ini mengacu
pada rumus rules of thumb dengan jumlah sampel minimum 30 pada
masing-masing kategori dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi:
a. Mahasiswa laki-laki dan perempuan
b. Mahasiswa usia 18 - 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c. Mahasiswa sehat fisik dan mental
d. Mahasiswa kooperatif
2. Kriteria eksklusi:
a. Mahasiswa yang tidak bersedia jadi sampel
b. Mahasiswa dengan jumlah jawaban “tidak” pada skala inventori L-
MMPI ≥ 10
D. Teknik Sampling
Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswa Tingkat Pertama
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Teknik sampling yang digunakan
adalah random klaster yang mana digunakan untuk populasi dalam jumlah
besar, teknik ini memudahkan peneliti untuk menyusun daftar subjek
dalam batas waktu yang tersedia dengan cakupan populasi yang besar
(Taufiqurahman, 2009).
Langkah pertama sampling yaitu pengambilan populasi target,
populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat pertama
Universitas Sebelas Maret. Kemudian membagi populasi menjadi klaster-
klaster, klaster yang dimaksud adalah berdasarkan fakultas, sehingga
populasi dibagi berdasarkan sembilan fakultas yang ada di Universitas
Sebelas Maret. Selanjutnya menyusun daftar klaster, menyusun sembilan
fakultas menjadi tiga baris, sehingga dalam satu baris terdapat tiga
fakultas. Kemudian mengundi baris yang akan diambil untuk sampel,
terdapat tiga fakultas dalam baris yang diperoleh secara undian. Dari
masing-masing fakultas akan diambil 40 subjek sampel. Sehingga total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sampel sebesar 120 dari tiga macam fakultas yang telah dipilih yang akan
diminta untuk mengisi angket penelitian. Yang memenuhi persyaratan
untuk diikutsertakan dalam analisis data 106 sampel, sedangkan 14 sampel
lainnya gugur karena memiliki minimal satu kriteria eksklusi.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Emotional Quotient (EQ)
2. Variabel Terikat : Kemampuan Penyesuaian Diri
3. Variabel Luar
a. Terkendali : Usia
b. Tidak terkendali : Tingkat sosial ekonomi, Kepribadian dasar,
Pendidikan, Lingkungan keluarga
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan untuk mengenali
perasaan baik diri sendiri maupun orang lain, mengendalikan perasaan
dengan baik sehingga mampu melakukan hubungan sosial yang sehat
dengan orang lain, dan mampu mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.
Nilai EQ diperoleh dari skor jawaban subjek pada skala EQ.
Makin tinggi jumlah skor yang diperoleh subjek maka makin tinggi
Emotional Quotient (EQ) nya, begitu juga sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Variabel Terikat
Kemampuan penyesuaian diri adalah daya yang dimiliki dan
dikerahkan seseorang dalam menyelaraskan diri dengan lingkungan
sehingga tercipta keseimbangan dalam kehidupan sosial. Hal ini
diungkapkan dengan Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri (PKPD).
Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh pada skala PKPD
maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan penyesuaian diri, begitu
juga sebaliknya.
G. Alat dan Bahan Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
Mengingat pengukuran dalam penelitian ini adalah kuantitatif maka
kuesioner yang digunakan merupakan skala psikologi sehingga setiap
respon terhadap jawaban dapat diberi skor melalui proses penskalaan
(scalling) (Saifuddin, 2003).
1. Informed Consent
Instrumen ini digunakan sebagai bukti tertulis dari pernyataan
tentang persetujuan responden untuk dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Berisi beberapa kalimat pernyataan persetujuan serta
dilengkapi tanda tangan dari responden sebagai sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Skala Inventory Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (L-MMPI)
Instrumen ini digunakan untuk menguji kejujuran responden
dalam menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner penelitian.
Skala L-MMPI berisi 15 butir pertanyaan untuk dijawab responden
dengan “ya” bila butir pertanyaan dalam L-MMPI sesuai dengan
perasaan dan keadaan responden, dan “tidak” bila tidak sesuai dengan
perasaan dan keadaan responden. Responden dapat
dipertanggungjawabkan kejujurannya bila jawaban “tidak” berjumlah
kurang dari 10 (Salan, 1981).
3. Skala Inventory EQ
Pada subjek penelitian dikenakan skala inventory EQ yang
telah disusun berdasarkan aspek-aspek Emotional Quotient (EQ).
Pemberian skor untuk tiap subjek didasarkan atas sifat pernyataan dan
alternatif jawaban yang dipilih. Untuk pernyataan yang bersifat
favourable adalah Sangat Setuju bernilai 4, Setuju bernilai 3, Tidak
Setuju bernilai 2, dan Sangat Tidak Setuju bernilai 1. Sedangkan
untuk pernyataan yang bersifat unfavourable adalah Sangat Setuju
bernilai 1, Setuju bernilai 2, Tidak Setuju bernilai 3, dan Sangat Tidak
Setuju bernilai 4.
4. Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri (PKPD)
Instrumen ini digunakan sebagai penilai derajat kemampuan
seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap sesuatu yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Instrumen ini disusun berdasarkan persepsi terhadap realitas,
kemampuan mengatasi stres dan kecemasan, gambaran diri yang
positif, kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik, dan
hubungan interpersonal yang baik. Nilai bergerak dari 0 sampai 4
untuk aitem favourable dan 4 sampai 0 untuk aitem unfavourable.
Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek menunjukkan
kemampuan penyesuaian diri yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
H. Cara Kerja
1. Pengambilan data dilakukan selama 4 hari.
2. Tiap sampel diberi lembar informed consent dan 3 macam kuesioner
(Skala inventory L-MMPI, Skala Inventory EQ, dan Penilaian
Kemampuan Penyesuaian Diri) secara bersamaan. Setiap skala diminta
untuk diisi secara lengkap sesuai petunjuk. Pengumpulan skala diberi
waktu maksimal 2 hari.
3. Pemilihan skala yang memenuhi syarat untuk diikutsertakan dalam
perhitungan/analisis data. Skala inventory L-MMPI dihitung terlebih
dahulu. Skala ini berisi 15 butir pernyataan untuk dijawab responden
dengan “ya” bila butir pernyataan dalam L-MMPI sesuai dengan
perasaan dan keadaan responden. Responden dapat
dipertanggungjawabkan kejujurannya bila jawaban “tidak” berjumlah
kurang dari 10 maka sampel memenuhi syarat kejujuran.
4. Selanjutnya perhitungan skala inventory EQ. Pemberian skor untuk
tiap subjek didasarkan atas sifat pernyataan dan alternatif jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yang dipilih. Nilai Emotional Quotient (EQ) diperoleh dari skor
jawaban subjek pada skala inventory EQ.
5. Kemudian perhitungan Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri
(PKPD). Nilai bergerak dari 0 sampai 4 untuk aitem favourable dan 4
sampai 0 untuk aitem unfavourable. Semakin tinggi skor total yang
diperoleh subjek menunjukkan kemampuan penyesuaian diri yang
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya.
6. Setelah diperoleh skor dari skala tiap variabel yang berupa skala
interval, selanjutnya diuji normalitas data. Jika data terdistribusi
normal, maka uji statistik yang digunakan adalah uji Pearson. Jika data
tidak terdistribusi normal, maka digunakan uji alternatif yaitu uji
Spearman dengan menggunakan SPSS 17.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
I. Skema Penelitian
J. Analisis Data
Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman dengan derajat
kemaknaan α = 0,05 melalui program SPSS 17.0.
Mahasiswa Tingkat Pertama UNS
Informed consent Random Klaster
Calon Subjek Penelitian
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Subjek Penelitian 120 sampel
Skala Inventori EQ Variabel Bebas dengan Skala Interval
Penilaian Kemampuan Penyesuaian Diri (PKPD) Variabel Terikat Skala Interval
Analisis Korelasi à Spearman
Skala Inventori L-MMPI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama
Fakultas Kedokteran, Teknik, dan MIPA Universitas Sebelas Maret
Surakarta (angkatan 2010). Pengambilan data terhadap subjek penelitian
yang telah memenuhi kriteria inklusi, ekslusi, dan sesuai random klaster
dilakukan dengan memberikan skala pengukuran langsung kepada
mahasiswa bersangkutan. Pada penelitian ini diambil sampel 120
mahasiswa, masing-masing 40 sampel dari tiap fakultas secara acak. Dari
120 mahasiswa, yang memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 106
mahasiswa. Sementara 14 responden lainnya gugur karena memiliki hasil
test L-MMPI dengan jawaban tidak ≥10 serta memiliki minimal satu
kriteria eksklusi.
B. Hasil Distribusi Sampel
Tabel 3. Frekuensi Distribusi Data Sampel Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Karakteristik Frekuensi
Usia
18 tahun 31
19 tahun 45
20 tahun 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Jenis Kelamin
Perempuan 62
Laki-laki 44
Data Primer Mei 2011
Berdasarkan pada tabel didapatkan mahasiswa berusia 18 tahun
sebanyak 31 orang (29,25%), usia 19 tahun sebanyak 45 orang (42,45%)
dan usia 20 tahun sebanyak 30 orang (28,30%). Berdasarkan jenis
kelamin: jenis kelamin perempuan sebanyak 62 orang (58,50%),
sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 44 orang (41,50%).
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kecerdasan Emosi
Skor Kecerdasan
Emosi
Jumlah Aitem Skor
Frekuensi masing-masing
skor
Total
110, 119, 120, 124, 126, 127, 129, 133, 138, 145, 149, 154, 159, 160
14 1 14
117, 125, 143, 144 4 2 8
121, 123, 128 3 3 9
114, 130, 136 3 4 12
140 1 5 5
118, 122, 139 3 6 18
135, 137 2 7 14
132 1 8 8
131, 134 2 9 18
Total 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dari table 4. Terlihat bahwa skor kecerdasan emosional 131 dan
134 yang memiliki frekuensi terbanyak sebesar sembilan responden
(8,5%), kemudian terbanyak kedua adalah skor 132 dengan jumlah
delapan responden (7,5%), skor 135 dan 137 masing-masing terdapat pada
tujuh responden (6,6%). Sementara nilai skor yang lain masing-masing
hanya didapat pada satu sampai enam responden saja (0,9-5,7%).
Data mentah lengkap sebaran skor kecerdasan emosional dapat
dilihat pada bagian lampiran penelitian ini.
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Penilaian Kemampuan
Penyesuaian Diri
Skor PKPD
Jumlah aitem skor
Frekuensi masing-masing
skor
Total
67, 79, 84, 86, 93, 98, 101, 103, 108, 109, 112, 117, 118, 126, 130
15 1 15
83, 88, 89, 94, 95, 114, 115, 116, 121, 122, 128
11 2 22
71, 81, 85, 90, 100, 110, 99, 107, 119
9 3 27
102, 91, 77 3 4 12
104, 111, 106, 105, 97 5 6 30
Total 106
Dari tabel, terlihat bahwa skor PKPD 97, 104, 105, 106, dan 111
yang memiliki frekuensi terbanyak sebesar enam responden (5,7%),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kemudian terbanyak kedua adalah skor 77, 91, dan 102 dengan jumlah
empat responden (3,8%). Sementara nilai skor yang lain masing-masing
hanya didapat pada satu sampai tiga responden saja (0,9-2,8%).
Data mentah lengkap sebaran skor PKPD dapat dilihat pada bagian
lampiran penelitian ini.
C. Hasil Uji Normalitas
Pada penelitian ini sampel yang digunakan lebih dari 50, maka uji
normalitas yang memenuhi syarat untuk digunakan bukanlah Shapiro-Wilk
melainkan Kolmogorov-Smirnov.
Hasil uji normalitas menunjukkan p < 0,05 untuk kecerdasan
emosional dan PKPD. Hal ini mengindikasikan bahwa distribusi data tidak
normal, maka langkah berikutnya dilakukan transformasi data pada kedua
variabel. Setelah dilakukan transformasi data, tetap didapatkan distribusi
yang tidak normal pada kedua variabel. Maka uji korelasi yang
dipergunakan sebagai uji alternatif adalah uji nonparametric (uji
Spearman).
D. Hasil Analisis data
Penelitian ini menggunakan uji korelasi nonparametric (uji
Spearman) dan diperoleh nilai significancy 0,000, yang artinya p < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara skor kecerdasan
emosional dengan penyesuaian kemampuan diri yang bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Selain itu nilai korelasi Spearman sebesar +0,749. Tanda positif (+)
pada nilai korelasi menunjukkan bahwa arah korelasi searah, artinya
semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel
lainnya. Selain itu nilai korelasi lebih besar dari 0,5 yakni sebesar 0,749
menunjukan bahwa kekuatan korelasi kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat
pertaman Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada penelitian ini diambil
sampel total 120 mahasiswa secara acak dari tiga fakultas yaitu FK, FT,
dan FMIPA. Dari 120 mahasiswa tersebut yang memenuhi kriteria
penelitian sebanyak 106 mahasiswa, sedangkan 14 mahasiswa gugur
karena memiliki kriteria eksklusi. Sampel yang diambil dalam penelitian
ini adalah sampel yang berusia 18-20 tahun, hal ini dilakukan agar sampel
lebih homogen sehingga hasil penelitian dapat lebih valid.
Emotional Quotient (EQ) dipengaruhi salah satunya oleh
kepribadian dasar. Individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda
tergantung pola asuh keluarga, hal ini yang menyebabkan
ketidakseragaman hasil EQ pada setiap individu. Namun, didapatkan hasil
EQ dalam rentang skor yang dekat dengan skor tertinggi 160 dan terendah
110.
Kemampuan penyesuaian diri setiap individu berbeda, perbedaan
ini disebabkan salah satunya oleh faktor lingkungan. Lingkungan
memberikan dorongan bagi setiap individu untuk melakukan penyesuaian
diri agar dapat diterima dengan baik. Lingkungan yang berperan dalam
penelitian ini adalah lingkungan pendidikan yaitu Universitas Sebelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Maret Surakarta. Hasil PKPD berbeda-beda pada setiap individu karena
sampel diambil di tiga fakultas berbeda yang memiliki dorongan
penyesuaian diri berbeda. Rentang setiap skor PKPD lebih jauh daripada
rentang skor EQ, dengan skor PKPD tertinggi 130 dan terendah 67.
Bagaimana cara individu menyesuaikan dirinya terhadap segala hal
tergantung pada emosi, lingkungan, dan kepribadiannya. Jika terjadi
ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri akan terjadi dampak berupa
masalah emosi dan gangguan psikososial yang merupakan wujud dari
ketidakmampuan penyesuaian diri. Tuntutan kompetitif di tiga fakultas
yaitu Teknik, MIPA, dan Kedokteran berbeda-beda, ini menyebabkan
rentang skor PKPD lebih jauh daripada rentang skor EQ yang lebih
dipengaruhi oleh kepribadian individu. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan Koentjaraningrat, bahwa penyesuaian diri pada generasi muda
sekarang tergantung faktor luar seperti lingkungan.
Dari penelitian diperoleh hasil yang sesuai dengan hipotesis yang
menyatakan bahwa ada hubungan positif yang bermakna antara
kecerdasan emosional dengan kemampuan penyesuaian diri. Dimana
mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional lebih tinggi akan
memiliki kemampuan penyesuaian diri yang lebih tinggi pula. Begitu pula
sebaliknya mahasiswa dengan kecerdasan emosional lebih rendah akan
memiliki kemampuan penyesuaian diri yang lebih rendah. Hal ini sesuai
dengan Goleman (2003) yang mengatakan bahwa koordinasi suasana hati
adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila individu pandai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
menyesuaikan diri dengan suasana hati individu lain, maka individu
tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih
mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Elisabeth Engelberg (2002)
dari Stockholm School of Economics mendapatkan hasil sama yaitu
penyesuaian diri yang sukses terkait dengan persepsi suasana hati yang
memperkuat hipotesis bahwa persepsi emosi sangat penting untuk adaptasi
pada tingkat sosial.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, diantaranya
adalah tidak membedakan kepribadian dasar setiap individu karena ada
pernyataan dari Breadbarry dan Graves (2007) yang menyebutkan pola
asuh orangtua mempengaruhi kepribadian dasar anak yang akan
mempengaruhi kecerdasan emosionalnya juga. Dalam penelitian ini juga
tidak dibedakan antara responden laki-laki dan perempuan, karena ada
pernyataan dari Middlebrook yang menyebutkan bahwa laki-laki memiliki
kemampuan penyesuaian diri lebih tinggi dari perempuan. Selain itu, pada
penelitian ini belum meninjau kemungkinan faktor lain yang
mempengaruhi kecerdasan emosional dan kemampuan penyesuaian diri
seperti pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan lingkungan keluarga.
Penelitian dengan kedua variabel ini sudah banyak diteliti dalam
lingkup masyarakat umum, namun penelitian ini memiliki perbedaan
yakni dalam lingkup mahasiswa di tiga fakultas yang berbeda. Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
memiliki beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya adalah
keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan. Sehingga, faktor-faktor
seperti kepribadian, jenis kelamin, pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
lingkungan keluarga tidak diteliti dalam penelitian ini. Walaupun dengan
keterbatasan tersebut penelitan ini menunjukkan bahwa nilai-nilai
kecerdasan emosi sesuai untuk mempertahankan dan meningkatkan
penyesuaian diri individu. Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk
penelitian selanjutnya dengan menganalisis kepribadian dasar yang akan
mempengaruhi kecerdasan emosional individu tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB VI
SIMPULAN dan SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
beberapa hal antara lain :
1. Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna
antara kecerdasan emosional dengan kemampuan penyesuaian diri
sebesar 0,000 (p < 0,05).
2. Terdapat korelasi yang kuat dan positif antara kecerdasan emosional
dengan kemampuan penyesuaian diri sebesar +0,749, di mana
semakin tinggi kecerdasan emosional semakin tinggi kemampuan
penyesuaian diri, begitu pula sebaliknya.
B. Saran
1. Membuka diri terhadap lingkungan sekitar dan aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan intrinsik ataupun ekstrinsik yang positif.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis pola asuh
responden dalam keluarga karena pola asuh merupakan dasar
pembentukan tipe kepribadian serta memisahkan antara responden
laki-laki dan perempuan.
3. Perlu pula diperhitungkan penggunaan sampel yang lebih banyak
dengan lingkungan penelitian lainnya sehingga hasil penelitian dapat
lebih valid.