hubungan filsafat dan pendidikan
TRANSCRIPT
Hubungan filsafat dan Pendidikan
BAB IPENDAHULUAN
a. Latar belakang masalahFisafat sebagai “Mater-Scientiarum” (induk ilmu pengetahuan), perumusannya sangat sulit
dilaksanakan, sebab nilai filsafat itu hanyalah dapat dimanifestasikan oleh seseorang sebagai filsuf yang otentik. Setiap orang yang ingin mengejar pengertian hidup dan kehidupan itu, maka itu berarti bahwa ia masih di atas jalan menjadi seorang filsuf, untuk lebih memanusiakan dirinya. Sebab berfilsafat tiada lain adalah hidup berpikir dan pemikiran sedalam-dalamnya tentang hidup dan kehidupan itu.
Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran dalam perenungannya menemukan tiga bentuk eksistensi kebenaran yaitu: ilmu pengetahuan, filsafat dan agama. Ibarat satu garis lurus, maka kebenaran ilmu pengetahuan mengandung kenisbian (elativitas), yang bermuara kepada filsafat sedangkan kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat kenisbian yang bermuara kepada agama, sebagai kebenaran yang mutlak (absolut) karena bersumber dari Yang Maha Mutlak dan Maha Benar.
Oleh karena itu, dalam perenungan kita tentang bentuk pengetahuan filsafat dan eksistensinya dalam hidup dan kehidupan manusia di jagat raya ini tidak dapat melepaskan diri dari pembahasan dan kaitannya kepada ilmu pengetahuan dan agama.
Filsafat disebutkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat atau bangsa.
b. Rumusan masalahAdapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana realita hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan ?2. Bagaimana hubungan filsafat dengan ilmu ?3. Dimanakah titik temu filsafat dengan ilmu pengetahuan ?
4. Apa saja perbedaan prinsipil filsafat dengan ilmu pengetahuan ?5. Bagaimana hubungan filsafat dan pendidikan ?6. Bagaimana kedudukan filsafat pendidikan sebagai satu disiplin ilmu ?
c. Tujuan pembahasanTujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami realita hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan2. Untuk mengetahui hubungan filsafat dengan ilmu3. Untuk mengetahui titik temu filsafat dengan ilmu pengetahuan4. Untuk mengetahui perbedan prinsipil filsafat dengan ilmu pengetahuan5. Untuk mengetahui hubungan filsafat dan pendidikan6. Untuk mengetahui kedudukan filsafat pendidikan sebagai satu disiplin ilmu .
BAB IIHUBUNGAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
A. Realita Hubungan Filsafat Dengan Ilmu PengetahuanKita berusaha melihat realita hubungannya, berdasarkan suatu asumsi, bahwa keduanya
merupakan kegiatan manusia. Kegiatan manusia dapat diartikan dalam prosesnya dan juga dalam hasilnya. Dilihat dari hasilnya,filsafat dan ilmu merupakan hasil dari pada berpikir manusia secara sadar, sedangkan dilihat dari segi prosesnya, filsafat dan ilmu menunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan ), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.
Filsafat dan ilmu memiliki hubungan saling melengkapi satu sama lainnya. Perbedaan antara kedua kegiatan manusia itu, bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling mengisi, saling melengkapi, karena pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan yang berbeda. Maka dalam hal ini perlu membandingkan antara filsafat dan ilmu, yang menyangkut perbedaan-perbedaan maupun titik temu antara keduanya.
a. Hubungan filsafat dengan ilmuHenderson, memberikan gambaran hubungan (dalam hal ini perbedaan )antara filsafat
dan ilmu sebagai berikut: Ilmu (Science)
1. Anak filsafat.
2. Analitis; memeriksa semua gejala melalui unsur terkecilnya untuk memperoleh gambaran senyatanya menurut bagianya.3. Menekankan fakta-fakta untuk melukiskan objeknya.4. Menggunakan metode eksperimen yang terkontrol sebagai cara kerja dan sifat terpenting; menguji sesuatu dengan menggunakan penginderaan.
Filsafat1. Induk ilmu.2. Sinoptis, memandang dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan, untuk dapat menerangkannya, menafsirkannya dan memahaminya secara keseluruhan.3. Bukan saja menekankan keadaan sebenarnya dari objek, melaikan juga bagaimana seharusnya objek itu. Manusia dan nilai merupakan faktor penting.4. Menggunakan semua penemuan ilmu pengetahuan, menguji sesuatu berdasarkan pengalaman dengan memakai pikiran.
b. Titik temu filsafat dengan ilmu pengetahuanAda beberapa titik pertemuan antara filsafat dan ilmu, yaitu:
1. Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya menggunakan metode-metode reflective thinking didalam menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup ini.
2. Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya menunjukkan sikap kritis dan terbuka, dan memberikan perhatian yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
3. Ilmu pengetahuan mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan yang ilmiah.
4. Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong, yang menjadikan bermacam-macam ilmu dan berbeda-beda, dan menyusun bahan-bahan tersebut kedalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia yang lebih menyeluruh dan terpadu.
Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya sangat penting serta saling melengkapi. Tetapi harus pula saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifat-sifatnya masing-masing. Ini sering dilupakan, lalu menimbulkan bermacam-macam kesukaran dan persoalan yang seharusnya dapat dihindari asal saja orang insyaf akan perbedaan antara kedua ilmu pengetahuan tersebut. Misalnya seorang dokter mengatakan: “waktu saya mengoperasi seorang pasien belum pernah saya melihat jiwanya”, maka ia menginjak lapangan lain, meloncat dari lapangannya sendiri ke dalam lapangan filsafat, sehingga kesimpulannya itu tidak benar lagi.
c. Perbedaan prinsipil filsafat dengan ilmu pengetahuanDalam mengupas masalah perbedaan prinsipil antara filsafat dengan ilmu pengetahuan disini
dikemukakan tiga buah alasan perbedaan yaitu:1. Penjelasan yang terakhir
Seorang ahli ilmu hayat misalnya mempelajari gejala-gejala “hidup”objeknya ialah makhluk-makhluk yang hidup. Maka ia akan menyelidiki semua pertanyaan-pertanyaan hidup dari tumbuh-tumbuhan, binatang dan dari manusia pula untuk diterangkan kemudian. Maka ia mencari pengetahuan tentang peredaran darah, pencernaan, organ-organ dan sebagainya serta mencoba menunjukkan semua faktor-faktor yang mempengaruhi hidup itu. Akan tetapi
pembuktian bahwa makhluk hidup yang dipelajarinya itu “hidup” diterimanya tanpa pembuktian lebih lanjut. Karena hal ini tidak menjadi lapangan penyelidikannya dan objek materialnya.
Seorang filosof sebaliknya yakin bahwa misalnya pencernaan atau peredaran darah itu tidak habis diterangkan dengan menunjukkan kelenjar-kelenjar, alat-alat dan sebagainya, melainkan terletak dalam adanya makhluk itu hidup. Dan apabila ia mencoba memperoleh pengertian tentang hidup itu sampai pada kesimpulan bahwa hidup itu bersifat “dapat menggerakkan dirinya sendiri” atau swagerak. Maka ia bertanya terus apakah masalah bergerak dan mengapakah barang hidup itu bergerak dan barang mati itu tidak bergerak?2. Keinginan akan syntesis (akan pandangan yang meliputi keseluruhan)
Ilmu pengetahuan itu bermacam-macam, banyak, karena kenyataan memang beranekaragam. Didorong oleh keinginan untuk mengerti dengan lengkap dan mendalam, maka orang membagi-bagi lapangan ilmu pengetahuan menjadi berbagai macam yang masing-masing mempelajari satu lapangan yang khusus. Dan dalam penghkususan itu masih terus mengadakan spesialisasi lebih lanjut. Akan tetapi spesialisasi dalam lapangan ilmu pengetahuan khusus itu orang merasakan bahwa bagian-bagian hanya dapat dimengerti jika dipandang dalam keseluruhannya. Ilmu pengetahuan itu bagi jiwa manusia masih terlalu terbatas adanya, terlalu terbagi-bagi pula. Yang dikehendaki oleh akal budi manusia adalah kesatuan didalam kebanyakragaam itu, pandangan yang meliputi seluruh lapangan ilmu pengetahuan. Sedang dasarnya yang lebih dalam lagi ialah: bagi seluruh dunia, manusialah yang menjadi pusat dan puncaknya. Sambil hidup didunia ini haruslah mencari tujuan hidupnya, serta sesuai dengan harkat dan martabat manusia artinya dengan sadar bebas merdeka dan harus menentukan jalannya. Ia harus menentukan sikap dan kedudukannya terhadap sesama manusia , terhadap diri sendiri serta terhadap Tuhan pula. Maka diatas hasil-hasil penyelidikan ilmu pengetahuan itu ia memerlukan suatu pengetahuan lagi yang lebih luas, meliputi semua lapangan kehidupannya, dan dengan mana ia dapat menempatkan dirinya sendiri didalam keseluruhannya itu. Pengetahuan inilah yang disebut “filsafat”.3. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari ilmu pengetahuan itu sendiri
Lain daripada itu ilmu pengetahuan itu tidak dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang timbul bagi seseorang manusia, malahan ilmu pengetahuan itu sendiri menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan itu sendiri. Seperti telah dikatakan tadi, ilmu hayat misalnya tanpa pembuktian menerima adanya makhluk-makhluk hidup. Apabila seorang ahli alam menyelidiki benda-benda mati,maka ia harus menerima adanya benda-benda hidup, hal itu tidak menjadi persoalan bagi mereka dan berpangkalan pada pengertian dan kejadian-kejadian yang oleh ilmu pengetahuan itu dianggap sudah pasti, tidak memerlukan pembuktian ataupun penyelidikan lagi, begitu juga dengan ahli kimia dan ahli sejarah. Ini semuanya tidaklah dipersoalkan atau perlu dibuktikan terlebih dahulu. Ini diterima sebagai kenyataan. Akan tetapi sementara itu teranglah bahwa ini tidak seterang seperti anggapan mereka. Bahwa mengenai hal ini ada persoalan-persoalan juga. Seorang ahli kimia tidak bertanya: “apakah benda itu” dan mengapa justru benda itu ada?. Ahli sejarah tidak bertanya mengenai: siapakah sebetulnya pada hakikatnya manusia itu?, mengapaia hidup di dalam waktu?, dll.
Akan tetapi pertanyaan pertanyaan seperti ini akan timbul: “seorang dokter menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua gejala yang diperiksanya, misalnya antara makan dan matinya seseorang pasien itu tadi.
Maka jelaslah bahwa kita sebagai manusia disamping ilmu-ilmu pengetahuan khusus masih memerlukan suatu ilmu pengetahuan lain lagi, suatu ilmu yang khusus mempelajari soal-soal
seperti tersebut diatas. Dan ilmu pengetahuan itu tidak lain adalah “filsafat”, filsafatlah yang bertugas dalam hal :
a. Memberikan kenyataan-kenyataan yang “terakhir”b. Memberikan syntesis yang diinginkanc. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari ilmu pengetahuan
Semua ilmu pengetahuan tentu berdasarkan anggapan bahwa barang-barang yang dipandangnya sebagai objek itu tentu ada, akan tetapi ilmu-ilmu pengetahuan itu tidak mengatakan sepatah kata pun tentang:
a. Apakah yang disebut “ada” itu?b. Apakah hidup itu?c. Apakah sebab itu?d. Apakah pikiran itu?e. Apakah mengerti itu?
Apabila ternyata bahwa “ada” itu ada tingkatannya, maka dipersoalkan apa arti “ada” itu dalam setiap tingkatan itu dalam barang-barang mati, dalam tumbuh-tumbuhan, dalam binatang-binatang dan dalam manusia. Dan apabila ternyata bahwa manusia itu sendiri belumlah merupakan penjelasan yang terakhir dari kesemuanya itu, maka diteruskanlah penyelidikannya hingga sampailah ia pada tuhan, sebab pertama dan tujuannya terakhir dari dunia dan manusia. Maka jika misalnya ilmu mendidik dibangun atas keyakinan bahwa manusia memang dapat dididik, filsafatlah yang membicarakan apakah manusia itu sesungguhnya, apakah dan mengapakah ia perlu atau mungkin dididik .
B. Hubungan filsafat dan pendidikanSebagaimaan telah dikemukakan bahwa tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan
dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak di antara masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan. Disamping itu jawaban-jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran filsafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yangdihadapinya menunjukan pandangan-pandangan tertentu, yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap sesuatu objek, misalnya filsafat idealisme, realisme, materialisme, dan sebagainya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan –
pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang dianutnya.
2. Filsafat , juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan lairan filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat
Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah dalam bukunya: “ Antara Filsafat dan Pendidikan”, sebagai berikut: “Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakiki manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan dan metodologi pendidikan dan pengajaran.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu: filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya adalah yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu”.[1]
C. Kedudukan filsafat pendidikan sebagai satu disiplin ilmuDalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena
filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Lambat laun sesuai dengan sifatnya, manusia tidak pernah merasa puas dengan dengan meninjau sesuatu hal dari sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhatikan hal-hal yang khusus. Maka kemudian timbullah penyelidikan mengenai hal-hal yang khusus yang sebelumnya masuk dalam lingkungan filsafat. Jika penyelidikan ini telah mencapai tingkat yang tinggi,maka cabang penyelidikan itu melepaskan diri dari filsafat sebagai cabang ilmu pengetahuan yang baru dan berdiri sendiri. Adapun yang pertama kali melepaskan diri dari filsafat adalah ilmu pasti, kemudian disusul oleh ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi meskipun lambat laun banyak ilmu pengetahuan yang melepaskan diri tidaklah berarti ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Misalnya makna pengetahuan tentang atom, baru mulai nampak bila dihubungkan dengan perabadan. Seorang ahli atom berusaha menemukan fakta kemudian menciptakan teknik-teknik yang diperlukan. Semuanya itu dilakukan dengan pengatahuan tentang atom yang semakin meluas dan mendalam. Namun para ahli atom kadang-kadang tidak memperhatikan apa yang dilakukan manusia. Karena atom untuk kepentingan perang yang dapat membawa malapetaka kepada manusia. Hal ini menjadi tugas dari filsafat karena menyangkut masalah nilai, yang berati filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.
Kemudian pembahasan tentang kedudukan atau hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau berpikir filosofis dan berpikir ilmiah akan dilengkapi uraian ini dengan Piaget tentang epostemologi genetis, yaitu fase-fase berpikir dan pikiran manusia dengan mengambil
contoh perkembangan akan mulai dari tahun pertama usia anak hingga dewasa sebagaimana diuraikan oleh Halford sebagai berikut:
Jasa utama dari piaget adalah uraiannya mengenai perkembangan anak dalam hal tingkah laku yang terdiri atas 4 fase, yaitu:
1. Fase Sensorimotor, berlangsung antara umur 0 tahun sampai usia dimana cara berpkir anak masih sangat ditentukan oleh kemampuan pengalaman sensorinya, sehingga saat sedikit terjadi peristiwa berpikir yang sebenarnya , dimana tangapan tidak berperan sama sekali dalam proses berpikir dan pikiran anak.
2. Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5-8 tahun, yang ditandai adanya kegiatan berpikir dengan mulai menggunakan tanggapan(disebut logika fungsional). Ia tidak menyebut dengan berpikir berdasar hubungan sebab akibat, seperti pendapat para ahli psikologi perkembangan.
3. Fase operasional yang Kongkret, yaitu kegiatan berpikir untuk memecahkan persoalan secara konkret dan terhadap benda-benda yang konkret pula.
4. Fase Operasional Formal, pada anak dimulai usia 11 tahun. Anak telah mulai berpikir abstrak, dengan menggunakan konsep-konsep yang umum dengan menggunakan hipotesa serta memprosesnya secara sistematis dalam rangka menyelesaikan problema walaupun si anak belum mampu membayangkan kemungkinan-kemungkinan bagaimana realisasinya.
Dari uraian dan contoh tadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain:
1. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem2. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu
pengetahuan itu3. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam taip-
tiap ilmu pengetahuan4. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau menepati syarat-syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. Artinya tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat
5. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada tiap ilmu pengetahuan.
BAB IIIPENUTUP
a. KesimpulanDisamping ilmu-ilmu pengetahuan, maka dipergunakan suatu ilmu pengetahuan lain lagi,
yaitu filsafat.Dengan perkatan lain: filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat ilmu pengetahuan. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi objeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, merupakan bentuk pengetahuan yang tersendiri. Tentang hubungan antara filsafat dengan Ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, merupakan bentuk pengetahuan yang tersendiri, tingkatan pengetahuan (level of thought) tersendiri. Tentang hubungan antara filsafat dengan ilmu-ilmu pengetahuan itu telah menimbulkan persoalan yang hangat. Pada waktu sekarang dengan tegas dibedakan lapangannya masing-masing antara filsafat dan ilmu pengetahuan
Sifat khusus dari filsafat ialah bahwa filsafat hendak menunjukkan hubungan antara gejala-gejala, yang bersifat keharusan, artinya bahwa gejala-gejala itu memang seharusnya demikian adanya. Alat yang digunakan dalam penyelidikan itu ialah akal budi, pikiran manusia sendiri (by natural light of the human intellect). Jadi filsafat hanya menggunakan budi murni, untuk mencapai sebab-sebab yang terdalam itu, tidak berdasarkan pertolongan istimewadari wahyu Allah atau syarat-syarat yang melampoi kodrat budi murni kita, melainkan berdasarkan kekuatannya sendiri, hanya dengan pertolongan pancaindera dan analisa-analisa lainnya.
Inilah yang membedakan filsafat dari “ilmu universal” yang lainnya ialah agama dan theologi. Kedua ilmu universal ini mengenai keseluruhan yang ada, meliputi seluruh hidup manusia. Tetapi agama atau theologi memberikan jawabannya berpangkal pada tuhan. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa: objek filsafat adalah segala sesuatu yang ada, sudut pandangannya adalah sebab-sebab yang terdalam, sifat filsafat adalah sifat-sifat ilmu pengetahuan dan jalannya filsafat dalam usaha mencari jawaban-jawaban adalah dengan berdasarkan kekuatan pikiran manusia atau budi murni dan tidak berdasarkan wahyu Allah atau pertolongan istimewa dari agama atau Tuhan.
b. Kritik dan saranDalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan. Maka dari itu, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai modal dalam mempelajafi filsafat. Jadikanlah filsafat sebagai penentuan terhadap penentuan hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap saat berubah dan berkembang dalam konteks akselerasi dan medernisasi. Dengan pandangan hidup filsafat pancasila kita tegak sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia dan berusaha membuktikan kepada dunia luar akan kesaktian filsafat hidup kita
DAFTAR PUSTAKA
Salam Burhanuddi, Pengantar Filsafat, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005
Prasetya, Filsafat Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002
Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat, jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991
Mudyahardjo Redja, Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006
Semiawan Conny R, dkk, Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Indeks, 2010
[1] Ali saifullah h.A., Antara filsafat dan pendidikan , Usaha Nasional, Surabaya, 1983
Makalah Pendidikan Agama Islam – Hubungan Filsafat dengan Islam
10 DESEMBER 2011 4 KOMENTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan membaca dan memahami isi dari makalah ini penulis mengharapkan agar mengetahui apa itu filsafat
pendidikan islam maupun tujuan dari pendidikan islam karena kita di zaman globalisasi ini masih banyak pemimpin-
pemimpin (pemimpin rumah tangga) yang belum banyak berminat untuk mengembangkan pendidikan islam lewat
pendidikan formal.
1.2. Tujuan Pembahasan
Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan untuk menambah wawasan.
Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan untuk menambah wawasan
bagi mahasiswa agar sebagai calon tenaga pendidikan khusus pendidikan agama islam menjadi pendidikan yang
sesuai dengan apa yang kita harapkan yaitu pendidikan yang profesional selesai dengan bidangnya.
1.3. Batasan Masalah
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini diharapkan mengetahui pengertian filsafat dan pengertian
pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
A. Pengertian, Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang. hakikat kebenaran sesuatu. Hakikat filsafat
selalu menggunakan ratio (pikiran), tetapi tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Pemikiran manusia dapat
dipelajari dalam 4 (empat) golongan. Yaitu:
1. Pemikiran pseudo ilmiah
2. Pemikiran awam
3. Pemikiran ilmiah
4. Pemikiran filosofis
Pemikiran speudo ilmiah bertumpu pada aspek kepercayaan dan kebudayaan mitos, yang bekas-bekasnya dapat
kita jumpai dalam arologi atau kepercayaan terhadap buku primbon. Pemikiran awam adalah pemikiran orang-orang
dewasa yang menggunakan akal sehat, karena bagi Orang-orang awam untuk memecahkan kesulitan dalam
kehidupan, cukup menggunakan akal sehat tanpa melakukan penelitian. terlebih dahulu Selanjutnya, pemikiran
ilmiah menggunakan metode atau pikir dalam paradigma ilmu pengetahuan tertentu, dilengkapi dengan pengguna
hipotesis untuk menguji kebenaran konsep atau pemikiran dalam dunia empiris yang tidak pernah selesai dalam
proses keilmuan Sedangkan pemikiran filosofis adalah kegiatan berpikir reflektif meliputi kegiatan analisis,
pemahaman deskripsi Penilaian, penafsiran dan perekaan yang bertujuan untuk memperoleh kejelasan kecerahan,
keterangan, pembenaran pengertian, penyatupaduan tentang objek.
Filsafat merupakan ilmu yang tertua dan menjadi induk ilmu pengetahuan yang lain. Sebagaimana diungkapkan
oleh John S. Brubacher sebagai berikut:
Philosophy was, as its eymologv from the Greek words Pilos and Sopia, suggest love of wisdom or learning. More
over, it was lo’e of learning in general, it subsumed under one, heading what to day we call scince ‘as well as what
we now call philospohy It is for the reason that philosophy is often referred to us the mother as well as. the qreen of
the, scince.
Artinya:
Filsafat berasal dan perkataan Yunani yaitu ‘Philos dari Sopia yang berarti rinto kebijaksanaan atau belajar. Lebih
dan itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan.
filsafat. Untuk alasan inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan.
Dan bila diperhatikan maka anti sebenarnya dan filsafat tersebut mengandung cita-cita yang mulia, yaitu orang yang
belajar filsafat berusaha untuk memiliki mutiara-mutiara kebijaksanaan tersebut sebagai pedoman dan pegangan
hidup, sehingga filsafat mengandung sesuatu yang ideal bagi manusia. Dan filsafat dianggap sebagai induk ilmu
pengetahuan karena pada mulanya sebagian ‘besar ilmu yang berkembang dewasa ini berasal dan filsafat. Cabang-
cabang ini. tadi memisahkan diri dan filsafat, karena memiliki objek yang berbeda dan filsafat. Filsafat menjawab
semua persoalan tentang hidup dan kehidupan yang kesimpulannya bersifat hakiki. Ada filsafat manusia, filsafat
ketuhanan, filsafat ekonomi, filsafat sosial, filsafat pengetahuan, filsafat pendidikan, dan lain-lain, sehingga nampak
filsafat berperan ‘sebagai induk atau rain dan ilmu pengetahuan.
Kemudian pengertian filsafat menurut Dr. Sondang P. Siagian, M.PA. adalah cinta kepada kebijaksanaan. Untuk
menjadi bijaksana seseorang harus berusaha mendalami hakikat sesuatu. Dengan kata lain bahwa berfilsafat berarti
berusaha untuk ‘mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, ‘baik’ mengenai hakikat adanya sesuatu.
fungsinya, ciri-cirinya, kegunaannya, masalah-masalahnya, dan pemecahannya terhadap masalah-masalah tersebut.
Dan selanjutnya menurut Prof. Dr. Imam Barnadib, MA. bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani yang merupakan
rangkaian dua pengertian: philos berarti cinta, dan sophia berarti kebajikan. Yang dimaksud dengan kebajikan di
sini ialah kebajikan manusia. Dan dengan dasar pengetahuan yang filosofis itu diharapkan orang dapat memberikan
pendapat dan keputusan yang serba bijaksana. Ungkapan yang paling sederhana terhadap kata filsafat seperti yang
dikemukakan oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung adalah cinta hikmah (kebijaksanaan). Dan orang yang cinta hikmah
kebijaksanaan selalu mencari dan meluangkan waktu untuk mencapainya, mempunyai sikap positif terhadapnya dan
terhadap hakikat sesuatu, berusaha menghubungkan sebab-sebab dengan akibatnya, dan juga berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman kemanusiaan. Jadi, bijaksana bukan saja orang yang paling banyak dan tinggi
pengetahuannya, tetapi juga memiliki kemantapan pandangan dan tinjauan yang jauh kedepan di mana
pengetahuan itu sendiri tidak sanggup mencapainya.
Jadi, dari uraian tentang pengertian filsafat yang ditinjau dari segi arti bahasanya dapat disimpulkan bahwa filsafat
adalah:
1. Pengetahuan tentang kebijaksanaan
2. Mencari kebenaran.
3. Pengetahuan tentang dasar-dasar atau prinsip-prinsip
Ketiga pengertian tersebut tidaklah hanya diperlukan oleh seorang flosof umum saja, tetapi juga diperlukan oleh
setiap individu yang baik yang memiliki pemikiran terutama pendidik dan guru yang harus bersikap bijaksana. Sosok
pendidik atau guru yang sanggup menilai situasi dan kondisi dalam segala segi; memiliki kesanggupan bertindak
dengan baik, mengambil kesimpulan terhadap sesuatu secara tepat, berusaha menghubungkan sebab akibat,
mengkritik dan menganalisis serta mengembalikan pendapat pada motif-motif yang menyebabkannya, Kemudian
mempertahankan pendapat tadi dengan argumentasi dan penalaran yang tepat.
Dan jika filsafat ditinjau dari segi istilah menurut para ahli dapat dikemukakan antara lain :
1. Apa yang disebut bijaksana menurut Plato (427 542 SM). Seorang filosot Yunani yang terkenal
(muridSocrates dan guru Aristoteles) dalam teori etika kenegaraannya meliputi empat budi, yaitu: penguasaan
diri (perwira), keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan. Budi kebijaksanaan dimiliki oleh pemerintah atau filosof.
Tugas mereka ialah membuat undang-undang, mengawasi pelaksanaannya, memperdalam filosofi dan ilmu
pengetahuan tentang ide kebaikan. Membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya adalah menjadi
tugas pemerintahan atau filosof, sekaligus menunjukkan kelebihan mereka sebagai pihak yang mampu menatap
dan menapak jauh ke depan dan berbuat serta bertindak dengan penuh perhitungan. Artinya bahwa itu berada
dalam dua bidang, yaitu kebijaksanaan berbuat dan berpikir. Kebijaksanaan berbuat adalah tasawwuf dan
kebijaksanaan berpikir adalah filsafat. Berpikir dan berbuat dianggap sempurna kebenarannya jika telah
terpenuhi adanya keseimbangan antara dasar atau alasan kenyataan dan tujuan, atau mengandung tiga dimensi
waktu dengan memperhitungkan masa lalu dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Tanpa
memperhatikan dan memperhitungkan dimensi-dimensi waktu maka pikiran dan perbuatan tersebut berjumlah
dianggap sebagai sesuatu yang bijaksana dan benar. Salah satu contoh dalam kebijaksanaan perbuatan
misalnya yang selalu berhubungan dengan ketiga aspek tadi meliputi sifat-sifat misalnya; jujur contoh keadilan,
puas contoh keperwiraan, waspada contoh perpaduan keperwiraan dan kebijaksanaan, sabar contoh keberanian
dan keperwiraan. Sifat-sifat utama tersebut menurut Prof. Hamka adalah berhubungan dengan kesucian jiwa
sebagaimana yang diuraikan beliau dalam bahasannya tentang kesucian macam-macam kesehatan jiwa
meliputi: Sjaja’ah (berani), iffah (perwira), hikmah (bijaksana) dan ‘adalah (keadilan). Apa yang
diungkapkan Hamka dalam materi yang terdapat dalam tasawwuf. Dan di sini nampak pula adanya keselarasan
antara pendapat Hamka dan Plato dalam bahasan tentang kebijaksanaan atau filsafat.
2. Al Kindi (Abu Jusuf Ya’kub bin Isa Al Kiñdi, 796-874 M), sebagai ahli pertama dan filsafat Islam dan yang
mengawali pengertian skolasik Islam di irak, memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam dalam tiga
lapangan : (1) Ilmu Fisika meliputi tingkatan alam nyata, terdiri dan benda-benda kongkret yang dapat di tangkap
pancaindera. (2) Ilmu Matematika, yang berhubungan dengan benda, tetapi mempunyai wujud tersendiri yang
dapat dipastikan. Dengan angka-angka (misalnya ilmu hitung teknologi, astronomi, musik). (3) Ilmu Ketuhanan
(ilmu rububiyyah) yaitu tidak berhubungan dengan benda sama sekali, yaitu soal ketuhanan.
3. Ibnu Sina (Abu Al Hussein Ibnu Sina, 980-1037M) seorang dokter, ahli kimia dan filosof Islam, membagi filsafat
dalam dua bagian: teori dan praktek. Keduanya dihubungkan dengan agama. Dasarnya terdapat pada syariat,
penjelasan dan kelengkapannya berdasarkan pada akal manusia Tujuan filsafat praktek ialah mengetahui apa
yang seharusnya dilakukan oleh di setiap orang sehingga ia mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat
yang. disebut ilmu akhlak. Filsafat juga mencakup undang-undang yaitu apa yang seharusnya dilakukan oleh
setiap orang dalam hubungannya dengan rumah tangga dan negara.
4. Immanuel Kant (1724 — 1804 M) yang sering dijuluki pakar raksasa di Barat, mengatakan bahwa: Filsafat itu
ilmu pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya 4 persoalan yaitu:
Apakah yang dapat kita ketahui (dijawab oleh metafisika).
Apa yang seharusnya kita ketahui dan kerjakan? (di jawab oleh etika).
Sampai manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama).
Apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi).
Dari beberapa ungkapan para filosof tersebut dapat dirumuskan bahwa filsafat ialah daya upaya manusia dengan
akal budinya untuk memahami mendalami dan menyelami secara radikal dan integral sistematik mengenai
ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengertian tentang bagaimana hakikatnya
yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Kemudian untuk memperoleh pengetahuan filsafat dari segi praktisnya dapat diketahui sebagaimana yang pernah
dilakukan oleh para filosof pada masa lalu. Mula-mula para filosof memperhatikan alam semesta yang luas ini,
kemudian memperhatikan manusia dengan segala problematik dan kehidupannya. Pemikirannya tidak hanya
sebatas itu dan berhenti, tetapi terus menuju pada pemikiran yang ada di balik alam (menjadi problem realita yang
disebut metafisika) dan kemudian masalah-masalah ketuhanan.
Pemikiran tentang alam semesta, manusia dan apa yang ada. Dibalik alam, semesta, masalah ketuhanan dilakukan
dengan memenuhi syarat-syarat berpikir dengan insaf, yaitu berpikir dengan teratur menurut aturan-aturan yang
telah dengan pasti ditentukan. Atau dengan kata lain ; cara kerja filosof berpikir secara sistematis, universal
(menyeluruh) dan radikal, yang mengupas dan menganalisis sesuatu secara mendalam, sampai pada akar-akar
persoalannya sehingga hasil pemikiran mereka dapat diterapkan dan dibuktikan, kebenarannya pada seluruh
persoalan yang dicakupnya, karena sangat relevan dengan problematik hidup dan kehidupan manusia. Dan berpikir
secara sistematis bagi para filosof adalah berpikir logis dengan penuh kesadaran, dengan berurutan, saling
berhubungan yang teratur dan bertanggung jawab. Dan berpikir secara universal adalah tidak berpikir khusus
sebagaimana kerja setiap ilmu, tetapi mencakup keseluruhannya. Sedangkan yang dimaksud berpikir secara radikal
berarti bahwa pemikiran berusaha menyingkap tabir rahasia yang menjadi penyebab utama dan masalah yang akan
diselesaikan. Radikal berasal dan kata radix yang berarti akar, yang biasanya terletak di bagian terbawah pada
pohon yang terpendam di dalam tanah. Akar merupakan penyebab utama kemungkinan munculnya pertumbuhan
tanaman. Jika akar sudah tidak berfungsi lagi dapat mematikan batang dan daun. Dan apa yang dapat kita pahami
pada peristiwa ini ialah rangkaian sebab akibat. Apabila orang menelusuri kenyataan tersebut dengan
mengungkapkan dasar-dasarnya maka itulah yang disebut radikal. Dengan jalan penelusuran atau penjajakan yang
radikal itulah filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Pengertian Pendidikan Islam
1. Menurut Drs. Abmad D. Marimba:
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau
mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian yang memiliki nilai-
nilai agama islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai Islam
2. Menurut Drs. Burlian Shomad;
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri
berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan’ itu adalah ajaran Allah.
Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri
khas yaitu :
1) Tujuan untuk membentuk individu yang bercorok diri, tertinggi menurut ukuran Al-Quran,
2) Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum dengan Lengkap di .dalam Al-Quran dan
pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW.
3. Menurut Musthfa Al-Ghulayaini.
Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak pada masa pertumbuhannya dan
menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap
dalam) Jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah
air.
4. Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas
Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan
tempat-tempat. yang benar dan segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah
pengenaan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
5. Menurut Prof. Dr. Hasan Lananggulun.
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi yaitu:
1) Menyiapkan generasi muda untuk :memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang
akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
2) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dan generasi tua
kepada generasi muda.
3) Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat
mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain tanpa nilai-nilai
keutuhan (integrity) dan kesatuan (integratio,2) suatu masyarakat maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan
dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan menyebabkan kehancuran masyarakat itu sendiri.
6. Hasil Seminar pendidikan Islam se Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 Met 1960 di Cipayung Bogor
menyatakan
“Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”
Dan uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli pendidik islam berbeda pendapat mengenai
rumusan pendidikan Islam. Ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak anak, adapula yang menuntut
pendidikan teori dan praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan lain-lain. Perbedaan
tersebut diakibatkan hal yang pentingnya dan masing-masing ahli tersebut.
Namun, dari perbedaan pendapat tersebut terdapat titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan
agar ia memiliki kepribadian Islam.
Jika direnungkan. syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus
didirikan melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik
sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dan satu segi kita pelihat bahwa pendidikan Islam
lebih: banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental Yang akan .terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi
keperluan din sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya pendidikan Islam tidak .hanya bersifat teoretis saja. tetapi
juga praktis. Ajaran islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh.
Oleh karena itu pendidikan Islam merupakan sekaligus pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi tentang
ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama maka orang
pertama yang ber-tugas mendidik masyarakat adalah pada Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulama dan cerdik
pandai sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.
Pendidikan Islam yang berarti proses bimbingan dan pendidik terhadap perkembangan jasmani rohani dari akal
peserta didik ke arab terbentuknya pribadi muslim telah: berkembang di berbagai daerah. dan sistem nya yang paling
sederhana menuju sistem pendidikan Islam yang medern Perkembangan pendidikan Islam dalam sejarahnya
perkembangan dalam subsistem yang bersifat operasional teknis terutama tentang metode, alat-alat dan bentuk
kelembagaan. Adapun hal yang bersifat prinsip dasar dan tujuan Pendidikan Islam, tetap dipertahankan sesuai
dengan prinsip ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunah.
Perkembangan pendidikan Islam dan zaman ke zaman di berbagai daerah memperlihatkan kecenderungan
perkembangan umum (general trend), ada juga perkembangan yang memperlihatkan keteraturan (regularity ‘trend)
dengan fakta-fakta sejarah Pendidikan Islam baik dalam aspek, sistem dan bentuk-bentuk lembaganya. Namun
demikian terlihat pula kecenderungan tidak teratur (irregularity trend) dengan berbagai hambatan-hambatannya.
Lahirnya agama islam yang dibawa Rasulullah SAW. menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa yang
pernah dialami oleh umat manusia, Islam sebagai landasan spiritual dan sosial memiliki struktur ajaran moral dan
program hidup praktis yang tidak terpisahkan. semua bagian-bagiannya merupakan kesatuan yang terpadu secara
harmonis, sating mengisi dan sating menunjang. Sebagai suatu ajaran, Islam memberikan jaminan hubungan
metafisik antara manusia dengan Tuhan dan hubungan duniawi antara individu dan Lingkungan masyarakatnya serta
lingkungan alamnya. Tujuan dan segala kegiatan praktis ini haruslah merupakan penciptaan dan pemeliharaan
syarat-syarat perorangan dan sosial yang bermanfaat bagi perkembangan tingkat moral yang berasaskan nilai-nilai
keagamaan atau yang mempunyai nilai dan sifat ibadah dalam din manusia dengan kesadaran tanggung jawab
moral. Pengetahuan moral sudah tentu secara otomatis mengharuskan tangung jawab moral atas manusia. Moralita
hidup dan mati bagi manusia merupakan perjuangan untuk menegakkan kejayaan moralita itu sendiri di atas muka
bumi.
Dalam sejarah. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan
perkembangan dirinya. Dengan pengalaman-pengalaman yang naik turun, maju mundur dan berliku-liku. ia telah
berhasil memberi dan menerima pengaruh-pengaruh dan lingkungan yang dijumpainya. Perubahan-perubahan
fundmental telah terjadi berkat pokok-pokok ajaran Islam yang kenyal dan mengandung falsafah yang menyeluruh
dalam kenyal dan mengandung filsafat yang menyeluruh dalam segi-segi kehidupan umat manusia. Perkembangan
masyarakat Islam mempunyai hubungan timbal balik dengan perkembangan pendidikan Islam. Keduanya
menggunakan landasan spiritual dan sosial yang berasaskan Islam.
Peranan pendidikan dalam membina umat sangat besar dalam usaha menciptakan kekuatan-kekuatan yang
mendorong ke arah tercapainya tujuan yang dikehendaki Sebagaimana dimaklumi bahwa
islam bukanlah hanya sekadar suatu kepercayaan agama yang membawa serta membina masyarakat yang
merdeka, yang memiliki sistem pemerintahan, hukum dan lembaga-lembaga. Semua ini dasar-dasarnya telah
dipancangkan sejak semula oleh Rasulullah SAW. Yang diikuti terus menerus secara berkesinambungan oleh
generasi-generasi berikutnya.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah sebagai khalifah di alam. Sebagai khalifah, manusia mendapat kuasa
dan wewenang untuk melaksanakannya. Dengan demikian, pendidikan merupakan urusan hidup dan kehidupan
manusia. dan merupakan tanggung jawab manusia sendiri.
Untuk mendidik diri sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya sendiri. Apa hakikat manusia,
bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya. Apa tujuan hidupnya diri apa pula tugas hidupnya. Problema berikutnya
bahwa manusia berhadapan dengan alam dan lingkungannya, dan manusia harus memahaminya. Bagaimana
hubungannya dengan alam dan lingkungan. Manusia hidup dalam masyarakatnya, di mana ia harus menyesuaikan
din di dalamnya. Manusia hidup bersama dengan basil cipta nusa dan karsanya kebudayaan). Manusia hidup
bersama dengan kepercayaan dan keyakinannya, dengan pengalaman pengetahuan yang diperolehnya dalam
proses hidup. Sementara itu dari masa ke masa, dan generasi ke..generasi nampak bahwa lingkungannya berubah
berkembang, pengetahuan, dan kebudayaannya pun berkembang, sehingga nilai pula. Dan tanpa. dilihat dengan
nyata, kualitas hidup dan kehidupannya pun berangsur-angsur berubah menuju pada kesempurnaan (menjadi lebih
baik).
Hal tersebut merupakan problema hidup dan kehidupan manusia. Jadi, merupakan problema pendidikan. Menurut
konsep pendidikan dalam Islam (Tarbiyah Islamiyah) bahwa pada hakikatnya manusia sebagai khalifah Allah di alam;
manusia mempunyai potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merencanakan pemecahan problema
hidup dan kehidupannya. Manusia bertanggung jawab untuk memecahkan problema hidup dan kehidupannya
sendiri: Dengan kata lain, Islam menghendaki agar manusia melaksanakan pendidikan din sendiri secara
bertanggung jawab agar tetap berada dalam kehidupan yang Islami, kehidupan yang selamat, sejahtera, sentosa,
yang diridai Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia sebagaimana dikemukakan di alas
memang merupakan tantangan bagi manusia untuk menjawab. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan hakiki
tersebut, akan menjadi dasar bagi pelaksanaan dan praktek pendidikan Ketetapan jawaban pertanyaan-pertanyaan
tersebut akan mampu merumuskan tujuan pendidikan secara tepat, dan hal mi akan mengarahkan usaha-usaha
kependidikan yang tepat pula. Di sinilah letak peranan filsafat pendidikan.
Perkembangan filsafat (pemikiran filsafat) dalam dunia Islam. telah menghasilkan berbagai macam alternatif jawaban
terhadap berbagai macam pertanyaan hakiki problema hidup dan kehidupan manusia tersebut Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tentang, hubungan manusia dengan Tuhan, tentang key4kinan dan kepercayaan hidup, telah
menimbulkan limit Kalam. Pertanyaan-pertanyaan tentang dekatnya hubungan manusia dengan Tuhan, tentang
kembali kepada Tuhan, menimbulkan ilmu Tasawwuf ilmu Fiqh, merupakan kodifikasi dan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tentang apa dan bagaimana nilai-nilai dan norma-norma kehidupan dan tingkah laku dari
jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta dan hubungan manusia dengan alam
semesta dan lingkungannya menghasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan ilmu-ilmu tersebut berhasil
dikembangkan dalam dunia Islam dengan menggunakan metode yang khas Islami, yaitu metode ijtihad. Ijtihad
adalah menggunakan segenap daya akal dan potensi manusiawi lainnya untuk mencari kebenaran dan mengambil
kebijaksanaan dengan bimbingan Al-Quran dan Surah Nabi SAW.
Musthafa Abd. Al-Raziq menyatakan bahwa al-ijitihadu bi al-ra ‘yi huwa bidayatu al-nadhari al-‘aqli, ijtihad dengan
menggunakan daya kemampuan akal merupakan dasar dan terbentuknya pola pikir rasional.
Metode ijtihad sebagai metode khas filsafat Islam memang telah mengalami perkembangan dan para ulama serta
filosof Islam menggunakannya secara bervariasi Pada dasarnya ijtihad bersumber pada Al-Quran sebagai wahyu
Allah dan Al-Sunah sebagai penjelasan dan penjabarannya, tetapi para ulama dan filosof Islam berbeda-beda dalam
cara penggunaannya sebagai sumber pemikiran dan ijtihadnya.
Perbedaan tersebut pada hakikatnya bersumber dan perbedaan dasar filosofis yang mendasari nya. Ulama dan
filosof dan kalangan mu’tazilah misalnya, berpandangan bahwa hakikat Al-Quran adalah makhluk, baru,
sebagaimana alam lainnya. Alam berkembang, berubah dan kebenaran-kebenaran yang diperoleh manusia dari
alam pun merupakan kebenaran yang relatif Demikian pula kebenaran dan pengetahuan yang didapatkan dari Al-
Quran pun merupakan kebenaran yang relatif Al-Sunah sebagai pengabaian dan kebenaran Al-Quran penafsiran)
menunjukkan kebenaran dan kesesuaian dengan zaman nya.
Oleh karena itu, penafsiran terhadap Al Quran pun dapat berkembang. Sedangkan kalangan Ahlu al-Sunah pada
umumnya berpandangan bahwa hakikat Al-Quran adalah kalamullah yang qadim (abadi). Dengan demikian,
kebenaran-kebenaran yang terdapat di dalamnya adalah kebenaran yang abadi, kebenaran yang tak tersentuh akal
pikiran manusia yang relatif. Sebagai konsekuensinya, penafsiran Al-Quran dengan menggunakan akal pikiran
merupakan masalah yang tabu dan dilarang.
Ijtihad hanya diperbolehkan selama tidak menyentuh hal-hal yang sudah tercantum dalam Al-Quran dan sudah
dijelaskan dalam Al-Sunah. Di kalangan ulama dan filosof dalam hidang faqh pun berbeda-beda sistem ijthadnya,
sehingga menghasilkan kesimpulan hukum yang berbeda-beda pula. Demikian pula di kalangan ahli tasawwuf,
penggunaan sistem ijtihad yang berbeda, menghasilkan terikat yang berbeda-beda pula.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa dalam filsafat Islam telah berkembang metode-metode filosofis dan aliran-
aliran filsafat yang beraneka ragam, yang kesemuanya memberikan arah dan mempengaruhi jalannya pertumbuhan
dan perkembangan umat Islam, baik secara individual maupun. secara ijtima’i (dalam arti umat islam).
Dengan kata lain, metode dan sistem serta aliran filsafat Islam tersebut mempengaruhi, bahkan mengarahkan
jalannya pendidikan di kalangan umat Islam.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan filosofis dan sistem dan
aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan manusia Muslim dan Umat Islam.
Di samping itu, filsafat Pendidikan Islam juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerangan metode dan
sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam, dan selanjutnya memberikan arab dan
tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.
Jadi, filsafat pendidikan Islam bersifat tradisional dan kritis. Hal ini sejalan dengan paham yang dikemukakan
olehImam Barnadib dalam Filsafat. pendidikannya, bahwa filsafat pendidikan itu mempunyai dua corak. yaitu filsafat
tradisional dan kritis. filsafat tradisional adalah filsafat sebagaimana adanya sistematika, serta aliran nya
sebagaimana dijumpai dalam sejarah. Tadi, kalau diajukan pertanyaan-pertanyaan maka jawaban yang diperlukan
ada dan melekat pada masing-masing jenis dan aliran tersebut. Lain halnya dengan filsafat kritis, pertanyaan-
Pertanyaan yang diajukan dapat disusun dan dilepaskan dan ikatan waktu (hicroris) dan usaha mencari jawaban
yang diperlukan dapat memobilisasikannya sebagai aliran yang ada, dan mencari dan masing-masing aliran, serta
mengambilnya dari jenis masalah yang bersangkutan)
Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
Dalam perjalanan hidupnya, umat manusia senantiasa dihadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa
alamiah yang ada di sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang mengesankan
dan. kemudian menghidupkan serta menjadi pengalaman batinnya sebagai alat pendorong untuk mengadakan
perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan kehidupannya Perkembangan hidupnya ini tidak terlepas dari
proses pembentukan pribadi yang diwariskan berkesinambungan kepada generasi berikutnya. Dengan kelompoknya
atau dengan masyarakatnya, mereka akan saling memberi pengaruh dalam kehidupan bersama hubungan pengaruh
yang terjadi dalam suasana tata kemasyarakatan akan membentuk suatu corak dan bentuk tertentu dan kebudayaan
dan peradaban, yang sejalan dengan segi pandangan hidup kemanusiaan atau falsafah hidupnya yang
menggambarkan tingkat kehidupan kerohanian yang telah dicapainya.
Proses perjalanan dan pembinaan serta pertumbuhan kebudayaan dan peradaban suatu masyarakat tidak selalu
menggembirakan, tetapi sering pula terjadi hal-hal yang menyebabkan hambatan-hambatan atau :sama sekali
terhenti dan menyebabkan kemunduran dibanding dengan apa yang telah dicapai di. masa-masa silamnya.
Sejak dilahirkan, umat manusia telah diwarisi intuisi beragama dan intuisi serba ingin tahu. Dalam
perkembangannya kedua intuisi ini kadang-kadang menimbulkan benturan-benturan antara pikiran dan perasaan
yang mengakibatkan timbulnya pertentangan batin. Adapun wujud dan kedua intuisi ini adalah akal dan budi. Dengan
akalnya, orang akan memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bahan pertimbangan secara lahiriah. Dengan budinya
orang akan memperoleh dasar pertimbangan yang mempunyai latar belakang kebaikan dan kebajikan walaupun
kadang-kadang tanpa pengertian.
Penggunaan akal budi yang serasi akan menghidupkan sikap ajrih dan asih yang timbul dan dorongan batinnya
dengan kesadaran hati nuraninya. ajrih dan asih adalah. gambaran kehidupan iman, yang menuju ke arah kehidupan
yang berdasarkan takwa. Dan inilah gambaran dan insan kamil. Ia senantiasa berusaha menjaga hubungan baik
antara dia sendiri dengan Allah dan antara sesamanya dengan alam sekitarnya.
Petunjuk dari Allah SWT melalui Al Quran bahwa Pencipta segala sesuatu itu adalah Allah sendiri tanpa bantuan dari
selain-Nya. Manusia diciptakan dan segumpal darah melalui proses pertumbuhan menurut hukum yang telah
ditetapkan Allah. Allah menyatakan diri-Nya bahwa Dialah Yang Maha Pemurah, sehingga bukan untuk ditakuti
apalagi dijauhi. Akan tetapi harus (didekati dan diikuti segala kehendaknya, demi kepentingan dan kebaikan umat
manusia sendiri. Dialah Maha pendidik Yang Bijaksana mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan diri dengan
menulis dan membaca.
Petunjuk ini berarti bahwa manusia harus bisa membaca dalam arti yang sesungguhnya dan dalam arti majazi
(kiasan). Arti sesungguhnya adalah membaca apa yang ditulis, berupa huruf Arti majazi adalah membaca diri sendiri
dan alam sekitarnya serta latar belakang dari keduanya itu (metafisika). Jadi, yang dikehendaki Allah ialah agar
manusia mampu membaca apa yang tersurat dan apa yang tersirat, hingga benar-benar mengenal dirinya dan
bertindak sesuai dengan pengenalannya itu.
Sebuah pepatah mengatakan:
Mengenal diri sendiri bukanlah suatu hal yang mudah, pada ilmumnya manusia baru dalam taraf mengetahui akan
dirinya, masih dalam taraf pertama. Taraf selanjutnya adalah mengerti dan memahami kemudian mengenal dan
menghayati. Setelah itu, meningkat pada taraf mencintai yang akan mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan
yang baik dan terpuji bagi dirinya.
Firman Allah tersebut mengandung makna yang sangat luas dan mendalam. Untuk keperluan pembahasan ini, kita
fokuskan pada permasalahannya, yakni masalah filsafat pendidikan. Maka kita akan memperoleh kesimpulan bahwa
firman tersebut merupakan pernyataan dan Allah SWT. bahwa kodrat alam manusia secara pribadi adalah:
1. Makhluk yang mampu bertindak serta diperlakukan secara individual,
2. Makhluk yang mampu hidup bersama, yakni makhluk sosial,
3. Makhluk yang mampu menerima pendidikan, atau makhluk yang bisa dididik,
4. Makhluk pendukung dan pembina kebudayaan dan peradaban,
5. Makhluk beragama, pendukung moral dan etika.
Filsafat pendidikan yang terkandung dalam ayat tersebut mengakui adanya peranan manusia dalam alam semesta
Karena itu, dengan akalnya manusia telah diberi kesanggupan untuk memikirkan segala sesuatu kepentingan hidup
dan kehidupannya, termasuk masalah yang merupakan investasi bagi perkembangan hidup dan kehidupannya.
Dalam Al-Quran, Allah sering menberikan anjuran-anjuran yang keras agar manusia menggunakan akalnya secara
efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Jadi, selain kita diharuskan mengikuti petunjuk dari perintah Allah,
juga diwajibkan mematuhi petunjuk dan perintah dengan mencontoh Rasulullah SAW.
Sejalan dengan dasar pikiran di atas, Rasulullah telah memberikan petunjuknya, Sabda Rasul memberikan tekanan
bahwa pendidikan itu pertama-tama dilaksanakan di lingkungan rumah tangga. Ibu dan bapaknyalah yang menjadi
guru pertama bagi anak-anaknya. Kedua orang tuanya itulah yang akan menentukan basil dan pendidikan anak-
anaknya, dan mereka bertanggung jawab atas hasil usaha mendidik anaknya itu kepada Allah SWT, dan akan
merasakan hasil lebih payahnya itu.
Petunjuk tersebut mengandung makna kandungan filsafat yang luas, yang harus dipikirkan dan dikembangkan
hingga memperoleh jawaban mengenai hakikat kebenaran dan pendidikan dan dapat dilaksanakan dengan baik dan
praktis. Jelasnya, Al-Quran dan Sunah adalah dasar dan landasan bagi filsafat pendidikan Islam, menjadi standar
kebenaran bagi basil pemikiran filosofis manusia untuk diamalkan dalam kehidupan. Dasar-dasar tersebut tidak akan
menyimpang atau menyalahi UUD 1945 dan falsafah Pancasila, bahkan menunjang dan memberikan isinya. Usaha
pengisian ini adalah kebutuhan utama bagi kepentingan umat Islam Indonesia. Jaminan hukum, untuk ini telah baik
dalam UUD 1945 maupun dalam falsafah Pancasila.
B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhana nya peradaban
masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu, sering dinyatakan
bahwa pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha
manusia melestarikan hidupnya.
Di dalam buku Modern Philosophies of Education (Fourth Edition), S. Brubacher mengemukakan bahwa:
Education should be thought of the process of man’s rcciprocal adjustmeit to nature, to his fellows, and to the ultimate
nature of the cosmos. Education is the organized development and social uses, directed ‘toward the union’ of these
activities with their Creator as their final end. Education is the process in which these powers (abilities, capacities) of
men which’ are susceptible to habituation are perfected by good habits: by means artistically contrived, and employed
bay a man to help another or him self achieve the end in view (I.e. good habits).
Artinya;
Pendidikan sebagai proses timbal balik dan tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan
sesama, dan dengan alam semesta. Pendidikan juga merupakan perkembangan yang terorganisasi dan
kelengkapan dan semua potensi-potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian
individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan
hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah proses, di mana potensi-potensi (kemampuan, kapasitas) manusia Yang
mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik. oleh
alat/ media yang disusun Sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalain hal ini, tim Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan adalah:
1. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya, rohani (pikiran, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-
keterampilan).
2. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi sistem, dan organisasi
pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah, dan masyarakat (negara).
3. Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam
mencapai tujuannya. pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai
satu kesatuan.
Dari rumusan ini masih banyak terlihat keumuman pengertian pendidikan. Pembentukan pribadi misalnya belum
memberi gambaran tentang konsep kepribadian model yang mana. Demikian juga perkembangan manusia yang
dikehendaki keterpaduan nya dengan kemajuan masyarakat dan hasil budaya, belum menunjukkan adanya
kualifikasi tertentu.
Sebagaimana telah dibahas di bagian pertama buku ini, Islam memandang pendidikan sebagai pemberi corak hitam
putihnya perjalanan hidup seseorang, dan karena islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan hidup yang wajib
hukumnya bagi pria dan wanita (faridatun alaa kuli muslumi wamuslimatin). Tiada batasan untuk memperolehnya
(sampai pun ke negeri cina), dan berlangsung seumur hidup semenjak buaian hingga ajal datang.
Kedudukan itu secara tidak langsung telah menetapkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan
hidup dan kehidupan umat manusia. John dewey mengemukakan bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan
hidup (a necessity of life), salah satu fungsi sosial (a social function) sebagai bimbingan (as direction), sebagai
sarana pertumbuhan (as growth), yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup transmisi
baik dalam bentuk informasi, formal maupun non formal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Di dalam zaman globalisasi ini teknologi begitu maka marilah kita mengamalkan bersama-sama tujuan pendidikan
islam baik lewat pendidikan formal maupun non formal
3.2. Saran
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia karena itu sebagai calon pendidik marilah kita mengamalkan
tujuan pendidikan islam secara ikhlas baik lewat pendidikan formal.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Maududi, Abdul A’la. Islmaic Way Of Life, (Terjemahan). Islam Sebagai Pandangan Hidup. Sinar Baru, Bandung,
1983.
Ahmad, Sa’ad Mursa. Dr, Tathawwaur Al-fikry al-Tarbawy, Matabi’ Sabjal Al-Arabi, Kairo, 1975.
Al-abrasy, Mohammad Athiyyah. Dr, At-Tarbiyah Al-Islamiyah (Terjemah Prof. H. Bustami A. Gani dan Djohar
Bachry. Lis Dasar-Dasar pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta 1974